55 TAHUN 2012 (Pengelola Anggaran)

BUPATI KUNINGAN
PERATURAN BUPATI KUNINGAN
NOMOR 55 TAHUN 2012
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2013
BUPATI KUNINGAN,
Menimbang

Mengingat

:

a.

bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat
pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggungjawab, dengan memperhatikan keadilan dan
manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

b.


bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud huruf a, perlu ditetapkan
Peraturan Bupati Kuningan tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2013;

: 1.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan DaerahDaerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat;

2.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3833);

3.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);


4.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan tanggung
jawab keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

7.


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

8.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);

9.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);

10.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4723);

11.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik;

12.

Undang Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

13.


Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2001
Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4124);

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4575);

15.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4578);

16.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 16, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4609), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun
2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4855);

17.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 25,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 46);

18.

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009;

19.

Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;


20.

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012;

21.

Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

22.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

23.


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07 Tahun 2011 tentang Standar
dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi;

24.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;

25.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012;

26.

Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
332/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara;

27.


Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi;

28.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.05/2007 tentang Perjalanan
Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan
Pegawai Tidak Tetap beserta Perubahan-perubahannya;

29.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
30.

Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP) Nomor 06 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Presiden
Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

31.

Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kuningan;

32.

Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah;

33.


Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 5 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten 4
Kuningan Tahun 2005 -2025;

34.

Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Kuningan Tahun 2009-2013;

35.

Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah;

36.

Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE);

37.

Peraturan Bupati Kuningan Nomor 42 Tahun 2012 tentang Tata Naskah
Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kuningan;

38.

Peraturan Bupati Kuningan Nomor 15 Tahun 2009 tentang Unit Layanan
Pengadaan Barang/Jasa Terpusat (Procurement Unit) Kabupaten Kuningan;

39.

Peraturan Bupati Kuningan Nomor 34 Tahun 2009 tentang Sistem
Akuntansi;

40.

Peraturan Bupati Kuningan Nomor 35 Tahun 2009 tentang Kebijakan
Akuntansi.
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

:

PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN
TAHUN 2013.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Kuningan.
2.

Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kuningan.

3.

Bupati adalah Bupati Kuningan.

4.

Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Kuningan.

5.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kuningan.

6.

Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan.

7.

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
Unit Kerja Perangkat Daerah yang terdiri atas Sekretariat Daerah,

Sekretariat DPRD Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan
Kelurahan.
8.

Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap
Tugas dan Fungsi Perencanaan Pembangunan di Daerah Kabupaten yang
selanjutnya di sebut Kepala Bappeda adalah Kepala Badan Perencanaan
dan Pembangunan Daerah Kabupaten Kuningan.

9.

Unit Pelaksana Teknis SKPD adalah Unit Pelaksana Teknis pada SKPD di
lingkungan Pemerintah Daerah yang melaksanakan sebagian tugas
operasional di lapangan.

10. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan Sumber Daya
yang tersedia.
11. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah yang dapat
dinilai dengan uang dan segala sesuatu baik berupa uang maupun barang
yang dapat dijadikan milik Daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut.
12. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
penatausahaan,
pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan Daerah.
13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kuningan yang
selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah
Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Kabupaten
dan DPRD Kabupaten Kuningan.
14. Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Belanja Daerah yang selanjutnya
disebut Petunjuk Teknis adalah pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan,
pengurusan dan pertanggungjawaban tata laksana keuangan daerah dalam
rangka meningkatkan tertib administrasi pengelolaan APBD secara efisien,
efektif, transparan dan akuntabel.
15. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Bupati yang
karena
jabatannya
mempunyai
kewenangan
menyelenggarakan
keseluruhan pengelolaan keuangan daerah dan mempunyai kewajiban
menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
kewenangan tersebut kepada DPRD.
16. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disebut PPKD
adalah Kepala Bagian Keuangan yang melaksanakan tugas dan fungsi
pengelolaan APBD.
17. Kas Daerah adalah Kas untuk menampung seluruh penerimaan dan
membayar seluruh pengeluaran Daerah.
18. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang
dipimpinnya.
19. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
barang milik Daerah.
20. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat
yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran untuk menggunakan APBN atau
ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD diberi kuasa
untuk melaksanakan sebagian kewenangan Pengguna Anggaran dalam
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD serta untuk menggunakan
anggaran SKPD.
21. Kuasa Pengguna Barang adalah Kepala Satuan Kerja atau Pejabat yang
ditunjuk oleh pengguna untuk menggunakan barang milik daerah yang
berada dalam penguasaannya.
22. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat
yang diangkat oleh Pengguna Anggaran sebagai pemilik pekerjaan, yang
bertanggungjawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

23. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disebut
PPKSKPD adalah pejabat pada Sekretariat Badan/Lembaga dan/atau
Bagian Tata Usaha pada SKPD yang melaksanakan fungsi tata usaha
keuangan pada SKPD.
24. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disebut PPTK adalah
pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa
kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.
25. Panitia/Pejabat Pengadaan Barang/Jasa adalah tim yang diangkat oleh
Pengguna Anggaran untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa.
26. Unit Layanan Pengadaan (ULP) (Procurement Unit) adalah unit kerja yang
terdiri dari pegawai-pegawai yang telah memiliki sertifikat keahlian
pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibentuk oleh Bupati yang
bertugas secara khusus untuk melaksanakan pemilihan penyedia
barang/jasa di Lingkungan Pemerintah Daerah baik secara manual maupun
elektronik.
27. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) adalah unit kerja yang
dibentuk yang bertugas untuk menyelenggarakan sistem pelayanan
Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.
28. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang diangkat Bupati
atas usul PPKD yang mempunyai tugas untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggung-jawabkan uang
pendapatan Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
29. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang diangkat Bupati
atas usul PPKD yang mempunyai tugas untuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang
Belanja dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
30. Bendahara Penerimaan/Pengeluaran Pembantu adalah orang atau pegawai
yang ditunjuk dan diangkat oleh Bupati atas usul Kepala SKPD yang
melaksanakan tugas dan fungsi Bendahara Penerimaan/ Pengeluaran pada
Lingkungan SKPD.
31. Pembantu Bendahara Pengeluaran adalah Tenaga Kasir,
Pembukuan, Penata Dokumen dan Pengurusan Gaji pada SKPD.

Tenaga

32. Entitas Pelaporan adalah Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah dalam
hal ini adalah Bagian Keuangan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
berupa laporan keuangan atas pelaksanaan APBD.
33. Entitas Akuntansi adalah SKPD Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang
dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun
laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
34. Unit Kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau
beberapa program/kegiatan.
35. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut TAPD adalah
tim yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati dan dipimpin oleh
Sekretaris Daerah yang mempunyai tugas menyiapkan dan melaksanakan
kebijakan Bupati dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri
dari pejabat perencana daerah, PPKD, pengendali program dan pejabat
lainnya sesuai dengan kebutuhan.
36. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disebut KUA adalah dokumen
yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta
asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun anggaran.
37. Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik
melalui upaya yang dilakukan secara terencana oleh semua komponen
dalam rangka mencapai tujuan.

38. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disebut
RPJPD, adalah Dokumen Perencanaan untuk periode 20 (dua puluh)
tahun.
39. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya
disingkat RPJMD, adalah Dokumen Perencanaan untuk periode 5 (lima)
tahun.
40. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut RKPD, adalah
Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang merupakan Dokumen
Perencanaan Pembangunan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
41. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut
Renja-SKPD, adalah Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja
Perangkat Daerah, yang merupakan Dokumen Perencanaan Satuan Kerja
Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
42. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disebut
Musrenbang adalah Forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana
pembangunan tahunan daerah.
43. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS
adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran
yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam
penyusunan RKA – SKPD sebelum disepakati dengan DPRD.
44. Prioritas dan Plafon Anggaran yang selanjutnya disingkat PPA adalah
program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan
kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan
RKA-SKPD setelah disepakati dengan DPRD.
45. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah atau Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1
(satu) tahun.
46. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disebut RKA-SKPD
adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana
pendapatan, belanja, program dan kegiatan serta rencana pembiayaan
sebagai dasar penyusunan APBD.
47. Anggaran Kinerja adalah anggaran yang disusun berdasarkan pendekatan
tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai baik keluaran
(Output), hasil (Outcome), pengaruh/dampak (Impact) dan manfaatnya
(Benefit).
48. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah
dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan
kualitas yang terukur.
49. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara Pendapatan Daerah
dan Belanja Daerah.
50. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara Pendapatan Daerah
dan Belanja Daerah.
51. Prakiraan Maju (Forward Estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana
untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna
memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan
menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.
52. Penganggaran terpadu (Unified Budgeting) adalah penyusunan rencana
keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis
belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada
prinsip pencapaian alokasi dana.
53. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang
dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.
54. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang
berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang
disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.

55. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur
pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan
sumber daya, baik yang berupa personal (sumber daya manusia), barang
modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari
beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan
(Input) untuk menghasilkan keluaran (Output) dalam bentuk barang/jasa.
56. Sasaran/target adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau
keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.
57. Keluaran (Output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan
yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan
program dan kebijakan.
58. Hasil (Outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran dari kegiatan – kegiatan dalam satu program.
59. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang
daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar
seluruh pengeluaran daerah pada Bank Jabar.
60. Penerimaan Daerah adalah semua penerimaan Kas Daerah dalam periode
tahun tertentu.
61. Pengeluaran Daerah adalah semua pengeluaran Kas Daerah dalam
periode tahun tertentu.
62. Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
63. Belanja Daerah adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
64. Sisa Lebih Perhitungan APBD tahun lalu adalah selisih lebih realisasi
pendapatan terhadap realisasi belanja Daerah dan merupakan komponen
pembiayaan.
65. Pembiayaan adalah :
a. Setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun - tahun anggaran berikutnya;
b. Pembiayaan Daerah adalah transaksi keuangan Daerah yang
dimaksudkan untuk menutup selisih antara Pendapatan Daerah dan
Belanja Daerah.
66. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disebut
(DPASKPD) merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja
setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh Pengguna
Anggaran.
67. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disebut (SPD) adalah dokumen
yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai
dasar penerbitan SPP.
68. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnyan disebut (SPP) adalah
dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat yang bertanggungjawab atas
pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran mengajukan permintaan
pembayaran.
69. Uang Persediaan adalah sejumlah uang tunai yang disediakan untuk
satuan kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari.
70. SPP Uang Persediaan yang disebut SPP-UP adalah dokumen yang
diajukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja
yang bersifat pengisian kembali (Revolving) yang tidak dapat dilakukan
dengan pembayaran langsung.
71. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPP-GU adalah
dokumen yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk permintaan

pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran
langsung.
72. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPPTU adalah
dokumen yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk permintaan
tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang
bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung
dan uang persediaan.
73. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut (SP2D) adalah
dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan
oleh Bagian Keuangan berdasarkan SPM.
74. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut (SPM) adalah dokumen
yang digunakan/diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk penerbitan
SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD ;
75. SPM Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-UP adalah dokumen
yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas
beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang
persediaan untuk mendanai kegiatan.
76. SPM Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-GU adalah
dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D
atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananya dipergunakan untuk
mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan.
77. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya
disebut SPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna
Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD,
karena kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang
persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.
78. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM-LS
adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada Pihak Ketiga.

BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Maksud disusunnya Petunjuk Teknis Pengelolaan APBD Tahun 2013 ini adalah
sebagai Pedoman Tata Laksana Anggaran Belanja sehingga dalam
pelaksanaannya dapat berjalan secara optimal serta sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 3
Tujuan Penyusunan Petunjuk Teknis ini adalah :
a. Sebagai pedoman teknis perencanaan anggara belanja di Daerah;
b. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan yang mengacu kepada
rencana anggaran berdasarkan prestasi kerja ;
c. Sebagai pedoman penyusunan rencana anggaran belanja bagi SKPD ;
d. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan, baik terkait dengan
pengendlian, pelaporan maupun evaluasi.
Pasal 4
Ruang Lingkup pengaturan Pengelolaan Keuangan Daerah meliputi prosedur
pengelolaan anggaran belanja daerah, hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pengadaan barang/jasa, serta prosedur pengendalian, evaluasi dan pelaporan.

BAB III
MEKANISME PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DAERAH
Bagian Pertama
Struktur APBD
Pasal 5
Struktur APBD terdiri atas :
1.

PENDAPATAN DAERAH

1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2) Dana Perimbangan
a. Dana Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber Daya
b. Alam
c. Dana Alokasi Umum ( DAU )
d. Dana Alokasi Khusus ( DAK )
3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
a. Hibah
b. Dana Darurat
c. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
d. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
e. Bantuan Keuangan dari Provinsi
2.

BELANJA DAERAH
1) Belanja Tidak Langsung
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Bunga
c. Belanja Subsidi
d. Belanja Hibah
e. Belanja Bantuan Sosial
f. Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintah Desa
g. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Desa
h. Belanja Tidak Terduga
2) Belanja Langsung
a. Program dan Kegiatan Non Urusan
b. Program dan Kegiatan Urusan

3.

PENERIMAAN PEMBIAYAAN
1) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran ( SILPA )
a. Pelampauan Penerimaan PAD
b. Pelampauan Dana Perimbangan
c. Pelampauan Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
d. Sisa Penghematan Belanja
e. Kewajiban kepada Pihak Ketiga
f. Kegiatan Lanjutan / Luncuran
g. Dana Bencana Alam
2) Pencairan Dana Cadangan
3) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
4) Penerimaan Piutang Daerah
5) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
6) Penerimaan Piutang Daerah

4.

PENGELUARAN PEMBIAYAAN
1) Pembentukan Dana Cadangan
2) Penyertaan Modal ( Investasi ) Pemda
a. PD. BPR Kuningan
b. PD. PK Kramatmulya dan Selajambe
c. Bank Jabar Banten Cabang Kuningan
d. PDAM Kuningan

e. PDAM Kuningan Hibah Pusat
f. PD. Aneka Usaha
3) Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo
a. Pembayaran Utang kepada Pihak Ketiga
4) Pemberian Pinjaman Daerah
Bagian Kedua
Tim Anggaran Pemerintah Daerah
(1)

(2)

Pasal 6
Dalam rangka Pengelolaan Keuangan Daerah, dibentuk Tim Anggaran
Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang
ditetapkan dengan Keputusan Bupati , dengan tugasnya meliputi :
a. Mengkaji, membahas dan menyusun rancangan Kebijakan Umum APBD
(KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan Perubahan APBD
b. Melakukan Pembahasan Kebijakan Umum APBD (KUA), Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS), Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD), dan Perubahan APBD bersama-sama DPRD;
c. Melakukan Pembahasan dan Penelitian Rencana Kerja Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA SKPD)
APBD dan Perubahan APBD.
Komposisi dan Personalia TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu:
a. Penanggungjawab : Bupati dan Wakil Bupati Kuningan
b. Ketua
: Sekretaris Daerah
c. Wakil Ketua :

1) Kepala BPKAD
2) Kepala BAPPEDA
3) Kepala Dinas Pendapatan
4) Asisten Administrasi
5) Asisten Pembangunan dan Kesra
6) Asisten Pemerintahan

d. Sekretaris : Kepala Bidang Anggaran BPKAD
e. Wakil Sekretaris :

