5. penaunikal vol21 no1 jurnal naty2
HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN
KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO
KABUPATEN TEGAL
Relationship Between Labor Premature Rupture of Membranes Asphyxia
Neonatorum In Incident With dr. Soeselo Hospitals Tegal
Natiqotul Fatkhiyah (STIKES Bhamada-Slawi)
Abstract
This was an analytic survey research is a study that tries to explore how and why health
phenomena that occur. While the approach used is a cross sectional approach is to
study the dynamics of correlation between risk factors with effects by way of approach,
observation or data collection as well as at some point. Bivariate analysis results
obtained with 2 2 count by 0.05 and db = 1, the obtained results 2 = 8.454 and
p = 0.004 for values count more 2> 3.481 and p value 35
Adakah
hubungan
dalam
penelitian
ini
108
42
tahun sebanyak 17 orang (15,7%).
terdiri dari 24 orang (28,2%) responden
Karakteristik responden berdasarkan
penelitian yang berstatus Tidak KPD
paritas diantaranya Primipara 37 orang
tetapi mengalami asfiksia sewaktu lahir
(34%), Multipara 71 orang (65,7%).
dan 61 orang (71,8%), responden tidak
Responden
yang
mengalami
Ketuban Pecah Dini sebanyak 23 orang
(21,3%) dan yang tidak mengalami
KPD ada 85 orang (78,7%). Sedangkan
responden yang bayinya mengalami
KPD
dan
juga
tidak
mengalami
asfiksia.
Hasil analisis bivariat dengan 2
diperoleh 2 hitung dengan 0,05 dan
db = 1, diperoleh hasil 2 = 8,454 dan
asfiksia sebanyak 38 orang (35,2%) dan
nilai p = 0,004 karena nilai 2 hitung
yang tidak mengalami Asfiksia ada 70
lebih > 3,481 dan nilai p < 0,05, maka
orang (64,8%)
Hipotesis kerja yang menyatakan ada
Tabel
menggambarkan
hubungan antara Ketuban Pecah Dini
hubungan antara Ketuban Pecah Dini
dengan kejadian Asfiksia diterima.
dengan Kejadian Asfiksia
Dengan demikian dapat disimpulkan
Tabel 1. Hubungan Persalinan KPD
dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum
di RSUD Dr. Soeselo Slawi tahun 2008
bahwa variabel Ketuban Pecah Dini
Kejadian
KPD
KPD
Tidak KPD
Total
1
berikut
Asfiksia
f %
14 60,9
24 28,2
38 35,2
Tidak
p
Total 2
Asfiksia
f
%
f %
9 39,1 23 100 8,45 0,004
61 71,8 85 100
70 64,8 108 100
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 1. dapat
diketahui bahwa
jumlah responden
yang mengalami KPD ada
23 orang
berhubungan secara signifikan dengan
Kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
sebagian
besar
responden
berumur 20-35 tahun yaitu ada 59
orang (54,6%), sedangkan umur >35
tahun ada 17 responden (15,7%) dan
yang berumur < 20 tahun ada 32 orang
(39,6%).
Umur
ibu
pada
saat
(21,3%) terdiri dari responden dengan
melahirkan adalah faktor risiko dalam
status KPD yang mengalami asfiksia
kehamilan dan persalinan. Umur < 20
ada 14 orang ( 60,9%) dan responden
tahun dan >35 tahun merupakan umur
dengan
tidak
diluar reproduksi sehat. Kehamilan dan
9 orang (
persalinan pada usia ini mempunyai
status
KPD
mengalami asfiksia ada
yang
Tidak
risiko dua kali lipat dibandingkan
mengalami KPD ada 85 orang (78,7%)
dengan kelompok usia reproduksi sehat
39,1%).
Responden
yang
43
(20-35 tahun) yang merupakan umur
karena
multipara
optimal untuk mendapatkan anak. Oleh
terjadinya kelainan letak janin dalam
karena immaturitas biologis dan belum
rahim seperti letak sungsang, karena
terdapat persiapan yang baik dari tubuh
multipara merupakan etiologi dari letak
untuk mempertahankan kehamilan serta
sungsang.
