menghargai kerja keras

Majalah Donatur Yatim Mandiri Juli 2017 / Syawal - Dzulhijjah 1438 H

Certificate No: 10071
ISO 9001:2008

Pemberi Beasiswa Yatim
Terbanyak 2011

Menghargai Kerja Keras
Hukum Pajak
Menurut Islam

Melatih Anak
Gemar Bersedekah

Agar Terhindar
dari Stroke
Donatur:

146.574


Mata Hati

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh,
seandainya salah seorang di antara kalian
mencari kayu bakar dan memikul ikatan kayu
itu, maka itu lebih baik, daripada ia memintaminta kepada seseorang, baik orang itu
memberinya ataupun tidak.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Yatim
Yatim
Mandiri/Edisi
Mandiri/Edisi
JuliJuli
2017
20171

1


LAZNAS YATIM MANDIRI

SURAT PEMBACA

SK. Menteri Agama No. 185/2016

VISI
Menjadi Lembaga Terpercaya dalam Membangun
Kemandirian Yatim

facebook
yatimmandiri

MISI
1. Membangun nilai-nilai kemandirian yatim dhuafa
2. Meningkatkan pertisipasi masyarakat dan dukungan
sumberdaya untuk kemandirian yatim dan dhuafa
3. Meningkatkan Capacity Building Organisasi

Aan Khunaei


Selalu ada untuk yatim dhuafa Indonesia!

Pembina H. Nur Hidayat, S.Pd, M.M
Prof. Dr. Moh. Nasih. Ak
Moch. Hasyim
Pengawas Ir. Bimo Wahyu Wardoyo
Drs. H. Abdul Rokib
Yusuf Zain, S.Pd, MM
Ketua Drs. Sumarno
Sekretaris H. Mutroin, SE
Bendahara Zaini Faisol
Dewan Pengawas Syariah Prof. Dr. H. Imam Bawani, MA
Prof. Dr. HM. Roem Rowi, MA
Drs. Agustianto, MA
KH. Abdurahman Navis, Lc., MHI
Direktur Utama Drs. Sumarno
Direktur Operasional Zaini Faisol
Ketua STAINIM Drs. Sodikin, M.Pd
Direktur ICMBS Dr. Margono, M.Pd

Direktur MEC Mukhlis, ST
Direktur RSM M. Ulinnuha
Sekretaris Eksekutif Kindy M. U
GM Regional Oice I H. Mutroin, SE
GM Regional Oice II Agus Budiarto
Penasehat Dr. Zaim Uchrowi
Ir. H. Jamil Azzaini, MM
Dr. Muhammad Naik
Penasehat Hukum H. Mahfud, SH

HEAD OFFICE
Graha Yatim Mandiri
JL. Raya Jambangan 135 - 137 Surabaya 60232
Telp. (031) 8283488 (Hunting) Fax. (031) 8291757
Website: www.yatimmandiri.org
Email: info@yatimmandiri.org
REDAKSI MAJALAH YATIM MANDIRI
Dewan Redaksi : Sumarno, Zaini, Mutroin
Pemimpin Umum : Zaini Faisol
Wakil Pemimpin Umum : Kindy M. U

Pemimpin Redaksi : Bambang Prianggodo
Reporter : M. Irsyad dan Grace
Layout : Hilya F. dan Fahreza Putra P.
Fotografer : M. Irsyad, Sirkulasi : Bam
Diterbitkan oleh : LAZNAS Yatim Mandiri
Alamat Redaksi : Graha Yatim Mandiri,
Jl. Raya Jambangan 135-137 Surabaya
telp. (031) 8283488, fax. (031) 8291757
Email : redaksi.yatimmandiri@gmail.com
ISSN : 1410-542X

Para Donatur yang budiman, bila anda ingin
memberikan masukan atau usulan terhadap
Majalah Yatim Mandiri, silahkan kirimkan melalui:
email : redaksi.yatimmandiri@gmail.com
SMS Center : 0856 4844 3000
BBM : 286E4BA9
Facebook : Majalah Yatim Mandiri

2 2


Yatim Mandiri/Edisi Juli 2017

Iswatun Nur Hasanah
Lembaga yang mulia

Ida Panda
Lembaga yayasan yatim mandiri ,, mampu memandirikan
anak yatim sehingga mereka mampu hidup lebih layak tanpa
mengharapkan bantuan orang lain ...

Abdul Hadi Al Fatih
Lembaga yayasan yatim mandiri surabaya dengan
mengutamakan memandirikan anak yatim se indonesia dan
memberdayakan anak” yatim di seluruh wilayah indonesia.
semoga berkah dan bermanfaat bagi masyarakat luas

website
www.yatimmandiri.org
Saksikan liputan berita dan tausiyah di Yatim

Mandiri TV Channel dengan subscribe di:

BANK

INFAK SHODAKOH

ZAKAT

WAKAF

Mandiri

1400003117703

1420010313327

1420010313350

BCA


0101 358 363

0883 996 647

088 399 6621

BRI
Muamalat

009601001 968305
701 0054 803

70 100 548 04

BNI Syariah

010 835 1174

02 114 97 003


Syariah Mandiri

700 1201 454

700 1241 782

Permata Syariah

0290 1445 144

BNI

2244 900 000

KEMANUSIAAN

0096010001969301

BALIKPAPAN Jl. Pattimura RT104 No.38 B, Batu Ampar, Balikpapan, Telp. (0542)
860 609, 081 25344932. BANDUNG Jl. Rusa No.12 Buah Batu Bandung, Telp (022)

7309138, 0877 8164 3543, BANTEN Jl. Ayip Usman No.11 Cikepuh Kebaharan
Serang Banten, Telp. (0254) 219375, 0812 8744 8444. BATAM Perumahan Kurnia
Djaya Alam Parkit 01, No. 02 Batam Center - Batam, Telp. (0778) 7413 149, 0813 7260
1112. BEKASI Perumahan Pondok Ungu Permai (PUP) RT 04/022, Blok KK 3 No. 16
Kaliabang Tengah, Bekasi Utara. 0851 0805 6400. BLITAR Jl. Bali No. 264 Blitar, Telp.
(0342) 8171727, 0851 0376 1333. BOGOR Jl. Sempur Kaler No. 02 Bogor Tengah - Kota
Bogor, Telp (0251) 8409054, 0813 3177 1830. BOJONEGORO Jl. Panglima Polim Gg.
Mangga 2 Sumbang Bojonegoro, Telp. (0353) 5254809, 0857 3336 4999. DENPASAR
Jl. Gunung cemara 7K Perumnas Monang Maning, Denpasar - Bali, Telp. 081 333 241
248. DEPOK Jl. Margonda No. 23B, Pancoran Mas Kota Depok, Telp. (021) 7777785, 0821
40742135, 0852 407 421 35. GRESIK Ruko Multi Sarana Plaza Blok B-11 Jl. Gubernur
Suryo Gresik, Telp. (031) 399 0727, 0853 4774 2008, Fax. (031) 399 0727. JAKARTA Jl.
Utan Kayu Raya No. 64 Matraman Jakarta Timur, Telp. (021) 29821197, 081 316 313 700.
JAKARTA BARAT Jl. C No. 41 Kebon Jeruk Jakarta Barat, Telp. 087 77 35 333 56, (021)
2567 2565. JAKARTA SELATAN Jl. Gedung Hijau Raya SV.07 No. 74 Pondok Indah Jakarta
Selatan, Telp 0812 8016 5001, 081 613 307 01. JEMBER Pandora Square Jl. Mastrip No. 8
Ruko 8 E, Jember, Telp. 0817 9393 412, 0851 0264 0333. JOMBANG Perum Widya Graha
Permai 14B RT 31/RW 06 Jl. Pattimura Gang III Jombang, Telp. (0321) 865879, 0851 0015 0808.