1) Sekretaris BPKAD
2) Kabid Akuntansi BPKAD

f. Anggota :

1) Staf Ahli Bidang Pembangunan, Ekonomi dan
Keuangan
2) Kepala Bagian Pembangunan Setda
3) Kepala Bagian Organisasi dan Pendayagunaan
Aparatur Setda
4) Kepala Bagian Hukum Setda
5) Kepala Bagian Keuangan dan Sarana Setda
6) Kabid Fisik dan Lingkungan Hidup BAPPEDA
7) Kabid Ekonomi BAPPEDA
8) Kabid Sosial
Budaya dan Pemerintahan
BAPPEDA
9) Kabid Penelitian, Pelaporan dan Evaluasi
BAPPEDA
10) Kabid Program Dinas Pendapatan
11) Kabid Aset BPKAD
12) Kabid Perbendaharaan BPKAD
13)Kasubid Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan
BPKAD
14)Kasubid
Pendapatan
dan
Penerimaan
Pembiayaan BPKAD

(3) Uraian Tugas masing - masing unsur TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), yaitu :
a. Ketua : 1) Merumuskan kebijakan penyusunan anggaran daerah.

2) Merencanakan,
mengkoordinasikan,
mengendalikan dan
mengevaluasi seluruh kegiatan penyusunan APBD.
3) Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara Perencanaan,
Penganggaran, Pelaksanaan dan Pengawasan.
b. Wakil Ketua : 1) Membantu
Ketua dalam merumuskan kebijakan
penyusunan anggaran daerah sesuai dengan bidang
tugasnya.
2) Membantu
mengarahkan dalam merencanakan,
mengendalikan dan mengevaluasi seluruh kegiatan
penyusunan APBD.
3) Membantu
terjaminnya
keterkaitan
antara
Perencanaan, Penganggaran, dan Pelaksanaan.
4) Menyusun kebijakan pendapatan daerah.
c. Sekretaris :

1) Menghimpun dan mengadministrasikan dokumen-dokumen
anggaran daerah (korespondensi, ekspedisi dan
pengarsipan sesuai dengan bidangnya (perencanaan,
pengendalian dan administrasi keuangan).
2) Menyiapkan bahan untuk kepentingan pelaksanaan
tugas tim.
3) Menyusun jadwal kerja tim.
4) Menyusun laporan pelaksanaan tugas tim.

d.

Wakil

Sekretaris

:

1)

Membantu Sekretaris Menghimpun dan
mengadministrasikan
dokumen-dokumen
anggaran daerah (korespondensi, ekspedisi
dan pengarsipan sesuai dengan bidangnya
(perencanaan, pengendalian dan administrasi
keuangan).
2) Membantu Sekretaris Menyiapkan bahan untuk
kepentingan pelaksanaan tugas tim.
3) Membantu
Sekretaris
Menyusun jadwal
kerja tim.
4) Membantu Sekretaris Menyusun laporan
pelaksanaan tugas tim.

e.

Anggota : 1) Menganalisis RKA dari seluruh SKPD.
Aspek – aspek yang dianalisis meliputi :
a. Relevansi antara kegiatan dengan urusan pemerintahan,
visi, misi, tujuan, sasaran, dan program.
b. Aspek yuridis formal, kewenangan, tugas pokok dan
fungsi SKPD.
c. Kebutuhan sarana dan prasarana kerja (APK, ATK,
sarana
mobilitas,
tanah),
disesuaikan
dengan
standarisasi dan data aset.
d. Kesesuaian alokasi belanja pegawai dengan jumlah
pegawai/tenaga kontrak kerja serta penelaahan
mengenai alokasi anggaran pengembangan SDM
masing – masing SKPD.
e. Kebutuhan pengembangan sistem informasi pemerintah
daerah berbasis teknologi informasi secara terintegrasi.
f. Kesesuaian usulan kegiatan diklat yang akan
dilaksanakan SKPD.
g. Kesesuaian usulan kegiatan yang berhubungan dengan
penelitian dan pengembangan yang akan dilaksanakan
SKPD.
2) Melakukan analisis dan evaluasi terhadap urusan
pemerintahan, visi, misi, tujuan dan sasaran dari SKPD
pengusul yang tertuang dalam format RKA-SKPD.
3) Melakukan analisis dan evaluasi terhadap keterkaitan
program usulan SKPD dengan Kebijakan Umum APBD dan
PPAS yang tertuang dalam format RKA-SKPD 2.2.

