THE COLD COMPRES AND AIR FLOW TOWARD BODY TEMPERATURE REDUCTION OF SEPSIS PATIENT WITH HYPERTERMIA AT ICU OF RSUP DR KARIADI SEMARANG Manuscript By Taufik Kurniawan NIM : G2A216063

  

KOMPRES DINGIN DAN ALIRAN UDARA DINGIN MENURUNKAN SUHU

TUBUH PADA PASIEN SEPSIS DENGAN HIPERTERMI DI RUANG ICU

RSUP DR KARIADI SEMARANG

Manuscript Oleh Taufik Kurniawan Nim : G2A216063 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2018

  THE COLD COMPRES AND AIR FLOW TOWARD BODY TEMPERATURE REDUCTION OF SEPSIS PATIENT WITH HYPERTERMIA AT ICU OF RSUP DR KARIADI SEMARANG Manuscript By Taufik Kurniawan NIM : G2A216063 UNDERGRADUATE PROGRAM IN NURSING FACULTY OF NURSING AND HEALTH SCIENCES UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH SEMARANG 2018

  Manuskrip dengan judul:

  

KOMPRES DINGIN DAN ALIRAN UDARA DINGIN MENURUNKAN

SUHU TUBUH PADA PASIEN SEPSIS DENGAN HIPERTERMI

DI ICU RSUP DR KARIADI SEMARANG

  Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan Semarang, April 2018

  Pembimbing I Ns. Khoiriyah, S.Kep., M.Sc

  Pembimbing II Ns. Dewi Setyowati, S.Kep., MNS

  

KOMPRES DINGIN DAN ALIRAN UDARA DINGIN MENURUNKAN

SUHU TUBUH PADA PASIEN SEPSIS DENGAN HIPERTERMI

DI ICU RSUP DR KARIADI SEMARANG

  1

  2

  3

  , , Taufik kurniawan Khoiriyah Dewi Setyowati 1.

  Mahasiswa program studi S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS, Taufik210582@gmail.com

  2.

  3.

  Dosen Keperawatan Komunitas FIKKES UNIMUS

Latar belakang : Intervensi untuk menurunkan demam dapat dilakukan dengan pemberian

terapi non farmakologi, salah satunya adalah metode kompres dan aliran udara dingin, yaitu

dengan kompres dingin di dada pasien dan mengalirkan udara dingin ketubuh pasien sehingga

suhu tubuh turun 1 sampai 2 C setelah dilakukan tindakan selama 5 sampai 7 jam.

  

Tujuan penelitian : untuk menganalisis efektifitas kombinasi kompres dingin dan aliran udara

dingin terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien sepsis dengan hipertermi di Ruang ICU RSUP

Dr. Kariadi Semarang.

  

Metode penelitian : Desain penelitian yang digunakan quasi experiment (pretest-posttest with

control ). Proses penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 10 Januari - 2 Februari 2018 di

Ruang ICU RSUP Dr. kariadi Semarang terhadap 30 pasien berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi yang telah ditentukan.

  

Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penurunan suhu tubuh sebelum

dan sesudah dilakukan tindakan selama 60 menit pada kelompok kontrol 0,1 C, sedangkan pada

kelompok perlakuan 0,2 C dari 30 total responden

Simpulan : Terdapat pengaruh penurunan suhu tubuh pada pasien sepsis dengan hipertermi di

Ruang ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang sebelum dan sesudah diberikan aliran udara dan kompres

dingin dengan  -value = 0,007

Saran : diharapkan perawat dapat melakukan tindakan kompres dingin dan aliran udara dingin

sebagai tindakan alternatif non farmakologis untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien sepsis

dengan hipertermi Kata Kunci : Kompres dingin, aliran udara dingin, suhu tubuh, sepsis

  

ABSTRACT

Background: The intervention to reduce fever could be done by giving non-pharmacological

therapy such cold compress and air flow. It is done applying cold compress on patient’s chest and

flowing cold on the patient’s body so that the temperature will be decreased for 1 - 2°C after the 5

  • – 7 hours therapy.

  

Research Target: This research was aimed to analyze the effectiveness of cold compress and air

flow combination toward body temperature reduction of sepsis patients with hyperthermia at ICU

of RSUP Dr. Kariadi Semarang Research Method: It was quasi experimental research with

pretest-posttest control group design. The research was conducted during the period of January 10

  • – February 10, 2018 at ICU of RSUP Dr. Kariadi Semarang which involved 30 patients based on

    determined inclusion and exclusion criteria.

