MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT ILMU FILSAFAT

MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT ILMU
FILSAFAT DAN PENGETAHUAN
Dosen Pengampu : Dr. H. Samsul Hadi, M.Pd
Disusun oleh :
Aji Bagus Khoiri

(13110139)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
JAWA TIMUR
2013/2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia Allah Swt, kami dapat
menyusun makalah berjudul Filsafat dan Pengetahuan. Semua ini tidak lepas dari
Rahman dan Rahim serta pertolongan-Nya, sehingga semua hambatan dan kendala
dalam penyusunan makalah ini dapat dilalui dengan mudah. Tak lupa shalawat serta
salam, selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing

umatnya dari kegelapan menuju masa yang ternag benderang.
Makalah ini, diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada para
mahasiswa yang ingin mempelajari Pengantar Filsafat Ilmu agar lebih mudah dalam
belajar bab Filsafat dan Pengetahuan. Karena Filsafat merupakan al penting dalam
kehidupan manusia.
Semoga makalah ini dapat membantu semua teman mahasiswa/i dalam
mempelajari dan memahami mata kuliah Pengantar Filsafat Ilmu. Wallahu a’lam
bis showab

Malang, Juni 2014

Penyusun

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1.


Latar belakang .................................................................................................. 1

1.2.

Rumusan Masalah ............................................................................................ 3

1.2.1.

Bagaimana kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan? ................................. 3

1.2.2.

Apa pengertian filsafat menurut para ahli? ................................................. 3

1.3.

Tujuan ................................................................................................................ 3

1.3.1.


Menjelaskan mengenai kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan. ............... 3

1.3.2.

Mengetahui pengertian filsafat menurut para ahli ...................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
2.1.

Kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan ........................................................ 4

2.1.1.

Pengertian Filsafat .................................................................................... 4

2.1.2.

Jenis Pengetahuan ..................................................................................... 4


2.1.3.

Jenis Agama ............................................................................................... 5

2.1.4.

Batas-batas pengetahuan.......................................................................... 5

2.1.5.

Filsafat di berbagai masyarakat .............................................................. 6

2.1.6.

Filsafat dalam Islam.................................................................................. 6

2.2.

Pengertian dan Definisi .................................................................................... 7


2.2.1.

Pengertian Filsafat menurut para ahli .................................................... 7

2.2.2.

Ciri berfikir filsafat................................................................................. 11

Kesimpulan ...................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 14

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada
permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh
pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan

dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain.
Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian
menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan
munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi
perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah
dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah
identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van
Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan
bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem
filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono
(1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi
dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh
mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari
batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti
metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama
semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya
memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu

pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh
karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa
ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan
1

taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya
dapat ditentukan.
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian
dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan
semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa
peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual
maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang
timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu
sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin
kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu
terapan atau praktis.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang
lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta
mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah
yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat

Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan
bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batasbatas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu
Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu
agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena
pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”,
maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat
pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek
sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama
diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi
eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini
didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang
berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu
atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.

2

Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat
dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu
tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip

ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997),
bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat
dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang
lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat
memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak
salah.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan?
1.2.2. Apa pengertian filsafat menurut para ahli?
1.3.Tujuan
1.3.1. Menjelaskan mengenai kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan.
1.3.2. Mengetahui pengertian filsafat menurut para ahli

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan
2.1.1. Pengertian Filsafat
Dalam studi-awal filsafat tentu masalah pertama yang harus

diselasaikan: apa itu filsafat? Dengan pertanyaan itu kita memasuki medan
filsafat, karena pertanyaan yang dimulai dengan apa merupakan pertanyaan
filsafat. Pertanyaan demikian dijawab dengan pengertian. Pengertian itu
dirumuskan dengan definisi. 1
Yang jelas, filsafat itu adalah pengetahuan. Filosof menyusun buah
pikirannya, membentuk suatu sistem pengetahuan, yang kita sebut filsafat
dari filosof itu.
2.1.2. Jenis Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki umat manusia dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu pengetahuan yang berasal dari manusia itu sendiri, dan yang
berasal dari luar manusia. Jenis pengetahuan yang kedua inilah yang
dianggap atau dipercaya berasal dari Pencipta Manusia dan Alam (yang oleh
orang beragama disebut Tuhan) diistilahkn wahyu. Golongan materialisme
tidak mempercayai adanya jenis pengetahuan kedua ini karena mereka tidak
mempercayai adanya Tuhan. Al-Kindi menyebut pengetahuan jenis pertama
itu pengetahuan Ilahi, yang dasarnya keyakinan dan jenis kedua:
pengetahuan, yang dasarnya pemikiran.
2.1.2.1. Tiga kategori pengetahuan
Pengetahuan manusia itu dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:


1



Pengetahuan indera



Pengetahuan Ilmu

Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang), 1973, hlm. 20.

