da49f608a6792fb121327ca6ab852972

FAKTOR RISIKO YANG MEMENGARUHI KETERLAMBATAN
KONSEPSI (INFERTLITAS)PASANGAN SUAMI ISTRI PADA
LAKI-LAKI DI KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

RISK FACTORS AFFECTING THE DELAYS CONCEPCION
(INFERTILITY) COUPLES TO THE MAN IN THE
DISTRICT OF NORTH PALU, PALU CITY

Ahsan 1, Buraerah Abd. Hakim2, Muh. Tamar3
1

Bagian Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin, 2Bagian Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin, 3Bagian Konseling Universitas Hasanuddin, Makassar.

Alamat Korespondensi:
Ahsan S.Kep, Ns
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Makassar,
HP: 081354887373

Email: ahsankayla@yahoo.co.id

Abstrak
Pada dasarnya secara konseptual keterlambatan konsepsi merupakan bagian dari infertilitas yang
dimana merupakan bentuk kegagalan reproduksi, yang menjadi masalah besar bagi kesehatan dan
kehidupan sosial pasangan suami-istri (pasutri) di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui besar risiko kelainan alat reproduksi pria (Undecensus testis), riwayat penyakit menular
seksual, riwayat minum alkohol, obesitas dan kualitas sperma terhadap keterlambatan konsepsi
(infertilitas) pasutri pada laki-laki di Kecamatan Palu Utara Kota Palu. Desain penelitian adalah “Case
Control Study”, dengan unit observasi yang terdiri dari kelompok kasus dan kontrol. Besar sampel
sebanyak 140 orang yaitu kelompok kasus 70 responden dan kelompok kontrol 70 responden yang
diambil dengan cara purposive sampling. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji
Odds Ratio dan analisis multivariat dengan regresi berganda logistik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel yang berisiko terhadap keterlambatan konsepsi (infertilitas) pasutri pada laki-laki yaitu:
riwayat PMS (p=0,000; OR=6.526 CI: 2,724-15.635), riwayat minum alkohol (p=0,000; OR=13409 CI:
5.867-30.646), obesitas (p=0,004; OR=2,695; CI: 1,361-5,337), kualitas sperma (p=0,029; OR=0.407;
CI: 0,180-0,922). Perlunya peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi Pasutri terhadap
besar risiko konsumsi alkohol yang berdampak terhadap terjadinya keterlambatan konsepsi. Bagi pasutri
yang memiliki ketergantungan alkohol sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik
agar dapat berhenti total dari ketergantungan alkoholl

Kata Kunci : Keterlambatan konsepsi (infertilitas) pasutri pada laki-laki

Abstract
Basically conceptually delay conception is part of infertility which is a form of reproductive
failure, which is a big problem for the health and social life of a married couple (couples) in the whole
world. This study aims to determine the risk of abnormalities of male reproductive organs (testes
Undecensus), history of sexually transmitted diseases, history of alkoholl drinking, obesity and quality of
sperm to the delay in conception (infertility) couples to the men in the Northern District of Palu Palu. The
study design is the "Case Control Study", the observation unit iconcisting of case and control groups. A
sample size of 140 people that is the case group and control group of 70 respondents and 70 respondents
were drawn by purposive sampling. Data analysis was performed by univariate, bivariate with Odds
Ratio test and multivariate analysis with logistic regression. The results showed that the risk variable
delay conception (infertility) couples in men are: a history of STD (p = 0.000; OR = 6526 CI: 2.724 to
15,635), a history of drinking alkoholl (p = 0.000; OR = 13 409 CI: 5867-30646), obesity (p = 0.004; OR
= 2.695; CI: 1.361 to 5.337), sperm quality (p = 0.029; OR = 0407; CI: 0.180 to 0.922). The need for
increased knowledge about reproductive health for the married couple of major risks affecting alkoholl
consumption in a delay of conception. For couples who have alkoholl dependence should conduct
periodic medical examinations in order to stop completely from alkoholl dependence