DAFTAR ISI


Salam Redaksi
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, serta shalawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW.
Islam adalah agama yang sangat menghargai kerja keras.
Dengan bekerja keras, banyak manfaat yang dapat dipetik.
Selain pikiran menjadi positif dan membentuk pribadi yang
selalu bersemangat serta pantang menyerah, kerja keras
dapat membuat badan menjadi lebih aktif dan sehat.
Syahdan ketika seorang pemuda berjabatan tangan
dengan Rasulullah SAW, tiba-tiba Rasulullah mencium
tangan pemuda itu sambil mengatakan, “Inilah kedua
tangan yang dicintai Allah SWT.” (HR. Jamaah)
Kedua tangan pemuda itu keras dan agak kasar yang
mencerminkan bahwa ia seorang pekerja keras yang tidak
mengenal lelah. Tergambar pula dari raut wajahnya dan
penampilan fisiknya. Ternyata sosok Muslim pekerja keras
inilah yang dicintai dan dibanggakan oleh Rasulullah SAW.
Memang, Islam adalah agama yang mendorong
umatnya untuk selalu bekerja dan bekerja dengan penuh
keikhlasan dan kesungguhan, mempersembahkan kerja
dan amal yang terbaik (ihsan), baik dalam kaitannya
dengan Allah SWT maupun dengan sesama manusia,
bahkan dengan dirinya sendiri. Karena, hanya dengan
cara inilah seorang Muslim akan meraih kebahagiaan
yang hakiki di dunia ini maupun di akhirat nanti.
“Dan Katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah
dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan.” (QS. at-Taubah: 105).
Itulah tema bahasan utama pada rubrik Bekal
Hidup Majalah Yatim Mandiri Edisi Juli 2017. Serta
kami juga menyajikan tema bahasan menarik di
rubrik-rubrik lainnya. Semoga di edisi kali ini semakin
informatif, menarik dan dapat menambah wawasan
bagi para donatur. Aamiin.

2 Proil Majalah

4

8 Hikmah
9 Oase

10

Jendela

11 Naik Kelas
12 Catatan
13 Move On

16

14 Tausiyah
Solusi Islam

18 Smart Parenting
20 Karyaku
21 Doa
22 Kisah Islami
23 Rehat

24

Dapur

25 Muslimah
26 Fenomena
27 Solusi Sehat

30

34

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bekal Hidup

Silaturahim

32 Kemandirian
Kabar Nusantara
39 Data Program

KEDIRI Jl. Dr. Saharjo No. 119 Campurejo Mojoroto Kediri, Telp. (0354) 3782141, 0812 3389 7975. KUDUS Jl. Ganesha 2 No. 4 Purwosari Kudus 59316, Telp.
(0291) 2912735, 0851 0275 4279. KEPANJEN Jl. Panglima Sudirman 209 A Kepanjen, Telp. (0341) 392199, 081 332 900 639. LAMPUNG Jl. ZA Pagar Alam No. 11,
Rajabasa Nunyai, Rajabasa, Bandar Lampung, Lampung, Telp. (0721) 5613878, 0852 7566 9977. LAMONGAN Jl. Nangka No.3 Perum Deket Permai, Lamongan,
Telp. (0322) 324025, 0821 3993 9427. LUMAJANG JL. Suwandak No. 42, Lumajang, Telp. (0334) 890300, 081 2491 424 53. MADIUN Jl. MT Haryono No. 105
Mojorejo, Taman, Kota Madiun Telp. (0351) 2811317, 082 229 359 992. MAKASSAR JL. Andi Tonro No.11 Kec. Tamalate, Kota Makassar, Telp. 0813 3000 3450,
0853 9561 5116. MALANG Jl. Titan 2 BB.12 Purwantoro-Blimbing, Kota Malang, Telp. (0341) 4371011, 0857 4567 8974. MAROS Jl. Ibrahim (HM kasim DM) NO.
19 Turikale, MAROS, Telp. (0411) 371635, 0823 4343 0681. MOJOKERTO Perum Kranggan Permai C-14 Jl. Pahlawan, Mojokerto, Telp. (0321) 322964, 3869898,
0851 0786 9898. PALEMBANG Jl. R. Sukamto Lorong Pancasila No.73, Telp. (0711) 362598, 0852 6734 8612. PASURUAN Perum Pondok Sejati Indah Blok 8
No. 11b Pasuruan, Telp. (0343) 4742 017, 0888 0550 8832, 0852 3499 3585. PEKALONGAN Jalan Bina Griya blok B-IV No. 191 Medono, Pekalongan, Telp (0285)
421082, 081 833 4995. PONOROGO Jl. Urip Sumoharjo Gg. I No. 20 Mangkujayan, Ponorogo 63413, Telp (0352) 488223, 0812 5951 5665. PROBOLINGGO Jl.
Mawar No.50 Kota Probolinggo, Telp. (0335) 894623, 085 1036 44 849. PURWOKERTO Jl. Patriot No. 073 RT/RW 03/03 Kel. Karangpucung Kec. Purwokerto
Selatan, Telp 0281-639042, 0851 0092 6664. SEMARANG Jl. Nangka Timur No. 35 Semarang, Telp. (024) 8416166, 0812 2715 3899, 0857 5154 3068. SIDOARJO
Perum Taman Tiara Regency Blok A No. 2 Sidoarjo, Telp. (031) 9970 2587, 0851 0049 0045 Fax. (031) 8921021. SOLO Jl. Nakula no 38 Protojayan, Serengan,
Surakarta, Telp. (0271) 656218, 0851 0301 2224. SRAGEN Jl. Raya Sukowati No. 514 Sragen Wetan, Sragen, Telp. (0271) 894 811, 0823 0013 4410. SURABAYA
Jl. Bendul Merisi Selatan I/2A Surabaya, Telp. (031) 8494100, 0813 3503 3503. TANGERANG Jl. Cibodas Raya No. 7 Perumnas 1 Karawaci Baru Tangerang,
Telp. (021) 2917 0263, 0851 0168 4004. TUBAN Jl. Soekarno - Hatta No. 29 Tuban, Telp. (0356) 327118, 0813 3388 3360. TULUNGAGUNG. Pahlawan III
No. 5A, Kedungwaru Tulungagung, Telp. (0355) 332 306, 0851 0577 0187. YOGYAKARTA Jl. Jazuli Karangkajen MG III/892. RT/RW 043/011 Yogyakarta,
Telp. (0274) 2871601, 0822 4359 0007. GRAHA YATIM MANDIRI Jl. Raya Jambangan 135-137 Surabaya, Telp. (031) 8283488, Fax. (031) 8291757. MEC Jl.
Jambangan No. 70 Surabaya, Telp. (031) 8299970, 0857 4888 8170, Fax : 031-8297654. KAMPUS STAI AN NAJAH INDONESIA MANDIRI Jl. Raya Sarirogo
No. 1 Sidoarjo, Telp. (031) 99700528, 082 333 2727 04. ICMBS Jl. Raya Sarirogo No. 1 Sidoarjo. Telp. (031) 8076436, 0822 3224 7576, 0857 0491 9337.

Yatim
Yatim
Mandiri/Edisi
Mandiri/Edisi
JuliJuli
2017
20173

3

Bekal Hidup

Menghargai Kerja Keras
Islam adalah agama yang sangat menghargai kerja keras. Dengan bekerja keras, banyak manfaat yang
dapat dipetik. Selain pikiran menjadi positif dan membentuk pribadi yang selalu bersemangat serta
pantang menyerah, kerja keras dapat membuat badan menjadi lebih aktif dan sehat.

