STRATEGI PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN UMAT DI KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP

  

STRATEGI PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF DALAM RANGKA

PEMBERDAYAAN UMAT DI KECAMATAN PANGKAJENE

KABUPATEN PANGKEP

Skripsi

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum

(S.H) Prodi Hukum Acara Peradilan Dan Kekeluargaan Jurusan Peradilan

Agama Pada Fakultas Syariah Dan Hukum

UIN Alauddin Makassar

  

Oleh :

NIRYAD MUQISTHI SURYADI

NIM: 10100113018

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

  

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2017

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  

   

  Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : NIRYAD MUQISTHI SURYADI Nim : 10100113034 Tempat /Tgl. Lahir : Makassar, 25 Juni 1995 Jurusan : Peradilan Fakultas : Syariah dan Hukum Judul :Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif dalam Rangka

  Pemberdayaan Umat di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep

  Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul

  Strategi

  Pengelolaan Wakaf Produktif dalam Rangka Pemberdayaan Umat di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep

  adalah benar hasil karya penyusun sendiri. Jika

  dikemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, dibuat atau dibantu orang lain secara keseluruhan (tanpa campur tangan penyusun), maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal demi hukum.

  Samata, 17 Juli 2017 Penyusun

NIRYAD MUQISTHI SURYADI

  Nim: 10100113034

KATA PENGANTAR

  

ءايبنلاا فرشا ىلع ملاسلاو ةٰولصلا ,ملاسلااو ناميلاا ةمعنب انيلع معنا ىذلا لله دمحلا

نيعمجا هباحصاو هلٰا ىلعو نيلسرملاو

  Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala perkenaannya yang senantiasa dilimpahkan kepada hambanya berupa kekuatan dan keselamatan untuk dapat tercurahkan aktifitas dalam mewujudkan karya ini. Tidak dapat penulis lukiskan dengan kalimat apapun, kecuali hanya menyadari betapa kecilnya hamba di hadapan-Nya. Kemudian, shalawat serta salam-Nya, mudah-mudahan terlimpah curah ke pangkuan baginda rasulullah SAW.

  Skripsi ini berjudul “Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif dalam Rangka Pemberdayaan Umat di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep

  ” yang diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada jurusan peradilan fakultas syariah dan hukum. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa sang khalik telah menggerakkan hati sebagian hambanya untuk membantu, membimbing, mendukung, baik itu secara moril maupun secara materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis merasa perlu mengucakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.

  Kepada Orangtua tercinta Suryadi dan Almarhumah Rusnani Tahir yang selalu mendoakan dan mendukung pendidikan penyusun hingga akhirnya sampai di titik ini.

2. Prof. Dr.H. Musafir Pababbari, M.Si., Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  iv

  3. Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag., Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  4. Dr. H. Supardin, M.H.I., Selaku Ketua Jurusan Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  5. Dr. Hj. Fatimah, M.Ag., Selaku Sekertaris Jurusan Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa memberikan masukan dan saran sehingga skripsi ini selesai dengan baik.

  6. Drs. H. Muh. Jamal Jamil, M.Ag., Selaku Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan kritik yang membangun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

  7. Dr. H. Muh. Saleh Ridwan, M.Ag., Selaku Dosen Penguji I yang senantiasa memberikan saran agar skripsi ini terselesaikan tepat waktu.

  8. Drs. H. Syamsuddin Ranja, M.H.I. Selaku Dosen Penguji II yang memberikan kritik membangun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peradilan Agama yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat sehingga penyusun dapat memperoleh gelar sarjana.

  10. Staf jurusan Peradilan Agama, Kak Sri yang telah banyak membantu penyusun selama penyusun menyelesaikan kuliah di UIN Alauddin Makassar.

  v

  11. Kepada Tante Nasrawati Tahir, S.E., yang selalu membantu dan mendoakanku selama ini.

  12. Kepada Aswar Hanas, S.Pd., yang selalu menemani serta memberikan masukan dan motivasi sehingga penyusun dapat menyelesaikan penelitian ini.

  13. Terima kasih kepada sahabat-sahabatku Hasmaniar Hasyim, S.H., Syahrir Syam, dan Amrimo yang senantiasa menemaniku dalam suka maupun duka.

  14. Seluruh teman-teman di jurusan Peradilan Agama terkhusus kepada angkatan 2013 kelas A yang telah memberikan banyak kesan selama penyusun menempuh proses perkuliahan di UIN Alauddin Makassar.

