KECEMASAN ADANYA GEGER BUDAYA PADA ELITE PASKA DITETAPKANNYA TANJUNG LESUNG MENJADI KAWASAN EKONOMI KHUSUS ( KEK ) - FISIP Untirta Repository

  

KECEMASAN ADANYA GEGER BUDAYA PADA ELITE PASKA

DITETAPKANNYA TANJUNG LESUNG MENJADI KAWASAN

EKONOMI KHUSUS ( KEK )

SKRIPSI

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi

  

Oleh:

Riska Monica Putri

6662112279

KONSENTRASI JURNALISTIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

  Dan bukan hanya di fikirkan, Sebuah cita

  Lembaran Moto : “Sesuatu akan menjadi kebanggaan Jika sesuatu itu di kerjakan

  • – cita akan menjadi kesuksesan Jika kita awali dengan bekerja untuk mencapainya, Bukan hanya menjadi impian”

  

ABSTRAK

Riska Monica Puteri

KECEMASAN ADANYA GEGER BUDAYA PADA ELITE PASKA

DITETAPKANNYA TANJUNG LESUNG MENJADI KAWASAN EKONOMI

KHUSUS ( KEK )

Paska ditetapkannya daerah wisata Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK) terdapat pro dan kontra dari beberapa kalangan elite masyarakat

diantaranya akademisi, mahasiswa, ulama dan juga ahli tata kota. Para elitis

masyarakat tersebut sebagian menganggap penetapan Tanjung Lesung sebagai

KEK adalah sebuah kemajuan bagi Provinsi Banten dan juga dapat mendorong

perekonomian warga Banten terutama masyarakat sekitar kawasan Tanjung

Lesung sendiri. Sebagiannya lagi menganggap penetapan Tanjung Lesung

sebagai KEK terlalu terburu buru dan tidak melihat aspek sosiokultural

masyarakat sekitar kawasan Tanjung Lesung. Dampak dari penetapan Tanung

Lesung sebagai KEK diantaranya adalah aksi unjuk rasa yang dilansakanakan

para ulama se-Banten yang menuntut pemerintah agar menunda peresmian KEK

Tanjung Lesung karena pada proses audiensinya tidak melibatkan ulama. Dalam

penelitian ini peneliti mengunakan teori hambatan komunikasi antar budaya dan

juga teori kecemasan social. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologis. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hambatan psikologis menjadi hambatan yang paling

berpengaruh pada proses komunikasi antara pengelola KEK dengan ulama yang

menolak KEK. Selain itu, hambatan fisik seperti jauhnya akses menuju Tanjung

Lesung dan juga kondisi jalan yang tidak bagus membuat sulitnya komunikasi

menjadi efektif antara beberapa pihak yang terlibat pro dan kontra dalam

pembangunan KEK, termasuk para elitis masyarakat yang ada di dalamnya.

Kata kunci : kawasan ekonomi khusus, Tanjung Lesung, Komunikasi antar

budaya Hambatan Komunikasi

  

ABSTRACT

Riska Monica Puteri

ANXIETY IS ELITE CULTURE SHOCK AFTER BEING ESTABLISHMENT

OF TANJUNG LESUNG SPECIAL ECONOMIC ZONE (SEZ)

Post-enactment of the tourist area of Tanjung Lesung as Special Economic Zones

(SEZ) are the pros and cons of some among them academics, students, scholars

and urban planning expert. Most authorities consider the establishment of

Tanjung Lesung as KEK is a progress for the province of Banten and also can

stimulate the economy, especially the people of Banten residents around Tanjung

Lesung own. Partly considers the establishment of Tanjung Lesung as KEK are in

a hurry and do not see the sociocultural aspects of the community around the area

of Tanjung Lesung. The impact of the establishment of Tanung Dimples as KEK

include rallies dilansakanakan the scholars throughout Banten who demanded the

government to postpone the inauguration of KEK Tanjung Dimples because the

process does not involve ulama audience. In this study, researchers using the

theory of communication barriers between cultures and also the theory of social

anxiety. In this study, the authors use descriptive qualitative research method with

a phenomenological approach. The results showed that the psychological barriers

become the bottleneck of the most influential in the process of communication

between managers KEK with scholars who rejected KEK. In addition, physical

barriers such as access to Tanjung Lesung away and also good road conditions

makes it difficult to be effective communication between parties involved in the

construction of the pros and cons of SEZ.

