Gambar 2.1 Konsep Perencanaan Infratsruktur Bidang Cipta Karya

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  BAB

  

2

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTA KARYA

2.1. Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya

  Konsep perencanaan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya tahun 2014 dinilai semakin baik. Pasalnya, konsep yang digunakan telah memenuhi berbagai sektor seperti Penataan Ruang, amanah pembangunan nasional dan amanat internasional, misalnya target MDGs. Konsep ini terbagi ke dalam 5 Kluster yang seluruhnya harus mendapatkan prioritas. Program prioritas yang ada dalam 5 kluster diantaranya mencakup prioritas Kab/Kota strategis Nasional, kab/Kota Responsif, pemberdayaan masyarakat dan program kreatif. Khusus untuk program pemberdayaan masyarakat, Dirjen Cipta Karya menyatakan program ini ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan yang ada di perkotaan maupun perdeesaan.

Gambar 2.1 Konsep Perencanaan Infratsruktur Bidang Cipta Karya

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  Amanat Pembangunan Nasional

2.2 Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang

  berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari generasi demi generasi. Pelaksanaan upaya tersebut dilakukan dalam konteks memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya.

  Amanat Pembangunan Nasional tertuang kedalam RPJP Nasional, RPJM Nasional, MP3EI, MP3KI, KEK dan Direktif Presiden.

2.2.1 RPJP Nasional 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2007)

  Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005

  • –2025 merupakan kelanjutan dari pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan kurun waktu 20 (dua puluh) tahun. Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang RPJP Nasional Tahun 2005 –2025 adalah untuk: (a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan nasional, (b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah, (c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, dan (e) mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional. RPJP Nasional menjadi acuan dalam penyusunan RPJP Daerah yang memuat visi, misi, dan arah Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah yang disusun dengan memerhatikan RPJM Nasional.

  Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunan, yang dituangkan dalam RPJM Nasional I Tahun 2005

  • –2009, RPJM Nasional II Tahun 2010
  • –2014, RPJM Nasional III Tahun 2015–2019, dan RPJM Nasional IV Tahun
  • –2024. RPJP Nasional digunakan sebagai pedoman dalam menyusun RPJM Nasional. Pentahapan rencana pembangunan nasional disusun dalam masing-masing periode RPJM Nasional sesuai dengan visi, misi, dan program Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat.

  RPJP Nasional ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya didalam satu pola sikap dan pola tindak.

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  Visi pembangunan nasional tahun 2005 –2025 adalah:

INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR

  Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut:  Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila;  Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;  Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hokum;  Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu;  Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;  Mewujudkan Indonesia asri dan lestari;  Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional;  Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.

  Untuk mencapai sasaran pokok sebagaimana dimaksud di atas, pembangunan jangka panjang membutuhkan tahapan dan skala prioritas yang akan menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka menengah. Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan mencerminkan urgensi permasalahan yang hendak diselesaikan, tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh karena itu, tekanan skala prioritas dalam setiap tahapan berbeda-beda, tetapi semua itu harus berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam rangka mewujudkan sasaran pokok pembangunan jangka panjang. Setiap sasaran pokok dalam delapan misi pembangunan jangka panjang dapat ditetapkan prioritasnya dalam masing-masing tahapan. Prioritas masing-masing misi dapat diperas kembali menjadi prioritas utama. Prioritas utama menggambarkan makna strategis dan urgensi permasalahan. Atas dasar tersebut, tahapan dan skala prioritas utama dapat disusun kedalam 4 tahap Perencanaan Pembangunan Nasional.

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

2.2.2 RPJM Nasional 2010-2014 (Perpres No. 05 Th 2010)

  RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan lintas kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

  Dalam upaya mewujudkan visi dan misi pembangunan 2009-2014 yang tertuang dalam Buku I RPJMN 2010-2014 perlu dirumuskan dan dijabarkan secara operasional dan terukur ke dalam prograVm dan kegiatan prioritas kementerian/lembaga dan satuan kerja perangkat daerah. Dalam upaya mewujudkan prioritas nasional tersebut, berbagai program aksi akan dilaksanakan di seluruh wilayah dengan memperhatikan fokus, potensi, dan permasalahan di setiap wilayah.