4) Melakukan analisis dan estimasi pendapatan dan belanja
dari SKPD pengusul, yang tertuang dalam format RKASKPD 1.
5) Melakukan kajian terhadap indikator, tolok ukur dan target
kinerja yang tertuang dalam format RKA-SKPD 2.2.1 yang
terdiri dari masukan, keluaran dan hasil dari suatu
6) program dan kegiatan.
7) Melakukan analisis terhadap jumlah rekapitulasi anggaran
belanja langsung dengan rincian belanja langsung, dan
perhitungan terhadap jumlah rekapitulasi anggaran belanja
tidak langsung dengan rincian belanja tidak langsung.
8) Melakukan perhitungan terhadap jumlah pendapatan dan
belanja dari SKPD pengusul yang tertuang dalam format
RKA-SKPD.
9) Melakukan penelitian kesesuaian kode rekening dengan
bagian/kelompok/ jenis/objek/rincian objek yang digunakan
oleh SKPD pengusul.
10) Melakukan perhitungan terhadap jumlah rekapitulasi
anggaran belanja, terdiri dari belanja langsung dan belanja
tidak langsung.
11) Melakukan perhitungan terhadap rekapitulasi anggaran
belanja langsung dengan rincian belanja langsung dan
perhitungan terhadap rekapitulasi anggaran belanja tidak
langsung dengan rincian belanja tidak langsung.
12) Melakukan perhitungan kebutuhan alokasi belanja perbulan/
pertriwulan dari SKPD yang dirinci berdasarkan kebutuhan
alokasi biaya per kegiatan dalam rangka penerbitan SPD.
13) Melakukan analisis terhadap pendapatan dan belanja SKPD
pengusul berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan APBD
tahun sebelumnya.
14) Melakukan pencermatan terhadap jumlah rekapitulasi
anggaran belanja, terdiri dari belanja langsung dan belanja
tidak langsung didasarkan kepada rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan.
15) Melakukan analisis terhadap besaran biaya dan harga
satuan biaya berdasarkan standar pembakuan biaya, yang
dikaitkan
dengan
pencapaian
target
dalam
hal
mempertajam alokasi kegiatan secara administratif.
16) Menyusun prediksi target pendapatan yang akan datang
dari sektor pendapatan.
17) Mengkoordinasikan pelaporan pendapatan dari SKPD
penghasil atau pengelola pendapatan non pajak.
18) Mengkoordinasikan dan meneliti target/proyeksi pendapatan
daerah pada setiap SKPD penghasil atau pengelola
pendapatan non pajak.
19) Merekap dan menyusun target pendapatan daerah.
20) Menyusun Rancangan Kebijakan Umum APBD.
21) Rancangan KU - APBD yang telah disusun, disampaikan
oleh Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelola
Keuangan Daerah kepada Bupati paling lambat bulan Juni.
22) Menyiapkan rancangan Surat Edaran Bupati tentang
Pedoman Penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan bagi
SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.
23) Menelaah kesesuaian antara RKA – SKPD dengan KUAPBD, PPA, Prakiraan yang telah disetujui tahun anggaran
sebelumnya, Dokumen Perencanaan lainnya, capaian
kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan,
standar analisis belanja, standar harga, standar pelayanan
minimum, serta sinkronisasi program dan kegiatan antar
SKPD.
24) Raperda tentang APBD yang telah disusun oleh TAPD
disampaikan kepada Bupati.

25) TAPD melakukan verifikasi Rancangan DPASKPD bersama
– sama dengan Kepala SKPD paling lama 15 (Lima belas)
hari kerja sejak ditetapkannya Peraturan Bupati tentang
Penjabaran APBD.
26) Menyiapkan Rancangan Surat Edaran Bupati perihal
Pedoman Penyusunan RKA-SKPD yang memuat program
dan kegiatan baru dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat
diubah untuk dianggarkan dalam Perubahan APBD, sebagai
acuan bagi SKPD.
(4) Tugas dan wewenang masing – masing unsur TAPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), yaitu :
A. BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (BPKAD)
BPKAD sebagai Anggota TAPD mempunyai tugas dan wewenang :
a) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, menyusun KUA dengan
memperhatikan :
1) keselarasan
program
dan
kegiatan
dengan
prioritas
pembangunan yang ditetapkan dalam RKP dan RKPD;
2) target capaian kinerja dari program dan kegiatan;
b) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, memproyeksikan
pendapatan daerah, alokasi belanja, sumber dan penggunaan
pembiayaan disertai dengan asumsi yang mendasarinya.
c) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya menyusun Rancangan
PPAS dengan memperhatikan :
1) skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan ;
2) urutan program untuk masing-masing urusan;
3) plafon anggaran sementara program dan kegiatan.
4) dalam penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara
(PPAS), bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya,
menganalisis asumsi makro daerah terhadap implikasi
kemampuan fiskal daerah, kebijakan yang ditempuh dalam upaya
peningkatan pendapatan daerah, faktor-faktor yang mendasari
adanya penurunan dan/atau peningkatan belanja daerah serta
kebijakan pemerintah daerah di bidang pembiayaan daerah tahun
anggaran yang direncanakan.
5) menganalisis dan menyusun plafon anggaran sementara/plafon
anggaran;
6) menyusun proyeksi APBD tahun anggaran yang direncanakan
berdasarkan hasil analisis.
7) menyusun matriks prioritas program dan plafon anggaran menurut
oganisasi.
d) Bersama dengan Anggota TAPD lainnya memfasilitasi SKPD
Pengguna Anggaran dalam penyusunan RKA-SKPD/DPA-SKPD;
e) Melakukan analisis dan penyelarasan atas pagu indikatif berkaitan
dengan alokasi belanja untuk pelaksanaan program dan kegiatan;
f) Meneliti kecocokan kode rekening penganggaran dalam KUA, yaitu
kode bidang urusan pemerintahan daerah dan organisasi;
g) Menyusun Raperda APBD dan Perubahan APBD;
h) Menghimpun RKA-SKPD berdasarkan hasil kompilasi RKA-SKPD yang
disampaikan Pengguna Anggaran;
i) Meneliti kecocokan kode rekening penganggaran dalam PPAS/PPA,
yaitu kode bidang urusan pemerintahan daerah, organisasi jenis dan
objek pendapatan serta belanja daerah;
j) merumuskan dan menyusun standar satuan harga upah, bahan dan
jasa;
k) Menganalisis kebutuhan barang unit pada SKPD;
l) Menganalisis standar harga barang inventaris dan pakai habis;
m) BPKAD bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
B. BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)
BAPPEDA sebagai Anggota TAPD mempunyai tugas dan wewenang :

a) Menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ). RKPD memuat
kerangka ekonomi makro daerah, prioritas pembangunan dan
kewajiban daerah serta rencana kerja dan pendanaan yang terukur.
RKPD dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Bupati;
b) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, menyusun KUA
dengan memperhatikan :
1) keselarasan program dan kegiatan dengan prioritas pembangunan
yang ditetapkan dalam RKP dan RKPD;
2) target capaian kinerja dari program dan kegiatan;
c) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya menyusun Rancangan
PPAS dengan memperhatikan :
1) skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan ;
2) urutan program untuk masing-masing urusan;
3) plafon anggaran sementara program dan kegiatan.
4) dalam penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara
(PPAS), bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya,
menganalisis asumsi makro daerah terhadap implikasi
kemampuan fiskal daerah, kebijakan yang ditempuh dalam upaya
peningkatan pendapatan daerah, faktor-faktor yang mendasari
adanya penurunan dan/atau peningkatan belanja daerah serta
kebijakan pemerintah daerah di bidang pembiayaan daerah tahun
anggaran yang direncanakan.
5) menganalisis dan menyusun plafon anggaran sementara/plafon
anggaran;
6) menyusun proyeksi APBD tahun anggaran yang direncanakan
berdasarkan hasil analisis.
7) menyusun matriks prioritas program dan plafon anggaran menurut
oganisasi.
d) BAPPEDA bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan
wewenangnya kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
C. BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH
a) Bagian Pembangunan sebagai Anggota TAPD mempunyai tugas dan
wewenang :
1) Melakukan penelitian/analisis dalam proses penyusunan KUA,
PPAS, RKA-SKPD/DPA-SKPD terutama terhadap aspek efesiensi
dan efektivitas program/kegiatan.
2) Melakukan penelitian/analisis terhadap keselarasan dan
keterkaitan program dengan bidang urusan pemerintahan daerah
dan program dengan kegiatan.
b) Bagian Pembangunan bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan
wewenangnya kepada Sekretaris Daerah.
D. BAGIAN
ORGANISASI
SEKRETARIAT DAERAH

DAN

PENDAYAGUNAAN

APARATUR

a)

Bagian Organisasi dan Pendayagunaan Aparatur sebagai Anggota
TAPD mempunyai tugas dan wewenang :
1) Menganalisis dan merumuskan aspek kelembagaan dalam
pengelolaan keuangan daerah;
2) Menganalisis dan merumuskan kompensasi kerja berdasarkan
tupoksi, analisa jabatan dan uraian tugas Jabatan.
3) Menganalisis keselarasan indicator kinerja kegiatan berupa input,
output, outcome, dan Sasaran Program.
b) Bagian Organisasi dan Pendayagunaan Aparatur bertanggungjawab
atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada Sekretaris Daerah.

E. BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH
a)

Bagian Hukum Sekretariat Daerah sebagai Anggota TAPD mempunyai
tugas dan wewenang :
1) Menganalisis Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD;

