ANALISIS TEMPORAL PERUBAHAN LAHAN HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN BALINGGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Kasmin | Jurnal Warta Rimba 7068 23616 1 PB

WARTA RIMBA
Volume 4, Nomor 1
Juni 2016

ISSN: 2406-8373
Hal: 34-41

ANALISIS TEMPORAL PERUBAHAN LAHAN HUTAN MANGROVE
DI KECAMATAN BALINGGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG
Moh Feisal Rizky Kasmin(1), Akhbar (2), Ida Arianingsih (2)
Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Palu Sulawesi Tengah 94111
1. Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Korespondensi: Ichalkasmin@gmail.com
2. Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Abstract
Development are the processes of land conversion for community needs of infrastructure and
facilities that required for development of a region. In the process, there are land diversions that cost
the value of land ecologic. It was replaced by economic function of mangrove. Moreover, in every
month and year, in Balinggi district, mangrove forest is became embankment area. This research
aims at finding out the change of mangrove’s area which happened since 2005 until 2013 in

Balinggi district. The research was conducted in Balinggi district, Parigi Moutong regency on the
area of mangrove. It was done in three months, from May to August 2014. The researcher used data
of Landsat 7 ETM+ (acquisition 2005) and Landsat 8 (acquisition 2013) to support his data. Data
Landsat was analyzed by using AcrGIS 10.0 software with some steps. They are Geometric
correction and radiometric; interpretation and classification (supervised classification); and NDVI
(Normalized Difference Vegetation Index) analysis. In 2005, the extensive of mangrove’s land was
609.47 Ha, then became 524,15 Ha in 2013. The area decreased about 85.47 Ha. Moreover, the
result of NDVI showed that there were changes of mangrove land in 2013. From all the mangrove
area in Balinggi district, its density was categorized into three levels. They were lush (265.75
Ha/2.38%), medium (79.21 Ha/ 17.31%), and rare (178.19 ha/33.99%).
Keywords : Mangrove, Balinggi, Vegetatioin Index, NDVI, Landsat.
Dampak dari degradasi/deforestasi lahan
tersebut menyebabkan air laut masuk ke area
permukiman masyarakat di sekitar pesisir di
Kecamatan
Balinggi
Kabupaten
Parigi
Moutong.
Kegiatan konversi lahan hutan

mangrove menjadi area pertambakan berskala
besar menyebabkan berkurangnya fungsi hutan
mangrove sebagai penyangga kehidupan di
pesisir.
Data Citra landsat 7 ETM+ 2005 dan citra
landsat 8 merupakan Landsat TM (Thematic
Mapper) yang menjadi alat bantu dalam
memberikan gambaran permukaan bumi dan
mampu menyajikan data maupun informasi
spasial untuk memantau perkembangan sebuah
kawasan secara temporal.
Terdapat banyak aplikasi dari data Landsat
TM (Thematic Mapper): pemetaan penutupan
lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan
tanah, pemetaan geologi, pemetaan suhu

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan yang terjadi pada suatu
kawasan cenderung diiringi dengan proses

perkembangan
kawasan
tersebut.
Pembangunan dan perkembangan kawasan
merupakan sebuah proses pengalihfungsian
lahan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
akan infrastruktur dan fasilitas yang dibutuhkan
dalam pengembangan sebuah kawasan.
Proses
konversi
lahan
seringkali
mengorbankan nilai ekologis lahan untuk
ditukarkan dengan fungsinya yang lebih
ekonomis, dalam hal ini terjadi pada kawasan
lahan hutan mangrove di Kecamatan Balinggi
Kabupaten Parigi Moutong.
Lahan hutan
mangrove dikonversi menjadi areal tambak
setiap bulan maupun tahunnya.


34

WARTA RIMBA
Volume 4, Nomor 1
Juni 2016

ISSN: 2406-8373
Hal: 34-41

permukaan laut dan lain-lain. Untuk pemetaan
penutupan dan penggunaan lahan data Landsat
TM lebih dipilih daripada data SPOT
multispektral karena terdapat band inframerah
menengah (Thoha, A. S., 2008).
Landsat TM adalah satu-satunya satelit
non-meteorologi yang mempunyai band
inframerah termal. Data termal diperlukan
untuk studi proses-proses energi pada
permukaan bumi seperti variabilitas suhu

