PERILAKU ASERTIF PARA SISWA PUTRA DAN SISWA PUTRI KELAS XI DI SMA SANTO MIKAEL SLEMAN TAHUN AJARAN 20072008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

  PERILAKU ASERTIF PARA SISWA PUTRA DAN SISWA PUTRI KELAS XI DI SMA SANTO MIKAEL SLEMAN TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Disusun oleh: ALBERTUS CAHYO BINAR WIDODO 031114026 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  PERILAKU ASERTIF PARA SISWA PUTRA DAN SISWA PUTRI KELAS XI DI SMA SANTO MIKAEL SLEMAN TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Disusun oleh: ALBERTUS CAHYO BINAR WIDODO 031114026 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN Kata YESUS kepadanya:”AKU-lah jalan dan kebenaran dan hidup

  

Tidak ada seorangpun yang datang kepada BAPA, kalau tidak melalui

AKU. Sekiranya kamu mengenal AKU, pasti kamu juga mengenal

BapaKU. Sekarang ini kamu mengenal DIA dan kamu telah melihat

DIA.”

  

( YOH 14: 6-7 )

“Karena TUHANlah yang memberikan hikmat,

dari mulutNYA datang pengetahuan dan kepandaian.”

( AMSAL 2: 6 )

  

“Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu?

Jika ALLAH di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”

( ROMA 8: 31 )

“Sebab segala sesuatu adalah dari DIA, dan oleh DIA, dan kepada

  

DIA; Bagi DIA-lah kemuliaan sampai selama-lamanya”

( ROMA 11: 36 )

  

  : ! " # $ % % &

  $ $ ' %(%(

  ' ' &

  

ABSTRAK

PERILAKU ASERTIF PARA SISWA PUTRA DAN SISWA PUTRI

KELAS XI DI SMA SANTO MIKAEL SLEMAN

TAHUN AJARAN 2007/2008

Albertus Cahyo Binar Widodo

  

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2008

  Masalah pertama yang akan diteliti adalah bagaimanakah tingkat perilaku asertif para siswa putra kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008? Masalah kedua adalah bagaimanakah tingkat perilaku asertif para siswa putri kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008?

  Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi penelitian adalah para siswa kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008 yang berjumlah 62 siswa dan populasi yang berhasil digali datanya berjumlah 55 siswa yang terdiri atas 31 siswa putra dan 24 siswa putri. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner perilaku asertif yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik statistik deskriptif dengan Mean.

  Hasil penelitian ini adalah: (1) Jumlah siswa putra kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008 yang memiliki tingkat perilaku asertif rendah lebih banyak daripada jumlah para siswa putra yang memiliki tingkat perilaku asertif tinggi; (2) Semua siswa putri kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008 memiliki tingkat perilaku asertif tinggi.

  

ABSTRACT

ASSERTIVE BEHAVIOR OF ELEVENTH GRADE MALE AND FEMALE

STUDENTS IN SANTO MIKAEL SENIOR HIGH SCHOOL SLEMAN

OF ACADEMIC YEAR 2007/2008

Albertus Cahyo Binar Widodo

  

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2008

  The first problem researched was level of assertive behavior’s of eleventh grade of male students in Santo Mikael Senior High School Sleman of Academic Year 2007/2008. The second problem was the level of assertive behavior’s of eleventh grade of female students in Santo Mikael Senior High School Sleman of Academic Year 2007/2008.

  This was a descriptive research using survey method. The research population was the eleventh grade students in Santo Mikael Senior High School Sleman of Academic Year 2007/2008. The population of this research was 55 students. The real populations of the researched were 55 students of 62 students, consisted of 31 male students and 24 female students. The research instrument was an assertive behavior questionnaire developed by researcher himself. The data were analyzed by descriptive statistic (Mean).

  Results of this research were: (1) There were more male students of 23 who had lower assertive behavior than high assertive behavior; (2) All female students had high assertive behavior.

  Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH BAPA di SURGA,

  

TUHAN JESUS KRISTUS, dan ROH KUDUS atas segala bimbingan-Nya

  sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini membutuhkan bantuan dari banyak pihak sehingga dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada:

  1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  4. Bapak Fajar Santoadi, S.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah mendampingi dan memberikan masukan serta saran yang positif dan membangun selama penulisan skripsi.

  5. Drs. Wens Tanlain, M.Pd yang telah memberikan bantuan dan saran dalam penulisan skripsi.

  6. Drs. Y.B. Adimasana, M.A. Terima kasih atas saran dan dukungannya.

  7. A. Setyandari, S.Pd., Psi., M.A. Terima kasih atas bantuannya.

  8. Mas Moko selaku staf sekretariat Prodi BK yang telah banyak membantu, dan memberikan informasi bagi penulis.

  9. Sr. M. Bernadette SND, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA St. Mikael Sleman yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian di SMA St. Mikael Sleman.

  10. Ibu Siti Hartini, B.A, selaku koordinator bimbingan dan konseling SMA St.

  Mikael Sleman atas segala bantuan dan dukungannya.

