ProdukHukum KoperasiUKM

BAB V
V I SI , M I SI DAN ST RAT EGI
K EM EN T ERI AN K OPERASI DAN U K M

A. SASARAN PEM BAN GU NAN EKON OM I K ABI N ET
I N DON ESI A BERSAT U
Kabinet Indonesia Bersatu yang dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia
Dr. Soesilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla telah
menetapkan sasaran pembangunan ekonomi untuk periode tahun 2005 – 2009,
antara lain:
1. Meningkatnya aktivitas perekonomian yang ditandai oleh pertumbuhan
ekonomi dari 4,1% pada tahun 2003 menjadi 7,6% pada tahun 2009.
2. Meningkatnya kesempatan kerja yang ditandai oleh turunnya angka
pengangguran terbuka dari 10,1% pada tahun 2003 menjadi 5,1% pada
tahun 2009.
3. Meningkatnya pendapatan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya
pendapatan per kapita dari USD 968 pada tahun 2003 menjadi USD 1731
pada tahun 2009.
4. Membaiknya perekonomian rakyat yang ditandai turunnya angka
kemiskinan dari 17,4% pada tahun 2003 menjadi sekitar 8,2% pada tahun
2009.

5. Membaiknya stabilitas perekonomian yang ditandai oleh laju inflasi yang
rendah dan terkendali, nilai tukar rupiah yang stabil, dan suku bunga SBI
yang menurun diikuti secara proporsional oleh suku bunga pinjaman
sehingga mendorong sektor riil untuk bergerak.
6. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatnya
mutu pendidikan, yang antara lain ditandai oleh: (a) menurunnya jumlah
penduduk yang buta huruf dari 10 persen pada tahun 2003 menjadi di
bawah 5 persen pada tahun 2009, dan (b) meningkatnya secara nyata
persentase penduduk yang dapat menyelesaikan program wajib belajar 9
tahun.
7. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
antara lain ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya
tingkat kematian bayi dan kematian ibu melahirkan.
8. Meningkatnya ketahanan pangan rakyat, yang antara lain ditandai oleh: (a)
perbaikan status gizi ibu dan anak pada golongan masyarakat yang rawan
pangan, dan (b) membaiknya akses rumah tangga golongan miskin
terhadap pangan.

29


9. Berkembangnya pendidikan vocational yang ditandai oleh meningkatnya
jumlah tenaga terampil.
10. Membaiknya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam di
perkotaan dan di pedesaan.
11. Membaiknya kondisi infrastruktur yang ditunjukkan oleh meningkatnya
kuantitas dan kualitas berbagai prasarana penunjang pembangunan.
12. Meningkatnya kesejahteraan dan kualitas masyarakat Indonesia yang
ditandai oleh membaiknya indeks pembangunan manusia (IPM), yang saat
ini berada pada peringkat 112 naik menjadi lebih baik daripada peringkat
91.
Sasaran pembangunan ekonomi di atas hanya dapat dicapai jika pemberdayaan
usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi dapat diwujudkan secara berkelanjutan
dan terstruktur, serta bersinergi dengan pembangunan sektor lainnya secara
dinamis. Menyadari posisi strategis pemberdayaan KUMKM, maka Kementerian
koperasi dan UKM sebagai bagian integral dari Kabinet Indonesia Bersatu berupaya
mewujudkan pemberdayaan KUMKM sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional dalam kerangka mencapai sasaran pembangunan Kabinet Indonesia
Bersatu.

B. V I SI K EM EN T ERI AN KOPERASI DAN U K M

Mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 09/M/2005 tanggal 31
Januari 2005 bahwa kedudukan Kementerian Koperasi dan UKM adalah unsur
pelaksana pemerintah dengan tugas membantu Presiden untuk mengkoordinasikan
perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pemberdayaan
Koperasi dan UMKM di Indonesia. Tugas Kementerian Koperasi dan UKM adalah
merumuskan kebijakan dan mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan serta pengendalian pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia.
Sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsinya Kementerian Koperasi dan UKM
telah menetapkan visi, yaitu :

Menjadi Lembaga Pemerintah yang kredibel dan efektif untuk
mendinamisasi pemberdayaan koperasi dan UMKM dalam rangka
meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian.

C. M I SI K EM EN T ERI AN KOPERASI DAN U K M
Rumusan misi Kementerian Koperasi dan UKM adalah:
Memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional melalui perumusan
kebijakan nasional; pengkoordinasian perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

30


kebijakan pemberdayaan di bidang koperasi dan UMKM; serta peningkatan sinergi
dan peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam rangka meningkatkan
produktivitas, daya saing dan kemandirian koperasi dan UMKM secara sistimatis,
berkelanjutan dan terintegrasi secara nasional

D. T U J UAN K EM EN T ERI AN KOPERASI DAN U K M
Tujuan Kementerian Koperasi dan UKM secara umum adalah menjadikan
KUMKM sebagai pelaku ekonomi utama dalam perekonomian nasional yang
berdaya saing. Tujuan Kementerian Koperasi dan UKM selama periode tahun
2005 – 2009 dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Mewujudkan kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan
memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya 70.000 (tujuh puluh ribu) unit
koperasi yang berkualitas usahanya dan 6.000.000 (enam juta) unit usaha
UMKM baru.
2. Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan usaha
koperasi dan UMKM pada berbagai tingkatan pemerintahan,
3. Meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian koperasi dan
UMKM di pasar dalam dan luar negeri,
4. Mengembangkan sinergi dan peran serta masyarakat dan dunia usaha

dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM,
5. Memberikan pelayanan publik yang berkualitas, cepat, tepat, transparan
dan akuntabel.

E. N I LAI -N I LAI K EM EN T ERI AN KOPERASI DAN
UKM
Dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuannya, Kementerian Koperasi dan
UKM bertekad melaksanakan nilai-nilai sebagai berikut: tata pemerintahan yang
baik, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, kerakyatan, kemartabatan,
kemandirian, keberlanjutan dan berwawasan lingkungan, serta semangat
desentralisasi. Kedelapan nilai ini diharapkan menjadi semangat dari pimpinan
dan pegawai Kementerian Koperasi dan UKM dalam memberdayakan KUMKM
di Indonesia.
Semangat tata pemerintahan yang baik, berarti seluruh jajaran Kementerian
Koperasi dan UKM berupaya menerapkan tata pemerintahan yang baik dalam
rangka memberikan layanan publik yang berkualitas, cepat, tepat, transparan dan
akuntabel, serta menerapkan prinsip partisipasi, efesiensi dan efektivitas dalam
pelaksanaan pemberdayaan Koperasi dan UMKM di Indonesia.