  

Result of research : The research result showed that the body temperature average reduction

before and after the treatment in 60 minutes was 0.1°C in control group and 0.2°C in intervention

group.

  

Conclude: . It could be concluded that the cold compress and air flow combination was effective

for body temperature reduction of sepsis patients with hyperthermia at ICU of RSUP Dr. Kariadi

with p value = 0.007 (p<0.005).

  

Sugesstion: Based on the research, it is recommended for the nurses to apply cold compress and

air flow combination as an alternative for non-pharmacological treatment in reducing the fever on

sepsis patients with hyperthermia.

  Keywords : Cold compress, cold air flow, body temperature, sepsis

  PENDAHULUAN

  Sepsis merupakan respon host terhadap infeksi yang bersifat sistemik dan merusak yang dapat mengarah pada sepsis berat (disfungsi organ akut pada curiga infeksi) dan syok septik (keadaan sepsis yang disertai hipotensi). Sepsis berat dan syok septik adalah masalah kesehatan utama, yang mempengaruhi kesehatan jutaan orang di seluruh dunia setiap tahun, menewaskan satu dari empat orang (dan sering lebih) (Dellinger, 2012).

  Salah satu manifestasi klinis pada pasien sepsis adalah demam tinggi (hipertermi). Beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh adalah kecepatan metabolisme basal, rangsangan saraf simpatis, hormon pertumbuhan, hormon tiroid, hormon kelamin, proses peradangan, status gizi, aktivitas, gangguan organ, dan lingkungan (Latifin & Kusuma, 2014). Demam merupakan salah satu respon inflamasi sistemik akibat bakteri pathogen serta kerusakan organ, sehingga mengakibatkan keadaan yang melatarbelakangi sindrom sepsis (Bakta & Suastika, 2012).

  Hipertermi atau demam merupakan kondisi tubuh dengan suhu di atas 38°C sementara normalnya berkisar 36-37,5°C . Demam sering disertai gejala menggigil, lesu, gelisah, sulit makan, susah tidur, takikardi dan hiperkapnea. Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat (Ignatavicius, 2011; Sugani & Priandarini, 2010).

  Beberapa intervensi untuk menurunkan demam dapat dilakukan dengan pemberian terapi farmakologi dan non farmakologi. Pemberian terapi Farmakologi dilakukan dengan memberikan antipiretik, misalnya paracetamol, sedangkan non farmakologi yaitu dengan mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, dan kompres dingin. Beberapa teknik pemberian kompres untuk menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas (Yohmi, 2008).

  Salah satu terapi non farmakologi adalaha kompres. Kompres merupakan tindakan mandiri perawat untuk pasien observasi hipertermi. Pemberian kompres dingin pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipothalamus melalui sumsum tulang belakang yang diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh, sehingga mencapai keadaan normal kembali (Handy, 2016). Kain kompres dapat diletakkan tidak hanya di dahi/ kening, tapi juga perut atau di bagian tubuh yang luas dan terbuka. Bisa juga diletakkan di wilayah yang terdapat pembuluh- pembuluh darah besar, semisal leher, ketiak, selangkangan maupun lipatan paha (Sugani & Priandarini, 2010).

  Beberapa fenomena tentang penurunan hipertermi selain menggunakan kompres dingin metode lain yang bisa digunakan salah satunya menggunakan metode aliran udara dingin, yaitu dengan mengalirkan udara dingin ketubuh pasien. Studi pendahuluan pada 3 pasien menunjukkan penurunan suhu yang signifikan dan konsisten antara 1 sampai 2 C setelah dilakukan prosedur aliran udara dingin dan kompres dingin di daerah dada selama 5 sampai 7 jam. Blower di set pada suhu terendah yaitu 28

  C, dengan exahust diposisikan disekitar paha pasien mengarah keatas. Kompres dingin pada daerah dada dengan menggunakan handuk atau stik laken yang dibasahi dan diperas. Baju pasien digunakan sebagai media untuk mengalirkan udara dingin ke tubuh bagian atas. Bed side monitor digunakan untuk mengukur suhu tubuh dengan cara menempelkan sensor suhu di punggung pasien. Pada saat dilakukan tindakan ini pasien dirawat pada suhu ruangan 22 sampai 23 C.

  Metode kompres dingin dan aliran udara dingin sudah dilakukan di Ruang

  ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang, akan tetapi sejauh mana tingkat efektifitasnya belum pernah dilakukan penelitian. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang efektifitas kombinasi kompres dingin dan aliran udara dingin terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien sepsis dengan hipertermi di Ruang

  ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang.