  Sinergi pusat-daerah dan antardaerah merupakan penentu utama kelancaran pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang tercantum dalam RPJMN 2010-2014. Sinergi pusat-daerah dan antardaerah dilakukan dalam seluruh proses mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang mencakup kerangka kebijakan, regulasi, anggaran, kelembagaan, dan pengembangan wilayah. Sinergi kebijakan pembangunan antara pusat dan daerah dan antardaerah diperlukan untuk: (1) memperkuat koordinasi antarpelaku pembangunan di pusat dan daerah; (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat di semua tingkatan pemerintahan; serta (5) menjamintercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  Sinergi dalam perencanaan kebijakan pembangunan pusat dan daerah baik lima tahunan maupun tahunan akan dilaksanakan dengan mengoptimalkan penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di semua tingkatan pemerintahan (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional) sehingga terwujud sinkronisasi antara kebijakan, program dan kegiatan antarsektor, antarwaktu, antarwilayah, dan antara pusat dan daerah. Selain itu, Musrenbang juga diharapkan dapat lebih mendorong terciptanya proses partisipasi semua pelaku pembangunan dan berkembangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

  Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1 (2005-2009), RPJM ke-2 (2010-2014) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Kondisi aman dan damai di berbagai daerah Indonesia terus membaik dengan meningkatnya kemampuan dasar pertahanan dan keamanan negara yang ditandai dengan peningkatan kemampuan postur dan struktur pertahanan negara serta peningkatan kemampuan lembaga keamanan negara.

  Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup makin berkembang melalui penguatan kelembagaan dan peningkatan kesadaran masyarakat yang ditandai dengan berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang disertai dengan menguatnya partisipasi aktif masyarakat; terpeliharanya

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis lainnya yang dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal pembangunan nasional pada masa yang akan datang; mantapnya kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan; serta terlaksananya pembangunan kelautan sebagai gerakan yang didukung oleh semua sektor. Kondisi itu didukung dengan meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang.

2.2.3 MP3EI (Perpres No. 32 Tahun 2011)

  Struktur ekonomi Indonesia saat ini masih terfokus pada pertanian dan industri yang mengekstraksi dan mengumpulkan hasil alam. Industri yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah produk, proses produksi dan distribusi di dalam negeri masih terbatas. Selain itu, masih ada kesenjangan pembangunan antara Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia. Hal ini tidak bisa dibiarkan berlanjut ke generasi yang akan datang. Harus pula dipahami bahwa upaya pemerataan pembangunan tidak akan terwujud dalam jangka waktu singkat. Namun begitu, upaya tersebut harus dimulai melalui upaya percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia sebagai titik awal menuju Indonesia yang lebih merata.

  Tantangan lain dari suatu negara besar seperti Indonesia adalah penyediaan infrastruktur untuk mendukung aktivitas ekonomi. Infrastruktur itu sendiri memiliki spektrum yang sangat luas. Satu hal yang harus mendapatkan perhatian utama adalah infrastruktur yang mendorong konektivitas antar wilayah sehingga dapat mempercepat dan memperluas

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  pembangunan ekonomi Indonesia. Penyediaan infrastruktur yang mendorong konektivitas akan menurunkan biaya transportasi dan biaya logistik sehingga dapat meningkatkan daya saing produk, dan mempercepat gerak ekonomi.

  Visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”. Visi 2025 tersebut diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utamanya, yaitu:  Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat- pusat pertumbuhan ekonomi.

   Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta integrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian nasional.

   Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju innovation-driven economy.

  Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga menghadapi tantangan akibat perubahan iklim global. Beberapa indikator perubahan iklim yang berdampak signifikan terhadap berlangsungnya kehidupan manusia adalah: kenaikan permukaan air laut, kenaikan temperatur udara, perubahan curah hujan, dan frekuensi perubahan iklim yang ekstrem. Demikian pula, pengaruh kombinasi peningkatan suhu rata-rata wilayah,

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  tingkat presipitasi wilayah, intensitas kemarau/banjir, dan akses ke air bersih, menjadi tantangan bagi percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia.

  Namun demikian, untuk mempercepat implementasi MP3EI, perlu juga dikembangkan metode pembangunan infrastruktur sepenuhnya oleh dunia usaha yang dikaitkan dengan kegiatan produksi. Peran Pemerintah adalah menyediakan perangkat aturan dan regulasi yang memberi insentif bagi dunia usaha untuk membangun kegiatan produksi dan infrastruktur tersebut secara paripurna. Insentif tersebut dapat berupa kebijakan (sistem maupun tarif) pajak, bea masuk, aturan ketenagakerjaan, perizinan, pertanahan, dan lainnya, sesuai kesepakatan dengan dunia usaha. Perlakuan khusus diberikan agar dunia usaha memiliki perspektif jangka panjang dalam pembangunan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Selanjutnya, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus membangun linkage semaksimal mungkin untuk mendorong pembangunan daerah sekitar pusat pertumbuhan ekonomi.

  Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia menetapkan sejumlah program utama dan kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus pengembangan strategi dan kebijakan. Prioritas ini merupakan hasil dari sejumlah kesepakatan yang dibangun bersama- sama dengan seluruh pemangku kepentingan di dalam serial diskusi dan dialog yang sifatnya interaktif dan partisipatif. Berdasarkan kesepakatan tersebut, fokus dari pengembangan MP3EI ini diletakkan pada 8 program utama, yaitu pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis. Kedelapan program utama tersebut terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama.

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

Gambar 2.1 22 Kegiatan Ekonomi Utama MP3EI

  Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama yang sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu dilakukan maupun pemberlakuan peraturan-perundangan baru yang diperlukan untuk mendorong percepatan dan perluasan investasi. Selanjutnya MP3EI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

  MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer yang penting serta khusus

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019 untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi.

  MP3EI juga dirumuskan dengan memperhatikan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) karena merupakan komitmen nasional yang berkenaan dengan perubahan iklim global.

Gambar 2.2 Posisi MP3EI di dalam Rencana Pembangunan Pemerintah

  Berdasarkan berbagai faktor di atas, maka kerangka desain dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 dirumuskan sebagaimana pada Gambar 2.3.

  Pemerintah telah meluncurkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada 27 Mei 2011. MP3EI merupakan perwujudan transformasi ekonomi nasional dengan orientasi yang berbasis pada pertumbuhan ekonomi yang kuat, inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan. Pelaksanaan MP3EI diharapkan mampu menjadi mesin penggerak pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  sekaligus mendorong pemerataan pembangunan wilayah di seluruh wilayah tanah air. Dalam kurun waktu 15 tahun ke depan akan dikembangkan klaster-klaster industri, baik untuk meningkatkan keterkaitan antara industri hulu dan hilir, maupun antara pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah penyangganya. Industri unggulan di berbagai wilayah dibangun untuk memperkuat struktur perekonomian domestik.

Gambar 2.3 Kerangka Desain Pendekatan Masterplan P3EI

  Dalam kaitan itu ditawarkan insentif yang tepat kepada dunia usaha, dan dengan memperbaiki iklim investasi di daerah-daerah. MP3EI dilaksanakan melalui tiga strategi besar. Pertama, mengembangkan 6 (enam) koridor ekonomi Indonesia, yang meliputi: koridor ekonomi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali NusaTenggara, dan koridor Papua-Maluku. Kedua, memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara internasional. Ketiga, mempercepat kemampuan SDM dan IPTEK, untuk mendukung

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  pengembangan program utama, dengan meningkatkan nilai tambah di setiap koridor ekonomi.

  MP3EI merupakan produk dari hasil kerja sama dan kemitraan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, swasta, dan akademisi. Sementara itu, pendanaan kegiatan MP3EI dilakukan melalui keterpaduan pendanaan dari APBN, APBD, BUMN, BUMD, serta pihak swasta dan masyarakat. Pelaksanaan MP3EI ini semaksimal mungkin memberikan peran yang besar kepada pelaku usaha domestik terutama untuk meningkatkan nilai tambah pemanfaatan sumberdaya dalam negeri. Agar pelaksanaan MP3EI berjalan efektif, anggaran yang tersebar diberbagai kementerian dan lembaga benar-benar diarahkan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan MP3EI. BUMN diharapkan dapat menjadi pilar dan kontributor utama investasi dalam pelaksanaan MP3EI.

  Dalam kurun waktu 15 tahun ke depan, akan dikembangkan klaster- klaster industri, baik untuk meningkatkan keterkaitan antara industri hulu dan hilir, maupun antara pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah penyangganya. Industri unggulan di berbagai wilayah dibangun untuk memperkuat struktur perekonomian domestik. Dalam kaitan itu ditawarkan insentif yang tepat kepada dunia usaha, dan dengan memperbaiki iklim investasi di daerah-daerah.