31


Semangat kebersamaan, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM
mengupayakan agar pemberdayaan KUMKM mampu menciptakan sinergi dari
pelaku ekonomi di Indonesia untuk mengembangkan potensi sumberdayanya dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan daya saing
perekonomian nasional. Pemberdayaan KUMKM harus disusun sebagai usaha
bersama dengan mengutamakan kemakmuran masyarakat yang berdasarkan pada
sistem ekonomi kemitraan.
Semangat efisiensi berkeadilan, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan
UKM mengupayakan agar pemberdayaan KUMKM harus dilaksanakan secara
efisien dan adil yang mampu menciptakan kesejahteraan dan keadilan bagi
masyarakat Indonesia serta memberikan kesempatan yang sama dalam berusaha
dan bekerja. Pemberdayaan KUMKM harus mampu menjadikan KUMKM sebagai
pelaku ekonomi yang menjunjung tinggi keadilan dan nilai-nilai moral, memiliki etika
usaha dan etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.
Semangat kerakyatan, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM
mengupayakan agar pemberdayaan KUMKM mampu mendorong dan sekaligus
menampung partisipasi dan untuk kepentingan rakyat banyak. KUMKM yang
merupakan bagian terbesar dalam perekonomian nasional harus diberikan peluang
dan peran yang lebih besar agar menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

Semangat kemartabatan, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM
mengupayakan agar kedaulatan ekonomi rakyat harus tetap dihormati dan tidak
boleh dijadikan obyek belas kasihan, namun harus benar-benar ditempatkan sebagai
pelaku dunia usaha yang unggul dan ditempatkan pada jalur utama dalam seluruh
sendi kehidupan ekonomi nasional.
Semangat kemandirian, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM
mengupayakan agar koperasi dan UMKM menjadi pelaku ekonomi yang tangguh,
mandiri, produktif, maju, berdaya saing dan berkesinambungan, sehingga mampu
sebagai pelaku ekonomi yang utama dalam perekonomian nasional.
Semangat berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, berarti seluruh jajaran
Kementerian Koperasi dan UKM mengupayakan agar pemberdayaan KUMKM harus
berkesinambungan yang berfokus pada peningkatan kemampuan daya saing dan
kemandirian KUMKM, serta mampu meningkatkan kualitas lingkungan hidup
masyarakat, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan persatuan nasional (UUD
Tahun 1945).
Semangat desentralisasi, yang berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi
dan UKM mengupayakan agar perencanaan dan pelaksanaan pemberdayaan
Koperasi dan UMKM sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi
KUMKM di setiap daerah, serta mendorong pemerintah daerah dapat


32

mendukung pemberdayaan Koperasi dan UMKM di daerahnya secara optimal
sesuai dengan semangat otonomi daerah.

F. ST RAT EGI
UMKM

PEM BERDAYAAN

KOPERASI

DAN

Untuk menjembatani sasaran pembangunan ekonomi nasional, visi dan misi
Kementerian Koperasi dan UKM dengan program-program pemberdayaan KUMKM
yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM, maka perlu
dijabarkan dalam bentuk strategi kebijakan sebagai berikut:

1 . St ra t e gi

K ondusif

Pe nge m ba nga n

Lingk unga n

U sa ha

Y a ng

Penumbuhan lingkungan usaha yang kondusif bagi pemberdayaan KUMKM pada
berbagai tingkatan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan daya saing KUMKM
di dalam dan luar negeri. Penumbuhan lingkungan usaha yang kondusif dilakukan
melalui penyelenggaraan sistem ekonomi kerakyatan memerlukan serangkaian
strategi kebijakan politik, hukum, ekonomi makro dan pembangunan daerah sebagai
prasyaratnya, yaitu:
a.

b.


c.

Kebijakan Redistribusi Sumberdaya Produktif
Kebijakan ini untuk mengoreksi berbagai ketimpangan dan
ketidakmerataan
penguasaan
sumberdaya
produktif
melalui:
peningkatan alokasi sumber-sumber penerimaan negara kepada
pemerintah daerah (sharing revenue), pembatasan penguasaan dan
redistribusi pemilikan lahan, penghapusan monopoli dan praktek
persaingan yang tidak sehat, dan pengembangan sistem jaminan sosial.
Kebijakan Penumbuhan Birokrasi Pemerintahan Yang Bersih dan Efektif
Birokrasi yang bersih, efisien dan efektif merupakan prasyarat
terwujudnya demokrasi ekonomi. Untuk itu, pengawasan dan
perencanaan pembangunan perlu dilakukan secara sistimatis,
berkelanjutan dan melibatkan peran serta masyarakat. Peningkatan
disiplin pengelolaan anggaran negara perlu terus ditingkatkan.
Kebijakan Ekonomi Makro

Kebijakan ekonomi makro pada masa mendatang harus diarahkan pada
upaya: (1) penciptaan mekanisme pasar yang berkeadilan dan
pengurangan distorsi pasar; (2) upaya penciptaan lapangan usaha dan
pekerjaan; (3) penyempurnaan kebijakan investasi, perdagangan dan
perubahan kebijakan industri agar lebih berorientasi pada pertanian,
industri pedesaan dan ekspor; (4) Pemberdayaan bank dan lembaga

33

d.

e.

keuangan dan/atau lembaga pembiayaan lainnya untuk membiayai
KUMKM; (5) penyederhanaan perijinan; (6) pengoptimalan kebijakan
fiskal dan moneter untuk pemberdayaan KUMKM; serta (7) peningkatan
peran pemerintah daerah dalam melaksanakan pemberdayaan KUMKM
dalam kerangka desentralisasi kebijakan dan otonomi daerah.
Kebijakan Pembangunan Daerah
Kebijakan pembanguan ekonomi daerah harus diupayakan pada
pemberdayaan KUMKM sebagai motor pengerak roda perekonomian daerah
melalui: (1) penyederhanaan perijinan, layanan publik dan insentif; (2)
pemberdayaan DPRD, LSM dan asosiasi PKM untuk melaksanakan proses
advokasi dan legislasi bagi usaha kecil, menengah dan koperasi; (3)
peningkatan akses KUMKM pada berbagai bidang usaha termasuk sebagai
rekanan kerja Pemerintah Daerah; dan (4) perumusan kebijakan iklim
berusaha yang kondusif dan dukungan perkuatan bagi KUMKM di daerah
yang bersangkutan.
Kebijakan Pengembangan Kemitraan Usaha Nasional
Kemitraan usaha merupakan kunci untuk mengembangkan daya saing
ekonomi nasional terutama KUMKM. Sistem kemitraan usaha KUMKM
dengan pelaku usaha lainnya akan mendorong perekonomian nasional
berkembang secara efisien dengan prinsip kebersamaan dan asas
kekeluargaan yang kokoh. Kemitraan usaha perlu dikembangkan sebagai
gerakan nasional pada masa mendatang.

2 . St ra t e gi Pe ningk a t a n Ak se s K U M K M K e Sum be rda ya
Produk t if
Rendahnya produktivitas KUMKM salah satunya akibat keterbatasan aksesnya
kepada sumberdaya produktif. Untuk itu, pemerintah dan dunia usaha perlu
mengembangkan sistem insentif agar KUMKM dapat mengakses sumberdaya
produktif untuk mengembangkan usaha dan daya saingnya. Peningkatan akses
KUMKM ke sumberdaya produktif ini bersifat selektif yang berfungsi sebagai
stimulan bagi KUMKM dan berperan mengoreksi ketidaksempurnaan pasar
sumberdaya produktif yang dihadapi KUMKM. Strategi kebijakan peningkatan daya
saing ini terdiri dari:
a.

34

Kebijakan Peningkatan Akses KUMKM Untuk Pembiayaan Usaha
Peningkatan akses KUMKM ke sumber-sumber pembiayaan dalam rangka
pengembangan usaha dilakukan melalui pengembangan kelembagaan dan
layanan lembaga keuangan mikro termasuk koperasi, lembaga keuangan
dan perbankan serta lembaga pembiayaan lainnya sebagai sistem yang
terintegrasi, yang mudah diakses oleh KUMKM serta membantu
restrukturisasi modal usaha KUMKM.

b.

c.

d.

e.

