M01304

Titik Poin
Agribisnis Kedelai
Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, MM.
Dekan Fakultas Pertanian & Bisnis UKSW
Ketua KP3K Jawa Tengah
11 Juni 2014 di Purwokerto
sonecid@yahoo.com

Pengantar







Salah satu komoditi palawija yang memiliki peranan yang penting di Indonesia
adalah Kedelai. Nilai nutrisi kedelai sangat baik untuk kesehatan manusia,
terutama kandungan protein nabati yang dikandung kedelai cukup tinggi.
Tanaman kedelai memiliki potensi dan prospek yang baik untuk diusahakan,
karena tanaman ini relatif mudah dibudidayakan. Selain itu permintaan terhadap

produksi kedelai terus meningkat baik untuk kebutuhan pangan maupun untuk
industri.
Namun produksi & produktivitas kedelai di Indonesia masih relatif rendah dan
masih belum dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang cenderung terus
meningkat. Penyebabnya diantaranya seperti teknologi bercocok tanam yang
masih kurang baik, kesiapan dan ketrampilan petani kedelai yang masih kurang,
penyediaan sarana produksi yang masih belum tepat serta kurangnya permodalan
petani kedelai untuk melaksanakan proses produksi sampai ke pemasaran hasil.
Rendahnya produksi kedelai ini berimplikasi pula terhadap pendapatan usahatani
kedelai itu sendiri. Upaya-upaya selama ini yang dapat ditempuh untuk
mendorong peningkatan produksi kedelai dan sekaligus meningkatkan pendapatan
usahatani kedelai adalah dengan program pengembangan agribisnis kedelai
dengan kepastian harga, pembatasan impor, mengintensifkan dalam proses
produksi, penanganan pasca panen dan pemasaran hasil. Upaya ini dapat
dilakukan melalui pengelolaan usahatani kedelai secara komersial










Dari sisi konsumsi, beras menempati 19%
pengeluaran rumah tangga Indonesia,
sedangkan tahu dan tempe hanya 3,8%. Bila
ditambah dengan kecap, oncom, tauco dan
kacang kedelai, angkanya menjadi 6,8%
(Susenas, 2011).
Kebutuhan kedelai nasional 2,2 juta ton,
dengan produksi 0,75 juta ton dan impor 1,37
juta ton (Subandi dan Marwoto, 2011).
Data dari Perum Bulog Div Reg. Jateng (2013)
kebutuhan kedelai untuk memenuhi 36 KOPTI
di Jateng sebesar 9.653.967 kg/bln atau
115.845 ton/th dan kebutuhan riil mencapai
750.000 ton/th dengan rincian 500.000 ton
untuk industry dan 250.000 ton untuk
konsumsi.

Produksi kedelai di Jateng th 2012 sebesar
152.416 ton, 2013 sebesar 135.785 ton,
sementara kebutuhan konsumsinya: 749785
ton sehingga masih defisit 614.000 ton/th.











Menurut Wamentan (2013), bahwa
swasembada kedelai sulit dicapai antara
lain disebabkan;
luas lahan sangat terbatas 570.000 ha,
dengan produksi 750.000 t/tahun

Produktivitas kedelai di Indonesia
sangat rendah 1,57 t/ha
Harga kedelai lokal sangat rendah Rp
4.000,-/kg
Pembebasan bea masuk impor
Jawa Tengah masih memiliki potensi
lahan seluas 95.000 ha, dengan
produktivitas 1,56 t/ha.
Kata kunci keberhasilan untuk
swasembada kedelai adalah
KEPASATIAN HARGA, HARGA YANG
LAYAK, INOVASI TEKNOLOGI dan
POLITICAL WILL dari pemerintah.

Konsumsi Kedelai Indonesia
Konsumsi
kedelai di
Indonesia
terus
meningkat, ini

berarti
permintaan
juga terus
meningkat.
Ada peluang
untuk
usahatani ini.
Selama ini
sebagian besar
dipenuhi dari
impor

Perkembangan Harga

Perkembangan harga memang terus meningkat, namun secara ekonomis belum
menyebabkan petani tertarik untuk menjalankan usahatani ini. Masih kalah dengan
harga jagung. Jika dibandingkan dengan harga impor, juga kurang bersaing. Harga impor
lebih rendah. Ini yang menyebabkan barang masuk ke Indonesia. Aspek harga menjadi
perhatian utama oleh petani karena aspek produktifitas belum bisa diandalkan


