SEBAGAI SUATU STUDI KASUS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Konseling

  

MENDAMPINGI PEREMPUAN YANG HAMIL

DI LUAR NIKAH UNTUK MENCAPAI KECERDASAN EMOSI

TEORI DANIEL GOLEMAN

SEBAGAI SUATU STUDI KASUS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan Konseling

Oleh :

Nancy Angela Maricy Samosir

  

NIM : 001114068

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2007

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

Tahu’kan orang pernah bilang “Andai aku tahu waktu apa yang kuketahui sekarang...”

I nilah terusannya.......

  Aku akan mendengarkan kata hatiku dengan sungguh-sungguh. Aku akan lebih banyak menikmati ... lebih sedikit khawatir. Aku akan tahu bahwa sekolah akan segera selesai... dan pekerjaan tidak akan ada apa-apa .

  

Aku tidak akan mengkhawatirkan apa yang dipikirkan oleh orang lain.

  Aku akan banyak bermain, lebih sedikit mengeluh. Aku akan tahu bahwa ketampanan/ kecantikkan tercermin dari kecintaanku kepada hidup Aku akan tahu betapa orang tuaku mencintaiku dan akan percaya

bahwa mereka mengasuhku sebaik mungkin.

   Aku akan menikmati perasaan jatuh cinta dan tak mengkhawatirkan apakah hubungan itu akan berlangsung baik, kalo tidak akan orang yang lebih baik. Aku akan mencari kualitas yang baik dari seseorang dan menikmati persahabatan dengan mereka. Aku tidak akan bergaul dengan orang hanya karena mereka “populer”. Aku akan menikmati tubuhku apa adanya. Aku akan mempercayai teman-temanku. Aku akan menjadi sahabat yang baik. Aku tidak akan mempercayai pacarku (hanya bercanda). Aku akan lebih menghargai dan bersyukur. (Kimberly Kiberger)

  Karya yang sederhana ini kupersembahkan untuk : Tuhan Yesus yang selalu mencukupkan segala sesuatu dalam hidupku. Bagi para perempuan yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah semua masalah membuat dewasa dan dapat bertahan karena dirimu berharga.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesunguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tidak memuat hasil karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 8 Desember 2006 Penulis

  Nancy Angela Maricy Samosir

  

ABSTRAK

MENDAMPINGI PEREMPUAN YANG HAMIL

DI LUAR NIKAH UNTUK MENCAPAI KECERDASAN EMOSI

TEORI DANIEL GOLEMAN

SEBAGAI SUATU STUDI KASUS

  Nancy Angela Maricy Samosir Universitas Sanata Dharma

  2006 Subjek peneltian ini adalah seorang ma hasiswi dari Universitas Swasta di

  Yogyakarta, berusia 23 tahun, sekarang masih melanjutkan kuliah yang sempat tertunda karena mengalami kasus kehamilan di luar nikah.

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami gejala- gelaja kegoncangan emosi yang dialami oleh perempuan yang hamil di luar nikah. Selain itu untuk mengetahui dampak negatif yang akan terjadi apabila tidak didampingi serta bantuan konseling yang tepat digunakan dalam mendampingi seorang perempuan yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah.

  Jenis penelitian yang digunakan dalam mendampingi kasus kehamilan di luar nikah adalah kualitatif yang menggunakan metode studi kasus, pendekatan konseling

  

Decision Making Interview yang menggunakan acuan teori Daniel Goleman tentang

  Kecerdasan Emosi. Metode studi kasus adalah metode yang menggunakan teknik penghimpunan data, yang dianggap penting dan relevan dalam sebuah pendampingan yaitu sitesis, diagnosis dan treatment dalam suatu studi kasus (Winkel, 1997). Pendekatan konseling yang digunakan Decision Making Interview kekhasan dari pendekatan ini adalah subjek dapat memilih secara bebas pilihan yang dianggap paling baik dengan melihat keuntungan, kerugian dalam setiap pengambilan keputusan, dengan melihat norma-norma yang berlaku dalam masyarakat (Winkel, 1997). Teori yang digunakan sebagai acuan adalah teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman yang meliputi keterampilan emosi, keterampilan kognitif, keterampilan verbal (Goleman, 1997).

  Dari hasil penelitian, diketahui subjek mengalami tiga permasalaha n yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yaitu: 1) Subjek merasa bingung antara ingin melanjutkan kehamilan atau menggugurkanya; 2) Subjek merasa merasa bingung antara ingin menikah atau memutuskan untuk single parent; 3) Subjek ingin tetap melanjutkan kuliah atau berhenti kuliah. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, maka pendekatan konseling yang digunakan adalah Decision Making Interview (DI).

  Setelah peneliti mengadaka wawancara konseling dengan subjek selama tiga kali pertemuan secara intens, subjek ulai menunjukkan perubahan. Kebingungan diantara pilihan-pilihan mulai dapat dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya dengan melihat keuntungan dan kerugian serta konsekuensi dari setiap keputusan yang diambil. Keputusan yang dimabil oleh subjek adalah subjek terus melanjutkan kehamilannya, subjek meeruskan untuk merawat anaknya sendiri single parent, dan subjek memutuskan untuk tetap meneruskan kuliahnya.

  

ABSTRACT

ASSISTING AN UNWED MOTHER

TO ACHIEVE AN EMOTIONAL INTELLIGENCE

BASED ON DANIEL GOLEMAN’S THEORY

A CASE STUDY

  

Nancy Angela Maricy Samosir

Sanata Dharma University

2007

  The subject of this research is a student of a Private University in Yogyakarta, 23 years of age, who now still continues her study which had been delayed because of has pre-marital pregnancy.