Kebijakan Peningkatan Penguasaan Pasar Bagi KUMKM
Penguasaan pasar merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing
KUMKM. Untuk itu, KUMKM perlu diberikan dukungan kemudahan untuk
mengakses informasi usaha, melaksanakan promosi, pengembangan
jaringan kerja, pencadangan lokasi usaha bagi KUMKM dan perlindungan
dari persaingan yang tidak sehat.
Kebijakan Peningkatan Penguasaan Teknologi Bagi KUMKM
Penguasaan teknologi akan menentukan kesinambungan daya saing
KUMKM dan sekaligus akan meningkatkan produktivitas dan kualitas
produk/jasa yang dihasilkan. Untuk itu perlu dikembangkan sistem insentif
bagi KUMKM untuk menerapkan teknologi tepat guna, sistem insentif untuk
standarisasi dan sertifikasi produk KUMKM, mengembangkan pusat-pusat
inovasi teknologi dan desain, serta meningkatkan kemitraan KUMKM dengan
institusi penelitian untuk penerapan teknologi secara optimal.
Kebijakan Pengembangan Sentra Bisnis KUMKM
Pendekatan sentra terbukti efektif untuk mengembangkan daya saing
KUMKM. Untuk itu, pendekatan sentra dijadikan salah satu program prioritas
dalam pemberdayaan KUMKM di Indonesia. Pengembangan sentra menjadi
klaster bisnis dilakukan melalui pemberian dukungan pembiayaan, dukungan
BDS, dukungan informasi usaha dan dukungan peningkatan kualitas SDM,
serta dukungan sarana dan infrastruktur dasar lainnya.
Kebijakan Pengembangan Pasar Jasa Pengembangan Usaha (BDS)
Pengembangan pasar BDS diharapkan akan mampu meningkatkan
kapasitas dan daya saing KUMKM secara mandiri melalui dukungan BDS
yang profesional. Untuk itu, pemerintah perlu mendorong berkembangnya
pasar BDS melalui sistem voucher dan peningkatan kualitas SDM penyedia
BDS.

3 . St ra t e gi Pe nge m ba nga n K e w ira usa ha a n da n K e unggula n
K om pe t it if U K M
Kewirausahaan merupakan faktor produksi terpenting dalam rangka
meningkatkan daya saing KUMKM dan daya saing ekonomi nasional. Strategi ini
bertujuan mewujudkan 6 juta unit usaha UMKM baru selama periode tahun 20052009 dan meningkatkan kewirausahaan dan daya saing KUMKM di Indonesia.
Untuk itu, pemerintah perlu mengembangkan strategi pengembangan
kewirausahaan di Indonesia pada masa mendatang, melalui kebijakan sebagai
berikut:
a. Kebijakan Pengembangan Unit usaha Baru
Pengembangan unit usaha baru diharapkan akan mampu menjadi sumber
pertumbuhan ekonomi dan penyedia lapangan kerja pada masa mendatang.
Untuk menunjang pertumbuhan dan daya tahan ekonomi nasional, maka
Indonesia memerlukan tambahan 20 juta orang wirausaha baru sampai
dengan tahun 2020. Selama periode 2005 - 2009 pemerintah mencanangkan

35

6 juta unit usaha UMKM baru yang berbasis pengetahuan dan teknologi.
Untuk itu, gerakan memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan
perlu terus ditingkatkan.
b. Kebijakan Sistem Insentif untuk Peningkatan Kewirausahaan KUMKM
Pengembangan sistem insentif untuk meningkatkan kewirausahaan KUMKM
melalui
berbagai
kegiatan
pelatihan,
penghargaan,
dukungan
pengembangan usaha dan sistem insentif lainnya. Peningkatan kompetensi
dan kualitas SDM KUMKM diharapkan akan mampu meningkatkan daya
saingnya secara berkelanjutan. Peningkatan SDM KUMKM ini ditempuh
melalui pengembangan kapasitas dan akreditasi lembaga-lembaga
pelatihan, voucher system, penerapan pendidikan nasional yang berbasis
kompetensi dan program sertifikasi SDM KUMKM, serta kemitraan KUMKM
dengan perguruan tinggi, pendidikan kejuruan dan lembaga swadaya
masyarakat.
c. Kebijakan Pemberdayaan KUMKM Yang Berkeunggulan Kompetitif
Pemberdayaan KUMKM yang berkeunggulan kompetitif yang berbasis
teknologi dan ekspor dilakukan melalui insentif perpajakan, kemudahan
memperoleh paten dan HAKI, sistem voucher, dukungan komersialisasi hasil
inovasi, dan fasilitasi kemitraan untuk pengembangan usahanya.

4 . St ra t e gi Pe nge m ba nga n K e le m ba ga a n K ope ra si
De nga n J a t idiri K ope ra si

Se sua i

Pengembangan koperasi sejati merupakan salah satu wahana untuk mewujudkan
adanya demokrasi ekonomi di Indonesia. Strategi ini bertujuan mewujudkan 70.000
unit koperasi yang berkualitas sampai dengan tahun 2009. Untuk itu, perlu upaya
menyempurnakan Undang-undang Perkoperasian, meningkatkan administrasi dan
pengawasan badan hukum koperasi, pemberian bimbingan dan kemudahan kepada
koperasi, serta perlindungan kepada koperasi, dan perlindungan publik terhadap
kegiatan usaha koperasi. Strategi pengembangan kelembagaan koperasi terdiri dari:
a. Kebijakan Peningkatan Administrasi dan Pengawasan Pemberian Badan
Hukum (BH) Koperasi
Kebijakan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan ketertataan dan
ketertiban administrasi pemberian badan hukum koperasi, serta pengawasan
pemberian badan hukum koperasi oleh daerah melalui tugas perbantuan,
dan pengawasan kegiatan koperasi untuk meningkatkan akuntabilitasnya.
b. Kebijakan Peningkatan Penerapan Jatidiri Koperasi
Penerapan jatidiri koperasi merupakan roh dari proses pengembangan
koperasi sejati, yang dilakukan melalui: pengembangan organisasi dan
manajemen koperasi, peningkatan kualitas keanggotaan koperasi,
penyempurnaan AD/ART koperasi dan pemberdayaan gerakan koperasi
agar mampu memperjuangkan kepentingan anggotanya.

36

c. Kebijakan Pengembangan Usaha Koperasi
Pengembangan usaha koperasi dilakukan melalui upaya pemantapan
identitas koperasi sebagai badan usaha yang berazaskan kekeluargaan,
pengembangan kerjasama usaha, pengembangan usaha koperasi yang
berbasis sumberdaya lokal dan peningkatan daya saing koperasi, serta
klasifikasi koperasi.
d. Kebijakan Perlindungan Kepada Koperasi
Tugas pemerintah dalam pengembangan koperasi adalah menumbuhkan
iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan
koperasi, memberikan perlindungan kepada koperasi melalui pemberian
kemudahan dan bimbingan dalam berusaha, serta melindungi publik dari
aktivitas koperasi yang merugikan masyarakat. Perlindungan kepada
koperasi dan publik ini memerlukan peran serta masyarakat, sehingga
diperlukan upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
kewirakoperasian.

