Peraturan Dirjen Perbendaharaan | KPPN TANJUNGBALAI

KEMENTERIAN

KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT
PERATURAN

JENDERAL

DIREKTUR

PERBENDAHARAAN

JENDERAL

NOMOR PER-

PERBENDAHARAAN

90 /PB/2011


TENTANG
REKONSILIASI DATA TRANSAKSI PENERIMAAN NEGARA
PADA SISTEM MODUL PENERIMAAN NEGARA

DIREKTUR
Menimbang

Mengingat

JENDERAL

PERBENDAHARAAN,

a.

bahwa dalam penyelenggaraan
layanan setoran penerimaan negara
oleh petugas Bank/Pos Persepsi, dimungkinkan terjadinya kesalahan,
kegagalan,
pembatalan

transaksi
penerimaan
negara
dan/atau
kerusakan data transaksi penerimaan
negara yang mengakibatkan
ketidaksesuaian
data antara yang tercatat
oleh Sistem
Modul
Penerimaan
Negara pada Kementerian
Keuangan
dengan yang
tercatat oleh Sistem Modul Penerimaan
Negara pada Bank/Pos
Persepsi;

b.


bahwa dalam rangka menjamin
dan meningkatkan
kualitas data
transaksi penerimaan negara pada Sistem Modul Penerimaan Negara
terkait dengan hal sebagaimana dimaksud pada huruf a, dipandang
perlu
untuk
mengatur
mekanisme
rekonsiliasi
data
transaksi
penerimaan negara pad a Sistem Modul Penerimaan Negara;

c.

bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf
a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan

Direktur
Jenderal
Perbendaharaan
tentang Rekonsiliasi
Data Transaksi
Penerimaan
Negara pada Sistem Modul Penerimaan Negara;

1.

Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2.


Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3.

Undang-Undang
Nomor
15 Tahun
2004 tentang
Pemeriksaan
Pengelolaan
dan Tanggung
Jawab Keuangan
Negara (Lembaran
Negara
Republik

Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

4.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.06/2006
tentang Modul
Penerimaan
Negara sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.05/2007;

5.

Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
184/PMK.01/2010

tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan;
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor PER-78/PB/2006

6.

tentang
Penatausahaan
Penerimaan Negara;

Penerimaan

Negara

melalui

Modul

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

PERATURAN
DIREKTUR
JENDERAL
PERBENDAHARAAN
TENTANG
REKONSILIASI DATA TRANSAKSI PENERIMAAN NEGARA PADA SISTEM
MODUL PENERIMAAN NEGARA.
BABI
KETENTUAN
Pasal
Dalam Peraturan
dengan:

Direktur

Jenderal

UMUM

1

Perbendaharaan

ini yang

dimaksud

1.

Penerimaan

Negara adalah uang yang masuk ke kas negara.

2.

Modul Penerimaan
Negara, yang selanjutnya
disingkat MPN adalah
modul penerimaan

yang memuat serangkaian
prosedur mulai dari
penerimaan, penyetoran, pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,
sampai dengan pelaporan
yang berhubungan
dengan
penerimaan
negara dan merupakan
bagian dari Sistem Perbendaharaan
dan
Anggaran Negara.

3.

Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara, yang selanjutnya disingkat
KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang
berada dibawah dan bertanggungjawab
langsung kepada Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.


4.

Rekonsiliasi
adalah proses pencocokan/penyandingan
data transaksi
keuangan
yang diproses
dengan beberapa
sistem/subsistem
yang
berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama.

5.

Rekonsiliasi Atas adalah rekonsiliasi yang dilakukan antara data transaksi
penerimaan negara yang dihimpun dari Kantor Pusat Bank/Pos Persepsi
dengan data transaksi penerimaan negara yang tercatat pada sistem
MPN.

6.

Rekonsiliasi
Bawah adalah rekonsiliasi
yang dilakukan antara data
transaksi penerimaan negara yang dihimpun dari KPPN berdasarkan
Laporan Harian Penerimaan (LHP) Bank/Pos Persepsi dengan data
transaksi penerimaan negara yang tercatat pada sistem MPN.

7.

Data transaksi
penerimaan
negara
adalah
data yang terbentuk
berdasarkan
transaksi yang dibuat antara Wajib Pajak/Wajib
Bayar
dengan Bank/Pos Persepsi dan dicatatkan
pada sistem MPN dan
memperoleh Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).

8.

Elemen kunci adalah set elemen data yang digunakan untuk rekonsiliasi
data penerimaan negara yang berasal dari Bank/Pos Persepsi dan data
sistem MPN atau antara data pada KPPN dengan data pada sistem
MPN, yang digunakan
sebagai acuan untuk mengidentifikasi
suatu
transaksi penerimaan negara secara unik.

9.

Data Diakui adalah data transaksi penerimaan negara yang terdapat
pad a sistem MPN serta diakui dan terdapat pad a data yang dikirim oleh
Bank/Pos Persepsi.

10. Data Audit adalah data transaksi penerimaan negara yang dikirim oleh
Kantor Pusat Bank/Pos Persepsi pada saat konfirmasi namun berbeda
pada beberapa elemen dengan data pada sistem MPN.