  11. Siswa-siswi kelas XI SMA St. Mikael Sleman, terima kasih atas bantuan dan kerjasama yang baik sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

  12. Bapak dan Ibu guru beserta segenap karyawan / karyawati SMA Santo Mikael Sleman atas kerjasamanya.

  13. Untuk (†) Ayah tercinta di sisi Bapa di Surga, yang selalu menyertai aku dalam doa. REST IN PEACE.

  14. Kepada keluargaku yang terkasih Ibuku, kakakku Titi, istriku tercinta Elin Widodo, mbak Narti, mbak Shinta, dek Artha, dek Nenty, abangku Manahan Butar Butar dan keluargaku Ambarawa, yang selalu setia mendukungku dan memberiku motivasi. Terima kasih banyak dan Tuhan Jesus memberkati selalu. I LOVE YOU ALL SO MUCH!!!

  15. Keluarga besar Underground United, UNDERGOD SOCIETY (Bison, Denis, Anang, Andreas, Catur, Mita, Nando, Yogi, Dimas, Vito, Christy, Ayu, etc), JOGJAKARTA CORPSE GRINDER, BLOODLAMB “Bandung” (bang Winner, abbah Gibson, bang Ocep, bang Aan, bang Erwin, bang Binsar, mr.

  Brake, mr. Wahyu, brotha Nadi, n others), SHAKA Studio Crew, SWA Studio Crew, STIQMA “Oriental ThrashMetal” Band, tempatku berkreasi dan berkarya bersama mr. Herihell Inc., mr. Johan, yang mengerti, mendukung dan memberikan waktu untuk aku dalam menyelesaikan skripsi ini. Kang Bison “Black Metal” n mbakyu Hana, for your pray and rituals. Matur Nuwun. Gusti JESUS Blez u all.

  16. Untuk motorku, The Supre, yang selalu mengantarku kemanapun, dimanapun, dan kapanpun aku pergi. Thanks a lot, my friend.

  17. Untuk para dedengkot BK Agus Setyawan ’99, Chimenk ’99, Baba ’99, Gandhi ’99, Bernardus Wahyu ’00, Tunggul Crabb ‘01. Makasih untuk bantuan dan sharing-sharingnya. Gusti Jesus memberkati.

  18. Untuk temen-temenku Arjuna n Sari, Mandus, mba’ Surmi, Tutus, Wicha, Andang, Alel, Angga, Vera, Acha, Ria, Sepri, Pikal, Anton, Yunar, Wawan “Ribut” rental dan teman-teman dekatku yang telah bersedia untuk sharing.

  Terima kasih teman-teman. Keep fighting ya guys... Jah Bless u all !!! 19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Terima kasih. Tuhan Jesus memberkati.

  Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dalam penyusunan skripsi yang akan datang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

  Penulis

  DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... iv

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA .................................................... v

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................. vii

ABSTRACT ................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................ ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 3 E. Definisi Operasional ................................................................ 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Asertif ........................................................................ 5

  1. Pengertian Perilaku Asertif ............................................... 5

  2. Ciri-ciri Perilaku Asertif ................................................... 7

  3. Tujuan Perilaku Asertif ..................................................... 8

  4. Unsur-unsur dari Perilaku Asertif ...................................... 8

  a. Memberikan Informasi ............................................... 9

  b. Memberikan Opini atau Sudut Pandang ...................... 10

  d. Menyatakan Pesan “Aku” atau I-Messages ................. 11

  BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ......................................................................... 25 B. Instrumen Pengumpul Data ...................................................... 25

  2. Tingkat perilaku asertif para siswa putri kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008 ................ 34

  1. Tingkat perilaku asertif para siswa putra kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008 ................ 34

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ....................................................................... 33

  E. Teknik Analisis Data ............................................................... 32

  D. Pelaksanaan Pengumpulan Data ............................................... 31

  C. Populasi Penelitian .................................................................. 31

  3. Reliabilitas dan Validitas Kuesioner .................................. 27

  2. Pemberian Skor – skor Kuesioner ..................................... 26

  1. Kuesioner ........................................................................ 25

  2. Pola Pengasuhan Orang Tua Dalam Keluarga .................... 23

  e. Memberikan Keputusan Ya atau Tidak ....................... 12

  1. Jenis Kelamin .................................................................... 22

  D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Asertif ................ 22

  C. Perilaku Non-Asertif ................................................................ 20

  B. Perilaku Agresif ....................................................................... 18

  6. Hambatan Yang Dialami Dalam Berperilaku Asertif ......... 18

  5. Manfaat Perilaku Asertif ................................................... 15

  h. Menerima Kritik dan Pujian ........................................ 14

  g. Merefleksi Kembali Isi Pesan ..................................... 13

  f. Menyampaikan Kritik atau Pujian .............................. 13

  B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 34

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................. 41 B. Saran ...................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA . ................................................................................ 43

LAMPIRAN .............................................................................................. 45

  

DAFTAR TABEL

  Tabel III.1 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Asertif ........................................... 26 Tabel III.2 Kualifikasi Koefisien Korelasi Suatu Alat Ukur........................... 29 Tabel IV.I Perilaku Asertif Para Siswa Putra dan Siswa Putri