S

yahdan ketika seorang pemuda
berjabatan tangan dengan Rasulullah
SAW, tiba-tiba Rasulullah mencium
tangan pemuda itu sambil mengatakan, “Inilah
kedua tangan yang dicintai Allah SWT.” (HR.
Jamaah)
Kedua tangan pemuda itu keras dan
agak kasar yang mencerminkan bahwa ia
seorang pekerja keras yang tidak mengenal
lelah. Tergambar pula dari raut wajahnya
dan penampilan isiknya. Ternyata sosok
Muslim pekerja keras inilah yang dicintai dan
dibanggakan oleh Rasulullah SAW.
Memang, Islam adalah agama yang
mendorong umatnya untuk selalu bekerja
dan bekerja dengan penuh keikhlasan dan
kesungguhan, mempersembahkan kerja dan
amal yang terbaik (ihsan), baik dalam kaitannya
dengan Allah SWT maupun dengan sesama
manusia, bahkan dengan dirinya sendiri.
Karena, hanya dengan cara inilah seorang
Muslim akan meraih kebahagiaan yang hakiki di
dunia ini maupun di akhirat nanti.
“Dan Katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka

4

Yatim Mandiri/Edisi Juli 2017

Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui
akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
(QS. at-Taubah: 105).
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah
bagi kamu maka berjalanlah di segala penjurunya
(bekerja keras) dan makanlah sebahagiaan dari
rezekiNya. Dan hanya kepadaNya lah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. al-Mulk: 15)
Rasulullah SAW sangat memuji orang yang
berusaha dan bekerja mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya.
“Sesungguhnya seseorang dari kalian pergi
mencari kayu bakar yang dipikul di atas
pundaknya itu lebih baik daripada meminta-minta
kepada orang lain, baik diberi atau tidak.” (HR.
Imam Bukhari No 1.470)
“Tidaklah seseorang makan makanan yang
lebih baik daripada hasil usahanya sendiri dan
Nabi Dawud AS juga makan dari hasil usahanya
sendiri.” (HR. Imam Bukhari No 2.072)
Bahkan, jika seseorang tertidur kelelahan

Bekal Hidup
karena mencari rezeki yang halal maka tidurnya
itu akan dipenuhi dengan ampunan dari Allah
SWT (HR. Imam Tabrani).
Sebaliknya, Rasulullah SAW sangat membenci
bermalas-malasan, tidak mau bekerja. Dan, beliau
selalu memohon perlindungan Allah SWT dari
sifat malas.
“Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi wal
kasali wal jubni wal harami wa a’udzu bika min
itnatil mahya wal mamat wa a’udzu mika min
‘adzabil qabri” (Ya Allah aku berlindung kepadaMu
dari sikap lemah, malas, pengecut, dan kepikunan
dan aku berlindung kepadaMu dari itnah
kehidupan dan kematian dan aku berlindung
kepadaMu dari siksa kubur).” (HR. Bukhari).



Karena itu, kita harus bersyukur dan
memberikan apresiasi (penghargaan) yang tinggi
kepada generasi muda. Seperti pelajar SMK yang
telah berhasil membuat mobil dan merakit sebuah
pesawat dengan kerja keras sendiri, di bawah
bimbingan para gurunya dalam team work yang
solid.
Kita yakin masih banyak generasi muda
harapan bangsa yang cinta kerja untuk
membangun masa depannya dan masa depan
bangsa dan masyarakatnya.
Semoga kita dianugerahi kecintaan kepada
kerja keras dan dijauhkan dari sifat lemah dan
malas. Wallahu a’lam.(*)

Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada
hasil usahanya sendiri dan Nabi Dawud AS juga makan dari
hasil usahanya sendiri.



(HR. Imam Bukhari No 2.072)

Yatim Mandiri/Edisi Juli 2017

5

Bekal Hidup

Kualitas
Dalam Bekerja

A

l-Quran menanamkan kesadaran, bahwa
dengan bekerja berarti kita merealisasikan
fungsi kehambaan kita kepada Allah, dan
menempuh jalan menuju ridhaNya, mengangkat harga
diri, meningkatkan taraf hidup, dan memberi manfaat
kepada sesama, bahkan kepada makhluk lain.
Dengan tertanamnya kesadaran ini, seorang
muslim atau muslimah akan berusaha mengisi setiap
ruang dan waktunya hanya dengan aktivitas yang
4.
berguna. Semboyannya adalah “tiada waktu tanpa
kerja, tiada waktu tanpa amal.’ Adapun agar nilai
ibadahnya tidak luntur, maka perangkat kualitas etik
kerja yang Islami harus diperhatikan.
Berikut ini adalah kualitas etik kerja yang
terpenting untuk dihayati:
1. Ash Sholah (baik dan bermanfaat)
Islam hanya memerintahkan atau menganjurkan 5.
pekerjaan yang baik dan bermanfaat bagi
kemanusiaan, agar setiap pekerjaan mampu
memberi nilai tambah dan mengangkat derajat
manusia baik secara individu maupun kelompok.
“Dan masing-masing orang memperoleh
derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang
dikerjakannya.” (QS. al-An’am: 132)
2. Al Itqan (Kemantapan atau perfectness)
Kualitas kerja yang itqan atau perfect merupakan
sifat pekerjaan Tuhan (baca: Rabbani), kemudian
menjadi kualitas pekerjaan yang islami (QS.
an-Naml: 88). Rahmat Allah telah dijanjikan bagi
setiap orang yang bekerja secara itqan. Untuk
itu, diperlukan dukungan pengetahuan dan skill
yang optimal. Islam mewajibkan umatnya agar
6.
terus menambah atau mengembangkan ilmunya
dan tetap berlatih. Karena itu, melepas atau
menterlantarkan ketrampilan tersebut termasuk
perbuatan dosa.
3. Al Ihsan (Melakukan yang terbaik)
Kualitas ihsan mempunyai dua makna dan
memberikan dua pesan, yaitu sebagai berikut:
Pertama, ihsan berarti ‘yang terbaik’ dari yang
dapat dilakukan. Pesan yang dikandungnya
ialah agar setiap muslim mempunyai komitmen
terhadap dirinya untuk berbuat yang terbaik
dalam segala hal yang ia kerjakan. Kedua, ihsan

6

Yatim Mandiri/Edisi Juli 2017

mempunyai makna ‘lebih baik’ dari prestasi
atau kualitas pekerjaan sebelumnya. Makna ini
memberi pesan peningkatan yang terus-menerus,
seiring dengan bertambahnya pengetahuan,
pengalaman, waktu, dan sumber daya lainnya.
Adalah suatu kerugian jika prestasi kerja hari ini
menurun dari hari kemarin. Keharusan berbuat
yang lebih baik juga berlaku ketika seorang
muslim membalas jasa atau kebaikan orang lain.
Al Mujahadah (Kerja keras dan optimal)
Dalam banyak ayatnya, Al-Quran meletakkan
kualitas mujahadah dalam bekerja pada konteks
manfaatnya, yaitu untuk kebaikan manusia sendiri,
dan agar nilai guna dari hasil kerjanya semakin
bertambah. (QS. Ali Imran: 142, al-Maidah: 35, alHajj: 77, al-Furqan: 25, dan al-Ankabut: 69).
Tanafus dan Ta’awun (Kompetisi dan tolong
menolong)
Al-Quran dalam beberapa ayatnya menyerukan
persaingan dalam kualitas amal saleh. Pesan
persaingan ini kita dapati dalam beberapa
ungkapan Qur’ani yang bersifat “amar” atau
perintah. Ada perintah “fastabiqul khairat”
(maka, berlomba-lombalah kamu sekalian dalam
kebaikan) (QS. al-Baqarah: 108). Begitu pula
perintah “wasari’u ilaa magirain min Rabbikum
wajannah” `bersegeralah kamu sekalian menuju
ampunan Rabbmu dan surga` Jalannya adalah
melalui kekuatan infaq, pengendalian emosi,
pemberian maaf, berbuat kebajikan, dan bersegera
bertaubat kepada Allah (QS. Ali Imran 133-135).
Mencermati Nilai Waktu
Jika kita melihat mengenai kaitan waktu dan
prestasi kerja, maka ada baiknya dikutip petikan
surat Khalifah Umar bin Khatthab kepada
Gubernur Abu Musa al-Asy’ari ra, sebagaimana
dituturkan oleh Abu Ubaid, ”Amma ba’du.
Ketahuilah, sesungguhnya kekuatan itu terletak
pada prestasi kerja. Oleh karena itu, janganlah
engkau tangguhkan pekerjaan hari ini hingga
esok, karena pekerjaanmu akan menumpuk,
sehingga kamu tidak tahu lagi mana yang harus
dikerjakan, dan akhirnya semua terbengkalai.”
(Kitab al-Amwal, 10).(*)

Bekal Hidup

Berjuang dengan Ikhlas
Seperti diketahui, Khalid bin Walid adalah jenderal yang memimpin pasukan Islam
melawan tentara Romawi di Yarmuk, Suriah. Dalam sejarah, perang ini dikenal
dengan nama Perang Yarmuk.