Keywords: Delay in conception (infertility) couples in males


PENDAHULUAN
Berkembang biak adalah salah satu fungsi luhur dari makhluk hidup, termasuk
manusia. Seluruh makhluk hidup, termasuk manusia berkeinginan untuk menjaga
kelangsungan garis keturunannya dengan cara berkembang biak. Di negara
berkembang, termasuk Indonesia, memiliki anak secara tidak tertulis merupakan
keinginan yang dianggap sebagai kewajiban bagi semua orang. Tetapi bila kewajiban
tersebut tidak terpenuhi, itu akan menyebabkan suatu masalah yang cukup
mengkhawatirkan bagi setiap manusia. Ketidaksuburan atau sering juga kita dengar
dengan infertil ( delayed conception) bukanlah hal yang tabu untuk kita bicarakan.
Diperkirakan sekitar 20% penduduk Indonesia mengalami gangguan infertilitas. Hal ini
menunjukan angka infertilitas di Indonesia yang cukup tinggi.
Sekitar 85% pada pasangan suami istri terjadi kehamilan pada usia 6 sampai 12
bulan pernikahan, dan 15% dari pasangan suami istri gagal hamil pada 12 bulan setelah
pernikahan, infertilitas yang terjadi diakibatkan dari faktor laki-laki sekitar 30% dan
gangguan dari perempuan 30% gangguan dari keduanya 30% dan yang tidak di ketahui
sekitar 10% (Baker, 2008). Menurut WHO diantara pasangan subur di Nigeria terdapat
85,7% yang mengalami infertilitas sekunder, di Amerika Latin mencapai 40%
infertilitas sekunder, di Asia terdapat


23% pasangan subur mengalami infertilitas

sekunder kecuali Mongolia 43% mengalami infertilitas sekunder, dan di Afrika Utara
hanya 16% yang mengalami infertilitas sekunder.
Di Iran pasangan subur terdapat 5,52% telah infertilitas, diantaranya, infertilitas
primer sebesar 3,48% dan infertilitas sekunder 2,04% (Aflatoonian, 2009). Secara
umum, di dunia diperkirakan 1 dari 7 pasangan bermasalah dalam hal kehamilan. Di
Indonesia, angka kejadian perempuan infertil 15% pada usia 30-34 tahun, meningkat 30
% pada usia 35-39 tahun dan 64 % pada usia 40- 44 tahun. Dari data Biro Pusat Statistik
(BPS) di Indonesia, diperkirakan terdapat 12% pasutri yang tidak mampu membuahkan
keturunan (Ambara, 2005).
Berdasar survei kesehatan rumah tangga tahun 1996, diperkirakan ada 3,5 juta
pasangan (7 juta orang) yang infertil. Mereka disebut infertil karena belum hamil
setelah setahun menikah. Kini, para ahli memastikan angka infertilitas telah meningkat
mencapai 15-20 persen dari sekitar 50 juta pasangan di Indonesia. Penyebab infertilitas
sebanyak 40% berasal dari laki-laki, 40% dari wanita, 10% dari laki-laki dan wanita,

dan 10% tidak diketahui (Kurniawan, 2009). Beberapa orang laki-laki ternyatakan steril
selama masa perkawinan. Pada laki-laki dengan infertil sering ditemukan kualitas
sperma yang buruk. Kadang-kadang produksi spermarozoa dalam testis terlalu sedikit

dan testis sendiri terlalu kecil, sebab-sebab lain yang menyebabkan mutu sperma
berkurang

ialah

epididimitis,

prostatitis,

varikokel,

atau

kelainan

endokrin

(Scholtmeijer,1996)
Pemeriksaan analisa sperma pada semen laki-laki merupakan suatu analisa
lengkap yang penting untuk pasangan yang berkonsultasi masalah infertilitas. Infertilitas

yang diperkirakan 10% hingga 15% dari seluruh jumlah pasangan yang ada, bila
ditelusuri setengah dari kasus-kasusnya, penyebabnya dari pihak laki-laki (Widodo,
2009). Adanya semen memungkinkan pemeriksaan langsung dari sel benih laki-laki,
memberikan informasi berharga yang tidak dapat diperoleh pada wanita.
Tujuan penelitian ini adalah a)Untuk mengetahui besar risiko Kelainan Alat
Reproduksi terhadap keterlambatan konsepsi pasangan suami istri pada laki-laki.
b)Untuk mengetahui besar risiko Riwayat Penyakit Menular Seksual terhadap
keterlambatan konsepsi pasangan suami istri pada laki-laki. c) Untuk mengetahui besar
risiko Riwayat Konsumsi Alkohol terhadap keterlambatan konsepsi pasangan suami
istri pada laki-laki. d) Untuk mengetahui besar risiko langsung Obesitas terhadap
keterlambatan konsepsi pasangan suami istri pada laki-laki. e) Untuk mengetahui besar
risiko kualitas sperma terhadap keterlambatan konsepsi pasangan suami istri pada lakilaki.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di klinik yang melayani konsultasi pada pasangan yang
mengalami keterlambatan konsepsi yang ada di Kota Palu Propinsi Sulawesi Tengah.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian retrospektif dengan rancangan kasus
kontrol (case control study).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasangan suami istri laki-laki yang