  The purpose of this research is to understand the symptoms of emotional convulsion which was experienced by the unwed mother. Besides, it is to understand also the negative effects which will happen if she get no appropriate assistance and counselling in assisting an unwed mother.

  This research is a qualitative research, which implementing a case study. Counselling approach used was Decision Making Interview which referred Daniel Goleman’s theory on the Emotional Intelligence. A case study is a method which used a technique of collecting data, which is considered as important and relevant in assistantship, i.e. synthesis, diagnostic and treatment (Winkel, 1997). Counselling approach which is used is Decision Making Interview. The specification of this approach is the subject could select independently the alternative which is considered as the best by perceiving the profits, losses and every decision making, by considering the valid norms in society (Winkel, 1997). The theory used as the reference is Daniel Goleman’s theory of Emotional Intelligence which includes the emotional ability, cognitive ability, and verbal ability (Goleman, 1997).

  From the result of this research, it is known that the subject has three problems related to the decision making, i.e. 1) the subject feels confused whether she will continue her pregnancy or to abort it; 2) the subject feels confused whether she would like to marry or decide to be a single parent; 3) the subject feels confused whether she would like to continue her study or stop it. Based on the problem faced, the counselling approach implemented is Decision Making Interview (DI).

  After the researcher conducted counselling interview with the subject for three time intensively, the subject begins to shows some changes. The confusion between that alternative begins to be considered as well by perceive the profit or loss and also the consequences of every decision has been taken. The decision taken by the subject is would like to continue her pregnancy, she would like to continue taking care of her infants as a single parent, and she decided to continue her study.

KATA PENGANTAR

  Segala hormat dan puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat penyertaan, perlindungan serta berkatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Konseling. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Dr.M.M. Sri Hastuti, M.Si. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling yang banyak memberikan bimbingan dan pengalaman yang berguna bagi penulis.

  2. Drs. TA Prapancha Hary, M.Si. Pembimbing pertama yang selalu memberikan ilmu, semangat, dukungan, motivasi disaat penulis merasa jenuh.

  3. Dra. Ign. Esti Sumarah, M. Hum. Pembimbing kedua yang membuat penulis belajar untuk bersabar, kritis, bertanggung jawab dan dengan pengalaman yang diberikan penulis merasa hal itu sangat berharga dan menjadi bekal dalam tiap langkah penulis.

  4. Dosen- dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Bapak R.H.D.J. Sinurat, M.Pd, Bapak Drs. Ign Masijo, Bapak Drs. Sumedi, Bapak Wens Tanlain, M.Pd, Ibu Retno Priyani, M.Si, Bapak Fajar Santoadi, S.Pd, Bapak Sumardi, M.Ed, Bapak Puji Purnomo, M.Pd, Ibu Maslykah, yang telah membimbing penulis selama studi di Sanata Dharma terimakasih atas perhatian kesabaran dn pemberian motivasi yang tidak terhenti.

  5. Keluarga besar Samosir dan keluarga besar Oenggan. Kedua orang tua (Johanes Edison Molong Samosir dan Emerensiana Emy Oenggan) yang bersabar dalam doanya, Nelly Lorensia Samosir (kakak) yang selalu menjadi teladan yang patut dicontoh bagi kami adik-adiknya, Nelson Lorensisus Hasudungan Samosir (adik) atas segala kesabaran dan dukungan yang tidak pernah henti. Alm Kakek Maximilianus Oenggan yang selalu mendoakan penulis dari surga, Alm Koenadji yang selalu orang yang selalu mendukung dari penulis kecil.

  6. Teman -teman angkatan 2000, 2001, 2002 kelas A dan B.

  7. Teman yang selalu mendukung perjalanan studi penulis dengan cinta, doa, ketulusan Ari Susanti (Titut), Eka Marida Samosir (Eka), Maria Goretti Elly (Elce), Meilani, Sugeng (Cueng), Anggiat (Batak), Siprianus Lita Lalu, Bangun Parikesit, Br Tony SVD, Vincensia Putri (Uti), Ratih (Ita), Kak Ita Simanjuntak, Yuni, Vetri, Sr Nur PI, Sr Ursulla Nuwa (Beatrix), Antonius Novianto (Coan), Hans, Asto.

  8. Teman-teman yang mendukung dari jauh dengan cinta, doa dan semangatnya Donikon Fajar, Yodis Listian, Erik Frandy, Alex, Thompson, Gusmin,Cia, Paula, Trisnardi.

  9. Teman-teman choir dipersekutan JOY: Lexi, Lea, Nonee, Lisye, Ester, Sibarani, Bombom, Kak Nelles Sapulette, Bernat, Rio, Erni, Dewie 1, Dewie 2, Kak Asrid.

  10. Keluarga besar SMA Kolese de Britto yang banyak memberikan pengalaman, pelajaran, bekerja keras dalam pencapaian sesuatu.

11. Kamar Kos Tutul 17 Papringan temapat penulis menumpahkan segala sedih, kejengkelan serta kegembiraan selama penulis menjalani studi di Yogya.

  Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan penulis ingin mendapatkan masukkan, pendapat, saran yang membangun untuk menjadi lebih baik. Penulis sangat berharap semoga skripsi ini berguna bagi yang memerlukan. Penulis memohon maaf yang sebesar- besarnya apabila penulis banyak melakukan kesalahan. Terimakasih atas dukungan, doa yang telah diberikan kepada penulis.