-2-

11. Data Belum Kirim adalah data transaksi penerimaan
negara yang
terdapat dalam sistem MPN namun belum direkonsiliasi dan ditetapkan
statusnya oleh Kantor Pusat Bank/Pos Persepsi.
12. Data Tidak Diakui adalah data transaksi penerimaan
negara
terdapat pada sistem MPN namun tidak diakui dan tidak terdapat
data yang dikirim oleh Kantor Pusat Bank/Pos Persepsi.

yang
pada

13. Data Reversal adalah data transaksi penerimaan negara yang dibatalkan
karena alasan tertentu dan tercatat sebagai transaksi yang dibatalkan
pada sistern MPN.
14. Data LKP Unmatched adalah data transaksi penerimaan negara
dibukukan oleh KPPN namun tidak terdapat pada sistem MPN.

yang

15. Data MPN Unmatched adalah data transaksi penerimaan negara yang
terdapat dalam sistem MPN namun tidak terdapat pada data yang
diterima dari KPPN.
16. Data Matched adalah data transaksi penerimaan negara yang terdapat
pad a sistem MPN dan juga terdapat pada data yang diterima dari KPPN
dengan seluruh elemen datanya sama.
17. Data Partial Matched adalah data transaksi penerimaan negara yang
terdapat pada sistem MPN dan juga terdapat pada data yang diterima
dari KPPN namun terdapat perbedaan pada satu atau beberapa elemen
datanya.
18. Data Cancel-Out Matched adalah data transaksi penerimaan
yang dinyatakan
batal/tidak diakui oleh Bank/Pos Persepsi
terdapat pada data yang diterima dari KPPN.

negara
namun

Pasal2
Ruang

lingkup

Perbendaharaan
a.

b.

yang

d.

dalam

Peraturan

Direktur

Jenderal

ini meliputi:

proses membandingkan
antara data transaksi penerimaan negara yang
tercatat pad a Kantor Pusat Bank/Pos Persepsi dengan data transaksi
penerimaan negara yang tercatat pada sistem MPN;
proses membandingkan
pada huruf a dengan
pada KPPN;

c.

diatur

antara data hasil proses sebagaimana
data transaksi

elemen kunci sebagai acuan
negara; dan
penyajian
dan pemanfaatan
penerimaan negara.

penerimaan

rekonsiliasi

data

data

rekonsiliasi

hasil

dimaksud

negara yang tercatat
transaksi

penerimaan

data

transaksi

BAB II
MEKANISME

REKONSILIASI

Pasal3
(1) Dalam rangka menjamin
akuntabilitas
Data Transaksi
Penerimaan
Negara yang telah dibukukan sebagai penerimaan negara, Direktorat
Jenderal Perbendaharaan
menyelenggarakan
rekonsiliasi data secara
elektronis.
(2) Rekonsiliasi data sebagaimana
dua tahapan rekonsiliasi yaitu:
-3-

dimaksud

pad a ayat (1) dilakukan

dalam

a. Rekonsiliasi

tahap kesatu, yaitu Rekonsiliasi

Atas; dan

b. Rekonsiliasi

tahap kedua, yaitu Rekonsiliasi

Bawah.

Pasal4
(1) Dari pelaksanaan Rekonsiliasi Atas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) huruf a, dihasilkan kategori data transaksi penerimaan negara
dalam status sebagai berikut:
a. Diakui;
b. Audit;
c. Belum Kirim;
d. Tidak Diakui; dan
e. Reversal.
(2) Dari pelaksanaan
Rekonsiliasi Bawah sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf b, dihasilkan kategori data transaksi penerimaan
negara sebagai berikut:
a. Match;
b. Partial Match;
c. MPN Unmatch;
d. LKP Unmatch; dan
e. Cancel-Out Match.
Pasal5
Pelaksanaan rekonsiliasi data transaksi penerimaan
negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, dilakukan dengan mengacu pada elemen data
tertentu sebagai elemen kunci.
Pasal6
Petunjuk teknis rekonsiliasi data transaksi penerimaan negara pad a sistem
MPN sebagaimana diatur dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dengan
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.
BAB III
PENYAJIAN

DATA HASIL REKONSILIASI
Pasal 7

(1) Dalam rangka menjamin ketersediaan informasi, data hasil rekonsiliasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 disajikan secara elektronis oleh
Direktorat Sistem Perbendaharaan
melalui portal internal Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.
(2) Penyajian
data hasil rekonsiliasi
secara
elektronis
sebagaimana
dimaksud pad a ayat (1) diunggah (upload) 3 (tiga) hari kerja setelah
tanggal buku transaksi berkenaan.
PasalS
Data hasil rekonsiliasi
yang disajikan
dimaksud dalam Pasal 7 terdiri atas:
yang disepakati

secara

a.

Data hasil rekonsiliasi
negara, dan

b.

Data hasil rekonsiliasi yang masih memerlukan
-4-

elektronis

sebagaimana

sebagai data realisasi penerimaan
penetapan

lebih lanjut.

