A. Pendahuluan - View of PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAM DALAM BINGKAI PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM DI ACEH

  71 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM

PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAM DALAM BINGKAI

PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM DI ACEH

  

Oleh: Hafifuddin

Abstrak

Pendidikan Tinggi merupakan tahap akhir pendidikan formal yang

diikuti mahasiswa sebelum menjadi sosok tokoh bidang politik,

ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Sitem pendidikan tinggi yang

dilaksanakan pada lembaga perguruan tinggi dengan menggunakan

SKS (Satuan Kredit Semester) ternya belum sepenuhnya

memberikan pengaruh postif kepada mahasiswa khsusnya dalam

bidang pentukan karakter mahasiswa. Walaupun perguruan tinggi

tersebut besimbul Islam, namun ternyata tidak jauh berbeda hasil

dengan perguruan tinggi umum lainnya. Tulisan ini memberikan

gambaran gelian perguruan tinggi Islam berupa membentuk karakter

mahasiswa melalui kegiatan-kegiatan akademik dalam berbagai

pendekatan di antaranya adalah mempromosikan nilai-nilai Islam

dasar etika sebagai basis karakter, mengidentifikasi karakter secara

komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku

sesuai dengan al-Quran dan Hadist, menggunakan pendekatan yang

tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter muslem,

menciptakan komunitas lingkungan islami perguruan tinggi yang

memiliki kepedulian dengan sesama dan lain-lain.

A. Pendahuluan

  Mengenal mahasiswa melalui bahasanya diambil dari suku kata pembentuknya. Maha dan Siswa, atau pelajar yang paling tinggi levelnya. Sebagai seorang pelajar tertinggi, tentu mahasiswa sudah terpelajar, sebab mereka tinggal menyempurnakan pembelajarannya hingga menjadi manusia terpelajar yang paripurna. Mahasiswa

  merupakan seseorang yang sudah dipandang dewasa serta belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan besar secara akademik dan sosial. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata, Mahasiswa adalah Seorang agen pembawa perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat agama, nusa dan bangsa di berbagai belahan dunia tanpa terkecuali.

  Perlu diakui bersama dari semua strata ada hal yang harus terus secara konsisten diperlihatkan oleh mahasiswa. Yaitu dalam menghadapi permasalahan sosial, seorang mahasiswa harus melakukan analisa terhadap masalah itu. Mencari bahan pendukung untuk lebih memahami permasalahan tersebut. Kemudian memunculkan alternatif solusi dan memilih satu solusi dengan pertimbangan yang matang. Dan pada akhirnya harus mampu mempresentasikan solusi yang dipilih ke orang lain untuk mempertanggung jawabkan pemilihan solusi tersebut. Uniknya mahasiswa dituntut untuk mampu beradaptasi dengan permasalah aktual berdasarkan lingkungan sekitarnya, memberikan jawaban, serta mencari jalan keluar sehingga dapat memberikan kontribusi kepada agama, nusa, dan bangsa serta lembaga dicintai.

  Demikian halnya keperadaan mahasiswa disebuah daerah atau wilayah, seharusnya mampu memberikan berbagai solusi yang dirasakan oleh masyarakat. Di Aceh sendiri perkembangan mahasiswa cukup signifikan, hal ini terlihat dengan minat dan motivasi masyarakat untuk memasuki perguruan tinggi perti UIN Ar-Raniry Banda Aceh, STAIN Malikussaleh Lhokseumawe, UNIMAL, POLITIKNIK, UNSYIAH, STAIN Gajah Putih, kampus STIS Ummul Ayman Tercinta dan lain-lain. Setidaknya keberadaan kampus yang megah di setiap daerah memberikan aura kesejukan, memberikan perkembangan paradigma berpikir, memberikan angin segar keilmuan di berbagai disiplin ilmu, memberikan kontribusi positif bagi perkembangan masyarakat, serta memberikan sosusi terhadap problematikan sosial di Aceh.