  Yogyakarta, 8 Desember 2006 Penulis

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...................................................... v ABSTRAK................................................................................................... vi

  ................................................................................................... vii

  ABSTRACT

  KATA PENGANTAR................................................................................. viii DAFTAR ISI................................................................................................ ix DAFTAR TABEL........................................................................................ xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah..........................................................................

  1 B. Rumusan masalah...................................................................................

  5 C. Tujuan penelitian....................................................................................

  5 D. Manfaat penelitian..................................................................................

  6 E. Batasan istilah.........................................................................................

  6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecerdasan emosi...................................................................................

  9 1. Pengertian kecerdasan emosi..............................................................

  9 2. Ciri-ciri orang yang mempunyai kecerdasan emosi............................

  11

  3. Jenis-jenis keterampilan emosi............................................................ 19 B. Kegoncangan emosi................................................................................

  21 1. Pengertian kegoncangan emosi..........................................................

  21

  2. Gejala-gejala orang yang mengalami kegoncangan emosi................ 22 3. Kegoncangan emosi perempuan yang hamil di luar nikah.................

  29

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian........................................................................................

  32 B. Subjek penelitian......................................................................................

  32 C. Metode pengumpulan data.......................................................................

  33 D. Analisis data.............................................................................................

  35 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi umum kasus subjek..................................................................

  41 B. Analisis data.............................................................................................

  44 C. Sintesis.....................................................................................................

  55 D. Diagnosis................................................................................................. 56 E. Prognosis..................................................................................................

  56 F. Treatment................................................................................................. 58 G. Evaluasi dan tindak lanjut.......................................................................

  70 H. Pembahasan..............................................................................................

  70 BAB V PENUTUP A. Ringkasan.................................................................................................

  71 B. Kesimpulan.............................................................................................. 71 C. Saran........................................................................................................

  72 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 74 LAMPIRAN.................................................................................................. 75

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 : Wawancara Informasi Tabel 2 : Rencana pelaksanaan konseling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulis mengangkat tema yang dikemukakan dalam judul sebab akhir-

  akhir ini semakin marak fenomena pergaulan bebas yang mengarah pada perilaku seks bebas. Seks bebas adalah melakukan persetubuhan yang dilakukan tanpa adanya suatu ikatan sah. Padahal menurut etika, moral dan agama hanya boleh dilakukan pada saat pasangan sudah resmi menjadi suami istri (Dianawati, 2002:72). Faktor- faktor yang menyebabkan seseorang melakukan seks bebas adalah: tekanan yang datang dari teman sepergaulan, tekanan dari pacar, dan adanya kebutuhan biologis yang kurang dapat dikendalikan padahal belum mempunyai pasangan yang sah, rasa penasaran atau ingin tahu.

  Fenomena pergaulan bebas juga diakibatkan oleh tingginya dorongan seks yang tidak diimbangi oleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

  Dalam fenomena pergaulan bebas, bagi perempuan meskipun baru pertama kali melakukan hubungan seksual, kemungkinan akan hamil sekitar 20-25%.

  Jika hubungan tersebut semakin sering dilakukan maka resiko kehamilan akan semakin besar. Jika hal tersebut sampai terjadi maka salah satu konsekuensi yang harus dihadapi adalah kehamilan di luar nikah yang biasanya disebut juga KTD atau Kehamilan yang Tidak Diinginkan (Dianawati, 2002:13).

  Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ajen Dianawati dalam bukunya yang berjudul ”Pendidikan Seks untuk Remaja” sudah banyak contoh kasus kehamilan di luar nikah dalam lingkungan masyarakat kita. Meskipun pasangan sudah menggunakan alat-alat pencegah kehamilan tetapi tetap saja resiko kehamilan menduduki peringkat atas. Apabila ingin dikaji lebih lanjut kehamilan di luar nikah memunculkan konsekuensi psikologis yang cukup berat. Perempuan yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah pada akhirnya akan mengalami perasaan rendah diri, malu, merasa bersalah karena telah melakukan tindakan yang dipandang aib dan dosa oleh norma agama dan masyarakat (Sampoerno, 1982:12).

  Selain itu dalam diri perempuan yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah biasanya akan nekat mengambil keputusan untuk bunuh diri, bahkan mempunyai keinginan untuk melakukan tindakan aborsi. Selain itu persepsi atau pandangan terhadap diri sendiri menjadi sangat rendah karena menganggap dirinya sebagai pencemar nama baik keluarga sehingga merasa ditolak oleh keluarga, khususnya orang tua serta tidak mengetahui bagaimana kehidupan ini akan dilanjutkan (apatis). Perasan-perasaan perempuan yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah meliputi perasaan depresi, cemas, malu (shame), bersalah (guilty), pesimis terhadap ma sa depan, dan kadang- kadang disertai benci, marah baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangannya, dan kepada ”nasib” secara sekaligus.

  Dari uraian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa seorang perempuan yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah mengalami suatu kego ncangan emosional. Kegoncangan emosi dapat diartikan sebagai ketegangan-ketegangan batin yang tidak mendapatkan penyaluran serta penyelesaian yang baik dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama sehingga menimbulkan kekalutan mental yang berpengaruh pada perasaan (Kartono, 2000:81). Perasaan-perasaan yang menekan tersebut dapat menimbulkan rasa sakit sehingga menimbulkan perasaan cemas, malu, takut, bimbang, turunnya konsep diri, depresi bahkan dapat memunculkan rasa bunuh diri (Goleman, 1997:50).

  Dengan bercermin pada kasus kehamilan di luar nikah dan segala permasalahan kompleks yang terdapat didalamnya, penulis sebagai calon konselor merasa terpanggil untuk mendampingi perempuan yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah. Penulis dalam kasus ini menggunakan acuan teori dari Daniel Goleman tentang ”Kecerdasan Emosi” untuk mendampingi perempuan yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih- lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati, berdoa, kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri, dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat memotivasi diri, empati dan kecakapan sosial (Goleman, 1997:45).

