MengenalOperasiPasarTerbukadanFasilitasPendanaanBa.

Prakata
Sebagai salah satu upaya mewujudkan
transparansi dan memberikan pemahaman kepada
stakeholder mengenai tugas dan fungsi Bank
Indonesia, Direktorat Pengelolaan Moneter telah
merampungkan booklet ”Mengenal Operasi Pasar
Terbuka dan Fasilitas Pendanaan Bank Indonesia.”
Materi yang disajikan dalam booklet ini lebih
difokuskan
Indonesia

kepada
dalam

pelaksanaan
pengelolaan

tugas

Bank


moneter

dan

penyediaan fasilitas pendanaan bagi bank sesuai
dengan ketentuan yang berlaku saat ini.
Semoga

booklet

ini

bermanfaat

bagi

pembaca guna meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman serta memperluas wawasan mengenai
pelaksanaan pengendalian moneter oleh Bank
Indonesia.


Jakarta, Desember 2006
BANK INDONESIA
Direktorat Pengelolaan Moneter

1

Daftar Isi
Prakata _______________________________________ 1
Daftar Isi ______________________________________ 2
I. Pendahuluan _________________________________ 3
II. Kerangka Kebijakan ___________________________ 5
III. Operasi Pasar Terbuka_________________________ 7
1. Definisi OPT _______________________________ 7
2. Pencapaian Target OPT______________________ 7
3. Instrumen OPT_____________________________ 8
3.a.Instrumen OPT Regular __________________ 8
1) Penerbitan SBI ________________________ 9
2) FASBI ______________________________ 11
3) SWBI_______________________________ 12

4) RR-SUN ____________________________ 12
5) SBI-Repo ___________________________ 14
3.b. Instrumen OPT Non Regular ____________ 14
1) FTO________________________________ 14
2) Outright Jual/Beli SUN ________________ 15
3) Sterilisasi Penjualan/Pembelian Valas_____ 16
4. Peserta OPT ______________________________ 16
IV. Fasilitas Pendanaan__________________________ 17
1. FPJP ____________________________________ 17
2. FLI _____________________________________ 17
V. Sarana Pendukung OPT ______________________ 19
1. BI-SSSS __________________________________ 19
2. BI-RTGS _________________________________ 20
VI. Daftar Istilah _______________________________ 21

2

I. Pendahuluan
Sesuai amanat Undang-undang No. 23
tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana diubah dengan Undangundang No. 3 tahun 2004,
Bank
Indonesia mempunyai tujuan mencapai
dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Untuk
mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia memiliki
tugas

pokok,

yaitu:

(a)

menetapkan

dan

melaksanakan kebijakan moneter; (b) mengatur
dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan
(c) mengatur dan mengawasi bank.

Terkait pelaksanaan tugas pokok dalam
menetapkan
dan
melaksanakan
kebijakan
moneter, Bank Indonesia memiliki kewenangan
antara

lain

menetapkan

dan

menggunakan

instrumen moneter berupa tetapi tidak terbatas
pada; (i) operasi pasar terbuka, (ii) penetapan
tingkat


diskonto,

minimum,

dan

pembiayaan.

(iii)
(iv)

penetapan
pengaturan

giro

wajib

kredit


atau

Penggunaan instrumen di atas

dilakukan berdasarkan prinsip konvensional (sistem
bunga) maupun berdasarkan prinsip syariah (sistem
bagi hasil)
Pengendalian moneter melalui Operasi Pasar
Terbuka (OPT) adalah kegiatan transaksi di pasar
uang yang dilakukan Bank Indonesia dengan bank
atau pihak lain yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Kegiatan OPT terdiri dari: (a) OPT dalam
Rupiah,

meliputi

penerbitan

Sertifikat


Bank

Indonesia (SBI); jual beli surat berharga dalam
Rupiah antara lain SBI dan Surat Utang Negara

3

(SUN);

penyediaan

Indonesia

dalam

fasilitas

Rupiah

simpanan


(FASBI);

Bank

Fine

Tune

Operation (FTO); penitipan dana dengan prinsip
wadiah; (b) OPT dalam valuta asing yaitu jual beli
valuta asing terhadap Rupiah antara lain dalam
bentuk spot, forward dan swap.
Dengan kegiatan OPT tersebut,
Indonesia

mempengaruhi

likuiditas


Bank

perbankan

(melalui ekspansi dan kontraksi moneter) untuk
mencapai target operasional kebijakan moneter,
berupa

target

kuantitas

uang

primer

atau

komponennya, atau suku bunga pasar jangka
pendek.