  15. Seluruh teman-teman KKN angkatan 53 Kecamatan Manuju khususnya posko Tanah Karaeng.

  16. Kepada seluruh keluargaku yang selalu mendukungku dalam menyelesaikan studi.

  Samata, 17 Juli 2017 Penyusun

  vi

  

DAFTAR ISI

  SAMPUL JUDUL …………………………………………………....................... i

  PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……………………………………….... ii PENGESAHAN ………………………………………………………..……….. iii KATA PENGANTAR …………………………………………………..……… iv DAFTAR ISI ………………………………………………………………...…. vii PEDOMAN TRANSLITERASI ………………………………………………... ix ABSTRAK …………………………………………………………………....... xv

  BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4 C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ..................................................... 4 D. Kajian Pustaka .......................................................................................... 5 E. Tujuan dan Kegunaan ............................................................................... 7 BAB II ..................................................................................................................... 9 TINJAUAN TEORITIS ...................................................................................... 9 A. Pengertian dan dasar hukum wakaf .......................................................... 9 B. Tujuan dan jenis wakaf ........................................................................... 13 C. Rukun serta syarat wakaf, dan badan wakaf .......................................... 17 D. Manfaat Dan Model Wakaf Produktif .................................................... 21 E. Pengelolaan dan Manajemen wakaf ....................................................... 31 BAB III ................................................................................................................. 37 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 37

  A. Jenis Lokasi Dan Penelitian.................................................................... 37

  B. Pendekatan penelitian ............................................................................. 37

  C. Sumber Data ........................................................................................... 38

  D. Metode pengumpulan data ..................................................................... 38

  E. Instrument Penelitian .............................................................................. 40

  BAB IV ................................................................................................................. 42 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ................................................. 42 A. Gambaran umum lokasi penelitian ......................................................... 42 B. Pelaksanaan pengelolaan perwakafan di Kecamatan Pangkajene .......... 46 C. Pemberdayaan Wakaf di Kecamatan Pangkajene .................................. 54 BAB V ................................................................................................................... 57 PENUTUP ......................................................................................................... 57 A. Kesimpulann ........................................................................................... 57 B. Implikasi Penelitian ................................................................................ 58 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 60 LAMPIRAN .............................................................................................................. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................

  vii

PEDOMAN TRANSLITERASI 1.

  kha kh Ka dan ha

  syin sy Es dan ye

  ش

  sin s es

  س

  zai z zet

  ز

  Ra r er

  ر

  zal ż zet (dengan titik di atas)

  ذ

  dal d de

  د

  Konsonan

  Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ا

  ha ḥ ha (dengan titk di bawah)

  ح

  jim j je

  ج

  sa ṡ es (dengan titik di atas)

  ث

  Ta t te

  ت

  ba b be

  ب

  Tidak dilambangkan

  alif Tidak dilambangkan

  خ

  ص

  kaf k ka

  ي

  hamzah , apostof

  ء

  ha h ha

  ه

  wau w we

  و

  nun n en

  ن

  mim m em

  م

  lam l el

  ل

  ك

  sad ṣ es (dengan titik di bawah)

  qaf q qi

  ق

  fa f ef

  ف

  gain g ge

  غ

  ‘ain ‘ Apostrof terbalik

  ع

  za ẓ zet (dengan titk di bawah)

  ظ

  Ta ṭ te (dengan titik di bawah)

  ط

  dad ḍ de (dengan titik di bawah)

  ض

  ya y ye Hamzah ( ) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi

  ء

  tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda ( ̕ ).

2. Vokal

  Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong danvokal rangkap atau diftong. Vokal tungggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut :

  Nama Tanda Nama Huruf Latin fat a a ḥah

  َ ا kasrah

  I i

  َ ا

  U u

  ḍammah َ ا

  Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu :

  Nama Tanda Nama Huruf Latin fat ai a dan i ḥah dan yā’

  َ ى fat au a dan u ḥah dan wau

  َ و ى

  3. Maddah

  Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,

  transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :

  

HarkatdanHuruf Nama HurufdanTanda Nama

  a dan garis di

  fat ḥah dan alif

  ā .. | َا ... atas َى. atau yā’ i dan garis di

  

Kasrah dan i

  yā’

  ى

  atas u dan garis di

  ḍammah dan

  ū

  وى

  atas

  wau 4.

  Tā’ Marbūṭah

  Transliterasi untuk t ā’marbūṭah ada dua, yaitu: tā’marbūṭah yang hidup

  atau mendapat harkat fat

  ḥah, kasrah, dan ḍammah, yang transliterasinya

  adalah [t]. Sedangkan t

  ā’marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun transliterasiny aadalah [h].

  Kalau pada kata yang berakhir dengan t

  ā’marbūṭah diikuti oleh kata yang

  menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka

  t ā’marbūṭah itu transliterasinya dengan (h).

