Eksistensi Pos Bantuan Hukum (POSBAKUM) di Pengadilan Agama Sungguminasa - Repositori UIN Alauddin Makassar

  

EKSISTENSI POS BANTUAN HUKUM (POSBAKUM) DI

PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Jurusan Ilmu Hukum Pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

  (UIN) Alauddin Makassar Oleh:

  

ASHMI AMRAN

NIM: 10500112040

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

  

2016

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Mahasiswa yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ashmi Amran NIM : 10500112040 Tempat / Tgl lahir : Manokwari, 10 Juli 1994 Jurusan /Prodi /Konsentrasi : Ilmu Hukum/ Perdata Fakultas / Progam

  : Syari’ah dan Hukum Alamat : Jl.Aroepala, Angin Mammiri Residence G1/9, kel.

  Karunrung, kec. Rappocini, Kota Makassar. Judul : Eksistensi Pos Bantuan Hukum (POSBAKUM) di Pengadilan Agama Sungguminasa.

  Menyatakan dengan kesungguhan dan penuh kesadaran bahwa skripsi yang tertera dalam pernyataan adalah hasil karya sendiri. Dan jika di kemudian hari terbukti bahwa yang bersangkutan merupakan duplikat,tiruan dan merupakan bentuk plagiat karya orang lain. Maka dengan ini skripsi dan gelar yang di peroleh karenanya batal demi Hukum.

  Makassar, 31 Maret 2016 Penulis, Ashmi Amran NIM. 10500112040

  

24

KATA PENGANTAR

  AssalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh Alhamdulillah rabbil alamin, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberi banyak berkah kepada penyusun, diantaranya keimanan dan kesehatan serta kesabaran sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya kepada-Nyalah penyusun menyerahkan diri dan menumpahkan harapan, semoga segala aktivitas dan produktivitas penyusun mendapatkan limpahan rahmat dari Allah SWT.

  Salam dan shalawat kepada Nabiyullah Muhammad SAW., keluarga, dan para sahabat yang telah memperjuangkan agama Islam dan Ummat yang mengikuti ajaran- Nya hingga akhir zaman.

  Skripsi dengan judul “Eksistensi Pos Bantuan Hukum (POSBAKUM) Di Pengadilan Agama Sungguminasa” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas.

  Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai pihak. Penulis menyadari tentang banyaknya kendala yang dihadapi dalam penyusunan skripsi ini. Namun berkat do’a, motivasi dan kontribusi dari berbagai pihak,

  Untuk itu penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Orang tua tercinta, Ayahanda Drs. Muh. Arsyad, dan Ibunda Kasmawati dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan serta dukungan penuhnya baik berupa materi, nasehat, dan do’a yang tulus, saudara-saudara ku Asyraful Anam, dan Dhia Muthi’ah, serta keluarga yang senantiasa memberikan restu dan doa’nya.

  2. Bapak Prof. Dr. Musafir Pabbari, M.Si., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  3. Bapak Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum, Wakil Dekan I Bapak Dr. H. Abdul Halim Talli, S.Ag., M.Ag., Wakil Dekan II Bapak Dr. Hamsir, S.H., M.Hum., Wakil Dekan III Bapak Dr. H. M. Saleh Ridwan, M.Ag.

  4. Ibu Istiqamah, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  5. Bapak Rahman Syamsuddin, S.H., M.H., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hukum Fakultas

  Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar sekaligus sebagai penguji pertama yang telah memberikan saran dan arahannya dalam penyempurnaan skripsi.

  6. Bapak Drs. Hadi Daeng Mapuna, M.Ag., selaku pembimbing pertama yang telah banyak memberikan bantuan dan pengarahan serta meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing penulis.

  7. Ibu St. Nurjannah, S.H., M.H., selaku pembimbing kedua yang telah banyak memberikan bantuan dan pengarahan serta meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing penulis.

  8. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, M.A., selaku penguji kedua yang telah memberikan saran dan pengarahan serta meluangkan waktu dan pikirannya dalam penyempurnaan skripsi.

  9. Bapak, Ibu Dosen, serta seluruh Staf Jurusan Ilmu Hukum atas curahan ilmu pengetahuan dan segala bantuan yang diberikan pada penulis sejak menempuh pendidikan hukum, hingga saat ini.

  10. Wakil Ketua dan Sekretaris Pengadilan Agama Sungguminasa yakni Bapak Bapak

  Drs.Ahmad Nur, M.H., selaku wakil ketua dan Bapak Drs. Muhammad Amin, M.A., selaku sekretaris yang telah memberikan fasilitas, waktu, tempat dan bantuannya

  selama penelitian dan semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil.

11. Teman seperjuangan saya, Nugraha Hasan, S.H., Andi Haris Ashari, S.H.,

  Azwar Jayanegara, S.H., Rosdiana Selvi, S.H., Siti Khadijah Nur Fajri, S.H., Pratiwi Aurina, S.H., Muhammad Akbar, S.H., dan Irwan Asmin, S.H. Terima kasih untuk kesabaran dan dukungan semangat, serta semua bantuan selama ini.