Keywords: special economic zones, Tanjung Lesung, Intercultural

communication, Communication Barriers

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh, rasa syukur yang berlimpah kepada Allah Subhanahuwwata’ala atas rahmat dan karunia-Nya karena penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “ KECEMASAN ADANYA SHOCK CULTURE PADA MASYARAKAT YANG DITETAPKANNYA TANJUNG LESUNG MENJADI KAWASAN EKONOMI KHUSUS ( KEK ). Tidak lupa juga salawat serta salam penulis junjungkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam serta para sahabatnya, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu dilimpahkan kepada-Nya. Skripsi penulis selesaikan yaitu untuk memenuhi tugas akhir yang diadakan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu social dan Ilmu Politik di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dalam perjalanan dan proses yang sudah penulis lewati cukup tidak mudah. Namun atas ijin Allah Subhanahuwwata’ala serta doa yang selalu dipanjatkan, bimbingan serta dukungan yang penulis terima langsung maupun tidak dari semua pihak yang terlibat.oleh karena itu,penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain kepada :

  1. yang pertama kepada orang tua yang penulis sayangi mamah, papah, nenek, dan kakek yang selalu mendukung lewat doa yang tidak pernah henti untuk saya pribadi.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

  3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si selaku ketua Prodi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 4. Bapak Ikhsan Ahmad, S.IP, M.Si selaku dosen pembimbing I yang begitu sabar dalam membimbing penulis dari awal hingga akhir.

  5. Bapak Dr. Ing Rangga Galura Gumelar, M.Si selaku dosen pembimbing ke II yang sangat telaten dan detail dalam merevisi kesalahan-kesalahan dalam penulisan skripsi sehingga pada akhirnya benar.

  6. Keluarga kecil suami dan calon anakku yang masih dalam kandungan terimakasih telah menemani perjalanan dan proses untuk mendapatkan gelar yang penulis perjuangkan untuk kalian berdua .

  7. Para sahabat saya ceca yang selalu mendukung dari sejak awal saya masuk di bangku kuliah hingga makan, tidur, kita lakukan bersama-sama walaupun pada akhirnya mereka satu persatu lulus dukungan mereka tetap dating dan diberikan pada saya. Terimakasih ya Atang, Carlina, Khaerinisa, Dona, Reiza, Vina, Icha, Emak dessy, Cindy, Delia, Isal, Indri dan Rike.

  8. Teman-teman satu kelas saya yang satu dalam berjuang bersama Yuda, Eki, Anton, Beni, Sabrina, Lena, Isti, Ibos, Novi, Okta, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

  9. Serta semua pihak staf fakultas dan diluar kampus yang juga tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu . bahwa skripsi Ini masih banyak kekurangan mengingat terbatasnta kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya, yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan dating, semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

  Wassalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

  

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii

LEMBARAN MOTO .......................................................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

ABSTRACT .......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

  1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 7

  1.3 Identifikasi Masalah ....................................................................................... 8

  1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8

  1.5 Kegunaan Penelitian ....................................................................................... 9

  

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10

  2.1 Tinjauan Komunikasi Antar Budaya ............................................................ 10

  2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Budaya ...................................................... 10

  2.1.2 Tujuan Komunikasi Antar Budaya ............................................................ 12

  2.1.3 Fungsi Komunikasi Antar Budaya ............................................................ 13

  2.2 Kecemasan .................................................................................................... 18

  2.2.1 Pengertian Kecemasan ............................................................................... 18

  2.2.2 Faktor-faktor penyebab Kecemasan .......................................................... 20

  2.2.3 Jenis-jenis Kecemasan ............................................................................... 21

  2.3 Geger budaya ................................................................................................ 23

  2.4 Kawasan Ekonomi Khusus ........................................................................... 31

  2.5 Elite Masyarakat .......................................................................................... 36

  2.6 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 37

  2.7 Penelitian Sebelumnya ................................................................................. 39

  

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 42

  3.1 Metode Penelitian ......................................................................................... 42

  3.2 Paradigma Penelitian .................................................................................... 43

  3.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 44

  3.3.1 Studi Pustaka ...................................................................................... 44

  3.3.2 Wawancara ......................................................................................... 45

  3.3.3 Observasi ............................................................................................ 45

  3.4 Narasumber .................................................................................................. 46

  3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................... 47

  3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 48

  