Ketuban
mempersiapkan persalinan yang cukup
kemungkinan
pecah
dini
atau
aman bagi janin maka umur < 20 tahun
spontaneous
merupakan faktor risiko. Begitu juga
Repture of The Membrance (PROM)
pada umur > 35 tahun dimana alat-alat
adalah pecahnya ketuban sebelum in
reproduksi serta kondisi fisik ibu sudah
partu, yaitu bila pembukaan pada primi
mengalami
dalam
kurang dari 3 cm dan pada multipara
menjalankan fungsinya sehingga dapat
kurang dari 5 cm. (Mochtar, 1998:
meningkatkan kemungkinan komplikasi
255). KPD sering kali menimbulkan
obstetri dan sosial yang menunjang
konsekuensi
terjadinya peningkatan angka kematian
mortalitas pada ibu dan bayi terutama
dan
kematian perinatal yang cukup tinggi.
kemunduran
kesakitan
perinatal
maupun
Sebelum
maternal yang tinggi.
Pada penelitian ini, diketahui
bahwa
sebagian
besar
responden
/
early
/
Premature
seperti morbilitas dan
kematian
janin
yang
dilahirkan akan mengalami asfiksia dan
jika
berlanjut
akan
mengalami
berstatus primipara yaitu ada 37 orang
kematian. Kematian perinatal yang
(34,3%) dan multipara ada 71 orang
cukup tinggi ini antara lain disebabkan
(65,7%), primipara yaitu responden
karena kematian akibat kurang bulan
yang baru pertama kali melahirkan
dan kejadian infeksi yang meningkat
seorang anak yang cukup besar untuk
karena partus tak maju, partus lama dan
hidup di dunia luar (mature atau
partus buatan yang sering dijumpai
premature) dan multipara adalah wanita
pada pengelolaan kasus KPD terutama
yang
pada pengelolaan konservatif (Mochtar,
telah
melahirkan
lebih
dari
seorang anak. Dalam penelitian ini
1998:
multipara
menunjukan
menduduki
persentase
256).
Hasil
ibu
penenelitian
bersalin
yang
terbanyak. Hal ini sesuai dengan teori
mengalami kejadian KPD sebanyak 23
yang menyatakan bahwa multipara
orang (21,3%).
merupakan salah satu etiologi KPD
44
adalah
bahwa variabel Ketuban Pecah Dini
suatu keadaan bagi bayi baru lahir yang
berhubungan secara signifikan dengan
gagal bernafas secara spontan dan
Kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir.
Asfiksia
neonatorum
Hasil ini sesuai dengan teori
teratur segera setelah lahir sehingga
dapat menurunkan O2 dan mungkin
bahwa
meningkatkan CO2 yang menimbulkan
sebelum aterm merupakan penyebab
akibat buruk dalam kehidupan lebih
asfiksia pada janin. Asfiksia pada bayi
lanjut. Adanya perubahan pertukaran
preterm adalah 30 % (Oxorn, 2003).
gas dan transport O2 selama kehamilan
Teori yang sama juga dikemukakan
dan
oleh
persalinan
mempengaruhi
Pecahnya
Mochtar
selaput
(1998:
ketuban
257)
yang
oksigenasi sel-sel tubuh mengakibatkan
menyebutkan bahwa pecahnya selaput
terjadinya
ketuban
gangguan
fungsi
sel.
menyebabkan
terbukanya
Penyebab asfiksia berasal dari faktor
hubungan intra uterin dengan ekstra
ibu,
plasenta.