  12. Teman-teman angkatan 2012 khususnya Kelas Ilmu Hukum 1,2 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semua kebersamaan dan bantuannya selama ini.

13. Semua pihak yang berpartisipasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

  Besar harapan saya kiranya skripsi ini dapat bernilai ibadah di sisi Allah SWT, dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.

  Makassar, 31 Maret 2016 Penulis, Ashmi Amran NIM. 10500112040

  DAFTAR ISI JUDUL ………………………………………………………………… i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……………………………… i PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………. ii PENGESAHAN ………………………………………………………. iii KATA PENGANTAR ………………………………………………... iv DAFTAR ISI …………………………………………………………. viii DAFTAR GAMBAR DAN TABEL …………………………………. xi ABSTRAK ………………………………………………………….... xii BAB

  I PENDAHULUAN ………………………………………. 1-12 A.

  Latar Belakang ……………………………………… 1 B. Rumusan Masalah …………………………………... 9 C. Definisi Operasional ………………………………... 10 D.

  Kajian Pustaka ………………………………………. 11 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………………. 12

  BAB

  II TINJAUAN TEORETIS ………………………………… 13-21 A.

  Tinjauan Umum Tentang Pelayanan Bantuan Hukum (Posbakum) di Pengadilan…………………………..... 13 1.

  Pengertian Posbakum Pengadilan ………………. 15 2. Landasan Bantuan Hukum ……………………… 17 3. Tujuan Pelayanan Bantuan Hukum Posbakum ….. 18 4. Prinsip dan Asas Bantuan Hukum ……………… 18 B. Kerangka Konseptual ………………………………. 21

  BAB

  III METODOLOGI PENELITIAN ………………………... 22-25 A.

  Jenis Penelitian ……………………………………... 22 B. Lokasi Penelitian …………………………………… 22 C. Pendekatan Penelitian ……………………………… 23 D.

  Sumber Data ………………………………………... 23 E. Metode Pengumpulan Data ………………………… 24 F. Instrumen Penelitian ……………………………….. 25 G.

  Teknik Pengelolahan dan Analisis Data …………… 25

  BAB IV EKSISTENSI POSBAKUM DI PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA ……………………………………... 26-56 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………… 26 1. Kondisi Geografis ……………………………….. 28 2. Visi dan Misi …………………………………….. 28 3. Tugas Pokok dan Fungsi ………………………… 30 B. Analisis Pelaksanaan Program Posbakum di Pengadilan Agama Sungguminasa ………………………………. 34 1. Mekanisme Penunjukan Jasa Posbakum ………... 38 2. Mekanisme Kerja Posbakum ……………………. 39 3. Mekanisme Pelaksanaan Posbakum …………….. 41 4. Mekanisme Pemberian Jasa Posbakum…………... 45 5. Larangan dan Kewajiban Bagi Petugas Posbakum

  ………………………………………………….... 46 C. Analisis Faktor- Faktor Yang Menjadi Penunjang dan

  Pengham bat …………………………………………. 47 1.

  Faktor Penunjang ……………………………….. 49 2. Faktor Pengahambat …………………………….. 56

  A.

  Kesimpulan ………………………………………….. 60 B. Implikasi Penelitian …………………………………. 61

  DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….... 63 LAMPIRAN-

  LAMPIRAN …………………………………………… 66 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………….. 70

  DAFTAR GAMBAR DAN TABEL Gambar 1. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sungguminasa

  ………...33 Gambar 2. Pengumuman Pendaftaran Pemberi Jasa Layanan Posbakum .....37 Tabel 1. Laporan Pelaksanaan Posbakum Tahun 2015

  …………………..43 Tabel 2. Rencana Kinerja Posbakum Tahun 2016

  ……………………….54

  

ABSTRAK

Nama : Ashmi Amran Nim : 10500112040 Judul : Eksistensi Pos Bantuan Hukum (POSBAKUM) di Pengadilan Agama Sungguminasa

  Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitis melalui pendekatan normatif empiris. Tujuannya adalah untuk mengetahui pelaksanaan program Posbakum di Pengadilan Agama Sungguminasa, serta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Posbakum.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu dengan mendeskriptifkan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap data yang diperoleh dari wawancara dan telaah pustaka serta dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, dengan dianalisa secara kualitatif yaitu dengan jalan memberikan penilaian apakah program layanan bantuan hukum Posbakum telah terlaksana di pengadilan.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa program layanan Posbakum di Pengadilan Agama Sungguminasa telah terlaksana dengan baik, hal tersebut diperoleh berdasarkan kesuksesan pelaksanaan Posbakum di tahun 2015 dan pada tahun ini mulai kembali dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2016. Dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Posbakum adalah terutama tesedianya sarana dan fasilitas, dukugan kelembagaan, dan tingkat pemahaman masyarakat terhadap eksistensi Posbakum di Pengadilan Agama Sungguminasa.