berdomisili di kecamatan Palu Utara Kota Palu Propinsi Sulawesi Tengah 2012. Sampel
sebanyak 140 orang, dimana jumlah kasus adalah 70 sampel dan kontrol adalah 70
sampel yang dipilih secara random sampling melalui teknik purposive sampling, yang

telah memenuhi kriteria syarat untuk observasi yaitu Pasangan suami istri yang telah
menikah pada usia reproduksi aktif, Pasangan suami istri yang tidak mengalami
penyakit

tertentu yang berhubungan dengan alat reproduksi, Bersedia menjadi

responden secara sukarela dengan menandatangani informkonsent. Kasus bila dalam
status pasangan suami istri laki-laki tercatat mengalami keterlambatan konsepsi, dengan
catatan istrinya tidak mengalami gangguan reproduksi, yang di ketahui dengan hasil
pemeriksaan USG dan kelompok kontrol bila dalam status pasangan suami istri laki-laki
tercatat tidak mengalami keterlambatan konsepsi dan sudah memiliki anak.
Metode Pengumpulan Data
Data Primer diperoleh dengan melakukan kunjungan rumah, wawancara dan
observasi dengan mengunakan kuesioner yang telah disusun sebelumnya sesuai dengan
tujuan penelitian, untuk pengambilan sampel kualitas sperma dilakukan oleh petugas
laboratorium kesehatan daerah, dengan cara : yang memiliki tempat tinggal dekat

dengan laboratoriunra pengambilan sperma dilakukan di rumah responden dengan
pasangan melakukan koitus interuptus, untuk responden yang memiliki tempat tinggal
jauh dari laboratorium, dianjurkan untuk ke laboratorium kesehatan daerah, jika datang
dengan pasangannya, dianjurkan untuk koitus interuptus dan jika datang sendiri
responden responden di sarankan untuk melakukan onani/masturbasi dengan
rangsangan menonton film blue. Data sekunder diperoleh dari data instansi terkait
dengan tujuan penelitian, dan dari hasil analisis sperma yang telah /pernah di lakukan
anlisis sperma terhadap responden sebelum penelitian dilakukan oleh peneliti.
Analisis Data
Data diolah dengan menggunakan SPSS for windows 18.0. Dilakukan analisis
bivariat untuk mengetahui besar risiko terhadap faktor yang mempengaruhi
keterlambatan konsepsi (infertlitas) pasangan suami istri pada laki-laki dengan
menggunakan analisis Odds Ratio (OR). Analisis multivariat untuk mengetahui faktor
risiko yang paling berpengaruh terhadap keterlambatan konsepsi (infertlitas) pasangan
suami istri pada laki-laki dengan menggunakan uji Regresi Logistik.
HASIL
Karakteristik Responden
Tabel 1 menunjukkan bahwa kasus kejadian keterlambatan konsepsi terbanyak
ditemukan pada rentang umur 26-30 tahun yaitu 38.6% pada kelompok kasus dan


41.4% pada kelompok kontrol. Kasus kejadian keterlambatan konsepsi terbanyak
ditemukan pada usia perkawinan 1-3 tahun pada kelompok kasus yaitu 72.9% . Dari 140
responden terdapat 67 (47,9%) yang melakukan hubungan seks selama 4-6 tahun , dan
35 (25%) dari responden telah melakukan hubungan seks selama > 7 tahun.
Persentase responden terbanyak pada tingkat pendidikan SMA/Sederajat dimana
kelompok kasus lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol yaitu 55.7% pada
kelompok kasus dan 48,6% pada kelompok kontrol. Persentase pekerjaan responden
yang tertinggi yaitu PNS. Dimana kelompok kasus sebesar 55.7% sedangkan kelompok
kontrol sebesar 42.9%. Dari 140 responden, dari jumlah spermatozoa yang di
kategorikan baik berjumlah 68,6%, sedangkan yang di kategorikan buruk adalah 31,4%.
Berdasarkan bentuk spermatozoa terdapat 65,7% bentuk spermatozoa yang baik dan
34,3% bentuk spermatozoa yang dikategorikan buruk. Sedangkan berdasarkan
pergerakan spermatozoa terdapat 70% yang baik baik dan yang memiliki pergerakan
spermatozoa yang buruk berkisar 29,3%.
Analisis Bivariat
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa dari 140 responden yang di teliti, dari 70
responden yang mengalami keterlambatan konsepsi terdapat 6 (8,6%) responden yang
mengalami kelainan alat reproduksi. Berdasarkan hasil analisis Odds Ratio (OR)
terhadap gangguan hubungan seksual didapatkan OR sebesar 2.094 pada tingkat
kepercayaan (CI) = 95% dengan batas bawah = 0.502 dan batas atas = 8.728. Oleh

