T1 802013099 Full text

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL
PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN
ABU HURAIRAH SALATIGA
Oleh
ADITIYA TRI PAMUNGKAS
802013099
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS PSIKOLOGI
SALATIGA
2017

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL
PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN
ABU HURAIRAH SALATIGA

Aditiya Tri Pamungkas

Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan
penyesuaian sosial pada remaja yang tinggal di panti asuhan. Dalam penelitian ini,
pengambilan data menggunakan metode kuantitatif dengan teknik korelasi Product
Moment dari Carl Pearson. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan
positif signifikan antara konsep diri dengan penyesuaian sosial pada remaja yang tinggal
di panti asuhan Abu Hurairah Salatiga. Skala konsep diri merupakan modifikasi dari
skala yang disusun oleh Julian Setiawan (2004) berdasarkan teori konsep diri dari
Grinder (1978), yaitu terdiri dari 4 aspek meliputi aspek fisik, psikis, moral dan sosial.
Skala ini terdiri dari 32 item dengan reliabilitas (α) 0,898. Skala penyesuaian sosial
merupakan modifikasi dari skala yang disusun oleh Wirtria Maharani (2007)

berdasarkan teori penyesuaian sosial remaja dari Hurlock (1999) dan skala ini memiliki
35 item dengan reliabilitas (α) 0,927. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 remaja
yang tinggal di panti asuhan Abu Hurairah Salatiga. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dan penyesuaian
sosial dengan hasil r = 0,658 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel konsep diri dan penyesuaian sosial memiliki sebaran data yang
berdistribusi normal.
Tabel 2.1 Uji Normalitas Alat Ukur
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KDX
N

PSY
50

50

91.94

103.78


10.860

13.033

Absolute

.141

.180

Positive

.141

.151

Negative

-.092


-.180

Kolmogorov-Smirnov Z

.998

1.275

Asymp. Sig. (2-tailed)

.272

.077

Normal Parameters

a

Mean

Std. Deviation

Most Extreme Differences

a. Test distribution is Normal.

B. Uji Linieritas
Uji linieritas menggunakan uji ANOVA yang menunjukan data konsep diri dan
penyesuaian sosial dengan F linearity sebesar 32,682 dan nilai signifikansi
sebesar 0,000 (p < 0,05), F deviation from linearity sebesar 0,797 dan nilai
signifikansi sebesar 0,712 (p > 0,05) maka hal ini dapat disimpulkan bahwa
variabel konsep diri dan penyesuaian sosial bersifat linier.

22

ANOVA Table
Sum of
Squares
PSY *


Between

KDX

Groups

Mean
df

Square

F

Sig.

(Combined)

5894.747

27


218.324

1.978

.053

Linearity

3606.676

1

3606.676

32.682

.000

2288.071


26

88.003

.797

.712

Within Groups

2427.833

22

110.356

Total

8322.580


49

Deviation from
Linearity

Uji Korelasi
Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui bahwa
data berdistribusi normal dengan nilai sig (p > 0,05) dan kedua variabel penelitian linier
(p > 0,05), maka uji korelasi yang dilakukan menggunakan Pearson Correlation
Product Moment. Berdasarkan hasil uji korelasi antara kedua variabel dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kedua variabel
yang dapat diartikan semakin tinggi konsep diri maka semakin tinggi pula penyesuian
sosialnya, begitupula sebaliknya semakin rendah konsep diri maka semakin rendah
penyesuaian sosial.
Tabel 3. Uji korelasi dengan Pearson Correlation Product Moment
Correlations
KDX
KDX


Pearson Correlation

PSY
1

Sig. (1-tailed)
N
PSY

Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

.658

**

.000

50

50

**

1

.658

.000
50

50

23

PEMBAHASAN
Hasil uji korelasi menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara
konsep diri dan penyesuaian sosial remaja yang tinggal di panti asuhan di mana r =
0,658 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi konsep diri maka semakin tinggi pula penyesuaian sosialnya dan semakin rendah
konsep diri maka semakin rendah pula penyesuaian sosial pada remaja yang tinggal di
panti asuhan. Sumbangan efektif konsep diri terhadap penyesuaian sosial yaitu sebesar
(0,658)2 x 100% = 43%. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, data menunjukkan bahwa
rata-rata partisipan penelitian memiliki konsep diri dalam kategori tinggi dan
penyesuaian sosial dalam kategori tinggi. Ini berarti jika individu memiliki konsep diri
yang baik maka ia juga mampu melakukan penyesuaian sosial dengan baik. Sebaliknya
jika individu memiliki konsep diri yang negatif maka ia juga kurang mampu melakukan
penyesuaian sosial dengan baik.
Dari data yang dihasilkan, rata-rata partisipan penelitian mendapatkan hasil
konsep diri pada kategori tinggi, dikarenakan latar belakang keluarga partisipan masih
sesuai dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat. Maksudnya para partisipan yang
tinggal di panti asuhan Abu Hurairah berasal dari keluarga yang kurang mampu secara
ekonomi, salah satu dari orang tua atau keduanya telah meninggal dan bukanlah anak
yang sengaja ditinggalkan oleh kedua orang tua mereka atau anak dari perselingkuhan
orang tua mereka. Selain itu pola pengasuhan yang dilakukan di dalam panti asuhan
merupakan pola autoritatif, yang memperbolehkan mereka untuk melakukan hal-hal
yang mereka senangi, berkegiatan diluar panti asuhan, bermain diluar lingkungan panti
setelah pulang sekolah. Oleh karena itu latar belakang keluarga yang masih sesuai