  Untuk itu dengan mengacu pada Perma No. 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu di Pengadilan, kiranya dapat dipastikan akan membawa manfaat luas tidak saja bagi penyelenggaraan bantuan hukum yang menjadi sasaran pemerataan keadilan tetapi juga bagi kelangsungan pendidikan hukum. Sehingga dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan di bidang hukum pada umumnya dan memberikan wawasan seluas- luasnya kepada masyarakat pecinta hukum tentang pentingnya penegakan hukum dan keadilan melalui bantuan hukum pada khususnya, dan berdampak pada peningkatan kualitas para sarjana hukum.

  Kata kunci : Posbakum, pengadilan agama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bantuan hukum adalah salah satu upaya mengisi hak asasi manusia terutama

  bagi masyarakat miskin di Indonesia. Orang kaya sering tidak membutuhkan bantuan hukum karena sebetulnya hukum itu dekat dengan orang kaya. Kekayaan memberikan perlindungan hukum yang lebih aman, malah sering juga melestarikan ketidakadilan

  1

  hukum antara si kaya dan si miskin. Seseorang yang mampu membayar advokat kelas satu akan mendapatkan harapan sukses yang lebih besar, seorang yang mampu membayar dokter spesialis akan mempunyai harapan yang lebih besar dari seorang yang hanya mampu membayar seorang mantri, dan seorang lulusan universitas negeri akan mempunyai harapan yang lebih besar jika dibandingkan dengan seorang lulusan universitas swasta. Pengotak-kotakan memang telah menjadi sifat kehidupan. Rasa hormat atau kepercayaan terhadap “persamaan” adalah contoh dari ketidak jujuran kita

  2 terhadap diri kita.

  Sejalan dengan perkembangan hukum, kegiatan bantuan hukum khususnya bagi masyarakat miskin yang buta hukum yang tampak semakin luas dan memasyarakat, suatu pandangan kritis terhadap konsep-konsep bantuan hukum yang 1 Ihdi Karim Makinara, “Pengaruh Bantuan Hukum Terhadap Masyarakat Miskin: Meninjau

  Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2011 tetang Bantuan Hukum”, tinjauan terhadap buku Keadilan dan Efektifitas dalam Pembangunan Kesempatan Hidup , oleh C.J.M. Schuyt, Rechtsvinding vol. 2 no. 1 (2013), h. 2. 2 kini dikembangkan di Indonesia banyak dikemukakan oleh kalangan hukum. Baik toritis maupun praktisi, maupun kalangan ilmuwan sosial. Berbicara mengenai bantuan hukum sebenarnya tidak telepas dari fenomena hukum itu sendiri. Seperti telah diketahui bahwa keberadaan (program) bantuan hukum adalah salah satu cara untuk meratakan jalan menuju kepada pemerataan keadilan bagi masyarakat yang penting

  3 artinya bagi pembangunan hukum (khususnya) di Indonesia.

  Oleh sebab itu, tujuan bantuan hukum perlu diperluas, tidak saja terbatas pada bantuan hukum individual dan bersifat kota, tetapi juga struktural. Karena masalah pelanggaran HAM seringkali menindas masyarakat miskin pedesaan. Karena itu, bantuan hukum harus diartikan sebagai upaya membebaskan masyarakat miskin dari struktur yang menindas mereka. Kalau ini masalahnya, maka bantuan hukum harus mampu membuka mata dan perasaan orang miskin bahwa mereka adalah korban dari sistem sosial yang tidak adil. Kesadaran bahwa mereka miskin dan tertindas mesti dipompakan kepada mereka.

  Walau sejarah bantuan hukum sudah ada dalam sistem Romawi kuno, itu sebagai bagian dari sistem sejarah, namun baru setelah revolusi Prancis pemberian bantuan hukum menjadi bagian dari proses hukum walau pengertian bantuan hukum disini adalah warga masyarakat yang harus tampil sendiri mempertahankan hak-

3 Bambang Sunggono dan Aries Harianto, Bantuan Hukum dan HAM (Cet. Ke-3; Bandung:

  haknya. Pemberian Bantuan Hukum dalam bentuk hak untuk didampingi oleh

  4 penasehat atau kuasa hukum dalam proses hukum, baru muncul pada abad ke-20.

  Dalam penegakan hukum Islam, advokat, pengacara, arbiter, konsultan atau penasihat hukum yang berperan memberikan jasa hukum. Secara umum, fungsi mereka adalah memberikan nasihat atau bantuan jasa hukum kepada para pihak agar mereka saling melaksanakan kewajiban dan mengembalikan haknya kepada pihak lain secara

  

ishlah dan musyawarah mufakat sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Asy-

  Syuura/42: 38. tentang kewajiban bermusyawarat tentang masalah keduniaan, Terjemahannya:

  “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan

  5 kepada mereka.”