  5. Syaddah (Tasydid)

  Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

  dengan sebuah tanda tasydid ( ّ), dalam transliterasinya ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

  Jika huruf ber-tasydid diakhir sebuah kata dan didahului oleh huruf

  ى

kasrah , maka ia ditranslitersikan seperti huruf maddah menjadi (i).

  ( ) ّ ىِى 6.

  Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf

  ال

  (

  alif lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang

  ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya.Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garismendatar (-).

  7. Hamzah Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrop

  ( ̕ ) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

  8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalamBahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-

  Qur’an (darial-

  Qur’ān), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata

  tersebut menjadi bagian dari saturangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.

  الله)

  9. Lafẓ al-Jalālah (

  Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mu

  ḍāfilaih (frase nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

  Adapun t

  ā’marbūṭahdi akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-Jalālah ditransliterasi denganhuruf [t].

  10. Huruf Kapital Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal namadari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan hurufkapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK,DP, CDK, dan DR).

  

ABSTRAK

Nama : Niryad Muqisthi Suryadi NIM. : 10100113034 Judul : Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif dalam Rangka Pemberdayaan Umat di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep

  Skripsi ini membahas “Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif dalam Rangka Pemberdayaan Umat di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep

  ”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. bagaimana proses pengelolaan wakaf yang terjadi di Kecamatan Pangkajene? 2. bagaimana pemberdayaan wakaf produktif di Kecamatan Pangkajene?

  Jenis penelitian ini tergolong penelitian field research. Adapun sumber data penelitian ini terdiri atas data primer adalah wawancara terhadap pihak-pihak yang bersangkutan dalam pengelolaan wakaf di Kecamatan Pangkajene dan data sekunder yang terdiri atas buku-buku, undang-undang, artikel, ensiklopedi, kamus, dan bahan acuan lainnya. Selanjutnya, metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan penulusuran referensi. Lalu teknik pengolahan data dilakukan dengan melalui tiga tahapan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

  Hasil penelitian menunjukkan perwakafan di Kecamatan Pangkajene sebagian besar tanah wakaf belum bersertifikat atau masih dalam proses pendaftaran di Kantor Pertanahan. Adapun perwakafan di Kecamatan Pangakejene dalam pengelolaannya secara umum peruntukan wakaf lebih banyak ditujukan kepada kepentingan ibadah dan masih kurang wakaf yang dikembangkan secara produktif. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengelolaan perwakafan di Kecamatan Pangkajene adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan kegiatan pengelolaan perwakafan secara berbuka, rendahnya kualitas sumber daya manusia (nadzir), data wakaf yang produktif itu masih minim artinya masih kurang masyarakat yang mau mewakafkan wakaf produktif, kurangnya dana dalam proses sertifikasi sehingga banyak wakaf yang belum diterbitkan sertifikatnya dan kekurangan dana juga terjadi dalam proses pengembangan wakaf untuk menjadikannya produktif, masih belum memanfaatkan sistem manajemen yang baik sehingga wakaf belum banyak dikembangkan dengan produktif.

  Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ada beberapa implikasi atau rekomendasi dalam pelaksanaan perwakafan di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep yaitu sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat, serta peran aktif wakif dan nazhir dalam upaya melaksanakan perwakafan. Maka diperlukan penyuluhan wakaf terlebih wakaf produktif sehingga pengelolaannya akan lebih maksimal dalam mengembangkan wakaf secara produktif. Pihak instansi Kementrian Agama hendaknya aktif memberikan penyuluhan dan melakukan koordinasi dengan Kantor Pertanahan, nazhir, serta PPAIW agar peran dan fungsinya dapat berjalan optimal sehingga dapat meningkatkan wakaf yang produktif di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai postulat pemberdayaan harta dalam islam adalah

  bertujuan pada kepentingan umum yang bersifat langgeng. Kategori pengelolaan harta yang berorientasi pada kepentingan umum yang bersifat

  1

  langgeng ini disebut dengan wakaf. Secara universal dan substansial, pada dasarnya praktek wakaf telah diaplikasikan oleh umat manusia sepanjang sejarah. Hal tersebut dapat dilihat dari indikasi kemajuan sebuah peradaban umat manusia adalah berupa peninggalan fisik sebagai bukti

  2 kemajuan dalam segala aspek kehidupan.

  Adapun hukumnya menurut fiqh adalah mandub (dianjurkan), dan mandub adalah sesuatu yang dianjurkan oleh syariat untuk mendekatkan

  3

  diri kepada Allah berupa perbuatan baik yang bukan wajib. Wakaf merupakan perbuatan hukum yang berupa peralihan hak milik, mempunyai unsur yang harus ada untuk dapat terlaksananya perbuatan hukum tersebut. Peluang pengelolaan dan pengembangan aset wakaf memiliki status hukum yang kuat, seca ra legal formal telah diatur secara 1 rinci dan jelas oleh undang-undang yang juga menekankan perlunya

  Drs. Mukhtar Lutfi, M.Pd. 2011. Optimalisasi Pengelolaan Wakaf. Makassar: Alauddin Press. Hal: 28. 2 3 Ibid.

  Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam. 2010. Fiqh Muamalah. Jakarta: Amzah. Hal: 398. pemberdayaan wakaf secara produktif. Dalam peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik dijelaskan pada pasal 2 bahwa fungsi wakaf adalah untuk mengekalkan manfaat benda wakaf sesuai dengan tujuan wakaf. Karena itu dengan wakaf maka manfaat dari pada barang atau tanah yang bersangkutan dapat dilakukan, apakah untuk keperluan peribadatan maupun untuk keperluan umum lainnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama islam.

  Wakaf di indonesia lebih ditekankan pada persoalan perwakafan tanah. Ini bukan berarti bahwa wakaf selain tanah tidak diakui, tetapi pengaturan ini mengingat tanah sebagai benda berharga yang banyak menimbulkan persoalan dalam masyarakat, apalagi tanah sebagai benda

  4 tidak bergerak yang tahan lama dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

  Wakaf bukan saja terbatas pada benda tidak bergerak tetapi benda bergerak. Seperti dinegara-negara islam yang sudah maju atau berkembang telah teroperasi lembaga wakaf berupa sarana pendidikan, real estate, dan

  5

  telah dikelolah dengan produktif. Banyaknya masyarakat yang ingin mewakafkan hartanya menarik perhatian negara untuk mengatur dan mengelolahnya. Praktik wakaf yang terjadi dalam kehidupan masyarakat belum sepenuhnya berjalan tertib dan efisien, sehingga dalam berbagai

  4 Drs. Helmi Karim, M.A. 1997. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal: 116. 5 Drs. Mukhtar Lutfi, M.Pd. 2011. Optimalisasi Pengelolaan Wakaf. Makassar: Alauddin Press. Hal: 8. kasus harta wakaf tidak terpelihara sebagaimana mestinya, telantar atau

  6 beralih ke tangan pihak ketiga.

  Dengan wakaf yang dikelolah dengan baik akan menumbuhkan masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, strategi pengelolaan yang baik perlu diciptakan untuk mencapai tujuan diadakannya wakaf. Namun, pengelolaan dan pendayagunaan wakaf produktif di tanah air masih sedikit ketinggalan dibanding negara lain. Begitupun studi perwakafan di tanah air masih terfokus pada segi hukum fiqh (muamalah) dan belum menyentuh mengenai pengelolaan perwakafan, oleh karenanya studi tentang pengelolaan harta wakaf perlu dilakukan agar tercapainya pengelolaan yang baik.

  Salah satu contoh praktek wakaf yang ada, yaitu di Kecamatan Pangkajene. Di Pangkajene bukanlah tempat yang strategis untuk mengembangkan harta wakaf secara modern seperti di kota-kota besar yang dapat dibangun apartement ataupun real estate. Namun pengelolah wakaf punya strategi agar wakaf tetap bisa produktif.

  Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tenta ng “Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Rangka

  Pemberdayaan Umat di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep ”.

6 Rachmadi usman S.H., M.H. 2013. Hukum Perwafan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

  Hal: 121.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yang dibahas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan wakaf yang terjadi di Kecamatan Pangkajene? 2.

  Bagaimana pemberdayaan wakaf produktif di Kecamatan Pangkajene? C.

   Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 1. Fokus Penelitian

  Fokus penelitian adalah pemusatan konsentrasi kepada penelitian yang akan dilakukan agar kedepannya dapat meringankan peneliti sebelum turun atau melakukan observasi atau pengamatan. Penelitian ini di laksanakan di Kec. Pangkajene, Kab. Pangkep. Melalui wawancara secara langsung dengan warga, tokoh masyarakat, serta pejabat yang berpengaruh dalam penelitian yang akan diteliti serta mengambil data-data lainnya yang di anggap perlu.

2. Deskripsi Fokus

  Untuk menghindari kekeliruan penafsiran terhadap variabel, kata dan istilah teknis yang terdapat dalam judul, maka penulis perlu untuk mencantumkan deskripsi fokus yang berkaitan dengan judul skripsi yakni: “Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif dalam Rangka Pemberdayaan Umat di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep

  ”. Beberapa pengertian tersebut adalah antara lain:

1. Strategi yaitu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

  2. Pengelolaan yaitu proses atau cara melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain.

  3. Wakaf berasal dari perkataan Arab yaitu “Waqf” yang menurut istilah diartikan sebagai penahanan hak milik atas benda untuk tujuan menyedekahkan manfaat atau faedahnya.