5 . St ra t e gi Pe m be rda ya a n U sa ha M ik ro
Usaha mikro merupakan kelompok pelaku usaha terbesar (92%) di Indonesia
dengan karakteristik berpenghasilan rendah, bergerak di sektor informal dan
sebagian besar termasuk dalam kelompok keluarga miskin. Bahkan dalam sebagian
besar kasus, kelompok usaha mikro masih belum dapat memenuhi kebutuhan dasar
untuk hidup, seperti: gizi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Usaha mikro memiliki
karakteristik yang unik dan belum tentu dapat diberdayakan secara optimal melalui
mekanisme pasar yang bersaing. Untuk itu, pemberdayaan usaha mikro perlu
ditetapkan sebagai suatu strategi yang tersendiri. Strategi pemberdayaan usaha
mikro terdiri dari rangkaian kebijakan sebagai berikut:
a. Kebijakan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Melalui Program Subsidi Nasional
Negara berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi rakyatnya,
sehingga untuk kelompok ini dapat diberikan subsidi, baik untuk kebutuhan
pangan, pendidikan dan kesehatannya. Program subsidi perlu dikelola
secara sistimatis agar mampu memandirikan usaha mikro secara
berkelanjutan.
b. Kebijakan Perlindungan dan Kepastian Hukum Dalam Berusaha
Usaha mikro umumnya berusaha di sektor informal terutama di sektor
pertanian, perdagangan kaki lima, pengangkutan dan jasa lainnya. Untuk itu,
perlu upaya memberikan perlindungan dan kepastian hukum dalam
berusaha, pencadangan ruang publik untuk tempat berusaha bagi usaha
mikro, dan penyelarasan tata ruang dan wilayah dengan pemberdayaan
usaha mikro.
c. Kebijakan Pengembangan Pranata Kelembagaan Usaha Mikro
Dalam rangka meningkatkan daya tawar usaha mikro, maka usaha mikro
perlu diorganisasikan dalam kelompok usaha bersama, yang terus dibina

37

menjadi pra koperasi dan selanjutnya dikembangkan dalam wadah koperasi.
Pranata kelembagaan usaha mikro perlu memperoleh prioritas dalam upaya
mengembangkan usaha mikro.
d. Kebijakan Perluasan Akses Pembiayaan Bagi Usaha Mikro
Perluasan akses pembiayaan bagi usaha mikro dapat dilakukan melalui
pemberian dana bergulir bagi lembaga keuangan mikro dan koperasi,
pengembangan pola tanggung renteng, dan penyelesaian kredit program
pada masa lalu.
e. Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan Kerja
Pendidikan dan pelatihan ketrampilan kerja perlu diberikan kepada usaha
mikro dalam rangka meningkatkan daya saingnya. Pengembangan sekolah
kejuruan dan pendidikan berbasis kompetensi lokal perlu ditumbuhkembangkan pada sentra-sentra usaha mikro.
f. Kebijakan Pengembangan Industri Pedesaan
Pengembangan industri pedesaan diharapkan akan mampu mengalihkan
usaha mikro yang bergerak di bidang pertanian ke sektor lain yang lebih
produktif. Penataan kelembagaan dan penguatan sistem agribisnis serta
pembangunan infrastruktur pertanian akan memperkuat posisi usaha mikro
dan sekaligus mewujudkan ketahanan pangan.

6 . St ra t e gi Pe ningk a t a n Sine rgi da n Pa rt isipa si M a sya ra k a t
Sinergi dan peran serta masyarakat dalam pembangunan ekonomi merupakan
perwujudan dari demokrasi ekonomi. Strategi peningkatan sinergi dan partisipasi
masyarakat dilakukan dengan pendekatan:
a. Kebijakan Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan,
Pelaksanaan dan Evaluasi Pemberdayaan KUMKM.
Peningkatan partisipasi masyakat dapat dilakukan melalui pengembangan
forum lintas pelaku pada setiap daerah, peningkatan prakarsa masyarakat
dalam pengembangan sentra, dukungan penghargaan bagi masyarakat yang
terlibat aktif dalam pemberdayaan KUMKM, serta pengembangan
mekanisme pengaduan masyarakat yang mudah.
b. Kebijakan Peningkatan Kapasitas Institusi Pembina dan Dunia Usaha Untuk
Berpartisipasi Dalam pemberdayaan KUMKM.
Pemberdayaan KUMKM akan lebih berhasil jika terjadi sinergi pembangunan
antar instansi pembina. Untuk itu, perlu ditingkatkan koordinasi antar instansi
pembina, peningkatan kapasitas institusi pembina di pusat dan daerah
melaksanakan
pemberdayaan
KUMKM,
meningkatkan
anggaran
pemberdayaan KUMKM di setiap unit kerja, dan meningkatkan kapasitas
dunia usaha untuk memberdayakan KUMKM.
c. Kebijakan pengembangan kelembagaan UMKM
Kelembagaan UMKM berupa asosiasi atau serikat usaha UMKM serta
organisasi profesi perlu terus ditumbuhkembangkan dalam rangka

38

meningkatkan partisipasi UMKM dalam advokasi perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian pemberdayaan UMKM.
Peningkatan
peran Kadin dan asosiasi PKM yang ada perlu terus ditingkatkan untuk
mengadvokasi
kepentingan
KUMKM,
serta
memfasilitasi
dan
memberdayakan KUMKM anggotanya.

7 . St ra t e gi Pe ningk a t a n Pe la ya na n Publik
a. Kebijakan Perencanaan Pembangunan
Pengembangan perencanaan partisipatif dan peningkatan kualitas
perencanaan pembangunan menjadi titik tolak pelaksanaan pemberdayaan
koperasi dan UMKM yang sistimatis, berkelanjutan, partisipatif dan
terintegrasi secara nasional
b. Kebijakan Peningkatan Koordinasi
Koordinasi yang baik diharapkan akan mampu meningkatkan sinergi
potensi dan sumberdaya nasional untuk melaksanakan pemberdayaan
koperasi dan UMKM di Indonesia.
c. Kebijakan Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas
Peningkatan pengawasan pemberdayaan koperasi dan UMKM akan
meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan pemberdayaan koperasi dan UMKM sesuai dengan tata
pemerintahan yang baik.
d. Kebijakan Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan
Pengembangan sistem informasi pemberdayaan KUMKM diharapkan akan
meningkatkan perspektif yang benar dari masyarakat, dunia usaha dan instansi
pemerintah lain dalam melaksanakan pemberdayaan koperasi dan UMKM.
e. Kebijakan Pengembangan Riset KUMKM
Pengembangan riset KUMKM diarahkan untuk mendukung perumusan dan
mengevaluasi kebijakan agar kebijakan Kementerian Koperasi dan UKM sahih
secara akademik, politik, ekonomi, sosial dan buaya.

8 . St ra t e gi Pe ningk a t a n Apa ra t ur K e m e nt e ria n K ope ra si da n
UKM
a. Kebijakan Pengelolaan Aparatur Kementerian Koperasi dan UKM
Pengelolaan aparatur yang baik akan meningkatkan disiplin, kompetensi,
komitmen dan kinerja pegawai secara optimal.
b. Kebijakan Peningkatan Tata Kelola Kementerian Koperasi dan UKM
Tata kelola yang baik akan mendorong pembagian tugas yang lebih merata
dan meningkatkan kinerja pegawai secara optimal.
c. Kebijakan Peningkatan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana kerja yang memadai menjadi kunci pelaksanaan
tugas pegawai secara optimal.

39

BAB V I
SASARAN , I N I SI T I F ST RAT EJ I K
DAN PROGRAM PEM BAN GU N AN
K EM EN T ERI AN K OPERASI DAN U K M
A. SASARAN ST RAT EJ I K
Sasaran Stratejik yang ditetapkan Kementerian Koperasi dan UKM selama
periode tahun 2005 - 2009 disusun berdasarkan berbagai perspektif secara
berimbang, yang mencakup: perspektif pembelajaran dan pertumbuhan,
perspektif proses internal, perspektif analisis biaya dan manfaat. Perspektif
analisis biaya dan manfaat ini dapat dibedakan dalam tiga perspektif, yaitu:
perspektif biaya sosial yang rendah, perspektif manfaat pemberdayaan KUMKM
yang optimal, dan perspektif politik dalam pembangunan nasional.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Sumberdaya manusia menjadi kunci utama untuk mewujudkan visi, misi dan
tujuan Kementerian Koperasi dan UKM, dan sekaligus mewujudkan Kementerian
Koperasi dan UKM sebagai organisasi pembelajaran yang tumbuh dinamis.
Peningkatan kompetensi dan komitmen pegawai Kementerian Koperasi dan
UKM diyakini sebagai landasan untuk keberhasilan pemberdayaan koperasi dan
UMKM di Indonesia. Untuk itu, sasaran stratejik yang ditetapkan berkaitan
dengan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah:
Meningkatnya kompetensi dan komitmen jajaran Kementerian Koperasi dan
UKM dalam memberikan layanan kepada masyarakat dalam rangka
mendinamisasi pemberdayaan KUMKM di Indonesia.
Perspektif Proses Internal
Pembangunan
nasional
memerlukan
kepekaan
pemerintah
untuk
mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat khususnya
KUMKM dan merumuskan kebijakan secara terintegrasi dan akuntabel, yang
dapat diterima secara baik oleh masyarakat. Kementerian Koperasi dan UKM
berupaya memiliki lima kapabilitas sebagai berikut: (1) kemampuan
mengidentifikasi permasalahan KUMKM, (2) kemampuan merumuskan dan
memasyarakatkan kebijakan pemberdayaan KUMKM, (3) kemampuan untuk
bergerak cepat, responsif dan bertindak secara fleksibel, (4) kemampuan
berkoordinasi dengan lintas pelaku, dan (5) kemampuan meningkatkan
akuntabilitas dan pengawasan pemberdayaan KUMKM di Indonesia.

