5. penaunikal vol21 no1 jurnal naty2

HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN
KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO
KABUPATEN TEGAL
Relationship Between Labor Premature Rupture of Membranes Asphyxia
Neonatorum In Incident With dr. Soeselo Hospitals Tegal
Natiqotul Fatkhiyah (STIKES Bhamada-Slawi)
Abstract
This was an analytic survey research is a study that tries to explore how and why health
phenomena that occur. While the approach used is a cross sectional approach is to
study the dynamics of correlation between risk factors with effects by way of approach,
observation or data collection as well as at some point. Bivariate analysis results
obtained with  2   2 count by 0.05 and db = 1, the obtained results  2 = 8.454 and
p = 0.004 for values count more  2> 3.481 and p value 35

Adakah

hubungan

dalam

penelitian


ini

108

42

tahun sebanyak 17 orang (15,7%).

terdiri dari 24 orang (28,2%) responden

Karakteristik responden berdasarkan

penelitian yang berstatus Tidak KPD

paritas diantaranya Primipara 37 orang

tetapi mengalami asfiksia sewaktu lahir

(34%), Multipara 71 orang (65,7%).


dan 61 orang (71,8%), responden tidak

Responden

yang

mengalami

Ketuban Pecah Dini sebanyak 23 orang
(21,3%) dan yang tidak mengalami
KPD ada 85 orang (78,7%). Sedangkan
responden yang bayinya mengalami

KPD

dan

juga


tidak

mengalami

asfiksia.

Hasil analisis bivariat dengan 2

diperoleh 2 hitung dengan  0,05 dan
db = 1, diperoleh hasil 2 = 8,454 dan

asfiksia sebanyak 38 orang (35,2%) dan

nilai p = 0,004 karena nilai 2 hitung

yang tidak mengalami Asfiksia ada 70

lebih > 3,481 dan nilai p < 0,05, maka

orang (64,8%)


Hipotesis kerja yang menyatakan ada

Tabel

menggambarkan

hubungan antara Ketuban Pecah Dini

hubungan antara Ketuban Pecah Dini

dengan kejadian Asfiksia diterima.

dengan Kejadian Asfiksia

Dengan demikian dapat disimpulkan

Tabel 1. Hubungan Persalinan KPD
dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum
di RSUD Dr. Soeselo Slawi tahun 2008


bahwa variabel Ketuban Pecah Dini

Kejadian
KPD
KPD
Tidak KPD
Total

1

berikut

Asfiksia
f %
14 60,9
24 28,2
38 35,2

Tidak

p
Total 2
Asfiksia
f
%
f %
9 39,1 23 100 8,45 0,004
61 71,8 85 100
70 64,8 108 100

Sumber : Data Sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 1. dapat
diketahui bahwa

jumlah responden

yang mengalami KPD ada

23 orang


berhubungan secara signifikan dengan
Kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa

sebagian

besar

responden

berumur 20-35 tahun yaitu ada 59
orang (54,6%), sedangkan umur >35
tahun ada 17 responden (15,7%) dan
yang berumur < 20 tahun ada 32 orang
(39,6%).

Umur

ibu


pada

saat

(21,3%) terdiri dari responden dengan

melahirkan adalah faktor risiko dalam

status KPD yang mengalami asfiksia

kehamilan dan persalinan. Umur < 20

ada 14 orang ( 60,9%) dan responden

tahun dan >35 tahun merupakan umur

dengan

tidak


diluar reproduksi sehat. Kehamilan dan

9 orang (

persalinan pada usia ini mempunyai

status

KPD

mengalami asfiksia ada

yang

Tidak

risiko dua kali lipat dibandingkan

mengalami KPD ada 85 orang (78,7%)


dengan kelompok usia reproduksi sehat

39,1%).

Responden

yang

43

(20-35 tahun) yang merupakan umur

karena

multipara

optimal untuk mendapatkan anak. Oleh

terjadinya kelainan letak janin dalam


karena immaturitas biologis dan belum

rahim seperti letak sungsang, karena

terdapat persiapan yang baik dari tubuh

multipara merupakan etiologi dari letak

untuk mempertahankan kehamilan serta

sungsang.
Ketuban

mempersiapkan persalinan yang cukup

kemungkinan

pecah

dini

atau

aman bagi janin maka umur < 20 tahun

spontaneous

merupakan faktor risiko. Begitu juga

Repture of The Membrance (PROM)

pada umur > 35 tahun dimana alat-alat

adalah pecahnya ketuban sebelum in

reproduksi serta kondisi fisik ibu sudah

partu, yaitu bila pembukaan pada primi

mengalami

dalam

kurang dari 3 cm dan pada multipara

menjalankan fungsinya sehingga dapat

kurang dari 5 cm. (Mochtar, 1998:

meningkatkan kemungkinan komplikasi

255). KPD sering kali menimbulkan

obstetri dan sosial yang menunjang

konsekuensi

terjadinya peningkatan angka kematian

mortalitas pada ibu dan bayi terutama

dan

kematian perinatal yang cukup tinggi.