Untuk mencapai sasaran-sasaran
moneter,

Bank

Indonesia

mempunyai

fungsi

sebagai lender of the last resort melalui pemberian
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
kepada

bank

untuk

mengatasi

kesulitan

pendanaan jangka pendek, yang dijamin dengan
agunan yang berkualitas tinggi dan mudah
dicairkan,

yang

selanjutnya

disebut

Fasilitas

Pendanaan Jangka Pendek (FPJP).
Dalam rangka membantu kelancaran sistem
pembayaran, Bank Indonesia menyediakan fasilitas
pendanaan intrahari berupa Fasilitas Likuiditas
Intrahari (FLI), untuk penyelesaian transaksi
pembayaran melalui sistem Bank Indonesia Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
Selanjutnya
untuk mendukung efektifitas, efisiensi

dan

kelancaran pelaksanaan pengelolaan moneter,
Bank Indonesia mengembangkan infrastruktur
pendukung lain berupa sarana Bank Indonesia
Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS).

4

II. Kerangka Kebijakan
Kerangka kebijakan moneter Bank
Indonesia sebelum Juli 2005 mengacu
kepada target uang primer. Kerangka
tersebut
cukup
efektif
untuk
menyerap

kembali

kelebihan

likuiditas

di

perbankan yang merupakan dampak dari bantuan
likuiditas Bank Indonesia, sebagai konsekuensi
fungsi Bank Indonesia sebagai lender of the last
resort.
Dalam perkembangannya, peran suku bunga
pada mekanisme transmisi kebijakan moneter
menjadi semakin penting dibandingkan dengan
uang primer, terutama dalam mempengaruhi
variabel ekonomi makro terutama inflasi. Hal ini
disebabkan oleh ketidakstabilan hubungan antara
uang

primer

dengan

tingkat

inflasi

dan

pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya, untuk mendukung efektifitas
transmisi kebijakan moneter secara lebih optimal,
dan

untuk

memperkuat

kerangka

moneter yang bersifat antisipatif

kebijakan

maka Bank

Indonesia menerapkan kebijakan moneter berbasis
suku bunga.
Kerangka kebijakan moneter yang baru,
yaitu inflation targeting framework (ITF) mulai di
implementasikan Bank Indonesia sejak Juli 2005.
Dengan ITF,

kerangka kerja kebijakan moneter

dilakukan secara transparan dan konsisten dalam
rangka mencapai sasaran inflasi beberapa tahun ke
depan yang ditetapkan dan diumumkan secara
eksplisit.

5

Guna mendukung optimalisasi pencapaian
sasaran

inflasi

tersebut,

Bank

Indonesia

menetapkan policy rate (BI-Rate) yang diumumkan
secara periodik kepada publik sebagai sinyal
kebijakan moneter untuk jangka waktu tertentu.
Perubahan BI-Rate mencerminkan respon bank
sentral
terhadap
perkembangan
kondisi
makroekonomi.

6

III. Operasi Pasar Terbuka
1. Definisi OPT
OPT adalah kegiatan transaksi
di pasar uang yang dilakukan
oleh Bank Indonesia dengan
bank dan pihak lain dalam
rangka

pengendalian

moneter.

Kegiatan

tersebut dapat bersifat kontraksi (menyerap
likuiditas
(menambah

perbankan)
likuiditas

maupun

ekspansi

perbankan).

OPT

dilakukan dengan tujuan untuk mencapai
target operasional kebijakan moneter dalam
rangka mendukung pencapaian sasaran akhir
kebijakan moneter Bank Indonesia.
Pelaksanaan OPT dapat dilakukan secara
regular/periodik maupun non regular (sewaktuwaktu apabila dipandang perlu dalam hal
terjadi gejolak suku bunga dan atau nilai
tukar).

