MAKALAH PCB POLYCHLORINATED BIPHENYLS JU

MAKALAH
PCB (POLYCHLORINATED BIPHENYLS)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Lingkungan
Yang Dibina Oleh Dr. Barlah Rumhayati

Disusun Oleh :
1. ANITA SULISTIA

145090201111027

2. R. DEBY PRISTI W.

145090201111042

3. SITI IMROATUS KIFTIYAH

145090201111039

4. SITI NUR AQIDAH

145090207111009


5. TIA AULIA

145090207111033

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-NYA sehingga kami
selaku penulis dapat menyusun makalah tentang “PCB (Polychlorinated Biphenyls)”
dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa kami sampaikan kepada nabi Muhammad
S.A.W yang selalu mengajarkan kita untuk senantiasa menuntut ilmu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Lingkungan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
terselesaikannya penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari segala pihak.
Namun, besar harapan penulis semoga makalah ini berguna bagi penulis dan bagi pihak
yang membacanya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Penulis

BAB I
PEMDAHULUAN
PCB adalah senyawa kima beracun yang sangat berbahaya. Senyawa ini
mungkin belum banyak diketahui efeknya terhadap kesehatan di Indonesia. Tidak ada
data khusus yang menjelaskan seberapa PCB digunakan ataupun regulasi resmi yang
memperingatkan mengenai bahaya dari senyawa ini. Sebelum tahun 1970, PCB banyak
digunakan sebagai tambahan dalam berbagai industri, sebagai campuran bahan isolator,
konduktor, kondensor, pompa hampa udara, sistem hidraulik, sebagai zat pewarna
dalam tinta, sebagai bahan dasar kertas fotocopy, plastiser, perekat, turbin transmisi gas,
sistem pemindah panas, pelumas dan banyak lainnya (Hutzinger et al., 1974). Hal ini
disebabkan sifat senyawa ini yaitu mempunyai titik didih yang tinggi dan tidak mudah
menguap sehingga sesuai untuk alat listrik. Senyawa ini termasuk bahan cemaran

organik yang persisiten (POP’s) yaitu yang sukar diurai oleh mikroorganime di alam.
Kebanyakan dari senyawa POP’s dari hasil pengamatan menunjukkan dapat
mengganggu siklus reproduksi baik bagi manusia maupun kehidupan organisme hidup
lainnya (Colon and Smolen, 1996).
Masuknya PCB yang utama ke dalam lingkungan dihasilkan dari penguapan
selama pembakaran, bocoran, pembuangan cairan industri, dan buangan dalam
timbunan dan urugan tanah (Peakall, 1975). Produksi kumulatif PCB sejak tahun 1930
dihitung sekitar 1 juta ton dan kira-kira separuh dari jumlah ini telah dibuang dalam
urugan tanah (landfill) dan timbunan (dump) serta dipercaya telah terlepas secara
perlahan dari sistem ini (WHO, 1976). Dalam air laut , atmosfir merupakan sumber
yang dominan, dengan berbagai macam perbedaan komposisi campuran jenis PCB
apabila dibandingkan dengan PCB dari sungai atau yang berasal langsung

dari

sumbernya (misalnya buangan industri), sehingga senyawa ini dapat digunakan sebagai
‘tracers’. Disebabkan besarnya kisaran sifat fisika-kimianya (Physicochemical),
senyawa PCB banyak digunakan sebagai model senyawa untuk dipelajari dan
memperkirakan sifat geokimia dari senyawa organik lipofilik yang lainnya.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mengenal