  Kelas XI SMA MIKAEL Sleman Tahun Ajaran 2007/2008......... 35

  LAMPIRAN

  Tabel Olah Data Penelitian .......................................................................... 46 Tabel Skor Kuesioner Putra dan Putri .......................................................... 60 Tabel Skor Mean .......................................................................................... 62 Kuesioner Penelitian .................................................................................... 63 Surat Keterangan Penelitian ......................................................................... 71 Surat Ijin Uji Coba Penelitian ...................................................................... 72 Surat Ijin Penelitian ...................................................................................... 73

  siswa yang anggotanya terdiri dari berbagai macam latar belakang budaya, sosial-ekonomi, dan agama. Pengelompokan tersebut terbentuk secara sadar oleh masing-masing anggota kelompok. Secara umum bila siswa berada di dalam kelompok yang terdiri dari latar belakang yang sama, siswa tersebut akan merasa aman dan diterima oleh kelompok tersebut.

  Perilaku memilih teman yang berasal dari latar belakang yang sama dan enggan bergaul dengan teman yang berasal dari latar belakang yang berbeda akan menjadi suatu hambatan dalam menjalin hubungan persahabatan dengan siswa yang berasal dari latar belakang lain. Hal ini akan membuka peluang munculnya prasangka yang buruk terhadap kelompok lain. Masalah, konflik atau pertentangan akan muncul dalam kelompok dan antar kelompok tersebut sehingga suasana dalam kelompok akan menjadi tidak aman bagi anggota yang berada di dalamnya.

  2 Persahabatan dapat diwujudkan bila terdapat sikap terbuka satu sama lain dan kejujuran di antara anggota kelompok tersebut. Sikap saling mengasihi dan saling terbuka ini dapat dilakukan bila ada kesediaan dari masing-masing anggota untuk saling mengungkapkan perasaannya.

  Sebaliknya, bila anggota bersikap tertutup dan tidak jujur maka persahabatan akan hancur dan sikap ini merugikan. Alangkah baiknya bila anggota kelompok saling mengatakan apa yang dirasakan sehingga kelompok tersebut tidak hidup dalam kepura-puraan selama menjalin hubungan. Hal ini untuk menghindari hubungan yang semu di dalam persahabatan.

  Persahabatan sejati dapat terwujud bila di dalamnya terdapat sikap saling terbuka dan jujur satu sama lain. Kenyataannya adalah masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyatakan perasaannya secara terbuka. Mereka berpandangan bahwa mengungkapkan perasaan tidak enak kepada siswa lain akan membuat hubungan persahabatan menjadi tidak baik. Ada anggapan bahwa diam tidak mengungkapkan perasaan yang sebenarnya dan menampilkan perilaku agresi akan membuat hubungan menjadi tetap aman, baik, dan tidak terganggu. Pertanyaan yang timbul berkaitan dengan perilaku asertif para siswa adalah: Sejauh manakah perilaku asertif para siswa putra kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2007/2008? Sejauh manakah perilaku asertif para siswa putri kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2007/2008? Penelitian ini terpusat pada para siswa putra dan siswa putri kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2007/2008, dengan pertimbangan bahwa para siswa mengalami masa-masa transisi atau peralihan dalam mencari jati diri termasuk dalam hal berperilaku asertif terhadap dirinya sendiri dan orang lain.

  B. Rumusan Masalah

  Masalah yang akan diteliti adalah:

  1. Bagaimanakah tingkat perilaku asertif para siswa putra kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2007/2008?

  2. Bagaimanakah tingkat perilaku asertif para siswa putri kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2007/2008?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang tingkat perilaku asertif para siswa putra dan siswa putri kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2007/2008.

  1. Hasil penelitian dapat digunakan oleh guru pembimbing sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program bimbingan pribadi sosial kelas

  XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2007/2008.

  2. Hasil penelitian dapat digunakan oleh guru BK untuk membantu para siswa putra dan siswa putri kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2007/2008 mengetahui tingkat perilaku asertif mereka dengan

  3

D. Manfaat Penelitian

  memberikan informasi pada saat memberikan bimbingan pribadi-sosial dengan topik layanan bimbingan perilaku asertif.

  Perilaku Asertif Para Siswa Putra dan Siswa Putri Kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2007/2008 Kemampuan para siswa putra dan siswa putri kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2007/2008 dalam memberikan informasi, memberikan opini atau sudut pandang, menyatakan kebutuhan dan perasaan, memberikan keputusan ya atau tidak, memberikan pertanyaan, menyatakan pesan “aku”, memberikan kritik dan pujian, dan menerima kritik dan pujian. masalah dalam penelitian ini, yaitu perilaku asertif, agresif, dan non-asertif para siswa putra dan siswa putri.

  1. Pengertian Perilaku Asertif Siswa Perilaku asertif siswa adalah kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapat, gagasan, pikiran, maupun perasaannya dengan jujur dan terbuka, tanpa ada keraguan dalam menjelaskan kepada siswa lain; tidak berbelit-belit dalam mengungkapkan pendapat kepada siswa lain, langsung membicarakan pokok persoalan sehingga siswa lain yang mendengarkan mengalami juga persoalan yang dibicarakan; tidak memutar-balikkan persoalan yang sebenarnya; tidak menutup-nutupi masalah yang hendak disampaikan kepada siswa lain.