P

erang masih berkecamuk saat datang
surat perintah dari Khalifah Umar
bin Khattab untuk memberhentikan
Khalid bin Walid sebagai pemimpin perang
dan menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai
penggantinya.
Setelah perang usai, dengan kemenangan
di pihak Islam, Abu Ubaidah menyerahkan surat
pemberhentian itu kepada Khalid. “Kenapa baru
sekarang diserahkan,” tanya Khalid. Abu Ubaidah
menjawab, “Bukan kerajaan dunia yang kami mau,
dan bukan untuk dunia kami berbuat.” (Rijal haula
al-Rasul, 262).
Khalid bin Walid dikenal sebagai jenderal
perang yang sangat masyhur dan tak terkalahkan.
Ia selalu memperoleh kemenangan dalam 100 kali
pertempuran yang diikuti, baik sebelum maupun
setelah ia memeluk Islam.
Ia pantas menerima gelar Pedang Allah
(Sayfullah). Dalam Perang Yarmuk, ia membabat
begitu banyak musuh, hingga pedangnya
sembilan kali patah. Dikatakan, pedang Khalid

boleh patah, tetapi pedang Allah (Khalid) tidak
boleh patah.
Meskipun dipecat saat di puncak kariennya
sebagai militer, Khalid tidak sakit hati, tidak pula
galau. Ia tidak berhenti, dan tetap berjuang.
Kepada teman-temannya, ia menyatakan bekerja
dan berjuang bukan untuk Umar, tetapi untuk
Allah.
Ia berjuang secara tulus dan ikhlas. Kini
bendera kepemimpinan berada di tangan Abu
Ubaidah, sahabatnya. Seperti Khalid, sahabat Nabi
yang satu ini, Abu Ubaidah adalah pejuang sejati.
Saat itu, ia tak buru-buru menyerahkan surat
penunjukan dirinya sebagai panglima perang
kepada Khalid. Alasannya satu dan sama, ia
berperang bukan untuk mencari kemuliaan
sendiri, melainkan untuk Islam dan kaum
Muslimin.
Melebihi kedua orang jenderal di atas, Umar
dikenal sebagai khalifah yang arif dan bijaksana.
Seperti diketahui, ia sangat jujur, pemberani,
bersikap tegas dan adil, sehingga gelar al-Faruq
yakni pemisah yang hak dan batil dilekatkan
kepadanya.
Banyak orang bertanya, mengapa Khalifah
Umar memberhentikan Jenderal Khalid? Padahal
Khalid brilian dan berprestasi. Khalifah Umar,
tentu memiliki alasan-alasannya sendiri. Paling
tidak, tiga pelajaran yang ingin beliau tunjukkan.
Pertama, mengingatkan kepada Khalid dan
juga kepada setiap Muslim, pangkat dan jabatan
bukanlah tujuan. Ia hanyalah amanat perjuangan
dan pengabdian. Kedua, meski selalu meraih
kemenangan, jangan sampai Khalid dipuji
berlebihan.
Jangan sampai pula kekuatan dan
kemenangan Islam bergantung hanya pada Khalid
seorang. Ketiga, menunjukkan kepada dunia,
Islam memiliki SDM yang kaya dan kuat, dan
kaderisasi kepemimpinan yang dilakukan Umar
berjalan baik.
Dalam pandangan Umar, perjuangan Islam
adalah sarana untuk mencetak para pemimpin.
Dalam kondisi demikian, tidak ada masalah,
bendera kepemimpinan dipindahkan dari Khalid
ke Abu Ubaidah atau kepada sahabat yang lain.
Sebagai tentara Allah, para sahabat tidak pernah
ragu berjuang, sebagai panglima atau prajurit
biasa. Wallahu a`lam.(*)
Yatim Mandiri/Edisi Juli 2017

7

Hikmah

Proses
Lebih Penting
Dibanding Hasil Sempurna
Oleh: Mohammad Nurfatoni

N

anda, sebut saja begitu, galau. Proyek
senilai Rp 47 Juta yang sudah di depan
mata akhirnya batal (lebih tepatnya),
dia batalkan. Pasalnya, dia tak mau diajak kongkalikong. Sebab, dari pagu sebesar itu, dia hanya
“diberi harga” Rp 25 Juta. Artinya, ada senilai Rp 22
juta yang harus disisihkan untuk bagi-bagi orang
dalam.
Sedangkan marjin keuntungan yang bakal ia
ambil, tentu saja, tak segede itu. Artinya, dia yang
akan mengerjakan proyek secara real di lapangan,
yang bersusah payah berproduksi dengan cucuran keringat, hanya memperoleh hasil nan jauh di
bawah sang ‘peminta-minta’ itu. Sementara, mereka juga sudah digaji oleh instansinya.
Baginya, itu sesuatu yang musykil. Tak masuk
akal. “Masak, mereka mau meraup limpahan uang

8

Yatim Mandiri/Edisi Juli 2017

tanpa keringat. Apalagi ada unsur korupsi di situ,”
ungkapnya. Walaupun awalnya galau, tapi Nanda
akhirnya bersyukur dan bangga karena dia mampu
mempertahankan sebuah nilai.
Kisah nyata yang disamarkan di atas, hanya
bagian kecil (baik dari sisi uangnya, maupun kasusnya) dari banyak kisah yang meluas pada masyarakat kita. Kisah tentang orang-orang yang suka
bypass: mendapatkan sesuatu dengan cara potong
kompas. Tanpa proses. Tanpa keringat. Tanpa kerja
keras. Bahkan menghalalkan segala cara.
Seringkali masyarakat lebih mengejar hasil
dibanding proses. Lulus dengan nilai sempurna itu
tujuan. Sedangkan proses, tidak dilihat. Tak lagi
peduli dengan cara-cara tidak sportif. Akhirnya,
kejujuran dikorbankan demi sesuatu yang dibanggakan: kebanggaan semu.
Padahal kejujuran itu lebih tinggi nilainya
dibanding kesempurnaan. Apalah artinya nilai 10,
jika diperoleh dengan curang. Saya jadi ingat kisah
yang disampaikan seorang trainer parenting Miftahul Jinan. Dalam sebuah pengajian, dia berkisah
tentang seorang mahasiswa yang sedang mengikuti ujian. Soal ke-1 sampai dengan ke-8 bisa
dikerjakan dengan mudah. Giliran soal ke-9 dan
ke-10, sang mahasiswa mengalami kesulitan. Maka
dia jeda, diam mengingat-ingat rumus-rumus yang
terlupakan.
Dalam diam itu, dia mendapatkan “wangsit”,
karena teman sebelah tiba-tiba mengangkat tangan sambil memegang kertas jawaban. Maka terlihatlah jawaban soal nomer 9 dan 10. Mendapat
“wangsit” itu, segeralah sang mahasiswa menulis
jawaban soal ke-9 dan ke-10.
Dalam bayangannya, sempurnalah nilai yang
akan didapatkannya. Maka ia setorkan lembar
jawaban pada pengawas. Tapi beberapa detik
kemudian, lembar jawaban dia minta kembali dan
dicoretlah jawaban soal ke-9 dan ke-10. Ia berpikir,
untuk apa nilai sempurna tetapi tidak didapatkan dari hasil keringat sendiri. Tentu, lebih baik
mendapat nilai 80 tetapi hasil dari usaha sendiri.
Menggarisbawahi kisah ini, Jinan mengatakan,
“Tidak apa kita tidak sempurna, tetapi kita menjunjung tinggi kejujuran.”
Seperti Nanda, mahasiswa dalam cerita di atas
sadar bahwa kerja keras hasil keringat sendiri itu
merupakan kebanggaan, meskipun hasilnya tidak
sempurna. Sebab, dalam Islam, proses itulah yang
dilihat. Hasilnya: serahkan pada Allah.
Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah
dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang
ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Attaubah: 105). (Penulis adalah Direktur Cakrawala Print,
Sidoarjo)