PCB, serta dampak pencemarannya terhadap perairan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DESKRIPSI PCB (POLYCHLORINATED BIPHENYLS)
Polychlorinated Biphenyls (PCB) adalah suatu senyawa organoklorine selain
mempunyai sifat racun yang sama dengan pestisida, juga mempunyai sifat yang
persisten di alam. Polychlorinated biphenyls (PCBs) merupakan senyawa organoklorin
yang mempunyai sifat racun yang sama dengan peptisida dan mempunyai sifat yang
persisten atau sukar di pecah dialam di alam. Suatu senyawa organoklorin. PCB
memiliki 209 konfigurasi struktur organochloride (hidrokarbon terklorinasi) dengan 2
sampai 10 chlorine atoms menempel pada biphenyl (Molekul terbentuk dari 2 benzene
ring). Formulasi kima dari PCB adalah C12H10-xClx. Hanya 130 dari 209 susunan
PCB digunakan untuk produk komersial.
Senyawa PCB

yang telah ditemukan saat ini sebanyak 209 jenis, untuk

pengenalan jenisnya diberikan sistem penomoran yang dilakukan oleh Ballschmitter &
Zell (1980) yang dibagi menjadi 10 kelomok yaitu dari Monokorobifenil (PCB 1)

sampai dengan Dekaklorobifenil (PCB 209). Jenis PCB yang diperdagangkan dan
terkenal dari perusahaan Jepan Monsanto Company ( Gustafon, 1970) terdiri dari 8
macam formula yaitu dikenal dengan aroclor 1221, 1232, 1242, 1248, 1254, 1260, 1262
dan 1268. Dua angka dibelakang merupakan persentasi klor yang digunakan. Dari
semua produksi ersebut yang banyak digunakan adalah Aroclor 1248 dan 1254. Dalam
campuran plastik banyak digunakan Aroclor 1260.
PCB umumnya banyak digunakan dalam beberapa produk komersial. Banyak
dari barang atau peralatan ini yang dulunya digunakan sekarang dibawah otoritas
peraturan federal dan negara. Penggunaan PCB hanya dibolehkan dibawah kondisi
tertentu dalam skenario yang terbatas. Karena PCB digunakan secara meluas dalam
peralatan yang sampai sekarang masih tersedia, buangan minyak dari peralatan
semacam ini mengandung konsentrasi PCB yang dapat dideteksi. Sifat PCB adalah
sebagai berikut; Senyawa organik buatan, berbentuk cairan ataupun padatan, memiliki
titik didih tinggi, tidak mudah menguap. Struktur PCB sangat stabil dan sulit terurai di
lingkungan à termasuk dalam POP’s (Persisten Organics Polutan) PCB mempunyai half
life yang panjang (8 sampai 10 tahun) tidak larut dalam air. Mengalami reaksi biokimia

dalam tubuh, mudah terakumulasi dalam jaringan tubuh mahkluk hidup. Penghancuran
menggunakan kimia, suhu atau biochemical proses sangat sulit dan menghasilkan resiko
lebih besar dan berbahaya karena oksidasi parsial bisa membentuk senyawa

dibenzodioxins dan dibenzofurans yang sangat beracun. PCB yang masuk ke
lingkungan adalah dalam bentuk gabungan komponen individu chlorinated biphenyl,
yang dikenal sebagai congener-congener artinya sama dengan tidak murni.
2.2 DAMPAK PCB (POLYCHLORINATED BIPHENYLS)
Bahaya yang diakibatkan adanya senyawa PCB dalam tubuh manusia adalah
dapat memicu terjadinya kanker. Senyawa ini menjadi perhatian dunia sejak terjadinya
kasus yang dikenal sebagai ‘YUSHO syndrom’ di Jepang pada tahun 1968, akibat
penduduk keracunan setelah mengkonsumsi beras yang mengandung kadar PCB sebesar
0,5 ppm dan dalam darahnya ditemukan kadar PCB sebesar 1-32 ppb (Kuratsane, 1969).
Begitupula pada tahun 1979 ditemukan tragedi yang sama di Taiwan dan dikenal
dengan ‘Taiwanese Yusho’. Duke et al. (1970) dalam penelitiannya menambahkan
PCB 0,5 ppb kepada Juvenile shrimp (Panaeus duorarum) selama 10 hari, ternyata
terjadi akumulasi PCB dalam jaringan tubuhnya sebesar 16 ppm dan dampaknya 72 %
juvenile mati. Menurut Hansen et al. (1971) bioakumulasi PCB dalam ikan Lagondon
rhomboids ditemukannya konsentrasi yang 10.000-50.000 kali lebih besar dibandingkan
kadarnya dalam air.
Di Jepang penelitian tentang PCB sejak kasus diatas dilakukan secara ekstensif
dan merupakan suatu penelitian monitoring (Tanabe et al., 1986). Sedangkan di
Indonesia tampaknya sampai saat ini penelitian PCB di laut masih sangat sedikit, oleh
karena itu penelitian PCB di perairan sangatlah penting.