  Lloyd (1991: 1) mendefinisikan perilaku asertif sebagai suatu gaya atau bentuk wajar yang tidak lebih dari sikap langsung, jujur, dan penuh respek pada saat berinteraksi dengan orang lain. Asertivitas diperlukan agar hubungan menjadi sehat. Perilaku asertif adalah perilaku yang disyaratkan untuk hasil “Sama-Sama Menang” (Win-Win Solution) dalam negoisasi, pemecahan konflik, kehidupan keluarga, dan transaksi bisnis yang normal.

  Cawood (1997) menjelaskan bahwa perilaku asertif adalah suatu ungkapan atau ekspresi yang langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak anda tanpa kecemasan yang tidak beralasan. Langsung berarti perilaku yang ditampilkan tidak berputar-putar. Pesan yang disampaikan kepada orang lain jelas dan tidak bersifat menghakimi. Mereka tidak berputar-putar dalam menyampaikan sesuatu, serta tidak memanipulasi orang lain dalam menyampaikan pesan. Perilaku yang jujur berarti perilaku yang laras. Semua isyarat yang terlihat seperti kata-kata yang diucapkan, gerak-gerik tubuh, dan perasaan individu semuanya mengatakan hal yang sama. Perilaku pada tempatnya berarti perilaku yang muncul dengan memperhitungkan hak-hak dan perasaan orang lain maupun diri sendiri sesuai, suasana, waktu dan tempat.

  Menurut Adams dan Lenz (1995: 28), berperilaku asertif berarti mengerti apa yang anda perlukan dan inginkan, dan dapat menjelaskannya pada orang lain, bekerja dengan cara sendiri sambil tetap menunjukkan hormat kepada orang lain. Lebih lanjut Adams dan Lenz menjelaskan bahwa dalam berperilaku asertif individu membutuhkan kejujuran dan keterbukaan terhadap diri sendiri.

  7

  2. Ciri-ciri Perilaku Asertif Ciri-ciri orang yang memiliki perilaku asertif menurut Adams dan

  Lenz (1995) ada enam ciri yaitu: (1) Orang yang asertif dapat bergaul dengan jujur dan langsung menyatakan perasaan, kebutuhan-kebutuhan, ide dan mempertahankan hak-haknya dengan cara yang tidak melanggar hak dan kebutuhan orang lain. (2) Orang yang asertif tampak apa adanya, terbuka, otentik, dan langsung dalam menyampaikan pikiran dan perasaannya. (3) Orang yang asertif mampu bertindak demi kepentingan diri sendiri dan mengambil inisiatif demi memenuhi kebutuhannya. (4) Orang yang asertif berani untuk meminta informasi dan bantuan dari orang lain jika membutuhkan. (5) Bila mengalami konflik dengan orang lain, orang yang asertif bersedia mencari penyelesaian yang memuaskan kedua belah pihak, karena orang yang asertif memerlukan dan menginginkan kerja sama dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya, orang yang asertif bersedia untuk bekerja sama dengan orang lain dan berusaha membantu memenuhi kebutuhan orang tersebut. (6) Orang yang bersikap asertif kecemasannya akan berkurang dan semakin merasakan suatu kepuasan, meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri, sehingga kebutuhan yang penting akan semakin dapat terpenuhi. Perilaku seperti ini membuat orang lain akan bereaksi lebih positif sehingga hubungan akan menjadi lebih memuaskan.

  8

  3. Tujuan Perilaku Asertif Perilaku asertif bertujuan untuk membina suatu hubungan atau interaksi sosial yang baik dengan orang lain, tanpa ada pikiran dan perasaan yang buruk terhadap orang lain pada saat melakukan percakapan atau pembicaraan. Ada dua tujuan utama dari berperilaku asertif menurut Cawood (1997), yaitu:

  a. Perilaku asertif digunakan dengan tujuan supaya dialog tetap terbuka dan berjalan hingga mencapai suatu tujuan yang masuk akal dan dapat diwujudkan, membiarkan informasi baru dan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan yang jujur mengalir secara timbal balik.

  Diharapkan dengan sikap ini tidak ada maksud dari pihak lain untuk mengintimidasi, untuk mengesampingkan, untuk memaksa, atau untuk mendapatkan apa yang diinginkan atau sebaliknya menge- sampingkan hak-haknya.

  b. Membangun sikap saling menghormati individu akan mengembangkan harga diri orang lain dan diri sendiri. Perilaku asertif individu diharapkan dapat membina dan meningkatkan perasaan hormat terhadap diri sendiri dan orang lain, sehingga dari membangun sikap saling menghormati tersebut dapat membuat suatu keputusan dan tindakan yang inovatif berdasarkan informasi yang baik.

  9

  4. Unsur-unsur Perilaku Asertif Peneliti merumuskan delapan unsur yang membentuk perilaku asertif yang dapat dilatih berdasarkan teori yang dikemukakan oleh

  Cawood (1997), Lloyd (1991), dan Adams dan Lenz (1995). Unsur-unsur perilaku asertif yang dimaksud yaitu: a. Memberikan Informasi.