  METODE

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian quasi experiment (pretest-posttest with control), yaitu satu kelompok diberikan intervensi tertentu dan satu kelompok sebagai kontrol tanpa diberikan intervensi yang sama dengan kelompok perlakuan, serta menerapkan randomisasi secara penuh. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien sepsis dengan hipertermi di Ruang ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 30 responden. Alat pengumpulan data dengan menggunakan bedside monitor untuk memantau suhu tubuh, alat tulis, lembar observasi. Preoses penelitian berlangsung mulai tanggal 10 januari 2018 sampai dengan 10 Februari 2018. Data dianalisis secara univariat, uji kenormalan data dilanjutkan analisa bivariat ( uji wilcoxon dan paired t-test).

  Responden penelitian rata-rata berumur 51,13 tahun, sebagian besar masuk kategori dewasa menengah sebanyak 14 orang ( 46,7%), dengan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 orang responden (56,7%), pendidikan S1 dan SMA masing-masing sebanyak 13 orang responden (43,3%). Berdasarakan pekerjaan responden terbesar adalah pensiunan PNS sebanyak 10 orang (33,3%), diagnosa medis terbesar adalah CHF dan gagal nafas sejumlah 5 responden ( 16,7 ) responden.

  Tabel .1

  Distribusi Responden berdasarkan Usia di Ruang ICU RSUP Dr. kariadi Semarang (n=30)

Variabel f % Mean Min Max SD

Usia 51,13

  18 81 17,03 Dewasa muda (18-35 Th 5 16,7 Dewasa menengah (36-55Th) 14 46,7 Dewasa tua (> 55 Th) 11 36,7 30 100%

  Tabel .2

  

Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang ICU RSUP Dr. kariadi

Semarang (n=30) Jenis kelamin f (%) Laki-laki

  17 56,7 Perempuan 13 43,3 Total 30 100 Tabel .3

  

Distribusi Responden berdasarkan Diagnosa Medis di Ruang ICU RSUP Dr. kariadi

Semarang (n=30)

Diagnosa medis f (%) HIV

  ICH 1 3,3 Total 30 100

  C dan paling tinggi 39,9

  o

  38

  Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan kompres dingin dan aliran udara dingin nilai rata-rata suhu tubuh 38,58 , dengan suhu paling rendah

  Variabel Mean Min Max SD Suhu tubuh 38,58 38,00 39,90 0,48

  

Tabel .4

Distribusi Responden berdasarkan Suhu Tubuh pada Pasien Sepsis dengan Hipertermi

sebelum Diberikan Kompres dingin

dan aliran Udara dingin

di Ruang ICU RSUP Dr. kariadi Semarang

(n=30)

  1 3,3

  1 3,3 Multiple Fraktur 2 6,7

  Hipovolemik 1 3,3 Post Laparatomy 1 3,3 Myastenia Gravis

  ICH, IVH 2 6,7 Pre Eklamsi 1 3,3 CHF 1 3,3 Difuse AxionalInjury 1 3,3 SNH 1 3,3 SNH, DM 1 3,3 LMNH, Syok

  ICH, Post Craniotomy 1 3,3 Pneumonia 1 3,3 CKD 1 3,3

  ICH, Gagal Nafas 1 3,3

  Post Laparatomy 1 3,3

  ICH, CKD 1 3,3 Post Laparatomy 3 10,0 SNH, Pneumonia 1 3,3 SGB 1 3,3 CHF, Gagal Nafas 5 16,7 Truma Tumpul Abdomen,

  o C , serta standar deviasi sebesar 0,48.

  

Tabel 7

Distribusi Responden berdasarkan Suhu Tubuh pada Pasien Sepsis dengan Hipertermi

sesudah Diberikan Kompres Dingin dan

aliran Udara Dingin

di Ruang ICU RSUP Dr. kariadi Semarang

(n=30)

  Variabel Mean Min Max SD Suhu tubuh 38,38 37,70 39,50 0,41

  Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sesudah diberikan kompres dingin dan aliran udara nilai rata-rata suhu tubuh 38,38 (hipertermi), dengan skala

  o o

  suhu paling rendah 37,7 C (normal) dan paling tinggi 39,5 C (hipertermi), serta standar deviasi sebesar 0,41

  

Tabel 8

Distribusi Responden berdasarkan Suhu Tubuh pada Pasien Sepsis dengan Hipertermi

(Pre-test)

di Ruang ICU RSUP Dr. kariadi Semarang

  

(n=30)

Variabel Mean Min Max SD Suhu tubuh 38,52 38,10 39,20 0,35

  Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol (pre-

  o

  test) nilai rata-rata suhu tubuh 38,52 , dengan skala suhu paling rendah 38,1 C dan

  o paling tinggi 39,2 C , serta standar deviasi sebesar 0,35.