2. Pencapaian Target OPT
Dalam pencapaian target OPT,
Bank Indonesia menggunakan dua
instrumen utama OPT, yaitu
penerbitan SBI dan FASBI.
Sebelum penerbitan SBI, Bank Indonesia
melakukan proyeksi secara mingguan terhadap
perubahan
likuiditas
perbankan
yang
dipengaruhi oleh autonomus factor (antara lain
perkembangan uang kartal dan rekening
pemerintah), dan volume instrumen OPT yang
jatuh waktu. Dari proyeksi tersebut diperoleh

7

gambaran

mengenai

posisi

likuiditas

perbankan yang akan diserap melalui kegiatan
OPT di minggu berikutnya.
Dalam menetapkan jumlah likuiditas
yang akan diserap, dipertimbangkan pula
perkembangan suku bunga pasar uang antar
bank (PUAB) dan excess reserve yang dipelihara
oleh bank.

3. Instrumen OPT
Instrumen
OPT
dikelompokkan
berdasarkan waktu pelaksanaan OPT yang
dapat dilakukan secara regular dan non
regular.

Piranti OPT

Penerbitan SBI
FASBI

Kontraksi
SWBI
Reverse Repo SUN

OPT
Regular

Ekspansi

OPT

Kontraksi

SBI Repo
Fine Tune Kontraksi
(FTK), Outright jual SUN
Sterilisasi/Intervensi
(jual USD/IDR)

OPT
Non Regular

Ekspansi

Fine Tune Ekspansi
(FTE), Outright Beli SUN
Sterilisasi/Intervensi
(beli USD/IDR)

3.a. Instrumen OPT Regular
Instrumen OPT regular terdiri dari
penerbitan

SBI,

FASBI,

dan

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
(SWBI), Reverse Repo SUN (RRSUN), dan
Repo).

8

SBI repurchase agreement (SBI-

1) Penerbitan SBI

SBI adalah surat berharga sebagai
pengakuan utang berjangka waktu
pendek dalam mata uang Rupiah yang
diterbitkan oleh Bank
dengan sistem diskonto.

Indonesia

SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless),
dan

seluruh

kepemilikan

maupun

transaksinya dicatat dalam sarana Bank
Indonesia BI-SSSS.
Pihak-pihak yang dapat memiliki SBI
adalah bank umum dan masyarakat.
Bank dapat membeli SBI di pasar
perdana sementara masyarakat hanya
diperbolehkan

membeli

di

pasar

sekunder.
Penerbitan

SBI

di

pasar

perdana

dilakukan dengan mekanisme lelang
pada setiap hari Rabu atau hari kerja
berikutnya (dalam hal hari dimaksud
adalah hari libur);
SBI diterbitkan dengan jangka waktu
(tenor) 1 bulan sampai dengan 12
bulan dengan satuan unit terkecil
sebesar

Rp1

juta.

Saat

ini

Bank

Indonesia menerbitkan SBI dengan
tenor 1 bulan dan 3 bulan.
Penerbitan SBI tenor 1 bulan dilakukan
secara mingguan sedangkan SBI tenor
3 bulan dilakukan secara triwulanan.
Peserta lelang SBI terdiri dari bank
umum dan pialang pasar uang Rupiah
dan Valas.

Metode lelang penerbitan

9

SBI dilakukan dengan menggunakan 2
(dua) cara yaitu: (1) Variable Rate
Tender (peserta lelang mengajukan
penawaran kuantitas dan tingkat
diskonto SBI), dan (2) Fixed Rate
Tender (peserta lelang mengajukan
penawaran kuantitas dengan tingkat
diskonto yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia).
Penawaran minimal pada lelang SBI di
pasar perdana ditetapkan sebesar Rp1
miliar dengan kelipatan Rp100 juta.
Bank
Indonesia
mengumumkan
rencana lelang SBI paling lambat pada
1 hari kerja sebelum hari pelaksanaan
lelang.
Bank

Indonesia

mengumumkan

pemenang lelang
pelaksanaan lelang.
Penyelesaian

SBI

transaksi

pada

hari

dilakukan

1

(satu) hari kerja berikutnya (one day
settlement) melalui sarana BI-SSSS
yang

terhubung

langsung

sistem BI-RTGS.
Contoh
simulasi

dengan

perhitungan

penetapan pemenang lelang SBI dalam
transaksi OPT regular :
PENETAPAN PEMENANG LELANG SBI 1 BULAN
METODE FIXED RATE TENDER