  Sungguh disayangkan ternyata dermaga jauh dari harapan kapten dan nahkoda kapal, keberdaan mereka belum sepenuhnya memberikan nuansa perubahan posistif bagai masyarakat. Diakui atau tidak, pelaksanaan syariat Islam di Aceh masih sulit terlaksanan secara kaffah, di saat setiap kampus terebut belum mengusung pilar dan proyek percontohan yang sesungguhnya sesuai dengan yang diharapkan, lalu kepada siapa lagi masyarakat berharap sebagai penerus estapet perjuangan agama, nusa dan bangsa. Delema pelaksanaan syariat Islam di Aceh bukanlah isu dua atau tiga bulan yang lalu, akan tetapi sudah puluhan tahun lamanya, namun pelaksanaan cenderung sebagai formalisasi hukum saja serta pelaksanaan dan praktek di lapangan jauh berbeda.

  Kondisi seperti inilah yang sebenarnya diharapkan dari mahasiswa-mahasiswa hari ini. Selain harus berjuang untuk pengembangan keilmuan dan skill individual mereka juga dituntut peka terhadap problematikan umat sekitar, sehingga dapat beradaptasi dan memberikan kontribusi yang baik. Pelaksanaan syariat Islam contohnya, mahasiswa diharapkan dapat menjadi penggerak, pensosialisasi, dan pendukung agar terpenuhnya bangsa balratun thaibatun wa Rabul ghafur. Mahasiswa yang mampu memberikan karakter yang islami sesuai dengan syariat yang ditetapkan oleh Allah, RasulNya dan ulama-ulama penurus Nabi. Makalah ini akan mencoba memberikan gambaran deskriptif terhadap membentuk karakter mahasiswa berintelektual islami dalam konteks pelaksanaan Syariat Islam di Aceh.

SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM

B. Pembahasan

1. Pengertian Pembentukan Karakter Mahasiswa yang Islami

  73 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM

  Kata karakter berasal dari bahasa yunani yaitu kharakter yang berarti “simbol dalam jiwa.” kata tersebut terasosiasi dengan “kumpulan dari kualitas yang mendefinisikan seseorang.” “kualitas” yang dimaksud mencakup intelegensi, pemikiran dan ide, motif dibalik pergerakan, niat, tempramen, analisis dan pertimbangan, kebiasaan, imaginasi, persepsi, serta perasaan. Semua komponen ini memiliki peran dalam membentuk dan memberi warna kepada karakter seorang manusia. Keseimbangan dari komponen-komponen ini, atau dominansi sebuah komponen terhadap komponen lainnya lah yang membuat karakter seorang manusia unik dan berbeda dengan manusia lainnya. Dalam kaca mata perspketif Islam sering diartikan sebagai seseorang yang memiliki akhlak yang baik sesuai dengan nilai-nilai al- Quran dan al-Hadist serta adat istiadat yang baik yang dipraktikkan oleh para ulama dan orang-orang terdahulu. Apa yang dimaksud dengan nilai-nilai islami adalah segala tindak dan tanduk yang diperagakan oleh umat (mahasiswa) bernilai kebaikan seperti jujur, istiqamah, bertanggung jawab, shaleh, tawadhu’, qana’ah, sabar, dan lain-lain.

  Pada dasarnya, pembentukkan karakter pada seorang mahasiswa merupakan sebuah hal yang sangat krusial dan sangat penting. Seperti yang tercantumkan di atas, bahwa komponen komponen yang dimiliki seorang manusia bisa mendefinisikan karakter sereka sebagai mahasiswa, seorang mahasiwa harus mempunyai komponen yang positif di dalam dirinya yang lebih dominan dibandingkan komponen negatif yang dimilikinya. Pembentukkan karakter sudah seharusnya dikonsepkan dan dieksekusi sejak awal seorang mahasiswa ketika akan menjadi mahasiswa baru di kampus. Pada fase mahasiswa baru, akan terjadi sebuah perubahaan yang sangat penting dalam diri seseorang pra- mahasiswa.