40

Sasaran Stratejik Kementerian Koperasi dan UKM selama periode tahun 20052009 dalam perspektif proses intern adalah:
1. Meningkatnya efektivitas pengkajian untuk perumusan dan evaluasi
kebijakan pemberdayaan KUMKM di Indonesia;
2. Meningkatnya
efektivitas
perencanaan,
pemantauan,
evaluasi,
pengendalian dan pelaporan pemberdayaan KUMKM di Indonesia;
3. Meningkatnya efektivitas dan kualitas pelayanan publik Kementerian
Koperasi dan UKM;
4. Meningkatnya efektivitas koordinasi perumusan kebijakan dan pelaksanaan
kebijakan pemberdayaan di bidang koperasi dan UMKM; dan
5. Meningkatnya efektivitas pengawasan dan akuntabilitas pemberdayaan
koperasi dan UMKM di Indonesia.
Perspektif Biaya Sosial
Spektrum pemberdayaan KUMKM bersifat sangat luas dan lintas sektoral
dengan keterbatasan anggaran pemerintah, sehingga peran serta masyarakat
menjadi kunci keberhasilan pemberdayaan KUMKM. Peran serta masyarakat
yang tinggi akan menjamin pelaksanaan pemberdayaan KUMKM sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, dan memiliki dampak biaya sosial yang terendah,
termasuk penggunaan anggaran belanja negara secara efisien. Untuk itu,
Kementerian Koperasi dan UKM menetapkan sasaran stratejik selama periode
tahun 2005 – 2009 dalam perspektif biaya sosial adalah:
1. Meningkatnya sinergi dan peran aktif masyarakat, dunia usaha dan instansi
pemerintah dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia; dan
2. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran belanja
negara untuk pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia.
Perspektif Manfaat Pemberdayaan KUMKM
Pemberdayaan KUMKM harus memberikan manfaat yang maksimal dan
berkelanjutan untuk pengembangan usaha koperasi dan UMKM di Indonesia
dengan fokus pada peningkatan produktivitas, daya saing dan kemandirian di
pasar dalam dan luar negeri. Dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya
saing dan kemandirian KUMKM, maka Kementerian Koperasi dan UKM
menetapkan sasaran stratejik selama periode tahun 2005 - 2009 sebagai berikut:
1. Terwujudnya lingkungan usaha yang kondusif bagi pemberdayaan usaha
koperasi dan UMKM pada berbagai tingkatan pemerintahan di Indonesia;
2. Meningkatnya produktivitas usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia;
3. Meningkatnya daya saing usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia;

41

4. Terwujudnya kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan
memfasilitasi berkembangnya 70.000 unit koperasi yang berkualitas
usahanya dengan klasifikasi A, B dan C.
5. Terwujudnya kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan
memfasilitasi tumbuhnya 6 (enam) juta unit usaha UMKM baru di Indonesia.
Perspektif Politik Dalam Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional merupakan salah satu wujud memenuhi janji politik
pemerintah kepada masyarakat pemilih untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan nasional, seperti: pengangguran, kemiskinan, ketimpangan sosial,
pertumbuhan ekonomi nasional dan lain-lain. Mengingat pemberdayaan koperasi
dan UMKM merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, maka
pemberdayaan KUMKM harus mampu memberikan kontribusi nyata untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan nasional dan sekaligus mewujudkan
sasaran Kabinet Indonesia Bersatu. Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM
menetapkan sasaran stratejik selama periode tahun 2005 - 2009 dalam
persepektif politik pembangunan nasional sebagai berikut:
1. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam pembentukan pertumbuhan
ekonomi nasional dan pembentukan ekspor nasional;
2. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam peningkatan daya saing dan daya
tahan ekonomi nasional;;
3. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam penyediaan kesempatan kerja bagi
lebih dari 10 juta orang;
4. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam penurunan angka kemiskinan; dan
5. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam peningkatan kesejahteraan dan
kualitas hidup masyarakat.

B. I N I SI AT I F ST RAT EJ I K
Inisiatif Stratejik merupakan program aksi yang bersifat stratejik dan
berkesinambungan untuk mewujudkan sasaran stratejik. Inisiatif stratejik terdiri
dari beberapa program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam beberapa periode
tahun anggaran secara berkelanjutan.
Sasaran stratejik yang terdapat dalam perspektif politik pembangunan nasional
merupakan hasil perwujudan berbagai sasaran stratejik di perspektif manfaat,
perspektif biaya sosial, perspektif proses internal dan perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan. Oleh karena itu, dalam perencanaan stratejik hanya
merumuskan inisiatif stratejik di empat perspektif: manfaat pemberdayaan
KUMKM, biaya sosial, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.

42

Inisiatif stratejik yang ditetapkan Kementerian Koperasi dan UKM selama periode
tahun 2005 –2009 dapat diikuti pada tabel 6.1.
Tabel 6.1
Sasaran dan Inisiatif Stratejik Kementerian koperasi dan UKM
Periode Tahun 2005 – 2009
Perspektif
Pembelajaran
dan
Pertumbuhan

1.

2.

Sasaran Stratejik
Meningkatnya
kompetensi
jajaran
Kementerian Koperasi dan UKM dalam
memberikan
layanan
kepada
masyarakat
dalam
rangka
mendinamisasi
pemberdayaan
KUMKM di Indonesia.
Meningkatnya
komitmen
jajaran
Kementerian Koperasi dan UKM dalam
memberikan
layanan
kepada
masyarakat.

1.
2.
3.
4.
1.

2.

3.

4.

5.

Inisiatif Stratejik
Pengembangan
kapabilitas
pejabat Eselon I, II, III dan IV
Pengembangan
kapabilitas
pegawai
Penyediaan sarana kerja yang
memadai
Penyediaan fasilitas informasi
Pengembangan
mindset
birokrasi yang efisien, efektif
dan pelayanan publik.
Pelaksanaan internalisasi visi,
misi, nilai, tujuan dan sasaran
Kementerian KUKM kepada
seluruh jajaran Kementerian
KUKM.
Pengaturan penugasan dan tata
kelola yang lebih adil dan
merata serta berbasis kinerja.
Pengembangan evaluasi kinerja
dan
sistem
penghargaan
pegawai yang berbasis kinerja.
Pengembangan tim kerja yang
dinamis

43

Lanjutan Tabel 6.1.
Perspektif
Proses Internal

1.

Sasaran Stratejik
Meningkatnya efektivitas pengkajian
untuk
perumusan
dan
evaluasi
kebijakan pemberdayaan KUMKM di
Indonesia;

1.

2.

