1. mengembangkan system social yang dihasilkan oleh proses demokrasi. - Mitra-mitra dalam Pembelajaran

  D : 12 Mitra-mitra dalam Pembelajaran Dari berpasangan menuju investigasi kelompok

Scenario

  Para siswa kelas enam bimbingan Wolf membahas Negara Irak dan Afganistan, untuk memahami Negara-negara yang memiliki hubungan dengan Amerika Serikat. Walau peduli dengan isu politik, perlu memperoleh informasi tema yang didiskusikan. Dengan berkelompok mengembangkan informasi dan saling berbagi.

  Mary Hilteeper pengajar bahasa inggris mempresantasi dua belas puisi, meminta siswa berpasangan, membaca, mengklasifkasi struktur, model dan temanya. Mereka mempersiapkan laporan pada kelompok lain . Tugas lain meminta siswa menciptakan hipotesis mengenai puisi yang dapat dikelompokkan berdasarkan penulis tertentu, dengan kombinasi distingtif dalam gaya, struktur dan tema. Mary mengelola pembelajaran dengan system berbasis kemitraan (partnersip based leraning). Tugas kognitif seperti mengklasifkasi dalam versi modelpengajaran induktif untuk mengarahkan penelitian. Kelly Farmer memasuki Sekolah Dasar memeperkenalkan diri, kemudian memasangkan siswa yang memiliki kesamaan nama, mengatur para siswa menjadi “kelompok kooperatif” melatih bekerja sama dalam kelompok terdiri dari dua, tiga, empat atau lima sesuai aktivitas yang berbeda.

  Pembelajaran tersebut membangun komunitas-komunitas pembelajaran, mengajari siswa bekerjasama secara positif. Siswa secara bersama-sama menyerap informasi, membuat dan menguji hipotesis dan melatih mengembangkan skill, bekerjasama secara produktif.

  1. Sinergi yang ditingkatkan dalam bentuk kerjasama akan meningkatkan motivasi yang lebih jauh besar daripada lingkungan kompetitif individual

  2. Anggota kelompok kooperatif saling belajar, setiap pembelajar akan memiliki bantuan lebih banyak daripada pembelajaran yang menimbulkan pengucilan siswa.

  3. Interaksi anggota menghasilkan aspek kognitif, social dan aktivitas intelektual yang dapat mengembangkan pembelajaran.

  4. Kerjasama meningkatkan perasaan positif, menghilangkan pengasingan, membangun hubungan dan memberi pandangan positif terhadap orang lain.

  5. Kerjasama meningkatkan penghargaan diri, memiliki perasaan dihormati orang lain dalam sebuah lingkungan.

  6. Meningkatkan kapasitasnya untuk bekerjasama secara produktif, berguna bagi skill social secara umum.

  Kelompok kerjasama dalam ruang kelas yang terorganisir dengan baik, saling mengajari, menghargai, ada penguasaan yang lebih baik terhadap subyek pembelajaran disbanding pembelajaran tunggal, memiliki rasa tanggung jawab dan interaksi yang inten, menghasilkan perasaan positif terhadap tugas, mempunyai image diri yang baik bagi siswa yang memiliki prestasi yang kurang baik.(Lih. Sharan, 1990) Sharan dan koleganyatelah mempelajari investigasi kelompok, meneliti dinamika model serta pengarug prilaku kerjasam, hubungan antar kelompok dan sebuah prestasi. Yang menarik adalah campuran dengan model-model social lain, untuk mengkombinasikan beberapa efek dari beberapa model. Baveja, Shower, dan joyce (1985) melakukan penelitian mengenai capaian kosep dan prosedur induktif yang dihasilkan dalam kelompok. Efek itu memenuhi keuntungan dua kali lebih banyak dibanding kelompok yang menerima pengajaran individu dan kelompok bimbingan. Peningkatan