tanaman dalam areal yang diirigasi (Thoha, A.
S., 2008).
Ketersediaan data citra time series yang
cukup panjang meliputi seluruh wilayah
Indonesia, gratis, dan resolusi (spasial,
temporal, radiometrik) lumayan bagus (tingkat
menengah) merupakan 3 keunggulan yang
dimiliki sekaligus oleh citra landsat (Sugiarto,
D. P., 2013).
Laju degradasi/deforestasi dapat diketahui
dengan membandingkan penutupan lahan hutan
pada tahun tertentu dengan tahun-tahun
sebelumnya (mencakup pula karakteristik
indeks vegetasinya). Untuk keperluan tersebut,
citra landsat masih menjadi andalan bagi para
analis bidang kehutanan (Sugiarto, D. P., 2013).
Oleh karena itu, untuk mengetahui sejauh mana
perubahan lahan hutan mangrove yang terjadi di
Kecamatan
Balinggi

Kabupaten
Parigi
Moutong,
dilakukan
analisis
temporal
perubahan lahan hutan mangrove menggunakan
data Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2005 dan
Citra Landsat 8 tahun 2013.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dapat
dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini, yaitu bagaimana cara mengetahui
perubahan lahan hutan mangrove secara
temporal di Kecamatan Balinggi Kabupaten
Parigi Moutong?
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
perubahan lahan hutan mangrove yang terjadi

dalam delapan tahun (2005-2013) di Kecamatan
Balinggi
Kabupaten
Parigi
Moutong,
menggunakan data Citra Landsat 7 ETM+
tahun 2005 dan Citra Landsat 8 tahun 2013.
Kegunaan penelitian ini diharapkan
mampu memberikan informasi mengenai

perubahan lahan hutan mangrove di Kecamatan
Balinggi Kabupaten Parigi Moutong.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei
sampai Agustus 2014 di Kecamatan Balinggi,
Kabupaten Parigi Moutong.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah peta Rupa
Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 250.000, peta

penggunaan lahan di Kecamatan Balinggi
dengan skala 1 : 25.000, dan citra Landsat 7
ETM+ tahun 2005 serta citra Landsat 8 tahun
2013 digunakan untuk membantu dalam
menganalisis perubahan lahan yang terjadi di
tahun 2005 hingga 2013.
Alat yang digunakan dalam penelitian
yaitu alat tulis-menulis, kamera digital, GPS
(Global Position System), program ArcGIS
versi 10.0, Microsoft word 2007, dan Microsoft
Excel 2007.
Metode penelitian
Metode penelitian ini berupa teknik
klasifikasi
citra
landsat,
yaitu
mengklasifikasikan perubahan lahan hutan
mangrove yang terjadi sejak tahun 2005 hingga
tahun 2013 di Kecamatan Balinggi Kabupaten

Parigi Moutong dengan tahapan penelitian
sebagai berikut:
Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, ada dua sumber
yang digunakan yaitu:
a) Data primer berupa hasil survei lapangan
yaitu
pengambilan
titik
koordinat
dilapangan menggunakan GPS (Global
Position System).
b) Data sekunder merupakan data yang
diperlukan sebagai penunjang dari data
primer.
Data sekunder berupa Citra
Landsat 7 ETM+ tahun 2005, Citra Landsat
8 tahun 2013, peta rupa bumi Indonesia
(RBI) skala 1 : 250.000, dan peta
penggunaan lahan di Kecamatan Balinggi

skala 1 : 25.000.
Koreksi Citra
Koreksi citra yang dilakukan ada dua
koreksi, yaitu geometrik dan radiometrik.

35

WARTA RIMBA
Volume 4, Nomor 1
Juni 2016

ISSN: 2406-8373
Hal: 34-41

Landsat 7 ETM+ tahun 2005 dan citra Landsat 8
tahun 2013.

Interpretasi dan Klasifikasi Citra
Pelaksanaan analisis citra Landsat 7 ETM+
tahun 2005 dan citra Landsat 8 tahun 2013

dilakukan secara terbimbing (Supervised
Classification). Setiap kelas tutupan lahan akan
diidentifikasikan ke dalam citra sesuai tekstur
dan warna yang tampak pada citra untuk
kemudian di buat jenis penggunaan lahannya.
Transformasi NDVI (Normalized Differenced
Vegetation Indeks)
NDVI (Normalized Differenced Vegetation
Indeks) merupakan cara/rumus perhitungan
pada data citra landsat untuk mengetahui
tingkat kerapatan tajuk vegetasi.
Kelas
kerapatan tajuk mangrove berdasarkan nilai
indeks vegetasi disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Kelas Kerapatan Tajuk Mangrove
Berdasarkan Nilai Indeks Vegetasi.