karena nilai batas bawah dan batas atas mencakup nilai satu, maka nilai 2.094 dianggap
tidak berisiko terhadap keterlambatan konsepsi.
Pada responden yang pernah menderita penyakit menular seksual 32 (45.7%)
responden yang pernah menderita panyakit menular seksual dan 38 (54.3%) responden
yang tidak pernah mengalami penyakit seksual menular. Berdasarkan hasil analisis
Odds Ratio (OR) terhadap riwayat penyakit menular seksual didapatkan OR sebesar
6.526 pada tingkat kepercayaan (CI) = 95% dengan batas bawah = 2.724. Dengan
demikian, responden yang mengalami riwayat penyakit menular seksual

memiliki

risiko 6.526 kali lebih besar untuk mengalami keterlambatan konsepsi pada pasangan
suami istri pada laki-laki.
Dari 61 responden yang memiliki riwayat minum alkohol, responden yang
mengalami keterlambatan konsepsi lebih banyak disbanding kelompok kontrol yaitu 50

(71.4%) responden. Berdasarkan hasil analisis Odds Ratio (OR) terhadap kebiasaan
konsumsi alkohol didapatkan OR sebesar 13.409 pada tingkat kepercayaan (CI) = 95%
dengan batas bawah = 5.867 dan batas atas = 30.646. Oleh karena batas bawah dan
batas atas tidak mencakup nilai satu, maka nilai 13.409. Dengan demikian, responden

yang memiliki kebiasaan konsumsi alkohol memiliki risiko 13.409 kali lebih besar
untuk mengalami keterlambatan konsepsi (Infertilitas) pasangan suami istri pada lakilaki bila dibandingkan dengan responden yang tidak menkonsumsi alkohol, atau dapat
disimpulkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi alkohol merupakan faktor risiko terhadap
kejadian keterlambatan konsepsi (Infertilitas) pasangan suami istri pada laki-laki.
Pada variabel obesitas terdapat 71 responden yang obesitas, 44 (62,9%)
responden diantaranya memiliki keterlambatan konsepsi dan 27 (38,6%) responden
kontrol. Berdasarkan hasil analisis Odds Ratio (OR) terhadap berat badan didapatkan
OR sebesar 2.685 pada tingkat kepercayaan (CI)=95% dengan batas bawah = 1.361 dan
batas atas = 5.337. Dengan demikian, responden yang obesitas atau yang memiliki
indeks massa tubuh >= 25 kg/m2 memiliki risiko 2.685 kali lebih besar mengalami
keterlambatan konsepsi (Infertilitas) pasagan suami isutri pada laki-laki.
Pada variabel kualitas sperma dari 107 responden yang mengalami kualitas
sperma buruk, 48 (48,6%) diantaranya memiliki keterlambatan konsepsi dan 59 (84,3%)
responden kontrol . Berdasarkan hasil analisis Odds Ratio (OR) terhadap kualitas
sperma didapatkan OR sebesar 0.407 pada tingkat kepercayaan (CI)=95% dengan batas
bawah = 0.180 dan bayas atas = 0.922. Oleh karena nilai batas bawah dab batas atas
tidak mencakup nilai satu, maka nilai 0.407. Dengan demikian, responden yang kualitas
spema buruk berisiko 0.407% terhadap keterlambatan Konsepsi.
Analisis Multivariat
Pada tabel 3 menunjukkan variabel yang diikutkan dalam analisis multivariate
yaitu riwayat PMS, riwayat alkoholl, obesitas dan kulitas sperma. Setelah dilakukan
analisis hanya variabel riwayat PMS yang berpengaruh secara signifikan terhadap
kejadian

keterlambatan konsepsi (infertilitas) pasangan suami istri pada laki-laki

dengan nilai OR 0,178 dengan tingkat kepercayaan (CI) 95% (0,065-0,489).

