k3d jkn dalam sjsn

(1)

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

DALAM

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

Kementerian Kesehatan RI


(2)

(3)

A. LATAR BELAKANG

(1)

Deklarasi PBB Tahun 1948 tentang HAM Pasal 25, Ayat (1): intinya jaminan kesehatan bagi semua orang merupakan hak azasi manusia.

Resolusi WHA ke 58 Tahun 2005 di Jenewa: setiap negara perlu mengembangkan UHC melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial untuk menjamin pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan.


(4)

Pasal 28 H ayat (1) (2) (3) UUD 45

(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta

berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai

persamaan dan keadilan.

(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.


(5)

Pasal 34 ayat (1), (2), (3) UUD 1945:

(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan

masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan

fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.


(6)

LATAR BELAKANG

(4)

UU No 40 tahun 2004 tentang SJSN

UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

UU No.24 Tahun 2011 tentang BPJS

PP No.101 Tahun 2012 tentang PBI

Perpres No 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan

Roadmap JKN, Rencana Aksi Pengembangan

Pelayanan Kesehatan, Permenkes, Peraturan BPJS


(7)

8 FOKUS PRIORITAS NASIONAL BIDANG KESEHATAN

1. Peningkatan KIA & KB 2. Perbaikan gizi masyarakat 3. Pengendalian penyakit menular

& tidak menular dan kesling 4. Pemenuhan SDM Kes 5. Peningkatan ketersediaan,

keterjangkauan, safety, mutu, penggunaan obat/makanan 6. Jamkesmas

7. Pemberdayaan masyarakat, penanggulangan bencana dan krisis

8. Peningkatan pelayanan

kesehatan primer, sekunder dan tersier

7 PRIORITAS REFORMASI KESEHATAN

1. JAMKES

2. Pelayanan Kesehatan di

Daerah Tertinggal

Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)

3. Ketersediaan Obat dan Alkes di setiap fasilitas kesehatan

4. Reformasi birokrasi

pembangunan kesehatan

5. Bantuan Operasional

Kesehatan (BOK)

6. Penanganan daerah

bermasalah kesehatan

7. Rumah sakit Indonesia

kelas dunia

RPJMN 2010 - 2014

MDG 2015

VISI :

Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan

Universal Coverage

2019

7


(8)

MENGAPA HARUS DENGAN

SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL?


(9)

Manusia dan Kehidupan Manusia

Kehidupan manusia, penuh risiko  Setiap saat dapat terjadi sakit berat

 Suatu ketika menjadi tua dan pensiun, tidak ada pendapatan-masa hidup bisa panjang

 Dukungan anak/keluarga lain tidak selalu ada dan tidak selalu cukup

Manusia bersifat short sighted

 Tidak menabung jangka panjang

 Tidak menyediakan dana untuk berobat yang cukup

 Tidak beli asuransi

 Tidak sanggup beli asuransi

 Tidak diterima beli asuransi, kalau ia berisiko tinggi Asuransi Kessos (WAJIB) Prinsip NASIONALNIRLABA

GOT –ROY

EQUITY


(10)

Kenaikan Biaya kesehatan dapat ditekan

Biaya dan Mutu Yankes dapat dikendalikan

Kepesertaannya bersifat wajib bagi seluruh penduduk.

Pembayaran dengan sistem prospektif

Adanya kepastian pembiayaan yankes berkelanjutan

Manfaat Yankes komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)


(11)

Jaminan Kesehatan

adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Diselenggarakan secara nasional berdasarkan

Prinsip Asuransi Sosial dan Ekuitas (Pasal 19 (1), UU No 40 tahun 2004)

 Diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan (pasal 19 (2), UU No 40/2004)

PENGERTIAN JAMINAN KESEHATAN


(12)

MENGAPA PERLU JAMINAN KESEHATAN?