  Di Indonesia bantuan hukum sebagai suatu legal institution (lembaga hukum) semula tidak dikenal dalam hukum tradisional, dia baru dikenal di Indonesia sejak

  6

  masuknya atau berlakunya sistem barat di Indonesia. Perkembangan bantuan hukum

  4 Soerjono Soekanto, dkk., Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosio Yuridis (Cet. Ke-1; Jakarta: Ghalia Indo, 1983), h. 11-12. 5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahan (Medinah Munawwarah: Kompleks Percetakan al Qur’an Khadim al Haramain asy Syarifain, 1989), h. 789. 6 di Indonesa mulai masuk babak baru ketika di era tahun 70-an. Babak baru tersebut dimulai ketika berdirinya Lembaga Bantuan Hukum Jakarta yang didirikan oleh Adnan Buyung Nasution dkk. Selain karena mengusung konsep baru dalam pelaksanaan program bantuan hukum di Indonesia, LBH Jakarta juga dianggap sebagai cikal bakal bantuan hukum yang terlembaga yang dikatakan paling berhasil pada masa itu hingga lembaga bantuan hukum ini kemudian mendorong tumbuhnya berbagai macam bentuk

  7 organisasi dan wadah bantuan hukum di Indonesia.

  Dalam kurun waktu tersebut hingga sekarang, banyak hal yang menunjukkan bahwa pemberian bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu sangat diperlukan, dan diharapkan adanya peningkatan intensitas pelaksanaan bantuan hukun dari tahun ke tahun. Arah kebijakan dari program bantuan hukum itu sendiri yakni bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam bidang hukum dan menjamin hak-hak masyarakat kurang mampu atau buta hukum agar mereka memperoleh kedudukan yang sama di mata hukum.

  Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, di dalam Pembukaan alinea pertama pula menyatakan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Hal

7 Daniel S. Lev, Hukum dan Politik di Indonesia atau Kesinambungan dan Perubahan, alih bahasa Nirwono dan AE Priono (Jakarta: LP3ES, 1990) h. 495.

  tersebut memberikan mandat pada negara untuk memberikan bantuan bagi setiap

  8 warga negara yang mengalami kesulitan mendapat akses hukum dan keadilan.

  Maksud dan tujuan dari pernyataan tersebut ini adalah manusia sebagai makluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, pada hakekatnya memiliki harkat dan martabat yang sama dan harkat dan martabat ini tidak dapat dicabut oleh siapapun. Dengan demikian segala hal yang menyangkut perlindungan harkat dan martabat diatur lebih lanjut seperti diamanatkan dalam UUD 1945, bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan bantuan hukum, hak untuk mendapatkan bantuan hukum, hak untuk mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum yang merupakan bagian dari hak

  9 konstitusional.

  UUD 1945 inilah yang menjadi dasar pembentukan Peraturan Perundang- Undangan, salah satunya adalah Undang-Undang No 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

  Dalam kaitan itu, telah disahkan dan diundangkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum dalam konsiderannya menyatakan a) bahwa negara menjamin hak konstitusional setiap orang untuk mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di 8 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, bab XA, pasal 28H ayat (2) menyatakan

  

bahwa setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. 9 hadapan hukum sebagai sarana perlindungan hak asasi manusia; b) bahwa negara bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai perwujudan akses terhadap keadilan; c) bahwa pengaturan mengenai bantuan hukum yang diselenggarakan oleh negara harus berorientasi pada terwujudnya perubahan sosial yang berkeadilan; dan d) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk undang-undang tentang Bantuan Hukum.

  Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang No 16 Tahun 2011, dasar pertimbangan dikeluarkannya Undang-Undang ini bahwa negara bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai perwujudan akses terhadap keadilan, juga sebagai pengaturan mengenai bantuan hukum yang diselenggarakan oleh negara harus berorientasi pada terwujudnya perubahan sosial yang berkeadilan.

  Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (5) UU No 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yang menentukan bahwa “Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian bantuan h ukum diatur dengan Peraturan Pemerintah” dan ketentuan Pasal 18 UU No 16 Tahun 2011 tentang bantuan hukum yang menentukan bahwa “Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyaluran dana Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) pemberian bantuan hukum diatur dalam Peraturan Pemerintah”, maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2013 tentang syarat dan tata cara pemberian bantuan hukum dan penyaluran dana bantuan hukum.

  Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum. Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin. Sedangkan Pemberi Bantuan Hukum adalah Lembaga Bantuan Hukum atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum berdasarkan UU No 16 Tahun 2011.

  Masyarakat miskin menghadapi hambatan utama dalam masalah keuangan untuk mengakses Pengadilan Agama yang berkaitan dengan biaya perkara dan biaya transportasi untuk datang ke Pengadilan. Tetapi oleh Mahkamah Agung diberikan kemudahan yakni dengan menyelenggarakan sidang keliling dan pembebasan biaya perkara dengan proses prodeo.