Adanya
uterin,
iskemia
jaringan
mikroorganisme dengan mudah masuk
fungsional
dan menimbulkan infeksi intra partum
dan biokimia pada janin, faktor ini yang
apabila ibu sering diperiksa dalam,
berperan
asfiksia
infeksi puerpuralis, peritonitis, sepsis,
(Saefuddin, 2002: 348). Bayi yang
dan menyebabkan terjadinya asfiksia
mengalami asfiksia pada penelitian ini
pada
sebanyak 38 orang (35,2%) dan yang
merupakan salah satu komplikasi KPD
tidak mengalami Asfiksia ada 70 orang
(Mochtar, 1998: 258)
janin
hipoksia
dan
dan
menyebabkan
perubahan
pada
kejadian
diperoleh 2 hitung dengan 0,05 dan
db = 1, diperoleh hasil 2 = 8,454 dan
nilai p = 0,004 karena nilai 2 hitung
bayi
baru
demikian
lahir.
Asfiksia
Ketuban pecah pada kondisi
(64,8 %).
Hasil analisis bivariat dengan 2
dengan
kepala janin belum masuk panggul
mengikuti aliran air ketuban, akan
menjepit antara kepala dan dinding
panggul, keadaan sangat berbahaya
lebih > 3,481 dan nilai p < 0,05, maka
bagi janin. Dalam waktu singkat janin
Hipotesis kerja yang menyatakan ada
akan
hubungan antara Ketuban Pecah Dini
hingga
dengan kejadian Asfiksia diterima.
kandungan (IUFD), pada kondisi ini
Dengan demikian dapat disimpulkan
biasanya kehamilan segera di terminasi
mengalami
kematian
hipoksia,asfiksia
janin
dalam
45
bayi yang dilahirkan jauh sebelum
dan yang tidak mengalami KPD ada 85
aterm
orang (78,7%)
merupakan
terjadinya
calon
Respiratory
untuk
Distress
1. Responden
penelitian
yang
Sindroma (RDS). Hipoksia,asfiksia dan
mengalami asfiksia ada 38 orang
Asidosis berat yang terjadi sebagai
(35,2%)
akibat pertukaran oksigen dan karbon
mengalami asfiksia ada 70 orang
dioksida alveoli–kapiler tidak adekuat,
(64,8%)
terbukti berdampak sangat fatal pada
dan
yang
tidak
2. Ada hubungan yang bermakna
bayi, selain itu beberapa bayi yang
antara
mampu hidup setelah distress nafas
dengan Kejadian Asfiksia pada
yang berat dapat menderita gangguan
bayi baru lahir dengan nilai X2
pertumbuhan
sebesar 8,454 dan p = 0,004
dan
perkembangan.
Ketuban
Pecah
Dini
Menurut
Hacker(2001:
304)
pengurangan
cairan
pada
Selalu meningkatkan kualitas
persalinan ketuban pecah dini dapat
sumber Daya Manusia (SDM) tentang
menyebabkan kompresi tali pusat yang
pengetahuan dan ketrampilan yang
menimbulkan
berkaitan dengan pertolongan terhadap
ketuban
perlambatan
denyut
jantung janin sehingga janin mengalami
hipoksia dan berlanjut menjadi asfiksia
Saran
Ketuban Pecah Dini .
Selalu meningkatkan sarana dan
saat dilahirkan.
prasarana yang berhubungan dengan
KESIMPULAN DAN SARAN
kegawatdaruratan
Kesimpulan
disebabkan asfiksia mengingat asfiksia
Kesimpulan
hasil
penelitian
tentang hubungan Ketuban Pecah Dini
dengan kejadian Asfiksia di RSUD dr.
neonatal
yang
merupakan salah satu faktor yang bisa
mengakibatkan kematian perinatal.
