PowerPoint Defisit Demokrasi vs Surplus
Sur plus Media vs. Defisit Demokrasi:
Paradoks Demokratisasi di Era Media Bar u
Penelit i Ut ama:
Hizkia Yosie Polimpung
Asist en Penelit i:
Mita Yesyca
Levr iana Yustr iani
PACIVIS Center for Global Civil Society Studies
Univer sitas Indonesia
Latar Belakang
‘Paradoks Demokratisasi di Era Media Baru’
Surplus Pengguna Media Baru (Social Media)
Defisit Partisipasi Dem okrasi
(Media sebagai t he f our t h est at e?)
Rum usan Perm asalahan
“Mengapa di era keterbukaan informasi dimana hampir
seluruh orang dapat mengartikulasikan pendapatnya
secara bebas melalui media, malah muncul wacana
defisit demokrasi?”
Bagaim anakah pola partisipasi yang act ually exist ing
terjadi dalam praktik dem okrasi m elalui m edia baru?
Dalam kondisi apa dim ungkinkan bentuk partisipasi
dem ikian?
Apa im plikasi bentuk partisipasi dalam m edia baru ini bagi
konsep dan praktik partisipasi dem okrasi itu sendiri?
Tujuan Penelitian
Memetakan pola umum yang menggambarkan
kecenderungan dominan masyarakat dalam menggunakan
saluran media baru sebagai medium partisipasinya.
Menunjukkan faktor-faktor yang inheren terdapat dalam
media baru itu sendiri yang memungkinkan dan/ atau
membatasi bentuk-bentuk pilihan partisipasi demokrasi
melalui media.
Menunjukkan tensi dan/ atau evolusi yang terjadi di dalam
konsep partisipasi demokratik itu sendiri di era media baru.
Kerangka Pem ikiran
Psikoanalisis dan Prilaku Partisipatif
Dorongan hasrat dan obyek hasrat
Tipologi Identitas Hasrat Lacanian
Narsistik
Anaklitik
Identitas Hasrat
Aktif
Pasif
Aktif
Pasif
Imajiner
Narsistik Aktif
Imajiner
Narsistik Pasif
Imajiner
Anaklitik Aktif
Imajiner
Anaklitik Pasif
Imajiner
Simbolik
Narsistik Aktif
Simbolik
Narsistik Pasif
Simbolik
Anaklitik Aktif
Simbolik
Anaklitik Pasif
Simbolik
Riil
Narsistik Aktif Riil
Narsistik Pasif Riil
Anaklitik Aktif Riil
Anaklitik Pasif Riil
Modus Artikulasi Dorongan Hasrat (dalam Wacana)
Diskursus Universitas
Diskursus Penguasa
Diskursus Histerik
Diskursus Analis
Metode
1000 tweets di seputar Pemilihan Gubernur DKI Jakarta
gelombang kedua, dengan protokol sortir sbb.:
Topik yang “ dikicaukan” adalah seputar pilkada/ pilgub DKI Jakarta
dan bukan di daerah lain.
Kicauan atau tweet bukan merupakan berita/ informasi, serta bukan
pengulangan atau retweet dari berita/ informasi.
Meski menggunakan kata kunci ‘pilkada’ atau ‘pilgub’, topik yang
disinggung oleh para pengguna Twitter dapat berbeda-beda namun
masih seputar pilkada/ pilgub DKI Jakarta. Untuk itu, Peneliti
membagi topik kicauan lebih detil ke dalam lima hal terkait
pilkada/ pilgub DKI Jakarta, yakni: event pilkada/ pilgub itu sendiri,
pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur dalam pilkada
putaran kedua, rakyat/ Jakarta/ Indonesia, demokrasi, serta lain-lain
yang tidak termasuk ke dalam empat hal sebelumnya.
Setiap pengulangan dari tweet (retweet, RT) yang lolos protokol
seleksi di atas akan dihitung sebagai satu data.
Data yang dicari berjumlah total 1.000 (seribu) data tweets siap
analisis, dengan rincian 500 (lima ratus) tweets berkata kunci
‘pilkada’ dan 500 (lima ratus) tweets berkata kunci ‘pilgub’.
Metode (lanjutan)
Data dikategorisasikan berdasar:
Obyek Hasrat:
‘Pilkada/ Pilgub’, ‘Pasangan’, ‘Jakarta/ Indonesia’,
‘Demokrasi’, ‘Lainnya’.
