PPT SISTEM AKUAKULTUR

Pengembangan IMTA 
(Integrated Multi 
Trophic Aquaculture) 
Berbasis Ekosistem 
Lokal Melalui 
Peningkatan Produksi 
dan Diversitas Yang 
Ramah Lingkungan di 
Indonesia
Kelompok 7

Latar Belakang
Budidaya Perikanan merupakan salah satu solusi
dalam mengatasi permintaan perikanan yang terus
menerus mengalami peningkatan. Budidaya laut telah
dikenal dengan pemanfaatan keramba jaring apung
dan keramba jaring tancap, namun pemanfaatannya
secara tidak langsung dari marikultur merusak daerah
karang dan pencemaran di laut. Kerusakan ini terjadi
akibat dari limbah yang tidak termanfaatkan sehingga
menyebabkan racun pada organisme di sekitar

budidaya. Oleh karena itu, melalui IMTA diharapkan
mampu mereduksi limbah yang dihasilkan dari
budidaya laut.

Perkembangan Produksi 
Marikultur di Indonesia

Perkembangan Produksi 
Marikultur di Indonesia
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2009) dapat
disimpulkan
bahwa
terjadi
peningkatan
produksi
akuakultur terutama dalam budidaya laut selama 6 tahun
terkahir. Peningkatan jumlah produksi juga menyebabkan
peningkatan dari limbah. Oleh karena itu dapat
mengakibatkan terjadinya eutrofikasi.
Marikultur atau budidaya laut memerlukan pakan.

Pakan ikan dibuat dengan bahan baku yaitu tepung ikan.
Tepung ikan selama ini berasal dari ikan hasil tangkapan,
namun
semakin
berjalannya
waktu
mengalami
penurunan. Oleh karena itu pemanfaatan dan efesiensi
pakan merupakan solusi terbaik untuk mencegah

Perkembangan Produksi 
Marikultur di Indonesia
IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture) untuk
mengoptimalkan hasil perikanan sistem budidaya yaitu
reduksi limbah, efesiensi pakan dan diversifikasi produk.
IMTA adalah salah satu bentuk dari budidaya laut dengan
memanfaatkan penyediaan pelayanan ekosistem oleh
organisme trofik rendah (kerang dan rumput laut) yang
disesuaikan sebagai mitigasi terhadap limbah dari
organisme tingkat trofik tinggi (ikan). IMTA diterapkan

sebagai solusi terhadap mitigasi limbah yang dikeluarkan
dalam marikultur dan peningkatan efesiensi dari pakan
sehingga tidak mencemari lingkungan.

Perkembangan IMTA (Integrated 
Multi Trophic Aquaculture)
IMTA berbeda dengan polikultur. Polikultur adalah
mebudidayakan lebih dari satu spesies tanpa
memperhatikan kegunaan spesies dalam ekosistem,
sedangkan IMTA menitik beratkan pada kemampuan
spesies dalam menjaga keseimbangan ekosistem
sehingga keseimbangan ekosistem mempu terjaga
dengan baik. IMTA digunakan hampir seluruh wadah
budidaya baik laut maupun darat karena setiap
keseimbangan ekosistem diterapkan

Perkembangan IMTA (Integrated 
Multi Trophic Aquaculture)

Matriks IMTA


Perkembangan IMTA (Integrated 
Multi Trophic Aquaculture)
IMTA adalah sebuah solusi ramah lingkungan dan
berkelanjutan dari akuakultur. Pakan ikan yang diberikan
dalam wadah tidak semuanya mempu dikonversi menjadi
daging dan sisanya menjadi amoniak dan CO2 dari insang
sebagai hasil metabolisme dan feses dari hasil sisa
penyerapan oleh tubuh. Limbah sisa pakan dapat
dimanfaatkan oleh hewan pemakan sisa atau detritus.
Limbah dalam bentuk larutan yang tidak dimanfaatkan
oleh hewan dijadikan nutrisi bagi rumput laut untuk
tumbuh dan berkembang.