Citra Landsat 7 ETM+
Tahun 2005

Citra Landsat 8
Tahun 2013

Koreksi Geometrik &
Koreksi Radiometrik

Tidak

Interpretasi Citra

Cek Lapangan

Ya

Landsat 8

Klasifikasi Citra
(Supervised)

Peta Penggunaan
Lahan Tahun 2013

Transformasi
NDVI

Peta Penggunaan
Lahan Tahun 2005

Untuk mendapatkan nilai NDVI, digunakan
rumus Jensen (1986) dalam Akhbar (2011)
sebagai berikut.
NDVI :
NDVI = [R(IR)-R(VIS)]/[R9IR)+R(VIS)]
Landsat 7 ETM+ Tahun 2005 :

Overlay

Peta Perubahan Lahan Hutan
Mangrove Tahun 2005 dan 2013

Analisis Temporal Perubahan Lahan Hutan
Mangrove

Gambar 1. Bagan alur penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Landsat 8 Tahun 2013 :

Perubahan Lahan Hutan Mangrove di
Kecamatan Balinggi Tahun 2005 dan 2013
Informasi mengenai luas dan penyebaran
mangrove pada kawasan hutan lindung dapat
diketahui dengan melakukan klasifikasi
penutupan lahan (landcover) (Forestian O,
2011).
Perubahan lahan
hutan mangrove di
Kecamatan Balinggi tahun 2005 dan 2013
diperoleh dari hasil interpretasi dan klasifikasi
citra landsat 7 ETM+ tahun 2005 dan citra
landsat 8 tahun 2013 path/row 114/61
menggunakan komposit band 543 pada citra
landsat 7 ETM+ dan komposit band 654 pada
citra landsat 8 dengan format RGB (Red,
Green, dan Blue) dengan klasifikasi terbimbing
(supervised classsification) digunakan 23 kelas

Overlay
Setelah melakukan koreksi citra, maka
selanjutnya citra Landsat di overlay dengan peta
penggunaan lahan Kecamatan Balinggi.
Pengecekan atau Survey Lapangan
Cek lapangan (ground check) dilakukan
untuk mengambil titik koordinat menggunakan
GPS (Global Position System).
Analisis Temporal Perubahan Lahan Hutan
Mangrove
Analisis temporal perubahan lahan hutan
mangrove diperoleh dari hasil overlay dan
merupakan hasil akhir dari interpretasi citra

36

WARTA RIMBA
Volume 4, Nomor 1
Juni 2016

ISSN: 2406-8373
Hal: 34-41

2013) menyebabkan hilangnya 85,32 ha lahan
hutan mangrove di Kecamatan Balinggi.
Dampak berkurangnya lahan hutan
mangrove pada kawasan pesisir di Kecamatan
Balinggi menyebabkan air laut masuk jauh ke
atas daratan bila terjadi air pasang, membuat
para nelayan di Desa Malakosa sulit
mendapatkan atau menangkap ikan pada area
hutan mangrove, dan burung-burung yang
dulunya banyak dan sering terlihat di hutan
mangrove juga telah berkurang.
Dampak kerusakan hutan mangrove juga
terjadi di Pantai Bahagia, muara Gembong, di
Bekasi. Potensi hutan mangrove di Muara
Gembong
sudah
berkurang
karena
pengembangan lahan tambak sudah meluas,
hutan mangrove nyaris habis berubah fungsi
selain menjadi lahan pertambakan banyak hutan
mangrove rusak karena abrasi (Suwargana N,
2008).
Hal tersebut menyebabkan fungsi hutan
mangrove sebagai perlindungan hewan tidak
maksimal, sehingga menyebabkan penurunan
hasil penangkapan ikan bagi nelayan tangkap.
Maka kondisi keberadaan hutan mangrove di
Pantai Bahagia dengan populasi yang semakin
berkurang
telah
berpengaruh
terhadap
pendapatan nelayan di sekitarnya (Suwargana
N, 2008).
Mangrove secara alami mempunyai
berbagai fungsi sebagai penahan gelombang,
meminimalisasi abrasi, membantu membentuk
sedimentasi, meredam tsunami, menyeimbangkan instrusi air alut, mengurangi hempasan
angin laut, sebagai tempat habitat organisme,
dan lain sebagainya (Saparinto, C., 2007).
Analisis NDVI (Normalized Difference
Vegetation Index) Pada Kawasan Hutan
Mangrove di Kecamatan Balinggi
Perhitungan nilai NDVI dapat digunakan
untuk mengklasifikasikan hutan mangrove
berdasarkan tingkat kerapatan vegetasinya
(Hidayah, Z., dan Wiyanto, D. B., 2013). Nilai
indeks vegetasi merupakan nilai yang
dihasilkan dari persamaan matematika dari
beberapa band yang diperoleh dari data
penginderaan jauh (citra). Band-band tersebut
biasanya adalah band merah (visible) dan band