Pasal 9
Data hasil rekonsiliasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a meliputi
data transaksi penerimaan negara dengan kategori Diakuai, Audit, Belum
Kirim, atau Match, yang oleh karenanya dapat dipergunakan sebagai bahan
pelaporan realisasi penerimaan negara.
Pasal10
Data hasil rekonsiliasi
yang masih memerlukan
penetapan
lebih lanjut
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf b meliputi data transaksi
penerimaan negara dengan kategori:
a. Partial Match,
b. Reversal;
c. Tidak Diakui;
d. Belum Kirim;
e. MPN Unmatch;
f. LKP Unmatch; dan
g. Cancel-Out Match.
BAB IV
MEKANISME

TINDAK LANJUT AT AS DATA HASIL REKONSILIASI
Pasal 11

(1)

Dalam rangka menjamin akuntabilitas data penerimaan negara, data
hasil rekonsiliasi yang telah disajikan sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 8 huruf b, diproses lebih lanjut dalam suatu mekanisme penetapan
status baru data penerimaan negara melalui sistem MPN.

(2)

Mekanisme
penetapan
sebagaimana
dimaksud
sebagai berikut:
a. Permintaan

status
baru
data
penerimaan
negara
pad a ayat (1) dilakukan dengan ketentuan

klarifikasi kepada pihak-pihak

terkait;

b. Permintaan konfirmasi atas hasil klarifikasi
pad a huruf a, kepada otoritas penyelenggara
negara berkenaan;

sebagaimana
dimaksud
administrasi penerimaan

c. Penyiapan dan penetapan rekomendasi
transaksi penerimaan negara; dan

penetapan

status baru data

d. Penetapan dan penyampaian keputusan
transaksi penerimaan negara.

penetapan

status baru data

Pasal12
(1)

Pelaksanaan
kegiatan permintaan
klarifikasi sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a dilakukan dalam rangka memperoleh
penjelasan
mengenai
terjadinya
transaksi
dan sebab-sebab
tidak
disepakatinya atas data hasil rekonsiliasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf b beserta dokumen pendukung yang dapat memperkuat
keyakinan terhadap status data berkenaan.

(2)

Pelaksanaan Kegiatan konfirmasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (2) huruf b dilakukan dalam rangka memperoleh kepastian atas
hasil klarifikasi yang menyatakan
pembatalan
atas data transaksi
penerimaan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b atau
pengakuan keabsahan status data atas data Cancel-Out Match.

-5-

(3) Pelaksanaan kegiatan penyiapan dan penetapan rekamendasi
penetapan status baru data transaksi penerimaan negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf c dilakukan dalam rangka
menghimpun dan mempertimbangkan hasil kegiatan permintaan
klarifikasi dan hasil kegiatan kanfirmasi sebagai bahan pengambilan
keputusan penetapan status baru data transaksi penerimaan negara
berkenaan.
(4) Pelaksanaan kegiatan penetapan dan penyampaian keputusan status
baru data transaksi penerimaan negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2) huruf d dilakukan dalam rangka memberikan dasar
hukum bagi kegiatan perubahan status baru data transaksi penerimaan
negara berkenaan.

Pasal 13
(1) Pelaksanaan kegiatan permintaan klarifikasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal12 ayat (1) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. data Partial Match dan Cancel-Out Match dimintakan klarifikasi
kepada Bank/Pas Persepsi pembuat transaksi dan KPPN mitra kerja
Bank/Pas Persepsi berkenaan;
b. data Reversal, Tidak Diakui, Belum Kirim, dan MPN Unmatch
dimintakan klarifikasi kepada Bank/Pas Persepsi pembuat transaksi
berkenaan; dan
c. data LKP Unmatch dimintakan klarifikasi kepada KPPN terkait
transaksi berkenaan.
(2) Pelaksanaan kegiatan kanfirmasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (2) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Data penerimaan pajak dimintakan konfirmasi kepada Direktarat
Jenderal Pajak;
b. Data penerimaan bea dan cukai dimintakan konfirmasi kepada
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
c. Data penerimaan negara bukan pajak dimintakan konfirmasi kepada
Direktorat Jenderal Anggaran;
d. Data penerimaan pengembalian belanja dan penerimaan non
anggaran dimintakan kanfirmasi kepada Direktarat Jenderal
Perbendaharaan.
(3) Pelaksanaan kegiatan penyiapan dan penetapan rekamendasi
penetapan status baru data transaksi penerimaan negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) dilakukan dengan mencocokan hasil
klarifikasi atas data transaksi penerimaan negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan hasil kanfirmasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), mempertimbangkan bukti-bukti yang ada dan/atau
diperoleh, dan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku serta
asas kepatutan.
(4) Pelaksanaan kegiatan penetapan dan penyampaian keputusan status
baru data transaksi penerimaan negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (4) dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan mempertimbangkan
ketentuan yang berlaku serta asas kepatutan.

-6-

Pasal 14
(1)

Kegiatan tindak lanjut atas data hasil rekonsiliasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 merupakan
satu rangkaian proses dalam rangka
penetapan status baru data transaksi penerimaan negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal1 O.

(2)

Status baru data transaksi penerimaan negara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) selanjutnya disepakati sebagai data transaksi penerimaan
negara yang berstatus tetap dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Status baru data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a,
huruf d, huruf e, dan huruf f yang ditetapkan sebagai data "Sah",
disepakati sebagai realisasi penerimaan negara; dan
b. Status baru data sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf b,
huruf c, dan huruf 9 yang ditetapkan sebagai data "Sah", disepakati
sebagai bukan realisasi penerimaan negara.
Pasal 15

(1)

Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal14
pada tanggal penetapan.

ayat (2) huruf a dibukukan

(2)

Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf b dinyatakan
batal sejak tanggal penetapan dan segera dilakukan koreksi pembukuan
atas data MPN.
BABV
PEMANFAATAN

DATA HASIL REKONSILIASI
Pasal 16

(1)

Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dan dalam Pasal14
ayat (2) huruf a digunakan sebagai data untuk penyusunan laporan
realisasi penerimaan negara.