Motivasi/ Identitas Hasrat
12 tipe hasrat
Struktur Artikulasi Hasrat melalui Diskursus
4 Struktur: Universitas, Penguasa, Histerik, Analis
Contoh Data Sheet
Tem uan- Tem uan
Obyek kemana masyarakat memproyeksikan hasratnya saat
berpartisipasi melalui Twitter:
‘Pilkada/ Pilgub’: 521, 52%
‘Kandidat/ Pasangan’: 195, 20%
Sebaran Objek Hasrat
Lainnya
10%
Demokrasi
9%
Rakyat/ Jakarta
/ Indonesia
10%
Pilkada/ Pilgub
52%
Pasangan
19%
Sebaran Objek Hasrat
521
195
97
91
96
Hasrat masyarakat dalam partisipasi melalui media sosial
didominasi oleh motivasi bentuk aktif dan anaklitik,
khususnya:
Aktif-anaklitik-simbolik: 500, 50%
Aktif-anaklitik-imajiner: 347, 35%
Sebaran M otif Hasrat
Pasif-AnaklitikImaginer
6%
Pasif-NarsistikSimbolik
0%
Pasif-NarsistikImaginer
1%
Aktif-AnaklitikReal
0%
Pasif-AnaklitikSimbolik
3%
Aktif-NarsistikImaginer
2%
Aktif-NarsistikSimbolik
3%
31
Pasif-Anaklitik-Simbolik
Aktif-AnaklitikImaginer
35%
Aktif-AnaklitikSimbolik
50%
Sebaran M otif Hasrat
59
Pasif-Anaklitik-Imaginer
Pasif-Narsistik-Simbolik
1
Pasif-Narsistik-Imaginer
5
Aktif-Anaklitik-Real
2
500
Aktif-Anaklitik-Simbolik
347
Aktif-Anaklitik-Imaginer
Aktif-Narsistik-Simbolik
Aktif-Narsistik-Imaginer
32
23
Struktur diskursus-hasrat, berturut-turut dari yang paling
dominan adalah:
Analyst
Discourse
2%
Histerik: 402, 40%
Universitas: 308, 31%
Penguasa: 267, 27%
Analis: 23, 2%
Sebaran Struktur W acana
Sebaran Struktur W acana
Hysteric
Discourse
40%
University
Discourse
31%
402
308
267
Master
Discourse
27%
23
University
Discourse
Master Discourse
Hysteric
Discourse
Analyst
Discourse
Tren Obyek dan Motivasi
Hasrat dalam setiap
Artikulasi Wacana- Hasrat
Motivasi dominan dalam Struktur Histerik adalah:
Aktif-Anaklitik Simbolik: 218, 54%
Aktif-Anaklitik Imajiner: 147, 37%
Sebaran M otif Hasrat Berdasarkan Struktur
W acana Histerik
Pasif-NarsistikImaginer
1%
Pasif-AnaklitikPasif-AnaklitikImaginer
Simbolik
4%
2%
Aktif-NarsistikImaginer
1%
Aktif-NarsistikSimbolik
1%
Aktif-AnaklitikImaginer
37%
16
Pasif-Anaklitik-Imaginer
Pasif-Narsistik-Imaginer
Aktif-AnaklitikSimbolik
54%
9
Pasif-Anaklitik-Simbolik
2
218
Aktif-Anaklitik-Simbolik
147
Aktif-Anaklitik-Imaginer
Aktif-Narsistik-Simbolik
5
Aktif-Narsistik-Imaginer
5
Obyek Hasrat dominan dalam Struktur Histerik adalah:
Pilkada/ Pilgub: 521, 52%
Pasangan/ Kandidat: 195, 20%
Objek Hasrat per Struktur Histerik
Pilkada
Pasangan
Jakarta/ Indonesia
Demokrasi
Lainnya
9%
6%
7%
57%
21%
229
83
30
22
38
Motivasi dominan dalam Struktur Universitas adalah:
Aktif-Anaklitik Simbolik: 120, 39%
Aktif-Anaklitik Imajiner: 124, 40%
Sebaran M otif Hasrat Berdasarkan Struktur
W acana Universitas
Pasif-Anaklitik-
17
Pasif-Anaklitik-Simbolik
32
Pasif-Anaklitik-Imaginer
Pasif-Narsistik-Imaginer
Aktif-A naklitik-Real
Aktif-AnaklitikSimbolik
39%
1
120
124
Aktif-A naklitik-Imaginer
Aktif-Narsistik-Imaginer
3
9
Pasif-AnaklitikSimbolik
6%
Aktif-NarsistikImaginer
3%
Aktif-NarsistikSimbolik
1%
Aktif-AnaklitikImaginer
40%
2
Aktif-A naklitik-Simbolik
Aktif-Narsistik-Simbolik
Imaginer
Pasif-Narsistik- 10%
Imaginer
1%
Aktif-Anaklitik-Real
0%
Obyek Hasrat dominan dalam Struktur Universitas adalah:
Pilkada/ Pilgub: 521, 52%
Pasangan/ Kandidat: 195, 20%
Objek Hasrat per Struktur
Universitas
Pilkada
Pasangan
Jakarta/ Indonesia
Demokrasi
Lainnya
155
9%
7%
14%
50%
61
43
20%
20
29
Im plikasi
Melihat obyek hasrat yang dominan muncul, yaitu pemilu
itu sendiri (521, 52%) dan para kandidatnya (195, 20%) maka
hal ini menunjukkan betapa masyarakat kebanyakan
menghasrati akan suatu pemilu berikut kandidat yang ideal.