penutupan lahan sebagai standar klasifikasi
penafsiran dengan sumber data citra satelit
landsat (tabel 2).
Tabel 2. Perubahan Lahan Hutan Mangrove
Tahun 2005 dan 2013.
Liputan
Lahan
Hutan
Mangrove
Sekunder
Hutan
Mangrove
Primer
Jumlah

Landsat 7 ETM+
Tahun 2005
Luas (ha) Persen (%)

Landsat 8
Tahun 2013
Luas (ha) Persen (%)

441.55

72.68

162.58

31.01

167.92

27.55

361.57

68.98

609,47

100 %

524,15

100 %

Sumber: Hasil analisis 2014.

Tabel 2 menunjukkan telah terjadi
perubahan lahan hutan mangrove secara
temporal di Kecamatan Balinggi, yaitu kawasan
hutan
mangrove
sekunder
mengalami
penurunan luas lahan sebesar 41,67% atau
menjadi 162,58 ha di tahun 2013. Kemudian
hutan mangrove primer mengalami peningkatan
luas lahan sebesar 41,43% menjadi 361.57 ha di
tahun 2013.
Berkurangnya luas hutan magrove
sekunder dipengaruhi oleh faktor perluasan
areal tambak yang kian meningkat setiap
tahunnya, aktifitas manusia mengambil kayu
bakar, dan juga karena pembuatan jalan di
sekitar area hutan mangrove untuk akses lokasi
wisata Pantai Tumpapa.
Bertambah luasnya area hutan mangrove
primer karena di tahun 2004, 2005, dan 2007
kalangan masyarakat sekitar pesisir di
Kecamatan Balinggi melakukan penanaman
bibit mangrove guna menggantikan luasan areal
hutan mangrove sekunder yang mulai
menghilang disebabkan oleh aktifitas tambak
dan kegiatan swadaya masyarakat tersebut
menunjukkan hasil yang positif di tahun 2013.
Bertambah luasnya hutan mangrove primer
juga dipengaruhi oleh faktor persebaran biji
mangrove yang tumbuh subur dan menyebar di
sekitar daerah yang hijau (hutan mangrove
primer. Namun, karena aktifitas manusia yang
mengalihfungsikan sebagian besar lahan hutan
mangrove untuk dijadikan areal tambak baru
yang berlangsung selama delapan tahun (2005-

37

WARTA RIMBA
Volume 4, Nomor 1
Juni 2016

ISSN: 2406-8373
Hal: 34-41

infra merah dekat (Near Infra Red) (As-Syakur,
A. R dan Adnyana, I.W.S., 2009).
Terdapat perbedaan diantara citra landsat 7
ETM+ tahun 2005 dan citra landsat 8 tahun
2013, dimana pada citra landsat 7 ETM+
saluran merah (R) terdapat pada band 3 dan
pada citra landsat 8 saluran merah (R) terdapat
pada band 4. Kemudian saluran inframerah
dekat (IR) pada citra landsat 7 ETM+ terdapat
di band 4 dan pada citra landsat 8 saluran
inframerah dekat (IR) terdapat di band 5.
Perbedaan lainnya juga terdapat pada
jumlah masing-masing band dari kedua landsat
tersebut, dimana citra landsat 7 ETM+ hanya
memiliki 7 band (Akhbar, 2011) dan citra
landsat 8 memiliki 11 band (NASA. Landsat
Data Continuity Mission Brochure).
Nilai antara -1 sampai 0 menunjukkan
bahwa obyek tersebut bukan vegetasi.
Sedangkan nilai 0 hingga 1 menunjukan obyek
tersebut vegetasi (Muhsoni, F. F., 2009). Hasil
perhitungan NDVI dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3. Hasil Perhitungan NDVI Citra Landsat
7 ETM+ Tahun 2005.
Kerapatan
Tajuk