  Berikut ini adalah cara orang asertif dalam memberikan informasi: 1) Bersikap lugas: memberikan informasi seperti apa adanya dengan tidak menambah atau mengurangi isi pesan yang disampaikan dan pengungkapannya menggunakan kalimat yang jelas dan mudah, supaya dapat ditangkap oleh lawan bicara. Hal ini dilakukan agar lawan bicara mengambil kesimpulan sendiri dengan bertanggung jawab tentang informasi yang diterima.

  2) Memberikan informasi secara deskriptif: informasi yang diberikan mencakup semua isi secara lengkap dan detail. Hal ini dilakukan untuk menghindari penafsiran yang salah dari lawan bicara bila informasi yang di berikan tidak lengkap dan bersifat umum. 3) Mengemukakan pendapat secara jujur dan terbuka. Orang yang asertif menghindari pengaruh kesan memaksa atau mengancam lawan bicara karena dapat menghambat penyelesaian suatu masalah yang dihadapi.

  10 4) Memberikan kesempatan bagi orang lain untuk menggunakan pikiran dan perasaannya dalam menyelesaikan suatu masalah dan mampu menganalisis setiap situasi yang dihadapi dengan harapan dapat mengambil kesimpulan sendiri.

  b. Memberikan Opini atau Sudut Pandang.

  Berikut ini adalah cara orang asertif dalam memberikan opini atau sudut pandang: 1) Mempertahankan opini dari sudut pandang diri sendiri, dengan memberikan opini atau sudut pandang yang berasal dari pemikirannya sendiri. 2) Memiliki pemahaman yang jelas mengenai pandangan pendapat diri sendiri dan mampu menjelaskan pandangan tersebut apa adanya. 3) Mengutamakan kata “aku” dalam memberikan opini, pikiran, atau wawasan sehingga menjadi lebih personal.

  4) Menghindari kata “maaf” dalam menyampaikan pendapat atau sudut pandang.

  5) Menghindari memberikan informasi yang berbelit-belit.

  Hendaknya informasi diberikan secara langsung dan jelas supaya proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar.

  11 c. Menyatakan Kebutuhan atau Harapan.

  Berikut ini adalah cara orang asertif dalam menyatakan kebutuhan atau harapan: 1) Mengetahui secara jelas dan usahakan fokus pada apa yang diinginkan saat ini.

  2) Mengeksplisitkan asumsi-asumsi yang dimiliki secara jelas dan tegas sehingga orang lain tidak salah menafsirkan kebutuhan atau harapannya. 3) Mengundang reaksi orang lain dengan berhenti sejenak setelah menyatakan kebutuhan dengan jelas dan ringkas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah orang lain sudah mendengar dan menerima permintaan atau harapan yang disampaikan.

  4) Menyampaikan kebutuhan dengan bahasa yang tegas dan mantap tanpa mengesampingkan diri atau harapan sendiri. Hindari pemakaian bahasa seperti berikut: “Aku tahu kamu barangkali belum.....”.

  d. Menyatakan Pesan “Aku” atau I-Messages.

  Berikut ini adalah cara orang asertif dalam menyatakan “pesan aku” atau “I- Messages”: 1) Mengenali dan mengakui perasaan diri sendiri yang muncul saat ini.

  2) Mengakui perasaan dengan menggunakan “pesan aku” atau “I- Messages ”.

  3) Menjabarkan atau menguraikan perasaan terhadap orang lain secara jujur.

  4) Tidak mengorbankan diri sebagai martir dan menghargai diri sendiri.

  e. Memberikan Keputusan Ya atau Tidak.

  Berikut ini adalah cara orang asertif dalam memberikan keputusan ya atau tidak: 1) Bersikap tegas dalam menentukan tujuan atau kebutuhan yang ingin dicapai pada situasi saat ini. Tidak bersikap mendua atau hanya ikut-ikutan saja tanpa memiliki prinsip yang jelas terhadap suatu masalah.

  2) Menggunakan bahasa yang jelas dan tegas jika ingin atau bermaksud mengatakan “Tidak”, tidak perlu menggunakan perkataan yang bertele-tele. 3) Mempertahankan keputusan yang telah dibuat dan mempertahankan pendapatnya.

  4) Menggunakan bahasa yang halus jika menolak suatu permintaan.

  Orang bisa menyampaikan perasaannya terhadap permintaan dan memberikan informasi terhadap pertanyaan yang sifatnya minta ijin. Misalnya: “Bolehkah saya pulang lebih awal?”. Terhadap pertanyaan tersebut jika orang hendak menolak maka orang cenderung menjawab “Tidak”. Namun orang bisa memberikan informasi terhadap pertanyaan di atas untuk menolak dengan menjawab: “Laporannya akan di ambil setengah jam lagi”.

  f. Menyampaikan Kritik atau Pujian.

  Berikut ini adalah cara orang asertif dalam menyampaikan kritik atau pujian: 1) Memberikan krtikan atau pujian secara jelas. 2) Menjelaskan konsekuensi yang dapat terjadi dari perilaku pada orang-orang yang relevan.