PEMBAHASAN
Penyebab spesifik kejadian keterlambatan konsepsi (Infertilitas) pasangan suami
istri pada laki-laki masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang
diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya keterlambatan konsepsi
(Infertilitas) pasangan suami istri pada laki-laki. Sehingga tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui besar risiko dari beberapa faktor yang diduga erat kaitannya
dengan peningkatan keterlambatan konsepsi (Infertilitas) pasangan suami istri pada lakilaki. Beberapa faktor risiko yang dimaksud yaitu kelainan alat reproduksi pria
(undecensus testis), riwayat penyakit menular seksual (PMS), riwayat konsumsi alkohol
dan obesitas . Untuk tujuan tersebut maka pada analisis data digunakan nilai OR (Odds
Ratio) yang sejalan dengan jenis rancangan penelitian yang digunakan yaitu case
control (Retrospektif). Adapun pembahasan untuk masing-masing variabel independen
berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan selengkapnya sebagai berikut:
Pada variabel alat reproduksi (undecensus testis) dapat merupakan salah satu
penyebab terjadinya keterlambatan konsepsi dimana pada penelitian ditemukan
kemaknaan antara undecensus testis terhadap keterlambatan konsepsi pada pasangan
suami istri pada laki-laki. Hasil analisis bivariat dengan Odds Ratio (OR) terhadap
undecensus testis didapatkan OR sebesar 2.094. Dengan demikian responden yang
memiliki kelainan undecensus testis tidak memiliki risiko untuk mengalami
keterlambatan konsepsi (Infertilitas) pasangan suami istri pada laki-laki.
Testis yang tidak turun didefinisikan sebagai kegagalan testis untuk turun
menjadi non-alokasi dalam skrotum. Undecensus testis adalah umum ditemukan pada
bayi, yang sinonim dengan Chryptorchidism. Hal ini ditemukan 3-5% di antara anak
laki-laki istilah penuh dan anak laki-laki praremaja 30% (Effendi, 2008). Undecensus
testis tidak memiliki risiko terhadap keterlambatan konsepsi di karenakan jumlah
penderita undecensus testis (1 testis) hanya berjumlah 9 responden dari 140 responden,
sehingga tidak ditemukan risiko terhadap keterlambatan konsepsi. Perlu di lakukan
penelitian lebih lanjut untuk

mengetahui risiko undecensus testis terhadap

keterlambatan konsepsi dengan jumlah responden yang memiliki kelainan undecensus
testis yang lebih banyak.
Pada variabel riwayat penyakit menular seksual menunjukkan bahwa Infeksi
pada testis dan prostat dapat mengakibatkan kerusakan sperma. Infeksi Chlamydia juga

dapat mempengaruhi kesuburan laki-laki dengan secara langsung merusak sperma,
proporsi fragmentasi DNA, dan reaksi akrosom kapasitas yang terganggu dengan
infeksi klamidia (Cunningham and Beagley, 2008). Hasil analisis bivariat dengan Odds
Ratio (OR) terhadap riwayat penyaki menular seksual didapatkan OR sebesar 6.526
dengan demikian, responden yang memiliki riwayat PMS memiliki risiko 6,526 kali
terhadap kejadian keterlambatan konsepsi (Infertilitas) pasangan suami istri pada lakilaki. Berdasarkan hasil uji analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel riwayat
PMS merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian keterlambatan konsepsi
(infertilitas) pasutri pada laki-laki dengan nilai Wald sebesar 11,876 dan signifikansi
sebesar 0,001.
Perlu diketahui bahwa sampai 25 % pria yang menderita gonore, diserta infeksi
chlamydia. Bila uretritis karena Chlamydia tidak diobati sempurna, infeksi dapat
menjalar ke uretra posterio dan menyebabkan epididimitis dan mungkin prostatitis. Dari
hasil penelitian terakhir mengatakan bahwa C. trachomatis merupakan penyebab utama
epididimitis pada pria kurang dari 35 tahun (sekitar 70 - 90 %). Secara klinis,
chlamydial epididimitis dijumpai berupa nyeri dan pembengkakan scrotum yang
unilateral dan biasanya berhubungan dengan chlamydial uretritis , walaupun uretritisnya
asimptomatik (Karmila,2001).
Alkohol adalah zat yang paling sering disalahgunakan manusia, alkohol
diperoleh atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-umbian. Dari
peragian tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15 % tetapi dengan proses
penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi. Hasil analisis
bivariat dengan Odds Ratio (OR) terhadap riwayat konsumsi alkohol didapatkan OR
sebesar 13.409, sehingga kebiasaan konsumsi alkohol merupakan faktor risiko terhadap
kejadian keterlambatan konsepsi (Infertilitas) pasangan suami istri pada laki-laki.
Dimana responden yang memiliki riwayat konsumsi alkohol memiliki risiko 13,409
kali lebih besar untuk mengalami keterlambatan konsepsi bila dibandingkan dengan
responden yang tidak memiliki riwayat konsumsi alkohol.
Dari hasil penelitian Jarkko (2006), Di antara laki-laki dengan asupan sehari-hari
antara 80 dan 160 g, hanya 13 dari 35 laki-laki menunjukkan spermatogenesis normal
(37%), 19 (54%) memiliki SA parsial atau lengkap. Frekuensi gangguan spermatogenik
adalah serupa pada laki-laki minum lebih dari 160 g. Konsumsi alkohol dalam jumlah

