Latar Belakang - Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan (aisyah)

  

Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan

Model PembelajaranKooperatif Tipe STAD

St Aisyah S

  Penelitian ini menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika dengan pengamatan pada aktivitas guru dan aktivitas siswa, peningkatan hasil belajar, serta respon siswa dengan subyek penelitian siswa SMP Negeri

  1 Bungoro. M odel pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sintaks model pembelajaran kooperatif terdiri atas enam fase, yakni: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan informasi, (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok- kelompok belajar, (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) evaluasi, dan (6) memberikan penghargaan. Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir

  Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division), aktivitas guru, aktivitas siswa , keterlaksanaan

  pembelajaran

  Latar Belakang

  Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan peradaban manusia. Dengan belajar matematika siswa dapat berlatih berpikir logis, kreatif, sistematis, kritis serta memiliki kemampuan kerjasama dalam menghadapi masalah serta memamfaatkan informasi yang diterimanya, sehingga dalam proses pembelajaran, peran guru dalam memilih strategi pembelajaran diperlukan guna mencapai keberhasilan program pembelajaran.

  Pembelajaran dapat berhasil apabila guru dapat merancang sistem pembelajaran yang mampu membuat siswa dapat belajar secara efektif. seorang guru yang profesional dalam melaksanakan tugas mengajarnya harus mampu menerapkan berbagai metode mengajar secara efektif dan efisien, metode mengajar yang dimaksudkan sebagai upaya menciptakan lingkungan belajar yang baik, yakni dapat memacu keingintahuan dan memotivasi siswa, agar terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar akan memberi peluang besar terhadap pencapaian tujuan pembelajaran

  Salah satu model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dimaksudkan untuk lebih memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk meningkatkan aktivitas siswa agar benar-benar merasa ikut ambil bagian dan berperan aktif dalam proses belajar mengajar untuk mengatasi masalah atau menyelesaikan soal-soal yang di berikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif dalam matematika akan dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam matematika.

  Dengan belajar kelompok dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menguntungkan semua siswa baik bagi siswa kelompok bawah (kecepatan belajar rendah) maupun siswa kelompok atas (kecepatan belajar tinggi), sebab kedua kelompok ini bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. Selain itu, dalam pembelajaran kooperatif juga melatih siswa dengan keterampilan- keterampilan sosial seperti menghargai pendapat orang lain, ,mau menerima pendapat orang lain saling berbagi, berani bertanya dan mengemukakan pendapat dan sebagainya.

  Selanjutnya salah satu pendekatan untuk belajar kooperatif yang mudah dilaksanakan dalam tahap perkenalan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement division )adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menyajikan materi pelajaran yang sederhana dan tugas utama siswa adalah menyelesaikan lembar kerja dengan cara bergotong royong. Dari uraian diatas penulis terdorong untuk meneliti hasil belajar matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

  Hakekat Belajar Matematika

1. Pengertian Belajar

  Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang, pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan secara sadar yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.Perubahan tingkah laku itu dapat diamati dan berlangsung relatif lama. Tetapi meskipun terjadi perubahan tingkah laku menurut Hudoyo (1990) jika tidak melalui usaha (proses kegiatan) maka tidak dapat dikatakan belajar. Lebih lanjut dikatakan bahwa usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.

  Menurut Slameto (2003: 2) mengatakan bahwa secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Lebih jauh dikatakan bahwa perubahan tingkah laku dalam belajar adalah: (1) perubahan ini terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

  Muhibbin Syah (2003: 63) mengemukakan bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sedangkan menurut Sardiman (2007: 21) bahwa “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Menurut (Ahmadi, 2003 : 7-15), prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :

  

(1) Perhatian dan Motivasi.Perhatian mempunyai peranan yang penting

  dalam kegiatan belajar. (2) Keaktifan (3) Keterlibatan Langsung / Berpengalaman (4) Pengulangan (5) Balikan dan Penguatan(6) Perbedaan Individu

2. Hasil Belajar Matematika

  Sudjana, (2003: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley (Sudjana, 2003: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita

  Sejalan dengan pendapat Mustaan, (Derman, 2008: 8) mengemukakan “hasil belajar adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh tujuan pengajaran telah tercapai oleh siswa dengan pengalaman yang telah diberikan dan didisiplinkan oleh sekolah”. Hasil belajar diartikan sebagai hasil optimal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar sehingga hasil belajar tersebut dapat digunakan sebagai alat ukur dengan menggunakan alat ukur berupa tes hasil belajar.