  Pembelajaran gabungan support social meningkatkan kemampuan kognitif yang disebabkan interaksi social, pendampingan yang menyenangkan dan bersama-sama mengembangkan skil bersosial serta berempati terhadap orang lain. Cirri menarik strategi pengelompokan ini adalah posisinya yang memihak siswa dengan prestasi akademik rendah, menghilangkan sifat yang cepat menyerah dan meningkatkan tanggung jawab pribadi serta memiliki sifat yang rendah hati. Kapasitas efek dari pembelajaran social dan penghargaan terhadap diri siswa terlihat jelas jika dibandingkan dengan organisasi ruang kelas yang tidak menerapakan system pengelompokan. Kesalahpahaman dalam konsep hubungan antara tehnik pembelajaran sendiri dan kelompok dibebaskan adanya kepercayaan mengenai ketekunan. Mengembangkan system pengelompokan tidak berarti usaha individu tidak dibutuhkan tetapi mendukung dalam menyumbangkan gagasan dan idenya.

  Meningkatkan Efsiensi Pengelompokan Latihan Bekerjasama Pengelompokan dalam mengerjakan tugas-tugas sederhana tidak terlalu bergantung pada skill social. Semua siswa memiliki kemampuan dalam bekerja kelompok jika mengetahui perintah tugas secara detail. Salah satu cara merangsang kemampuan siswa bekerja sama adalah menyediakan wadah dalam sebuah aturan sederhana yang terdiri dari dua atau tiga orang, member aturan kompleksitas melalui tugas yang diberikan dan jumlah anggota yang ditentukan dengan tugas sederhana agar siswa mempunyai pengalaman awal untuk menjalani pengelompokan yang lebih besar pada masa selanjutnya. Latihan Untuk Efsiensi Metode untuk melatih siswa agar bias bekerja sama dengan lebih efsien dan memiliki rasa saling ketergantungan yang positif, dengan isyarat sederhana, menekankan instruktur mengangkat tangannya, seseorang yang ditunjuk untuk memperhatiakan juga harus mengangkat tangannya, ini berarti prosedur instruksi kelompok dijalankan. Kagan (1990) mengembangkan prosedur dalam mengajari siswa bekerjasama, yang disebut “nomor kepala(nomored heads)” guru membagi kelas menjadi kelompok terdiri tiga orang, tiap kelompok memiliki angka satu hingga tiga, dan tugasnya adalah “ ad berapa metamofora yang anda dapatkan dalam satu halaman prosa ini !” semua anggota bertanggung jawab dan harus menguasai tugas, setelah melalui interval instruktur memanggil salah satu nomor, salah satu anggota menjadi juru bicara Latihan untuk Interdependensi (Saling Bergantung Satu Sama Lain) Kompleksitas yang paling rumitpun membutuhkan refeksi dalam proses kelompok seerta berdiskusi cara bekerja sama yang paling efektif. Jhonson dan Jhonson (1999) memaparkan bahwa rangkaian tugas dapat meningkatkan saling ketergantungan, empati, dan peran pengalihan kemampuan. Siswa memilki keahlian menganalisa dinamika kelompok. Belajar menciptkan iklim kerjasama kelompok yang memuat hubungan saling menguntungkan sesame siswa dan adanya tanggung jawab kolektif.

  Pembagian kerja : Spesialisasi. Prosedur yang dikembangkan untuk membantu siswa mempelajari cara saling membantu adalah tehnik pembagian tugas yang dapat meningkatkan efsiensi pembagian kerja karena dapt meningkatkan kesatuan kelompok sebagi sebuah tim kerja untuk menyerap dan mempelajari informasi dan skill. Sebuah prosedur Jigsaw (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes,& Snapp, Slavin, 1983) telah digunakan dalam untuk mengembangkan organisasi formal yang teratur dan cocok sebagai sebuah perkenalan pada proses pembagian kerja. dikembangkan, mengharuskan siswa menggilir peran dengan mengembangkan skill mereka dalam semua bidang.