  Selain itu untuk membantu yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah penulis menggunakan teknik studi kasus dan model pelaksanaan konseling Decision Making Interview.

  Studi kasus merupakan metode yang digunakan dalam bimbingan yang mempelajari secara lengkap dan mendalam dengan tujuan memahami individualitas seseorang dengan baik dan membantu dalam perkembangan selanjutnya. Studi kasus mengandung analisis terhadap hubungan antara data yang terkumpul, disertai interpretasi dan rekomendasi tentang tindak lanjut

  Maka studi kasus mencakup studi riwayat hidup. Objek dari studi (follow up). kasus adalah orang yang bermasalah (menarik perhatian), serta sedikit banyak menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan norma masyarakat. Jadi objek yang mengalami kesulitan serta memerlukan perhatian yang khusus. Pada umumnya data pada studi kasus meliputi identitas, latar belakang keluarga, riwayat pertumbuhan jasmani, riwayat pend idikan dan hasil evaluasi dari belajar, data tentang rencana masa depan, pergaulan sosial dan data yang dianggap relevan pada saat pendampingan (Winkel, 1997:305).

  Studi kasus juga merupakan suatu pendekatan yang menuntut keahlian dalam pengambilan data, saling menghubungkan data, mengadakan interpretasi, dan memberikan rekomendasi. Selain itu, studi kasus menuntut waktu yang relatif lama (Winkel, 1997:306).

  Selain itu dalam kasus perempuan yang hamil luar nikah penulis juga menggunakan model pelaksanaan konseling dengan pendekatan Decision

  

Making Interview (DI) adalah memilih suatu pilihan yang sesuai dan paling masuk akal dan yang paling dapat dipertanggungjawabkan karena sesuai dengan beberapa hal yaitu norma atau patokan yang diterapkan, pro dan kontra (untung-rugi, kelemahan-kelebihan) dari masing- masing alternatif yang tersedia. Tinjauan terhadap pro dan kontra sebaiknya dilakukan secara ekplisit dengan melibatkan konseli, sehingga konseli dapat ikut berpikir, berdasarkan tinjauan tentang hal- hal dia tas maka alternatif tadi dapat dijawab dengan pertimbangan bisakah, mungkinkah (ya, tidak) dan inginkah (ya, tidak). Tentu saja alternatif yang disediakan paling masuk akal adalah dengan dijawab ya baik mengenai bisa/ mungkin maupun mengenai ingin. Dan setelah dibuat pilihan secara tegas, perlu mengambil suatu tindakan penyelesaian diri (Winkel, 1997:788).

  B. Rumusan Masalah 1.

  Dampak negatif apakah yang dialami oleh perempuan yang hamil di luar nikah tersebut apabila tidak didampingi ?

  2. Bantuan konseling manakah yang tepat untuk diberikan dalam menangani kasus ini ?

  C. Tujuan Penelitian ini adalah 1.

  Mengetahui dan memahami gejala-gejala kegoncangan emosi yang dialami oleh perempuan yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah.

2. Mengetahui dampak-dampak negatif yang akan dialami oleh perempuan yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah apabila tidak didampingi.

3. Memberikan dan dapat menerapkan bantuan konseling yang tepat diberikan dalam kasus kehamilan di luar nikah.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perempuan yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah

  Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengolah permasalahan yang tengah dihadapi dengan bercermin dari teori Daniel Goleman. Tujuannya menemukan jalan pemecahan yang terbaik dalam menghadapi masalah, dapat mengambil keputusan yang terbaik, serta dapat menemukan kembali eksistensi hidupnya.

  2. Bagi Orang Tua:

  Para orang tua yang memiliki anak yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah agar tetap mendukung dan mencintai anak apapun yang telah terjadi dan bersedia membantu proses pendampingan.

  3. Bagi Peneliti :

  Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya dan dapat memperkuat keinginan untuk terus mendampingi perempuan yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah.

E. Batasan Istilah 1.

  Perempuan yang hamil di luar nikah adalah perempuan yang mengalami kehamilan yang disebabkan karena perilaku seks bebas dalam kasus ini tidak ada paksaan, padahal ia belum mempunyai ikatan yang sah dengan pasangannya.

  2. Kegoncangan Emosional (Goleman, 1997:320) adalah keadaan dimana seorang yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah mengalami kesedihan serta dapat menimbulkan depresi yang luar biasa, mengalami gangguan kognitif/ berpikir, menarik diri dari pergaulan dan masalah sosial, memiliki masalah dalam hal berpikir dan mempunyai tindakan yang agresif.

  3. Kecerdasan Emosi (Goleman, 1997:432) adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan terhadap frustrasi, mampu mengendalikan dorongan hati, serta dapat mengatur suasana hati dan menjaga beban stress, tidak melumpuhkan kemampuan untuk berpikir.

  4. Pendamping (Winkel, 1997:432) adalah orang yang mempelajari teori- teori konseling serta dalam teori tersebut ditemukan banyak hal yang memberikan masukkan pada peringkat pandangannya sendiri, mempunyai ketulusan hati, penuh pengertian, dan penerimaan yang menjauhi sikap yang otoriter dan dogmatis. Mempunyai kedewasaan dalam pikiran, perasaan dan bertindak layak, berkepribadian dewasa, menyadari keunikkan konselinya, merenungkan usaha konkrit untuk mencapai suatu taraf intelegensi cara berpikir, cara berprilaku, cara menutun konseli dalam konseling.