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN.......................................................... 50

  4.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................................................... 50

  4.2.2 Hambatan Psikologis Pada Masyarakat KEK ........................................... 54

  4.2.3 Hambatan Fisik Pada Masyarakat KEK .................................................... 57

  4.2.4 Hambatan Budaya Pada Masyarakat KEK ................................................ 60

  4.3 Analisis Data ................................................................................................ 63

  

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 90

  5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 90

  5.2 Saran ............................................................................................................. 92

  

DAFTAR TABEL

  4.2.1 Hambatan Teknis Pada Masyarakat KEK ................................................. 52

  4.2.2 Hambatan Psikologis Pada Masyarakat KEK ........................................... 56

  4.2.3 Hambatan Fisik Pada Masyarakat KEK .................................................... 60

  4.2.4 Hambatan Budaya Pada Masyarakat KEK ................................................ 65

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pandeglang merupakan kabupaten yang memiliki potensi sangat baik dalam hal obyek wisata alam, religi, sejarah, serta seni budayanya. Potensi wisata tersebut harus dikembangkan dan dilestarikan sesuai perkembangan zaman pada saat ini serta mengikuti selera wisatawannya. Upaya dipromosikannya potensi wisata ini agar bisa membangkitkan dan menggerakan masyarakat umum untuk datang berkunjung menikmati keindahan panorama alam, pegunungan, maupun wisata alam lainnya yang tersedia di Kabupaten Pandeglang.

  Disamping itu Kabupaten Pandeglang juga mempunyai tata letak geografis yang sangat strategis karena berdekatan dengan Ibu Kota Negara dan ibukota Provinsi Banten, Berdasarkan data dari Google Maps, jarak antara Kabupaten Pandeglang dan DKI Jakarta hanya 85 KM dan dapat ditempuh dalam waktu 1,5-2 jam. Hal ini memudahkan bagi para wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata yang berada di Pandeglang, kemajuan dunia wisata bagi Pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang sangat penting dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat pelaku usaha pariwisata.

  Seyogyanya perkembangan wisata Pandeglang harus ditingkatkan, diwujudkan dan dilaksanakan melalui beberapa program dan kegiatan pariwisata secara berkelanjutan agar terencana dan terarah tujuannya untuk mencapai sesuai

  Berbicara pariwisata di Pandeglang tidak lepas dari wisata pantai Tanjung Lesung, dengan panorama pantai yang indah juga pasir yang putih yang ada dan terhampar luas. Tanjung Lesung adalah sebuah daerah di Kabupaten Pandeglang yang telah disahkan pada tahun 2012, oleh pemerintah Republik Indonesia di PP No. 26/2012 yang menerangkan tentang Penetapan aturan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung yang di ajukan oleh PT. Banten West Java

  

Tourism Development Corporation, sebagai badan usaha pengusul dan telah

  memenuhi kriteria untuk menyelenggarakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung. Selain itu Pemerintah Republik Indonesia melalui Undang- Undang Nomor 39 Tahun 2009 menjelaskan tentang batas wilayah atau zona untuk menyelenggarakan (KEK) juga para penyelenggara Kawasan Ekonomi Khusus tersebut.

  Progres pengembangan kawasan ini sampai dengan saat ini dapat berjalan dengan baik meskipun harus diakui bahwa dalam beberapa hal dirasakan masih belum optimal. Walaupun sudah beroperasi namun belum ada perubahan yang

  • – signifikan di Tajung Lesung dikarenakan pembebasan jalur jalan Tol Serang Tanjung Lesung baru akan dilakukan pada Tahun 2016 ini dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Kemudian pihak swasta yang membangun (KEK) Tanjung Lesung baru mempunyai target pembangunan landasan pacu pada pertengahan 2016. Tidak hanya infrastuktur masalah yang melingkupi seperti minimnya (SDM) sumber daya manusia dengan latar belakang pendidikan
Saat ini ada delapan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu Tanjung Lesung

  • – Banten, Sei Mangkei – Sumatra Utara, Palu – Sulawesi Tengah, Bitung – Sulawesi Utara, Mandalika – NTB, Morotai –

  Maluku Utara, Tanjung Api Api

  • – Sumatra Selatan, dan yang terakhir Maloi Batura – Trans Kalimantan/MBTK – Kalimantan Timur. Dari 8 ( delapan ) KEK tersebut, yang sudah mulai beroprasi yaitu KEK Sei Mangkei dan KEK Tanjung Lesung.

  Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung melalui BAPPEDA (Badan Perencanaan Daerah) yang bekerjasama dengan PT. Banten West Java Tourism

  

Development Corporation Telah mengupayakan adanya sosialisasi yang diberikan

kepada khalayak yang di tujukan kepada masyarakat di Daerah Tanjung Lesung.

  Penyuluhan yang sudah beberapa kali telah dilaksanakan, dan sosialisasi pertama kali yang dilangsungkan pada tanggal 26 April 2012 di Op Room Sekretariat Daerah Kabupaten Pandeglang, yang dimana sosialisasi ini melibatkan peserta dari Badan, Dinas serta Kantor Pemerintahan yang berada di kabupaten Pandeglang. Tahapan awal sosialisasi yang di lakukan oleh pihak pemerintah Kabupaten Pandeglang belum mengarah kepada masyarakat setempat.

  Sosialisasi yang ditujukan kepada perwakilan masyarakat di mulai pada tanggal 10 Oktober 2012 di Kp. Cikadu desa Tanjung Jaya Kecamatan Panimbang, 24 April 2013 di Hotel Kharisma Labuan, 2 Mei 2013 di Aula PKPRI Pandeglang, dan terakhir sosialisasi tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung oleh Bupati, Sekretaris Daerah, SKPD Terkait, MUSPIKA (Musyawarah Pimpinan Kecamatan), MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kabupaten Pandeglang, Unsur Perguruan Tinggi, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), Lembaga Kepemudaan, tokoh masyarakat dan perwakilan warga desa.

  Pada umumnya, sosialisasi

  • – sosialisasi yang di lakukan oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang dan PT. Banten West Java Tourism Development

  

Corporation adalah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang

  penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus ( KEK ) Tanjung lesung, Selain itu juga Membangun kesepahaman antar stake holder tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung.

  Sebagai upaya diserminasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung; Menginformasikan tujuan, sasaran, manfaat dan perkembangan progres rencana aksi nasional dan rencana aksi daerah dalam mendukung pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung Mendayaupayakan peran serta para penyuluh di Kabupaten Pandeglang sebagai upaya penguatan kapasitas sumber daya manusia.

  Disamping peresmian yang dilakukan Presiden Joko Widodo dengan melakukan nota kesepahaman ( MOU penandatanganan ) antara pihak pengelola yaitu PT. Banten West Java (BWJ) pada tanggal 23 Febuari 2015 keberadaan kawasan yang merupakan industry pariwisata ini mendapatkan respon keberatan dari Kesultanan Banten dan beberapa ulama Banten. Pernyataan keberatan yang dilakukan oleh Kesultanan Banten dan beberapa ulama Banten ini terkait adanya ke khawatiran yang di anggap akan merusak moral dan akhlak masyarakat dengan Banten yang terkenal Religius. Geger budaya dari segi religious inilah yang di khawatirkan oleh Kesultanan dan ulama Banten yang akan masuk lebih utama pada masyarakat Banten.

  Selain surat terbuka, penolakan

  • – penolakan tersebut juga dilakukan dengan cara berdemonstrasi. Berdasarkan berita yang dirilis oleh fesbukbantennews.com pada tanggal 23 Februari 2015 lalu, para ulama, kyai dan kenadziran Banten melakukan aksi demonstrasi dalam rangka menolak diresmikannya Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Berikut adalah kutipan pernyataan KH. Yusuf Al-Mubarok, juru bicara dewan

  1

  ulama se-Banten berdasarkan berita fesbukbantennews.com

  “harus tau KEK ini peruntukannya untuk apa. Karena investor ini banyak negatifnya. Jangan sampai nelayan kewalahan dengan usahanya dan jangan sampai prib umi hanya menjadi kacung di daerahnya sendiri”

  Berdasarkan berita fesbukbantennews.com, para ulama dan kyai tersebut tidak diikutsertakan dalam musyawarah terkait peresmian Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Sehingga menurut mereka harus dilaksanakan renegosiasi agar seluruh lapisan masyarakat terlibat dalam penyelenggaraan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

  Dalam pengertian yang umum elite itu menunjuk sekelompok orang yang dapat diartikan sekelompok orang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan kecil yang memegang kekuasaan. Dalam cara pemakaiannya yang lebih umum elite dimaksudkan: “posisi di dalam masyarakat di puncak struktur-struktur sosial yang terpenting, yaitu posisi tinggi di dalam ekonomi, pemerintahan aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran, dan pekerjaan- peker jaan dinas”.