Meningkatkan
pengetahuan
Soeselo Kabupaten Tegal tahun 2008
tentang faktor–faktor (ibu, janin dan
ini
hasil
plasenta) yang berpengaruh terhadap
pembahasan dan disesuaikan dengan
kejadian Asfiksia. Dianjurkan agar
tujuan penelitian yaitu sebagai berikut :
setiap bidan dibekali pengetahuan dan
dibuat
Responden
berdasarkan
penelitian
yang
mengalami KPD ada 23 orang (21,3%)
pelatihan
yang
berkaitan
tentang
penanganan Ketuban Pecah Dini dan
penanganan Asfiksia secara tepat, serta
46
pengetahuan
tentang
Penanganan
Neonatal Emergency Dasar (PONED).
yang
Oxorn, H. 1996. Ilmu Kebidanan
Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Jakarta:
Disarankan bagi peneliti lain
Yayasan Esensial Medika
akan
Rayburn, W. 2001. Obstetri Dan
Ginekologi. Jakarta: Widya
Medika
sejenis,
melakukan
untuk
penelitian
mengembangkan
penelitian ini lebih lanjut dengan
meneliti faktor-faktor (ibu, janin dan
plasenta) yang mempengaruhi kejadian
Asfiksia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Amore, http://myotherword.blogspot.com/2008/11/asfik
sia-neonatorum.html. 30 Mei Jam
20.30 WIB.
Sri Mawar Djaya, S.M. 2003. Penyakit
Penyebab Bayi Baru Lahir, Dan
Sistem Pelayanan Kesehatan
Yang Berkaitan Di Indonesia.
Soenarto, 2006. Audit Klinis di
Kabupaten Sleman, www.Dinkes
Sleman.co.id
Saifuddin, A. 2000. Buku Acuan
Nasional Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka.
Wiknjosastro, J. 2002. Ilmu
Kandungan. Jakarta: EGC
Dinkes, 2007. Profil Kesehatan
Kabupaten Tegal Tahun 2007
Wahyudi,
http://istikuma.wordpress.com/20
08/03/17/yang-terjadi-ketikaketuban -pecah-dini/. 30 Mei
2009. Jam 20.00 WIB.
Hacker, N.F, Morce J.D. 2001, Esensial
Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta:
Hipokrates
Scoott, James R. 2002. Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta : Widya
Medika.
Depkes, 2000. Profil Kesehatan
Keluarga. Jakarta: Depkes
Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan KB
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:
EGC
Manuaba, 2001. Kapita Selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi. Jakarta: EGC
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid
I. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
47
KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO
KABUPATEN TEGAL
Relationship Between Labor Premature Rupture of Membranes Asphyxia
Neonatorum In Incident With dr. Soeselo Hospitals Tegal
Natiqotul Fatkhiyah (STIKES Bhamada-Slawi)
Abstract
This was an analytic survey research is a study that tries to explore how and why health
phenomena that occur. While the approach used is a cross sectional approach is to
study the dynamics of correlation between risk factors with effects by way of approach,
observation or data collection as well as at some point. Bivariate analysis results
obtained with 2 2 count by 0.05 and db = 1, the obtained results 2 = 8.454 and
p = 0.004 for values count more 2> 3.481 and p value 35
Adakah
hubungan
dalam
penelitian
ini
108
42
tahun sebanyak 17 orang (15,7%).
terdiri dari 24 orang (28,2%) responden
Karakteristik responden berdasarkan
penelitian yang berstatus Tidak KPD
paritas diantaranya Primipara 37 orang
tetapi mengalami asfiksia sewaktu lahir
(34%), Multipara 71 orang (65,7%).
dan 61 orang (71,8%), responden tidak
Responden
yang
mengalami
Ketuban Pecah Dini sebanyak 23 orang
(21,3%) dan yang tidak mengalami
KPD ada 85 orang (78,7%). Sedangkan
responden yang bayinya mengalami
KPD
dan
juga
tidak
mengalami
asfiksia.