mangrove selama kurun waktu delapan tahun
(2005-2013).
Kerapatan tajuk sedang juga mengalami
penurunan luasan area sebesar 17,31% atau
menjadi 79,21 ha luas lahan kerapatan tajuk
sedang yang ikut menghilang selama delapan
tahun (2005-2013). Sedangkan untuk luasan
kerapatan tajuk jarang mengalami peningkatan
sebesar 33,99% atau menjadi 178,19 ha di
tahun 2013.
Berkurangnya luas kerapatan tajuk lebat
serta kerapatan tajuk sedang dan bertambah
luasnya kerapatan tajuk jarang di Kecamatan
Balinggi tahun 2013 dipengaruhi oleh faktor
pembukaan areal tambak baru yang kian
meningkat setiap tahunnya.
Perubahan hutan mangrove adalah
bertambahnya atau berkurangnya luasan hutan
mangrove, hal ini berbeda dengan penurunan
atau peningkatan luasan hutan mangrove pada
suatu periode. Perubahan hutan mangrove
terjadi apabila terjadi peningkatan luasan hutan
mangrove akibat adanya pertumbuhan hutan
mangrove atau persebaran biji mangrove yang
kemudian tumbuh di daerah yang asalnya tidak
terdapat mangrove, ataupun pengurangan hutan
mangrove terjadi apabila suatu daerah terdapat
mangrove kemudian mangrove tersebut mati
atau hilang digantikan dengan tata guna lahan
lainnya (Refrial, R. A., dkk., 2013).
Perubahan distribusi tutupan lahan
mangrove dapat diketahui dengan menyajikan
peta distribusi tutupan lahan mangrove pada
tahun pengamatan yang berbeda secara
bersamaan (Fathurrohmah, S., dkk., 2013).
Menurut Danoedoro (1996) dalam Opa, E.
T., (2010) ekosistem mangrove adalah salah
satu obyek yang bisa diidentifikasi dengan
menggunakan teknologi penginderaan jauh.
Letak geografi ekosistem mangrove yang
berada pada daerah peralihan darat dan laut
memberikan efek perekaman yang khas jika
dibandingkan obyek vegetasi darat lainnya.
Sistem Informasi Geografi merupakan
teknologi yang menjadi alat bantu dalam
menyimpan, memanipulasi, menganalisa serta
menampilkan kembali kondisi-kondisi alam
dengan bantuan data atribut dan spasial (Putri P,
2010).

Landsat 7 ETM+ Tahun 2005
Nilai NDVI Luas (ha) Persen (%)

Lebat

0,43 – 0,46

323,52

53,08

Sedang

0,33 – 0,42

197,60

32,42

Jarang

-0,07 – 0,32

88,28

14,48

Jumlah

609,47

100 %

Tabel 4. Hasil Perhitungan NDVI Citra Landsat
8 Tahun 2013.
Kerapatan
Tajuk

Landsat 8 Tahun 2013
Nilai NDVI Luas (ha) Persen (%)

Lebat
Sedang

0,43 – 0,44
0,33 – 0,42

265,76
79,21

50,70
15,11

Jarang

-0,28 – 0,32
Jumlah

178,19
524,15

33,99
100 %

Berdasarkan hasil analisis NDVI citra
Landsat 7 ETM+ tahun 2005 dan citra landsat 8
tahun 2013 di Kecamatan Balinggi, terdapat
perubahan lahan yaitu berkurangnya luasan
kerapatan tajuk lebat sebesar 2,38% atau
menjadi 265,76 ha lahan kerapatan tajuk lebat
yang tersisa akibat dari alih fungsi lahan hutan

38

WARTA RIMBA
Volume 4, Nomor 1
Juni 2016

ISSN: 2406-8373
Hal: 34-41

Gambar 1. Peta Tutupan Lahan Kecamatan
Balinggi Hasil Analisis Landsat 7
ETM+ Tahun 2005 (Hasil Analis,
2014).

Gambar 2. Peta Tutupan Lahan Kecamatan
Balinggi Hasil Analisis Landsat 8
Tahun 2013 (Hasil Analis, 2014).