  Dalam suatu kehidupan sosial yang teratur, baik dalam konteks luas maupun yang lebih sempit, dalam kelompok heterogen maupun homogen selalu ada kecenderungan untuk menyisihkan satu golongan tersendiri sebagai satu golongan yang penting, memiliki kekuasaan dan mendapatkan kedudukan yang terkemuka jika dibandingkan dengan massa.

  Masyarakat Tanjung Lesung yang tidak menjadi elitis masyarakat secara umum tentunya belum memahami dengan jelas apa itu kawasan ekonomi khusus (KEK). Sehingga dikhawatirkan masyarakat Tanjung Lesung mengalami geger budaya atau yang biasa disebut geger budaya. Misalnya saja, masyarakat di Desa Tanjung Jaya yang sudah lama sekali hidup berdampingan kemudian setelah penetapan KEK ini rumah dan tanah mereka dibeli oleh pemerintah dan mereka harus pindah rumah dan memulai kehidupan baru dengan lingkungan yang baru. Secara psikologis tentunya ini mengguncang masyarakat tersebut. Apalagi sisi psikologis anak-anak yang harus mencari teman baru. Selain itu, lahan pertanian masyarakat tempat mereka mencari nafkah juga dibeli pemerintah sehingga

  Penulis juga mencari referensi lain tentang sosialisasi yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat Tanjung Lesung atas penetapan daerahnya sebagai Kawasan Ekonomi Khusus. Dan berdasarkan penelitian sebelumnya d engan judul “Perencanaan strategi Humas Pemprov Banten pasca ditetapkannya

  2

  karya Iman Mukhroman dan KEK Pariwisata Tanjung Lesung, Pandeglang” Rangga Galura Gumelar penulis melihat bahwa berdasarkan penelitian tersebut Humas Pemprov Banten belum memiliki rencana strategis dan belum memahami rencana taktik PR dalam meminimalisir sisi negative dan menjadi control terhadap SKPD terkait dalam peningkatan dan pengembangan KEK Tanjung Lesung.

  Dari masalah geger budaya yang dibuktikan dengan adanya konflik seperti penolakan melalui surat terbuka dan juga demonstrasi oleh beberapa pihak maka penulis menilai ada nya kecemasan yang tibul di masyarakat setelah ditetapkannya Tanjung Lesung menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

  Sehingga penulis mengambil penelitian dengan judul

  “kecemasan adanya geger

budaya pada masyarakat paska ditetapkannya Tanjung Lesung menjadi Kawasan

Ekonomi Khusus (KEK)”

1.2 Rumusan Masalah

  Dengan mengacu pada latar belakang permasalahan, maka rumusan masalahnya

  “Kecemasan Adanya Geger budaya Pada Elite Paska Ditetapkannya Tanjung Lesung Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus ( KEK )

1.3 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis mengidentifikasikan masalahnya sebagai berikut :

  1. Bagaimana hambatan- hambatan penyampaian pesan atau informasi terjadi karena adanya kecemasan masuknya Geger budaya ke masyarakat Banten? 2. Bagaimana usaha para instansi terkait untuk menindak lanjuti masalah hambatan teknis dalam mensosialisasikan KEK Tanjung Lesung ?

  3. Bagaimana usaha para instansi terkait untuk menindak lanjuti masalah hambatan psikologis dalam mensosialisasikan KEK Tanjung Lesung ?

  4. Bagaimana usaha para instansi terkait untuk menindak lanjuti masalah hambatan fisik dalam mensosialisasikan KEK Tanjung Lesung ?

  5. Bagaimana usaha para instansi terkait untuk menindak lanjuti masalah hambatan budaya dalam mensosialisasikan KEK Tanjung Lesung ?