  Prodeo dan sidang keliling sudah mulai berjalan di seluruh Pengadilan Agama di Indonesia. Namun demikian, bantuan hukum bagi masyarakat kurang mampu tidak hanya sebatas pada pemberian kedua fasilitas tersebut. Masyarakat miskin biasanya identik dengan tingkat pendidikan rendah yang berimplikasi pada minimnya pengetahuan mereka terhadap masalah hukum ketika harus membawa perkaranya ke pengadilan.

  Masyarakat yang tidak mampu dan awam hukum dalam mengajukan perkaranya ke pengadilan sering kali dihadapkan pada aturan dan bahasa hukum yang kadang terkesan kaku dan prosedural. Baik dalam tahapan litigasi maupun non litigasi semuanya harus dilakukan sesuai dengan aturan hukum itu sendiri atau jika tidak permohonan atau gugatan yang akan diajukan akan ditolak pengadilan padahal bisa jadi hanya karena tidak memenuhi aspek prosedural hukum.

  Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 D (1) menyatakan dengan tegas bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Jaminan negara ini kemudian dijabarkan dalam berbagai Undang-Undang dan peraturan yang berkaitan dengan akses masyarakat terhadap hukum dan keadilan.

  Pos bantuan hukum (Selanjutnya disingkat Posbakum) termasuk organisasi bantuan hukum yang resmi di Pengadilan Agama berdasarkan SEMA No. 10 Tahun 2010. Pos bantuan hukum adalah ruang yang disediakan oleh dan pada setiap Pengadilan Agama bagi pemberi bantuan hukum dalam memberikan layanan bantuan hukum kepada pemohon bantuan hukum dalam hal pemberian advis atau konsultasi hukum, bantuan pembuatan surat gugatan/permohonan.

  Untuk langkah awal, posbakum telah dilaksanakan secara serentak sejak tanggal 1 Maret 2011 di 46 Pengadilan Agama di seluruh Indonesia. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai pilot proyek yang nanti diharapkan seluruh Pengadilan Agama di Indonesia juga telah dapat mengimplementasikan Posbakum tersebut. Sebanyak 46 Pengadilan Agama tersebut merupakan Pengadilan Agama di Ibu Kota Provinsi dan

  10 beberapa Pengadilan Agama yang banyak perkaranya.

  Berdasarkan gambaran di atas, Penulis tertarik membahas seberapa besar efektifitas dari pemberian bantuan hukum khususnya pada layanan Posbakum di Pengadilan Agama Sungguminasa dan pelaksanaannya, dilihat sesuai dengan ketentuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum. Itulah yang melatarbelakangi penulis untuk mengkaji skripsi dengan judul “Eksistensi Pos Bantuan Hukum (Posbakum) di Pengadilan Agama Sungguminasa”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis merumuskan pokok masalah yaitu bagaimana eksistensi Posbakum di Pengadilan Agama Sungguminasa? Adapun sub-sub masalahannya adalah sebagai berikut: 1.

  Bagaimana pelaksanaan program Posbakum di Pengadilan Agama Sungguminasa? 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penunjang dan penghambat dalam penerapan

  Posbakum?

10 Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI), “Pos Bantuan Hukum ala Pengadilan Agama”,

  http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4c936c47d7e41/pos-bantuan -hukum-ala-pengadilan-

C. Definisi Operasional

  Skripsi ini berjudul “Eksistensi Pos bantuan hukum (Posbakum) di Pengadilan Agama Sungguminasa’’. Untuk memberikan arah yang tepat terhadap masalah yang dibahas, penulis berusaha memberikan pengertian kata-kata yang berkaitan dengan judul skripsi ini:

  11 Jadi eksistensi adalah apa yang Kata “eksistensi” diartikan sebagai adanya.

  12 ada atau segala sesuatu yang dialami dan menekankan bahwa sesuatu itu ada.

  Kata “posbakum” diartikan sebagai suatu layanan bantuan hukum yang diberikan oleh Pengadilan untuk setiap orang atau kelompok orang yang tidak mampu secara ekonomi dan /atau tidak memiliki akses pada informasi, konsultasi, advis

  13 hukum, atau bantuan pembuatan dokumen hukum yang dibutuhkan.

  “Pengadilan Agama” merupakan pengadilan tingkat pertama yang melaksanakan kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Agama yang merupakan

  14 peradilan bagi orang-orang yang beragama Islam.

  11 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. Ke-17; Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 267. 12 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 1996), h. 183-185. https: // id. m. wikipedia.org /wiki /Eksistensi. ( 10 Februari 2015). 13 14 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2014, bab V, pasal 22.

  Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

D. Kajian Pustaka

  Kajian pustaka berisi tentang uraian sistematis mengenai hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan maupun dari beberapa buku yang di dalamnya terdapat pandangan dari beberapa ahli. Adapun beberapa literature yang di dalamnya membahas tentang mediasi di pengadilan adalah sebagai berikut: 1.