  Dalam dunia akademik pendidikan karakter mahasiswa harus berpijak pada landasan filosofis tentang hakikat pendidikan dan manusia. Landasan filosofis ini menelaah pendidikan dan manusia secara radikal, menyeluruh, dan konseptual bersumber dari faktor religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan dan bersumber pada ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran yang postif. Posistif betindak, positif berpikir, positik berpakaian, positif berbicara, dan positif sosialisasi dengan lapisan masyarakat. Pendidikan tinggi harus melaksanakan “Education has for its

  object the formation of character.”

  Sasaran pendidikan adalah membangun karakter. Konsep karakter memiliki makna substantif dan proses psikologis yang sangat mendasar bagi perkembangan mahasiswa tanpa terkecuali.

  Proses pendidikan di perguruan tinggi diarahkan kepada penyemaian dan penanaman adab (

  ta’dib) secara utuh, dalam upaya

  mencontoh utusan Allah, Nabi Muhammad Saw., sehingga menjadi manusia paripurna. Pendidikan dimaknai sebagai upaya menumbuhkan manusia menuju dunia lain yang lebih tinggi, tidak sekedar berada di dalam hidup instinktif belaka. Dunia yang lebih tinggi ini dapat dicapai dengan usaha sadar untuk menentukan berbagai pilihan yang tersedia bagi manusia. Pendidikan diarahkan agar manusia mampu menjalankan fungsi kemanusiaan sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah di bumi secara universal. Allah memberikan gambaran manusia sebagai hambaNya sebagai berikut:

        

  Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Q.S. Al-

  Zariayat:56) Proses pembelajaran di lembaga perguruan tinggi hendaknya memiliki karakter yang bijaksana, akan terus mencari strategi yang efektif untuk mendidik karakter ini. Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan ada lima strategi pembelajaran yang membangun karakter manusia: (1) keteladanan, (2) kebiasaan, (3) nasehat, (4) memberikan perhatian, dan (5) memberikan hukuman.

  Keteladanan dalam pendidikan merupakan strategi yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk karakter peserta didik. Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik dalam pandangan peserta didik yang perilakunya disadari atau tidak akan ditiru oleh mereka. Kebiasaan adalah strategi untuk membangun karakter. Ahli filsafat Barat dan Timur berpendapat:

  “Anak akan tumbuh pada apa yang dibiasakan ayahnya, kepadanya Ia tidak dapat tunduk oleh akal, tetapi kebiasaanlah yang dapat menundukannya”. Nasehat termasuk strategi yang cukup berhasil dalam pembentukan karakter. Nasehat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata peserta didik kesadaran akan hakikat sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan martabat yang luhur. Perhatian adalah strategi pembentukan karakter yang paling dasar. Perhatian adalah senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti perkembangan karakter peserta didik, mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan sosial peserta didik, di samping selalu bertanya tentang situasi kesehatan jasmani dan kemampuan ilmiahnya. Hukuman yang mencegah adalah untuk merealisasikan kehidupan yang tenang, penuh kedamaian, keamanan, dan ketentraman. Hukuman adalah cara yang tegas dan tepat untuk memperbaiki karakter yang buruk dan untuk mengokohkan pilar-pilar keamanan serta ketentraman dalam kehidupan umat manusia.

  2. Karekter Mahasiswa yang Islami

  Pendidikan karakter mahasiswa tidak dapat lepas dari persoalan tujuan dan fokus pendidikan. Fokus pendidikan yaitu mengembangkan potensi peserta didik sebagai satu kesatuaan pribadi yang utuh. Fokus pendidikan adalah mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Tujuan dan fokus

SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM

  75 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM

  c) Membaca kitab, buku-buku pendukung serta buku subjek akademik.