Tak terjangkau

Tak adil bayar sendiri

Jaminan Kesehatan

Individu/

keluarga Solusi

Biaya Pelayanan

semakin Mahal

Perkembangan Teknologi

dan spesialisasi yankes

Ketidakjelasan siapa

pemberi Jaminan Kesehatan

Ketidak-seimbangan

informasi antara pasien dengan pemberi yankes,

Supply induce demand.Ketidaktahuan Pasien

thdp penyakit yg diderita Pelayanan

Kesehatan terkendali

Terpaksa bayar Karakteristik


(13)

DESAIN

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

www.jpkm-online.net PROVIDER PESERTA/PASIEN BPJS KES Pelayanan Kesehatan KOMPREHENSIF Prospektif Pembayaran iuran Paket Benefit

PENYELENGGARAAN : NIRLABA, DANA AMANAH , PORTABILITAS

PROFESIONAL, BERKEADILAN, SOLIDARITAS SOSIAL

MENDORONG : PENERAPAN SPM, STANDAR/MUTU, TARIF, WIN-WIN

SOLUTION, RS DAN BPJS TIDAK DIRUGIKAN, YANKES LEBIH FAIR, KOMPETISI DALAM MENJAGA MUTU PELAYANAN

JAMINAN KESEHATAN TERKENDALI KONTRAK /MOU TELAAH UTILISASI KONTROL, PENGAWASAN STANDAR,DSB


(14)

MEKANISME ASURANSI KESEHATAN SOSIAL


(15)

Asuransi Sosial Asuransi Komersial

Kepesertaan Wajib bagi

seluruh (100%) penduduk. Kepesertaan Sukarela

Non Profit Profit

Manfaat Komprehensif Manfaat sesuai dengan premi yang dibayarkan

PERBEDAAN

ASURANSI SOSIAL DGN ASURANSI KOMERSIAL


(16)

PRINSIP JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

MENURUT UU SJSN

ASURANSI SOSIAL AKUNTA BILITAS NIRLABA KEHATI-HATIAN KETERBUKAAN PENGELO LAAN DANA PORTABILITAS DANA AMANAT KEGOTONG ROYONGAN PESERTA WAJIB


(17)

ASPEK


(18)

I. KEPESERTAAN

Wajib

Penerima upah

Pekerja dan Pemberi Kerja Non Penerima

Upah

Kelompok/ /Kel/Individu

PBI Pemerintah

PBI = Penerima Bantuan Iuran


(19)

PETA JALAN MENUJU

KEPESERTAAN SEMESTA (UHC)

20% 50% 75% 100%

20% 50% 75% 100%

10% 30% 50% 70% 100% 100%

`Perusahaan 2014 2015 2016 2017 2018 2019

USAHA BESAR 20% 50% 75% 100% USAHA SEDANG 20% 50% 75% 100% USAHA KECIL 10% 30% 50% 70% 100%

USAHA MIKRO 10% 25% 40% 60% 80% 100%

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Pengalihan Peserta JPK Jamsostek, Jamkesmas, Askes PNS, TNI Polri ke

BPJS Kesehatan

Perluasan Peserta di Usaha Besar, Sedang, Kecil & Mikro

Penyusunan Sisdur Kepesertaan & Pengumpulan Iuran Pemetaan Perusahaan & sosialisasi

Pengukuran kepuasan peserta berkala, tiap 6 bulan

Integrasi Kepesertaan Jamkesda dan askes komersial ke BPJS Kesehatan

Pengalihan Kepesertaan TNI/POLRI ke BPJS Kesehatan

Kajian perbaikan manfaat dan pelayanan peserta tiap tahun

Sinkronisasi Data Kepesertaan: JPK Jamsostek, Jamkesmas dan

Askes PNS/Sosial -- NIK

Penduduk yang dijamin di berbagai skema 148,2

jt jiwa

111,6 juta peserta dikelola BPJS

Kesesehatan

60,07 Juta pst dikelola o/ Badan

Lain 257,5 juta peserta (semua penduduk) dikelola BPJS Kesesehatan Tingkat Kepuasan Peserta 85% KEGIATAN:

Pengalihan, Integrasi, Perluasan

B S K

73,8 juta belum jadi peserta

90,4 juta belum jadi peserta

Perpres Dukungan Operasional Kesehatan bagi

TNI Polri

86,4 juta PBI


(20)

Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di

Indonesia, yang telah membayar iuran

• Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan

menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain. • Pekerja Penerima Upah adalah setiap orang yang

bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah.