Perkembangan IMTA (Integrated 
Multi Trophic Aquaculture)
Keunggulan sistem IMTA dapat diketahui berdasarkan
ekonomi, lingkungan dan keamanan pangan bagi
organisme budidaya dan manusia. IMTA telah diterapkan
di berbagai negara salah satunya di Kanada. IMTA di

Kanada memanfaatkan remis, salmon dan rumput laut.
Pemanfaatan limbah dari sisa pakan salmon maupun dari
feses dapat diserap oleh remis dalam bentuk suspensi
dan remis akan mengalami metabolisme dalam bentuk
amoniak dan penambahan amoniak dapat berasal dari
ikan sebagai hasil metabolisme.

Perkembangan IMTA (Integrated 
Multi Trophic Aquaculture)
IMTA di laut mediteranian digunakan sebagai salah
satu solusi untuk mengatasi oligotrofik yang terjadi pada
ekosiste. IMTA yang dilakukan adalah integrasi budidaya
antara ikan salmoid dengan remis. Hasilnya cukup baik
karena mampu menghasilkan ikan dan remis yang dimana
hasil suspensi ataupun limbah dapat dimanfaatkan oleh
organisme lain, namun kekurangannya tidak ada yang
memanfaatkan limbah inorganik karena tujuannya adalah
dengan meningkatkan oligotrofik namun tidak mencapai
blooming dari plankton.


Perkembangan IMTA (Integrated 
Multi Trophic Aquaculture)

Kegiatan IMTA di Laut Mediteranea Integrasi Salmon dan Remis

Perkembangan IMTA (Integrated 
Multi Trophic Aquaculture)
Perkembangan IMTA yang berasal dari negeri sub
tropis yang cenderung dengan iklim dingin diawali
dengan Skotlandia dengan budidaya salmon dalam
keramba jaring lingkar atau hydrodinamik yang
diintegrasikan dengan bulu babi dan kelp. Sistem salmon,
bulu babi dan kelp ini memerlukan waktu yang lama
dalam mereduksi limbah karena ketiadaan organisme
biofilter yang mampu memanfaatkan limbah tersuspensi
sehingga budidaya dengan pendekatan ekosistem alami
akan tercapai.

Potensi Pengembangan IMTA di 
Indonesia

Potensi dalam pengembangan IMTA di Indonesia dapat
diterapkan melalui KJA atau KJT. Sistem ini dapat dimodifikasi
dengan melakukan pendayagunaan berbagai organisme dalam
suatu ekosistem. IMTA di Indonesia sangat tepat dilaksanakan
pada daerah pesisir atau karang karena daerah tersebut
merupakan wilayah budidaya yang sangat sesuai dengan
teknologi budidaya KJA dan KJT. Keadaan umum Indonesia
hampir seluruh budidaya baik laut dan tawar secara intensive
merupakan monokultur sehingga hal inilah yang menyebabkan
terjadinya perubahan ekosistem alamiah menjadi tercemar

Potensi Pengembangan IMTA di 
Indonesia
Organisme kultur berasal ekosistem lokal yang
terdapat dalam suatu daerah dapat dilaksankan sebagai
penyusun dalam sistem IMTA, karena ekosistem lokal
memiliki adaptasi yang lebih baik dibandingkan dengan
organisme introduksi dari luar. Organisme yang berasal
dari ekosistem yang dimanfaatkan adalah kerapu, kakap,
baronang, karena ketiga ikan ini memilki nilai ekonomis

yang tinggi serta pembenihan dari ikan karang ini telah
diketahui sehingga pasokan benih sebagi unsur budidaya
telah terpenuhi.

Potensi Pengembangan IMTA di 
Indonesia

Aplikasi Sistem IMTA di Indonesia Melalui Ekosistem Lokal

Potensi Pengembangan IMTA di 
Indonesia
Jenis organisme dalam ekosistem lokal Indonesia
untuk invertebrata detritifor sangat banyak yaitu jenis
teripang pandan, putih dan koro dan memiliki harga
yang tinggi di pasaran. Jenis abalone yang bisa
dimanfaatkan adalah bulu babi landak. Jenis rumput
laut adalah Euchema sp dan Gracuilaria sp yang telah
dibudidayakan oleh masyarakat baik dalam bentuk
longline maupun rakit


Strategi Aplikasi Implementasi 
IMTA di Indonesia

Terimakasih

Kelompok 7