  3) Mengambil saat yang tepat dalam menyampaikan kritikan atau pujian kepada orang lain sehingga pujian atau kritikan tersebut dapat diterima dengan baik. 4) Memberikan pujian atau kritikan secara obyektif dan sesuai dengan keadaan orang yang diberikan kritikan atau pujian.

  5) Pujian yang diberikan sebaiknya jujur dan tulus, bukan untuk menyelubungi rencana-rencana yang tidak bisa ditangani sendiri secara langsung. Pujian diberikan karena layak untuk dipuji. Pujian merupakan ekspresi kesenangan atau keinginan atau kekaguman yang langsung dan selaras yang diberikan pada waktu dan tempat yang tepat.

  g. Merefleksi Kembali Isi Pesan.

  Berikut ini adalah cara orang asertif dalam merefleksi kembali isi pesan:

  1) Mendengarkan dengan seksama pesan atau pertanyaan yang diungkapkan dan tidak tergesa-gesa dalam memberikan evaluasi atau kesimpulan terhadap sesuatu yang didengar. 2) Merefleksikan atau memantulkan kembali isi pernyataan atau pertanyaan dengan kata-kata sendiri atau menggunakan bahasa tubuh yang menggambarkan penerimaan sehingga ada kesan bahwa pernyataan atau pertanyaan yang diungkapkan orang lain sungguh-sungguh didengarkan. 3) Merefleksikan kembali perasaan yang terlibat. Mereka mengakui perasaan orang lain dengan membiarkan perasaan orang tersebut muncul tanpa menilai hal tersebut boleh atau tidak boleh. Mereka mengakui perasaan orang lain berarti memahami perasaan orang lain dan membiarkan orang yang bersangkutan merasakannya.

  h. Menerima Kritik dan Pujian.

  Berikut ini adalah cara orang asertif dalam menerima kritik dan pujian: 1) Menyelidiki terlebih dahulu kritik yang disampaikan orang lain dengan tetap bersikap tenang. Kritikan yang positif merupakan kritikan yang bersifat membangun, bukan menjatuhkan. 2) Mencari alternatif dan saran-saran yang diperlukan untuk membuka wawasan.

  3) Mengakui kesalahan sendiri secara jelas dan tidak membuat pembenaran dengan ungkapan yang berbelit-belit. Orang berhak membuat kesalahan asalkan bersedia untuk bertanggung jawab atas konsekuensi dari kesalahan yang dilakukan.

  4) Mengabaikan kritik. Bila kritik yang disampaikan tidak relevan dan bersikap memusuhi, orang yang asertif tidak menelusuri lagi untuk mendapatkan informasi yang lebih baik. 5) Meresapkan pujian yang diterima, mengakui dan menghargai pujian itu dengan jujur.

  6) Tidak tergesa-gesa dalam membalas suatu pujian setelah menerima pujian.

  5. Manfaat Perilaku Asertif.

  Perilaku asertif memiliki banyak manfaatnya bagi individu, terutama dalam hal membangun interaksi sosial, supaya dapat menghargai, menerima dan menghormati kehadiran orang lain. Menurut Cawood (1997: 26) perilaku asertif sangat banyak manfaatnya khususnya dalam menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, sehingga kehadiran seseorang sungguh-sungguh dihargai dan diakui sebagai pribadi. Hasil yang tampak bila orang berperilaku asertif adalah sebagai berikut: a. Bila orang bersikap asertif, maka orang tersebut akan berurusan dengan pikiran yang nyata, perasaan nyata, dan kebutuhan nyata untuk memecahkan masalah yang nyata. Orang tersebut akan terpusat pada masalah masa kini, proses masa kini dan tidak terkekang oleh berbagai kekhawatiran masa lampau atau masa mendatang. b. Rasa percaya diri akan meningkat. Orang menjadi lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha mengambil resiko dari tindakan- tindakan yang dipilih, karena pilihan yang diambil merupakan penegasan akan hak, pikiran, dan perasaan seseorang dalam meningkatkan penghargaan diri dan rasa percaya diri.

  c. Hubungan diperkaya oleh perilaku asertif. Keterampilan dalam berperilaku asertif dapat membangun sikap saling mempercayai dan saling menghormati orang lain. Kepercayaan didasarkan antara lain pada pengalaman bekerja bersama dan pada kemampuan mengelola konflik, sehingga memunculkan keberanian dan kompetensi untuk mengawali kegiatan-kegiatan dan untuk mengatasi berbagai kesulitan bersama orang lain.