  Model Pembelajaran Matematika

  Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyelurunh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari para pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan.

  Ada empat ciri khas model pembelajaran yang dikemukakan Arends (dalam Buhaerah,2009: 17), yaitu: (1) rasional teoretis yang bersifat logis yang bersumber dari perancangannya, (2) dasar iiuntuk mencapai tujuan tersebut, (3) aktivitas mengajar guru yang diperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif, dan (4)

  lingkungan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

  Joyce, Weil, & Shower (1992) (dalam Buhaerah,2009: 17) mengemukakan lima unsur penting sebagai uraian dari suatu model pembelajaran, yaitu: (1) sintaks, yakni suatu urutan kegiatan yang biasa juga disebut fase, (2) sistem sosial, yakni peranan guru dan siswa serta jenis aturan yang diperlukan, (3) prinsip-prinsip reaksi, yakni memberi gambaran kepada guru tentang cara memandang atau merespons pertanyaan-pertanyaan siswa, (4) sistem pendukung, yakni kondisi yang diperlukan oleh model tersebut, dan (5) dampak instruksional dan

  

dampak pengiring, yakni hasil yang akan dicapai siswa setelah mengikuti

pembelajaran.

  Rumpun Model Pembelajaran

  Mengenai pengelompokkan model pembelajaran, Joyce, Weil, & Shower (dalam buhaerah :2009: 12) mengemukakan empat famili/rumpun model model pembelajaran, yakni: rumpun sosial, rumpun proses informasi, rumpun personal, dan rumpun sistem perilaku atau

  

behavioral system. Deskripsi keempat rumpun tersebut dapat diringkas

  sebagai berikut.(1) Rumpun sosial didasarkan kepada sifat-sifat sosial manusia yang mengambil bentuk mulai dari yang sangat sederhana, yaitu proses mengatur siswa untuk bekerja bersama-sama secara demokratis dalam upaya melakukan analisis terhadap masalah-masalah sosial dan nilai-nilai yang penting dalam kehidupan di suatu lingkungan.(2) Rumpun

  

proses informasi yakni bagaimana proses mencari informasi, mengatur

  atau mengorganisasikan informasi-informasi tersebut, membangun hipotesis, dan menerapkan hal-hal yang dipelajari dalam kegiatan-kegiatan yang lebih mandiri (3) Rumpun personal yakni bagaimana seorang fasilitator menggunakan teknik yang bersifat non

  

direktif atau tidak langsung, dengan menggali informasi dari siswa

mengenai dunia sekitamya.

   (4) Rumpun perilaku yakni rumpun yang dimotori oleh Skinner yang berakar pada aliran behaviorisme.

  Model Pembelajaran Kooperatif

  Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip konstruktivisme

  

sosial dari Vigotsky, yang menganggap bahwa siswa lebih mudah

  menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling

  

mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Pembelajaran

  kooperatif mengacu pada metode pengajaran di mana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar..

  Penerapan model pembelajara kooperatif dilakukan dengan tujuan

  

mengarahkan siswa untuk membangun (mengkonstruksi/menemukan)

sendiri konsep yang diinginkan dan sekaligus melakukan perbaikan

miskonsepsi yang dialami. Lonning (Rahmah, 1997) mengemukakan

  model pembelajaran kooperatif untuk membangkitkan perubahan konseptual berdasarkan pada konstruktivisme, yang menawarkan suatu bentuk pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa berdiskusi dengan teman sebayanya dan gurunya. Siswa mengemukakan ide mereka secara eksplisit kepada teman sebayanya dan gurunya, kemudian membandingkan ide mereka dengan ide temannya untuk memperoleh perspektif yang berbeda, sehingga akhirnya dapat mengevaluasi kembali konsepsi mereka. Mohamad Nur (2000) mengemukakan bahwa ciri khas pembelajaran koopeatif adalah siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok dan tinggal bersama sebagai kelompok untuk beberapa minggu atau bulan. Mereka dilatih keterampilan khusus untuk membantu mereka bekerja sama dengan baik, misal menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan dengan baik,