39

Gambar 3. Peta Tingkat Kerapatan
Mangrove Berdasarkan
Citra Landsat 7 ETM+
2005 Kecamatan Balinggi
Analis, 2014).

Tajuk
NDVI
Tahun
(Hasil

Gambar 4. Peta Tingkat Kerapatan
Mangrove Berdasarkan
Citra Landsat 8 Tahun
Kecamatan
Balinggi
Analis, 2014).

Tajuk
NDVI
2013
(Hasil

WARTA RIMBA
Volume 4, Nomor 1
Juni 2016

ISSN: 2406-8373
Hal: 34-41

Moutong menyebabkan air laut masuk jauh
keatas daratan bila terjadi air pasang,
membuat para nelayan di Desa Malakosa
sulit mendapatkan atau menangkap ikan
pada area hutan mangrove.
3. Hasil perhitungan NDVI (Normalized
Differenced Vegetation Indeks) diketahui
luas lahan kawasan hutan mangrove
kerapatan tajuk lebat telah menghilang
sebesar 2,38%, kerapatan tajuk sedang
menghilang 17,31%, dan bertambah luasnya
kawasan hutan mangrove kerapatan tajuk
jarang sebesar 33,99%.

KESIMPULAN
Dari hasil intepretasi dan klasifikasi citra
Landsat 7 ETM+ tahun 2005 dan citra landsat 8
tahun 2013 di Kecamatan Balinggi Kabupaten
Parigi Moutong, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Terjadi perubahan lahan hutan mangrove di
Kecamatan Balinggi, yaitu luas lahan hutan
mangrove telah berkurang akibat dari
konversi lahan hutan menjadi areal tambak,
area wisata, dan aktifitas manusia lainnya.
Luas lahan hutan mangrove yang hilang
adalah 85,32 ha.
2. Dampak dari berkurangnya lahan hutan
mangrove pada kawasan pesisir di
Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi

40

WARTA RIMBA
Volume 4, Nomor 1
Juni 2016

ISSN: 2406-8373
Hal: 34-41

Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian,
Universitas Trunojoyo.
NASA. Landsat Data Continuity Mission
Brochure,
http://landsat.gsfc.nasa.gov/
news/news-archive/news_o429/diakses
Tanggal 11 Juni 2013.
Opa, E. T., 2010. Analisis Perubahan Luas
Lahan mangrove Di Kabupaten Pohuwato
Propinsi Gorontalo Dengan Menggunakan
Citra Landsat. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. Vol 4 No 2.
Putri P, 2010. Analisis Spasial dan Temporal
Perubahan Luas Ruang Terbuka Hijau di
Kota Bandung. Jurnal Lanskap Indonesia.
Vol 2 No 2.
Refrial, R. A., Koswara, B., Hamdani, H. 2013.
Analisis Perubahan Luasan Hutan
Mangrove Di Jawa Barat Dengan
Menggunakan
Data
Citra
Satelit.
Universitas Padjadjaran. http://parimanta.
wordpress.com/perpustakaan/koleksijurnal/analisis-perubahan-luasan-hutanmangrove-di-jawa-barat-denganmenggunakan-data-citra-satelit-rezhaadviana/diakses tanggal 25 November
2014.
Suwargana N, 2008. Analisis Perubahan Hutan
Mangrove
Menggunakan
Data
Penginderaan Jauh di Pantai Bahagia,
Muara
Gembong,
Bekasi.
Jurnal
Penginderaan Jauh. Vol. 5. 2008.
Saparinto, C., 2007. Pendayagunaan Ekosistem
Mangrove. Semarang. http://library.fordamof.org/ lib forda/home/diakses tanggal 7
November 2014.
Sugiarto, D. P., 2013. LANDSAT 8:
Spesifikasi, Keunggulan dan Peluang
Pemanfaatan
Bidang
Kehutanan,
http://tnrawku.wordpress.com/2013/ 06/12/
landsat-8-spesifikasi-keungulan-danpeluang-pemanfaatan-bidangkehutanan/diakses tanggal 12 Juni 2013.
Thoha, A. S., 2008. Karakteristik Citra Satelit.
Karya Tulis. Departemen Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.

