Relationship Between Anxiety And Food Intake In The Elderly At UPTD Social Services Elderly, Elderly Tresna Subdistrict Natar, South Lampung
Hubungan Kecemasan Dengan Asupan Makan Pada Lansia di UPTD Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
Mirna Candra Dewi, Sofyan Musyabiq, Utari Gita Mutiara
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup
(UHH). Berdasarkan data Kementrian Kesehatan tahun 2011, pada tahun 2000-2005 adalah 66,4 tahun, angka ini akan
meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
hubungan kecemasan dengan asupan makan pada lansia di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan.Desain penelitian adalah cross-sectional. Populasi sebanyak 100 lansia dan yang memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi adalah 40 lansia.Penelitian ini dilakukan di UPTD Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar mengalami kecemasan dengan
persentase 65,0 % dan asupan energi cukup dengan presentase 92,5 %. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
kecemasan dengan asupan energy(p=0,278). Asupan karbohidrat, asupan lemak dan asupan serat serta terdapat hubungan yang
bermakna antara kecemasan dengan asupan protein(p=0,101) di UPTD Pelayanan Terpadu Tresna Werdha Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kecemasan dengan asupan makanan Kata kunci : asupan makan,kecemasan, lansia.
Relationship Between Anxiety And Food Intake In The Elderly At UPTD Social
Services Elderly, Elderly Tresna Subdistrict Natar, South Lampung
Abstract
The success of development is seen from the increase in the standard of living and life expectancy. Based on data from the
Ministry of Health in 2011, the year was 66.4 years 200-2005, this figure will rise in life expectancy from 2045 to 2050 were
estimated to be 77.6 years. The purpose of this study to analyze the relationship of anxiety with food intake in elderly do UPTD
Social Services Elderly Elderly Tresna Natar District of South Lampung.It’s a cross-sectional study design. This research was
conducted in UPTD Integrated Services Social Seniors Elderly Tresna Natar District of South Lampung.The results showed that
most of anxiety 65.0% 90.0% energy intake enough, 60.0% less protein intake, carbohydrate intake 92.5 and 92.5% of fat intake,
and intake of less than 67 fibers, 5%. There was no relationship between anxiety with energy intake (p = 0.278), there was no
correlation with protein intake (p = 0.101), There was no relationship between anxiety with carbohydrate intake (p = 0.037),
there was no correlation between anxiety with fat intake (p = 0.539), and there was no correlation between anxiety with fiber
intake (p = 0.316). From the research needed special attention Keyword : anxiety, elderl, food intake.
Korespondensi: Mirna Candra Dewi ǀ Jl. Sisingamangaraja Gang Pemancar 3 no 27 Bandar Lampung ǀ 081279471100 ǀ
mirna.candradewi@yahoo.com PendahuluanKeberhasilan pembangunan adalah cita-cita jumlah penduduk lansia, kelompok umur 0-14 suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf tahun dan 15-49 berdasarkan proyeksi 2010-2035 2 hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH)/Angka menurun . Sedangkan, kelompok umur lansia (50- Harapan Hidup (AHH).Peningkatan UHH ini dapat 64 tahun dan 65+) berdasarkan proyeksi 2010- mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi 2035 terus meningkat. Berdasarkan data dalam bidang kesehatan akibat meningkatnya Kementrian Kesehatan tahun 2011, pada tahun jumlah angka kesakitan karena penyakit 2000-2005 UHH adalah 66,4 tahun (dengan degeneratif. Perubahan struktur demografi ini persentase populasi lansia tahun 2000 adalah diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut 7,74%), angka ini akan meningkat pada tahun 1 usia. Indonesia sebagai salah satu negara 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 berkembang juga akan mengalami ledakan tahun (dengan pesentase populasi lansia tahun
25 n
1 n
2 , 156 191 , , 389 84 , 96 ,
348 ,
2
n
2 96 , 1
2 . 742 , 258 , 258 , . 606 , , 265 84 , . 735 , .
, 606 258 ,
2
2 2 1 2 2 2 1 1 2 P P Q P Q P Z PQ Z n
2045 adalah 28,86%). 2 Di satu sisi, adanya peningkatan jumlah lansia berdampak timbulnya berbagai masalah jika tidak ditangani dengan segera. Salah satu masalah yang mungkin terjadi adalah terkait gizi.Beberapa kelompok dalam populasi lansia beresiko terkena malnutrisi.