  15

mengajukan pertanyaan denga benar, dan sebagainya. Untuk mencapai

  hasil yang maksimal mereka mengemukakan lima unsur yang sekaligus mencirikan pembelajaran kooperatif, yakni: (a) saling ketergantungan

  

positif, (b) tanggung jawab perseorangan, (c) tatap muka, (d) komunikasi

antar anggota, (e) evaluasi proses kelompok.

  Isjoni (2007: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil yang berjumlah 4 - 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Hal sejalan yang

  17

  dikemukakan oleh Sanjaya (2007: 242) pembelajaran kooperatif

  16

  merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara 4-6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).

  Menurut Sanjaya (2007: 244) karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu (a)Pembelajaran secara tim: tim merupakan tempat untuk menyampaikan tujuan yang bersifat heterogen. Oleh karena itu, tim harus mampu menbuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. (b) Didasarkan pada manajemen kooperatif : manajemen mempunyai empat fungsi pokok yaitu: fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif.(c) Kemauan untuk bekerja sama (d) Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerjasama selalu ditekankan dalam proses pembelajran kooperatif. Misalnya, yang pintar perlu membantu yang kurang pintar.(e)Keterampilan bekerja sama. Menurut Jarolimele dan Parker (Isjoni, 2007: 245) mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah 1) Saling ketergantungan yang positif (2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu (3) Sisa di libatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas(4)Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan(5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dan guru(6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif adalah:(1)Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu (2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai(3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan(4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi passif.

  Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan dilaksanakannya pembelajaran kooperatif secara berkesinambungan dapat dijadikan sebagai sarana bagi guru ubtuk melatih dan mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, khususnya keterampilan sosial untuk bekal hidup bermasyarakat.

1. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

  Pada model pembelajaran terdapat lagkah-langkah pembelajaran yang disebut fase. Keseluruhan dari fase-fase tersebut disebut sintaks dari model pembelajarn. Sintaks model pembelajaran kooperatif terdiri atas enam fase, yakni: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan informasi, (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) evaluasi, dan (6) memberikan penghargaan.

  Berikut dikemukakan peran guru pada setiap fase dalam sintaks pembelajaran kooperatif.

  

F A S E PERAN GURU

  1. Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan memotivasi siswa pembelajaran yang ingin dicapai, memotivasi siswa dengan apersepsi, menyampaikan kegunaan praktis materi pembelajaran, dan menjelaskan strategi pembelajaran yang digunakan.

  2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa yang disesuaikan dengan pendekatan dan metode pembelajaran yang dipilih.

  3. Mengorganisasi siswa ke Guru mengarahkan siswa untuk dalam kelompok belajar membentuk kelompok belajar yag heterogen, dan membantu setiap kelompok melakukan transisi secara efisien.

  4. Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok bekerja dan belajar belajar pada saat mereka mengerjakan tugas melalui LKS.

  5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar dengan memintah wakil setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok, atau memberikan kuis secara individu.

  6. Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan terhadap hasil kerja siswa, baik secara individu maupun secara kelompok.