(2)

Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf b dilaporkan
sebagai penerimaan negara yang dibatalkan.

Pasal 17
Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dapat dipergunakan sebagai
acuan
bagi Bendahara
Umum
Negara
dan otoritas
penyelenggara
administrasi
penerimaan
negara berkenaan
untuk keperluan
pelaporan
realisasi penerimaan negara beserta analisis.
BABVI
KETENTUAN

PERALIHAN

Pasal 18
Rekonsiliasi dan pelaporan atas data transaksi penerimaan negara pada
sistem MPN yang dilaksanakan
sebelum berlakunya Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan
ini, tetap mengacu pada ketentuan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

-7-

BABVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal19
Pada saat Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini mulai berlaku,
ketentuan mengenai penggunaan elemen kunci sebagaimana diatur dalam
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-05/PB/2010
tentang Pelaksanaan Rekonsiliasi dan Pelaporan Realisasi Anggaran
Pendapatan Sektor Perpajakan pada Sistem Akuntansi Instansi dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal20
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

-8-

PERATURAN

DIREKTUR

JENDERAL

LAMPIRAN
PERBENDAHARAAN

NOMOR PER- 90 IPB/2011 TENTANG REKONSILIASI DATA
TRANSAKSI PENERIMAAN NEGARA PADA SISTEM MODUL
PENERIMMN NEGARA

REKONSILIASI

A.

PETUNJUK TEKNIS
DATA TRANSAKSI PENERIMAAN NEGARA PADA SISTEM MPN

Pendahuluan
Pelayanan atas setoran penerimaan negara, sesuai perjanjian jasa pelayanan perbankan
dan/atau pos sebagai Bank Persepsi/Devisa
Persepsi dan/atau Pos Persepsi dalam rangka
pelaksanaan Treasury Single Account (TSA) Penerimaan, dilakukan oleh Bank/Pos Persepsi.
Bank/Pos Persepsi membuka layanan loket (over the counter) dan/atau layanan transfer
(pemindahbukuan)
bagi para Wajib Pajak dan/atau Wajib Bayar Penerimaan Negara. Setiap
transaksi setoran penerimaan negara yang terjadi dalam pelayanan Kantor Cabang Bank/Pos
Persepsi dicatatkan pada sistem MPN. Bukti pencatatan pada sistem MPN atas suatu transaksi
diberikan oleh sistem MPN berupa NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara).
Penatausahaan
penerimaan
negara
melalui
sistem
MPN
dilaksanakan
secara
desentralisasi. Penatausahaan secara desentralisasi dimaksudkan sebagai bentuk mekanisme
pelayanan oleh kantor cabang di setiap daerah untuk selanjutnya dilakukan pelaporan ke
kantor pusat. Dengan demikian, Kantor Cabang Bank/Pos Persepsi menyampaikan
laporan
harian penerimaan (LHP) ke KPPN pada setiap akhir hari kerja. Berdasarkan LHP tersebut,
KPPN melakukan pembukuan atas realisasi transaksi penerimaan negara dimaksud.
Dari proses pelaporan yang diselenggarakannya,
Kantor Pusat Bank/Pos Persepsi
menyampaikan data hasil penerimaan ke Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan
sebagai pengakuan atas data transaksi yang dinyatakan sah/valid. Di lain pihak, KPPN juga
menyampaikan laporannya ke Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan
untuk siap
direkonsiliasikan.
Dengan mekanisme
tersebut,
Direktorat
Jenderal Perbendaharaan
menerima
data
transaksi penerimaan negara dari sumber yang berbeda yang memungkinkan
terjadinya
perbedaan data. Mengingat hal tersebut, Direktorat Jenderal Perbendaharaan
memandang
perlu untuk menyelenggarakan
mekanisme rekonsiliasi data transaksi penerimaan negara.
Mekanisme rekonsiliasi data transaksi penerimaan negara melalui sistem MPN perlu diatur
secara jelas dalam suatu Petunjuk Teknis.
Petunjuk Teknis yang diatur dalam Peraturan
meliputi:

Direktur Jenderal

Perbendaharaan

ini akan

1.

Rekonsiliasi data transaksi penerimaan negara yang tercatat pada sistem Bank/Pos Persepi
dengan data yang tercatat pad a sistem MPN;

2.

Rekonsiliasi data transaksi penerimaan negara yang diterima oleh KPPN dengan data hasil
rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada angka 1;

3.

Elemen kunci yang menjadi
penerimaan negara; dan

4.

Penyajian data hasil rekonsiliasi data transaksi
dan pemanfaatan data berkenaan.

acuan

dalam

-9-

pelaksanaan
penerimaan

rekonsiliasi

data

transaksi

negara beserta tindak

lanjut

B. Rekonsiliasi data transaksi penerimaan negara yang tercatat
dengan data yang tercatat pada sistem MPN
1.

Proses Rekonsiliasi

Kantor Pusat Bank/Pos

pada sistem

Bank/Pos

Persepi

Persepsi dengan Sistem MPN

Kantor Pusat Bank/Pos Persepsi mengirimkan data transaksi penerimaan pada setiap
akhir hari kerja secara batch ke sistem MPN. Pengiriman tersebut dilakukan dalam rangka
rekonsiliasi dengan data pad a sistem MPN melalui aplikasi portal rekon MPN. Data yang
disajikan pada saat rekonsiliasi tersebut adalah:
a.