  Struktur Tujuan yang Kooperatif dan Kompetitif Pengembang teori penedidikan bertanding dalam menitip beratkan tujuan kooperatif dan meminimallisir kompetisi tim. Jhonson dan Jhonson (1990) mengatakan bahwa buukti mendukung struktur tujuan bersama. Salvin (1983) berargumen bahwa kompetisi antar kelompok dapat menguntungkan pembelajaran. Baru-baru ini kolega telah mengatur kelas untuk bekerja sama dalam menghasilkan suatu tujuan. Motivasi : Dari Luar atau dari dalam ? Sharan (1990) mengatakan pembelajaran dengan system pengelompokkan dapat miningkatkan sebagiane proses sebab berpindahnya motivasi pada tataran ekternal pada tataran internal. Siswa tertarik pada materi karena menyadari kepentingan sebagai siswa terhadap materi, siswa tidak lagi mengharap penghargaan dari luar, siswa akan secara aktif demi kepuasan pribadi yang dikejarnya, motivasi internal lebih kuat dari pada motivasi ekternal, sebab motivasi internal akan menghasilkan peningkatan reting pembelajaran dan ingtan yang kuat terhadap informasi dan ketrampilan.

  Salah satu tujuan dasar pendidikan umum adalah untuk meningkatkan motivasi internal dalam belajar serta mendorong siswa meningkatkan pembelajaran demi memperoleh kepuasan. Investigasi Kelompok : Membangun Nilai Pendidikan Melalui Proses Demokratis.

  Gagasan John Dewey menjadi sebuah model pengajaran yang kuat dan menyebar luas dikenal dengan istilah investigasi kelompok, beberapa siswa diatur dalam sebuah kelompok dengan pemecahan masalah yang mendapat pengetahuan tentang prosedur akademik dan metode saintifk penelitian disaat menempuh proses-proses ini. Pemikiran baru yang menggagas praktik demokrasi da dalam kelas merupakan sebuah usaha perbaikan besar dalam sejarah dunia pendidikan di Amerika.

  Gaya pembelajaran social dianggap bagus dan layak oleh anggota masysrakat yang sudah maju, bertujuan mengembangkan gagasan mengenai warga Negara ideal yang hidup dalam sebuah Negara, memajukan masysrakat dan melaksanakan segenap kewajibannya. Usaha – usaha ektensif telah diupayakan untuk mengembangkan instruksi ruang kelas sebagai sebuah proses demokrasi. Dalam istilah model instruksi, proses demokrasi memiliki tujuan dan rujukan untuk mengatur semua kelompok dalam kelas untuk melakukan tugas berikut : 1. mengembangkan system social yang dihasilkan oleh proses demokrasi. 2. mengarahkan penelitian ilmiah pada kehidupan dan proses social yang alami.

  3. menggunakan strategi penelitian untuk memecahkan masalah social atau individu.

  4, memberikan sebuah pengalaman berbasis perenungan dan pembelajaran keadaan.

  Menerapkan metode pengajaran demokratis memang teramat sulit, mengharuskan guru memiliki kecakapan skill interpersonal dan instruksional yang tinggi dan terbilang lamban, sulit dikelola dan diatur. Pondasi Filosofs Figure utama usaha pengembangan gaya pembelajaran dengan proses demokrasi adalah Jhon Dewey, yang menulis How We Think tahun 1910. Dikembangkan tahun 1920 oleh Charles Hubbarg Judd, menitik beratkan memekankan pada aspek pemecahan masalah. George Counts (1932) menekankan pembentukan kembali masyarakat. Body Bode (1927) menekankan proses intelektual secara umum melalui pemecahan masalah. Ungkapan terkenal kelompok yang menggunakan proses demokratis dan pembentukan masyarakat oleh Gordon H. Hulfsh (1961) ; mengembangkan kapasitas individual dalam cara-cara siswa mengolah informasi dan menggabungakan konsep, kepercayaan dan nilai-nilai. Filosof ini secara bertahap menggambarkan adanya ikatan yang kuat antara dunia personal dalam segi intelektual dan proses social dengan fungsi sebuah masyarakat demokratis. Huffish dan Smith memandang perkembangan intelektual dan skill dalam proses social adalah dua hal yang berkaitan erat. Pengetahuan merupakan hasil ciptaan individu maupun kelompok yang akan selalu dan terus diperbaiki.