  4. Produktif menurut kamus besar bahasa indonesia adalah bersifat mampu menghasilkan atau memberi hasil, manfaat, dan sebagainya.

  5. Dalam merupakan kata yang mengandung makna (maksud) yang sukar dipahami (tentang perkataan).

  6. Rangka dapat diartikan sebagai rencana atau rancangan dalam melakukan suatu pekerjaan.

  7. Pemberdayaan menurut kamus besar bahasa indonesia yaiti perbuatan memperdayakan.

  8. Umat adalah para pemeluk atau pengikut suatu agama (islam).

D. Kajian Pustaka

  Dari penelusuran yang penulis lakukan, maka ada beberapa literatur ilmiah yang berkaitan, dengan pembahasan tentang “Strategi Pengelolaan

  Wakaf Produktif Dalam Rangka Pemberdayaan Umat di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep

  ” di antaranya:

  Optimalisasi Pengelolaan Wakaf oleh Drs. Mukhtar Lutfi yang

  diterbitkan pada tahun 2011. Buku ini membahas tentang batasan-batasan wakaf dan perkembangan serta pengelolaannya secara produktif.

  Fiqh Muamalah: Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam oleh Abdul Azis

  Muhammad Azzam yang diterbitkan pada tahun 2010. Buku ini menjabarkan fiqh muamalah sebagai hukum yang mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya guna memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara halal dan baik, serta dilengkapi dengan dalil baik dari Al-

  Qur’an, sunnah, ijma’, serta pendapat para fuqaha’.

  Hukum Perwakafan di Indonesia oleh Rachmadi Usman yang

  diterbitkan pada tahun 2013. Buku ini berisikan uraian beberapa aspek hukum yang berkenaan dengan perwakafan tanah milik dan perwakafan dalam perspektif berbagai hukum yang berlaku di indonesia. Selain buku peneliti juga menemukan, beberapa karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian diantaranya:

  Skripsi dari saudara Andi Erwin yang merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dalam karya ilmiahnya yang berjudul

  “Tinjauan Yuridis Pelaksanaan dan Pengelolaan Perwakafan Tanah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf di Kecematan Tellu Siattinge Kabupaten Bone

  ” skripsi ini dibuat pada tahun 2013. Dalam skripsi ini di jelaskan tentang bagaimana solusi pelaksanaan pengelolaan perwakafan tanah.

  Skripsi dari saudara Didin Najmudin yang merupakan mahasiswa Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam karyanya yang berjudul “Strategi Pengelolaan Tanah Wakaf di Desa Babakan Ciseeng Bogor” skripsi ini dibuat pada tahun 2011. Dalam skripsi ini dijelaskan tentang strategi yang di gunakan nazhir dalam pengelolaan tanah wakaf.

  Berdasarkan beberapa buku dan karya ilmiah yang telah disebutkan diatas, maka peneliti dengan judul “Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif dalam Rangka Pemberdayaan Umat di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep ” belum pernah dibahas sebelumnya.

E. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan

  Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a.

  Untuk mengetahui tentang bagaimana kegiatan pengelolaan wakaf serta eksistensi wakaf yang produktif di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep.

  b.

  Untuk menganalisis pengelolaan wakaf produktif serta strategi yang digunakan dalam mengelolahnya khususnya di Kecamatan Pengkajene Kabupaten Pangkep.

2. Kegunaan

  a.

  Kegunaan ilmiah, diharapkan dapat menjadi salah satu referensi alternatif sebagai khazanah ilmu pengetahuan bagi pengelolaan wakaf produktif.

  b.

  Kegunaan praktis, penelitian ini diharapkan dapat menawarkan sebuah konsep pada pengelolaan wakaf produktif di Kabupaten Pangkep dalam mewujudkan kesejahteraan umat. Selanjutnya, agar menjadi pertimbangan dan kajian bagi pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian dan dasar hukum wakaf 1. Pengertian wakaf Wakaf menurut bahasa arab berarti “al-habsu”, yang berasal dari

  kata kerja habasa-yahbisu-habsan, menjauhkan orang dari sesuatu atau memenjarakan. Kata wakaf sendiri berasal dari kata waqafa (fiil madi)- yakifu (fiil mudari)-waqfan (isim masdar) yang berarti berhenti atau berdiri sedangkan wakaf menurut istilah syarak adalah “menahan harta yang mungkin diambil manfaatnya tanpa menghabiskan atau merusakkan

  7

  bendanya dan digunakan untuk kebaikan. Menurut kamus popular istilah islam, wakaf adalah menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah; memindahkan hak pribadi menjadi milik suatu badan yang memberikan manfaat bagi masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan

  8

  kebaikan dan ridha Allah SWT. Dilihat dari beberapa pengertian baik secara etimologis maupun terminologis wakaf merupakan shadaqah jariah, sebagai sumbangan kebajikan yang mengalirkan pahala setelah yang bersangkutan meninggal dunia, dan dapat disimpulkan bahwa harta wakaf

  9 bukanlah harta pribadi, tetapi harta kelompok tertentu dalam masyarakat.