24

dengan norma dan nilai di masyarakat serta pola pengasuhan yang diterapkan oleh pihak
panti asuhan dapat mendorong subjek untuk mengembangkan konsep dirinya kearah
yang lebih positif. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Yengimolki, Kalantarkousheh,
Malekitabar (2015) yang menyatakan bahwa latar belakang keluarga dan pola
pengasuhan merupakan faktor yang mempengaruhi konsep diri.
Hasil dari data juga menunjukkan bahwa penyesuaian sosial partisipan tergolong
tinggi, dikarenakan jumlah penghuni panti asuhan yang cukup banyak dan masingmasing partisipan berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda serta memiliki
kepribadian yang berbeda pula. Sehingga mereka terbiasa melakukan sosialisasi dengan
banyak orang dan mereka mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial. Hal ini
sejalan dengan pendapat Hurlock (1999) yang menyatakan bahwa relasi sosial yang luas
akan menjadikan individu mampu mengerti dan melakukan apa yang diharapkan oleh
lingkungan,

sehingga

memudahkannya

untuk

menyesuaikan

dengan

keadaan

lingkungan.
Selain itu dalam penelitian Oktyavera, Siswati dan Sawitri (2009) yang meneliti
tentang hubungan kualitas kehidupan sekolah dengan penyesuaian sosial, menemukan
hasil bahwa kualitas kehidupan sekolah memberikan sumbangan 30,9% terhadap
penyesuaian sosial. Pendidikan yang bermutu berpeluang menciptakan penyesuaian
sosial yang baik bagi siswa. Kualifikasi sebagai sekolah akreditasi “A” tampaknya
merupakan jaminan bahwa segala sesuatu yang diberikan oleh sekolah kepada siswanya
adalah yang terbaik. Hal-hal yang diperoleh seorang siswa di sekolah, seperti ilmu
pengetahuan, hubungan dengan siswa lainnya di sekolah serta keberhasilan siswa dalam
kegiatan akademik dan kegiatan ekstrakulikuler akan memperkaya pengalaman siswa.

25

Pengalaman di sekolah mengambil peranan penting mengingat bahwa hampir seluruh
waktu seorang anak dihabiskan di bangku sekolah.
Hal ini berbeda dengan pernyataan dari Lukman (2000) yang menyatakan bahwa
remaja yang tinggal di panti asuhan berpotensi untuk memiliki konsep diri lebih rendah
daripada anak yang tinggal bersama keluarga inti dirumah. Hal tersebut dikarenakan
pada remaja yang tinggal di panti asuhan selain mengalami berbagai permasalahan
perkembangan, peran keluarga inti sebagai pembantu perkembangan yang utama telah
tergantikan oleh pengasuh panti yang belum tentu dapat mengikuti perkembangan setiap
anak didiknya.
Selain itu berbeda pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Velmurugan dan
Balakrishnan (2011), dengan judul A study on self concept of higher secondary students
in relation to social adjustment menunjukkan bahwa konsep diri tidak berpengaruh
signifikan terhadap penyesuaian sosial karena adanya faktor usia. Namun penelitian ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Soheila, Seyed Mohammad,
dan Alireza Malekitabar (2015), berjudul Self-Concept, Social Adjustment and
Academic Achievement of Persian Students menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang siginifikan antara konsep diri dengan penyesuaian sosial.
Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak semua remaja yang tinggal di panti
asuhan memiliki konsep diri yang rendah dan tidak dapat melakukan penyesuaian sosial
dengan baik. Seseorang yang mensyukuri kehidupannya dapat menerima berbagai aspek
dalam diri sehingga tidak ada permasalahan dengan kehidupan sosialnya. Menurut
Hurlock (1999) individu dengan penilaian positif terhadap dirinya akan menyukai dan
menerima keadaan dirinya sehingga akan mengembangkan rasa percaya diri, harga diri,