  Tujuan dari pelaksanaan MP3EI adalah untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi melalui pengembangan 8 (delapan) program utama yang meliputi: sektor industri manufaktur, pertambangan, pertanian, kelautan, pariwisata, telekomunikasi, energi dan pengembangan kawasan strategis nasional. Fokus dari 8 (delapan) program utama tersebut meliputi 22 (dua puluh dua) kegiatan utama yaitu: industri besi-baja, makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi, perkapalan, perkayuan, nikel, tembaga, bauksit, kelapa sawit, karet, kakao, peternakan, perikanan, food estate, pariwisata, telematika, batubara, alutsista, minyak dan gas, serta pengembangan Metropolitan

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  Jabodetabek dan pembangunan Kawasan Selat Sunda. Pengembangan MP3EI dilakukan dengan pendekatan terobosan (breakthrough) bukan Business As Usual, melalui: pertama, pihak swasta akan diberikan peran penting dalam pengembangan MP3EI, sedangkan pihak pemerintah akan berfungsi sebagai regulator, fasilitator dan katalisator. Dari sisi regulasi, Pemerintah akan melakukan deregulasi (debottlenecking) terhadap regulasi yang menghambat pelaksanaan investasi di 8 (delapan) program utama. Fasilitasi dan katalisasi akan diberikan oleh Pemerintah melalui penyediaan infrastruktur maupun pemberian insentif fiskal dan non fiskal.

  Kedua, dalam rangka penguatan kebijakan, pemerintah akan melakukan penguatan koordinasi, sinkronisasi dan sinergi kebijakan antar Kementerian/ Lembaga dan antara Kementerian/Lembaga dengan pemerintah daerah. Dalam pelaksanaan MP3EI, dunia usaha akan menjadi aktor utama dalam kegiatan investasi, produksi dan distribusi.

  Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu:

  a. Mengembangkan 6 (enam) koridor ekonomi indonesia, yaitu: Koridor Sumatera, Koridor Jawa, Koridor Kalimantan, Koridor Sulawesi, Koridor Bali - Nusa Tenggara, dan Koridor Papua - Kepulauan Maluku.

  Pembangunan 6 (enam) koridor ekonomi dilakukan melalui pembangunan pusat-pusat pertumbuhan di setiap koridor dengan mengembangkan klaster industri dan kawasan ekonomi khusus (KEK) yang berbasis sumber daya unggulan di setiap koridor ekonomi.

   Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara internasional (locally integrated, internationally connected). Penguatan konektivitas nasional ditujukan untuk memperlancar distribusi barang dan jasa, dan mengurangi biaya transaksi (transaction cost) logistik, Hal ini akan dilakukan melalui:

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

   Penguatan konektivitas intra dan antar pusat-pusat pertumbuhan dalam koridor ekonomi untuk mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkeadilan,  Penguatan konektivitas antar koridor (pulau) untuk memperlancar pengumpulan dan pendistribusian (collection and distribution) bahan baku, bahan setengah jadi dan produk akhir dari dan keluar koridor (pulau), dan;  Penguatan konektivitas internasional sebagai pintu keluar dan masuk perdagangan dan pariwisata antar negara;

  b. Mempercepat peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi.

  Elemen utama untuk percepatan kemampuan SDM dan IPTEK meliputi:  Meningkatkan kualitas pendidikan termasuk pendidikan tinggi, kejuruan, dan pelatihan terutama untuk yang terkait dengan pengembangan program utama.

   Meningkatkan kompetensi teknologi dan ketrampilan/keahlian tenaga kerja.

   Meningkatkan kegiatan dan membangun pusat-pusat pengembangan R & D di pusat-pusat pertumbuhan (KEK dan Klaster Industri) di setiap koridor ekonomi melalui kolaborasi antar Pemerintah, Dunia Usaha dan Perguruan Tinggi.

   Mengembangkan institusi sistem inovasi nasional yang berkelanjutan.

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  Pemerintah telah membentuk Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI). Komite dimaksud dipimpin langsung oleh Presiden Republik Indonesia. Anggota komite tersebut terdiri dari unsur-unsur pemerintah pusat dan daerah, BUMN, akademisi/para pakar, dan dunia usaha. Untuk membantu pelaksanaan tugas KP3EI telah dibentuk Tim Kerja yang terdiri dari 3 Tim Kerja Lintas Sektor yaitu Tim Kerja Regulasi, Tim Kerja Konektivitas, dan Tim Kerja SDM dan IPTEK, serta 6 Tim Kerja Koridor Ekonomi yaitu Tim Kerja KE Sumatera, Tim Kerja KE Jawa, Tim Kerja KE Kalimantan, Tim Kerja KE

  Sulawesi, Tim Kerja KE Bali-Nusa Tenggara, dan Tim Kerja KE Papua- Kepulauan Maluku.