Oase

Karya Yang Layak Dihargai
Oleh: Drs. Usman Daud, M. A.
Konsultan Hukum Islam dan Keluarga

D

ua karya agung terungkap dalam satu
kalam mulia dari Sang Maha Perkasa
yaitu konsep membangun diri sendiri
dan membangun komunitas masyarakat yang
pada akhirnya menuju pada konsep sosial yang
berkesinambungan. Dua karya itu dalam bahasa
komunitas agama disebut dengan kesholehan
spiritual dan kesholehan sosial.
Kerja merupakan kodrat hidup manusia sekaligus
cara memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat. Kerja juga menjadi jalan utama mendekatkan
diri kepada Tuhan. Kedudukannya tinggi yakni
menempati peringkat kedua setelah iman. Kerja juga
dapat menghapus dosa dan kesalahan-kesalahan.
Jadi setiap kerja yang mendapat ridla Allah, mestinya
diposisikan sebagai ibadah dan menjadi bagian dari
sikap hidup setiap muslim. Bekerja dan meningkatkan
penghasilan adalah ibadah, bahkan termasuk ibadah
yang mempunyai nilai tambah diantara beberapa
jenis ibadah lainnya.
Kasus yang sangat menakjubkan kita semua
bahwa kerja adalah sebuah karya yang perlu
diapresiasi terjadi pada zaman Nabi kita Muhammad
SAW, bahwa beliau mencium tangan seorang
pemuda yang bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan hidup diri dan keluarga. Sebuah etos kerja
yang dilandasi oleh keelokan hati dan keramahan
perasaan untuk mengangkat harkat dan harga diri.
Ucapan Rasul kepada pemuda itu, “Inilah kedua
tangan yang dicintai Allah” (HR. Jamaah), karya yang
layak untuk dihargai.
“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu

urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang
lain).” (QS. al-Insyirah: 7). Inilah suatu seruan untuk
memberikan motivasi kepada orang-orang beriman
agar tidak merasa puas dengan apa yang telah
diusahakan, tetapi tetap memiliki spirit untuk bekerja
dan bekerja, karena makna tersirat dari perintah ini
adalah agar kita tidak menjadi orang yang selalu
dengan tangan dibawah, tetapi konsisten untuk
menjadi orang yang tangan selalu di atas, memberi
dan memberi.
Rasul SAW sangat memuji orang yang berusaha
dan bekerja mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan diri dan keluarganya. Bahkan, jika
seseorang tertidur kelelahan karena mencari rezeki
yang halal, tidurnya itu akan dipenuhi dengan
ampunan dari Allah SWT (HR. Imam Tabrani).
Sebaliknya, Rasulullah SAW sangat membenci
orang yang bermalas-malasan, tidak mau bekerja,
menyandarkan hidup kepada orang lain. Al-Quran
tidak memberikan peluang untuk menganggur
sepanjang masih ada masa yakni memenuhi waktu
dengan kerja keras.
Surat Al Ashr secara keseluruhan berpesan
agar seseorang tidak hanya mengandalkan iman
saja, melainkan juga amal shalihnya. Bahkan amal
shalih dengan iman pun belum cukup, karena masih
membutuhkan ilmu. Demikian amal shalih dan ilmu
saja masih belum memadai, kalau tidak ada iman.
Islam sangat menjunjung tinggi kerja keras dan
produktivitas. Islam tidak menyukai pengangguran
dan kemalasan, karena kedua sifat itu merupakan
kriteria orang yang tidak sungguh-sungguh dan
serius.
Waktu merupakan rasa tanggungjawab yang
sangat besar untuk kemuliaan hidupnya sebagai
wadah produktivitas. Karena itu seorang muslim tidak
boleh untuk menyia-nyiakannya. Rasulullah SAW
selalu memohon perlindungan Allah SWT dari sifat
malas, lemah; (Ya Allah aku berlindung kepada Mu
dari sikap lemah, malas, pengecut, dan kepikunan dan
aku berlindung kepadaMu dari itnah kehidupan dan
kematian dan aku berlindung kepadaMu dari siksa
kubur).” (HR. Bukari)
Pekerjaan yang dicintai Allah SWT adalah yang
berkualitas. Al-Quran mempergunakan empat istilah,
yakni Amal Shalih, amal yang ihsan, amal yang Itqan
dan amal Al Birr. Al-Quran sebagai pedoman kerja
kebaikan, kerja ibadah, kerja taqwa atau amal shalih
memandang kerja sebagai kodrat hidup.
Wallahu a’lam.(*)
Yatim Mandiri/Edisi Juli 2017 9

Jendela

Semarak Tarhib Ramadhan di 42 Kota

U

Jakarta
Pasuruan

ntuk menyambut bulan suci Ramadhan 1438H,
Yatim Mandiri menggelar kegiatan Tarhib yang
dilakukan serentak di 42 kota di Indonesia,
pada Sabtu dan Ahad (20-21/5).
Dalam kegiatan Tarhib Ramadhan tersebut, masingmasing kota menampilkan kreatiitas yang berbedabeda untuk menarik perhatian para pengguna jalan dan
masyarakat luas. Tujuannya, yakni untuk mengingatkan
masyarakat tantang datangnya bulan Ramadhan.
Seperti di Surabaya, Tarhib Ramadhan digelar
dengan acara pawai di Jalan Raya Darmo dengan
mengenakan pakaian adat, pada Ahad (21/5),
bersamaan dengan acara Car Free Day (CFD). Dan di
kota Bojonegoro, Yatim Mandiri membagikan setangkai
bunga mawar untuk menarik para pengguna jalan, pada
Ahad (21/5).
Sementara itu di Solo, Yatim Mandiri mengadakan
pawai di CFD Alun-alun Solo. Dan di Yogyakarta,
dilaksanakan pada Sabtu (20/5), menampilkan sosok
Gatotkaca yang sedang melakukan orasi untuk
mengajak masyarakat meningkatkan ibadah di bulan
Ramadhan. Kegiatan ini bertempat di Tugu Yogya.
Sedangkan di Jakarta, Tarhib Ramadhan dimeriahkan
dengan hadirnya kamen rider kuga dan juga kamen rider
v. Lalu di Bekasi, diramaikan dengan ondel-ondel yang
ikut membagikan selebaran untuk mengajak membantu
anak-anak yatim dhuafa.(*)