Efeknya pada kesehatan adalah mutagenic (menyebabkan kanker) dengan
mengganggu kerja hormone. Misalnya gangguan hormone estrogen yang menyebabkan
kanker payudara, cervic dan uterus. Menggangu proses pertumbuhan dan gangguan
fungsi saraf pusat. Strukturnya yang memiliki kemiripan dengan Thyroid hormone
terbukti menyebabkan gangguan pertumbuhan dendrite pada sel purkinje di otak kecil.
Expose dan kontaminasi PCB melalui udara, makanan dan minuman yang
terkontaminasi, kontak kulit dengan alat listrik tua yang mengandung PCB. Dan PCB
dapat ditranfer oleh ibu pada anaknya melalui ASI. Ini yang sangat berbahaya, Lesmana

et al., 2012 menemukan di dalam penelitian tikus menyusui yang diexpose Oh-PCB
dengan dosis yang sangat kecil dapat meningkatkan kadar dopamine dan menggangu
fungsi SSP yang sifatnya sex dependent (terutama pada lelaki). Tingginya kadar
dopamine ini akan menyebabkan sifat hyperaktif.
2.3 PENCEMARAN PCB TERHADAP PERAIRAN
Adanya PCB dalam air laut adalah karena proses “leaching” yang berasal dari
darat yang diakibatkan oleh kegiatan industri yang menggunakan senyawa PCB, dan
ada juga yang berasal dari buangan akibat penggunaan alat kapasitor dan transformer
dalam alat ini yang mengandung senyawa PCB (Law,1983) Tanabe et al. (1986)
menemukan PCB dalam air laut lebih kecil dari 1 ng/l.
Hampir sama seperti air, bahwa hal ini disebabkan adanya penggunaan yang

terus menerus dari alat-alat elektronika model lama seperti kapasitor dan transformer
ataupun “carbonless paper” dari hasil buangan limbah dari darat yang mana dalam
pembuatannya menggunakan bubuk PCB. Bubuk PCB banyak digunakan karena
mempunyai titik leleh yang tinggi, tidak mudah menguap pada suhu kamar jadi baik
untuk penggunaan alat-alat elektronik yang membutuhkan temperatur yang tinggi.
Tampaknya masih banyak penggunaan alat elektronika yang menggunakan senyawa
PCB yang berasal dari kebanyakan aktivitas darat

yang akhirnya menyebabkan

pencemaran terhadap perairan.
Selain itu, senyawa yang bersifat toksik yang berada di lingkungan laut
variasinya sangat banyak, dan dalam skala global (Clark dalam Danis et al. 2006).
Beberapa senyawa adalah asli secara alami, sedangkan yang lainnya adalah berasal dari
limbah hasil aktivitas darat. Kontaminan – kontaminan senyawa kimia ini dapat larut
dalam air, berikatan dengan sedimen ataupun terjadi akumulasi di dalam tubuh
organisme laut. Menurut Danis et al.2006 PCB adalah salah satu dari tiga famili
polichlorinate yang menjadi kontaminan global. Hasil penelitian PCB yang dilakukan
oleh Nie et al. (2005) dalam air, sedimen dan ikan dari estuari Sungai Pearl di China
adalah antara 2,47 – 6,75 ng l-1 dalam air, 11,13 – 6,75 ng g-1 dalam berat kering dan

antara 68,64 – 316,85 2,47 – 6,75 ng

-1

dalam tubuh ikan. Mereka mendapatkan bahwa

organisme karnivora (pemakan daging) dan ikan-ikan bentik antara lain belut atau sidat

(Anguilia japonika) dan ikan lele (Arius sinensis) diperoleh konsentrasi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan organisme herbivore (pemakan tanaman).