2.2.4 MP3KI

  Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi harus bersifat inklusif dan berkelanjutan. Ini akan mempercepat dan memperluas upaya pemerataan pembangunan. Penurunan pengangguran dan kemiskinan akan dipercepat. Kesenjangan pembangunan, baik antar golongan masyarakat maupun antar daerah, yang relatif masih tinggi akan dikurangi. Upaya penurunan pengangguran dilakukan melalui penciptaan lapangan kerja fomal, terutama didorong pembangunan industri dalam kerangka MP3EI. Perhatian khusus diberikan untuk mengatasi pengangguran usia muda yang tingkatnya jauh lebih besar dari tingkat pengangguran secara umum. Percepatan penanggulangan kemiskinan

  • – dilakukan melalui peningkatan sinergi dan efektivitas program klaster 1 4, dalam kerangka Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Kebijakan ini merupakan langkah terobosan yang secara fundamental dapat menurunkan kemiskinan, sekaligus memperkuat ekonomi rakyat Indonesia.

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

Gambar 2.4. Program Klaster dalam Kerangka MP3KI

  Pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Penurunan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) 2012-2025 merupakan kebijakan afirmatif untuk mempercepat dan memperluas upaya pengurangan kemiskinan di Indonesia. MP3KI akan berperan di dalam mendorong terwujudnya pembangunan yang lebih inklusif dan berkeadilan, khususnya dalam mengakomodir keterlibatan masyarakat miskin dan marjinal untuk dapat terlibat langsung dan menerima manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan demikian, MP3KI dan MP3EI saling memperkuat dan melengkapi untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang pro-growth, pro-poor, pro-job, dan proenvirontment.

  Keberadaan MP3KI akan melengkapi berbagai dokumen perencanaan lain yang telah dan sedang disusun, khususnya yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan, seperti: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, Rencana Aksi Nasional (RAN)

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  Program Penanggulangan Kemiskinan (PPK) 2012-2014, Peta Jalan (Road Map) Penanggulangan Kemiskinan, Rencana Kerja Pemerintah (tahunan), dan lain sebagainya.

  Hal yang membedakan antara MP3KI dengan dokumen perencanaan dan penanggulangan kemiskinan lainnya adalah dokumen ini menjabarkan secara khusus mengenai konsep dan desain, arah kebijakan, dan strategi penanggulangan kemiskinan dalam jangka panjang (2012-2025), termasuk menggambarkan transformasi dari program-program penanggulangan kemiskinan yang telah ada saat ini menuju terwujudnya sistem Jaminan Sosial yang menyeluruh. MP3KI juga menguraikan konsep dan desain pengembangan sustainable livelihood (mata pencaharian yang mapan) bagi masyarakat untuk peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan secara berkelanjutan.

  Seluruh program-program penanggulangan kemiskinan akan bertransformasi ke dalam bentuk program yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar dari seluruh masyarakat secara merata termasuk menjamin terciptanya pemenuhan pendapatan masyarakat (income generating) secara berkelanjutan, sinergi dari seluruh kelompok program (klaster) penanggulangan kemiskinan dan menjembatani transisi antar waktu, serta mewujudkan sistem jaminan sosial yang menyeluruh.

   MP3KI juga menggambarkan pola kerjasama yang optimal dari para pihak (kementerian/lembaga, daerah, swasta, dan masyarakat) dalam mendayagunakan berbagai sumber dayanya untuk mendukung penanggulangan kemiskinan. Program kemiskinan jangka pendek semakin baik, namun belum optimal karena:  Masih terdapat persoalan implementasi program: ketidaktepatan sasaran RTS dan ketidakpaduan lokasi dan waktu ;  Masih terjadinya keterlambatan pencairan/penyaluran anggaran;