Potensi Daerah di Indonesia
• Beberapa propinsi memiliki
potensi untuk
dikembangkan.
• Di Jawa Tengah, ada
beberapa daerah yang
potensial seperti Purworejo,
Tegal, Pemalang,
Pekalongan, Batang, Demak,
Boyolali, Sukoharjo,
Sragen,Karanganyar,
Wonogiri, Kudus, Jepara,
Pati, Blora, Grobogan
• Namun sayangnya didaerahdaerah ini belum
dimanfaatkan secara
intensif menjadi sentra
kedelai

Produk Turunan dari Kedelai
Kedelai

memiliki
banyak produk
turunannya
Dilihat dari
aspek ini,
kedelai sangat
prospek dari
aspek
permintaannya
Ini berarti
keberlanjutan
usaha bisa
dijamin

Gambaran Mikro Usahatani Kedelai
Dari tabel disamping bisa
dilihat bahwa produksi
petani sangat rendah
Produktivitasnya juga
rendah

Luas usahataninya kecilkecil dan biasanya
terpencar
Biaya usahatani menjadi
mahal
Usahatani tidak efisien

Struktur Biaya & Keuntungan Usaha

• Dari hasil riset tampak bahwa usahatani kedelai kurang
kompetitif. Lebih menguntungkan ditanam jagung. Ini
disebabkan produktivitas rendah (1,7 ton); harga
rendah; biaya tenaga kerja tinggi

Rantai Pasar
• Sebenarnya dari
rantai
tataniaganya tidak
rumit, pemainnya
relatif jelas
• Ada personifikasi

konsumen yaitu
KOPTI. Mereka
membutuhkan
banyak sekali
kedelai untuk
anggotanya
• Jika ini dilakukan,
bisa memotong
rantai nilai yang
ada, margin
keuntungan usaha
bisa meningkat

Perkembangan Harga
• Harga merupakan
satu instrumen
penting dari
usahatani kedelai
• Harga relatif
meningkat terus,

namun karena
aspek lain belum
maksimal, harga
tinggi kurang
berarti

Mulai dari Titik Point Mana?
Kepastian Harga
• Pertama adalah kepastian
harga. Jika kita ingin
produksi kedelai meningkat,
harga harus lebih menarik,
lebih dari Rp 8500,-/kg
• Untuk mencapainya,
pemerintah bisa membeli
produk petani

Kepastian Usaha
• Perlu ada kepastian usaha.
Untuk mencapai harga

tersebut, keran impor harus
dikendalikan (dikurangi
secara bertahap).
• Bea masuk impor harus
dinaikkan. Untuk UMKM,
diberi subsidi dari negara

Pemanfaatan Lahan Kurang
Produktif

• Mulai dari lahan-lahan
marginal dan menganggur.
Kalau langsung
berkompetisi dengan
tanaman yang sudah ada,
relatif sulit untuk mencapai
swasembada kedelai
• Perlu peta mengenai lahan
yang selama ini belum
dimanfaatkan secara
optimal

Efisiensi Usahatani
• Penggunaan Bibit unggul
spesifik lokasi (Grobogan,
Gepak Kuning)
• Perlu penangkar benih
unggul, menggunakan
metode JABALSIM
• Penerapan teknologi
budidaya berbiaya rendah
(bila bisa tanpa olah tanah)

Upaya Pemasaran
• Pasar kedelai sebenarnya
relatif jelas. KOPTI
membutuhkan kedelai
dalan jumlah yang besar
setiap harinya
• Perlu kerjasama dengan
KOPTI untuk memenuhinya.
Ini bisa dilakukan oleh
Gapoktan. Buat MOU,
kontrak kerja dan penuhi
kebutuhan mereka

Kerjasama Usaha
• Pada umumnya skala
usahatani petani kecil dan
terpencar, tidak efisien. Perlu
dilakukan kerjasama usaha
antar petani
• Perlu dibentuk Badan Usaha
Milik Desa untuk menjalankan
usaha di desa
• Perlu dibentuk Badan Usaha
Milik Petani untuk
menjalankan kerjasama usaha
• Perlu pendampingan untuk itu






Benih unggul
Lahan
Kerjasama usaha
BUMD & BUMP

Proses
• Teknologi
budidaya
• Pengendalian OPT

Input

• Produktif
• Berkualitas
• Berkelanjutan

Output
Kepastian harga
Kepastian usaha
Akses Perbankan
Akses Teknologi
Akses Pasar
Pendampingan usaha

Terima Kasih
Maju Kita Semua-Maju Indonesia

Dokumen yang terkait