2) Menganalisis Rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran
APBD.
b) Bagian Hukum bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan
wewenangnya kepada Sekretaris Daerah.
F. DINAS PENDAPATAN DAERAH
a) Dinas Pendapatan Daerah sebagai Anggota TAPD mempunyai tugas
dan wewenang :
1) menganalisis target dan rencana pendapatan daerah;
2) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, memproyeksikan
pendapatan daerah disertai dengan asumsi yang mendasarinya.
b) Dinas Pendapatan Daerah bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas
dan wewenangnya kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Bagian Ketiga
Tahapan dan Mekanisme Penyusunan APBD
Pasal 7
Mekanisme penyusunan APBD meliputi :
a. Penyusunan RKPD;
b. Penyusunan Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Belanja Daerah dan
Standar Biaya Belanja Daerah;
c. Penyampaian Rancangan KUA kepada Bupati;
d. Penyampaian Rancangan KUA dari Bupati kepada DPRD;
e. KUA disepakati antara Bupati dengan DPRD;
f. Penyusunan Rancangan PPAS;
g. Penyampaian Rancangan PPAS ke DPRD;
h. PPAS disepakati antara Bupati dengan DPRD;
i. Penetapan Pedoman Penyusunan RKA-SKPD oleh Bupati;
j. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA SKPD tahun
rencana berdasarkan KU APBD dan PPAS;
k. RKA SKPD memuat rencana pendapatan, belanja untuk masing-masing
program dan kegiatan menurut fungsi untuk tahun yang direncanakan, dirinci
sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan serta
prakiraan untuk tahun berikutnya;
l. RKA SKPD dibahas oleh TAPD untuk dilihat kesesuaiannya dengan RKPD,
Renja SKPD, KUA dan PPAS. Hasil pembahasan menjadi bahan lampiran
Raperda APBD;
m. Penyusunan Nota Keuangan dan Pengantar Nota Keuangan tentang RAPBD
dan Raperda tentang APBD;
n. Penyampaian Raperda APBD disampaikan kepada DPRD melalui nota
pengantar keuangan tentang RAPBD oleh Bupati;
o. Pengambilan Keputusan bersama DPRD dan Bupati terhadap RAPBD;
p. Tata cara pembahasan Raperda tentang APBD dilakukan sesuai dengan
peraturan tata tertib DPRD mengacu pada ketentuan peraturan perundangundangan;
q. Raperda APBD kemudian disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi;
r. Penetapan hasil evaluasi;
s. Penetapan Perda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Bupati tentang
penjabaran APBD bila sesuai hasil evaluasi;
t. Penyempurnaan sesuai hasil evaluasi;
u. Pembatasan berdasarkan hasil evaluasi;
v. Penghentian dan pencabutan pelaksanaan Perda tentang APBD bersama
DPRD;
w. Penetapan Keputusan DPRD tentang Penyempurnaan Perda APBD dan
penyampaian hasil penyempurnaan berdasarkan hasil evaluasi;
x. Penetapan Perda APBD dan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD;
y. Penyampaian Perda APBD dan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD
kepada Gubernur;
z. Penyampaian Rancangan Peraturan Bupati kepada Gubernur dalam hal
DPRD tidak mengambil keputusan bersama terhadap Raperda tentang APBD
sampai dengan batas waktu yang ditetapkan undang-undang;

aa.
bb.
cc.
dd.

Pengesahan Gubernur;
Persetujuan Gubernur;
Penyampaian Rancangan Peraturan tentang APBD;
Bupati menetapkan Raperda APBD menjadi Perda APBD serta Rancangan
Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD menjadi Peraturan Bupati
setelah mendapat persetujuan Gubernur;
ee. SKPD menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA SKPD)
sebagai penjabaran dari Perda APBD dengan mempedomani Petunjuk Teknis
Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan penyusunan Standar
Biaya Belanja Daerah yang ditetapkan oleh Bupati;
Bagian Keempat
Kebijakan Belanja Daerah
Pasal 8
(1) Belanja Tidak Langsung meliputi :
1. Belanja Pegawai terdiri atas :
a. Batas maksimal perhitungan acress adalah 2,5 % dari jumlah belanja
pegawai (gaji pokok dan tunjangan);
b. Penganggaran gaji pokok dan tunjangan PNSD agar disesuaikan
dengan hasil rekonsiliasi jumlah pegawai dan belanja pegawai yang
sudah dilakukan dimasing – masing daerah dalam rangka perhitungan
DAU Tahun Anggaran 2013 dan memperhitungkan rencana kenaikan
gaji pokok dan tunjangan PNSD yang ditetapkan pemerintah;
c. Untuk mengantisipasi pengangkatan CPNSD, Pemerintah Daerah
menganggarkan belanja pegawai dalam APBD sesuai dengan
kebutuhan pengangkatan CPNSD dan formasi pegawai tahun 2013;
d. Dalam merencanakan anggaran tambahan penghasilan hanya
diperkenankan untuk PNSD/CPNSD dengan pertimbangan beban
kerja, tempat tugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi, prestasi kerja,
dan/atau pertimbangan obyektif lainnya, yang kriteria dan besarannya
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah;
e. Apabila Daerah telah menganggarkan tambahan penghasilan dalam
bentuk uang makan, tidak diperkenankan menganggarkan penyediaan
makanan dan minuman harian pegawai dalam bentuk kegiatan;
f. Dalam rangka efektifitas dan efisiensi pemanfaatan biaya pemungutan
pajak daerah, pemerintah daerah dalam menganggarkan biaya
pemungutan pajak daerah didasarkan atas rencana kebutuhan riil bagi
aparat terkait dalam pemungutan dan pembinaan pajak daerah dan
jumlahnya dibatasi paling tinggi sebesar 5% dari target penerimaan
pajak daerah Tahun Anggaran 2013;
g. Penyediaan anggaran untuk penyelenggaraan asuransi kesehatan
agar berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003
tentang Subsidi dan Iuran Pemerintah Dalam Penyelenggaraan
Asuransi Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun
serta Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 616.A/MENKES/SKB/VI/2004 Nomor 155A Tahun 2004
tentang Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta PT. Askes (Persero)
dan Anggota Keluarganya di Puskesmas dan di Rumah Sakit Daerah.
Sedangkan untuk asuransi jiwa bagi PNSD atau yang sejenis tidak
diperkenankan dianggarkan dalam APBD.
h. Penganggaran penghasilan dan penerimaan lain Pimpinan dan
Anggota DPRD serta belanja penunjang kegiatan harus didasarkan
pada :
1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2007;
2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pengelompokan Kemampuan Keuangan Daerah, Penganggaran
dan Pertanggungjawaban Penggunaan Belanja Penunjang