  5. Studi kasus (Winkel, 1997:305) adalah pelayanan bimbingan yang merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seseorang secara lengkap dan mendalam dengan tujuan mema hami individualitas seseorang dengan lebih baik dan membantunya dalam perkembangan selanjutnya.

  6. Decision Making Interview (DI) adalah pendekatan dalam konseling dimana konseli diajak untuk melihat pilihan yang paling masuk akal dan dapat dipertanggungjawabkan (Winkel, 1997:788).

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan gambaran konseptual dalam mengkaji permasalahan

  yang ada. Peneliti menjelaskan tentang pengertian kecerdasan emosi, ciri-ciri orang yang mempunyai kecerdasan emosi, jenis-jenis keterampilan emosi, pengertian kegoncangan emosi, gejala orang yang mengalami kegoncangan emosi dan kegoncangan emosi yang dialami oleh perempuan yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah.

A. KECERDASAN EMOSI 1. Pengertian Kecerdasan Emosi

  Kecerdasan emosi adalah adalah hal- hal yang mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri (Goleman, 1997:13). Selain itu kecerdasan emosi juga tertuju pada frase ”ciri-ciri lain” seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustrasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih- lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berempati dan berdoa (Goleman, 1997:45).

  Kecerdasan emosi juga berkaitan dengan (Goleman, 1997:274) a. Mempunyai keyakinan yaitu perasaan kendali diri dan pengusaan seseorang terhadap perilaku, percaya bahwa semua masalah akan teratasi dengan baik dan percaya akan hadirnya orang-orang yang b.

  Mempunyai rasa ingin tahu yaitu perasaan ingin memahami segala sesuatu yang bersifat positif dan membawa pengaruh yang baik bagi kepentingan dirinya.

  c.

  Mempunyai kemauan yaitu memiliki kemampuan untuk berhasil, mampu bertindak dengan keinginan yang tekun hal ini berkaitan dengan perasaan akan aktualiasasi diri dan eksistensi diri dalam berbagai bidang kehidupan.

  d.

  Mempunyai keterkaitan dengan lingkungan sekitar yaitu kemampuan untuk melibatkan diri dengan orang-orang didMempunyai kemampuan berkomunikasi khususnya mempunyai kemampuan verbal (bahasa) untuk mengeluarkan pendapat, gagasan, hal ini berkaitan dengan rasa percaya kepada orang lain dan keinginan untuk terlibat dengan orang lain.

  Kecerdasan emosional juga diartikan kemampuan seseorang untuk mengendalikan sikap yang dikirimkan pada orang lain dan berhati-hati terhadap aturan yang ada pada lingkungan sekitar, hal ini berguna agar tidak ada luapan emosi yang mengganggu dan dapat merusak perjumpaan dengan orang lain (Goleman, 1997:162) Kecerdasan emosi juga dapat diartikan sebagai penguasaan terhadap hubungan sosial yang hangat dan menyenangkan dengan orang lain dan membuat orang lain merasa nyaman (Goleman, 1997:162).

2. Ciri-ciri orang yang Mempunyai Kecerdasan Emosi

  Ciri-ciri orang yang mempunyai kecerdasan emosi adalah sebagai berikut :

a. Mempunyai Kesadaran Diri

  Kesadaran diri adalah perhatian yang terus- menerus terhadap keadaan batin seseorang. Kesadaran diri mencakup beberapa hal yaitu refleksi diri, mempunyai pikiran yang dapat mengamati diri sendiri, pikiran yang mampu mengamati dan menggali pengalaman, termasuk emosi (Goleman, 1997:63).

  Kesadaran diri membutuhkan pemikiran yang terus aktif, terutama pada wilayah bahasa, yang berfungsi untuk mengelompokkan dan mena mai emosi-emosi yang sedang dirasakan atau yang sedang timbul (Goleman, 1997:63). Kesadaran diri bukanlah perhatian yang larut dalam emosi serta bereaksi berlebihan dengan yang sedang dirasakan, tetapi kesadaran diri lebih merupakan media yang dapat menjadi penengah perasaan dengan tetap mempertahankan refleksi diri di tengah berbagai perasaan yang timbul bahkan perasaan yang menyakitkan (Goleman, 1997:63).

  Kesadaran diri juga mendengarkan suara hati. Seseorang yang mempunyai kesadaran diri tidak hanya menggunakan segala sesuatunya dengan rasionalitas tetapi juga melihat kebijaksanaan- kebijaksanaan emosional yang terangkum dari pegalaman-pengalaman masa lampau (Goleman, 1997:73).

  Kesadaran diri juga memahami juga alam bawah sadar. Orang yang mempunyai kesadran diri sadar bahwa ada emosi yang bergejolak di bawah ambang kesadaran dapat berpengaruh besar bagaimana seseorang merasakan dan bereaksi. Meskipun terkadang seseorang tidak mengetahui bagaimana emosi bekerja. Alam bawah sadar yang dijelaskan oleh Sigmund Freud adalah bahwa sebagian besar kehidupan emosional berada dalam alam bawah sadar, perasaan- perasaaan yang bergejolak dalam diri tidaklah senantiasa melintas pada ambang kesadaran (Goleman, 1997:75).