10 orang(25,0%) berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah lansia yang berada di panti adalah wanita.Hasil penelitian ini sesuai dengan jumlah sensus penduduk tahun 2013 yaitu 125 orang jumlah wanita dua kali lipat dari jumlah laki-laki. Lansia yang berjenis kelamin perempuan di Indonesia berpotensi mengalami diskriminasi ganda, baik karena statusnya sebagai penduduk usia lanjut. Sebagai perempuan, diskriminasi yang disebabkan oleh struktur sosial dan budaya
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berusia 60-74 tahun yaitu sebanyak 34 lansia (85%). Berdasarkan laporan Kantor Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 %dengan UHH sekitar 71,1 tahun. 6 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 30 orang (75,0%) berjenis kelamin perempuan, dan
Hasil
P2 = proporsi pajanan pada kelompok kasus sebes ar 0,258 (Rohmawati, 2013) Q2 = 1
6 Kesalahan tipe II = 20%, maka Z β = 0,84
= 1,9
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada bulan September 2014-Februari 2015. Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia di UPTD Tresna Werdha Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan sebanyak 100 orang. Untuk penetuan besar sampel digunakan rumus proporsi dan didapatkan hasil : Kesalahan tipe I = 5%, hipotesis dua arah, Z
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah penelitian dengan satu kali pengamatan pada waktu tertentu untuk menganalisa bagaimana hubungan antara tingkat kejadian kecemasan dengan asupan makan lansia pada lansia di panti UPTD Tresna Werdha Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. 5 Tempat dan waktu penelitian ini dilaksanakan di UPTD Tresna Werdha
Metode
4 Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara kecemasan dengan asupan makanan pada lansia di Panti Trena Werdha Natar Lampung Selatan.
Malnutrisi pada lansia sama halnya seperti pada balita atau dewasa, lansia dapat mengalami gizi kurang maupun gizi lebih. Lansia di Indonesia yang ada dalam keadaan kurang gizi sejumlah 3,4 persen, berat badan kurang sebesar 28,3 persen, berat badan ideal berjumlah 42,4 persen, berat badan lebih ada 6,7 persen dan obesitas sebanyak 3,4 persen. 3 Masalah lainnya adalah masalah psikologis yang terjadi yaitu lansia dalam menghadapi masa pensiun, takut akan kesepian, sadar akakn kematian dan lain-lain, perubahan tersebut akan menimbulkan masalah kecemasan. Sebagain besar lanjut usia mengalami ketakutan, kecemasan, kebingungan dan frustasi akan datangnya kematian. Kecemasan ini muncul karena orang yang sudah mati menjadi terputus hubungan dengan orang-orang yang ada di dunia .
- – 0,258 = 0,742 Q1 = 1
- –0,60 = 0,40 P2 = proporsi pajanan pada kelompok kasus sebesar 0,60 (Rohmawati, 2013) P = (P1 + P2)/2= 0,606+0,258/2= 0,735
40 lansia yaitu 27 orang (67,5%) memiliki asupan yang cukup. Angka kecukupan gizi (AKG) dibedakan beradasarkan kelompok usia, angka kecukupan asupan karbohidrat lansia adalah 325 g. 12 Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian
Herlina pada tahun 2011 umumnya lansia kurang mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, beberapa zat gizi seperti kalsium, seng, potasium, vitamin B6, magnesium dan folat kurang tersedia dalam diet lansia, serta konsumsi karbohidrat kompleks dibawah kecukupan yang dianjurkan. Contoh makanan yang mengandung karbohidrat adalah nasi, jagung, kentang, gandum, dan ubi. Pada penelitian ini sumber protein di panti werdha terdiri dari telur, ikan, ayam, tempe dan tahu. Angka kecukupan lemak pada lansia wanita adalah 44,4 gr dan laki-laki adalah 56 gr, dari angka kecukupan lemak dapat dihitung tingkat kecukupan lemak pada responden dengan membandingkan asupan lemak responden dengan angka kecukupan lemak responden dikalikan dengan 100%, apabila didapatkan hasil > 80% maka dikatakan tingkat lemak responden lebih dan apabila < 80% maka dapat dikatakan bahwa tingkat kecukupan lemak responden cukup. 9 Hasil penelitian dapat menyimpulkan bahwa sebagian responden yaitu 37 orang