2. Melaksanakan Pembelajaran Kooperatif

  Berikut dikemukakan prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran kooperatif yang dirangkum dari pendapat Mohamad Nur (2000), Degeng (2000) (1) Penyusunan Kelas :.(2) Ukuran Kelompok. (3) Menetapkan

  

Siswa dalam Kelompok. (4) Mengubah Kelompok Secara Periodik: (5)

Menyiapkan Siswa untuk Bekerja Kooperatif Menangani Kelompok Kooperatif Pemula (7) Memberikan

Kesempatan Siswa untuk Saling Mengenal (8)Menjelaskan Pelajaran Hari

ini(9) Memperkenalkan Keterampilan Kooperatif untuk Pelajaran (10)

Memonitor Siswa Menggunakan Keterampilan Kooperatif (11)

Memberikan Bantuan (12) Turun Tangan Mengajarkan Keterampilan

Kooperatif (13) Menutup Pelajaran (14) Mengevaluasi Proses Kelompok

(15) Mengevaluasi Hasil Belajar Siswa.(16) Pekerjaan Rumah Kooperatif

  (3) Keterampilan Kooperatif. (4) . Evaluasi pada Pembelajaran Kooperatif Lie (1999) mengemukakan bahwa ada dua unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu tanggung jawab pribadi dan saling ketergantungan positif. Oleh karena itu, evaluasi pembelajaran kooperatif harus menggabungkan nilai individu dan nilai kelompok.

  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

  Menurut Slavin, dalam bukunya cooperative learning model pembelajaran kooperatif terdiri atas student team achievement division (STAD) adalah model pembelajaran uang menyajikan materi sederhana dan tugas utama seorang siswa adalah menyelesaikan lembar kerja dengan cara kerja sama.

  Model pembelajaran kooperatif yang dipilih oleh peneliti adalah

  

Student Team Active Division (STAD) yang dianggap salah satu tipe

  pendekatan untuk belajar koperatif yang mudah dilaksanakan dalam tahap perkenalam. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipilih penulis karena penyajian materi pelajaran yang disampaikan adalah sederhana dan tugas utama siswa adalah menyelesaikan lembar kerja dengan cara bekerja sama. Selaian itu juga model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan kuis-kuis individual pada tiap akhir pelajaran.

  Slavin (2009: 14) mengemukakan Student Tean Achievement

  

Division (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif

  yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.

  Slavin (2009: 14) mengemukakan, student team achievement

  

division (STAD) terdiri atas lima komponen utama yaitu: a) Prestasi kelas (

  b)Tim: terdiri dari 4 atau 5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnitas.(c) Skor kemajuan individual (d) Rekognisi tim (e) Skor kemajuan individual digunakan untuk menentukan poin kemajuan siswa.

  Menurut Slavin (2009: 159) untuk menghitung skor individual. Perhatikan tabel berikut ini : Tabel 2. 1. Perhitungan skor perkembangan

  No Kriteria Nilai peningkatan

  1. Nilai kuis /tes terkini lebih dari 10 diatas

  30 2. nilai awal

  20 Nilai kuis /tes terkini sama dengan nilai 3. awal dengan 10 diatas nilai awal

  10 Nilai kuis /tes terkini turun 1 sampai 4. dengan 10 poin dibawah nilai awal

  5 Nilai kuis /tes terkini turun lebih dari 10 poin dibawah nilai awal Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.

  Kriteria untuk status kelompok (Muslimin dkk, 2000)

  a. Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (rata-rata nilai peningkatan kelompok <15) b. Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 ≤rata-rata nilai peningkatan kelompok <20)

  c. Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 ≤rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25) d. Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara lebih atau sama dengan 25( rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25

  Berdasarkan skor perhitungan yang diperoleh anggota, dirata-rata. Hasilnya untuk menentukan kriteria penghargaan kelompok (Wijayanti,2000: 89) pada tabel 2.2.

  Tabel 2. 2. Kriteria penghargaan kelompok tipe STAD No. Rata-rata tim Penghargaan

  1. 10 – 14 Tim baik 2. 15 – 20 Tim hebat 3. > 20 Tim super

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang berbasis kelas (Class Action Research), tindakan dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada pembelajaran matematika,Subjek penelitian dalam PTK ini adalah seluruh siswa kelas VIII-B SMP Negeri 1 Bungoro Pangkep, sebanyak 40 orang. Sumber data adalah guru dan siswa kelas VIII-I SMP Negeri 1 Bungoro, berlokasi pada SMP Negeri 1 Bungoro kabupaten pada Tahun

  Pelajaran 2012/2013 semester ganjil Teknik dan Alat pengumpul Data Teknik-teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan pengamatan, pemberian tes, dan penyebaran angket. Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Cara mengumpulkan data yang akan diambil melalui: (1) Observasi pembelajaran oleh guru, (2) aktivitas siswa, (3) tes hasil belajar.