  Pengetahuan akan mengembangkan kualitas individu sehingga menghasilkan keyakinan. Seseorang yang tidak mempunyai sensivitas pada pengalaman yang dirasakan dan tidak dapat merefeksikannya cenderung memiliki dunia pribadi yang kering. Keadaan berbeda jika selalu mengambil pelajaran kemudian merenungkan senua pengalaman yang dijalani kemudian merefeksikan pengalaman dengan beragam tindakan. Oleh karena itu pendidikan harus menciptakan iklim sedemikian rupa agar membuat siswa memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap beberapa aspek fsik dan lingkungan demi meningkatkan kapasitas individu dalam merefeksikan lingkungan sekitar.ri Sebuah masyarakat demokratis membutuhkan kerjasama untuk bias saling mengerti dunia masing-masing, serta mengembangkan perspektif bersama yang memudahkan pembelajaran satu sama lain dengan tetap mempertahankan cirri khas diri sendiri ditengah realita yang plural.

  Esensi dari fungsi demokrasi sendiri adalah negosiasi mengenai defnisi masalah dan keadaan yang bermasalah, mempertahankan makna dantujuan bergantung pada pengembangan cara valid dan feksibel dalam menghadapi realitas. Hal yang sangat berarti adalah menciptakan kemampuan nilai-nilai pendirian seseorang serta menciptakan nilai dalam sebuah system yang cocok secara berkesinambungan.

  Orientasi Model Pengajaran Tujuan dan Asumsi Jhon Dewey (1916) menyarankan agar sekolah untuk menjadi miniature Negara demokrasi, siswa berpartisipasi pengembangan system social, mengaplikasi metode saintifk dalam rangka mengembangkan manusia dalam suatu masyarakat. Herbert Thelen, pencetus National Training Laboratory. Investigasi kelompok berusaha mencampurkan bentuk strategi pengajaran dengan dinamika proses demokrasi serta proses akademik yang berupa penelitian. Didapatkan sebuah pengalaman kondisi pengajaran yang kemudian ditransfer pada kondisi nyata. Thalen menolak tata kelas umum, yang menuntutsemua siswa memberikan sikap sopan dan ramah seta membahagiakan guru, ketika para anggotanya serius melewati proses pengembangan tata social. Ketika menitikberatkan pembahasan pada aktivitas yang sangat tampaahuank dalam proses demokrasi, tidak boleh mengabaikan spirit dasar yang menggiring proses demokrasi terhadap kehidupan.

  Konsep-konsep Dasar

  1. Penelitian Penelitian didorong adanya tantangan berupa sebuah masalah. Proses social meningkatkan penelitian serta pembelajaran dan pengembangan penelitian tersebut. Bagian penelitian pertama adalah memikirkan sebuah masalah kemudian dipecahkan. Siswa menumbuhkan kesadaran diri serta keinginan untuk mendapatkan makna hidup harus mengetahui bahwa peran ganda sebagai partisipan dan peneliti menelusuri sebuah masalah, pada dasarnya merupakan proses social. Penelitian mengambil objek aktivitas pertama dalam sebuah keadaan nyata dan merupakan proses kelanjutan yang selalu mengembangkan data baru. Model Pengajaran Struktur Langkah awal dalam gaya ini adalah menyajikan sebuah masalah yang memancing perhatian dan kehebohan siswa, dilakukan secara verbal, pengalaman nyata. Jika siswa bereaksi guru member perhatian, merumuskan serta menyusun masalah kemudian menganalisa, bertindak dan melaporkan dan mengevaluasi solusi permasalahan yang dicocokkan dengan maksud dan tujuan utama System sosial System social menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan diatur oleh suatu kesepakatan yang dikembangkan, divalidasi oleh pengalaman kelompok terhadap fenomena rumit yang dijelaskan seorang guru sebagai sebuah objek pembelajaran.