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

   Kurangnya koordinasi. Pada beberapa lokasi, TKPKD belum optimal berfungsi;  Pada beberapa lokasi, kapasitas teknis pelaksana relatif lemah;  Pada daerah pemekaran, data kemiskinan belum termutakhirkan.  Tantangan utama penanggulangan kemiskinan masa depan:  Pertumbuhan penduduk masih cukup besar  Petani dan nelayan dihadapkan pada lahan usaha yang semakin terbatas  Peluang usaha dan pengembangan usaha masyarakat miskin yang terbatas  Urbanisasi yang memperparah kemiskinan perkotaan (slum & squatter)  Rendahnya kualitas SDM, khususnya usia muda  Rendahnya penyerapan tenaga kerja sektor industri  Masih banyak daerah terisolir, dengan akses pelayanan dasar yang rendah  Belum tersedianya Jaminan Perlindungan Sosial yang komprehensif  Social exclusion (marjinalisasi), seperti kepada penduduk: difabel,  berpenyakit kronis, ilegal, dll

  Visi MP3KI “Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur” Misi

  MP3KI “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang sejahtera, bebas dari kemiskinan absolut dan memiliki kapabilitas penghidupan yang tinggi dan berkelanjutan” Strategi Utama

   Menciptakan sistem perlindungan sosial nasional yang terintegrasi dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan secara individual maupun kelompok.

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

   Meningkatkan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan sehingga terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kualitas SDM di masa datang.

   Mengembangkan penghidupan masyarakat miskin dan rentan dengan mengakses pertumbuhan ekonomi tanpa mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

  Strategi Pelaksanaan  Perluasan jangkauan program-program bersasaran (targeted) untuk penduduk miskin dan rentan.

   Pengembangan penghidupan masyarakat miskin dan rentan berdasarkan koridor pulau dan kawasan khusus.  Pengarusutamaan (mainstreaming) penanggulangan kemiskinan di seluruh kebijakan dan program pembangunan.

  Tahapan Pelaksanaan MP3KI menurut waktu pelaksanaan dibagi dalam 3 (tiga) periode waktu sebagai berikut:

  Periode 2013-2014:

   Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% - 10% pada tahun 2014;

   Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “keroyokan di kantong-kantong kemiskinan, sinergi lokasi dan waktu, serta perbaikan sasaran (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);  Sustainable livelihood penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;  Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014.

  Periode 2015

  • – 2019:

   Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

   Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal coverage;  Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;  Penguatan sustainable livelihood.

  Periode 2020-2025:

   Pemantapan sistem penanggulangan kemiskinan secara terpadu;  Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.

2.2.5 KEK (UU No. 39 Tahun 2009)

  Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

  Ketentuan KEK dalam Undang-Undang ini mencakup pengaturan fungsi, bentuk, dan kriteria KEK, pembentukan KEK, pendanaan infrastruktur, kelembagaan, lalu lintas barang, karantina, dan devisa, serta fasilitas dan kemudahan. KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hokum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.

  Fungsi KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri.

  Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.

  Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi. Dewan Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.

  Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal, yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah, dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian, investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  Dalam hal pengawasan, ketentuan larangan tetap diberlakukan di KEK, seperti halnya daerah lain di Indonesia. Namun, untuk ketentuan pembatasan, diberikan kemudahan dalam sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan tetap mengutamakan pengawasan

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  terhadap kemungkinan penyalahgunaan atau pemanfaatan KEK sebagai tempat melakukan tindak pidana ekonomi. Dengan berlakunya Undang- Undang ini, diharapkan terdapat satu kesatuan pengaturan mengenai kawasan khusus di bidang ekonomi yang ada di Indonesia dengan memberi kesempatan kepada Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

2.2.6 Direktif Presiden (Inpres No. 3 Tahun 2010)

  Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan bertujuan untuk lebih memfokuskan pelaksanaan pembangunan yang berkeadilan, dan untuk kesinambungan serta penajaman Prioritas Pembangunan Nasional sebagaimana termuat dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010. Dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan sebagaimana termuat dalam Lampiran Instruksi Presiden ini, yang meliputi program: Pro rakyat; Keadilan untuk semua (justice for all) dan; Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals - MDGs). Dalam rangka pelaksanaan program- program tersebut dilakukan: a. Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:

   Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;  Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;  Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil;

  b. Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:  Program keadilan bagi anak;  Program keadilan bagi perempuan;  Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

   Program keadilan di bidang bantuan hukum;  Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;  Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan;

  c. Untuk program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, memfokuskan pada:  Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;  Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;  Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;  Program penurunan angka kematian anak;  Program kesehatan ibu;  Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;  Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;  Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.