kemunduran

kesakitan

perinatal

maupun

Sebelum

maternal yang tinggi.
Pada penelitian ini, diketahui
bahwa

sebagian

besar

responden

/

early

/

Premature

seperti morbilitas dan

kematian

janin

yang

dilahirkan akan mengalami asfiksia dan
jika

berlanjut

akan

mengalami

berstatus primipara yaitu ada 37 orang

kematian. Kematian perinatal yang

(34,3%) dan multipara ada 71 orang

cukup tinggi ini antara lain disebabkan

(65,7%), primipara yaitu responden

karena kematian akibat kurang bulan

yang baru pertama kali melahirkan

dan kejadian infeksi yang meningkat

seorang anak yang cukup besar untuk

karena partus tak maju, partus lama dan

hidup di dunia luar (mature atau

partus buatan yang sering dijumpai

premature) dan multipara adalah wanita

pada pengelolaan kasus KPD terutama

yang

pada pengelolaan konservatif (Mochtar,

telah

melahirkan

lebih

dari

seorang anak. Dalam penelitian ini

1998:

multipara

menunjukan

menduduki

persentase

256).

Hasil
ibu

penenelitian

bersalin

yang

terbanyak. Hal ini sesuai dengan teori

mengalami kejadian KPD sebanyak 23

yang menyatakan bahwa multipara

orang (21,3%).

merupakan salah satu etiologi KPD

44

adalah

bahwa variabel Ketuban Pecah Dini

suatu keadaan bagi bayi baru lahir yang

berhubungan secara signifikan dengan

gagal bernafas secara spontan dan

Kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir.

Asfiksia

neonatorum

Hasil ini sesuai dengan teori

teratur segera setelah lahir sehingga
dapat menurunkan O2 dan mungkin

bahwa

meningkatkan CO2 yang menimbulkan

sebelum aterm merupakan penyebab

akibat buruk dalam kehidupan lebih

asfiksia pada janin. Asfiksia pada bayi

lanjut. Adanya perubahan pertukaran

preterm adalah 30 % (Oxorn, 2003).

gas dan transport O2 selama kehamilan

Teori yang sama juga dikemukakan

dan

oleh

persalinan

mempengaruhi

Pecahnya

Mochtar

selaput

(1998:

ketuban

257)

yang

oksigenasi sel-sel tubuh mengakibatkan

menyebutkan bahwa pecahnya selaput

terjadinya

ketuban

gangguan

fungsi

sel.

menyebabkan

terbukanya

Penyebab asfiksia berasal dari faktor

hubungan intra uterin dengan ekstra

ibu,

plasenta.

Adanya

uterin,

iskemia

jaringan

mikroorganisme dengan mudah masuk

fungsional

dan menimbulkan infeksi intra partum

dan biokimia pada janin, faktor ini yang

apabila ibu sering diperiksa dalam,

berperan

asfiksia

infeksi puerpuralis, peritonitis, sepsis,

(Saefuddin, 2002: 348). Bayi yang

dan menyebabkan terjadinya asfiksia

mengalami asfiksia pada penelitian ini

pada

sebanyak 38 orang (35,2%) dan yang

merupakan salah satu komplikasi KPD

tidak mengalami Asfiksia ada 70 orang

(Mochtar, 1998: 258)

janin

hipoksia

dan
dan

menyebabkan

perubahan

pada

kejadian

diperoleh 2 hitung dengan  0,05 dan
db = 1, diperoleh hasil 2 = 8,454 dan

nilai p = 0,004 karena nilai 2 hitung

bayi

baru

demikian

lahir.

Asfiksia

Ketuban pecah pada kondisi

(64,8 %).