4



Pengetahuan Filsafat

Pengetahuan adalah apa yang dikenal atau hasil pekerjaan tahu.
Hasil pekerjaan tahu ini. Dapat disimpulkan, semua milik atau isi
pikiran ialah pengetahuan.
a. Pengetahuan indra yaitu apa yang kita lihat, rasakan, sentuh,
cium. Pengalaman pancar indra ini melalui proses pemikiran
langsung menjadi pengetahuan.
b. Pengetahuan ilmu ialah hasil berfikir secara sistematis dan
mendalam, disertai riset dan eksperimen. Hasil berikir dan
berbuat dengan metode ini membentuk suatu pengetahuan.
c. Pengetahuan filsafat ialah pemikiran secara sistematik, radikal,
dan universal.
Ketiganya

dalam

bahasa

sehari-hari

dikenal

dengan

pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan filsafat.
2.1.3. Jenis Agama
Di samping pengetahuan manusia dan pengetahuan Tuhan, adapula
pengetahuan agama. Yaitu pengetahuan yang berintikan pengetahuan
Tuhan dan ulasan, keterangan, tafsiran, perincian yang berasal dari
pengetahuan manusia terhadap wahyu terebut.
Ada dua jenis agama yaitu agama budaya dan agama langit. Agama
budaya menurut ilmuwan barat lahir tar kebudayaan manusia, sedangkan
agama langit diwahyukan oleh Tuhan dari langit. Ajaran agama budaya
kebanyakan berisikan filsafat kemanusiaan. Sedangkan ajaran agama langit
diturunkan melalui wahyu.
2.1.4. Batas-batas pengetahuan
1. Pengetahuan indera: lapangannya segala sesuatu yang dapat
disentuh oleh pancaindera secara langsung; batasnya sampai
kepada segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh pancaindera.

5

2. Pengetahuan ilmu: lapangannya segala sesuatu yang dapat
diteliti (riset dan/atau eksperimen); batasnya sampai kepada
yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian;
3. Pengetahuan filsafat; segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh
budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi
(relative, terbatas); batasnya ialah batas alam, namun demikian
ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang di luar alam, yang
disebut oleh agama Tuhan.
2.1.5. Filsafat di berbagai masyarakat
Sebagai seorang yang beragama, kita harus mengatur perbuatan kita
agar sesuai dengan perintah agama, serta menjauhi larangan-Nya. Nilai baik
dan buruk itu diajarkan oleh agama kepada kita semua. Agama itu kita
warisi dari Rasul. Rasul memberikan pengertian, tafsiran, dan ulasan
tentang ajaran agama. Maka bagi jamaah agama, Rasul itu sesungguhnya
berfungsi sebagai filsuf.
Dalam masyarakat modern, filsufnya adalah ahlipikir yang
mengajarkan aliran faham, yang membentuk pandangan hidup dan sikap
hidup. Pandangan dunia dan sikap hidup itu mengendalikan laku-perbuatan
kita.
Dengan demikian jelaslah, bahwa filosof itu tidak harus menurut
gambaran tanggapan umum itu dan filsafat itu sesungguhnya berada
ditengah-tengah kita, dalam laku-perbuatan dan tindakan sehari-hari.
Kehidupan kita dikendalikan dan diarahkan oleh filsafat.
2.1.6. Filsafat dalam Islam
Akhirnya dalam memperkatakan kedudukan filsafat dalam
pengetahuan, timbul pula pertanyaan: Bagaimana kedudukan filsafat dalam
ajaran dan pengetahuan Islam.
Pengetahuan Islam terbagi dalam tiga kategori:

6

a. Pengetahuan murni dari Tuhan, diistilahkan dengan
wahyu, dikodifikasikan dalam bentuk Kitab Qur’an.
b. Pengetahuan Nabi/Rasul Tuhan yang berasaskan atau
lanjutan wahyu, diistilahkan Sunnah-Hadits Nabi.
c. Pengetahuan

ulama,

ilmuwan

yang

berasaskan,

berpedoman, berkaitan, dengan atau digerakkan oleh
wahyu dan Hadits Rasul, merupakan hasil ijtihad.
Dengan membahas kedudukan filsafat dalam pengetahuan,
mulailah kita berkenalan dengan dia. Tetapi perkenalan itu tidak
akan mantap, apabila kita tidak mengaji pengertiannya dan
merumuskan definisinya. Seperti pula perkenalan kita dengan
seseorang baru akan mantap, manakala kita tahu namanya dan
mengerti tentang Dia.
2.2. Pengertian dan Definisi
2.2.1. Pengertian Filsafat menurut para ahli
1. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur
murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat
adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan
yang berminat mencapai kebenaran yang asli). 2
2. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya
terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan
asas segala benda).
3. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli
pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan
tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk
mencapainya.
2

http://candrawesly.blogspot.com/2012/04/20-definisi-filsafat-menurut-para-ahli.html diakses
tanggal 25 Juni 2014