Diskonto: 7%

BANK PESERTA

BANK A
BANK B
BANK C
BANK D
BANK E

JUMLAH
PENAWARAN
1.000
1.000
2.000
2.500
1.500

AKUMULASI
PENAWARAN
1.000
2.000
4.000
6.500
8.000

TINGKAT
DISKONTO (%)
7,00
7,00
7,00
7,00
7,00

KETERANGAN
Menang
Menang
Menang
Menang
Menang

Penawaran kuantitas yang masuk dari setiap peserta lelang dinyatakan diterima sebagai
pemenang lelang, namun apabila dipandang perlu Bank Indonesia dapat menyesuaikan
kuantitas pemenang lelang.

10

PENETAPAN PEMENANG LELANG SBI 1 BULAN
METODE VARIABLE RATE TENDER
Target kuantitas lelang: 7.000
BANK PESERTA

JUMLAH
PENAWARAN

AKUMULASI
PENAWARAN

TINGKAT
DISKONTO (%)

1.000
500
2.000
1.000
500
3.000
2.000
1.500
1.000

1.000
1.500
3.500
4.500
5.000
8.000
10.000
11.500
12.500

7,000
7,125
7,250
7,375
7,500
7,625
7,625
7,750
8,000

BANK A
BANK B
BANK C
BANK D
BANK E
BANK F
BANK G
BANK H
BANK I

KETERANGAN
Menang
Menang
Menang
Menang
Menang
Menang Sebagian
Menang Sebagian
Tidak Menang
Tidak Menang

SOR Perhitungan Menang Sebagian:
Bank F=(3.000/5.000) x 2.000=1.200
Bank G=(2.000/5.000) x 2.000=800
RRT =

(1000x7%)+(500x7,125%)+(2000x7,25%)+(1000x3,75%)+(500x7,5%)+(2000x7,625%)
1000 + 500 + 2000 + 1000 + 500 + 2000

RRT =

7,35%

2) FASBI

FASBI

adalah

fasilitas

penempatan

dana milik bank umum dalam Rupiah
di Bank Indonesia.
FASBI disediakan secara harian oleh
Bank Indonesia dengan jangka waktu
penempatan dana bank antara 1 hari
(overnite) sampai dengan 14 hari.
Penempatan dana minimal pada FASBI
ditetapkan sebesar Rp1 miliar dengan
kelipatan Rp100 juta.
Tingkat

bunga

FASBI

ditetapkan

berdasarkan diskresi Bank Indonesia.
FASBI dilakukan tanpa warkat, dan
bukti

kepemilikan

tercatat

dalam

sarana BI-SSSS.
Penyelesaian transaksi FASBI dilakukan
pada hari yang sama (same day
settlement).

11

3) SWBI

SWBI

merupakan

pendukung

OPT

kontraksi
berupa

instrumen

dalam

rangka

moneter

secara

harian

penempatan

dana

jangka

pendek bank syariah di Bank Indonesia
berdasarkan prinsip wadiah.
SWBI berjangka waktu 7, 14 dan 28
hari.
Jumlah dana yang ditempatkan paling
kurang Rp500 juta dan selebihnya
dengan kelipatan Rp50 juta.
Bank Indonesia dapat memberikan
bonus

atas

SWBI

yang

besarnya

ditentukan berdasarkan diskresi Bank
Indonesia.
Penerbitan

SWBI

dilakukan

tanpa

warkat, dan bukti kepemilikan tercatat
dalam sarana BI-SSSS.
Penyelesaian

transaksi

dilaksanakan

pada hari yang sama (same day
settlement).
4) RR-SUN

RR-SUN

merupakan

transaksi

pembelian SUN milik Bank Indonesia
oleh bank dengan perjanjian untuk
menjual

kembali

kepada

Bank

Indonesia sesuai dengan harga dan
jangka waktu yang telah disepakati.
Jenis SUN yang digunakan dapat
berupa Obligasi Negara (ON) maupun
Surat Perbendaharaan Negara (SPN).