  Alat pengumpulan data :Instrumen pengamatan aktivitas siswa, Lembar observasi pembelajaran berupa catatan guru model dan observer, Instrumen keterlaksanaan pembelajaran guru, Tes hasil belajar siswa pada akhir pembelajaran, Lembar respon siswa terhadap pembelajaran

  Teknik Analisis Data

  Setelah data diperoleh sesuai dengan prosedur dari tahap pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, maka data yang dikumpulkan diolah dan selanjutnya dapat diasumsikan bahwa tingkat peningkatan hasil belajar siswa berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran matematika. Hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran dapat dikelompokkan dalam skala lima berdasarkan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun 2006 (Buhaerah,2009: 178) yaitu sebagai berikut:

  Kemampuan 85% - 100% atau skor 85 - 100 dikategorikan sangat tinggi. Kemampuan 65% - 84% atau skor 65 - 84 dikategorikan tinggi Kemampuan 55% - 64% atau skor 55 - 64 dikategorikan cukup. Kemampuan 35% - 54% atau skor 35 - 54 dikategorikan rendah. Kemampuan 0% - 34% atau skor 0 - 34 dikategorikan sangat rendah. Untuk mengetahui kualitas keterlaksanaan pembelajaran kooperatif

  (RPP) oleh guru, dengan menghitung jumlah butir-butir yang terlaksana dibagi jumlah butir seluruhnya kali 100%. Sedangkan Pembelajaran yang dilaksanakan guru dikategorikan terlaksana apabila minimal dalam kategori terlaksana dengan baik. Untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran , dengan menghitung jumlah butir-butir aktivitas siswa yang terlaksana sesuai dengan rencana pembelajaran dibagi jumlah butir seluruhnya kali 100%. maka criteria keaktifan siswa ditentukan dengan menggunakan skala sebagai berikut:

  F. Indikator Kinerja

  Indikator kinerja hasil belajar siswa mencakup beberapa komponen, yakni komponen kemampuan siswa melakukan tugas-tugas belajar selama proses pembelajaran dalam bentuk LKS (keaktifan siswa), kemampuan siswa mengerjakan test akhir hasil belajar berupa kuis dan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran serta pengalaman belajarnya.

  Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila rata-rata penilaian semua indicator yang diukur minimal sebesar 65. Kriteria ini sesuai dengan KKM pada KTSP SMP Negeri 1 Bungoro, khususnya pada indicator-indikator yang materinya menjadi materi ajar ketika penelitian dilakukan. Batasan minimal ketuntasan tersebut berdasarkan penilaian yang dilakukan secara individual. Kelas dinyatakan tuntas belajar apabila minimal 85% siswa mencapai ketuntasan minimal (Mulyasa, 2003:99).

  G. Prosedur Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, masing-masing diselesaikan selama 3 kali pertemuan pada siklus I dan 3 kali pertemuan pada siklus II. Prosedur penelitian dilakukan melalui kegiatan yang dilakukan secara bersiklus mulai perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan pengumpulan data, analisis dan interpretasi data, dan refleksi dan tindak lanjut dengan berdasar pada observasi tiap siklus yang akan dilaksanakan maka dapat digambarkan rancangan dan prosedur penelitian sebagai berikut:

a. Tahap Perencanan.

  Pada siklus I dan II perencanaan dalam penelitian tindakan ini adalah: 1) Menelaah kurikulum matematika.2)Merancang perangkat pembelajaran yang mengacu kepada model pembelajaran student team achievement

  

division (STAD) 3) Merancang bahan ajar (LKS) dan bacaan siswa yang

  mendukung pencapaian tujuan belajar sesuai materi pelajaran, model pembelajaran, metode pembelajaran, dan karakteristik siswa.4) merancang pembuatan instrument pengamatan aktivitas siswa, instrument keterlaksanaan pembelajaran guru, untuk merekam pembelajaran dan situasi di kelas, 5) Membagi siswa kedalam kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 5 orang 6) Merancang instrumen tes akhir belajar siswa berupa kuis 7)Merancang criteria penghargaaan Kelompok Tahap Pelaksanaan.

  . Langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang dilakukan dibagi dalam tiga bagian, berdasarkan sintaks pembelajaran kooperatif STAD meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir dengan tahapan sebagai berikut (1)Kegiatan Pendahuluan berlangsung 10-15 menit dengan Fase –

1. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar.(2)Kegiatan

  

inti berlangsung 60 menit meliputi :Fase ̶ 2. Guru menyampaikan

  informasi kepada siswa. Fase – 3 . Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar..Fase – 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Fase – 5 Evaluasi. Fase – 6 . Memberikan penghargaa.

  

(3)Kegiatan akhir berlangsung 10 menit mengarahkan siswa membuat

  rangkuman tentang materi pembelajaran berupa, fakta, konsep dan memberikan kesempatan siswa membacakan.Kemudian memberikan tugas di rumah dan menyampaikan materi pada pertemuan selanjutnya.

  

Tahap Observasi : Observasi dilakukan pada setiap pertemuan mulai

  dari awal pembelajaran sampai pelajaran berakhir. Hasil pengamatan yang diperoleh dari observasi tersebut dilolah selanjutnya direfleksikan untuk menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan untuk tindakan selanjutnya Tahap Analisis dan Refleksi danTahap Rencana Tindak Lanjut

  Hasil Penelitian Dan Pembahasan

  Hasil penelitian tindakan yang dibagi dalam dua siklus akan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, Sedangkan data-data perubahan sikap dan aktivitas siswa yang diperoleh dari hasil observasi secara umum dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

  Data yang dikumpulkan dari observasi pelaksanaan tindakan berupa: (1) (2)aktivitas guru dalam pembelajaran (3) aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran (4) hasil belajar siswa meliputi hasil tes akhir belajar (5) respon siswa.

A. Deskripsi Hasil Penelitian siklus 1

  a. Keterlaksanaan Pembelajaran Kooperatif (RPP)

  Dalam keterlaksanaan RPP pembelajaran pengamatan difokuskan kepada aktivitas guru selama melaksanakan pembelajaran kooperatif dan menfasilitasi aktivitas siswa di dalam kelompok kooperatif

  Hasil analisis data aktivitas guru dalam pembelajaran kooperatif siklus I menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran siklus I mencapai rata-rata keterlaksanaan sebesar 84,3% yang dapat dikategorikan baik.

  b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran Kooperatif

  Hasil observasi data aktivitas siswa selama proses pembelajaran kooperatif pada siklus I, aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif pada Kegiatan awal terdapat 69,4% siswa yang aktif dalam pembelajaran sedangkan masih terdapat 30,6% yang melakukan kegiatan diluar pembelajaran. Pada kegiatan inti terdapat 92,6% siswa yang aktif melakukan tugas utama dalam belajarnya, sedangkan 5,4% masih melakukan kegiatan diluar tugasnya. Pada Kegiatan akhir terdapat 83,3% siswa sangat aktif dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran,sedangkan 17% siswa yang masih melakukan kegiatan dluar tugas .Namun sepanjang proses pembelajaran pada siklus I pelaksanaan pembelajaran mencapai persentase 81,7%. Hal ini menunjukkan secara klasikal aktivitas siswa dalam pembelajaran aktif

   Data Hasil Belajar Siswa

  Hasil analisis data hasil belajar yang diperoleh dengan model pembelajaran tipe STAD siklus I . Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar STAD pada siklus 1, dapat deskripsikan bahwa pencapaian rata- rata sebesar 75,65 dengan standar deviasi 15,86 pada rentangan nilai 40 hingga 100. Ini berarti pencapaian rata-rata tersebut menunjukkan tingkat penyebaran nilai yang tinggi pada kelompok siswa