Kenyataan dominannya struktur histerik ini menunjukkan
bahwa terdapat ketidak-puasan terhadap dua obyek hasrat
ini—pilkada dan pasangan.
Partisipasi Histerik?
Tidak lebih dari pelampiasan kekesalan
Memperdengarkan jeritan permintaan (demand)
Im plikasi (lanjutan)
Tingginya bentuk simbolik dan imajiner dari kedua macam
identitas hasrat tesebut, berarti pada dua hal: krisis sistemik
dan krisis sosok ideal.
Sistemik Sistem formal/ birokrasi (mengacu temuan obyek
dominan struktur ini)
Bukan para kandidat itu yang dituju para subyek hasrat,
melainkan adalah kemampuan mereka untuk mengakomodir
gagasan ideal yang dihasrati para subyek tersebut.
Di satu sisi melahirkan cult of personality, di sisi lain, politik
menjadi tidak lebih dari audisi tukang (banjir dan macet)
Im plikasi (lanjutan)
Tampak dengan jelas bahwa bagi masyarakat, yang bermasalah
adalah semata-mata orang dan aparatur/ birokratik sistemiknya!
Mereka tidak melihat kesalahan pada sistem demokrasi dan atau negara
itu sendiri.
Ini menunjukkan betapa parokhial dan reaksionernya masyarakat dalam
memahami permasalahan.
Tingginya artikulasi Diskursus Universitas dalam
Wacana-wacana pelipur-lara; moralisasi, relijiusisasi; utopianisme,
naivisme
Hal ini berbahaya, karena akan membawa artikulasi politik dalam
demokrasi ke hal-hal yang sifatnya moralistik dan etis.
Politik menjadi jika bukan khotbah Jum’at, atau seminar Mario Teguh
Melahirkan pemimpin-pemimpin berkarisma ratu adil, tanpa
mempertanyakan kualitas.
Politik demokrasi tidak lebih dari ritual relijius untuk menyembah masingmasing jago kandidatnya
Tesis
Keterbukaan informasi dan kebebasan berpendapat melalui media baru
tidak serta merta meningkatkan partisipasi politik, karena:
1. Dalam berpartisipasi demokrasi, sebenarnya orang tidak
memusingkan substansi partisipasinya, melainkan hanya kenyataan
bahwa ia sedang/telah berpartisipasi
Sensasi Partisipasi
Orang tidak perlu berpartisipasi secarea aktual dalam proses demokrasi;
mereka hanya perlu merasa seolah-olah berpartisipasi.
2. Media, terutama media baru, tidak serta merta menjadi faktor
penentu sukses tidaknya demokrasi
Karena: media baru tidak menawarkan saluran partisipasi demokrasi,
melainkan hanyalah media penyaluran hasrat untuk berpartisiapasi yang
ditukarkan dengan rupa-rupa sensasi partisipasi.
Media baru bukanlah sebentuk public sphere, melainkan ....
Media baru adalah sebentuk sirkuit hasrat untuk menjebak energi orang
dalam mewujudkan hasrat untuk berpartisipasinya.