  

Tabel 9

Distribusi Responden berdasarkan Suhu Tubuh pada Pasien Sepsis dengan Hipertermi

(Post-test)

di Ruang ICU RSUP Dr. kariadi Semarang

  

(n=30)

Variabel Mean Min Max SD Suhu tubuh 38,41 37,80 39,20 0,37

  Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol (post-

  

test ) nilai rata-rata suhu tubuh 38,41 (hipertermi), dengan skala suhu paling

o o

  rendah 37,8 C (normal) dan paling tinggi 39,2 C (hipertermi), serta standar deviasi sebesar 0,35.

  

Tabel 10

Uji Beda Sebelum dan Sesudah Diberikan

Kompres Dingin dan Aliran Udara dingin pada Kelompok Perlakuan

di Ruang ICU RSUP Dr. kariadi Semarang

  

(n=30)

Variabel Mean z-score p-value Suhu tubuh

  • 2,685 0,007 Pre test 38,58 Post test 38,38 dif 0,2

  Berdasarkan Tabel 10 sesudah dilakukan uji bivariat menggunakan analisis non-parametrik uji Wilcoxon dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan suhu tubuh pada pasien sepsis dengan hipertermi di Ruang ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang sebelum dan sesudah diberikan kompres dingin dan aliran udara dingin (Z-score = -2,685, P-value = 0,007). Uji Wilcoxon p-value

  < α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh aliran udara dingin dan kompres dingin pasien sepsis dengan hipertermi di Ruang ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang.

  

Tabel 11

Uji Beda Pre-test dan Post-test pada Kelompok Kontrol

di Ruang ICU RSUP Dr. kariadi Semarang

(n=30)

  Variabel mean t-score p-value Suhu tubuh 1,621 0,127 Pre- test 38,52

  Post- test 38,41 dif 0,11

  Berdasarkan Tabel 11 sesudah dilakukan uji bivariat menggunakan analisis parametrik uji Paired t-test , dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan suhu tubuh pada kelompok kontrol baik pre-test maupun post-test (t-score = 1,621, P-

  value = 0,127). Uji Paired t-test, p-value

  > α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan suhu tubuh pada kelompok kontrol baik pre-test maupun post-test pada pasien sepsis dengan hipertermi di Ruang ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang. Tabel 12

  

Uji beda Perubahan Suhu Tubuh Antara Kelompok Perlakuan

Dan Kelompok Kontrol di Ruang ICU

RSUP Dr. Kariadi Semarang

  Value

  

Rata-rata Standar

Z (2-tailed)

  ( C) deviasi( C) Perubahan suhu 0,004

  • 2,895 Perlakuan

  0.2 0,08 Kontrol 0.11 0,08

  Tabel 12 menunjukkan bahwa rata-rata perubahan suhu kelompok perlakuan sebesar 0,2 C sedangkan rata-rata perubahan suhu pada kelompok kontrol sebesar value = 0.004 (> 0,05) yang berarti Hipotesis

  0,11 C. Nilai Z= -2,895 dan diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan perubahan suhu pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.

  PEMBAHASAN

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada saat pre-test menunjukkan hasil yang tidak terlalu berbeda dengan nilai rata-rata suhu tubuh pada kelompok perlakuan adalah 38,58 ,sedangkan pada kelompok kontrol nilai rata-rata suhu tubuh 38,52 . Kondisi tersebut disebabkan karena responden dalam penelitian ini adalah pasien hipertermi dengan sepsis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Schortgen (2012 ) 30 sampai 60 % pasien yang dirawat di ruang ICU akan mengalami Hipertermi dan Sepsis.

  Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok perlakuan sesudah diberikan kompres dingin dan aliran udara dingin nilai rata-rata suhu tubuh 38,38 , Pada kelompok kontrol (post-test) nilai rata-rata suhu tubuh 38,41 , Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi perbedaan rata-rata suhu badan pada kelompok

  o

  perlakuan . Hipertermi atau demam adalah kondisi saat suhu tubuh diatas 38 C. Meskipun merupakan gejala penyakit tertentu, pada umumnya demam menunjukkan bahwa tubuh sedang melawan infeksi. saat melawan infeksi, ada zat dalam tubuh yang meningkatkan produksi panas sekaligus menahan pelepasan panas, sehingga menyebabkan demam (Sugani & Priandarini, 2010).