Surabaya

Solo
Madiun

Lampung
10

Yatim Mandiri/Edisi Juli 2017

Naik Kelas

Nurul Fathoni
Alumni MEC
Pemilik Zona Optik

Sukses Berjualan Kacamata

S

elama 2 setengah tahun bekerja
di sebuah optik terkenal di Batam.
Banyak pengetahuan tentang berbagai
jenis lensa kacamata yang didapatnya. Dari
situlah, alumni MEC ini menemukan sebuah
peluang bisnis yang mengantarkannya menuju
kesuksesan.
Itulah pengalaman Nurul Fathoni, seorang
pemuda yang nekat memberanikan diri untuk
berbisnis. Pemuda kelahiran Lamongan, 20
Januari 1993, ini biasa akrab dipanggil Thoni.
Genap setahun sudah bisnis yang dilakoninya.
Yakni pada 26 April 2016 lalu, ia membulatkan
tekad untuk membuka toko optik bernama Zona
Optik. Namun banyak perjuangan yang harus
dilaluinya dijalani sebelum membuka tokonya
tersebut.
Awalnya, Thoni bekerja di sebuah optik di
Batam selama 2 setengah tahun. Lalu di tahun
2015 dirinya mengundurkan diri dan pulang
ke kampung halamannya. Di Lamongan Thoni
kembali bekerja di sebuah optik selama 1
tahun. Tujuannya, dia ingin belajar marketing di
lapangan. Sambil menyelam minum air, itulah
peribahasa yang tepat untuknya. Belajar sembari
mengumpulkan modal. “Alhamdulillah dengan
izin Allah, saya mendapatkan pelanggan yang
banyak,” kenangnya.
Setelah modal terkumpul, lalu ia menyewa
sebuah toko di Ruko Pasar Kliwon, Dukun,
Kabupaten Gresik. Dengan adanya toko tersebut,
ia lebih mudah untuk menjual kacamata. Selain
itu banyak masyarakat setempat yang sudah
mengenal Zona Optik. “Sebelum ada toko, saya
harus keliling ke instansi dan rumah-rumah,”
ungkapnya.
Hasil usahanya pun cukup besar. Selama 1
bulan, ia bisa mendapatkan keuntungan 4050% dari modal. Keuntungan sebagian ditabung
dan ada yang diputar lagi untuk tambahan
modal. Lalu pada Juli 2016, ia menerima tawaran
kerjasama dengan Klinik Muhammadiyah,
Kedungadem, Bojonegoro untuk menyediakan
kacamata. Kerjasama ini berlangsung selama Juli
2016 hingga Mei 2017.
Di sisi lain, Thoni adalah anak yatim. Dia
juga merupakan alumni peserta didik Kampus
MEC binaan Yatim Mandiri. Pertama kali

masuk di Kampus MEC tahun 2011, di Jurusan
Akuntansi. Selama berada di MEC, ia mengaku
bangga, karena mendapatkan ilmu yang belum
didapatkan di bangku sekolah umum. “Saya
diajari menjadi manusia yang mandiri dan
menjadi entrepreneur sejati,” ujarnya.
Sehingga didalam diri pribadinya telah
tertanam jiwa mandiri untuk menjadi seorang
pengusaha. Selain itu, juga diajari menjadi
manusia yang berakhlak mulia yang diajarkan
Rasulullah SAW. Tidak hanya ilmunya saja, ikatan
antar alumni MEC juga begitu kuat. Salah satu
wujud ikatan solid alumni MEC, yakni dengan
terbentuknya komunitas bernama PERPAM
(Perkumpulan Pengusaha Alumni MEC).
Dengan adanya PERPAM ini, bisnis Thoni
bisa terbantu. Seperti pada April lalu, Zona
Optik menerima bantuan dana modal bergulir
dari PERPAM sebesar Rp 15 Juta. Dana bantuan
tersebut ia gunakan untuk mengembangkan
bisnisnya. “Dana dari PERPAM saya gunakan
untuk melunasi sewa kios dan membeli produk
yang akan saya jual. Ketentuannya, setiap bulan
mengangsur senilai Rp 1 Juta selama 15 bulan,”
ujarnya.
Harapan kedepannya, bisnisnya mampu
berkembang dengan pesat, dan bisa membuka
lapangan pekerjaan. Thoni juga berkeinginan
Zona Optik mampu menjadi optik terbaik di
Indonesia. “Semoga dalam 5 tahun kedepan,
Zona Optik bisa menjadi 10 optik terbesar di
Indonesia,” harapnya.(*)
Yatim Mandiri/Edisi Juli 2017

11

Catatan

.......................................................................................

Bahagianya Istighfar
Oleh: Yusuf Zain, S.Pd, MM
Pengawas Yatim Mandiri

.......................................................................................

A

da sebuah cerita yang sudah sangat
terkenal di kalangan pesantren. Yakni
suatu hari, ada seorang pedagang
yang datang ke seorang kyai, dia mengeluhkan
hasil perdagangannya yang terus menurun,
omsetnya dari waktu ke waktu tidak mengalami
peningkatan. Sehingga dia dan keluarganya
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
”Oh gitu,” ujar pak kyai setelah mendengar
keluhan si pedagang tadi. “Kalau itu masalahnya,
mulai besok tolong kamu baca istighfar secara
rutin dan tekun, nanti masalahmu akan hilang,”
ujar pak kyai. “Oh gitu pak kyai, baik kalau begitu,
mulai besok saya akan mengamalkannya,” ujar si
pedagang sambil pamit keluar.
Tidak begitu lama, datang lagi seorang petani
ke kyai tadi. Dia mengeluhkan hasil pertaniannya
yang kurang menggembirakan, dan juga hujan
yang tidak turun turun, padahal mestinya sudah
waktunya musim hujan. Sehingga sawah dan
ladangnya kering dan tidak subur. ”Oh begitu,”
kata pak kyai setelah mendengar keluhan dari
si petani tadi. “Kalau itu masalahmu, sekarang
pulanglah. Tapi jangan lupa mulai besok, amalkan
ilmu istighfar secara rutin dan tekun, niscaya
masalahmu akan cepat selesai,” ujar pak kyai.
Di hari yang sama, datang lagi seorang
pemuda yang kelihatannya gagah perkasa, sehat
secara isik dan ganteng pula, dia mengeluhkan
masalahnya. “Pak kyai, saya ini sudah berumah
tangga selama lima tahun, tapi sampai saat ini
belum dikarunia momongan. Padahal segala cara
sudah saya coba bersama istri, tapi juga belum
berhasil. Belum lagi mertua yang sering nanyakan
tentang kehamilan istri, membuat saya tambah
tertekan. Mohon solusinya,” kata pemuda itu.
“Oh gitu. Kalau itu masalahmu, mulai besok,
kamu beserta istrimu amalkan ilmu istighfar.
Baca secara rutin dan tekun sambil jangan lupa
ikhtiar yang lain tetap kamu jalankan,” kata pak
kyai. “Itu aja pak kyai?” tanya pemuda itu dengan
nada kurang percaya. “Iya itu aja,” ujar sang kyai.
Kemudian si pemuda gagah tadi pamit pulang,

12

Yatim Mandiri/Edisi Juli 2017

meski dalam dirinya masih ragu terhadap nasehat
sang kyai, tapi dia akan tetap mencobanya dulu.
Si santri, yang dari awal menemani sang
kyai menemui tiga tamunya tadi, penasaran dan
bertanya, “Pak kyai, tiga orang tadi, masalahnya
berbeda-beda, tapi solusinya kok sama dan
cuman satu, apa nggak salah pak kyai?” “Nggak,
itu benar,” kata pak kyai sambil tersenyum penuh
arti pada santrinya.
Selang tiga bulan kemudian, tiga tamu
tersebut datang lagi ke rumah pak kyai tadi.
Mereka datang dengan wajah yang sumringah,
semangat, senang dan bahagia. “Terima kasih
pak kyai, sekarang hasil dagang saya sangat
bagus sekali, omset juga terus meningkat dan
keuntungannya juga lumayan,” ujar si pedagang.
“Saya juga terima kasih banyak pak kyai. Hasil
tani saya juga sangat bagus sekali, dan sekarang
saya sudah tidak susah menyekolahkan anak
saya ke jenjang yg lebih tinggi,” ujar pak tani.
“Perkenalkan ini istri saya, dan Alhamdulillah
sudah hamil tiga bulan pak kyai. Terima kasih atas
nasehatnya pak kyai,” ujar si pemuda gagah tadi.
Setelah tiga tamunya pulang, pak kyai melirik
pada santrinya yang kelihatannya masih bingung.
“Nak, apa yang saya petuahkan ke tiga tamu tadi,
itu ada dasarnya, coba kamu buka Al-Quran Surat
Nuh, Ayat 10-12, yang artinya, Maka aku katakan
pada mereka, ”Mohonlah ampun kepada TuhanMu,
sesungguhnya Dia maha pengampun. Niscaya Dia
akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.
Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungaisungai.”
Para pembaca Rahimakumullah, saudarasaudaraku yang dirahmati Allah, mudah-mudahan
kita bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari
cerita diatas. Kita bisa menjadikan Istighfar untuk
memohon hajat-hajat kita, Yakin, yakin dan
yakin dengan mukjizat …hajat kita tidak hanya
dikabulkan, tapi juga akan dipercepat oleh Gusti
Allah SWT Yang Maha Kasih dan Maha Sayang
kepada kita semua. Amien.(*)