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Polychlorinated biphenyls (PCB) merupakan senyawa organoklorin yang
mempunyai sifat racun yang sama dengan peptisida dan mempunyai sifat yang persisten
atau sukar di pecah dialam di alam. PCB adalah senyawa kima beracun yang sangat
berbahaya. Masuknya PCB yang utama ke dalam lingkungan dihasilkan dari penguapan
selama pembakaran, bocoran, pembuangan cairan industri, dan buangan dalam
timbunan dan urugan tanah. Dampak PCB antara lain; dapat memicu terjadinya kanker

dengan mengganggu kerja hormon. Expose dan kontaminasi PCB melalui udara,
makanan dan minuman yang terkontaminasi, kontak kulit dengan alat listrik tua yang
mengandung PCB, dan sebagainya. Selanjutnya dampak PCB terhadap air laut adalah
dapat larut dalam air dan berikatan dengan sedimen ataupun terjadi akumulasi di dalam
tubuh organisme laut, sehingga diperoleh organisme karnivora memiliki konsentrasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan organisme herbivora.
3.2 SARAN
Dampak PCB hendaknya mendapat perhatian agar langkah untuk mencegah
terjadinya musibah yag disebabkan oleh PCB dapat dihindari, yaitu dengan melakukan
monitoring dan penelitian yang berkelanjutan, minimal PCB dapat dikenal secara umum
oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Colon, T. and M.J. Smolen. “Epidemiological Analysis of Persistent Organochlorines
Contamination in Ctraceans.” Reviews of Environmental Contamination and
Toxicology 146 (1996): 91-172.
Danis, B, V.Debacker, C. T. Miranda and Ph. Dubois . Level and effects of PCDD/Fs
and co-PCBs in sediment, mussels,and sea stars of the intertidal zone in the
southern North Sea and the English Channel. Ecotoxicology and Environment
safety 65 (2006).188-200.

Gustafson. C. G. 1970. PCB’s prevalent and and persistent. Environment Science &
Technology, 4: 814-819.
Hansen, D.J., P.R. Parrish, J.L. Lowe, A.J. Wilson and Wilson. “Chronic Toxicity,
Uptake and Retention of A Polychlorinated Biphenyl (AROCLOR 1254) in Two
Estuarine Fishes.” Bulletin Environment of Contamination and Toxicology 6 2
(1971): 113-119.
Hutzinger,O., S. Safe, and V. Zitko. “The Chemistry of PCBs.” CRC Press., Boca
Raton, Florida: 269 pp., (1974)
Law, At. “Monitoring of Sewage Pollution in the Estuarine and Coastal Water of Post
Klang, Malaysia.” In Proceeding of the International Conference on
Development and Mangement of Tropical living Aquatic Recources, pp 333 –
345, 2-5 August 1983, Selangor, Malaysia. 1983.
Lesmana R, Shimokawa N, Toshiharu I, Takatsuru Y, Koibuchi N (2012). Lactational
expossure to hydroxylated polychlorinated biphenyl (OH-PCB 106) causes
hyperactivity in male rat pups by aberrant increase in dopamine and its
receptor.Environ Toxicol. 2012 Sep 20. doi: 10.1002/tox.21815. WHO.
Environmental Health Criteria II. “Polychlorinated Biphenyls and Terhenyls.”
World Health Organization, Geneva: 85.hal. 1976.
Nie, X., C. Lan, T.Wei and Y. Yang. Distribution of polychlorinated biphenyls in the
water, sediment, and fish from Pearl River estuary, China.Marine Pollution
Bulletin 50 (2005).537-546.
Tanabe, S. and Tatsukawa, R. “Distribution, Behavior and Load of PCBs in the
Oceans.” In: J.S. Waid (ed.) PCBs and the Environment, vol.1 CRC Press, Inc.,
Florida. (1986): 143-162.