  7 Drs. Adijani Al-Alabij, S.H. 2002. Perwakafan Tanah di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal: 25. 8 9 Dewi Astuti. 2012. Kamus Popular Istilah Islam. Jakarta: PT. Gramedia. Hal:383.

  Drs. Mukhtar Lutfi, M.Pd. 2012. Pemberdayaan Wakaf Produktif. Makassar: Alauddin University Press. Hal: 4-6.

  Adapun pendapat masing-masing mazhab tentang wakaf adalah sebagai berikut: 1)

  Pendapat Mazhab Syafi’I , antara lain: a.

  Menurut Imam Nawawi, “Menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tetapi bukan untuk dirinya, sementara benda itu tetap ada padanya dan digunakan manfaatnya untuk kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah”.

  b.

  Menurut Ibn Hajar Al-Haitami dan Syaikh Umairah, “Menahan harta yang bisa dimanfaatkan dengan menjaga keutuhan harta tersebut, dengan memutuskan kepemilikan barang tersebut dari pemiliknya untuk hal yang dibolehkan”.

  2) Pendapat Mazhab Hanafi a.

  Menurut A. Imam Syarkashi, “Menahan harta dari jangkauan kepemilikan orang lain (

  habsul mamluk’an al-tamlik min al- ghair

  )”.

  b.

  Al-Murghiny mendefenisikan wakaf ialah menahan harta di bawah tanpa pemiliknya, disertai pemberian manfaat sebagai sedekah ( habsul’aini ala maliki al-wakif wa tashaduq bi al-manfa’ab). 3)

  Pendapat Mazhab Malikiyah

  Ibn Arafah mendefenisikan wakaf ialah memberikan manfaat sesuatu, pada batas waktu keberadannya, bersamaan tetapnya wakaf dalam

  10 kepemilikan si pemiliknya meski hanya perkiraan (pengandaian).

  4) Menurut Jumhur Ulama

  Wakaf adalah menahan harta benda yang mungkin diambil manfaatnya dengan tetap utuhnya benda (ainnya) dengan memutuskan hak penguasaan terhadap harta tersebut baik bagi kepentingan yang mubah sesuai dengan syarat islam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan oleh karenanya beralihlah hak kepemilikan kepada

  11 Allah.

  2. Dasar hukum wakaf Meskipun di dalam Al-

  Qur’an tidak ditemukan dalil yang menjelaskan secara langsung untuk melaksanakan wakaf akan tetapi dengan perintah atau seruan berbuat kebajikan, oleh para ahli dipandang sebagai dasar hukum wakaf. Sebagaimana ayat-ayat Al- Qur’an sebagai berikut:

  QS. Al-Hajj/22: a.

  77.

  ْاوُلَعۡفٱَو ۡمُكَّبَر ْاوُدُب ۡعٱَو ْْۤاوُدُج ۡسٱَو ْاوُعَك ۡرٱ ْاوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّيَأَٰٓ َي ٧٧ ۩ َنوُحِلۡفُت ۡمُكَّلَعَل َرۡيَخۡلٱ

  10 Elsi Kartika Sari, S.H., M.H. 2007. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Jakarta: PT Grasindo. Hal: 54-55. 11 Drs. Mukhtar Lutfi, M.Pd. 2012. Pemberdayaan Wakaf Produktif. Makassar: Alauddin University Press. Hal: 25.

  Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, ruku´lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu

  

12

  mendapat kemenangan .” b.

  QS. Ali-Imran/3:92.

  ٖء ۡيَش نِم ْاوُقِفنُت اَمَو ََۚنوُّبِحُت اَّمِم ْاوُقِفنُت ىَّتَح َّرِبۡلٱ ْاوُلاَنَت نَل ٢٩ ٞميِلَع ۦِهِب َ َّللَّٱ َّنِإَف

  Terjemahnya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka

  13 sesungguhnya Allah mengetahuinya.

  ” c. QS. Al-Baqarah/2:3.

  ٣ َنوُقِفنُي ۡمُه َنۡقَزَر اَّمِمَو َة وَلَّصلٱ َنوُميِقُيَو ِبۡيَغۡلٱِب َنوُنِم ۡؤُي َنيِذَّلٱ 12 Terjemahnya: Departemen Agama RI, Al- Qur’an Dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara

  Penterjemah Al- 13 Qur’an. Hal: 523.