moderat dapat mempengaruhi kualitas air mani lebih sering dari pada yang diperkirakan
sebelumnya, sedangkan konsumsi alkohol yang tinggi akan mempengaruhi secara serius
terhadap proses spermatogenesis.
Alkoholisme telah lama dikaitkan dengan gangguan kesehatan reproduksi seperti
impotensi dan atropi testis, spermatogenesis tampak semakin memburuk dengan
meningkatnya asupan alkohol, konsumsi alkohol kronik memiliki efek merugikan pada
reproduksi laki-laki, hormon dan kualitas sperma (Mendiola, 2008) .
Konsumsi alkohol kronis memiliki efek merugikan pada reproduksi laki-laki
hormon dan pada kualitas air mani . Sebuah kasus-kontrol studi yang dilakukan di
Jepang menunjukkan bahwa alkohol asupan secara signifikan lebih umum pada infertile
pria dibandingkan pada kontrol. Alkohol paparan in vitro menginduksi penurunan
motilitas sperma dan morfologi, dan respon berhubungan dengan dosis. Selain itu,
risiko aneuploidi sperma XY adalah lebih besar pada peminum alkohol dibandingkan
dengan bukan peminum (RR = 1,38, CI 95%: 1,2-1,6) (Mendiola, 2008).
Berdasarkan hasil uji analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel riwayat
minum alkohol merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian
keterlambatan konsepsi (infertilitas) pasutri pada laki-laki dengan nilai OR sebesar
11.705 dan signifikansi sebesar 0,000. Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan
dengan rendahnya kadar hormon testosteron yang tentu akan mengganggu pertumbuhan
sperma. Mariyuana juga dikenal sebagai salah satu penyebab gangguan pertumbuhan
sperma, sehingga penghentian penggunaan mariyuana dan alkohol merupakan usaha
preventif untuk infertilitas.(Taher, 2008).
Berat badan dan perubahan pada berat badan yang melebihi berat badan normal
(terlalu gemuk) akan mempengaruhi kejadian keterlambatan konsepsi (infertilitas).
Untuk menentukan obesitas diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dimana berat
badan

dikatakan obesitas bila perhitungan IMT >= 25 kg/m² dan normal bila

perhitungan IMT < 25 kg/m². Hasil analisis bivariat dengan Odds Ratio (OR) terhadap
obesitas didapatkan OR sebesar 2.695 sehingga obesitas merupakan faktor risiko
terhadap kejadian keterlambatan konsepsi (Infertilitas) pasangan suami istri pada lakilaki.
Studi dari Ruby dkk (2007) menambahkan dukungan lebih lanjut bahwa pria
dengan kelebihan berat badan akan meningkatkan risiko infertilitas. Nilai dapat

dianggap remeh karena kasus yang paling parah, pasangan yang tidak hamil, tidak
termasuk

dalam

kelompok

kelahiran.