Data MPN-Reversal,
yaitu data yang dibatalkan oleh Bank/Pos Persepsi karena sebab
tertentu dan tercatat sebagai transaksi reversal dalam sistem MPN (rev_flag=1).

b.

Data MPN-Valid,
yaitu data yang terdapat dalam sistem MPN yang akan dijadikan
bahan untuk melakukan rekonsiliasi dengan data yang disampaikan
oleh Bank/Pos
Persepsi.

Proses rekonsiliasi data dilakukan dengan membandingkan
data yang dikirimkan oleh
Kantor Pusat Bank/Pos Persepsi dengan Data MPN-Valid. Hasil rekonsilisasi data tersebut
adalah:
a.

Data Tidak Diakui, yaitu data yang ada dalam sistem MPN (data MPN) namun tidak
diakui oleh Bank/Pos Persepsi sebagai data transaksi yang telah dilaporkan ke KPPN
(data LKP) dan dilimpahkan ke Bank Indonesia dan tidak terdapat dalam sistem MPN
(flsah=99).

b.

Data Diakui, yaitu data yang dapat dijadikan bahan rekonsiliasi dengan data KPPN
yang terdiri atas data diakui (flsah=OO), data audit (flsah=80) dan belum kirim (flsah
null).

Secara keseluruhan hasil rekonsiliasi data antara data pada Sistem MPN dengan data
yang dikirim oleh Kantor Pusat Bank/Pos Persepsi terdiri dari:
a. Data Diakui, yaitu data transaksi penerimaan negara yang terdapat pada sistem MPN
serta diakui dan terdapat pad a data yang dikirim oleh Bank/Pos Persepsi dan tidak
terdapat perbedaan pada keseluruhan elemen data DNP;
b. Data Audit, yaitu data transaksi penerimaan negara yang dikirim oleh Kantor Pusat
Bank/Pos Persepsi pada sa at konfirmasi namun terdapat perbedaan pada satu atau
beberapa elemen data utama yang pad a DNP yang disampaikan dengan data pad a
sistem MPN;
c. Data Belum Kirim, yaitu data transaksi penerimaan negara yang terdapat dalam sistem
MPN namun belum direkonsiliasi dan ditetapkan statusnya oleh Kantor Pusat Bank/Pos
Persepsi;
d. Data Tidak Diakui, yaitu data transaksi penerimaan negara yang terdapat pada sistem
MPN namun tidak diakui dan tidak terdapat pada data yang dikirim oleh Kantor Pusat
Bank/Pos Persepsi; dan
e. Data Reversal, yaitu data transaksi penerimaan negara yang dibatalkan oleh Bank/Pos
Persepsi karena alasan tertentu dan tercatat sebagai transaksi yang dibatalkan pad a
sistem MPN.
2.

Proses Rekonsiliasi data transaksi penerimaan
MPN dengan data yang diterima dari KPPN

negara melalui

Bank/Pos

Persepsi

pad a

Kantor Cabang Bank/Pos Persepsi menyampaikan
LHP dan Berita Acara Reversal
pada setiap akhir kerja ke KPPN mitra kerja Bank/Pos Persepsi. KPPN kemudian
membukukan transaksi penerimaan tersebut dan menyampaikan laporan dalam bentuk file
ke Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

-10-

2.1.

Rekonsiliasi

Tahap Kesatu (Rekonsiliasi

Atas)

Proses Rekonsiliasi
data transaksi
penerimaan
Negara melalui Bank/Pos
Persepsi pada Modul Penerimaan Negara dengan data yang diterima dari KPPN
dilakukan oleh Direktorat Sistem Perbendaharaan
dengan cara
menyandingkan
transaksi yang dibukukan oleh KPPN (data LKP) dengan transaksi Data Diakui, Data
Audit, dan Data Belum Kirim.
Proses rekonsiliasi

2.2.

pad a tahap ini menghasilkan

data sebagai berikut:

a.

Data Matched, yaitu data transaksi penerimaan
negara yang terdapat pada
sistem MPN dan juga terdapat pada data yang diterima dari KPPN dengan seluruh
elemen datanya sama;

b.

Data Partial Matched, yaitu data transaksi penerimaan negara yang terdapat
pada sistem MPN dan juga terdapat pada data yang diterima dari KPPN namun
terdapat perbedaan pada satu atau beberapa elemen datanya.

c.

Data LKP Unmatched, yaitu data transaksi penerimaan
oleh KPPN namun tidak terdapat pada sistem MPN;

d.

Data MPN Unmatched, yaitu data transaksi penerimaan negara yang terdapat
dalam sistem MPN namun tidak terdapat pada data yang diterima dari KPPN.