  Berdasarkan analisis bivariat pada kelompok perlakuan menggunakan analisis non-parametrik uji Wilcoxon, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan suhu tubuh pada pasien sepsis dengan hipertermi di Ruang ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang sebelum dan sesudah diberikan kompres dingin dan aliran udara dingin (Z-score = -2,685, P-value = 0,007). Uji Wilcoxon p-value < α (0,05).

  Pada kelompok kontrol sesudah dilakukan uji bivariat menggunakan analisis parametrik uji Paired t-test, dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan suhu tubuh pada kelompok kontrol baik pre-test maupun post-test (T-score = 1,621, P-

  value = 0,127). Uji Paired t-test, p-value

  > α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan suhu tubuh pada kelompok kontrol baik pre-test maupun post-test pada pasien sepsis dengan hipertermi di Ruang ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang

  Perubahan suhu tubuh adalah selisih rata-rata suhu responden sebelum dilakukan intervensi dan setelah dilakukan intervensi. Hasil penelitian ini diuji dengan uji statistik mann-Whitney U test ,dengan membandingkan rata-rata penurunan suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan intervensi antara kelompok perlakuan maupun kelompok intervensi, diperoleh hasil nilai -value 0,004. Hal ini berarti ada perbedaan rata-rata penurunan suhu tubuh sebelum dan sesudah tindakan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kompres dingin dan aliran udara dingin pada pasien sepsis dengan hipertermi di Ruang ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang

  Berdasarkan Ivandri (2015) penggunan cooling blanket menurunkan suhu tubuh lebih cepat. Sementara pemberian kompres dingin memberikan penurunan suhu tubuh yang signifikan pada pasien hipertermia . Setiawati ( 2015 ).

  Berdasarkan hasil penelitian ini ditunjukkan bahwa kompres dingin dan aliran udara dengan alat blower berpengaruh pada pasien sepsis dengan hipertermi di

  o

  Ruang ICU dengan penurunan suhu rata-rata 0,2 C

  KESIMPULAN

  Suhu tubuh pada kelompok perlakuan sebelum diberikan kompres dingin dan

  o

  aliran udara dingin nilai rata-rata suhu tubuh 38,58 C dan sesudah diberikan

  o

  kompres dingin dan aliran udara dingin nilai rata-rata suhu tubuh 38,38

  C. Suhu o

  tubuh pada kelompok kontrol (pre-test) nilai rata-rata suhu tubuh 38,52 C dan

  

o

post-test nilai rata-rata suhu tubuh 38,41

  C. Terdapat perbedaan suhu tubuh pada pasien sepsis dengan hipertermi di Ruang ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang sebelum dan sesudah diberikan kompres dingin dan aliran udara dingin (Z-score = -2,685, P-value = 0,007) dengan selisih rata

  • – rata sebelum dan setelah dilakukan tindakan 0,2

   C

  SARAN

  Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi bagi perawat dalam pengelolaan pasien sepsis dengan hipertermi di Ruang ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang. Bagi rumah sakit dapat dijadikan masukan dalam manajemen penatalaksanaan hipertermi secara non-farmakologi, khususnya pada pasien sepsis dengan hipertermi di Ruang ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang.Bagi peneliti yang akan datang dapat digunakan sebagai data tambahan untuk penelitian lebih lanjut, serta diharapkan menambah variabel penelitian tentang efektivitas diberikan kompres dingin dan aliran udara dingin terhadap variabel lain, misalnya nyeri.

  KEPUSTAKAAN Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.

  Jakarta: Salemba Medika. Bakta, I.M., & Suastika, I.K. (2012). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.

  Jakarta: EGC. Behrman. (2010). Nelson Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Budiarto, E.

  EGC. Jakarta. Budiharenelitian Kesehatan. EGC. Jakarta. Dahlan, M.S. (2008). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba. Davey, P. (2011). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga. Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A, Annane D, Gerlach H, Opal SM, et al.

  Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock. Intensive Care Med 2012; 39(2): 165-228 and Crit Care Med 2012; 41(2): 580-637.

  Dinarello, CA, Gelfrand, JA. (2010). Alteration in Body Temperature: Fever and Hyperthermia. New york: The Mc Graw Hill Companies. Ganong, WF. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa : Adrianto, P.S. Jakarta: EGC. Global Sepsis Alliance. Sepsis facts [internet].[updated 2013; cited 2017 Oct 9].