Penelitian

diperlukan

untuk

melihat

apakahpenurunan berat badan meningkatkan kesuburan bagi laki-laki.
Kasus-kasus infertilitas yang disebabkan obesitas tidak saja memberikan
dampak buruk bagi wanita. Pada pria terdapat hubungan kuat antara berat badan
meningkat dengan rendahnya produksi sperma serta disfungsi ereksi. Obesitas sangat
terkait dengan kemandulan pada pria. Sel-sel lemak memroduksi estrogen. Dan laki-laki
dengan sel lemak berlebih, lebih banyak menghasilkan estrogen dibandingkan pria
dengan berat badan normal. Jadi salah satu penyebab paling umum kemandulan pria
adalah produksi sperma yang abnormal (Sallmen M, dkk, 2006).
Kualitas pergerakan spermatozoa disebut baik bila 50% atau lebih spermatozoa
menunjukkan pergerakan yang sebagian besar adalah gerak yang cukup baik atau sangat
baik (grade II/III). ). Gradasi menurut W.H.O. untuk pergerakan spermatozoa adalah
sebagai berikut :
0 = spermatozoa tidak menunjukkan pergerakan, 1 = spermatozoa bergerak ke depan
dengan lambat, 2 = spermatozoa bergerak ke depan dengan cepat, 3 = spermatozoa
bergerak ke depan sangat cepat.
Hasil analisis bivariat dengan Odds Ratio (OR) terhadap obesitas didapatkan
OR sebesar 0.407 pada tingkat kepercayaan (CI)=95% dengan nilai batas bawah =
0.180 dan nilai batas atas = 0.922. Oleh karena nilai batas bawah dan batas atas tidak
mencakup nilai satu, maka nilai 0.407 dianggap bermakna secara statistik sehingga
kualitas sperma merupakan faktor risiko terhadap kejadian keterlambatan konsepsi
(Infertilitas) pasangan suami istri pada laki-laki.
Eksposur kerja dan lingkungan dapat mempengaruhi reproduksi. Paparan panas
dari mandi sauna sering, mengemudi kendaraan, tungku, dan mungkin bekerja di luar
rumah di musim panas dapat menyebabkan penurunan spermatogenesis. Gangguan
pertukaran panas testis dari obesitas dan varicoceles dapat menonjolkan efek. Paparan
bahan kimia di tempat kerja atau di tempat lain, terutama nematosida, organofosfat,
estrogen, benzena, dan pengelasan, seng, timah, kadmium, dan asap merkuri, mungkin
memiliki efek antispermatogenic. Berbagai obat sosial, termasuk tembakau, alkohol,
ganja, dan narkotika, berpotensi antispermatogenic.

Beberapa pecandu mengalami

kerusakan organ lain, seperti sirosis, yang selanjutnya dapat mengganggu fungsi testis
dalam melakukan proses spermatodenesis.

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ditemukan adanya risiko kejadian
keterlambatan konsepsi (infertilitas) pasangan suami istri pada laki-laki yang memiliki
kelainan alat reproduksi (Undecensus testis). Variabel riwayat PMS, riwayat konsumsi
alkoholl dan obesitas bermakna terhadap kejadian keterlambatan konseps (infertiltas)
pasangan suami istri pada laki-laki. Perlunya peningkatan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi bagi Pasutri terhadap besar risiko konsumsi alkohol yang
berdampak terhadap terjadinya keterlambatan konsepsi. Bagi pasutri yang memiliki
ketergantungan alkohol sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik
agar dapat berhenti total dari ketergantungan alkoholl. Mengingat obesitas merupakan
faktor risiko keterlambatan konsepsi, maka sebaiknya pasangan suami istri menerapkan
pola diet yang sehat dengan menjaga berat badan yang ideal.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Palu Utara Kota Palu
Tahun 2012
Kasus
Kontrol
Jumlah
Variabel
n
%
N
%
n
%
Umur
20 – 25
18
25,7
9
12,9
27
19,3
26 – 30
27
38,6
29
41,4
56
40,0
31 – 35
21
30,0
20
28,6
41
29,3
36 – 40
4
5,7
9
12,9
13
9,3
≥ 41
0
0
3
4,3
3
2,1
Lama Nikah
1–3
51
72,9
70
100
121
86,4
≥4
19
27,1
0
0
19
13,6
Lama Hubungan Seks
1–3
14
20,0
24
34,3
38
27,1
4–6
36
51,4
31
44,3
67
47,9
≥7
20
28,6
15
21,4
35
25,0
Tingkat Pendidikan
SD
0
0
2
2,9
2
1,4
SMP/Sederajat
1
1,4
7
10
8
5,7
SMA
39
55,7
34
48,6
73
52,1
Diploma
30
42,9
27
38,6
57
40,7
Pekerjaan
PNS/Polri
39
55,7
30
42,9
69
49,3
Peg.Swasta
23
32,9
23
32,9
46
32,9
Lain-lain
8
11,4
17
24,3
25
17,9
Jumlah Sperma
Buruk
23
32,9
21
30
44
31,4
Baik
47
67,1
49
70
96
68,6
Bentuk Sperma
Buruk
27
38,6
21
30
48
34,3
Baik
43
61,4
49
70
92
65,7
Pergerakan Sperma
Buruk
23
32,9
18
25,7
41
29,3
Baik
47
67,1
52
74,3
99
70,7