Operasional Pimpinan DPRD serta Tata Cara Pengembalian
Tunjangan Komunikasi Intensif dan Dana Operasional.
i. Belanja Bupati dan Wakil Bupati mempedomani ketentuan sebagai
berikut :
1) Penganggaran belanja Bupati dan Wakil Bupati didasarkan pada
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan
Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
2) Biaya Penunjang operasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000
yang semula tertulis ”Biaya Penunjang Operasional Kepala
Daerah Kabupaten/Kota” termasuk didalamnya ”Biaya Penunjang
Operasional Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota”.
2. Belanja Bunga
Untuk menyelesaikan kewajiban pembayaran bunga pinjaman jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang diselesaikan dan
dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2013.
3. Belanja Subsidi
Pemberian Subsidi hanya diperuntukkan kepada perusahaan/lembaga
tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual
produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat yang daya
belinya terbatas. Produk yang diberi subsidi merupakan kebutuhan dasar
dan menyangkut hajat hidup orang banyak serta terlebih dahulu dilakukan
pengkajian agar tepat sasaran dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundangundangan.
4.

Belanja Hibah
a. Pemberian hibah untuk mendukung fungsi penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dilakukan oleh pemerintah disesuaikan
dengan Kemampuan Keuangan Daerah yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, dapat dianggarkan dalam APBD;
b. Dalam menentukan organisasi atau lembaga yang akan diberikan
hibah,
dilakukan
secara
selektif
dan
rasional
dengan
mempertimbangkan Kemampuan Keuangan Daerah;
c. Dalam rangka akuntabilitas penggunaan hibah kepada Pemerintah,
Pemerintah Daerah lainnya, Perusahaan Daerah, Organisasi
Masyarakat dan Masyarakat, pemberian hibah dilengkapi dengan
Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) antara Pemerintah Daerah
dengan penerima hibah yang di lengkapi dengan proposal dan rencana
penggunaan dana /rencana biaya serta kewajiban penerima hibah
mempertanggungjawabkan penggunaan dana yang diterima.

5.

Belanja Bantuan Sosial
a. Dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi
masyarakat, Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan sosial
kepada kelompok/anggota masyarakat namun tetap dilakukan secara
selektif.
b. Untuk penganggaran bantuan keuangan kepada partai politik agar
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan
pemberian bantuan keuangan kepada partai politik.

6.

Belanja Bagi Hasil
Untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan
daerah kepada pemerintah desa disesuaikan dengan rencana pendapatan
pada Tahun Anggaran 2013, sedangkan pelampauan target Tahun
Anggaran 2012 yang belum direalisasikan kepada pemerintah daerah yang
menjadi hak kabupaten/kota atau pemerintah desa ditampung dalam
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013.

7.

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa
a. Selain bantuan keuangan yang bersifat umum Pemerintah Daerah
dapat memberikan bantuan yang bersifat khusus untuk membantu
capaian program prioritas Pemerintah Daerah yang dilaksanakan
sesuai urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah ;

b. Bagian dari dana perimbangan yang diterima oleh Daerah untuk desa
dapat diberikan bantuan keuangan bersifat umum yang pembagiannya
untuk setiap desa dilakukan secara proporsional yang merupakan
alokasi dana desa (ADD) sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 68
ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa;
c. Bantuan keuangan yang bersifat khusus dari pemerintah kabupaten
kepada pemerintah desa diarahkan untuk percepatan atau akselerasi
pembangunan desa.
8.

Belanja Tidak terduga
Dalam penetapan anggaran Belanja Tidak Terduga dilakukan secara
rasional dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2012 dan
merupakan belanja untuk kegiatan yang bersifat tidak biasa atau tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana
sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya termasuk pengembalian atas
kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.
(2) Belanja Langsung, meliputi :
1. Belanja Pegawai
a. Penganggaran honorarium bagi PNSD dibatasi frekuensinya sesuai
dengan kewajaran beban tugas PNSD yang bersangkutan. Dasar
perhitungan besaran honorarium disesuaikan dengan standar yang
telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
b. Penganggaran honorarium Non PNSD hanya dapat disediakan bagi
pegawai tidak tetap yang benar – benar memiliki peranan dan
kontribusi serta yang terkait langsung dengan kelancaran pelaksanaan
kegiatan di masing – masing SKPD termasuk narasumber/tenaga ahli
di luar instansi pemerintah.
2. Belanja Barang Dan Jasa
a. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 Tahun 2011 pada jenis belanja barang/jasa ditambahkan obyek
belanja pemeliharaan, jasa konsultasi, dan lain – lain pengadaan
barang/jasa, dan belanja lainnya yang sejenis. Sehingga terhadap
penganggaran upah tenaga kerja dan tenaga lainnnya yang terkait
dengan jasa pemeliharaan atau jasa konsultansi baik yang dilakukan
secara swakelola maupun dengan pihak ketiga agar dianggarkan pada
belanja barang dan jasa dimaksud;
b. Dalam menetapkan jumlah anggaran untuk belanja baran