1.4 Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui bagaimana Geger budaya terjadi pada masyarakat yang ditetapkannya Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

  2. Untuk mengetahui bagaimana hambatan- hambatan penyampaian pesan atau informasi terjadi karena adanya kecemasan masuknya Geger budaya ke masyarakat Banten

  3. Untuk mengetahui bagaimana usaha para instansi terkait untuk menindak lanjuti masalah penolakan yang dilakukan masyarakat Banten akibat kurangnya penyampaian pesan atau informasi mengenai KEK 4. Untuk mengetahui bagaimana usaha-usaha instansi dalam menanggapi adanya geger budaya pada masyarakat Tanjung Lesung

1.5 Kegunaan Penelitian

  1.5.1 Kegunaan Teoritis

  Peneliti diharapkan dapat memberikan kontribusinya untuk bisa menguraikan permasalahan yang timbul di dalam masyarakat Banten mengenai adanya penolakan akibat kecemasan-kecemasan yang dirasakan masyarakat Banten dengan diresmikanya Tanjung lesung menjadi (KEK) Tanjung Lesung.

  1.5.2 Kegunaan Praktis

  Dengan melakukan penelitian ini peniliti diharapkan dapat memberikan Informasi yang merata tentang adanya informasi KEK Tanjung Lesung dan mengajak Masyarakat yang belum pernah mengujungi kawasan ekonomi khusus agar tidak timbulnya kontra terhadap KEK Tanjung Lesung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Komunikasi Antar Budaya

2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Budaya

  Berbicara mengenai komunikasi antarbudaya tidak dapat dielakkan dari pengertian kebud ayaan (budaya). Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau

  “akal”. Dengan demikian ke-budayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang

  3

  bersangkutan dengan akal . Menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Hal ini berarti bahwa seluruh tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah kebudayaan karena sangat sedikit tindakan manusia yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar. Bagaimana manusia makan, minum, berjalan, berinteraksi dengan manusia lainnya itu semua berpengaruh pada budaya individu itu sendiri. Ada sarjana lain yang mengartikan kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa.

  Berdasarkan pemikiran tersebut, maka komunikasi antarbudaya merujuk pada fenomena komunikasi di mana para partisipan yang berbeda latar belakang kultural menjalin kontak satu sama lain secara langsung maupun tidak langsung. dan perbedaan kultural antara pihak-pihak yang terlibat, maka karakteristik kultural dari partisipan bukan merupakan fokus studi. Titik perhatian dari komunikasi antarbudaya adalah proses komunikasi antara individu dengan individu dan kelompok dengan kelompok

  Komunikasi antarbudaya lebih menekankan aspek utama yakni antarpribadi di antara komunikator dan komunikan yang kebudayaannya berbeda.

  Jika kita berbicara tentang komunikasi antarpribadi, maka yang dimaksud adalah dua atau lebih orang terlibat dalam komunikasi verbal atau non verbal secara langsung. Apabila kita menambahkan dimensi perbedaan kebudayaan ke dalamnya, maka kita berbicara tentang komunikasi antarbudaya. Maka seringkali dikatakan bahwa komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi antarpribadi dengan perhatian khusus pada faktor-faktor kebudayaan yang mempengaruhinya.

  Dalam keadaan demikian, kita dihadapkan dengan masalah-masalah yang ada dalam situasi di mana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi balik dalam budaya lain.

  Komunikasi antarbudaya terjadi apabila pemberi dan penerima pesan berasal dari budaya yang berbeda. Budaya mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki oleh setiap orang. Konsekuensinya, perbendaharaan-perbendaharaan yang dimiliki dua orang yang berbeda yang dapat menimbulkan berbagai macam kesulitan.

2.1.2 Tujuan Komunikasi Antar Budaya

  Tujuan komunikasi antarbudaya adalah mengurangi ketidakpastian tentang

  4

  orang lain. Gudykunst dan Kim menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak saling mengenal selalu berusaha mengurangi tingkat ketidakpastian melalui peramalan yang tepat atas relasi antrapribadi. Usaha untuk mengurangi tingkat ketidakpastian itu dapat dilakukan melalui tiga tahap reaksi, yaitu:

   Pra-kontak atau tahap pembentukan kesan melalui simbol verbal maupun non verbal (apakah komunikan suka berkomunikasi atau menghindari komunikasi)  Initial contact and impression, yakni tanggapan lanjutan atas kesan yang muncul dari kontak awal tersebut  Closure, mulai membuka diri anda yang semula tertutup melalui atribusi dan pengembangan kepribadian implisit. Teori atribusi menganjurkan agar kita harus lebih mengerti perilaku orang lain dengan menyelidiki motivasi atas suatu perilaku atau tindakan seseorang. Apabila individu dapat mengurangi tingkat ketidakpastian tentang orang lain maka ia akan mempunyai peluang yang makin besar untuk memahami orang tersebut. Selain tingkat ketidakpastian (uncertainty) maka seseorang akan menghadapi tingkat kecemasan tertentu ketika berkomunikasi dengan seseorang dari kebudayaan lain. Kecemasan adalah suatu perasaan yang kurang menyenangkan, tekanan batin, perasaan bersalah atau ragu-ragu tentang orang yang sedang dihadapi. Kecemasan mengandung suasana emosional yang tidak bersifat kognitif dan perilaku.

2.1.3 Fungsi Komunikasi Antar Budaya

  Komunikasi antar budaya, sebagaimana dijelaskan dalam buku Dasar-

  5

  dasar Komunikasi Antar Budaya karya Alo Liliweri bahwa fungsi komunikasi pada umumnya memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai fungsi pribadi yang meliputi identitas sosial, integrasi sosial, kognitif dan melepaskan diri. Serta memiliki fungsi sosial seperti pengawasan, menjembatani, sosialisasi dan menghibur.

  Dalam proses komunikasi antar budaya, terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas diri maupun identitas sosial. Perilaku tersebut dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal maupun non verbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui asal-isil suku bangsa, agama maupun tingkat pendidikan seseorang.

  Selain sebagai identitas sosial, komunikasi antarbudaya berfungsi sebagai integrasi sosial. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antara komunikator dengan komunikan maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Salah satu contoh integrasi sosial adalah ketika kita menggunakan atribut-atribut yang berasal dari satu kebudayaan ketika kita berada di wilayah mereka. Seperti menggunakan lomar Baduy saatt berada di kawasan

  Komunikasi antarbudaya, sebagai sebuah kajian ilmu sosial tentu menjadi sumber pengetahuan bersama. Kita dapat mempelajari satu budaya dengan berinteraksi dengan masyarakat di budaya tersebut. Saling mepelajari kebudayaan menjadi satu fungsi dari komunikasi antarbudaya agar budaya yang ada dapat dikembangkan dan juga dilestarikan agar tidak hilang keberadaannya.

  Fungsi terakhir dari fungsi pribadi komunikasi antarbudaya adalah sebagai jalan keluar. Konsultasi sebagai salah satu bentuk komunikasi menjadi hal yang penting dalam kounikasi antarbudaya. Dengan mempelajari budaya tertentu terkadang kita mendapatkan informasi dan juga inspirasi dari masalah yang kita hadapi.

  Selain memiliki fungsi pribadi, komunikasi antarbudaya juga memiliki fungsi sosial salah satunya fungsi pengawasan. Dalam proses komunikasi antarbudaya, fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan “perkembangan” tentang lingkungan. Fungsi pengawasan ini biasanya dilakukan oleh media massa yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi di sekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam konteks kebudayaan yang berbeda.

  Sebagai bentuk komunikasi lintas budaya, komunikasi antarbudaya berfungsi untuk menjembatani perbedaan komunikasi diantara komunikator dan komunikan. Fungsi tersebut terkontrol melalui pesan yang diberikan, tafsir yang digunakan dan makna yang sama.

  Fungsi komunikasi antarbudaya yang selanjutnya adalah sebagai lain. Dalam komunikasi antarbudaya seringkali tampil perilaku non verbal yang kurang dipahami namun lebih penting daripadanya adalah bagaimana menagkap nilai-nilai yang erkandung dalam gerakan tubuh, gerakan imajiner dan symbol tertentu dalam kebudayaan tersebut.

  Fungsi terakhir dari komunikasi antarbudaya adalah untuk menghibur. Fungsi menghibur juga sering ditampilkan dalam proses komunikasi antarbudaya. Pertunjukan-pertunjukan seni dan budaya selain berfungsi untuk memberikan gambaran seni, juga memiliki fungsi menghibur orang yang menontonnya. Salah satu bentuk hiburan dalam konteks komunikasi antarbudaya adalah tayangan Srimulat yang popular di layar televise Indonesia.