  Sedangkan manfaat perilaku asertif menurut Adams dan Lenz (1995) antara lain:

  a. Orang akan mampu memahami diri sendiri sepenuhnya. Orang dapat mengenal dirinya dengan baik bila mengungkapkan diri kepada orang lain.

  b. Orang asertif menyadari kebutuhan masa kini dan berusaha untuk mendapatkannya dengan berani mengungkapkan pendapat dan kebutuhannya secara jujur, sehingga orang yang asertif akan selalu hidup dalam kekinian. Mereka tidak hidup di masa lampau dan masa mendatang. c. Orang asertif memenuhi kebutuhan pokok pada saat bantuan dan kerja sama dengan orang lain diperlukan. Mereka berani untuk menyatakan kebutuhan dan keinginan yang diperlukan kepada orang lain, sehingga orang lain mengetahui kebutuhan dan keinginan yang diperlukan.

  d. Orang asertif memiliki pribadi yang lebih menarik dengan berani untuk mengungkapkan diri secara jujur, apa adanya, tanpa topeng dan kepura-puraan, mencerminkan keadaan diri yang sesungguhnya.

  e. Perilaku asertif menambah rasa harga diri. Harga diri dan kepercayaan diri akan semakin bertambah bila berani bersikap terbuka dan jujur terhadap orang lain, karena pengungkapan diri menjadi lebih mudah setiap kali berhasil melakukannya.

  f. Orang asertif mampu mengungkapkan diri secara timbal balik.

  Mereka memiliki kesediaan untuk mengungkapkan diri dapat membuka jalan bagi orang lain untuk mengungkapkan dirinya.

  Kesalahpahaman yang terjadi dapat dijernihkan dan dapat dicegah. Frustasi dan kebencian dapat berkurang, sehingga hubungan persahabatan akan menjadi lebih dalam dan kaya. Aktivitas dapat diperluas. Semakin orang terbuka dan mengenal diri sendiri, maka orang lebih bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhannya dan hidupnya.

  g. Perilaku asertif dapat mencegah terjadinya keretakan hubungan.

  Komunikasi yang tidak terbuka dan tidak jujur dapat menyebabkan rusaknya suatu hubungan, dan menjadi faktor utama dalam banyak kasus perceraian.

  6. Hambatan yang Dialami dalam Berperilaku Asertif Orang cenderung memenuhi permintaan orang lain, karena orang sulit untuk mengatakan “Tidak” kepada orang lain. Hal ini sering sekali terjadi supaya hubungan dapat terus terjalin dengan orang lain. Adams dan Lenz (1995) menyebutkan beberapa alasan orang tidak dapat menjawab atau mengatakan “Tidak” terhadap pernyataan orang lain. Beberapa alasan orang sulit mengatakan “Tidak” kepada orang lain antara lain:

  a. Tidak menyangka akan tawaran mendadak yang diajukan oleh orang lain.

  b. Ingin menyenangkan orang lain yang membutuhkan persetujuan atau dukungan.

  c. Perasaan takut bila pernyataannya menyinggung perasaan orang lain.

  d. Perasaan takut kehilangan teman dan hukuman yang diterima.

  e. Perasaan bersalah.

  f. Keinginan untuk membela otoritas.

  g. Harapan adanya timbal balik dari orang lain.

  h. Kompromi dengan harapan masyarakat. i. Ingin mengidentifikasi diri sendiri dengan orang lain. j. Terbebani perasaan kewajiban atau tugas yang harus dijalankan. k. Berkorban diri untuk orang lain. l. Ada suatu kebutuhan akan kekuatan untuk melakukan sesuatu.

  Perilaku asertif individu perlu ditingkatkan supaya dapat berkomunikasi dengan orang lain dan dapat bereaksi secara tepat terhadap situasi yang sedang dihadapi. Individu mampu untuk bereaksi secara tepat terhadap situasi yang dihadapi bila individu tersebut bersedia untuk menjadi asertif.

  Cawood (1997: 36) menulis bahwa perilaku agresif berarti hanya memberikan pandangan-pandangan dan harapan-harapan anda sendiri pada tiap orang tanpa menerima sama sekali, tanpa memperhitungkan hak, kebutuhan, perasaan, atau opini mereka. Sedangkan Adams dan Lenz (1995: 27) menjelaskan bahwa perilaku agresif berarti memenuhi keperluan sendiri tetapi bertindak demikian dengan mengorbankan orang lain; bersikap tidak peka (tidak acuh) atau berlawanan sama sekali dengan perasaan, ide, dan kebutuhan orang lain. Lloyd (1991) mendefinisikan perilaku agresif sebagai tindakan yang melanggar hak orang lain, menempatkan keinginan dan kebutuhan pribadi di atas orang lain.

  Perilaku agresif memiliki kaitan yang erat dengan kekuatan fisik seseorang dalam menyerang orang lain. Bentuk serangan dari perilaku agresif selain berupa perbuatan (kontak fisik) juga dapat berupa perkataan atau ungkapan kalimat yang tajam dan dapat menyinggung perasaan orang lain (perilaku agresif verbal). Bagian dari perilaku agresif non-verbal dapat berupa

  20 gerak tubuh, mimik wajah, dan volume suara. Seorang siswi yang membenci temannya, memiliki kecenderungan untuk mencibirkan bibirnya setiap kali ketemu dan membuang muka bila berpapasan dengan temannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Temannya yang mendapat perlakuan seperti itu akan merasa tersinggung dan tertekan dengan perilaku siswi tersebut merupakan contoh perilaku agresif. Perilaku agresif yang tampak seperti contoh di atas termasuk cara untuk memenuhi kebutuhan mengungkapkan perasaan marah dengan membuat orang lain menjadi tersinggung dan tertekan.