Move On

Inovasi Basa-Basi
Oleh: Jamil Azzaini
Penasehat Yatim Mandiri

B

eberapa perusahaan atau institusi
memaknai inovasi secara dangkal, cukup
mereka mengadakan pekan inovasi, lomba
inovatif, malam kreativitas dan sejenisnya.
Dengan hanya melakukan ini, tentu Anda
sudah bisa menebak hasilnya bukan? Tak ada
perubahan budaya inovasi yang mendasar di
perusahaan atau institusi itu. Kegiatan hanya
menghabiskan anggaran tanpa hasil yang
bisa dibanggakan, kegiatan semacam ini saya
menyebutnya inovasi basa-basi.
Apabila inovasi ingin menjadi perilaku semua
orang yang ada di perusahaan atau institusi,
maka inovasi perlu menjadi bagian dari budaya
organisasi, bukan hanya sekedar inovasi basa basi.
Setidaknya ada tiga pilar besar yang harus
dibangun untuk menumbuhkan budaya inovasi,
yaitu: sistem, infrastruktur, dan orang. Diantara
ketiga pilar itu yang memerlukan energi besar
untuk membangunnya adalah orangnya.
Mengapa memerlukan energi besar? Karena
tabiatnya, manusia menyukai hidup di zona yang
nyaman. Budaya inovasi bisa membuat orang yang
sangat nyaman hidupnya terusik atau terganggu.
Namun di era sekarang, bila perusahaan tempat
kita bekerja tidak inovatif, maka perusahaan kita
tertinggal dan akhirnya gulung tikar alias bangkrut.
Apabila Anda pengambil keputusan (pimpinan)
segera buat keputusan untuk memasukkan inovasi
ke dalam corporate culture Anda dan menjadikan
inovasi menjadi kebiasaan sehari-hari. Kita pun
wajib menjadi orang yang kreatif, untuk itu
setidaknya kita perlu punya beberapa paradigma
agar siap berada di lingkungan yang inovatif.
Yakni:

1.
.

2.

3.

Biasakan Think Diferent.
Selalu berpikir berbeda akan membuat
otak kita terpancing mencari ide-ide baru
dan segar serta tidak terkungkung dengan
yang sudah ada. Tagline think diferent yang
diadopsi Apple dan mendarah daging dibenak
dan perilaku telah melahirkan produk yang
simple dan friendly. Para pelanggannya pun
terkenal sangat loyal dengan produk keluaran
Apple ini.
Selalu Bertanya “What if”. Pertanyaan ini
akan membuat hal yang sedang kita kerjakan
akan memiliki perspektif dari banyak sudut
pandang, tidak kaku dengan yang sudah
ada. Produk dan jasa yang ada bisa terus
bertambah dan berkualitas karena kita selalu
bertanya “what if”.
Gagal Adalah Bukti Kita Bekerja.
Banyak orang yang punya persespsi bahwa
gagal adalah aib. Di dunia kreativitas,
kegagalan adalah kewajiban. Orang yang
gagal,adalah bukti bahwa dia bekerja. Orang
yang tidak pernah gagal melakukan sesuatu
karena memang dia tidak pernah melakukan
sesuatu. Jadi, tak perlu takut gagal bahkan
kita wajib gagal.

Inovasi sejati akan membuat kita dan
perusahaan tempat kita bekerja terus berada di
arena kompetisi. Sebaliknya, inovasi basa-basi
membuat perusahaan kita terlempar dari arena
kompetisi dan tentu membawa serta kita di
dalamnya. Mau?
Salam SuksesMulia.(*)

Yatim
Yatim
Mandiri/Edisi
Mandiri/Edisi
JuliJuli
2017
2017
13 13

Tausiyah

............................................

Indahnya Beribadah
Oleh: Ustad Muhammad Ariin Ilham

............................................

H

akikat ibadah yang diterima hanya Allah
yang mengetahui. Namun, hal itu bisa
dinilai dengan sesuatu yang tampak dari
ibadahnya. Di antaranya, “hubbul ‘ibadah”, sangat
senang beribadah.
Muazin baru saja melewati rumahnya, artinya
adzan belum sama sekali dikeraskan, hatinya

14

Yatim Mandiri/Edisi Juli 2017

terliputi bahagia. Apalagi ketika adzan sudah
dikumandangkan. Dia sudah memastikan berada
di barisan shaf shalat terdepan dan lisannya terus
menjawab setiap bait-bait adzan.
Inilah ukuran kedua yaitu “intizharul awqat”,
merindukan dan menanti-nanti waktu ibadah.
Wajahnya memancar aura cemas, yaitu takut

Tausiyah

ketinggalan apalagi sampai meninggalkannya.
Sekali lagi, nikmati keadaan ibadah saudara,
dengan hati dan diniati mencari kebaikan semataSeperti semalam dia ketiduran, karena lelah yang
hebat, sehingga tahajud menjadi terlalaikan. Maka mata hanya rida Allah yang menjadi tujuannya.(*)
pagi hari, wajah ketidaknyamanan menyebar pada
aktivitas hariannya. Sering murung dan selalu
komat-kamit beristighfar. Padahal, dia sudah
merangkai shalat Dhuha dengan mengqadha
tahajud.
Berikutnya, berusaha maksimal untuk
mempelajari kualitas ibadah yakni tercapainya
kekhusyukan dan keikhlasan. Ada kesungguhan
dalam menyempurnakan kekurangan ilmu dan
bersegera menerapkannya berulang-ulang. Baik
dalam prosesi ibadah maupun penerjemahannya
dalam amaliah harian.
Dalam shalat, ia bermujahadah, tunduk,
pasrah bersedekap, merendahkan bacaan, dan
diam tumakninah (QS. Thaha: 108). Di luar shalat,
memancar kearifan dengan menyibukkan diri
dalam muhasabah (introspeksi).
Ukuran lain bisa dilihat dari kegemarannya
yang tidak putus dalam berdoa. Selalu dalam setiap
selesai shalat, terdengar doa-doa permohonan
agar dimaafkan segala kekurangan, kesalahan, dan
diterima semua ibadah.
Dia telah memutus kebiasaan selesai shalat
meninggalkan tempat (kabur). Sekarang, dia
terlihat sangat menikmati saat berzikir dan munajat
seusai shalat. Di tangannya tasbih terus melingkar.
Di akhir doa, dia merapatkan dahinya pada
alas sejadah. Tersungkur dan menangis, bahkan
hingga membengkak kedua kakinya (QS. Maryam:
58). Menangis karena rasa syukur bisa menikmati
ibadah sekaligus rasa takut terhadap azab Allah,
baik di dunia atau di akhirat kelak.
Rumah tangga yang dijalin terlihat “sakkanun”,
sangat damai dan tidak beriak. Wajah suami-istri
dan anak-anak sumringah bahagia. Santun dan
penuh khidmat, baik pada keluarga maupun pada
lingkungan dan tetangganya. Bahkan, sangat
senang untuk berkumpul dalam lingkungan yang
sama yang berbalut semangat ibadah dan dakwah.
Subhanallah. Menyenangkan dan
menenangkan. Begitulah seharusnya efek dari
menikmati ibadah. Tentu kita tidak mau ibadah
yang kita senangi ini akan menjadi shalat yang
hanya tinggal gerak badan tanpa getar hati.
Ibadah haji dan umrah hanya menjadi salah
satu di antara tujuan wisata. Baitullah hanya
tampak sebagai seonggok batu dari zaman purba;
tidak berbeda dengan Tembok Cina atau Menara
Pisa. Zakat dikeluarkan sama beratnya dengan
pajak. Dan puasa menjadi rangkaian upacara
kesalehan yang lewat begitu saja setelah usai
Ramadhan.
Yatim Mandiri/Edisi Juli 2017