Energi ini disita oleh media baru untuk disirkulasikan secara terus-menerus
Paradoks Demokratisasi di Era Media Bar u
Penelit i Ut ama:
Hizkia Yosie Polimpung
Asist en Penelit i:
Mita Yesyca
Levr iana Yustr iani
PACIVIS Center for Global Civil Society Studies
Univer sitas Indonesia
Latar Belakang
‘Paradoks Demokratisasi di Era Media Baru’
Surplus Pengguna Media Baru (Social Media)
Defisit Partisipasi Dem okrasi
(Media sebagai t he f our t h est at e?)
Rum usan Perm asalahan
“Mengapa di era keterbukaan informasi dimana hampir
seluruh orang dapat mengartikulasikan pendapatnya
secara bebas melalui media, malah muncul wacana
defisit demokrasi?”
Bagaim anakah pola partisipasi yang act ually exist ing
terjadi dalam praktik dem okrasi m elalui m edia baru?
Dalam kondisi apa dim ungkinkan bentuk partisipasi
dem ikian?
Apa im plikasi bentuk partisipasi dalam m edia baru ini bagi
konsep dan praktik partisipasi dem okrasi itu sendiri?
Tujuan Penelitian
Memetakan pola umum yang menggambarkan
kecenderungan dominan masyarakat dalam menggunakan
saluran media baru sebagai medium partisipasinya.
Menunjukkan faktor-faktor yang inheren terdapat dalam
media baru itu sendiri yang memungkinkan dan/ atau
membatasi bentuk-bentuk pilihan partisipasi demokrasi
melalui media.
Menunjukkan tensi dan/ atau evolusi yang terjadi di dalam
konsep partisipasi demokratik itu sendiri di era media baru.
Kerangka Pem ikiran
Psikoanalisis dan Prilaku Partisipatif
Dorongan hasrat dan obyek hasrat
Tipologi Identitas Hasrat Lacanian
Narsistik
Anaklitik
Identitas Hasrat
Aktif
Pasif
Aktif
Pasif
Imajiner
Narsistik Aktif
Imajiner
Narsistik Pasif
Imajiner
Anaklitik Aktif
Imajiner
Anaklitik Pasif
Imajiner
Simbolik
Narsistik Aktif
Simbolik
Narsistik Pasif
Simbolik
Anaklitik Aktif
Simbolik
Anaklitik Pasif
Simbolik
Riil
Narsistik Aktif Riil
Narsistik Pasif Riil
Anaklitik Aktif Riil
Anaklitik Pasif Riil
Modus Artikulasi Dorongan Hasrat (dalam Wacana)
Diskursus Universitas
Diskursus Penguasa
Diskursus Histerik
Diskursus Analis
Metode
1000 tweets di seputar Pemilihan Gubernur DKI Jakarta
gelombang kedua, dengan protokol sortir sbb.:
Topik yang “ dikicaukan” adalah seputar pilkada/ pilgub DKI Jakarta
dan bukan di daerah lain.
Kicauan atau tweet bukan merupakan berita/ informasi, serta bukan
pengulangan atau retweet dari berita/ informasi.
Meski menggunakan kata kunci ‘pilkada’ atau ‘pilgub’, topik yang
disinggung oleh para pengguna Twitter dapat berbeda-beda namun
masih seputar pilkada/ pilgub DKI Jakarta. Untuk itu, Peneliti
membagi topik kicauan lebih detil ke dalam lima hal terkait
pilkada/ pilgub DKI Jakarta, yakni: event pilkada/ pilgub itu sendiri,
pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur dalam pilkada
putaran kedua, rakyat/ Jakarta/ Indonesia, demokrasi, serta lain-lain
yang tidak termasuk ke dalam empat hal sebelumnya.
Setiap pengulangan dari tweet (retweet, RT) yang lolos protokol
seleksi di atas akan dihitung sebagai satu data.
Data yang dicari berjumlah total 1.000 (seribu) data tweets siap
analisis, dengan rincian 500 (lima ratus) tweets berkata kunci
‘pilkada’ dan 500 (lima ratus) tweets berkata kunci ‘pilgub’.
Metode (lanjutan)
Data dikategorisasikan berdasar:
Obyek Hasrat:
‘Pilkada/ Pilgub’, ‘Pasangan’, ‘Jakarta/ Indonesia’,
‘Demokrasi’, ‘Lainnya’.