  Kesadaran diri juga mampu untuk melakukan pengamatan diri. Pengamatan diri memungkinkan adanya perasaan yang yakin akan diri sendiri, menilai diri secara objektif serta menilai kekurangan diri dengan penuh kasih. Pengamatan diri berarti waspada terhadap yang terjadi bukan terhanyut di dalamya (Goleman, 1997:64).

b. Mempunyai pengendalian diri

  Pengendalian diri adalah kemampuan untuk menghadapi tekanan emosional yang dibawa oleh kesedihan dan bukan terus terhanyut dalam kesedihan itu sendiri. Orang-orang Romawi dan Gereja menyebutnya temperantia yang biasanya disebut pegendalian diri atau kendali diri (Goleman, 1997:77).

  Pengendalian diri juga menjaga agar emosi tidak terlalu menyenangkan atau terlalu menyedihkan tetapi tetap terkendali yang berlebihan dapat dapat meruntuhkan kestabilan emosi seseorang (Goleman, 1997:78). Inti dari pengendalian diri adalah bukan menjauhi perasaan yang tidak menyenangkan agar dapat selalu merasa bahagia, namun tidak membiarkan perasaan menderita berlangsung tidak terkendali sehingga menghapuskan suasana hati yang menyenangkan.

  Orang yang mengalami amarah atau depresi yang hebat masih bisa merasakan kebahagiaan bila mempunyai bayangan tentang saat-saat yang menyenangkan atau membahagiakan (Goleman, 1997:78).

  Hal-hal yang perlu dikendalikan adalah:

1) Rasa marah

  Rasa marah dibangun oleh amarah yang membuat otak emosional memanas. Pada saat itu rasa marah yang tidak dikendalikan oleh nalar dapat memunculkan tindakan kekerasan. Pada tahap ini orang tidak dapat berpikir dengan jernih yang menjadi pemikiran adalah balas dendam, sehingga lupa akan akibat yang timbul belakangan. Pada tahap ini dapat menimbulkan suatu ilusi kekuasaan dan kekabalan yang dapat menimbulkan dan mempermudah terjadinya agresi karena pada saat marah seseorang kehilangan daya pikir atau kognitifnya (Goleman, 1997:85).

  Cara yang digunakan untuk mengedalikan rasa marah adalah menjauhi lawan untuk sementara waktu, selama proses itu orang lebih dapat mengendalikan perasaan marah dengan mencari selingan yang menyenangkan, karena seseorang akan sulit untuk menjadi marah bila menikmati saat yang menyenangkan (Goleman, 1997:87). Menggunakan kepekaan diri menangkap pikiran-pikiran yang sinis atau buruk dan pada saat pikiran-pikiran itu muncul seseorang dapat menuliskan pada kertas pikiran-pikiran negatif yang dialami. Bila perasaan marah sudah dapat dikendalikan dengan cara ini maka amarah tidak akan menjadi tindakan agresif atau merusak (Goleman, 1997:89).Tidak menekan perasaan amarah tetapi tidak melampiaskannya artinya mampu untuk menenangkan diri terlebih dahulu dengan cara yag konstruktif dan terarah menghadapi perasaan marah tersebut (Goleman, 1997:90).

2) Rasa Cemas

  Kecemasan muncul dalam dua bentuk yaitu kecemasan kognitif dan kecemasan somatik. Kecemasan kognitif adalah kecemasan yang muncul dari pemikiran-pemikiran yang merisaukan. Kecemasan somatik adalah kecemasan yang mengakibatkan gejala- gejala fisiologis yaitu berkeringat, jantung berdebar, ketegangan otot (Goleman, 1997:93).

  Pengendalian rasa cemas adalah cepat tangkap dengan adanya serangan kekhawatiran dan cepat mengetahui serangan dari rasa cemas itu sendiri, memahami hal- hal yang menjadi pemicu rasa cemas itu sendiri, dapat mengidentifikasikan situasi- situasi yang memicu rasa cemas, dapat me ngetahui serangan perasaan cemas pada tubuh (Goleman, 1997:96).Berusaha untuk melawan pikiran-pikiran yang merisaukan. Dengan pertanyaan- pertanyaan reflektif yang membantu mengurangi rasa cemas (Goleman, 1997:96). Bersikap kritis terhadap sikap cemas mema hami penting tidaknya sikap cemas pada saat menghadapi suatu kejadiaan (Goleman, 1997:96). Membangkitkan perasaan santai dan rileks melawan sinyal-sinyal kecemasan yang dikirimkan otak emosional keseluruh tubuh (Goleman, 1997:96) Melawan kecemasan dengan hal-hal yang masuk akal agar pikiran tidak menjadi irrasional (Goleman, 1997:97).

3) Rasa sedih

  Kesedihan adalah suatu kehilangan yang mempuyai akibat- akibat tertentu yang mempunyai dampak orang menutup diri terhadap hiburan, minat tertentu, dan cenderung mengarahkan perhatian pada sesuatu yang hilang. Pada intinya kesedihan memaksa orang untuk berhenti dari aktifitasnya dan membuat orang hanya terfokus pada kesedihan tersebut (Goleman, 1997:97).

  Manisfestasi dari rasa sedih adalah depresi, yang menyebabkan orang menjdi benci pada diri sendiri, perasaan yang tidak berharga, terkurung dalam ketidakbahagiaan sekaligus kegelisahan yang mengelilingi (Goleman, 1997:98).

  c.

  

Kecakapan Utama: pentingya memelihara harapan dan

optimisme

1) Harapan

  Harapan adalah pandangan optimis bahwa segala sesuatunya dapat menjadi beres apabila setiap orang punya kemauan dan cara untuk mencapai sasaran, apapun sasaran itu (Goleman, 1997:122). Harapan mempunyai manfaat yaitu memberikan sedikit penghiburan di tengah kesusahan, harapan memberikan peran yang menakjubkan manfaatnya dalam kehidupan, memberikan sesuatu keunggulan dalam berbagai bidang contohnya keberhasilan dalam memikul tugas yang berat (Goleman, 1997:122).