Pekerja Bukan Penerima Upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri


(21)

Pemberi Kerja

adalah

orang

perseorangan, pengusaha, badan

hukum atau badan lainnya

yang

mempekerjakan tenaga kerja, atau

penyelenggara negara

yang

mempekerjakan pegawai negeri

dengan membayar gaji, upah, atau

imbalan dalam bentuk lainnya.


(22)

Gaji atau Upah adalah hak Pekerja yang

diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari Pemberi Kerja kepada Pekerja yang ditetapkan dan dibayar

menurut suatu perjanjian kerja,

kesepakatan, atau peraturan

perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi

Pekerja dan keluarganya atas suatu

pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.


(23)

Pekerja Penerima Upah terdiri atas:

a. Pegawai Negeri Sipil;

b. Anggota TNI;

c. Anggota Polri;

d. Pejabat Negara;

e. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;

f. pegawai swasta; dan

g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima Upah

Pasal 4 ayat (2)


(24)

Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:

a. istri atau suami yang sah dari Peserta; dan

b. anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari Peserta, dengan kriteria:

1. tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai

penghasilan sendiri; dan

2. belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia

25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat juga mengikutsertakan anggota keluarga yang lain.

Harus ada upaya KB


(25)

Pekerja Bukan Penerima Upah terdiri atas:

a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan

b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.

Pasal 4 ayat (3)


(26)

Bukan Pekerja terdiri atas: a. Investor;

b. Pemberi Kerja;

c. penerima pensiun; d. Veteran;

e. Perintis Kemerdekaan; dan

f. bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang mampu membayar iuran

Pasal 4 ayat (4)


(27)

Jaminan Kesehatan bagi Pekerja

warga negara Indonesia yang

bekerja di luar negeri

diatur

dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan tersendiri.

Pendaftaran WNA di awal atau akhir dari 6 bulan?


(28)

SYARAT PENDAFTARAN PESERTA

Akan diatur kemudian dengan peraturan BPJS

LOKASI PENDAFTARAN:

Dilakukan di kantor BPJS setempat / terdekat dari domisili peserta.


(29)

2. Pemberi kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan diri

sebagai peserta kepada BPJS kesehatan. 1. Pemerintah mendaftarkan PBI

Jaminan Kesehatan sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.

3. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan

keluarganya sebagai peserta kepada BPJS kesehatan.


(30)

KEWAJIBAN PESERTA

a. Membayar iuran

b. Melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS

Kesehatan dengan menunjukkan

identitas Peserta pada saat pindah domisili dan atau pindah kerja.

HAK PESERTA

Memperoleh identitas Peserta

Memperoleh manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan


(31)

a. Selama peserta membayar iuran sesuai dengan kelompok peserta.

b. Bila peserta tidak membayar iuran atau

meninggal dunia maka status kepesertaannya akan hilang.

c. Ketentuan lebih lanjut akan diatur oleh Peraturan BPJS


(32)

Pentahapan kepesertaan Jaminan Kesehatan dilakukan sebagai berikut:

a. Tahap pertama mulai tanggal 1 Januari 2014, paling sedikit meliputi :

1. PBI Jaminan Kesehatan;

2. Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian

Pertahanan dan anggota keluarganya;

3. Anggota Polri/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Polri dan

anggota keluarganya;

4. Peserta asuransi kesehatan Perusahaan Persero (Persero)

Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES) dan anggota keluarganya; dan

5. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Perusahaan

Persero (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan anggota keluarganya;

b. Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai

Peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.


(33)

1. IURAN

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan

secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja dan/atau Pemerintah untuk

program Jaminan Kesehatan ( Perpres No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan

Kesehatan)


(34)

2. Pembayar Iuran

bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan dibayar oleh Pemerintah.

bagi Peserta Pekerja Penerima Upah

dibayar oleh Pemberi Kerja dan Pekerja.

Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta

Pekerja Bukan Penerima Upah dan peserta bukan Pekerja dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.

Besarnya iuran jaminan kesehatan ditetapkan melalui Peraturan Presiden .