2.

Meningkatnya efektivitas perencanaan,
pemantauan, evaluasi, pengendalian
dan pelaporan pemberdayaan KUMKM
di Indonesia;

1.

2.

3.

4.

3.

Meningkatnya efektivitas dan kualitas
pelayanan
publik
Kementerian
Koperasi dan UKM;

1.
2.
3.

4.

Meningkatnya efektivitas koordinasi
perumusan kebijakan dan pelaksanaan
kebijakan pemberdayaan di bidang
koperasi dan UMKM;

1.
2.
3.

4.

44

Inisiatif Stratejik
Peningkatan
efektivitas
pengkajian untuk perumusan
kebijakan
pemberdayaan
KUMKM,
Peningkatan
efektivitas
pengkajian
untuk
evaluasi
pelaksanaan
pemberdayaan
KUMKM.
Pengembangan
sistem
perencanaan
program
pemberdayaan KUMKM yang
terintegrasi, berkelanjutan dan
partisipatif,
Pengembangan
sistem
pemantauan
dan
evaluasi
(monev) yang efektif dan
berkelanjutan,
Pengembangan
sistem
informasi
pemberdayaan
KUMKM yang mudah diakses
publik, dan
Pengembangan database dan
pelaporan
pemberdayaan
KUMKM
Pengembangan
organisasi
lintas fungsional
Pengembangan
jejaring
informasi
Pemanfaatan
pengembangan
teknologi
Pengembangan
jejaring
organisasi
Pengembangan
forum
koordinasi lintas pelaku
Pengembangan
koordinasi
dengan pemerintah daerah dan
instansi pemerintah
Pengembangan
sistem
koordinasi perencanaan dan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Kementerian
Koperasi dan UKM.

Lanjutan Tabel 6.1.
Perspektif
Proses Internal

5.

Sasaran Stratejik
Meningkatnya efektivitas pengawasan
dan
akuntabilitas
pemberdayaan
KUMKM.

Biaya Sosial

1.

Meningkatnya sinergi dan peran aktif
masyarakat, dunia usaha dan instansi
pemerintah dalam pemberdayaan
koperasi dan UMKM di Indonesia;

2.

Meningkatnya efektivitas dan efisiensi
penggunaan anggaran belanja negara
untuk pemberdayaan koperasi dan
UMKM.

Inisiatif Stratejik
1. Pengembangan
sistem
pengawasan
pemberdayaan
KUMKM
2. Pengembangan
sistem
akuntabilitas
pelaksanaan
pemberdayaan KUMKM
3. Pengembangan jejaring kerja
dengan APIP di pusat dan
daerah
1. Pengembangan perspektif yang
benar mengenai pemberdayaan
KUMKM
kepada
instansi
pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat.
2. Peningkatan sinergi dan peran
aktif
masyarakat
dalam
perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi
pemberdayaan
KUMKM
3. Pengembangan kelembagaan
UMKM
1. Peningkatan
efisiensi
dan
efektivitas
penggunaan
anggaran sesuai ketentuan yang
berlaku, dan
2. Peningkatan
alokasi
APBN/APBD
untuk
pemberdayaan KUMKM

45

Lanjutan Tabel 6.1.
Perspektif
Manfaat
Pemberdayaan
KUMKM

1.

2.

3.

Sasaran Stratejik
Terwujudnya lingkungan usaha
yang
kondusif
bagi
pemberdayaan usaha koperasi
dan UMKM pada berbagai
tingkatan
pemerintahan
di
Indonesia;

1.
2.
3.

Meningkatnya
produktivitas
usaha
mikro,
kecil
dan
menengah di Indonesia;

1.

Meningkatnya daya saing usaha
mikro, kecil dan menengah di
Indonesia;

1.

2.

2.

3.
4.

5.

Terwujudnya
kondisi
yang
mampu
menstimulan,
mendinamisasi dan memfasilitasi
berkembangnya
70.000
unit
koperasi
yang
berkualitas
usahanya dengan klasifikasi A, B
dan C.

1.

Terwujudnya
kondisi
yang
mampu
menstimulan,
mendinamisasi dan memfasilitasi
tumbuhnya 6 (enam) juta unit
UMKM baru di Indonesia.

1.
2.

2.
3.

Inisiatif Stratejik
Penyempurnaan
peraturan
perundang-undangan,
Peningkatan kelancaran arus
barang dan jasa antar daerah,
Pengembangan
pelayanan
perijinan yang mudah, murah
dan cepat bagi KUMKM,
Pemberdayaan usaha skala
mikro,
Pengembangan
sistem
pendukung usaha bagi KUMKM
Pengembangan
keunggulan
kompetitif UKM,
Pengembangan sistem insentif
untuk memacu UKM berbasis
teknologi dan pengetahuan,
Pengembangan
kemitraan
usaha nasional
Peningkatan
kualitas
kelembagaan koperasi
Pemberdayaan usaha koperasi
Pengembangan
sistem
perlindungan kepada koperasi

Pengembangan kewirausahaan
Pengembangan sistem insentif
untuk tumbuhnya wirausaha
baru

C. I N DI K ATOR K I N ERJA
Sasaran stratejik dirumuskan untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan
Kementerian Koperasi dan UKM melalui berbagai inisiatif stratejik perlu
ditetapkan ukuran pencapaiannya. Ada dua ukuran untuk mengukur keberhasilan
pencapaian sasaran stratejik, yaitu: (1) ukuran hasil dan (2) ukuran pemacu
kinerja. Ukuran hasil digunakan untuk mengukur hasil, manfaat dan dampak
keberhasilan dari inisiatif stratejik dan program yang dilaksanakan untuk
mencapai sasaran stratejik yang ditetapkan. Ukuran pemacu kinerja adalah
ukuran yang menunjukkan penyebab dicapainya ukuran hasil, yang umumnya
berupa indikator keluaran dari inisiatif stratejik dan program pembangunan yang
dilaksanakan.
Indikator keberhasilan pencapaian sasaran stratejik yang ditetapkan
Kementerian Koperasi dan UKM pada akhir tahun 2009 dapat diikuti pada tabel
6.2.

46

Tabel 6.2.
Tabel Indikator Kinerja Stratejik
Sasaran Stratejik

Sasaran
Nasional

Indikator Kinerja Stratejik
Indikator Hasil dan
Indikator Keluaran
Dampak

Target

Target RPJM :

Pembangunan

Indeks
Pembangunan
Manusia

Menurunnya
jumlah
usaha mikro yang miskin

Peringkat 91 dari
peringkat
112
(2003)

Menurunnya angka
kemiskinan

KUMKM
menyerap
tambahan 10 juta orang
tenaga kerja

Angka
kemiskinan 8,2%

P3 Penyediaan
kesempatan kerja

Menurunnya angka
pengangguran
terbuka.

Meningkatnya investasi
dan
pembiayaan
KUMKM

Angka
pengangguran
terbuka 5,1%

P4 Peningkatan
daya
saing dan daya tahan
ekonomi nasional

Meningkatnya
pertumbuhan
ekonomi nasional
Meningkatnya
stabilitas ekonomi
makro: inflasi, nilai
tukar,
suku
bunga,dan sektor riil
dinamis.