  Available from: day.org/?MET=SHOWCONTAINER&vPRIMNAVISELECT=3&vSEKNA

  VISELECT=1&vCONTAINERID= Guyton, A.C. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa : Ermita I, Ibrahim. Jakarta : EGC.

  Hartanto. (2010). Mengatasi Demam pada Bayi. Ignatavicius, D.D. 2011. Medical-Surgical Nursing: Clients

  • –Centered Collaborative Care. Sixth Edition, 1 & 2. Missouri: Saunders Elsevier.

  Latifin, K., & Kusuma, S.Y. (2014). Panduan Dasar Klinik Keperawatan. Malang: Penerbit Gunung Samudera.

  Muttaqin, A. (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. Nelwan, R. (2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Paar, A. (2013). Hidrolika & Pneumatika. Alih bahasa: Gunawan Prasetyo .Jakarta: Erlangga. Phua, J., Koh, Y.S., Du, B., Tang, Y.Q., Divatia, J.V., & Gomersall, C.D.

  Management of Severe Sepsis in Patients Admitted to Asian Intensive Care Units: Prospective Cohort Study. British Medical Journal. 2011 342:d3245. Polit, D.F. dan Beck, C.T. 2014. Essentials of Nursing Research (Appraising Evidence for Nursing Practice) edition 8th. Lippincott Williams & Wilkins.

  Philadelphia. Pradipta, I.S. Evaluation of antibiotic use in sepsis patients at ward of internal medicine Dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta September-November 2013.

  M.Sc Thesis, Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada, Indonesia. Pratiwi, S.H., Ropi, H., & Sitorus, R. (2015). Perbedaan Efek Kompres Selimut

  Basah dan Cold-pack terhadap Suhu Tubuh Pasien Cedera Kepala di

  Neurosurgical Critical Care Unit. Jurnal Unpad Vol 03 No 03 (November 2017), 2015. p : 158-165.

  Purnama, D.I. (2014). 100+ Hal yang Wajib Diketahui Bumil: Tanya jawab Seputar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: Kawan Pustaka. Reinhart, K., & Eyrich, K., (2015). Sepsis: An Interdisciplinary Challenge. Berlin: Springer-Verlag. Rubenstein, D. (2009). Kedokteran Klinis. Alih bahasa : Annisa Rahmalia.

  Jakarta: Erlangga. Setiawati, T., Rustina, Y., & Kuntarti. Pengaruh Tepid Sponge terhadap

  Penurunan Suhu Tubuh dan Kenyamanan pada Anak yang Mengalami

Demam. Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah. (November 2017), 2015 Vol 02 No 02 p : 1-9

  Sherwood, L. (2013). Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Alih bahasa : dr Brahm U Pendit. Jakarta: EGC. Sudhir, U., Venkatachalaiah, R.K., Kumar, R.A., Rao, M.Y., Kempegowda, P.

  (2011). Significance of serum procalcitonin in sepsis. Sugani, S., & Priandarini, L. (2010). Cara Cerdas: untuk Sehat. Jakarta: Transmedia

  Swarjana, I.K. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit ANDI. __________ . (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi).

  Yogyakarta: Penerbit ANDI. Uliyah, M., & Hidayat, A.A. (2008). Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Erlangga.

  Vincent, J.L., Sakr, Y., & Sprung, .CL. Sepsis in European Intensive Care Units: results of the SOAP study. Crit. Care Med. 2012;34(2):344-53. Wilmana, P.F., & Gan, S. (2009). Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi

  Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. Yohmi, E. 2008. Bedah ASI. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta.

  

SURAT PERNYATAAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

  Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : Nama :Taufik Kurniawan NIM :G2A216063 Fakultas/Jurusan :Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Unimus Jenis Penelitian :Skripsi/Tesis/Disertasi Judul Penelitian :KOMBINASI KOMPRES DINGIN DAN ALIRAN

  UDARA DINGIN TERHADAP SUHU TUBUH PADA PASIEN SEPSIS HIPERTERMI DI RUANG ICU RSUP DR KARIADI SEMARANG Email :G2A216063 Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk : 1.

  Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan unimus atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

  2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangakalan data ( database ), mendistribusikanya serta menampilkan dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada perpustakaan Unimus, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta 3.

Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak perpustakaan Unimus, dari semua bentuk tuntutan

  hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

  Semarang, 19 april 2018 Yang menyatakan

  Taufik Kurniawan