  Selanjutnya untuk melihat persentase hasil belajar model pembelajaran kooperatif tipe STAD , Apabila skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dikelompokkan kedalam lima kategori, maka akan diperoleh distribusi nilai rata-rata hasil belajar dari 40 siswa yang menjadi subjek penelitian ini terdapat 12 siswa (30%) dikategorikan memiliki kemampuan sangat tinggi, 18 siswa (45%) pada kategori tinggi, 5 siswa (12,5%) pada kategori sedang, 5 siswa (12, 5%) berada pada kategori rendah dan tidak terdapat siswa pada kategori amat rendah

  Deskripsi secara kuantitatif ketuntasan hasil belajar kooperatif tipe staf matematika siswa setelah pemberian tindakan pada Siklus I dari 40 orang siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Bungoro terdapat 30 siswa (75%) siswa yang tuntas sedangkan masih terdapat 10 orang siswa (25%) yang belum tuntas. . Sesuai dengan kriteria pencapaian hasil belajar yang menjadi acuan, maka rata-rata pencapaian hasil belajar koperatif tipe STAD siklus 1 tersebut dalam kategori belum tuntas secara klasikal.

  Data kualitatif Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Siklus 1

  Hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran kooferatif tipe STAD yang telah dilakukanakan direflesksikan dengan menggunakan data hasil observasi pembelajaran yakni keterlaksanaaan pembelajaran kooperatif (RPP) berupa aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran meliputi kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir sebagai berikut.

  Aktivitas guru dalam pembelajaran kooperatif Kegiatan Pendahuluan berlangsung 10-15 menit dengan

Fase – 1. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar. Guru

  memulai pelajaran dengan kegiatan apersepsi dan motivasi, dengan mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal siswa untuk menggali materi prasyarat melalui tanya jawab. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Motivasi dilakukan dengan cara menyampaikan tujuan pelajaran dan menyampaikan pentingya atau kegunaan mempelajari materi pada kehidupaan sehari-hari. Kemudian guru menginformasikan dan mengenalkan secara garis besar model pembelajaran yang akan dilaksanakan.

  Kegiatan inti berlangsung 60 menit meliputi Fase ̶ 2. Guru

menyampaikan informasi . Guru menyampaikan informasi kepada siswa

  melalui contoh atau lewat bahan bacaan. informasi yang diberikan berhubungan dengan materi inti sebagai pengantar atau informasi awal memasuki materi baru, kemudian menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilakukan selama proses pembelajaran. Fase – 3 Guru

  

mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru

  mengelompokkan siswa kedalam tempat duduknya sesuai kelompoknya kemudian membagikan materi ajar seperti bahan ajar (LKS),bacaan siswa. Kemudian menjelaskan cara menggunakan bahan ajar (LKS).selanjutnya menyampaikan cara kerja kelompok dengan cara berdiskusi secara bersama-sama. Fase – 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru membimbing serta memfasilitasi kelompok-kelompok pada saat mengerjakan tugas melalui LKS. Fase – 5 Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan meminta wakil setiap kelompok mempresentasekan hasil kerja kelompoknya, kemudian melakukan penguatan selanjutnya Guru memberi kuis berupa tes akhir proses belajar yang dikerjakan secara individu. Fase – 6 . Memberikan

  

penghargaan. Guru memberi penghargaan untuk menghargai proses

  belajar maupun hasil belajar individu dan kelompok. Penghargaan terkait proses belajar siswa secara berkelompk langsung disampaikan oleh guru, sedangkan penghargaan berupa hasil belajar pertemuan sebelumnya ditempelkan dipapan pengumuman diluar kelas pembelajaran

  Kegiatan akhir berlangsung 15 menit . Guru mengarahkan

  siswa membuat rangkuman tentang materi pembelajaran berupa, fakta, konsep dan memberikan kesempatan siswa membacakan atau mengemukakan dengan bahasa atau kata kata sendiri . Guru memberikan tugas di rumah dan menyampaikan materi pada pertemuan selanjutnya.pada pertemuan pertama kegiatan akhir tidak terlaksana karena kehabisan waktu

  Aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif Kegiatan Pendahuluan berlangsung 10 menit dengan .Fase

  • – 1. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar. Siswa

  mendengarkan penjelasan guru kemudian menyimak penyampaian guru dan siswa diharapkan termotivasi untuk belajar.