(35)

3. Pembayaran Iuran

Setiap peserta wajib membayar

iuran yang besarnya ditetapkan

berdasarkan persentase dari upah

(untuk pekerja penerima upah) atau

suatu jumlah nominal tertentu

(untuk bukan penerima upah dan

PBI).


(36)

4. Cara pembayaran Fasilitas Kesehatan

BPJS Kesehatan membayar kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan Kapitasi.

Sedangkan untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjut, BPJS membayar dengan cara INA

CBG’s.

Jika disuatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan kapitasi, BPJS

Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang

lebih berhasil guna.


(37)

4. Cara pembayaran Fasilitas Kesehatan(2)

Pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang tidak menjalin

kerjasama dengan BPJS Kesehatan dibayar dengan penggantian biaya, yang ditagihkan

langsung oleh fasilitas kesehatan kepada BPJS Kesehatan dan dibayar setara dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut

BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim

diterima lengkap.


(38)

4. Cara pembayaran Fasilitas Kesehatan(3)

Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan ditentukan berdasarkan

kesepakatan BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri

Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran pembayaran, Menteri memutuskan besaran

pembayaran atas program JK yang diberikan

Asosiasi fasiltias kesehatan ditetapkan oleh Menteri


(39)

5. Iur Biaya (additional charge)

Manfaat tambahan dalam Jaminan Kesehatan Nasional adalah manfaat non medis berupa akomodasi. Misalnya: Peserta yang

menginginkan kelas perawatan yang lebih

tinggi dari pada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih

antara biaya yang dijamin oleh BPJS

Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan.


(40)

6. Pertanggungjawaban BPJS Kesehatan(1)

• BPJS Kesehatan wajib menyampaikan

pertanggungjawaban atas pelaksanaan

tugasnya dalam bentuk laporan

pengelolaan program dan laporan

keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya.


(41)

7. Pertanggungjawaban BPJS Kesehatan(2)

• Laporan tersebut dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya.

• Periode laporan dimulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.


(42)

1. Jenis Pelayanan

Manfaat Jaminan Kesehatan terdiri atas 2 jenis yaitu manfaat medis berupa

pelayanan kesehatan dan manfaat non

medis meliputi akomodasi dan ambulans.

Ambulans hanya diberikan untuk pasien

rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan

kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.


(43)

2. Prosedur Pelayanan

• Peserta harus memperoleh

pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama.

• Dalam hal Peserta memerlukan

pelayanan kesehatan tingkat

lanjutan harus melalui rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama kecuali dalam keadaan

kegawatdaruratan medis.


(44)

3. Kompensasi Pelayanan

Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat guna

memenuhi kebutuhan medis sejumlah

Peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi dapat berupa: penggantian

uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau penyediaan Fasilitas Kesehatan

tertentu. Penganian uang tunai hanya

digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.


(45)

4. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan

Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang menjalin kerjasama dengan

BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik Pemerintah,

Pemerintah Daerah dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui

kredensialing dan rekredensialing.


(46)

• Manfaat Jaminan Kesehatan terdiri

atas 2 jenis yaitu Manfaat medis

berupa pelayanan kesehatan dan

Manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans.

• Ambulans hanya diberikan untuk

pasien rujukan dari Fasilitas

Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS

Kesehatan.


(47)

Manfaat medis bersifat pelayanan

perorangan: promotif, preventif, kuratif & rehabilitatif termasuk BMHP dan

obat sesuai kebutuhan medis.

Manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas

Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.


(48)

Pelayanan yg tidak dijamin;

a) Tidak sesuai prosedur

b) Pelayanan diluar Faskes Yg bekerjasama dng BPJS c) Pelayanan bertujuan kosmetik,

d) General check up, pengobatan alternatif,

e) Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, Pengobatan Impotensi,

f) Pelayanan Kes Pada Saat Bencana ; dan

g) Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang Timbul Akibat Kesengajaan Untuk Menyiksa Diri Sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba


(49)

1. Lembaga Penyelenggara JKN

Jaminan Kesehatan Nasional

diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang merupakan badan hukum publik milik negara yang bersifat non profit dan bertanggungjawab kepada

Presiden.

BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi.