DAFTAR PUSTAKA
As-Syakur, A. R dan Adnyana, I.W.S., 2009.
Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan
Citra
ALOS/AVNIR-2
dan
Sistem
Informasi Geografi (SIG) untuk Evaluasi
Tata Ruang Kota Denpasar. Jurnal Bumi
Lestari. Vol. 9 No 1. 2009.
Akhbar, 2011. Analisis Citra dan Pemetaan
Digital Sumberdaya Hutan dan Lahan
Untuk Mahasiswa Praktisi. Fakultas
Kehutanan Universitas Tadulako. Palu
Departemen Kehutanan, 2005. Pedoman
Inventarisasi dan Indentifikasi Lahan
Kritis Mangrove. Jakarta: Direktorat
Jenderal
Rehabilitasi
Lahan
dan
Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan.
Forestian O, 2011. Estimasi Biomassa Dan
Kerapatan
Vegetasi
Mangrove
Menggunakan Data Landsat Etm+.
Skripsi.
Departemen
Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan. IPB.
Fathurrohmah, S., Hati, K. B., dan Marjuki, B.,
2013. Aplikasi Penginderaan Jauh untuk
Pengelolaan Hutan Mangrove Sebagai
Salah Satu Sumberdaya Wilayah Pesisir
(Studi Kasus di Delta Sungai Wulan
Kabupaten Demak). Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
http://www.academia.edu/4044577/Aplika
si_Penginderaan_Jauh_untuk_Pengelolaan
_Hutan_Mangrove_Sebagai_Salah_Satu_S
umberdaya_Wilayah_Pesisir_Studi_Kasus
_di_Delta_Sungai_Wulan_Kabupaten_De
mak/diakses tanggal 25 November 2014.
Hidayah, Z., dan Wiyanto, D. B., 2013. Analisa
Temporal
Perubahan
Luas
Hutan
Mangrove Di Kabupaten Sidoarjo dengan
Memanfaatkan Data Citra Satelit. Jurnal
Bumi Lestari. Vol. 13 No. 2. 2013.
Jensen, J.R. 1986. Introduction Digital Image
Processing.
A Remote Sensing
Perspective. Departemen of Geography
University of South Carolina. New Jersey.
Muhsoni, F. F., 2009. Pemetaan Kerapatan
Tajuk Mangrove Di Kepulauan Kangean
Menggunakan Algoritma NDVI. Jurusan

41

Dokumen yang terkait

SIFAT FISIK TANAH DI BAWAH TEGAKAN MANGROVE DI DESA TUMPAPA KECAMATAN BALINGGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Mahmud | Jurnal Warta Rimba 3585 11284 1 PB

0 2 7

TINGKAT KERUSAKAN HUTAN MANGROVE PANTAI DI DESA MALAKOSA KECAMATAN BALINGGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Anugra | Jurnal Warta Rimba 3575 11247 1 PB

0 1 8

SIFAT KIMIA TANAH PADA BERBAGAI ZONASI HUTAN MANGROVE DI DESA TUMPAPA KECAMATAN BALINGGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Nursin | Jurnal Warta Rimba 3571 11231 1 PB

0 0 7

NILAI MANFAAT HUTAN MANGROVE DI DESA SAUSU PEORE KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Motoku | Jurnal Warta Rimba 3619 11395 1 PB

0 1 10

KLASIFIKASI KOMUNITAS BURUNG DICAGAR ALAM GUNUNG TINOMBALA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Miranda | Jurnal Warta Rimba 3612 11367 1 PB

0 0 9

ASOSIASI JENIS BURUNG DENGAN VEGETASI HUTAN MANGROVE DI WILAYAH PESISIR PANTAI KECAMATAN TINOMBO SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Malindu | Jurnal Warta Rimba 7287 24292 1 PB

1 4 7

KARAKTERISTIK HUTAN MANGROVE DI DESA BOLOBUNGKANG KECAMATAN LOBU KABUPATEN BANGGAI | Kasang | Jurnal Warta Rimba 6655 22146 1 PB

0 0 7

KEARIFAN MASYARAKAT LOKAL SUKU LAUJE DALAM PENGELOLAAN HUTAN DI DESA BAMBASIANG KECAMATAN PALASA KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Rosita | Jurnal Warta Rimba 8705 28584 1 PB

0 0 7

POTENSI VEGETASI HUTAN MANGROVE DI WILAYAH PESISIR PANTAI DESA KHATULISTIWA KECAMATAN TINOMBO SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Lisna | Jurnal Warta Rimba 8703 28576 1 PB

0 0 8

KONDISI FISIK TANAH HUTAN MANGROVE DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Azis | Jurnal Warta Rimba 8699 28560 1 PB

0 0 6