Motivasi/ Identitas Hasrat
12 tipe hasrat
Struktur Artikulasi Hasrat melalui Diskursus
4 Struktur: Universitas, Penguasa, Histerik, Analis
Contoh Data Sheet
Tem uan- Tem uan
Obyek kemana masyarakat memproyeksikan hasratnya saat
berpartisipasi melalui Twitter:
‘Pilkada/ Pilgub’: 521, 52%
‘Kandidat/ Pasangan’: 195, 20%
Sebaran Objek Hasrat
Lainnya
10%
Demokrasi
9%
Rakyat/ Jakarta
/ Indonesia
10%
Pilkada/ Pilgub
52%
Pasangan
19%
Sebaran Objek Hasrat
521
195
97
91
96
Hasrat masyarakat dalam partisipasi melalui media sosial
didominasi oleh motivasi bentuk aktif dan anaklitik,
khususnya:
Aktif-anaklitik-simbolik: 500, 50%
Aktif-anaklitik-imajiner: 347, 35%
Sebaran M otif Hasrat
Pasif-AnaklitikImaginer
6%
Pasif-NarsistikSimbolik
0%
Pasif-NarsistikImaginer
1%
Aktif-AnaklitikReal
0%
Pasif-AnaklitikSimbolik
3%
Aktif-NarsistikImaginer
2%
Aktif-NarsistikSimbolik
3%
31
Pasif-Anaklitik-Simbolik
Aktif-AnaklitikImaginer
35%
Aktif-AnaklitikSimbolik
50%
Sebaran M otif Hasrat
59
Pasif-Anaklitik-Imaginer
Pasif-Narsistik-Simbolik
1
Pasif-Narsistik-Imaginer
5
Aktif-Anaklitik-Real
2
500
Aktif-Anaklitik-Simbolik
347
Aktif-Anaklitik-Imaginer
Aktif-Narsistik-Simbolik
Aktif-Narsistik-Imaginer
32
23
Struktur diskursus-hasrat, berturut-turut dari yang paling
dominan adalah:
Analyst
Discourse
2%
Histerik: 402, 40%
Universitas: 308, 31%
Penguasa: 267, 27%
Analis: 23, 2%
Sebaran Struktur W acana
Sebaran Struktur W acana
Hysteric
Discourse
40%
University
Discourse
31%
402
308
267
Master
Discourse
27%
23
University
Discourse
Master Discourse
Hysteric
Discourse
Analyst
Discourse
Tren Obyek dan Motivasi
Hasrat dalam setiap
Artikulasi Wacana- Hasrat
Motivasi dominan dalam Struktur Histerik adalah:
Aktif-Anaklitik Simbolik: 218, 54%
Aktif-Anaklitik Imajiner: 147, 37%
Sebaran M otif Hasrat Berdasarkan Struktur
W acana Histerik
Pasif-NarsistikImaginer
1%
Pasif-AnaklitikPasif-AnaklitikImaginer
Simbolik
4%
2%
Aktif-NarsistikImaginer
1%
Aktif-NarsistikSimbolik
1%
Aktif-AnaklitikImaginer
37%
16
Pasif-Anaklitik-Imaginer
Pasif-Narsistik-Imaginer
Aktif-AnaklitikSimbolik
54%
9
Pasif-Anaklitik-Simbolik
2
218
Aktif-Anaklitik-Simbolik
147
Aktif-Anaklitik-Imaginer
Aktif-Narsistik-Simbolik
5
Aktif-Narsistik-Imaginer
5
Obyek Hasrat dominan dalam Struktur Histerik adalah:
Pilkada/ Pilgub: 521, 52%
Pasangan/ Kandidat: 195, 20%
Objek Hasrat per Struktur Histerik
Pilkada
Pasangan
Jakarta/ Indonesia
Demokrasi
Lainnya
9%
6%
7%
57%
21%
229
83
30
22
38
Motivasi dominan dalam Struktur Universitas adalah:
Aktif-Anaklitik Simbolik: 120, 39%
Aktif-Anaklitik Imajiner: 124, 40%
Sebaran M otif Hasrat Berdasarkan Struktur
W acana Universitas
Pasif-Anaklitik-
17
Pasif-Anaklitik-Simbolik
32
Pasif-Anaklitik-Imaginer
Pasif-Narsistik-Imaginer
Aktif-A naklitik-Real
Aktif-AnaklitikSimbolik
39%
1
120
124
Aktif-A naklitik-Imaginer
Aktif-Narsistik-Imaginer
3
9
Pasif-AnaklitikSimbolik
6%
Aktif-NarsistikImaginer
3%
Aktif-NarsistikSimbolik
1%
Aktif-AnaklitikImaginer
40%
2
Aktif-A naklitik-Simbolik
Aktif-Narsistik-Simbolik
Imaginer
Pasif-Narsistik- 10%
Imaginer
1%
Aktif-Anaklitik-Real
0%
Obyek Hasrat dominan dalam Struktur Universitas adalah:
Pilkada/ Pilgub: 521, 52%
Pasangan/ Kandidat: 195, 20%
Objek Hasrat per Struktur
Universitas
Pilkada
Pasangan
Jakarta/ Indonesia
Demokrasi
Lainnya
155
9%
7%
14%
50%
61
43
20%
20
29
Im plikasi
Melihat obyek hasrat yang dominan muncul, yaitu pemilu
itu sendiri (521, 52%) dan para kandidatnya (195, 20%) maka
hal ini menunjukkan betapa masyarakat kebanyakan
menghasrati akan suatu pemilu berikut kandidat yang ideal.