  Jurnal yang berjudul “Pengaruh Bantuan Hukum Terhadap Masyarakat Miskin (meninjau undang- undang nomor 11 tahun 2011 tentang bantuan hukum)”, yang 15 disusun oleh Ihdi Karim Makinara. Jurnal ini mambahas tentang keberadaan

  Undang-Undang Bantuan Hukum yang belum maksimal memberikan pengaruh terhadap bantuan hukum bagi masyarakat miskin, karena bantuan hukum masih dalam jalur formalistik dan masih bersifat pasif. Namun, jurnal tersebut tidak membahas jenis-jenis bantuan hukum yang dapat dipilih oleh masyarakat di pengadilan.

  16 Buku ini membahas Islam dan Praktiknya)” yang ditulis oleh Dr. Didi Kusnadi. mengenai konsep bantuan hukum dan pengacara, landasan bantuan hukum dan pengacara, prinsip dan asas bantuan hukum dan pengacara, metode perumusan 15 Ihdi Karim Makinara, Pengaruh Bantuan Hukum Terhadap Masyarakat Miskin (Meninjau Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tetang Bantuan Hukum , h. 1. 16 Didi Kusnadi, Bantuan Hukum dalam Islam: Profesi Kepengacaraan dalam Islam dan

2. Buku yang berjudul “Bantuan Hukum dalam Islam (Profesi Kepengacaraan dalam

  konsep bantuan hukum dan pengacara, bantuan hukum dan pengacara dalam kekuasaan kehakiman, dan tujuan bantuan hukum dan pengacara. Namun, di dalam buku tersebut hanya menjelaskan mengenai bantuan hukum dari sisi objek pelaksananya yaitu pengacara.

3. Skripsi yang berjudul “Bantuan Hukum Golongan Tidak Mampu Dalam Perkara

  Hukum Keluarga di Pengadilan Agama Yogyakarta Tahun 2011- 17 1012”, yang disusun oleh M. Shaiful Umam. Dalam skripsi tersebut intinya menjelaskan tentang pelaksanaan penyelesaian sengketa yang dibantu Posbakum di Pengadilan itu membawa keuntungan, diantaranya perkara dapat diselesaikan dengan cepat dan biaya ringan sehingga waktu akan lebih efektif dan golongan tidak mampu dapat berperkara di pengadilan. Namun dalam skripsi tersebut tidak membahas secara detail mengenai bagaimana masyarakat bisa memperoleh layanan tersebut dan fasilitas apa saja yang diberikan Posbakum di pengadilan.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian a.

  Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut: 1)

  Untuk mengetahui pelaksanaan program Posbakum di Pengadilan Agama 17 Sungguminasa?

  M. Shaiful Umam, “Bantuan Huku Golongan Tidak Mampu Dalam Perkara Hukum Keluarga Di Pengadilan Agama Yogyakarta Tahun 2011- 2012”, Skripsi (Yogyakarta: Fak. Syari’ah dan Hukum

  2) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Posbakum? b.

  Sejalan dengan tujuan penelitian yang dikemukakan diatas, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan diantaranya: 1)

  Kegunaan Teoritis Dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan di bidang hukum pada umumnya dan memberikan wawasan seluas-luasnya kepada masyarakat pecinta hukum tentang pentingnya penegakan hukum dan keadilan melalui bantuan hukum pada khususnya.

  2) Kegunaan Praktis

  Dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang ilmu hukum/hukum Islam sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya dan dapat memberikan suatu data atau informasi bagi penelitian berikutya sekaligus menambah khazanah keilmuan.

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Tinjauan Umum Tentang Pelayanan Bantuan Hukum (Posbakum) di Pengadilan Istilah bantuan hukum itu sendiri dipergunakan sebagai terjemahan dari dua

  istilah yang berbeda yaitu

  “Legal Aid” dan “legal Assistance”. Istilah Legal Aid

  biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pengertian bantuan hukum dalam arti sempit berupa pemberian jasa-jasa di bidang hukum kepada seorang yang terlibat dalam suatu perkara secara cuma- cuma atau gratis khususnya bagi mereka yang tidak mampu. Sedangkan pengertian Legal Assistance dipergunakan untuk menunjukkan

  18 pengertian bantuan hukum oleh para Advokat yang mempergunakan honorarium.

  Ide dasar bantuan hukum diklaim oleh sebagian orang sudah ada sejak zaman Yunani dan Romawi kuno, yaitu ketika filsuf Yunani mendiskusikan beberapa aspek yang berkaitan dengan Tuhan, alam, dan manusia. Kemudian, seiring dengan semakin kuatnya pengaruh gerakan hak asasi manusia (HAM), bantuan hukum bukan hanya menjadi nilai perjuangan bagi kaum lemah, miskin dan bodoh, melainkan telah

18 Abdurrahman, Aspek aspek bantuan hukum di indonesia (Yogyakarta: Cendana Press, 1983), h. 34.

  berkembang luas menjadi suatu institusi untuk para pencari keadilan bagi setiap orang.