Hasil analisis bivariat dengan 2

dengan

kepala janin belum masuk panggul
mengikuti aliran air ketuban, akan
menjepit antara kepala dan dinding
panggul, keadaan sangat berbahaya

lebih > 3,481 dan nilai p < 0,05, maka

bagi janin. Dalam waktu singkat janin

Hipotesis kerja yang menyatakan ada

akan

hubungan antara Ketuban Pecah Dini

hingga

dengan kejadian Asfiksia diterima.

kandungan (IUFD), pada kondisi ini

Dengan demikian dapat disimpulkan

biasanya kehamilan segera di terminasi

mengalami
kematian

hipoksia,asfiksia
janin

dalam

45

bayi yang dilahirkan jauh sebelum

dan yang tidak mengalami KPD ada 85

aterm

orang (78,7%)

merupakan

terjadinya

calon

Respiratory

untuk
Distress

1. Responden

penelitian

yang

Sindroma (RDS). Hipoksia,asfiksia dan

mengalami asfiksia ada 38 orang

Asidosis berat yang terjadi sebagai

(35,2%)

akibat pertukaran oksigen dan karbon

mengalami asfiksia ada 70 orang

dioksida alveoli–kapiler tidak adekuat,

(64,8%)

terbukti berdampak sangat fatal pada

dan

yang

tidak

2. Ada hubungan yang bermakna

bayi, selain itu beberapa bayi yang

antara

mampu hidup setelah distress nafas

dengan Kejadian Asfiksia pada

yang berat dapat menderita gangguan

bayi baru lahir dengan nilai X2

pertumbuhan

sebesar 8,454 dan p = 0,004

dan

perkembangan.

Ketuban

Pecah

Dini

Menurut

Hacker(2001:

304)

pengurangan

cairan

pada

Selalu meningkatkan kualitas

persalinan ketuban pecah dini dapat

sumber Daya Manusia (SDM) tentang

menyebabkan kompresi tali pusat yang

pengetahuan dan ketrampilan yang

menimbulkan

berkaitan dengan pertolongan terhadap

ketuban

perlambatan

denyut

jantung janin sehingga janin mengalami
hipoksia dan berlanjut menjadi asfiksia

Saran

Ketuban Pecah Dini .
Selalu meningkatkan sarana dan

saat dilahirkan.

prasarana yang berhubungan dengan

KESIMPULAN DAN SARAN

kegawatdaruratan

Kesimpulan

disebabkan asfiksia mengingat asfiksia

Kesimpulan

hasil

penelitian

tentang hubungan Ketuban Pecah Dini
dengan kejadian Asfiksia di RSUD dr.

neonatal

yang

merupakan salah satu faktor yang bisa
mengakibatkan kematian perinatal.
Meningkatkan

pengetahuan

Soeselo Kabupaten Tegal tahun 2008

tentang faktor–faktor (ibu, janin dan

ini

hasil

plasenta) yang berpengaruh terhadap

pembahasan dan disesuaikan dengan

kejadian Asfiksia. Dianjurkan agar

tujuan penelitian yaitu sebagai berikut :

setiap bidan dibekali pengetahuan dan

dibuat

Responden

berdasarkan

penelitian

yang

mengalami KPD ada 23 orang (21,3%)

pelatihan

yang

berkaitan

tentang

penanganan Ketuban Pecah Dini dan
penanganan Asfiksia secara tepat, serta

46

pengetahuan

tentang

Penanganan

Neonatal Emergency Dasar (PONED).

yang

Oxorn, H. 1996. Ilmu Kebidanan
Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Jakarta:

Disarankan bagi peneliti lain

Yayasan Esensial Medika

akan

Rayburn, W. 2001. Obstetri Dan
Ginekologi. Jakarta: Widya
Medika

sejenis,

melakukan

untuk

penelitian

mengembangkan

penelitian ini lebih lanjut dengan
meneliti faktor-faktor (ibu, janin dan
plasenta) yang mempengaruhi kejadian
Asfiksia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Amore, http://myotherword.blogspot.com/2008/11/asfik
sia-neonatorum.html. 30 Mei Jam
20.30 WIB.

Sri Mawar Djaya, S.M. 2003. Penyakit
Penyebab Bayi Baru Lahir, Dan
Sistem Pelayanan Kesehatan
Yang Berkaitan Di Indonesia.
Soenarto, 2006. Audit Klinis di
Kabupaten Sleman, www.Dinkes
Sleman.co.id
Saifuddin, A. 2000. Buku Acuan
Nasional Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka.
Wiknjosastro, J. 2002. Ilmu
Kandungan. Jakarta: EGC

Dinkes, 2007. Profil Kesehatan
Kabupaten Tegal Tahun 2007

Wahyudi,
http://istikuma.wordpress.com/20
08/03/17/yang-terjadi-ketikaketuban -pecah-dini/. 30 Mei
2009. Jam 20.00 WIB.

Hacker, N.F, Morce J.D. 2001, Esensial
Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta:
Hipokrates

Scoott, James R. 2002. Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta : Widya
Medika.

Depkes, 2000. Profil Kesehatan
Keluarga. Jakarta: Depkes

Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan KB
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:
EGC
Manuaba, 2001. Kapita Selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi. Jakarta: EGC
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid
I. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta

47