Meningkatnya kontribusi
KUMKM
dalam
pertumbuhan PDB
Meningkatnya investasi
masyarakat/PNB
Meningkatnya
ekspor
non migas

Pertumbuhan
ekonomi
nasional
6,6%
per tahun
Investasi
masyarakat/
PNB 24,4%
Ekspor/PNB
8,7%
Inflasi, nilai tukar
dan suku bunga
terkendali 7,6%
atau 6% per
tahun

P5 Peningkatan kontribusi
KUMKM
dalam
perekonomian
nasional

Laju pertumbuhan
ekspor
KUMKM
lebih besar dari laju
PDBnya

Meningkatnya
ekspor KUMKM

Laju
ekspor
KUMKM > laju
PDB KUMKM

P1 Peningkatan
kesejahteraan
kualitas
masyarakat
P2 Penurunan
kemiskinan

dan
hidup

angka

nilai

47

Lanjutan Tabel 6.2
Sasaran Stratejik

Manfaat Pemberdayaan
UMKM
M1 Terwujudnya
lingkungan
usaha
yang kondusif bagi
KUMKM

48

Indikator Kinerja Stratejik
Indikator Hasil dan
Indikator Keluaran
Dampak

Target

Berkurangnya
peraturan
yang
menghambat
pemberdayaan
usaha
KUMKM
pada
berbagai
tingkatan
pemerintahan.

Penyempurnaan
UU
tentang Koperasi, UU
tentang UMKM, Evaluasi
berbagai
Perda
dan
pelaksanaannya.
Menurunnya
biaya
transaksi UMKM

Diundangkannya
UU
Koperasi,
UU
UMKM,
Penyempurnaan
peraturan yang
menghambat
pengembangan
UMKM.

Meningkatnya
kelancaran
arus
barang dan jasa.

Menurunnya
berbagai
pungutan biaya usaha
bagi
UMKM,
baik
sektoral dan daerah.

Meningkatnya
perdagangan
UMKM
antar
daerah/ negara

Meningkat
dan
meluasnya perijinan
yang mudah, murah
dan cepat, termasuk
perijinan satu atap
bagi KUMKM.

Meningkatnya
sosialisasi, monev dan
fasilitasi perijinan satu
atap kepada pemerintah
propinsi,
kabupaten/
kota.

100% Propinsi
75% Kab/Kota
menerapkan
perijinan
satu
atap.
Jumlah UMKM
formal tumbuh
5% per tahun.

Terbitnya kebijakan
ekonomi
dan
kebijakan
pemerintah daerah
yang pro KUMKM.

Meningkatnya perspektif
yang benar mengenai
pembangunan KUMKM
di instansi terkait.

Investasi UMKM
tumbuh 2% per
tahun

Lanjutan Tabel 6.2
Sasaran Stratejik
M2

Meningkatnya
produktivitas
usaha mikro, kecil
dan menengah

M3

Meningkatnya
daya saing UMKM

Indikator Kinerja Stratejik
Indikator Hasil dan
Indikator Keluaran
Dampak
Meningkatnya
PDB Meningkatnya kapasitas
per tenaga kerja
dan kualitas layanan
UMKM
pembiayaan kepada
Meningkatnya
PDB
usaha skala mikro.
per Unit Usaha Meningkatnya
akses
UMKM
UKM ke perbankan
dan
sumber
pembiayaan formal
lainnya.
Meningkatnya
akses
UMKM ke pasar
dalam
dan
luar
negeri
Meningkatnya
akses
UMKM ke sumber
informasi bisnis.
Meningkatnya
akses
UMKM
ke
sumberdaya alam.
Meningkatnya
pasar
jasa pengembangan
bisnis.
Berkembangnya sentra
UMKM
menjadi
klaster bisnis UMKM
Meningkatnya ekspor
UMKM
Meningkatnya
PDB
UMKM
Meningkatnya
kemitraan usaha
nasional

Meningkatnya jumlah
UMKM
yang
berbasis
teknologi
dan ekspor
Tersedianya
sistem
insentif
untuk
memacu wirausaha
berbasis
teknologi
dan pengetahuan
Adanya forum fasilitasi
kemitraan
usaha
antara
UMKM
dengan
BUMN,
usaha besar dan
asing yang berbasis
value chain.

Target
Meningkat
10%
dibandingkan
tahun 2004 (ADHK
2000).

Ekspor UMKM tumbuh 5% per
tahun
PDB
UMKM
tumbuh di atas
6% per tahun.
20% usaha besar
bermitra
dengan
KUMKM
berbasis value
chain
sesuai
rantai
pasokannya
70.000
unit
KUMKM
memiliki
kualifikasi
bermitra
dengan usaha
besar.

49

Lanjutan Tabel 6.2
Sasaran Stratejik

M4 Terwujudnya kondisi
yang
mampu
menstimulan,
mendinamisasi dan
memfasilitasi
berkembang-nya
70.000 unit koperasi
yang
berkualitas
usahanya
dengan
klasifikasi A, B dan
C.

M5 Terwujudnya kondisi
yang
mampu
menstimulan,
mendinamisasi dan
memfasilitasi
tumbuhnya 6 (enam)
juta unit UMKM baru
di Indonesia.

50

Indikator Kinerja Stratejik
Indikator Hasil
Indikator Keluaran
dan Dampak
Meningkatnya
Tertatanya administrasi
kualitas
dan
pengawasan
kelembagaan
pemberian
badan
dan
usaha
hukum koperasi.
koperasi.
Meningkatnya sosialisasi,
monev dan fasilitasi
bagi koperasi untuk
penerapan
jatidiri
koperasi.
Meningkatnya sosialisasi,
monev dan fasilitasi
pedoman
pemberdayaan usaha
koperasi.
Fasilitasi
pelatihan
140.000
orang
pengurus dan manajer
koperasi
Fasilitasi
100
Lapenkopda
Meningkatnya
Meningkatnya
perlindungan
pengawasan
usaha
kepada
koperasi
terutama
koperasi
dan
kegiatan
simpanperlindungan
pinjam
Meningkatnya sosialisasi
kepada anggota
dan
fasilitasi
dari
praktik
pengembangan
koperasi yang
kewirakoperasian
merugikan
masyarakat (anggota
masyarakat
koperasi).
Tumbuhnya 6 juta
UMKM baru

Meningkatnya
pelaksanaan
pemasyarakatan
kewirausahaan.
Tersedianya
sistem
insentif
untuk
menumbuhkan
wirausaha baru
Terlatih dan berperannya
2.000
motivator
kewirausahaan
Tersedianya
inkubator
bisnis, penyedia BDS
dan LKM di setiap
kabupaten/kota secara
memadai.
Tersedianya
sistem
insentif dan akreditasi
untuk lembaga diklat
kewirausahaan.

Target

70.000
unit
koperasi yang
berkualitas
usahanya
dengan
klasifikasi A,
B dan C

100%
Propinsi
dan
80%
Kabupaten/
Kota memiliki
sistem
perlindungan
hukum bagi
anggota
koperasi.

10.000 unit UKM
jasa
keuangan,
jasa
persewaan
dan
jasa
perusahaan.
100 unit usaha
menengah di
industri
pengolahan
yang
terkait
dengan UKM
agrobisnis,
dan 500.000
unit
industri
rumah tangga
dan kecil.

Lanjutan Tabel 6.2
Sasaran Stratejik

Minimalisasi
Biaya
Sosial
BS1 Meningkatnya
sinergi dan peran
aktif masyarakat,
dunia usaha dan
instansi pemerintah
dalam
pemberdayaan
koperasi dan UMKM
di Indonesia

BS2 Meningkatnya
efektivitas dan
efisiensi
penggunaan
anggaran belanja
negara untuk
pemberdayaan
koperasi dan UMKM
di Indonesia

Indikator Kinerja Stratejik
Indikator Hasil dan
Indikator Keluaran
Dampak
Meningkatnya peran
aktif
dunia
usaha,
masyarakat dan
instansi
terkait
untuk
pemberdayaan
KUMKM
di
Indonesia.

Meningkatnya
efisiensi
dan
efektivitas
penggunaan
APBN/APBD
untuk
pemberdayaan
KUMKM.