15

Solusi Islam

Hukum Pajak Menurut Islam
“Sesungguhnya pada harta ada kewajiban/hak (untuk dikeluarkan)
selain zakat.” (HR. Tirmidzi)

KH. Abdurrahman Navis, Lc, MHI
Ketua Bidang Dakwah MUI Jawa Timur
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Ustad Navis yang terhormat. Saya pria berusia
30 tahun, dan saat ini bekerja di perusahaan
konsultan pajak. Dalam melaksanakan pekerjaan,
saya berusaha untuk melakukannya sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku berdasarkan
data dan dokumen yang ada pada klien.
Saya juga berusaha menghindari tindakan
manipulasi data yang terkait dengan pekerjaan
saya, karena hal tersebut adalah termasuk
tindakan dosa.
Yang ingin saya tanyakan:
1. Bagaimanakah hukum pajak menurut Islam?
2. Bagaimana hukum penghasilan yang saya
terima dari pekerjaan saya ini?
Atas jawaban dan bimbingan Ustad Navis,
saya mengucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Herman, Bekasi
Jawaban:
Walaikumusalam Wr. Wb.
Bapak Herman yang saya hormati, masalah
hukum pajak menurut Islam dan pendapat para
ulama, akan pengasuh jelaskan. Pajak menurut

16

Yatim
Yatim Mandiri/Edisi
Mandiri/Edisi Juli
Juli 2017
2017

istilah kontemporer adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang,
sehingga dapat dipaksakan dengan tiada
mendapat balas jasa secara langsung.
Dalam Islam, pajak sering diistilahkan dengan
adh-Dharibah yang jama’nya adalah adh-Dharaib.
Para ulama dahulu menyebutnya juga dengan al
Muks. Di sana ada istilah-istilah lain yang mirip
dengan pajak atau adh-dharibah diantaranya
adalah:
1. Al-Jizyah (upeti yang harus dibayarkan ahli
kitab kepada pemerintahan Islam)
2. Al-Kharaj (pajak bumi yang dimiliki oleh
Negara)
3. Al-Usyr (bea cukai bagi para pedagang non
muslim yang masuk ke Negara Islam)
Pendapat Ulama Tentang Pajak
Pajak sebenarnya diwajibkan bagi orangorang non muslim kepada pemerintahan Islam
sebagai bayaran jaminan keamanan. Maka
ketika pajak tersebut diwajibkan kepada kaum
muslimin, para ulama berbeda pendapat di dalam
menyikapinya.
1. Menyatakan pajak tidak boleh sama sekali

Solusi Islam



Pajak hendaknya dipergunakan untuk membiayai kepentingan
umat, bukan untuk maksiat dan hawa nafsu. Hasil pajak
harus digunakan untuk kepentingan umum.
(Qardhawi, hal. 1083)

2.

dibebankan kepada kaum muslimin. Karena
kaum muslimin sudah dibebani kewajiban
zakat. Dan ini sesuai dengan hadis yang
diriwayatkan dari Fatimah binti Qais, bahwa
dia mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak ada kewajiban dalam harta kecuali
zakat.” (HR. Ibnu Majah)
Menyatakan kebolehan mengambil pajak
dari kaum muslimin, jika memang negara
sangat membutuhkan dana. Dan untuk
menerapkan kebijaksanaan inipun harus
terpenuhi dahulu beberapa syarat. Diantara
ulama yang membolehkan pemerintahan
Islam mengambil pajak dari kaum muslimin
adalah Imam Ghozali, Imam Syatibi dan
Imam Ibnu Hazm. Dan ini sesuai dengan
hadis yang diriwayatkan dari Fatimah binti
Qais juga, bahwa dia mendengar Rasulullah
SAW bersabda, “Sesungguhnya pada harta
ada kewajiban/hak (untuk dikeluarkan) selain
zakat.” (HR. Tirmidzi)

Adapun syarat-syarat pemungutan pajak, ialah:
Benar–benar harta itu dibutuhkan dan tak
ada sumber lain. Pajak itu boleh dipungut apabila
negara memang membutuhkan dana. Sedangkan
sumber lain tidak diperoleh. Para ulama sangat
hati-hati dalam mewajibkan pajak kepada
rakyat. Karena khawatir akan membebani rakyat
dengan beban yang di luar kemampuannya, dan
keserakahan pengelola pajak dan penguasa dalam
mencari kekayaan dengan cara melakukan korupsi
hasil pajak.
Pemungutan pajak yang adil. Apabila pajak
itu sangat dibutuhkan dan tidak ada sumber lain
yang memadai, maka pengutipan pajak jadi wajib
dengan syarat. Yakni harus dicatat, pembebanan
itu harus adil dan tidak memberatkan. Jangan
sampai menimbulkan keluhan dari masyarakat.
Keadilan dalam pemungutan pajak didasarkan



kepada pertimbangan ekonomi, sosial dan
kebutuhan yang diperlukan rakyat dan
pembangunan. (Qardhawi hal. 1081-1082).
Pajak hendaknya dipergunakan untuk
membiayai kepentingan umat, bukan untuk
maksiat dan hawa nafsu. Hasil pajak harus
digunakan untuk kepentingan umum. (Qardhawi,
hal. 1083)
Persetujuan para ahli/cendikiawan yang
berakhlak. Kepala negara, wakilnya, gubernur
atau pemerintah daerah tidak boleh bertindak
sendiri untuk mewajibkan pajak dan menentukan
besarnya, kecuali setelah dimusyawtarahkan
dan mendapat persetujuan dari para ahli dan
cendekiawan dalam masyarakat. Karena pada
dasarnya, harta seseorang itu haram diganggu
dan harta itu bebas dari berbagai beban dan
tanggungan. Namun bila ada kebutuhan
demi untuk kemaslahatan umum, maka harus
dibicarakan dengan para ahli termasuk ulama.

Bapak Herman, dari penjelasan diatas maka
lebih tegas pengasuh jawab pertanyaan Anda:
1. Hukum pajak menurut Islam berbeda
pendapat para ulama, ada yang
mengharamkan tapi juga ada yang
memperbolehkan dengan beberapa syarat.
Jika melihat Indonesia, negara masih sangat
butuh dana, dan itu sebagai iuran, maka
boleh memungut pajak dengan cara yang
adil. Dan hendaknya seorang muslim, niatkan
sedekah demi kemaslahatan negara dan
bangsa
2. Jika mengambil pendapat yang membolehkan
pajak sesuai persyaratan diatas, maka
penghasilan Anda adalah halal asal dengan
cara jujur, tidak manipulasi dan tidak meniru
para koruptor dan sejenisnya. Wallahu a’lam
bisshawab.(*)

Yatim Mandiri/Edisi Juli 2017

17

Smart Parenting

Melatih Anak
Agar Gemar Bersedekah

B

ersedekah merupakan pemberian dari
seorang muslim secara sukarela dan ikhlas
tanpa dibatasi waktu dan jumlah. Dari segi
bentuknya, sedekah sesungguhnya tidak dibatasi
pemberian dalam bentuk uang, tetapi sejumlah
amal kebaikan yang dilakukan seorang muslim.
Rasulullah SAW bersabda, “Setiap muslim
wajib bershadaqah”; para sahabat bertanya:
“Bagaimana bila ia tidak mempunyai sesuatu untuk
dishadaqahkan?” Nabi menjawab: “Hendaklah ia
bekerja hingga dapat mencukupkan kebutuhannya
sendiri dan dapat pula bershadaqah”; para

18

Yatim Mandiri/Edisi Juli 2017

sahabat bertanya lagi: Bila ia tidak dapat bekerja
bagaimana?” Nabi menjawab: “Hendaklah ia
menolong orang yang memerlukan pertolongan”;
para sahabat bertanya pula: “Bila ia masih tidak
juga bagaimana?” Nabi menjawab: “Hendaklah
ia menyuruh orang lain berbuat baik”; para
sahabat masih bertanya lagi: “Bila beramar
ma’rufpun ia tidak dapat, bagaimana?” Nabi
menjawab: “Hendaklah ia menahan diri dari
keburukan