26

serta dapat melakukan interaksi sosial secara tepat. Rasa percaya diri dan harga diri
yang tumbuh seiring dengan adanya keyakinan terhadap kemampuan dirinya membuat
individu cenderung tampil lebih aktif dan terbuka dalam melakukan hubungan sosial
dengan orang lain.
Relasi sosial yang luas akan menjadikan individu mampu mengerti dan
melakukan apa yang diharapkan oleh lingkungan, sehingga memudahkannya untuk
menyesuaikan dengan keadaan lingkungan. Sebaliknya, individu dengan konsep diri
negatif adalah individu yang mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya, ia menilai
dirinya sebagai figur yang mengecewakan. Penilaian yang negatif terhadap diri sendiri
akan

mengarah

pada

penolakan

diri,

sehingga

individu

akan

cenderung

mengembangkan perasaan tidak mampu, rendah diri, dan kurang percaya diri. Individu
merasa tidak percaya diri ketika harus berpartisipasi dalam suatu aktivitas sosial dan
memulai hubungan baru dengan orang lain. Penolakan diri juga dapat memicu
munculnya sikap agresif dan perilaku negatif, sehingga individu menjadi tertutup dan
kurang tertarik untuk menjalin hubungan sosial dengan orang lain.
Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa konsep diri seseorang, yaitu cara
pandang dan penilaian individu pada dirinya sendiri akan berpengaruh terhadap
kehidupan sosial seseorang, terutama pada penyesuaian sosialnya. Konsep diri yang
positif cenderung menimbulkan perasaan yakin terhadap kemampuan diri, percaya diri
dan harga diri, sehingga akan membuat individu bersifat terbuka mudah dalam
melakukan relasi sosial. Konsep diri yang negatif cenderung akan menimbulkan
perasaan tidak mampu dan penolakan terhadap diri sendiri, sehingga akan menyulitkan
individu dalam relasi sosialnya.

27

KESIMPULAN
1.

Terdapat hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dan penyesuaian
sosial pada remaja yang tinggal di panti asuhan. Artinya semakin tinggi konsep diri
maka semakin tinggi pula penyesuaian sosial, begitu sebaliknya.

2.

Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa konsep diri memberikan sumbangan
sebesar 43% yang artinya 57% penyesuaian sosial remaja yang tinggal di panti
asuhan masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

3.

Sebagian partisipan (68%) memiliki konsep diri pada kategori tinggi dan
penyesuaian sosial (52 %) berada pada kategori tinggi.
SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan bagi pengurus dan remaja yang tinggal di panti
asuhan ialah:
a.

Pengurus panti asuhan senantiasa dapat menciptakan lingkungan psikologis yang
dapat mempertahankan terwujudnya konsep diri positif dan penyesuaian sosial
yang baik.

b.

Pengurus panti asuhan dapat memberikan kegiatan ataupun mengadakan seminar
yang dapat meningkatkan konsep diri maupun penyesuaian sosial remaja yang
tinggal di panti asuhan.

c.

Remaja yang tinggal di panti asuhan dapat mempertahankan penyesuaian sosial
yang baik dengan cara banyak mengikuti kegiatan-kegiatan di panti asuhan atau
ekstrakulikuler di sekolah dan kegiatan di luar lingkungan panti asuhan.

28

Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti bagi peneliti selanjutnya ialah:
1.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian yang sejenis
dengan memperluas ruang lingkup penelitian, seperti jumlah sampel penelitian
ditambah, serta dapat juga dibandingkan antara laki-laki dan perempuan.

2.

Peneliti juga dapat memperbaiki alat ukur terlebih untuk penggunaan bahasa yang
lebih mudah dipahami oleh partisipan penelitian dan mengkontrol variabel-variabel
sekunder lainnya.

29

Daftar Pustaka
Agustiani, H. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baron, A., & Byrne, D. (2002). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga.
Hadi, S. (2000). Metodologi research. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Hardy, Hayes, Malcom & Steve. (1988). Pengantar psikologi. Jakarta: Erlangga.
Hurock, E. (1999). Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.
Jakarta: Erlangga.
Lukman, M. (2000). Kemandirian anak asuh di panti asuhan yatim islam ditinjau dari
konsep diri dan kompetensi interpersonal. Jurnal Psikologika, 5(10), 57-73.
Octyavera, R., Siswati & Sawitri, D. (2009). Hubungan kualitas kehidupan sekolah
dengan penyesuaian sosial pada siswa SMA international islamic boarding
school republic of indonesia. Jurnal Psychoidea. ISSN 1692-1076.
Rakhmat. (2007). Psikologi komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Santoso, H. (2005). Disini matahariku terbit. Jakarta: PT Gramedia.
Schneiders, A. (1964). Personal adjustment and mental health. New York: Holt,
Rinehart & Winston.
Soeparwoto. (2004). Psikologi perkembangan. Semarang: UPT UNNES Press.
Velmurugan & Balakrishnan. (2011). A study on self concept of higher secondary
students in relation to social adjustment. International Journal of Current
Research, 3(11), 340-343.
Yengimolki, S., Mohammed & Malekitabar, A. (2015). Self-concept, social adjustment
and academic achievement of persian students. International Review of Social
Sciences and Humanities, 8(2), 50-60.