Rekonsiliasi

Tahap Kedua (Rekonsiliasi

negara yang dibukukan

Bawah)

Pad a tahapan ini, proses rekonsiliasi data transaksi penerimaan negara melalui
Bank/Pos Persepsi pad a MPN dengan data yang diterima dari KPPN dilakukan
dengan cara menyandingkan Data Cancel-Out Match (Data Reversal dan Data Tidak
Diakui) dengan Data LKP Unmatched.
Proses rekonsiliasi

pada tahap ini menghasilkan

data sebagai berikut:

a. Data LKP Unmatched, yaitu data transaksi penerimaan
oleh KPPN namun tidak terdapat pad a sistem MPN;

negara yang dibukukan

b. Data Reversal, yaitu data transaksi penerimaan negara yang dibatalkan
Bank/Pos Persepsi karena alasan tertentu dan tercatat sebagai transaksi
dibatalkan pada sistem MPN;

oleh
yang

c. Data Tidak Diakui, yaitu data transaksi penerimaan negara yang terdapat
sistem MPN namun tidak terdapat pada data yang diterima dari KPPN; dan

pada

d. Cancel-Out Match, yaitu data transaksi penerimaan
negara yang dibatalkan
dan/atau tidak diakui oleh Bank/Pos Persepsi
namun terdapat pada data LKP
Unmatched.
3.

Hasil Rekonsiliasi
Keseluruhan hasil rekonsiliasi data transaksi penerimaan negara melalui Bank/Pos
Persepsi pada Modul Penerimaan Negara dengan data yang diterima dari KPPN secara
garis besar dikelompokkan sebagai berikut:
a. Data Matched, yaitu data transaksi penerimaan negara yang terdapat pada sistem
MPN dan juga terdapat pad a data yang diterima dari KPPN dengan seluruh elemen
kuncinya sama;
b. Data Partial Matched, yaitu data transaksi penerimaan negara yang terdapat pad a
sistem MPN dan juga terdapat pada data yang diterima dari KPPN namun terdapat
perbedaan pada satu atau beberapa elemen datanya;
c. Data LKP Unmatched, yaitu data transaksi penerimaan negara yang dibukukan oleh
KPPN namun tidak terdapat pad a sistem MPN;
d. Data MPN Unmatched, yaitu data transaksi penerimaan negara yang terdapat dalam
sistem MPN namun tidak terdapat pad a data yang diterima dari KPPN; dan
-11-

e.

Data Cancel Out Matched, yaitu data transaksi penerimaan negara yang dinyatakan
batal (reversal atau tidak diakui) namun terdapat pada data yang diterima dari KPPN;

Untuk memudahkan identifikasi hasil rekonsiliasi data transaksi penerimaan negara melalui
Bank/Pos Persepsi pad a MPN dengan data yang diterima dari KPPN digunakan flag sebagai
berikut:
1.

Flagrekon 50 (matched semua elemen)
Transaksi pada data MPN dan LKP adalah
kunci dengan rumus:

menggunakan

P-7+P-11+kode_bank+
kode _ cab_ bank+kode _ kppn+kode _ntb+kode _ akun+tanggaL
2.

cab_bank+kode _kppn+kode_ntb+kode_

buku+kode _NTPN+NilaL

elemen

setor

akun+tanggaLbuku+kode_NTPN+

buku+kode _ NTPN+NilaL

setor

Flagrekon 3 (beda kode KPPN)
Elemen data yang digunakan sebagai elemen kunci adalah dengan mengurangi satu elemen
dari Flagrekon 1 yaitu kode KPPN, sehingga elemen data yang digunakan adalah:
kode _ bank+kode _ cab_bank +kode _ntb+kode _ akun+tanggaL

5.

seluruh

Flagrekon 2 (beda kode cabang bank)
Elemen data yang digunakan sebagai elemen kunci adalah dengan mengurangi satu elemen
dari Flagrekon 1 yaitu kode cabang bank, sehingga elemen data yang digunakan adalah:
kode _bank+kode _kppn+kode _ ntb+kode _ akun+tanggaL

4.

lengkap

Flagrekon 1 (Beda P7 &P11)
Elemen data yang digunakan sebagai elemen kunci adalah dengan mengurangi dua elemen
dari Flagrekon 50 yaitu kode P-7 dan P-11, sehingga elemen data yang digunakan adalah:
kode_bank+kode_
NilaLsetor

3.

secara

buku+kode _NTPN+N ilaL setor

Flagrekon 4 (beda kode NTB)
Elemen data yang digunakan sebagai elemen kunci adalah dengan mengurangi
dari Flagrekon 1 yaitu kode NTB, sehingga elemen data yang digunakan adalah:

satu elemen

kode _bank+kode _ cab_ bank+kode _kppn +kode _ akun+tanggal_ buku+kode _ NTPN+NilaL
6.

7.

Flagrekon 5 (beda mata anggaran/akun)
Elemen data yang digunakan sebagai elemen kunci adalah dengan mengurangi
dari Flagrekon 1 yaitu kode akun, sehingga elemen data yang digunakan adalah:

setor

satu elemen

Flagrekon 6 (split akun)
Elemen data yang digunakan sebagai elemen kunci adalah dengan mengurangi satu elemen
dari Flagrekon 1 yaitu kode akun, dimana pada 1 transaksi di MPN terdapat lebih dari 1
transaksi di LKP dengan NTPN yang sama yang menyebabkan terjadi pecah akun (re-class
akun) sehingga elemen data yang digunakan adalah:
kode _bank+kode _ cab_ bank+kode _ kppn+kode _ ntb +tanggal_ buku+kode _ NTPN+NilaL

setor

KPPN berwenang melakukan koreksi terhadap kesalahan kode akun termasuk memecah satu
akun menjadi beberapa akun dengan NTPN yang sama. Split kode akun tersebut dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
-12-

8.