(50)

• Dewan Pengawas terdiri atas 2 (dua) orang unsur Pemerintah, 2(dua) orang unsur Pekerja, 1 (satu) orang unsur

Pemberi Kerja, 1 (satu) orang

Masyarakat, 1 (satu) orang unsur

Tokoh Masyarakat. Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh

Presiden.


(51)

2. Hubungan Antar Lembaga

BPJS melakukan kerjasama dengan lembaga pemerintah, lembaga lain di dalam negeri atau di luar negeri dalam rangka meningkatkan kualitas

peneyelenggaraan program jaminan sosial (JKN).


(52)

3. Monitoring dan Evaluasi

• Monitoring dan evaluasi

penyelenggaraan pelayanan

jaminan kesehatan merupakan bagian dari sistem kendali mutu dan biaya.

• Merupakan tanggung jawab

Menkes, dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan DJSN.


(53)

4. Pengawasan

Pengawasan terhadap BPJS

dilakukan secara eksternal dan internal.

Pengawasan internal oleh organ BPJS:

a. Dewan pengawas; dan

b. Satuan pengawas internal

Pengawasan eksternal :

a. DJSN; dan

b. Lembaga pengawas independen


(54)

Kantor Pusat BPJS berada di Ibukota Negara, dengan jaringannya di

seluruh Kabupaten/Kota.


(55)

1. Pengertian

 Keluhan adalah ungkapan ketidakpuasan dari pemangku kepentingan (peserta,

faskes, BPJS, asosiasi faskes) terhadap penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional.

 Penanganan keluhan adalah suatu upaya atau proses untuk mengetahui suatu

permasalahan dengan jelas, menilai, mengatasi dan menyelesaikan

permasalahan tersebut.


(56)

2. Prinsip Penanganan Keluhan

Obyektif,

Responsif (cepat dan Akurat).

Koordinatif,

Efektif dan efisien, Akuntabel

Transparan,.


(57)

3. Mekanisme Penanganan Keluhan

• peserta dapat mengajukan pengaduan kepada fasilitas kesehatan yang

bekerjasama dengan BPJS dan atau BPJS Kesehatan.

• Sedangkan BPJS kesehatan dapat

mengajukan pengaduan kepada fasilitas kesehatan dan atau asosiasi fasilitas

kesehatan.

• Apabila para pihak merasa tidak puas atas penyelesaian keluhan tersebut maka para pihak dapat menyampaikan pengaduan kepada Menteri Kesehatan.


(58)

TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

BERSAMA KITA BISA


(1)

4. Pengawasan

Pengawasan terhadap BPJS

dilakukan secara eksternal dan internal.

Pengawasan internal oleh organ BPJS: a. Dewan pengawas; dan

b. Satuan pengawas internal

Pengawasan eksternal :

a. DJSN; dan

b. Lembaga pengawas independen


(2)

Kantor Pusat BPJS berada di Ibukota

Negara, dengan jaringannya di

seluruh Kabupaten/Kota.


(3)

1. Pengertian

 Keluhan adalah ungkapan ketidakpuasan dari pemangku kepentingan (peserta,

faskes, BPJS, asosiasi faskes) terhadap penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional.

 Penanganan keluhan adalah suatu upaya atau proses untuk mengetahui suatu

permasalahan dengan jelas, menilai, mengatasi dan menyelesaikan

permasalahan tersebut.


(4)

2. Prinsip Penanganan Keluhan

Obyektif,

Responsif

(cepat dan Akurat).

Koordinatif

,

Efektif dan efisien

,

Akuntabel

Transparan

,.


(5)

3. Mekanisme Penanganan Keluhan • peserta dapat mengajukan pengaduan

kepada fasilitas kesehatan yang

bekerjasama dengan BPJS dan atau BPJS Kesehatan.

• Sedangkan BPJS kesehatan dapat

mengajukan pengaduan kepada fasilitas kesehatan dan atau asosiasi fasilitas

kesehatan.

• Apabila para pihak merasa tidak puas atas penyelesaian keluhan tersebut maka para pihak dapat menyampaikan pengaduan kepada Menteri Kesehatan.


(6)

TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

BERSAMA KITA BISA