Tabel 2. Besar Risiko Kejadian keterlambatan konsepsi pada pasutri laki-laki di
Kecamatan Palu Utara Kota Palu Tahun 2012
Keterlambatan Konsepsi
Kasus
Kontrol
Variabel
OR
95% CI
n
%
n
%
Jumlah Testis
1 Testis
6
8,6
3
4,3
2,094
0,502-8,728
2 Testis
64
91,4
67 95,7
Riwayat PMS
Ya
32
45,7
8
11,4
6,526 2,724-15,635
Tidak
38
54,3
62 88,6
Konsumsi Alkohol
Ya
50
71,4
11 15,7
13,409 5,867-30,646
Tidak
20
28,6
59 84,3

p

0,301

0,000

0,000

Obesitas
Obesitas
Tidak obesitas
Kualitas Sperma
Buruk
Baik

44
26

62,9
37,1

27
43

38,6
61,4

48
22

68,6
31,4

59
11

84,3
15,7

2,685

0,407

1,361-5,337

0,004

0,180-0,922

0,029

Tabel 3. Hasil Uji Regresi Logistik yang Paling Berpengaruh Terhadap
Keterlambatan konsepsi pasutri pada laki-laki di kecamatan Palu Utara Kota
Palu 2012
95% CI
Variabel
B
S.E
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Riwayat
11,201
1
5,608
1,724 0,515
0,001
2,043
15,393
PMS
Riwayat
29,765
1
11,705
2,460 0,451
0,000
4,837
28,327
Alkohol
Obesitas
0,826 0,439 3,540
1
0,060
2,283
0,966
5,396
Constant
-1,907 0,395 23,364
1
0,008
0,149
y = -2,277
P = 0,55

DAFTAR PUSTAKA

Aflatoonia, A. (2009). The epidemiological and etiological aspects of infertility in Yazd
province of Iran. Iranian Journal of Reproductive Medicine 23 (7): 12-2
Ambara, P. (2005). Pengertian infertilitas. (online) diunduh 6 Maret 2012. Available
from
URL
HYPERLINK
http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2005/9/18/kel4.html
Baker, (2008). Clinical Management of Male Infertility, (online) diunduh 28 Januari
2012.
Available
from
URL
HYPERLINK
http://www.endotext.org/male/male7/maleframe7.htm
Cunningham, and Beagley, (2010). Male Genital Tract Chlamydial Infection:
Implications for Pathology and Infertility. Journal Biology of Reproduction
79(8) 180–189.
Effendi, A. (2008). Undescanded Testis Pada Bayi Baru Lahir Insidens Dan
Perkembangannya, (online) diunduh 26 Januari 2012. Available from URL:
HYPERLINK http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6185
Jarkko,
(2006). Moderate Alkoholl Consumption and Disorders of Human
Spermatogenesis. (online) diunduh 4 Maret 2012. Available from URL
HYPERLINK
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.15300277.1996.tb01648.x/abstract
Karmila, N. (2001). Infeksi Chlamydia Trachomatis. Skripsi tidak diterbitkan,
Universitas Sumatera Utara: Fakulas Kedokteran
Kurniawan, (2009). Infertilitas Pasutri. Artikel muslimah, (online) diunduh 3 Februari
2012. Available from URL HYPERLINK http://muslimah.or.id/kesehatanmuslimah/infertilitas-pasutri-1.html
Mendiola, dkk, 2008. Lifestyle factors and male infertility: an evidence-based
review,(online) diunduh 7 Maret 2012. Available from URL HYPERLINK
www.clevelandclinic.org/.../agradoc313.pdf…….
Ruby. (2007). Men’s body mass index and infertility. Journal of Human Reproduction,
22(9): 36-45
Sallmen M, dkk 2006. Reduced fertility among overweight and obese men.
Epidemiology
Scholtmeijer R.J & F.H. Schroder. (1996). Urologi untuk praktek umum, Jakarta: EGC.
Taher, A. 2008. Infertilitas Pada Pria; artikel, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, (online) diunduh 16 Februari 2012. Available from URL:
HYPERLINK http://www.asrihospital.com/
Widodo, (2009). Hubungan Antara Jumlah Leukosit dengan Motalitas Sperma Pada
Hasil Analisa Sperma Pasien Infertilitas di RSUP Dr Kariadi Semarang. Skripsi
tidak diterbitkan, Semarang: Fakultas Kedokteran Diponegoro.

Dokumen yang terkait