  Dari sudut pandang kecerdasan emosional orang yang mempunyai harapan berarti orang yang tidak mudah terjebak dalam kesedihan, tidak bersikap pasrah atau pesimis, tidak bersikap pasrah atau mudah depresi (Goleman, 1997:122). Orang yang mempunyai harapan yang tinggi tidak mudah depresi dibandingkan dengan orang-orang yang tidak mempunyai harapan terutama dalam mengejar sasaran, orang yang mempunyai harapan yang tinggi pada umumnya tidak begitu cemas dan beban emosionalnya rendah (Goleman, 1997:122).

2) Optimisme

  Optimisme seperti harapan, yang memiliki arti pengharapan yang kuat bahwa, segala sesuatu dalam kehidupan akan beres, kendali ditimpa kemunduran dan frustrasi (Goleman, 1997:123). Dari sudut pandang kecerdasan emosional optimisme dipandang sebagai sikap yang mampu menyangga orang agar jangan sampai terjatuh ke dalam kemasabodohan, keputusasaan, bila dihadang oleh kesulitan (Goleman, 1997:123).

  Orang yang optimis menganggap kegagalan disebabkan oleh sesuatu hal yang dapat diubah sehingga orang dapat berhasil pada masa- masa yang akan datang (Goleman, 1997:123). Hal yang mendasari optimisme dan harapan adalah pendayagunaan diri, keyakinan bahwa seseorang mempunyai penguasaan akan peristiwa dalam hidupnya dan dapat menghadapi tantangan sewaktu tantangan itu muncul (Goleman, 1997:126).

d. Pentingnya menumbuhkan empati

  Empati dibangun berdasarkan kesadaran diri semakin terbuka seseorang pada emosi diri sendiri, maka semakin terampil seseorang membaca perasaan (Goleman, 1997:135). Kemampuan berempati berarti kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain dan ikut berperan dalam pergumulan kehidupan (Goleman, 1997:135).

  Empati adalah merasakan beban yang diasakan oleh orang lain yang kemudiaan menimbulkan perasaan serupa dalam diri seseorang (Goleman, 1997:139).

e. Kecerdasan Sosial

  Untuk dapat memanisfitasikan kemamp uan antar pribadi terlebih dahulu harus mencapai tingkat pengendalian diri yaitu dimulai dengan kemampuan untuk menyimpan kemarahan serta beban stress (Goleman, 1997:158). Penyesuaian dengan mendengar tuntutan dari orang lain membutuhkan sedikit ketenangan dalam diri seseorang (Goleman, 1997:158).

  Dengan landasan kemampuan antarpribadi maka keterampilan hubungan orang lain ini merupakan salah satu kecakapan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain yang tidak memiliki kecakapan ini membawa ketidakcakapan dalam dunia sosial atau berulangnya bencana pribadi (Goleman, 1997:158).

  Kemampuan sosial memungkinkan membentuk hubungan untuk menggerakkan dan mengilmahi orang lain, membina kedekatan hubungan, meyakinkan, mempengaruhi membuat orang lain merasa nyaman (Goleman, 1997:159).

  Hal-hal yang diperlukan untuk menjadi cerdas secara sosial adalah: 1)

  Sadar diri yaitu memahami perasaan-perasaan yang dapat

  2) Dapat menyembunyikan dan mengelola perasaan

  3) Tidak melebih-lebihkan apa yang dirasakan dengan tidak membesar-besarkan emosi

  4) Mengganti perasaan negatif dengan perasan menyenangkan sehingga dapat memberikan penghiburan yang positif (Goleman,

  1997:159) Kita mengirimkan isyarat- isyarat emosional dalam setiap perjumpaan dengan isyarat- isyarat itu mempengaruhi orang-orang yang sedang bersama kita (Goleman, 1997:161). Semakin terampil secara sosial, semakin baik mengendalikan sinyal kepada orang lain dengan sikap hati- hati yang menekankan tata-krama, memastikan bahwa tidak ada luapan emosi, yang mengganggu yang dapat merusak perjumpaan dengan orang lain. Kecerdasan emosional mecakup pengusaan dalam menangani hubungan sosial yang populer dan menyenangkan adalah istilah bagi orang-orang yang mempunyai kecakapan sosial, karena kecerdasan emosional membuat orang yang berada dekatnya merasa nyaman (Goleman, 1997:162).

3. Jenis-jenis Keterampilan Emosi

  Orang yang mempunyai kecerdasan emosional juga harus mempunyai beberapa keterampilan yaitu keterampilan emosional, keterampilan kognitif, keterampilan perilaku (Goleman, 1997:426-427).

a. Keterampilan emosional :

  2. Mengungkapkan perasaan.

  3. Menilai intensitas perasaan.

  4. Mengelola perasaan.

  5. Menunda pemuasaan.

  6. Mengendalikan dorongan hati.

  7. Mengurangi stress.

  8. Mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan.

b. Keterampilan kognitif:

  1. Bicara sendiri ”dialog batin” sebagai cara untuk menghadapi suatu masalah.

  2. Membaca atau menafsirkan isyarat- isyarat sosial misalnya mengenali pengaruh sosial terhadap perilaku dan melihat diri sendiri dalam pandangan masyarakat yang luas.

  3. Menggunakan langkah- langkah bagi penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan misalnya mengendalikan hati, menentukan sasaran, mengidentifikasi tindakan-tindakan alternatif, memper- hitungkan akibat-akibat yang mungkin.