Meningkatnya
perencanaan,
pelaksanaan,
pemantauan
dan
evaluasi
pemberdayaan UMKM
yang
bersifat
partisipatif.
Meningkatnya koordinasi
dan fasilitasi dalam
rangka
peningkatan
kapasitas
kelembagaan instansi
pembina dan dunia
usaha
untuk
berpartisipasi dalam
pembangunan.
Fasilitasi forum lintas
pelaku
termasuk
MTAP di pusat dan
daerah.
Menstimulan
dan
memfasilitasi
berperannya
kelembagaan UMKM
(asosiasi,
Kadin)
untuk mengadvokasi
kepentingan UMKM.
Meningkatnya sosialisasi
dan koordinasi untuk
meningkatkan
efektivitas
alokasi
APBN/APBD
untuk
pemberdayaan
KUMKM.
Mengembangkan sistem
insentif alokasi dana
dekonsentrasi
yang
lebih adil dan berbasis
kinerja.

Target

Jumlah
alokasi
kredit perbankan
untuk
KUMKM
dalam
business
plan
meningkat
20% per tahun.
20% usaha besar
memiliki
keterkaitan usaha
dengan KUMKM.
80%
instansi
pemerintah
memiliki program
yang mendukung
pemberdayaan
usaha KUMKM.

Alokasi
APBN/APBD
meningkat
10%
per tahun.
Penyerapan
APBN/APBD
pemberdayaan
KUMKM
secara
efisien dan efektif.

51

Lanjutan Tabel 6.2
Sasaran Stratejik
Proses Internal
PI1 Meningkatnya
efektivitas
pengkajian untuk
perumusan dan
evaluasi kebijakan
pemberdayaan
KUMKM di
Indonesia.

PI2 Meningkatnya
efektivitas
perencanaan,
pemantauan,
evaluasi dan
pengendalian, serta
pelaporan
pembangu-nan
KUMKM di
Indonesia.

52

Indikator Kinerja Stratejik
Indikator Hasil
Indikator Keluaran
dan Dampak
Meningkatnya
kualitas
peraturan
perundangundangan dan
kebijakan
pemberdayaan
KUMKM sesuai
dengan
dinamika
kebutuhan
KUMKM.

Meningkatnya
efektivitas
perencanaan
pemberdayaan
KUMKM sesuai
dengan
dinamika
kebutuhan
KUMKM.

75%
kebijakan
Kementerian
didasarkan pada hasil
kajian.
50%
hasil
kajian
dijadikan dasar untuk
perumusan
dan
evaluasi
kebijakan
pemberdayaan
KUMKM di berbagai
tingkatan
pemerintahan.
Meningkatnya sosialisasi
hasil
kajian
pemberdayaan
KUMKM, dan mudah
diakses
oleh
masyarakat.
Tersedianya
sistem
perencanaan
program
pemberdayaan
KUMKM
yang
responsif
terhadap
kebutuhan KUMKM
dan potensi daerah.

Meningkatnya
efektivitas
sistem
pemantauan,
evaluasi
dan
pengendalian
pemberdayaan
KUMKM.

Tersedianya
sistem
pemantauan,
evaluasi
dan
pengendalian, serta
pelaporan
program
dekonsentrasi
pemberdayaan
KUMKM

Meningkatnya
kemudahan
akses
masyarakat
terhadap
informasi hasil
pelaksanaan
pembangu-nan
KUMKM.

Tersedianya
sistem
informasi
pemberdayaan
KUMKM yang mudah
diakses masyarakat,
yang
didukung
database
yang
mutakhir.

Target

50%
kebijakan
pemberdayaan
KUMKM
pada
berbagai tingkatan
pemerintahan
didasarkan pada
hasil kajian.

90% dari program
Kementerian
Koperasi
dan
UKM, serta 60%
program
pemberdayaan
KUMKM
yang
strategis di tingkat
propinsi,
kabupaten/kota
dapat diakses oleh
masyarakat
melalui internet.

Lanjutan Tabel 6.2
Sasaran Stratejik
Proses Internal
PI3 Meningkatnya
efektivitas dan
kualitas pelayanan
publik Kementerian
Koperasi dan UKM.

Indikator Kinerja Stratejik
Indikator Hasil dan
Indikator Keluaran
Dampak
Meningkatnya
kualitas
dan
kecepatan
pelayanan publik
Kementerian
Koperasi
dan
UKM.

PI4 Meningkatnya
efektivitas koordinasi
perumusan kebijakan
dan pelaksanaan
kebijakan
pemberdayaan di
bidang KUMKM.

Meningkatnya
koordinasi
perumusan
kebijakan
nasional
di
bidang KUMKM.
Meningkatnya sinergi
pemberdayaan
KUMKM
pada
setiap tingkatan
pemerintahan

PI5

Meningkatnya
efektivitas
pengawasan dan
akuntabilitas
pemberdayaan
KUMKM

Meningkatnya
efektivitas
pengawasan dan
akuntabilitas
pemberdayaan
KUMKM.

Adanya
struktur
organisasi dan tata
kerja yang berbasis
organisasi
lintas
fungsional.
Tersedianya
jejaring
informasi
yang
berbasis intranet di
lingkungan
Kementerian
Koperasi dan UKM.
Tersedianya teknologi
sarana kerja yang
mendukung
pelaksanaan tugas
jajaran Kementerian
Koperasi dan UKM
Efektifnya
forum
koordinasi
lintas
instansi dan lintas
pelaku.

Efektifnya
sistem
koordinasi
perencanaan,
pelaksanaan, dan
pengendalian
pembangu-nan
KUMKM
Efektifnya
sistem
pengawasan
pemberdayaan
KUMKM.
Efektifnya pelaksanaan
sistem akuntabilitas
pemberdayaan
KUMKM.
Efektifnya jejaring kerja
dengan APIP di
pusat dan daerah.

Target

Pengaduan
atau
keluhan
masyarakat
direspon
kurang
dari 1 minggu.

90% Propinsi dan
80%
Kabupaten/
Kota
memiliki
program
pemberdayaan
KUMKM
yang
sinkron
dengan
program
Kementerian
KUKM.

90%
program
pembangunan
Kementerian
KUKM
bernilai
sangat baik dalam
sistem AKIP, dan
10% bernilai baik.

53

Lanjutan Tabel 6.2
Sasaran Stratejik
Proses
Pembelajaran
dan Pertumbuhan
PP1 Meningkatnya
kompetensi jajaran
Kementerian
Koperasi dan UKM
dalam memberikan
layanan kepada
masyarakat dalam
rangka
mendinamisasi
pemberdayaan
KUMKM di Indonesia

PP2 Meningkatnya
komitmen jajaran
Kementerian
koperasi dan UKM
dalam memberikan
layanan kepada
masyarakat.

54

Indikator Kinerja Stratejik
Indikator Hasil dan
Indikator Keluaran
Dampak

Meningkatnya
produktivitas dan
kinerja
Kementerian
Koperasi
dan
UKM

Meningkatnya
kepuasan kerja
jajaran
Kementerian
Koperasi
dan
UKM

Adanya
diklat
untuk
pejabat eselon I, II, III
dan IV.
Adanya
diklat
untuk
pegawai Kementerian
KUKM.
Tersedianya sarana kerja
yang memadai.
Tersedianya
fasilitas
untuk
mengakses
informasi dan data,
seperti:
internet,
perpustakaan,
database, dll
Efektifnya pengembangan
mindset Birokrasi yang
efisien
dan
efektif
dalam
memberikan
layanan publik.
Terwujudnya internalisasi
visi, misi, tujuan dan
nilai-nilai Kementerian
Koperasi dan UKM.
Efektifnya
pengaturan
tugas dan tata kelola
yang lebih adil dan
merata ser