Hasil analisis bivariat dengan 2
diperoleh 2 hitung dengan 0,05 dan
db = 1, diperoleh hasil 2 = 8,454 dan
asfiksia sebanyak 38 orang (35,2%) dan
nilai p = 0,004 karena nilai 2 hitung
yang tidak mengalami Asfiksia ada 70
lebih > 3,481 dan nilai p < 0,05, maka
orang (64,8%)
Hipotesis kerja yang menyatakan ada
Tabel
menggambarkan
hubungan antara Ketuban Pecah Dini
hubungan antara Ketuban Pecah Dini
dengan kejadian Asfiksia diterima.
dengan Kejadian Asfiksia
Dengan demikian dapat disimpulkan
Tabel 1. Hubungan Persalinan KPD
dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum
di RSUD Dr. Soeselo Slawi tahun 2008
bahwa variabel Ketuban Pecah Dini
Kejadian
KPD
KPD
Tidak KPD
Total
1
berikut
Asfiksia
f %
14 60,9
24 28,2
38 35,2
Tidak
p
Total 2
Asfiksia
f
%
f %
9 39,1 23 100 8,45 0,004
61 71,8 85 100
70 64,8 108 100
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 1. dapat
diketahui bahwa
jumlah responden
yang mengalami KPD ada
23 orang
berhubungan secara signifikan dengan
Kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
sebagian
besar
responden
berumur 20-35 tahun yaitu ada 59
orang (54,6%), sedangkan umur >35
tahun ada 17 responden (15,7%) dan
yang berumur < 20 tahun ada 32 orang
(39,6%).
Umur
ibu
pada
saat
(21,3%) terdiri dari responden dengan
melahirkan adalah faktor risiko dalam
status KPD yang mengalami asfiksia
kehamilan dan persalinan. Umur < 20
ada 14 orang ( 60,9%) dan responden
tahun dan >35 tahun merupakan umur
dengan
tidak
diluar reproduksi sehat. Kehamilan dan
9 orang (
persalinan pada usia ini mempunyai
status
KPD
mengalami asfiksia ada
yang
Tidak
risiko dua kali lipat dibandingkan
mengalami KPD ada 85 orang (78,7%)
dengan kelompok usia reproduksi sehat
39,1%).
Responden
yang
43
(20-35 tahun) yang merupakan umur
karena
multipara
optimal untuk mendapatkan anak. Oleh
terjadinya kelainan letak janin dalam
karena immaturitas biologis dan belum
rahim seperti letak sungsang, karena
terdapat persiapan yang baik dari tubuh
multipara merupakan etiologi dari letak
untuk mempertahankan kehamilan serta
sungsang.
Ketuban
mempersiapkan persalinan yang cukup
kemungkinan
pecah
dini
atau
aman bagi janin maka umur < 20 tahun
spontaneous
merupakan faktor risiko. Begitu juga
Repture of The Membrance (PROM)
pada umur > 35 tahun dimana alat-alat
adalah pecahnya ketuban sebelum in
reproduksi serta kondisi fisik ibu sudah
partu, yaitu bila pembukaan pada primi
mengalami
dalam
kurang dari 3 cm dan pada multipara
menjalankan fungsinya sehingga dapat
kurang dari 5 cm. (Mochtar, 1998:
meningkatkan kemungkinan komplikasi
255). KPD sering kali menimbulkan
obstetri dan sosial yang menunjang
konsekuensi
terjadinya peningkatan angka kematian
mortalitas pada ibu dan bayi terutama
dan
kematian perinatal yang cukup tinggi.
kemunduran
kesakitan
perinatal
maupun
Sebelum
maternal yang tinggi.
Pada penelitian ini, diketahui
bahwa
sebagian
besar
responden
/
early
/
Premature
seperti morbilitas dan
kematian
janin
yang
dilahirkan akan mengalami asfiksia dan
jika
berlanjut
akan
mengalami
berstatus primipara yaitu ada 37 orang
kematian. Kematian perinatal yang
(34,3%) dan multipara ada 71 orang
cukup tinggi ini antara lain disebabkan
(65,7%), primipara yaitu responden
karena kematian akibat kurang bulan
yang baru pertama kali melahirkan
dan kejadian infeksi yang meningkat
seorang anak yang cukup besar untuk
karena partus tak maju, partus lama dan
hidup di dunia luar (mature atau
partus buatan yang sering dijumpai
premature) dan multipara adalah wanita
pada pengelolaan kasus KPD terutama
yang
pada pengelolaan konservatif (Mochtar,
telah
melahirkan
lebih
dari
seorang anak. Dalam penelitian ini
1998:
multipara
menunjukan
menduduki
persentase
256).