12

Transaksi RR-SUN dilakukan dengan
mekanisme lelang pada setiap hari
Rabu atau hari kerja berikutnya (dalam
hal hari dimaksud adalah hari libur).
Transaksi RR-SUN dilakukan dengan
jangka waktu (tenor) 1 bulan dan 3
bulan.
Peserta transaksi RR-SUN terdiri dari
bank umum dan pialang pasar uang
Rupiah dan valuta asing serta
perusahaan efek yang telah ditunjuk
oleh Departemen Keuangan untuk ikut
dalam lelang SUN di pasar perdana.
Metode

lelang

RR-SUN

dilakukan

dengan menggunakan 2 (dua) cara
yaitu: (1) Variable Rate Tender (peserta
lelang

mengajukan

penawaran

kuantitas dan Reverse Repo Rate/RRRate) dan (2) Fixed Rate Tender
(peserta

lelang

mengajukan

penawaran kuantitas dengan RR-Rate
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia).
Penawaran minimal pada lelang RRSUN ditetapkan sebesar Rp1 miliar
dengan kelipatan Rp100 juta.
Bank

Indonesia

mengumumkan

rencana transaksi RR-SUN paling
lambat pada 1 hari kerja sebelum
pelaksanaan lelang.
Bank
Indonesia
mengumumkan
pemenang lelang RR-SUN pada hari
pelaksanaan lelang.

13

Penyelesaian

transaksi

dilakukan

1

(satu) hari kerja berikutnya (one day
settlement) melalui sarana BI-SSSS
yang terhubung langsung dengan
sistem BI-RTGS.
5) SBI-Repo

SBI-Repo adalah transaksi penjualan
SBI secara bersyarat oleh bank kepada
Bank Indonesia dengan persyaratan
kewajiban pembelian kembali sesuai
dengan harga dan jangka waktu yang
disepakati.
Repo merupakan instrumen kebijakan
moneter yang bersifat ekspansif.
Saat

ini,

berharga

jumlah
milik

maksimal

bank

yang

surat
dapat

direpokan adalah 50% dari nilai SBI.
Penyelesaian transaksi Repo dilakukan
pada hari yang sama (same day
settlement).
3.b. Instrumen OPT Non Regular
Instrumen

OPT

non

regular

terdiri dari : Fine Tune Operation
(FTO)
meliputi
Fine
Tune
Ekspansi (FTE) dan Fine Tune Kontraksi (FTK);
Outright

beli/jual

SUN;

dan

sterilisasi

penjualan/pembelian valuta asing.
1) FTO

FTO adalah instrumen OPT untuk
menambah/mengurangi

likuiditas

secara jangka pendek dalam rangka

14

menstabilkan gejolak suku bunga di
PUAB.
FTO
hanya
digunakan
apabila
dipandang perlu (berdasarkan diskresi
Bank Indonesia).
Transaksi FTE dilakukan dengan
underlying surat berharga, yaitu SBI
dan SUN, sedangkan transaksi FTK
dilakukan melalui penempatan dana
bank di Bank Indonesia tanpa
underlying

surat

berharga

dengan

sistem diskonto.
Jangka waktu transaksi FTO maksimum
14 hari dihitung dari tanggal transaksi
sampai dengan tanggal jatuh waktu.
Transaksi FTO dilakukan dengan
mekanisme lelang melalui sarana BISSSS, dapat menggunakan metode
Fixed Rate Tender atau Variable Rate
Tender.
Setelmen FTO dilakukan segera setelah
Bank Indonesia mengumumkan hasil
lelang transaksi FTO melalui sarana BISSSS yang terhubung langsung dengan
sistem BI-RTGS pada tanggal transaksi
(same day settlement) dengan prinsip
Delivery Versus Payment (DVP).
2) Outright Jual/Beli SUN

Outright

jual/beli

SUN

adalah

instrumen kontraksi/ekspansi moneter
yang

bersifat

permanen

dengan

15

underlying berupa SUN yang berjangka
waktu lebih dari 1 tahun.
Transaksi dapat dilakukan dengan
mekanisme lelang atau non lelang.
3) Sterilisasi Penjualan/Pembelian Valuta
Asing

Adalah transaksi penjualan/pembelian
USD atau valas lainnya dengan
menggunakan

Rupiah

yang

dimaksudkan
untuk
mengurangi/
menambah jumlah Rupiah yang
beredar.