Flagrekon 7 (beda tanggal buku)
Elemen data yang digunakan sebagai elemen kunci adalah dengan mengurangi satu elemen
dari Flagrekon 1 yaitu kode tanggal buku, sehingga elemen data yang digunakan adalah:
kode _ bank+kode _ cab _ bank+kode _ kppn+kode _ ntb+kode _ akun +kode _ NTPN+Nilai_ setor

9.

Flagrekon 8 (beda akun dan kode cabang bank)
Elemen data yang digunakan sebagai elemen kunci adalah dengan mengurangi dua elemen
dari Flagrekon 1 yaitu kode akun dan cabang bank, sehingga elemen data yang digunakan
adalah:
kode _ bank+kode _kppn+kode _ntb +tanggal_ buku+kode _NTPN+NilaL

setor

10. Flagrekon 9 (beda akun dan NT B)
Elemen data yang digunakan sebagai elemen kunci adalah dengan mengurangi dua elemen
dari Flagrekon 1 yaitu kode akun dan NTB, sehingga elemen data yang digunakan adala:
kode _ bank+kode _ cab_ bank+kode _ kppn+tanggaL

buku+kode _ NTPN+NilaL

setor

11. Flagrekon 10 (beda akun dan tanggal buku)
Elemen data yang digunakan sebagai elemen kunci adalah dengan mengurangi dua elemen
dari Flagrekon 1 yaitu kode akun dan tanggal buku, sehingga elemen data yang digunakan
adalah:
.

C. Elemen kunci sebagai acuan pelaksanaan

rekonsiliasi

Sebagai acuan dalam pelaksanaan
rekonsiliasi data transaksi penerimaan
Bank/Pos Persepsi pada MPN menggunakan elemen kunci sebagai berikut:
Elemen kunci pada pelaksanaan
Persepsi dengan Sistem MPN:

rekonsiliasi

data transaksi

antara

1. Processing Code (P-3)
Processing Code adalah kode yang mencerminkan jenis
wajib pajak/wajib bayar/wajib setor pad a sistem MPN.
2.

3.

4.

5.

Kode Cabang Bank (P-63)
Kode Cabang Bank adalah elemen
tempat transaksi dilakukan.

data yang memuat

melalui

Kantor Pusat Bank/Pos

transaksi

Kode Bank (P-32)
Kode Bank adalah elemen data yang memuat kode sandi Bank/Pos

negara

yang dilakukan

oleh

Persepsi.

kode cabang

bank/pos

Kode Mata Anggaran
Kode Mata Anggaran adalah kodefikasi atas jenis penerimaan negara berdasarkan
Akun Standar yang menunjukkan tujuan dari sebuah transaksi penerimaan.

persepsi

Bagan

Kode Jenis Setoran
Kode Jenis Setoran adalah kode yang digunakan
sesuai dengan masing-masing jenis penerimaan.

-13-

untuk pembayaran

kewajiban perpajakan

6.

Nilai Setor (P-4)
Nilai Setor adalah elemen data yang memuat
surat setoran dan yang masuk ke Kas Negara.

nilai rupiah yang tercantum

pada dokumen

7.

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak (WP) sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas WP
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

8.

Tanggal Buku(P-15)
Tanggal
Buku adalah elemen data yang memuat tanggal
membukukan transaksi yang dilaporkan oleh Bank/Pos Persepsi.

9.

yang

digunakan

untuk

Kode KPPN
Kode KPPN adalah kode instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada
di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan,
lokasi dimana transaksi penerimaan tersebut dibukukan masuk
ke Kas Negara.

10. Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN)
NTPN adalah nomor yang ditetapkan oleh sistem MPN untuk dapat melakukan
terhadap sebuah transaksi penerimaan secara unik.

identifikasi

Sedangkan
elemen data yang digunakan
pad a pelaksanaan
rekonsiliasi
data transaksi
penerimaan negara antara data Kantor Pusat Bank/Pos Persepsi dengan data yang dikirim
oleh Kantor Cabang Bank/Pos Persepsi melalui KPPN, adalah:
1.

Kode KPPN
Kode KPPN adalah kode instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada
di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan,
lokasi dimana transaksi penerimaan tersebut dibukukan masuk
ke Kas Negara.

2.

NTPN
NTPN adalah nomor yang ditetapkan oleh sistem MPN untuk dapat melakukan
terhadap sebuah transaksi penerimaan secara unik.

3.

4.

identifikasi

Kode Mata Anggaran
Kode Mata Anggaran adalah kodefikasi atas jenis penerimaan negara berdasarkan
Akun Standar yang menunjukkan tujuan dari sebuah transaksi penerimaan.
Waktu Transaksi (P-7);
Waktu Transaksi (Transmission
data dikirimkan.

Bagan

Date and Time) adalah tanggal dan jam pada sa at paket

5.