Hasil
ibu
penenelitian
bersalin
yang
terbanyak. Hal ini sesuai dengan teori
mengalami kejadian KPD sebanyak 23
yang menyatakan bahwa multipara
orang (21,3%).
merupakan salah satu etiologi KPD
44
adalah
bahwa variabel Ketuban Pecah Dini
suatu keadaan bagi bayi baru lahir yang
berhubungan secara signifikan dengan
gagal bernafas secara spontan dan
Kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir.
Asfiksia
neonatorum
Hasil ini sesuai dengan teori
teratur segera setelah lahir sehingga
dapat menurunkan O2 dan mungkin
bahwa
meningkatkan CO2 yang menimbulkan
sebelum aterm merupakan penyebab
akibat buruk dalam kehidupan lebih
asfiksia pada janin. Asfiksia pada bayi
lanjut. Adanya perubahan pertukaran
preterm adalah 30 % (Oxorn, 2003).
gas dan transport O2 selama kehamilan
Teori yang sama juga dikemukakan
dan
oleh
persalinan
mempengaruhi
Pecahnya
Mochtar
selaput
(1998:
ketuban
257)
yang
oksigenasi sel-sel tubuh mengakibatkan
menyebutkan bahwa pecahnya selaput
terjadinya
ketuban
gangguan
fungsi
sel.
menyebabkan
terbukanya
Penyebab asfiksia berasal dari faktor
hubungan intra uterin dengan ekstra
ibu,
plasenta.
Adanya
uterin,
iskemia
jaringan
mikroorganisme dengan mudah masuk
fungsional
dan menimbulkan infeksi intra partum
dan biokimia pada janin, faktor ini yang
apabila ibu sering diperiksa dalam,
berperan
asfiksia
infeksi puerpuralis, peritonitis, sepsis,
(Saefuddin, 2002: 348). Bayi yang
dan menyebabkan terjadinya asfiksia
mengalami asfiksia pada penelitian ini
pada
sebanyak 38 orang (35,2%) dan yang
merupakan salah satu komplikasi KPD
tidak mengalami Asfiksia ada 70 orang
(Mochtar, 1998: 258)
janin
hipoksia
dan
dan
menyebabkan
perubahan
pada
kejadian
diperoleh 2 hitung dengan 0,05 dan
db = 1, diperoleh hasil 2 = 8,454 dan
nilai p = 0,004 karena nilai 2 hitung
bayi
baru
demikian
lahir.
Asfiksia
Ketuban pecah pada kondisi
(64,8 %).
Hasil analisis bivariat dengan 2
dengan
kepala janin belum masuk panggul
mengikuti aliran air ketuban, akan
menjepit antara kepala dan dinding
panggul, keadaan sangat berbahaya
lebih > 3,481 dan nilai p < 0,05, maka
bagi janin. Dalam waktu singkat janin
Hipotesis kerja yang menyatakan ada
akan
hubungan antara Ketuban Pecah Dini
hingga
dengan kejadian Asfiksia diterima.
kandungan (IUFD), pada kondisi ini
Dengan demikian dapat disimpulkan
biasanya kehamilan segera di terminasi
mengalami
kematian
hipoksia,asfiksia
janin
dalam
45
bayi yang dilahirkan jauh sebelum
dan yang tidak mengalami KPD ada 85
aterm
orang (78,7%)
merupakan
terjadinya
calon
Respiratory
untuk
Distress
1. Responden
penelitian
yang
Sindroma (RDS). Hipoksia,asfiksia dan
mengalami asfiksia ada 38 orang
Asidosis berat yang terjadi sebagai
(35,2%)
akibat pertukaran oksigen dan karbon
mengalami asfiksia ada 70 orang
dioksida alveoli–kapiler tidak adekuat,
(64,8%)
terbukti berdampak sangat fatal pada
dan
yang
tidak
2. Ada hubungan yang bermakna
bayi, selain itu beberapa bayi yang
antara
mampu hidup setelah distress nafas
dengan Kejadian Asfiksia pada
yang berat dapat menderita gangguan
bayi baru lahir dengan nilai X2
pertumbuhan
sebesar 8,454 dan p = 0,004
dan
perkembangan.