2.3 Peraturan Perundangan Pembangunan Bidang PU/CK

2.3.1 UU No. 1 Th 2011 ttg Perumahan dan Kawasan Permukiman

  Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang bertumpu pada masyarakat memberikan hak dan kesempatan seluas-luasnya bagimasyarakat untuk ikut berperan. Sejalan dengan peran masyarakat didalam pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, Pemerintahdan pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab untuk menjadifasilitator, memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat,serta melakukan penelitian dan pengembangan yang meliputi berbagaiaspek yang terkait, antara lain, tata ruang, pertanahan, prasaranalingkungan, industri bahan dan komponen, jasa konstruksi dan rancangbangun, pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia, kearifan lokal,serta peraturan perundang-undangan yang mendukung.

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  Kebijakan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk:  Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalamlingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana,dan utilitas umum secara berkelanjutan serta yang mampumencerminkan kehidupan masyarakat yang berkepribadian Indonesia;  Ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untukpemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, sertalingkungan hunian perkotaan dan perdesaan;  Mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tataruang serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;  Memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatannegara; dan  mendorong iklim investasi asing.

  Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut, penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, baik di daerah perkotaan yang berpenduduk padat maupun di daerah perdesaan yang ketersediaan lahannya lebih luas perlu diwujudkan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pengelolaannya. Pemerintah dan pemerintah daerah perlumemberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dalam bentuk pemberian kemudahan pembiayaan dan/atau pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan hunian.

  Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman tidak hanya melakukan pembangunan baru, tetapi juga melakukan pencegahan serta pembenahan perumahan dan kawasan permukiman yang telah ada dengan melakukan pengembangan, penataan, atau peremajaan lingkungan hunian perkotaan atau perdesaan serta pembangunan kembali terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Untuk itu,

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman perlu dukungan anggaran yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan belanja daerah, lembaga pembiayaan, dan/atau swadaya masyarakat. Dalam hal ini, Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat perlu melakukan upaya pengembangan sistem pembiayaan kawasan perumahan dan permukiman secara menyeluruh dan terpadu.

  Pengaturan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan untuk memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR, meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di lingkungan hunian perkotaan maupun lingkungan hunian perdesaan, dan menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

  Penyelenggaraan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat, yang meliputi perencanaan perumahan, pembangunan perumahan, pemanfaatan perumahan dan pengendalian perumahan.

  Salah satu hal khusus yang diatur dalam undang-undang ini adalah keberpihakan negara terhadap masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam kaitan ini, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan memberikan kemudahan pembangunan dan perolehan rumah melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dan

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  berkelanjutan. Kemudahan pembangunan dan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah itu, dengan memberikan kemudahan, berupa pembiayaan, pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum, keringanan biaya perizinan, bantuan stimulan, dan insentif fiskal.

  Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang. Penyelenggaraan kawasan permukiman tersebut bertujuan untuk memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur serta menjamin kepastian bermukim, yang wajib dilaksanakan sesuai dengan arahan pengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan berkelanjutan.

  Undang-undang perumahan dan kawasan permukiman ini juga mencakup pemeliharaan dan perbaikan yang dimaksudkan untuk menjaga fungsi perumahan dan kawasan permukiman agar dapat berfungsi secara baik dan berkelanjutan untuk kepentingan peningkatan kualitas hidup orang perseorangan yang dilakukan terhadap rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas umum di perumahan, permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman. Di samping itu, juga dilakukan pengaturan pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang dilakukan untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Hal ini dilaksanakan berdasarkan prinsip kepastian bermukim yang menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, memiliki, dan/atau menikmati tempat tinggal, yang dilaksanakan sejalan dengan kebijakan penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019

  Rencana penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman di daerah mengacu kepada rencana penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman Nasional, bukan untuk membatasi kewenangan daerah, tetapi agar ada acuan yang jelas, sinergis, dan keterkaitan dari setiap perencanaan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman di tingkat daerah, berdasarkan kewenangan otonomi yang dimilikinya sesuai dengan platform rencana penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman nasional. Rencana penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman di daerah dijabarkan lebih lanjut berdasarkan visi dan misi kepala daerah yang diformulasikan dalam bentuk RPJM daerah.

  Pemerintah dalam melaksanakan pembinaan (perencanaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan) di bidang perumahan dan kawasan permukiman mempunyai tugas:

   Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman;  Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil rekayasa teknologi di bidang perumahan dan kawasan permukiman;  Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba;  Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman;  Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman;  Mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan untuk mendukung terwujudnya perumahan bagi MBR;

  (RPI2JM) TAHUN 2015

  • – 2019