(92,5%) memiliki tingkat asupan lemak yang cukup dan sebagian responden memiliki asupan lemak yang lebih yaitu sebanyak 3 orang (7,5%). Contoh asupan lemak antara lain terdapat dalam kelapa,
Sumber asupan lemak pada penelitian ini seperti daging sapi, daging kambing, bakso dan jeroan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia memiliki asupan kurang yaitu 29 orang (67,5%) memiliki asupan yang cukup. Angka kecukupan gizi (AKG) dibedakan beradasarkan kelompok usia, angka kecukupan asupan serat lansia adalah 25 gram. 9 Pembahasan
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Herlina pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi buah- buahan dan sayuran. Beberapa zat gizi seperti kalsium, seng, potasium, vitamin B6, magnesium dan folat kurang tersedia dalam diet lansia, serta konsumsi karbohidrat kompleks dibawah kecukupan yang dianjurkan.Contoh sumber asupan serat yaitu sayuran berdaun hijau, alpukat, pir, apel dan tomat. 15 Pada penelitian ini didapatkan bahwa kecemasan dengan asupan energi tidak memiliki hubungan yang bermakna. Hasil analisis yang didapatkan menunjukkan bahwa kecemasan dengan asupan energi tidak memiliki hubungan yang bermakna karena didapatkan nilai (p=0,263). Pada penelitian ini lansia yang mengalami asupan energi lebih cenderung mengalami ketidakcemasan dibandingkan dengan lansia yang cemas. Pada penelitian ini didapatkan bahwa kecemasan dengan asupan protein tidak memiliki hubungan yang bermakna. Hasil analisis yang didapatkan menunjukkan bahwa kecemasan dengan asupan protein memiliki hubungan yang bermakna karena didapatkan nilai (p=0,045). Pada penelitian ini lansia yang mengalami asupan protein kurang cenderung mengalami kecemasan dibandingkan dengan lansia yang tidak cemas.Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rahmawati pada tahun 2013 yaitu memiliki hubungan yang bermakna antara kecemasan dengan asupan protein (p=0,001) yaitu subyek yang memiliki kecemasan akan lebih besar mengalami asupan protein kurang dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami kecemasan. Odds Ratio (OR) pada penelitian Rahmawati pada tahun 2013 lansia yang mengalami kecemasan sedang 2,34 berkemungkinan mengalami asupan protein lebih dibandingkan dengan lansia yang mengalami kecemasan ringan. Hal ini disebabkan karena perilaku mengkonsumi makanan ringan laporkan sebesar 73 % pada saat cemas dan sebaliknya asupan buah, sayur, daging dan ikan menurun selama cemas. Pada penelitian ini didaparkan bahwa kecemasan dengan asupan karbohidrat tidak memiliki hubungan yang bermakna.Hal ini disebabkan karena lansia dengan asupan karbohidrat kurang sebagian besar tidak mengalami kecemasan. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rahmawati (2013) yaitu memiliki hubungan yang bermakna antara kecemasan dengan asupan protein (p=0,797) yaitu subyek yang memiliki kecemasan akan lebih besar mengalami asupan karbohidrat lebih dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami kecemasan. Penelitian yang dilakukan Rahmawati (2013) menunjukkan bahwa Odds Ratio (OR) 3,27 menunjukkan bahwa lansia dengan kecemasan sedang berkemungkinan 3,27 kali lebih besar mengalami asupan karbohidrat lebih dibandingkan lansia dengan kecemasan ringan. Hal ini disebabkan bahwa pada saat mengalami kecemasan lansia cenderung mengkonsumsi snackmanis daripada mengkonsumsi sayur dan buah-buahan. Pada penelitian ini didapatkan bahwa kecemasan dengan asupan lemak tidak memiliki hubungan yang bermakna.Hal ini disebabkan karena lansia dengan asupan lemak lebih tidak ada yang mengalami kecemasan. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rahmawati (2013) yaitu memiliki hubungan yang bermakna antara kecemasan dengan asupan protein (p=0,004) yaitu subyek yang memiliki kecemasan akan lebih besar mengalami asupan lemak lebih dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami kecemasan. Dan nilai Odds Ratio (OR) pada penelitian yang dilakukan Rahmawati (2013) menunjukkan bahwa lansia yang mengalami kecemasan 2,16 kali lebih besar dibandingkan asupan lemak lebih dibandingkan dengan lansia yang mengalami kecemasan ringan. Pada dengan asupan serat tidak memiliki hubungan yang bermakna. Hasil analisis yang didapatkan menunjukkan bahwa kecemasan dengan asupan energi tidak memiliki hubungan yang bermakna karena didapatkan nilai (p=0,404). Pada penelitian ini lansia yang mengalami asupan serat kurang cenderung mengalami kecemasan dibandingkan dengan lansia yang mengalami ketidakcemasan.Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus.Serat makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagiadalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh.Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat. Pada penelitian yang dilakukan Rahmawati pada tahun 2013 menujukkan bahwa lansia dengan kecemasan tinggi cenderung makan
snackmanis dan asin berenergi tinggi serta lemak
tinggi sedangkan lansia dengan kecemasan kurang cenderung makan buah-buahan dan sayur-sayuran . Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rahmawati (2013) yaitu memiliki hubungan yang bermakna antara kecemasan dengan asupan energi (p=0,022) yaitu subyek yang memiliki kecemasan akan lebih besar mengalami asupan energi lebih dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami kecemasan. Odds Ratio (OR) pada penelitian Rahmawati (2013) menunjukkan sebesar 3,21 lansia dengan kecemasan sedang berkemungkinan mengalami asupan energi lebih dibandingkan dengan lansia yang mengalami kecemasan ringan. Pada penelitian yang dilakukan Rahmawati pada tahun 2013 dinyatakna bahwa dalam keadaan tertentu seperti cemas, stres dan beban kerja yang tinggi terjadi peningkatan asupan energi yang ditunjukkan dengan perbedaan rata-rata asupan energi dimana kelompok kontrol sebesar 1149(+ 169) kkal, sedangkan kelompok dengan kecemasan tinggi sebesar 1151 (+120) kkal.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan kecemasan dengan asupan makan di UPTD Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan yang dilakukan adalah yang mmengalami kecemasan dengan persentase 65,0 % dan untuk yang tidak mengalami kecemasan dengan pesentase 35,0%. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kecemasan dengan asupan makan yang terdiri dari asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak dan asupan serat dan terdapat hubungan yang bermakna pada asupan protein di UPTD Pelayanan Terpadu Tresna Werdha Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
Daftar Pustaka 1.
Masyarakat.Jakarta : PT Rineka Cipta; 1997 9.
EGC; 2001 15. Boedhi D, Martono H. Buku Ajar Geriatri,
Medika; 2010 14. Supariasa ID. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Proverawati A. Ilmu Gizi untuk Keperawatan
kesehatan.Yogyakarta, Nuha Medika; 2011 13.
UI:Jakarta; 2010 12. Riyanto A. Aplikasi Metodologi Penelitihan
Lanjut. Edisi ke-4. Balai Penerbit FK
Pada Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FK UI ; 2010 11. Darmojo B. Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia
Jember; 2013 10. Martono. Gangguan Kesadaran dan Kognitif
Rahmawati, N. Anxiety, Asupan Makan, Dan Status Gizi Pada Lansia di Kabupaten Jember.
Notoatmojdo S. Ilmu Kesehatan
Kemenkes RI. Pusat data dan informasi.
Depresi. Jakarta: FKUI; 2008 8.
Hawari. Manajemen Stres, Cemas dan
2010 7.
kecemasan dengan aktifitas dan fungsi seksual pada wanita usia lanjut di Kabupaten Purworedjo. Berita Kedokteran Masyarakat;
Yogyakarta : Andi; 2004 6. Hastuti, Hakimi, Dasuki. Hubungan antara
2010. Hlm: 11, 40-41 dan 81-87 5. Hadi. Metodologi Research Jilid 3.
Universitas Sebelas Maret; 2009 4. Fatmah. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga;
Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Menghadapi Tutup Usia Pada Lanjut Usia Di Kelurahan Jebres Surakarta.Skripsi
Usia Lanjut : Gizi pada usia lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009 3. Pamungkas A. Hubungan Religiusitas Dan
[disitasi tanggal 29 Oktober 2013]. Tersedia dari: www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20La nsia.pdf
Kemenkes RI semester I. Jakarta;2013
Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta. Fakultas