4. Peserta OPT
Peserta OPT terdiri dari bank, lembaga
perantara dan pihak lain yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
Lembaga perantara yang dimaksud antara
lain pialang pasar uang, pialang pasar
modal, dan primary dealer, sedangkan
yang dimaksud pihak lain adalah badan
hukum non bank, badan lainnya dan
perorangan.
Dilihat dari cara pengajuan penawaran,
peserta OPT dapat digolongkan sebagai
peserta langsung dan peserta tidak
langsung. Peserta langsung yaitu peserta
yang mengajukan penawaran langsung ke
Bank Indonesia, sedangkan peserta tidak
langsung
mengajukan
penawarannya
melalui lembaga perantara.

16

IV. Fasilitas Pendanaan
Dalam
pencapaian
Indonesia
pendanaan

rangka

mendukung

tujuannya,

Bank

menyediakan
fasilitas
bagi
bank
(baik

konvensional maupun syariah) yang terdiri dari FPJP
dan FLI.

1. FPJP
FPJP adalah fasilitas pendanaan jangka
pendek untuk bank yang mengalami
kesulitan pendanaan yang disebabkan oleh
terjadinya arus dana masuk yang lebih kecil
dibandingkan dengan arus dana keluar
(mismatch).
FPJP wajib dijamin dengan agunan milik
bank yang bersangkutan yang berkualitas
tinggi dan mudah dicairkan, saat ini
berupa SBI, SUN, dan SWBI.
Jangka waktu FPJP adalah 1 (satu) hari,
dan dapat diperpanjang secara berturutturut dengan jangka waktu FPJP
keseluruhannya maksimum 90 (sembilan
puluh) hari.
2. FLI
FLI adalah fasilitas pendanaan yang bersifat
intraday untuk mendukung kelancaran
sistem pembayaran sehingga tidak terjadi
kemacetan (gridlock) dalam sistem BIRTGS, yang harus dilunasi pada hari yang
sama dengan hari penggunaan.

17

Bank dapat memperoleh FLI baik dalam
rangka

menjaga

kelancaran

transaksi

dalam sistem BI-RTGS (FLI-RTGS) maupun
dalam rangka penyelesaian akhir kliring
debet (FLI-Kliring).
Bank dapat menggunakan FLI sepanjang
memiliki dan mengagunkan surat berharga
yang

berkualitas

tinggi

dan

mudah

dicairkan, saat ini berupa SBI, SUN dan
SWBI.
Pelunasan

FLI

yang

digunakan

bank

dilakukan secara otomatis oleh sistem BIRTGS setiap terdapat transaksi masuk
(incoming transaction) yang mengkredit
rekening Rupiah bank yang bersangkutan
di Bank Indonesia sampai dengan batas
waktu pelunasan FLI.
Terhadap nilai FLI yang tidak dapat dilunasi
diperlakukan sebagai FPJP.

18

V. Sarana Pendukung OPT
Dalam
kegiatan

mendukung
OPT

yang

efisien,
Bank
mengembangkan

pelaksanaan
efektif

dan

Indonesia
infrastruktur

pendukung berupa sarana BI-SSSS dan sistem BIRTGS.

1. BI-SSSS
BI-SSSS merupakan sarana transaksi
dengan
Bank
Indonesia
termasuk
penatausahaannya, dan penatausahaan
surat berharga secara elektronik yang
terhubung langsung antara peserta,
penyelenggara, dan sistem BI-RTGS.
BI-SSSS menggabungkan sistem transaksi
Bank
Indonesia
yang
mencakup
pelaksanaan OPT, pemberian fasilitas
pendanaan Bank Indonesia, transaksi SUN
untuk dan atas nama pemerintah dalam
satu sistem yang terintegrasi dan
terhubung langsung (on-line) antara Bank
Indonesia dengan para pelaku pasar.
BI-SSSS
juga
mempunyai
fungsi
pendukung dalam distribusi informasi dan
komunikasi dari dan ke penyelenggara
serta antar peserta.
Setelmen transaksi BI-SSSS surat berharga
di pasar perdana dan di pasar sekunder
dilakukan atas dasar prinsip DVP atas dasar
sistem setelmen gross to gross dan gross to
net.