  4. Memahami sudut pandang orang lain.

  5. Memahami sopan santun.

  6. Kesadaran diri – mengembangkan harapan-harapan yang realisits tentang diri sendiri.

c. Keterampilan perilaku:

  1. Non verbal – berkomunikasi melalui hubungan mata. ekspresi, wajah, nada, suara, gerak-gerik, dan seterusnya.

  2. Verbal mengajukan permintaan-permintaan dengan jelas, kritik secara efektif, meolak pengaruh negatif, mendengarkan orang lain, menolo ng sesama ikut serta dalam kelompok-kelompok yang positif.

  Diharapkan dengan memiliki kecerdasan emosi yang baik maka perempuan yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya serta dapat bertanggung jawab terhadap keputusan yang akan diambil.

B. KEGONCANGAN EMOSI 1. Pengertian Kegoncangan Emosi

  Kegoncangan emosi adalah ketegangan-ketegangan batin yang tidak mendapatkan penyaluran serta penyelesaian yang baik dan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga dapat me nimbulkan permusuhan depresi yang mencakup bukan hanya kesedihan melainkan juga tidak adanya pengharapan, kecemasan (Goleman, 2002:43). Apabila kondisi-kondisi ini kuat dan berkepanjangan dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit membuat parah gejala atau menghambat pemulihan (Goleman, 2002:41).

2. Gejala-gejala Orang yang Mengalami Kegoncangan Emosi a.

  Merasa Gagal Jika ada jarak yang terlalu lebar antara cita-cita yang diinginkan dengan kenyataan yang dialami dalam kasus kehamilan di luar nikah, maka pasti akan timbul berbagai konflik batin dan stres. Jarak ini menjadi hambatan bagi pencapaian kepuasaan dan ketenangan batin serta menimbulkan ketegangan-ketegangan emosional yang tidak menyenangkan (Kartono, 2000:69).

  Dalam Goleman kegagalan berarti hilangnya sumber yang dapat menopang seseorang dari perasaan yang membanggakan.

  Kegagalan sebagai suatu yang berlangsung terus sehingga dapat menghantui setiap peristiwa dalam hidup dan membuat orang lebih gampang menyerah dan menjadi sumber keputusasaan (Goleman, 1997:343).

  b.

  Merasa selalu bimbang dan bingung Jika timbul kedua kehendak, dua pilihan atau beberapa motif yang saling bertentangan maka kejadian ini menimbulkan banyak kebimbangan, permusuhan, depresi. Jika permasalahan ini terus berlanjut tanpa ada penyelesaian yang sesuai maka akhirnya akan mengalami gangguaan mental yang seruis. Diusahakan untuk menolong perempuan yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah dengan usaha yang secepat mungkin (Kartono, 2000:70).

  Dalam Goleman orang yang mengalami kebimbangan dapat mengalami kemerosotan emosi (Goleman, 1997:329). Ciri-ciri dari kemerosotan emosi adalah : 1)

  Menarik diri dari pergaulan artinya suka menyendiri, kurang bersemangat, merasa tidak bahagia.

  2) Kebimbangan yang berlebihan merasa tidak dicintai, merasa tidak diperlukan kehadirannya.

  3) Menarik diri dari permasalahan tidak mampu memusatkan perhatian pada permasalahan yang dihadapi.

  4) Menjadi agresif suka menyerang orang lain dengan kasar dan ancaman.

  c.

  Merasa takut Rasa ketakutan/ kecemasan yang abnorma l yang kuat, yang tidak biasa, dikontrol oleh suatu situasi atau objek tertentu (Kartono,

  2000:108).

  Dalam Goleman rasa takut adalah menghindari hal- hal yang tidak menyenangkan dan menderita kecemasan (Goleman, 1997:308).

  Rasa takut menyebabkan seseorang mudah merasa kalah dan menyalahkan diri sendiri serta dihantui perasaan-perasaan yang membuat perasaan tidak menyenangkan (Goleman, 1997:306). d.

  Merasa Stres Merupakan gangguan psikopatologis dalam bentuk peristiwa- peristiwa kehid upan yang menyebabkan stressor (penyebab stress) dalam kasus ini adalah kehamilan di luar nikah (Latipun, 2002:104).

  Dalam Goleman stres disebabkan oleh tekanan hidup. Serangan rasa cemas yang datang brulang- ulang bisa menyebabkan stress (Goleman, 1997:245). Stres telah terbukti dapat melemahkan sistem kekbalan tubuh manusia yang dapat meyebabkan jalan masuknya penyakit (Goleman, 1997:246).

  e.

  Sering merasa Frustasi Frustasi adalah suatu keadaan dimana satu kebutuhan tidak bisa terpenuhi, dan tujuan tidak tercapai sehingga orang merasa kecewa dan mengalami satu halangan dalam usahanya mencapai suatu tujuan.

  Frustasi adalah : 1. Penghalang tingkah laku tengah berusaha mencapai suatu tujuan.

2. Satu tujuan ketegangan yang tidak menyenangkan disertai kecemasan, simpatetis, disebabkan hambatan/ halangan.

  Dengan kata lain frustrasi adalah kondisi seseorang yang dalam usaha dan perjuangannya mencapai suatu tujuan jadi terhambat.

  Sehingga harapannya menjadi gagal dan merasa dia sangat kecewa. Frustrasi dapat mengakibatkan berbagai bentuk tingkah laku reaktif

  Dalam Goleman frustrasi adalah pukulan-pukulan yang menyakitkan sehingga membuat orang kehilangan daya dan upaya untuk menghadapi dan bangkit dari permasalahannya (Goleman, 1997:420).

  f.