Kenyataan dominannya struktur histerik ini menunjukkan
bahwa terdapat ketidak-puasan terhadap dua obyek hasrat
ini—pilkada dan pasangan.
Partisipasi Histerik?
Tidak lebih dari pelampiasan kekesalan
Memperdengarkan jeritan permintaan (demand)
Im plikasi (lanjutan)
Tingginya bentuk simbolik dan imajiner dari kedua macam
identitas hasrat tesebut, berarti pada dua hal: krisis sistemik
dan krisis sosok ideal.
Sistemik Sistem formal/ birokrasi (mengacu temuan obyek
dominan struktur ini)
Bukan para kandidat itu yang dituju para subyek hasrat,
melainkan adalah kemampuan mereka untuk mengakomodir
gagasan ideal yang dihasrati para subyek tersebut.
Di satu sisi melahirkan cult of personality, di sisi lain, politik
menjadi tidak lebih dari audisi tukang (banjir dan macet)
Im plikasi (lanjutan)
Tampak dengan jelas bahwa bagi masyarakat, yang bermasalah
adalah semata-mata orang dan aparatur/ birokratik sistemiknya!
Mereka tidak melihat kesalahan pada sistem demokrasi dan atau negara
itu sendiri.
Ini menunjukkan betapa parokhial dan reaksionernya masyarakat dalam
memahami permasalahan.
Tingginya artikulasi Diskursus Universitas dalam
Wacana-wacana pelipur-lara; moralisasi, relijiusisasi; utopianisme,
naivisme
Hal ini berbahaya, karena akan membawa artikulasi politik dalam
demokrasi ke hal-hal yang sifatnya moralistik dan etis.
Politik menjadi jika bukan khotbah Jum’at, atau seminar Mario Teguh
Melahirkan pemimpin-pemimpin berkarisma ratu adil, tanpa
mempertanyakan kualitas.
Politik demokrasi tidak lebih dari ritual relijius untuk menyembah masingmasing jago kandidatnya
Tesis
Keterbukaan informasi dan kebebasan berpendapat melalui media baru
tidak serta merta meningkatkan partisipasi politik, karena:
1. Dalam berpartisipasi demokrasi, sebenarnya orang tidak
memusingkan substansi partisipasinya, melainkan hanya kenyataan
bahwa ia sedang/telah berpartisipasi
Sensasi Partisipasi
Orang tidak perlu berpartisipasi secarea aktual dalam proses demokrasi;
mereka hanya perlu merasa seolah-olah berpartisipasi.
2. Media, terutama media baru, tidak serta merta menjadi faktor
penentu sukses tidaknya demokrasi
Karena: media baru tidak menawarkan saluran partisipasi demokrasi,
melainkan hanyalah media penyaluran hasrat untuk berpartisiapasi yang
ditukarkan dengan rupa-rupa sensasi partisipasi.
Media baru bukanlah sebentuk public sphere, melainkan ....
Media baru adalah sebentuk sirkuit hasrat untuk menjebak energi orang
dalam mewujudkan hasrat untuk berpartisipasinya.
Energi ini disita oleh media baru untuk disirkulasikan secara terus-menerus