7

4. Ibnu Sina dalam pernyataannya yang terkenal menyatakan, Jiwa
berbeda dengan Jasad (The Soul si distinct krom The Brody). 3
5. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum
Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan
tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang
sebenarnya.
6. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir
Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan,
yaitu: Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh
metafisika); Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh
etika); Sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh
agama); Apa itu manusia ( dijawab olh Antropologi ).
7. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan:
Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai
dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak
dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu
filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan
yang universal.
8. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu
yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai
ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya
sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana
sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Yang menjadi persamaan dari semua para ahli tentang
filsafat yaitu sebuah ilmu untuk menyelidiki segala sesuatu
secara mendalam. Sedangkan perbedaannya adalah kalau
menurut plato dan Aristoteles filsafat adalah ilmu pengetahuan

3

Will Buckingham, The Philosophy Book, (London: DK Publishing), 2013, hlm. 7

8

untuk mengetahui nilai kebenaran tentang segala sesuatu.
Sedangkan menurut yang lainnya bahwa filsafat itu adalah ilmu
untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral
serta sistematis hakikat Tuhan, hakikat alam semesta, hakikat
manusia. Perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan konotasi
filsafat yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan
pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan
filsafat itu sendiri.
9. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai
Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum,
yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang
atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang
dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh
kenyataan.
10. Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat
(ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia
dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul
sekaliannya .
11. Notonegoro : Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya
dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang
disebut hakekat.
12. Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalamdalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan
tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa
yang penghabisan “.
13. Harold H. Titus (1979 ) : (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap
dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik
atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung
tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu
pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari
9

bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep
); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian
manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
14. Rene Descartes yaitu merupakan kumpulan segala pengetahuan,
di

mana

Tuhan,

alam

dan

penyelidikannya. Dalam bukunya

manusia

menjadi

pokok

De Homine Figures, dia

mempertanyakan eksistensi dirinya. Apakan itu suatu kebenaran
ataukah tidak. 4
15. Stephen R. Toulmin, menyatakan filsafat adalah Sebagai suatu
cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan
unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah
prosedur-prosedur

pengamatan,

pola-pola

perbinacangan,

metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapanpra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai
landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan
logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.
16. Prof. Mr.Mumahamd Yamin : Filsafat ialah pemusatan pikiran ,
sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam
kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
17. Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan
renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguhsungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis,
universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan
kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau
kebenaran yang sejati.
18. Bertrand Russel : Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengahtengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat
berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah
yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh,

4

Ibid, hlm. 118

10

tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik
perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas
wahyu.
19. Al Kindi, sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang
memberikan pengertian filsafat di kalangan umat Islam
membagi filsafat itu dalam tiga lapangan : Ilmu Fisika (al-ilmu
al-tabiyyat), merupakan tingkatan terendah;bIlmu Matematika
(al-ilmu al-riyadil), tingkatan tengah; Ilmu Ketuhanan (al-ilmu
ar-rububiyyat), tingkatan tertinggi.
20. Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep
mendasar. 5
Dari definisi para ahli di atas, filsafat dapat diartikan sebagai
sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai
hasil dari berfikir secara radikal, sistematis, dan universal.
2.2.2. Ciri berfikir filsafat6
1. Radikal berasal dari radix (bahasa Yunani), berarti akar. Berfikir
radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggungtanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir.
Berfikir itu tidak separuh-paruh, tidak berhenti di jalan, tapi terus
sampai ke ujungnya. Tidak ada tabu, tidak ada yang suci, tidak
ada yang terlarang bagi berfikir yang radikal itu.
2. Sistematis: berfikir sistematis ialah berfikir logis, yang bergerak
selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan
urutan yang bertanggungjawab dan saling hubungan yang
teratur.
3. Universal: yang umum, berfikir universal tidak berfikir khusus,
terbatas

5
6

pada

bagian-bagian

tertentu,

tapi

mencakup

Irmayanti Meliono, dkk, MPKT Modul 1, (Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI), 2007, hlm. 1.
Op.cit, hlm. 44.

11

keseluruhannya.

Yang

universal

ialah

yang

mengenai

keseluruhan. Berfikir tentang hujan misalnya, bukan terbatas
dengan kemarin atau yang ahri ini, tapi seluruh hujan. Berfkir
tentang manusia tidak hanya mengenai manusia Indonesia,
manusia Afrika, manusia Eropa, tapi manusia sebagai makhluk.
Lawan umum atau universal ialah khusus. Perkara yang khusus
masuk lapangan ilmu.

12

Kesimpulan

Jadi, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah sistem kebenaran
tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari berfikir secara
radikal, sistematis, dan universal. Pengertian ini merupakan kumpulan dari
pendapat para ahli mengenai filsafat.
Sedangkan

kedudukan

filsafat

dalam

pengetahuan

adalah

kedudukan filsafat dalam pengetahuan itu sendiri ialah filsafat bertugas
memberi landasan filosofis untuk minimal memahami berbagai konsep dan
teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk
membangun teori ilmiah.

13

Daftar Pustaka
buckingham, W. (2013). The Philosophy Book. London: DK Pubishing.
Gazalba, S. (1973). Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.
Meliono, I. (2007). MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penelitian FEUI.
Wesly, C. (2013, 04 02). Definisi Filsaafat menurut para ahli. Diambil kembali dari Blog
Xandra Wesly: http://candrawesly.blogspot.com/2012/04/20-definisi-filsafatmenurut-para-ahli.html

14