2.1.4 Pendekatan Komunikasi Antarbudaya

  Dalam bahasa teoritis dikenal beberapa pendekatan terhadap komunikasi

  6

  antarbudaya , yaitu : 1.

  Pendekatan psikologis 2. Pendekatan interpretatif 3. Pendekatan kritis 4. Pendekatan dialektikal 5. Pendekatan dialog kultural 6. Pendekatan kritik budaya

  Pendekatan psikologi sosial ini sebetulnya lebih didominasi oleh para Pendekatan ini memandang bahwa hanya peneliti yang bebas dan berada diluar objek penelitian yang akan menghasilkan kesimpulan yang objektif. Berbeda dengan pendekatan psikologi sosial, pendekatan interpretative mengharuskan peneliti berada di dalam objek penelitian. Asumsi dasarnya adalah bahwa keberadaan dan kehidupan merupakan kontstruksi dari sebuah realitas.

  Perbedaan utama dari pendekatan kritis dengan pendekatan yang lain terletak pada macro context yang lebih menekankan pada konteks seperti realitas sosial, politik dan isu-isu ekonomi yang mempengaruhi komunikasi antarbudaya, dan lebih khusus lagi meneliti hubungan kekuasaan diantara beberapa budaya.

  Pendekatan yang keempat adalah pendekatan dialektikal. Pendekatan ini merupakan gabungan dari ketiga pendekatan sebelumnya dan berasumsi bahwa sesuatu yang disebut realitas adalah dialektikal.

  Pendekatan selanjutnya adalah pendektan yang menekankan pada isu-isu internasionalisme dan juga humanism yaitu pendekatan dialog kultural.

  Pendekatan ini berasal dari konsep yang mengatakan bahwa sains merupakan alat praktis yang perlu digunakan manusia, dan sumbangan para teoritisi adalah memberikan kontribusi keilmuannya untuk meningkatkan pemahaman tentang dunia. Dan pendekatan yang terakhir adalah pendekatan kritik budaya. Pendekatan ini berusaha mencari dan menemukan isu-isu utama yang mendorong terjadinya konflik dalam setiap budaya sehingga mengakibatkan salah satu atau lebih kebudayaan disosialisasikan oleh masyarakat.

2.1.5 Hambatan Komunikasi Antarbudaya

  Menurut Hafied Cangara dalam Pengantar Ilmu komunikasi, mengatakan bahwa hambatan komunikasi ialah adanya hambatan yang membuat proses

  7 komunikasi tidak berlangsung sebagaimana harapan komunikator pada penerima.

  Hambatan komunikasinya sebagai berikut: 1. Hambatan Teknis

  Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi pengajaran yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (chanel noise) 2. Hambatan Psikologis

  Hambatan psikologis terjadi karena adanya hambatan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa curiga penerima pada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna

3. Hambatan Fisik

  Hambatan fisik ialah hambatan yang disebabkan karena kondisi geografis. Misalnya jarak jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan sebagainya 4. Hambatan Budaya

  Hambatan budaya ialah hambatan yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-

  8

2.2 Kecemasan

2.2.1 Pengertian Kecemasan

  Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya. Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

  Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb dalam artikel Fitri Fauziah & Julianti

9 Widuri kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan

  merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya.

  Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis.

10 Namora Lumongga Lubis menjelaskan bahwa kecemasan adalah

  tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang. Kecemasan dialami ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi. Nevid Jeffrey S, Rathus Spencer A, & Greene Beverly memberikan pengertian tentang kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya.

  Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang terganggu.

  Kedua-duanya merupakan pernyataan, penampilan, dan penjelmaan dari

  

11

  pertahanan terhadap kecemasan tersebut . Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk

2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

  Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu : a.

  Lingkungan Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

  b.

  Emosi yang ditekan Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

  c.

  Sebab-sebab fisik Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.

2.2.3 Jenis-jenis kecemasan

  Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar.

12 Mustamir Pedak membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu: a.

  Kecemasan Rasional Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan dasariah kita.

  b.

  Kecemasan Irrasional Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaan keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.

  c.

  Kecemasan Fundamental Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia.

13 Sedangkan Kartono Kartini membagi kecemasan menjadi dua jenis

  kecemasan, yaitu : a.