  Usaha mengurangi agresivitas dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu cara yaitu dengan mengungkapkan perasaan melalui proses yang dikenal dengan istilah katarsis yaitu pelepasan energi yang berlebihan akibat emosi.

  Agresivitas dapat diungkapkan secara langsung dan tidak langsung. Pengungkapan perilaku agresif secara langsung artinya dalam mengekspresikan perasaan atau pikirannya disampaikan secara langsung kepada orang lain atau benda yang menyebabkan frustasi. Pengungkapan perilaku agresif secara tidak langsung artinya dalam mengekspresikan perasaan atau pikirannya disalurkan secara tidak langsung kepada orang lain atau benda yang menyebabkan frustasi. Contohnya: siswa yang marah kepada temannya, melampiaskan amarahnya dengan menuliskan perasaan marahnya pada sebuah buku atau menggambar sesuatu yang melukiskan perasaan marah.

  21 C.

Perilaku Non-Asertif

  Menurut Adams dan Lenz (1995: 25) perilaku non-asertif berarti tidak menyatakan perasaan, pikiran, kebutuhan, keinginan, pendapat anda kepada orang lain kurang bertindak demi diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan penting anda. Dengan tidak menjadi asertif maka orang akan membiarkan keinginan dan kebutuhan serta hak orang lain menjadi lebih penting daripada keinginan, kebutuhan dan haknya sendiri. Cawood (1997) menerangkan perilaku non-asertif sebagai perilaku yang pasif, yaitu perilaku yang hanya bisa menerima (menerima pandangan-pandangan dan harapan-harapan setiap orang) tanpa memberikan pendapatnya sendiri (tidak menegaskan opini-opini, kebutuhan-kebutuhan, dan hak-hak diri sendiri).

  Perilaku non-asertif dapat dilihat bila seseorang selalu berusaha menghindari konflik, bahkan mendiamkan orang lain yang menyebabkan konflik dengan perasaan benci, takut, marah, rasa tidak puas dan bahkan dendam yang berkepanjangan bila diperlukan. Kecenderungan perilaku non- asertif adalah memenangkan harapan orang lain dan menjunjung tinggi pandangan serta kebutuhan orang lain dan menekan kebutuhan serta pandangannya sendiri.

  Orang yang memiliki perilaku non-asertif cenderung kurang menghargai dirinya sendiri. Kurang menghargai diri sendiri merupakan salah satu ciri yang negatif dari perilaku non-asertif. Perilaku yang ideal adalah perilaku asertif, yaitu perilaku yang mendorong hubungan yang jujur dan terbuka.

  Menurut Adams dan Lenz (1995), ciri-ciri perilaku non-asertif ada empat, antara lain:

  1. Orang yang berperilaku non-asertif cenderung untuk menghindari konflik.

  2. Orang yang berperilaku non-asertif lebih mengutamakan reaksi daripada melakukan aksi.

  3. Orang yang berperilaku non-asertif menggunakan lebih banyak waktu dan energi untuk menanggapi yang dikatakan dan dilakukan orang lain daripada mengambil inisiatif untuk berkomunikasi dan bertindak atas kemauan sendiri.

  4. Orang yang berperilaku non-asertif sering menangguhkan kebutuhannya daripada kebutuhan orang lain, mereka lebih mendahulukan kebutuhan orang lain daripada kebutuhannya sendiri.

  Ciri-ciri perilaku non-asertif menurut Cawood (1997: 31) yaitu:

  1. Orang cenderung untuk bersikap manis (berpura-pura). Sikap manis yang ditunjukkan ini bukanlah sikap manis yang sebenarnya yang mengekspresikan perasaannya, melainkan sikap pura-pura yang disebabkan tidak berani untuk mengungkapkan opini, ide, kebutuhan, dan haknya kepada orang lain.

  2. Orang non-asertif merasa bertanggung jawab atas perasaan-perasaan orang lain yang tersinggung, kecewa, atau marah.

  3. Perilaku non-asertif dapat menghalangi tindakan nyata dan kemajuan nyata yang akan dicapai dengan menunda keputusan atau tindakan, dan menghindari usaha menangani masalah-masalah yang nyata.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Asertif

  Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku asertif yaitu jenis kelamin dan pola pengasuhan orang tua dalam keluarga.

  1. Jenis Kelamin Menurut Adams dan Lenz (1995) kaum pria sering tidak bebas dalam mengungkapkan pikiran dan kebutuhannya. Hal ini disebabkan pria tidak ingin menunjukkan kelemahannya akibatnya anak-anak lelaki sering menggunakan kekerasan (agresif) daripada anak perempuan dalam menangani permasalahan. Pria lebih agresif daripada wanita (Sears, dkk; 1985: 212).

  Pendapat di atas menunjukkan bahwa kaum pria lebih menunjukkan perilaku agresif daripada kaum perempuan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kaum perempuan lebih asertif daripada kaum pria.

  2. Pola Pengasuhan Orang Tua dalam Keluarga Menurut Hurlock (1992) terdapat tiga pola pengasuhan orang tua terhadap anak, yaitu otoriter, demokratis, dan permisif.