  Departemen Agama Ri. Al- Qur’an Dan Terjemahnya (Edisi Revisi). 1999. Semarang: Cv. Asy Syifa’. Hal: 91.

  “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami

  14 anugerahkan kepada mereka.

  ” Dalam konteks negara Indonesia, praktik wakaf sudah dilaksanakan oleh masyarakat muslim Indonesia sejak sebelum merdeka. Pemerintah

  Indonesia pun telah menetapkan Undang-undang khusus yang mengatur tentang perwakafan di Indonesia, selain ayat-ayat Al- Qur’an, ada beberapa dasar hukum wakaf juga terdapat dalam perundang-undangan di Indonesia yaitu: 1.

  Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

  2. Undang-Undang Pokok Agraria.

  3. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006.

  15 4.

  Inpres No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI).

B. Tujuan dan jenis wakaf a.

  Tujuan Wakaf Secara umum tujuan wakaf adalah untuk kemashlahatan manusia, dengan mendekatkan diri kepada Allah, serta memperoleh pahala dari pemanfaatan harta yang diwakafkan yang akan terus mengalir walaupun pewakaf sudah meninggal dunia. Selain itu wakaf memiliki fungsi sosial,

  14 Dr. Kurniati, S.Ag., M.HI. Badan Hukum Sebagai Wakaf Menurut Kompilasi Hukum Islam. 2013. Makassar: Alauddin University Press. Hal: 60-61. 15 Direktorat Pemberdayaan Wakaf. Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia. 2008. Hal: 20-34. karena sasaran wakaf bukan sekedar untuk fakir miskin tetapi juga untuk kepentingan publik dan masyarakat luas.

  Wakaf memiliki sasaran khusus yang lebih spesifik, yaitu: 1. Semangat keagamaan

  Dengan wakaf, pewakaf berniat untuk mendapatkan ridha Allah dan kesinambungan pahala yaitu selama harta yang diwakafkan memberi manfaat sekalipun ia telah meninggal dunia.

  2. Semangat sosial Sasaran ini di arahkan pada aktifitas kebajikan, didasarkan pada kesadaran manusia untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat.

  Sehingga wakaf yang dikeluarkan merupakan bukti partisipasi dalam pembangunan masyarakat.

  3. Motifasi keluarga Motivasi ini ingin menjadikan wakaf sebagai sarana mewujudkan rasa tanggung jawab kepada keluarga, terutama sebagai jaminan hidup di masa depan. Namun, wakaf tidak dapat di peruntukkan untuk diri pewakaf sendiri ataupun pada janin yang masih dalam kandungan.

  4. Dorongan kondisional Dengan wakaf, pewakaf bisa menyalurkan hrtanya untuk menyantuni orang-orang yang ditinggalkan oleh keluarganya sehingga tidak ada yang menanggungnya atau seseorang perantau yang jauh meninggalkan keluarganya.

  5. Dorongan naluri

  Naluri manusia memang tidak ingin lepas dari kepemilikannya. Setiap orang cenderung ingin menjaga peninggalan harta orang tua atau kakeknya dari kehancuran atau kemusnahan. Dengan wakaf maka dia akan terdorong membatyasi pembelanjaan. Dengan berniat wakaf kepada seseorang atau lembaga tertentu, dia bisa menyalurkan hartanya dengan baik, sehingga tidak kuatir terjadi pemborosan atau kepunahan kekayaan.

  16 b.

  Jenis-jenis wakaf Wakaf dibagi dalam 2 jenis yaitu berdasarkan peruntukannya dan berdasarkan jenis harta.

  Berdasarkan peruntukannya wakaf terbagi atas 2 yaitu: 1. Wakaf Zurry atau disebut juga wakaf ahli ialah wakaf yang dikhususkan oleh yang berwakaf untuk kerabatnya. Wakaf seperti ini bertujuan untuk membela nasib mereka. Dalam konsepsi hukum Islam, seseorang yang punya harta yang hendak mewakafkan sebagian hartanya, sebaiknya lebih dulu melihat kepada sanak famili.

  17 2.

  Wakaf khairy yaitu wakaf yang sejak semula manfaatnya diperuntukkan untuk kepentingan umum tidak di khususkan untuk orang tertentu seperti mewakafkan tanah untuk mendirikan masjid, sebidang kebun dan hasilnya dimanfaatkan untuk pengajian, untuk fakir miskin, dan orang-orang terlantar. Wakaf jenis ini lebih banyak 16 Sri Nurhayati. 2009. Akutansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

  Hal:316-317. 17 Drs. H. Abdul Halim, M.A. 2005. Hukum Perwakafan di Indonesia. Ciputat: Ciputat Press.