19 Meskipun persamaan hak dalam hukum Barat berbeda filosofinya dengan

  hukum Islam, secara substansi, hukum Islam telah menggarisi prinsip-prinsip persamaan hak dan penegakan hukum sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran, Sunnah, dan Ijtihad. Di antaranya dalam Q.S. Al

  • – Maaidah ayat 2, Terjemahannya:

  “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada ssuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

19 Adnan Buyung Nasution, Sejarah Bantuan Hukum di Indonesia dalam Bantuan Hukum di

  

Indonesia: Akses Masyarakat Marjinal Terhadap Keadilan , ed. Gatot dan Virza (Jakarta: LBH Jakarta,

2007), h. 3-4.

  jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan

  20 bertakwalah kamu kepada Allah amat berat siksa-Nya.

  Ayat ini menjadi dasar bagi adanya teori bantuan hukum dalam proses penegakan hukum Islam di Peradilan Agama.

  Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011, bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum. Sementara Lampiran B Pasal 1 Ketentuan Umum dalam SEMA Nomor 10 Tahun 2010 disebutkan bantuan hukum adalah pemberian jasa hukum yang difasilitasi oleh negara melalui Peradilan Agama, baik dalam perkara perdata gugatan dan permohonan maupun perkara jinayat. Batuan hukum dalam perkara perdata meliputi pelayanan perkara prodeo, penyelenggaraan sidang keliling dan khususnya pembahasan mengenai penyediaan Pos Bantuan Hukum di Pengadilan Agama Sungguminasa secara cuma-cuma bagi masyarakat tidak mampu.

1. Pengertian Posbakum Pengadilan

  Berdasarkan Undang-Undang No 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum,

  Pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum. Penerima bantuan hukum adalah orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri yang menghadapi masalah hukum. 20 Departemen Agama Republik Indonesia,

  Al Qur’an dan Terjemahan (Medinah Sedangkan dalam SEMA No 10 tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum dinyatakan bahwa yang berhak mendapatkan jasa dari Pos Bantuan Hukum adalah orang yang tidak mampu membayar jasa advokat terutama perempuan dan anak-anak serta penyandang disabilitas, sesuai pertauran perundang-undangan yang berlaku.

21 Bantuan hukum tersebut meliputi menjalankan kuasa, mendampingi,

  mewakili, membela, dan/atau melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum penerima bantuan hukum, yang bertujuan untuk : a. Menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses keadilan.

  b. Mewujudkan hak konstitusional segala warga Negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum.

  c. Menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Indonesia.

  d. Mewujudkan peradilan yang efektif, efisisen, dan dapat dipertanggungjawabkan.

  22 Pasal 25 SEMA No 10 Tahun 2010, bahwa jasa bantuan hukum yang dapat

  diberikan oleh Pos Bantuan Hukum berupa pemberian informasi, konsultasi, dan 21 Surat Edaran Mahkamah Agung No. 10 Tahun 2010, Pasl 27. 22 “Hak Mendapat Bantuan Hukum”, Situs Resmi Pengadilan Agama Sungguminasa. http: //pa-

  

sungguminasa.go.id/pelayanan/21-informasi-masyarakat/35-hak-mendapat-bantuan-hukum (3 Maret advis serta penyediaan Advokat pendamping secara Cuma-Cuma untuk membela kepentingan Tersangka/Terdakwa dalam hal Terdakwa tidak mampu membiayai sendiri penasihat hukumnya.

  Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2014 Pasal 1, Posbakum Pengadilan adalah layanan yang dibentuk oleh dan ada pada setiap Pengadilan tingkat pertama untuk memberikan layanan hukum berupa informasi, konsultasi, dan advis hukum, serta pembuatan dokumen hukum yang dibutuhkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Kekuasaan Kehakiman, Peradilan Umum, Peradilan Agama, dan Peradilan Tata Usaha Negara.

  Petugas Posbakum Pengadilan adalah Pemberi layanan di Posbakum Pengadilan yang merupakan Advokat, Sarjana Hukum, dan Sarjana Syari’ah yang berasal dari Lembaga Pemberi Layaan Posbakum Pengadilan yang bekerjasama dengan Pengadilan dan bertugas sesuai dengan kesepakatan jam layanan Posbakum Pengadilan di dalam perjanjian kerjasama tersebut.

  Lembaga Pemberi Layanan Posbakum Pengadilan adalah lembaga masyarakat sipil penyedia advokasi hukum dan atau unit kerja advokasi hukum pada organisasi profesi advokat dan atau lembaga konsultasi dan bantuan hukum perguruan tinggi.