  Peran / Tugas Guru Menjadi konselor, konsultan dan pemberi kritik yang ramah. Membimbing serta merefeksikan pengalaman kelompok dalam tingkat-tingkat berikut ; pertama, pemecahan masalah atau level tugas, kedua, level manajemen kelompok dan ketiga tingkat makna pribadi, tanggapan kesimpulan.

  Peran pengajaran sangat sulit namun sensitive karena esensi penelitian adalah aktiftas siswa masalah tidak bisa dipaksakan. Dalam waktu yang sama intruktur harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut : (1). Memfasilitasi proses kelompok (2) campur tangan dalam proses kelompok dan meneruskan serta mengarahkan energy aktiftas kelompok menuju aktiftas pengajaran yang potensial (3) memandu pendidikan tersebut sehingga makna dan pemahaman individu dapat muncul dari pengalaman (Thalen, 1960, hlm. 13 ) System Pendukung Harus ektensif dan responsive terhadap semua kebutuhan siswa. Sekolah harus ada perpustakaan dengan referensi luar. Siswa juga mencari orang-orang yang bias menjadi referensi luar. Penelitian referensi relative langka karena system support tidak cukup menjalankan beberapa tingkat penelitian.

  Penerapan Investasi kelompok membutuhkan feksibilitas dari guru dan semua anggota kelas. Meskipun contoh-contoh yang digambarkan dalam model ini cenderung menguraikan hal yang bersifat intelektual dan organitatif, senyatanya praktik investigasi, penyajian masalah awal dilakukan dengan sebuah topic, isu, informasi dan aktivitas alternative dalam lingkup local. Asal mula penelitian bergantung pada minat dan usia siswa, guru merancang penelitian yang cocok dengan kemampuan siswa dalam mengolah investigasi. Tim Johnson memfokuskan perhatian pada tugas kerja sama, penghargaan kelompok dan praktik saling mengajari antar sesama kawan sebaya. Mereka telah menciptakan review pelajaran secara ektensif terhadap semua siswa yang dapat mendukung kerjasama dan meningkatkan energy belajar serta penghargaan terhadap performa kelompok sangat efektif. Slavin ( 1983 ) Menegaskan beberapa poin model, menambahkan beberapa varian yang cukup menarik untuk membagi tugas yang berbeda saat kelompok mengerjakan sebuah tugas proyek sehingga dapat meningkatkan energy masing-masing siswa. Secara umum dapat dikatakan, semakin beragam bahan yang dipelajari dalam suatu kelompok, maka perilaku atau tanggung jawab terhadap tugas akan semakin positif. Tujuan adanya penelitian yang dilakukan bersama-sama adalah untuk menggabungkan sisi akademik dan social dalam meningkatkan pembelajaran akademik maupun social. Jika diterapkan akan memudahakan untuk mencapai tujuan.

  Dampak-dampak Instruksional dan Pengiring Model ini memadukan tujuan penelitian akademik, integrasi social yang digunakan dalam semua subjek pelajaran, pada siswa semua umur. Jika gur berkeinginan menekankan proses formulasi dan pemecahan masalah dalam beberapa aspek ilmu pengetahuan. Model investigasi kelompok (Figure 12.1) dianggap sebagai suatu cara yang langsung mengena dan efektif dalam pengajaran ilmu pengetahuan secara akademik, serta mampu menyentuh proses dan aspek-aspek social, yang memunculkan pengasuhan atau pengarahan suasana kehangatan penuh kepercayaan, respon positif etrhadap peraturan serta kebijakan yang dinegoisasikan, pembelajaran yang mandiri dan tidak terikat serta peka terhadap hak orang lain.