  Hal: 24-25. manfaatnya karena tidak membatasi pihak-pihak yang dapat

  

18

mengambil manfaat darinya.

  Berdasarkan jenis harta: 1. Benda tidak bergerak dibagi menjadi hak atas tanah, hak milik atas rumah, bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah, tanaman,.

  2. Benda bergerak selain uang, terdiri atas benda yang digolongkan sebagai benda yang dapat bergerak karena sifatnya yang dapat berpindah seperti kendaraan. Benda bergerak yang dapat dihabiskan karena pemakaiannya tidak dapat diwakafkan. Adapun pendapat fuqaha tentang mewakafkan benda bergerak antara lain:

  Menurut malikiyah: “benda bergerak boleh saja diwakafkan, bilamana harta itu sesuai dengan maksud yang dituju oleh syariat, dengan harta wakaf seperti ternak untuk diambil susu dan bulunya, buku-buku dipelajari kandungannya, kendaraan untuk diambil hasil sewaanya dan sebagainya.

  Menurut syafi’iyah” barang siapa yang mewakafkan haruslah barang yang kekal manfaatnya baik berupa barang tidak bergerak, barang bergerak maupun barang kongsi (milik

  19 bersama).

  18 Andi Intan Cahyani, S.Ag., M.Ag. 2013. Fiqh Muamalah. Makassar: Alauddin University Press. Hal: 93. 19 Dr. Kurniati, S.Ag., M.HI. Badan Hukum Sebagai Wakaf Menurut Kompilasi Hukum Islam. 2013. Makassar: Alauddin University Press. Hal: 69.

  3. Benda bergerak berupa uang, dalam hal wakaf uang ini hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar’i.

C. Rukun serta syarat wakaf, dan badan wakaf 1.

  Rukun serta syarat Wakaf Rukun adalah sesuatu yang merupakan sendi utama dan unsur pokok dalam pembentukan sesuatu hal. Tanpa adanya rukun-rukun yang telah

  20

  ditetapkan, wakaf tidak dapat berdiri. Adapun rukun pembentukan wakaf yang dimaksudkan adalah: a.

  Orang yang berwakaf (yang mewakafkan hartanya) atau yang disebut wakif b.

  Harta yang diwakafkan atau mauquf bih c. Tujuan wakaf atau yang berhak menerima hasil wakaf disebut mauquf

  ‘alaih d.

  Pernyataan wakaf dari wakif yang disebut sighat.

  Di samping memenuhi rukun, masing-masing haruslah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Adapun syaratnya yaitu: a.

  Syarat sebagai wakif sebagaimana menurut jumhur ulama bahwa wakif harus orang cakap bertindak, dapat pula dikontekskan bahwa wakif haruslah orang yg tidak terhalang melakukan perbuatan hukum. Dalam 20 hal wakif perseorangan, dapat melakukan wakaf apabila memenuhi Dr. Mukhtar Lutfi, M.Pd. Evaluasi Sistem Pengelolaan Wakaf di Kota Makassar. 2014.

  Makassar: alauddin university press. Hal: 49 persyaratan yaitu: dewasa, berakal sehat, tidak terhalang melakukan perbuatan hukum, dan pemilik sah harta benda wakaf. Dalam hal wakif organisasi, dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar organisasi yang bersangkutan. Dan wakif badan hukum dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan badan hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan hukum

  21 sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang bersangkutan.

  Adapun dalam Kompilasi Hukum Islam syarat-syarat sebagai wakif diatur dalam ketentuan pasal 217 ayat 1 dan ayat 2.

  b.

  Syarat mauquf bih yaitu pertama, barangnya dapat dimanfaatkan menurut syariat Islam dalam keadaan apapun. Kedua, jelas wujud dan batas-batasnya. Ketiga, milik wakif secara sah. Keempat, zatnya harus kekal.

  c.

  Syarat mauquf alaih yaitu objek atau tujuan wakaf harus objek kebajikan dan harus jelas.

  d.

  Syarat sighat wakaf ialah bahwa wakaf disighatkan baik dengan lisan, tulisan, maupun dengan isyarat. Untuk ikrar wakaf dinyatakan untuk selama-lamanya, jelas kepada siapa diwakafkan, dan harus disaksikan dan dinyatakan dengan tegas.

  e.

  Nazhir atau orang yang diberi amanah untuk mengelolah wakaf. Nazir 21 harus cakap dan amanah.

  Departemen agama. Peraturan perundangan perwakafan.2006. Hal: 5-6

2. Badan wakaf

  Lembaga wakaf (badan wakaf Indonesia) bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, serta bertanggung jawab kepada masyarakat.