2. Landasan Bantuan Hukum

  Untuk menentukan landasan bantuan hukum di Pengadilan Agama, maka salah satu badan pelaksana kekuasaan kehakiman yang mandiri di tanah air kita dalam menegakkan hukum berdasarkan hukum Islam bagi pencari keadilan yang beragama Islam.

  Dalam ruang lingkup studi hukum Islam, perumusan norma-norma tentang bantuan hukum dan kepengacaraan dapat ditemukan dari sumber hukum Islam yang gath’i atau dalil naqli, yaitu Al-Quran dan Sunnah, serta hukum Islam yang dzanni atau dalil aqli, yaitu ijtihad. Kedua sumber hukum Islam ini menjadi

  23 landasan hukum adanya konsep bantuan hukum di Pengadilan Agama.

3. Tujuan pelayanan bantuan hukum posbakum

  Tujuan Layanan Hukum bagi masyarakat tidak mampu di Pengadilan adalah untuk: a.

  Meringankan beban biaya yang harus dianggung oleh masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi di pengadilan.

  b.

  Miningkatkan akses terhadap keadilan bagi masyarakat c. Memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tidak mampu mengakses konsultasi hukum untuk memperoleh informasi, konsultasi, advis, dan pembuatan dokumen dalam menjalani proses hukum di Pengadilan.

  d.

  Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang hukum melalui penghargaan, pemenuhan dan perlindungan terhadap hak dan kewajibannya.

  23 .Didi Kusnadi, Bantuan Hukum dalam Islam: Profesi Kepengacaraan dalam Islam dan e.

  Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat pencari keadilan.

  24 4.

  Prinsip dan Asas Bantuan Hukum Bekenaan hal diatas, prosedur bantuan hukum dalam proses penegakan hukum Islam di Lingkungan Peradilan Agama di Indonesia diimplementasikan berdasarkan prinsip dan asas-asas berikut.

  a.

  Personalitas keislaman Maksudnya adalah tunduk, taat,dan patuh pada kekuasaan pengadilan di lingkungan Peradilan Agama, yaitu bagi mereka yang mengaku dirinya muslim.

  b.

  Kebebasan Maksudnya adalah setiap individu termasuk di dalamnya aparat penegak hukum bersamaan kedudukannya di depan hukum maka setiap orang memiliki kebebasan dalam melakukan upaya hukum.

  c.

  Wajib mendamaikan Maksudnya adalah dalam setiap penyelesaian perkara, hakim ataupun advokat/pengacara memiliki kewajiban untuk mendamaikan para pihak yang berselisih sesuai dengan konsep perdamaian (ishlah) dalam hukum Islam.

  d.

  Sederhana, cepat, dan biaya ringan Maksudnya adalah prinsip sederhana berhubungan dengan tata cara atau prosedur hukum di pengadilan agama mulai dari pengajuan perkara hingga

  24 tahap putusan dan eksekusi. Cepat maksudnya adalah menyelesaikan prosedur hukum secara efektif dan efisien. Adapu biaya ringan adalah biaya penyelesaian perkara tidak membebani para pihak yang sedang beselisih.

  e.

  Persidangan terbuka untuk umum Maksudnya adalah prosedur penyelesaian perkara hukum di pengadilan agama dapat dihadiri dan diketahui oleh publik secara transparan sepanjang kasus tersebut tidak menyangkut masalah-masalah hukum yang sifatnya pribadi.

  f.

  Legalitas Maksudnya adalah prosedur penyelesaian hukum di pengadilan agama harus mengikuti ketentuan hukum yang berlaku secara formal.

  g.

  Aktif memberikan bantuan hukum Maksudnya adalah prosedur penyelesaian hukum di pengadilan agama membuka ruang bagi para pihak dan/atau pihak-pihak lainnya untuk mempermudah penyelesaian kasus melalui advokat atau pengacara dalam

  

25

memberikan jasa bantuan hukum.

25 Wahyu Widiana, “Mediasi dan Bantuan Hukum di Lingkungan Peradilan Agama, Agenda

  

dan Problematika” (Makalah pada Seminar Nasional Diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Agama Islam

B. Kerangka Konseptual

  

Eksistensi Posbakum di Pengadilan Agama Sungguminasa

Terwujudnya kalangan pecinta hukum yang sadar akan pentingnya penegakan

hukum dan keadilan melalui bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu.

  Faktor yang mempengaruhi penerapan posbakum (Devendent Variable) 1.

  Kualitas SDM 2. Dukungan kelembagaan 3. Sikap para pencari keadilan Eksistensi bantuan hukum dalam perkara (Devendent Variable)

1. Pendekatan litigasi 2.

  Pendekatan non litigasi

Dasar Hukum

UUD NRI 1945

UU No. 48 Tahun 2009

UU No. 50 Tahun 2009

SEMA No. 10 Tahun 2010

UU No. 16 Tahun 2011

PERMA No. 1 Tahun 2014