  Upaya pengembangan karakter mahasiswa memerlukan proses yang berkesinambungan,

  h) Mementingkan "ketampanan sosial" dari ketampanan fizikal (bersosial tinggi) i) Mahasiswa tidak disibukan mengkritik tetapi berusaha mencari penyelesaian

  Islami

  f) Mendekati masyarakat (khidmat sosial) g) Menggunakan facebook untuk berkongsi maklumat bernilai

  d) Menulis artikel, jurnal, dan meneliti dan mengabdikan diri pada masyarakat.

  b) Menghadiri forum, dakwah, zikir, , Shalat berjamaah di masjid atau meunasah untuk menjalin ukhwah antar sesama dan masyarakat.

  pendidikan di Indonesia terdapat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN). UUSPN No.

  a) Selalu menghadiri perbincangan ilmiah tentang agama, masyarakat, politik dan lain-lain untuk menambah wawasan dan pengetahuan sosial.

  Berikut beberapa karakter mahasiswa yang dapat dikembangkan pada perguruan tinggi Islam kontek kekinian.

  Upaya terpadu dalam pendidikan karakter diwujudkan dalam pembelajaran yang mendidik yang diwujudkan oleh para pendidik dalam mengajarnya. Para pendidik mewujudkan dirinya sebagai pendidik yang disiplin, demokratis, kreatif, cakap, dan mandiri. Para pimpinan Perguruan Tinggi mewujudkan dirinya sebagai pemimpin yang jujur, amanah, dan bertanggung jawab. Para civitas akademika lainnya mewujudkan dirinya sebagai civitas akademika yang taat pada aturan, loyal dan bekerja keras. Orang Tua mahasiswa mewujudkan dirinya sebagai orang tua yang mengayomi dan bertanggung jawab kepada keluarganya.

  Pendidikan karakter mahasiswa merupakan upaya terpadu dari pemerintah dan masyarakat yakni pimpinan Perguruan Tinggi, civitas akademika, dan orang tua agar mahasiswa berperilaku baik yakni beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

  Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

  20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

e) Menjaga dan memperkuat persatuan ukhwah islamiyah.

3. Cara Pembentukan Karakter Mahasiswa yang Islami

  bahkan selama mahasiswa menempuh pendidikan. Dengan demikian, pendidikan karakter, perlu diterapkan secara berkelanjutan.

  • Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

  Character Education Quality Standards merekomendasikan 11

  prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut :

  • Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter islami.
  • Mempromosikan nilai-nilai Islam dasar etika sebagai basis karakter
  • Mengevaluasi karakter program studi, fungsi dosen sebagai pendidik karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa Kegiatan pengembangan pendidikan karakter bagi mahasiswa pada perguruan tinggi Islam adalah sebagai berikut:
  • Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku sesuai dengan al-Quran dan Hadist.
  • Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter muslem.

  a. Menjadikan mahasiswa memiliki karakter: berintegritas, jujur dan loyal (trustworthiness).

  • Menciptakan komunitas lingkungan islami perguruan tinggi yang memiliki kepedulian dengan sesama.

  b. Menjadikan mahasiswa memiliki pemikiran terbuka serta suka memaafkan orang lain (fairness).

  • Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menunjukkan perilaku yang baik (akhlakul karimah).

  c. Menjadikan mahasiswa memiliki sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi social lingkungan sekitar (caring).

  • Memiliki cakupan terhadap kurikulum berkarekter yang bermakna dan menantang yang menghargai semua mahasiswa, membangun karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses.

  d. Menjadikan mahasiswa selalu menghargai dan menghormati orang lain (respect).

  e. Menjadikan mahasiswa lebih sadar hokum dam peraturan, serta peduli terhadap lingkungan alam (citizenship) f. Menjadikan mahasiswa lebih bertanggung jawab, disiplin dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin (responsibility).

  • Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para mahasiswa.
  • Memfungsikan seluruh staf program studi/fakultas sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang sama

  Lakangkah dan Indikator di

SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM

  77 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM atas dapat diinteralisasikan sebagai upaya untuk terbentuknya karakter mahasiswa yang Islami dengan melakukan integritas tiga unsur pendukung utama dalam pendidikan Islam yaitu: a. Membaca, Menelaah, mengkaji Ayat-ayat Al-Quran sebagai sumber pendidikan Islam yang utama b. Menjadi Mesjid sebagai wanaha pemersatu, wahana ubudiah, dan wahana refpleksi diri mahasiswa yang leligus.

  c. Menjadikan Ulama sebagai barometer dan mitra pemerintah dalam upaya memajukan umat Islam di berbagai daerah.

  Secara resmi provinsi Aceh memberlakukan syari’at Islam pada tanggal 1 Muharram 1423 H atau bertepatan dengan tanggal 15 Maret 2002, yang sebelumnya syari’at Islam hanya dilaksanakan berupa bahagian tertentu saja. Kemudian lahir Qanun Nomor 11 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syari’at Islam bidang Aqidah, Ibadah dan Syiar Islam.

  Qanun Nomor 12 Tahun 2003 tentang Minuman Khamar dan sejenisnya, Qanun Nomor 13 Tahun 2003 tentang Maisir (perjudian), Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum), Qanun Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat, dan yang terakhir adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut maka

  Perd a tentang syari’at Islam dan qanun syari’at Islam harus direvisi sesuai dengan kebutuhan. Syari’at Islam yang terdapat dalam Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh meliputi: Ibadah, Ahwal Al-Syakhshiyah, Mu’amalah, Jinayah, Tarbiyah, D akwah, dan Qada’.

  Dalam ruang lingkup pelaksanaan Syariat Islam di Aceh, peran mahasiswa cakup signifikan untuk terlaksananya hukum dan qanun-qanun yang telah ditetapkan. Setidaknya ada beberapa peran penting yang harus dicermati dan dikembangkan oleh seorang mahasiswa bagi terlaksananya syariat Islam di Aceh sebagai berikut:

  a. Memahami Syariat Islam secara kaffah b. Mensosialisasikan Syariat

4. Peran Mahasiswa dalam Pelaksanaan Syarian Islam di Aceh

  Islam kepada lapisan masyarakat dalam berbagai kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

  c. Mengimplementasikan syariat Islam di lingkungan dalam dan luar kampus.

  d. Melaksanakan kegiatan untuk melahirkan kecerdasan, naluri, simpatik untuk bersyariat Islam e. Mengaktulisasikan nilai-nilai Islam secara menyeluruh.

  Pengembangan lain setidaknya ada beberapa peran sosial dan akademik yang diamanahkan institusi dan pemerintah kepada mahasiswa sebagai berikut: a) Direct Of Change, mahasiswa bisa melakukan perubahan langsung.

  b) Agent Of Change, mahasiswa agent perubahan.

JURNAL PENCERAHAN INTELEKTUAL MUSLIM

  c) Iron Stock, sumber daya manusia dari mahasiswa bergenerasi.

  d) Moral Force, mahasiswa itu kumpulan orang yg memiliki moral yg baik.

  e) Social Control, mahasiswa itu pengontrol kehidupan sosial.

  Namun secara garis besar, setidaknya ada 3 peran dan fungsi yang sangat penting bagi mahasiswa, yaitu :

  Pertama, peranan moral, dunia kampus merupakan

  dunia di mana setiap mahasiswa dengan bebas memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut suatu tanggung jawab moral terhadap diri masing-masing sebagai individu untuk dapat menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang hidup dalam masyarakat.

  Kedua, adalah peranan sosial. Selain tanggung jawab

  individu, mahasiswa juga memiliki peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat bagi lingkungan sekitarnya.

  Ketiga, adalah peranan intelektual. Mahasiswa sebagai

  orang yang disebut-sebut sebagai insan intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata. Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dasar mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki selama menjalani pendidikan.