19

2. BI-RTGS
Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem
setelmen berbasis gross dengan koneksi
elektronis on-line antar bank-bank dan
pihak selain bank (antara lain Kustodian
Sentral Efek Indonesia/KSEI) dengan Bank
Indonesia.
Sistem BI-RTGS adalah proses penyelesaian
akhir transaksi pembayaran yang dilakukan
per transaksi (individually processed/gross
settlement) dan bersifat real time
(electronically processed), dimana rekening
bank peserta dapat didebit/dikredit berkalikali dalam sehari sesuai dengan perintah
pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Dengan sistem BI-RTGS, originating bank
(initiating bank) mentransmisikan melalui
terminal RTGS di tempatnya transaksi
pembayaran ke pusat pengolahan sistem
RTGS (RTGS Central Computer/RCC) di
Bank Indonesia untuk proses setelmen dan
jika proses setelmen berhasil, transaksi
pembayaran akan diteruskan secara
otomatis
dan
elektronis
kepada
counterparty bank.
Sistem BI-RTGS mampu memenuhi
kebutuhan berbagai pihak terhadap
tersedianya mekanisme pembayaran yang
sangat cepat yang dibutuhkan oleh
transaksi yang mensyaratkan DVP seperti
transaksi jual beli saham dan securities
paper lainnya.

20

VI. Daftar Istilah
Delivery versus payment adalah setelmen
transaksi surat berharga melalui sarana BI-SSSS
yang dilakukan bersamaan dengan setelmen
dana di Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS.
Gross to gross adalah proses setelmen
dimana setelmen surat berharga dan setelmen
dana dilakukan berdasarkan transaksi per
transaksi.
Gross to net adalah proses setelmen dimana
setelmen surat berharga dilakukan secara
transaksi per transaksi sedangkan setelmen
dana dilakukan secara keseluruhan setelah
proses perhitungan transaksi jual beli surat
berharga (netting system).
Repurchase agreement (Repo) adalah
transaksi penjualan surat berharga secara
bersyarat

dengan

kewajiban

pembelian

kembali surat berharga dimaksud sesuai
dengan harga dan jangka waktu yang telah
disepakati.
Reverse repo adalah transaksi pembelian
bersyarat surat berharga oleh bank kepada
Bank Indonesia dengan kewajiban penjualan
kembali sesuai dengan harga dan jangka
waktu yang disepakati.
Stop

out

rate

adalah

tingkat

diskonto

tertinggi yang dihasilkan dari lelang dalam
rangka mencapai target kuantitas SBI yang
akan dijual Bank Indonesia.
Surat Utang Negara adalah surat berharga
yang berupa surat pengakuan utang dalam

21

mata uang Rupiah maupun valuta asing yang
dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh
Negara Republik Indonesia, sesuai dengan
masa
berlakunya,
terdiri
atas
Surat
Perbendaharaan Negara dan Obligasi Negara.
Transaksi forward adalah transaksi jual/beli
antara dua valuta dengan penyerahan dananya
dilakukan lebih dari dua hari kerja setelah
tanggal transaksi.
Transaksi

outright

adalah

transaksi

pembelian atau penjualan surat berharga
secara lepas atau putus tanpa kewajiban
untuk menjual atau membeli kembali.
Transaksi spot adalah transaksi jual/beli
antara dua valuta dengan penyerahan dananya
dilakukan dua hari kerja setelah tanggal
transaksi.
Transaksi swap adalah transaksi pertukaran
dua valuta melalui pembelian/penjualan tunai
(spot) dengan penjualan/pembelian kembali
secara berjangka (forward) yang dilakukan
secara simultan, dengan counterpart yang
sama dan pada tingkat harga yang dibuat dan
disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.
Uang primer adalah uang kertas dan uang
logam yang berada di luar Bank Indonesia
yang dimiliki oleh bank umum dan sektor
swasta serta simpanan giro bank umum dan
sektor swasta domestik (penduduk) pada Bank
Indonesia.

22

Dokumen yang terkait