Ketuban
Pecah
Dini
Menurut
Hacker(2001:
304)
pengurangan
cairan
pada
Selalu meningkatkan kualitas
persalinan ketuban pecah dini dapat
sumber Daya Manusia (SDM) tentang
menyebabkan kompresi tali pusat yang
pengetahuan dan ketrampilan yang
menimbulkan
berkaitan dengan pertolongan terhadap
ketuban
perlambatan
denyut
jantung janin sehingga janin mengalami
hipoksia dan berlanjut menjadi asfiksia
Saran
Ketuban Pecah Dini .
Selalu meningkatkan sarana dan
saat dilahirkan.
prasarana yang berhubungan dengan
KESIMPULAN DAN SARAN
kegawatdaruratan
Kesimpulan
disebabkan asfiksia mengingat asfiksia
Kesimpulan
hasil
penelitian
tentang hubungan Ketuban Pecah Dini
dengan kejadian Asfiksia di RSUD dr.
neonatal
yang
merupakan salah satu faktor yang bisa
mengakibatkan kematian perinatal.
Meningkatkan
pengetahuan
Soeselo Kabupaten Tegal tahun 2008
tentang faktor–faktor (ibu, janin dan
ini
hasil
plasenta) yang berpengaruh terhadap
pembahasan dan disesuaikan dengan
kejadian Asfiksia. Dianjurkan agar
tujuan penelitian yaitu sebagai berikut :
setiap bidan dibekali pengetahuan dan
dibuat
Responden
berdasarkan
penelitian
yang
mengalami KPD ada 23 orang (21,3%)
pelatihan
yang
berkaitan
tentang
penanganan Ketuban Pecah Dini dan
penanganan Asfiksia secara tepat, serta
46
pengetahuan
tentang
Penanganan
Neonatal Emergency Dasar (PONED).
yang
Oxorn, H. 1996. Ilmu Kebidanan
Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Jakarta:
Disarankan bagi peneliti lain
Yayasan Esensial Medika
akan
Rayburn, W. 2001. Obstetri Dan
Ginekologi. Jakarta: Widya
Medika
sejenis,
melakukan
untuk
penelitian
mengembangkan
penelitian ini lebih lanjut dengan
meneliti faktor-faktor (ibu, janin dan
plasenta) yang mempengaruhi kejadian
Asfiksia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Amore, http://myotherword.blogspot.com/2008/11/asfik
sia-neonatorum.html. 30 Mei Jam
20.30 WIB.
Sri Mawar Djaya, S.M. 2003. Penyakit
Penyebab Bayi Baru Lahir, Dan
Sistem Pelayanan Kesehatan
Yang Berkaitan Di Indonesia.
Soenarto, 2006. Audit Klinis di
Kabupaten Sleman, www.Dinkes
Sleman.co.id
Saifuddin, A. 2000. Buku Acuan
Nasional Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka.
Wiknjosastro, J. 2002. Ilmu
Kandungan. Jakarta: EGC
Dinkes, 2007. Profil Kesehatan
Kabupaten Tegal Tahun 2007
Wahyudi,
http://istikuma.wordpress.com/20
08/03/17/yang-terjadi-ketikaketuban -pecah-dini/. 30 Mei
2009. Jam 20.00 WIB.
Hacker, N.F, Morce J.D. 2001, Esensial
Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta:
Hipokrates
Scoott, James R. 2002. Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta : Widya
Medika.
Depkes, 2000. Profil Kesehatan
Keluarga. Jakarta: Depkes
Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan KB
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:
EGC
Manuaba, 2001. Kapita Selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi. Jakarta: EGC
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid
I. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
47