Nomor Urut Transaksi (P-11)
Nomor Urut Transaksi (System Trace Audit Number) adalah suatu nomor yang digunakan
untuk mencocokan antara paket data request dengan response. Nomor harus ditetapkan
oleh pengirim (Sistem Bank/Pos Persepsi) dan dikembalikan oleh Sistem MPN. Nomor ini
tidak boleh berubah dalam kurun waktu berlakunya transaksi terkait.

6.

Nilai Setor (p-4)
Nilai Setor adalah elemen data yang memuat
surat setoran dan yang masuk ke Kas Negara.

-14-

nilai rupiah yang tercantum

pada dokumen

7.

Tanggal Buku (P-15)
Tanggal
Buku adalah elemen data yang memuat
tanggal
membukukan transaksi yang dilaporkan oleh Bank/Pos Persepsi.

8.

digunakan

untuk

Kode Bank (P-32)
Kode Bank adalah elemen data yang memuat kode sandi Bank/Pos

9.

yang

Nomor Transaksi

Persepsi.

Bank (P-37)

Nomor Transaksi Bank adalah elemen data yang ditetapkan oleh Bank/Pos Persepsi yang
memuat nomor untuk dapat melakukan identifikasi sebuah transaksi penerimaan secara
unik.
10. Kode Cabang Bank (P-63)
Kode Cabang Bank adalah elemen
tempat transaksi dilakukan.
D. Tindak lanjut penyelesaian

data yang memuat

kode cabang

bank/pos

persepsi

data hasil rekonsiliasi

D.1. Penyajian Data Transaksi

Penerimaan

sebagai bahan penyusunan

laporan

Hasil rekonsiliasi data transaksi penerimaan Negara berupa data dengan kategori Data
Matched, Data Partial Matched, dan Data Cancel-Out Matched dapat digunakan oleh
Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat Jenderal Pajak, atau Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai sebagai bahan pencatatan transaksi penerimaan dalam Sistem Akuntansi Instansi.
Penyusunan laporan keuangan mengacu pada ketentuan yang mengatur mengenai
pedoman penyusunan laporan keuangan Kementerian Keuangan Negara/Lembaga.

D.2. Klarifikasi Data Transaksi Penerimaan

Ke Bank/Pos Persepsi

Data MPN Unmatched,
Data Reversal, dan Data Tidak Diakui diklarifikasi
atau
dimintakan penjelasan lebih lanjut dari Bank/Pos Persepsi secara berkala. Data Reversal
dan data Tidak Diakui merupakan transaksi yang dibatalkan oleh Bank/Pos Persepsi dan
terdapat (Cancel-Out Matched) maupun tidak terdapat pad a data KPPN.
Atas data transaksi yang dinyatakan batal dan tidak sah sebagai penerimaan negara
diusulkan untuk dihapuskan, sedangkan untuk data Cancel-Out Match yang dinyatakan
batal dan tidak sah, Direktorat Jenderal Perbendaharaan dapat mengembalikan dana yang
telah dilimpahkan ke Bank/Pos Persepsi. Untuk data MPN Unmatched yang dinyatakan
oleh Bank/Pos
Persepsi sebagai
transaksi
yang sah, Bank/Pos
Persepsi
harus
melimpahkan
sejumlah
dana tersebut,
termasuk
denda keterlambatan
penyetoran
dan/atau pelimpahannya.
Hasil konfirmasi data transaksi
dalam suatu berita acara.

penerimaan

D.3. Konfirmasi Data Transaksi Penerimaan

negara ke Bank/Pos

Persepsi

ditetapkan

Ke KPPN

Setelah proses rekonsiliasi
data transaksi
Persepsi pada MPN dengan data yang diterima
terhadap kemungkinan adanya data Cancel-Out
Unmatched, yang dilakukan dengan melakukan
diterima oleh KPPN dari Kantor Cabang Bank/Pos

-15-

penerimaan
negara melalui Bank/Pos
dari KPPN, diperlukan analisis lanjutan
Matched yang terdapat pada data MPN
konfirmasi ke KPPN atas data yang
Persepsi.

Hal ini dimungkinkan terjadi karena Bank/Pas Persepsi melakukan kesalahan
pengiriman ADK LHP ke KPPN dimana transaksi yang seharusnya dibatalkan atau tidak
diakui (Data Tidak Diakui/Data Direversal) namun terdapat pada ADK LHP tersebut.
Analisis data ini akan menghasilkan variasi data sebagai berikut:
1. Data MPN Unmatched, yaitu data yang benar-benar hanya ada di sistem MPN dan
tidak disampaikan ke KPPN.
2. Data Cancel-Out Matched, yaitu data tidak diakui dan dibatalkan (cancel-out) namun
dilaparkan pada LHP dan dananya dilimpahkan ke Sub Rekening Kas Umum Negara
di Bank Indonesia. Dalam kasus ini, Bank/Pas Persepsi melakukan kelebihan
pelimpahan dimana data yang seharusnya cancel-out dan tidak ada uangnya, namun
tetap dilaparkan dan dilimpahkan selayaknya data normal.
3. Data Cancel-Out Matched yang sepadan dengan Data MPN Unmatched, yaitu data
yang telah diyakini bahwa data yang benar adalah data yang terdapat pada data MPN
Unmatched.
Data ini akan mengubah data MPN Unmatched sehingga data yang
termasuk kelompok ini akan diperlakukan sama dengan transaksi Data Matched atau
Data Partial Matched.

DIREKTUR JENDERAL,

-16-