  Kegiatan inti berlangsung 60 menit meliputi Fase ̶ 2. Guru

menyampaikan informasi kepada siswa . Siswa mendengarkan informasi

  yang diberikan berhubungan dengan materi inti sebagai pengantar atau informasi awal memasuki materi baru, Siswa memulai memikirkan apa yang disampaikan oleh guru. Fase – 3. Guru mengorganisasikan

  

siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa bergerak mengatur

  tempat duduknya sesuai kelompoknya kemudian diberikan materi ajar seperti bahan ajar (LKS),bacaan siswa. Siswa mendengarkan penjelasan guru cara menggunakan bahan ajar (LKS).serta cara bekerja secara kelompok dengan cara berdiskusi secara bersama-sama, dimana siswa saling membantu antar anggota lain, serta membahas jawaban tugas pada LKS, dan setiap anggota kelompok memastikan bahwa telah menguasai konsep dan materi yang telah dipelajari. Fase – 4.

  

Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Siswa bekerja secara

  berkelompok kelompok pada saat mengerjakan tugas melalui LKS. Fase –

5.Evaluasi. Setiap kelompok Siswa menunjuk wakilnya

  mempresentasekan hasil kerja kelompoknya. Fase – 6 . Memberikan penghargaan. Siswa mendengarkan penghargaan yang dibacakan guru untuk menghargai proses belajar maupun hasil belajar individu dan kelompok. Siswa sangat antusias terhadap penghargaan yang diberikan dengan bertepuk tangan dan meneriakkan yel-yel

  Kegiatan akhir berlangsung 15 menit Siswa membuat

  rangkuman tentang materi pembelajaran berupa, fakta, konsep kemudian siswa membacakan atau mengemukakan dengan bahasa atau kata kata sendiri . Siswa mencatat tugas di rumah untuk materi pada pertemuan selanjutnya.pada pertemuan pertama kegiatan akhir tidak terlaksana karena kehabisan waktu

   Tindak lanjut pelaksanaan tindakan pembelajaran

  Tindak lanjut merupakan tindakan perbaikan dari hasil refleksi siklus 1 pada beberapa aspek pembelajaran, yakni kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. 1) Guru perlu memikirkan teknik atau cara memberi apersepsi agar siswa berpartisipasi aktif pada awal pembelajaran , merangsang siswa dalam menjawab setiap pertanyaan guru serta merangsang siswa mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapatnya, 2)Pada kegiatan inti,

  

yang perlu ditindaklanjuti adalah. Pada fase 2 Perlu menyampaikan

  informasi yang mampu mengantar siswa dan memberi gambaran tentang materi yang akan dipelajari siswa dalam belajar dan bekerja kelompok, sehingga dapat gambaran tentang apa yang akan dioelajari. Pada fase

  

3: guru harus memperhatikan aktivitas kelompok dalam belajar yang

  tidak efekti Pada fase 4 dalam aspek materi ajar :Menyusun bahan ajar ( LKS) yang didukung dengan bahan bacaan yang sesuai kompetensi yang akan dicapai dan sesederhana mungkin Pada fase 5 memberi kesempatan lebih banyak kepada setiap kelompok untuk mempresentasekan atau menuliskan jawaban dipapan tulis. tu yang lama.Pada fase 6 merancang penghargaan yang diberikan untuk merangsang motivasi dan antusias siswa dalam belajar. Pada kegiatan akhir, mengoptimalkan penggunaan waktu sehingga kegiata akhir dapat terlaksana

B. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

  a. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

  Aktivitas guru yang diamati difokuskan kepada kegiatan guru selama melaksanakan pembelajaran secara kooperatif dan menfasilitasi aktivitas siswa di dalam kelompok kooperatif Hasil analisis data aktivitas guru dalam pembelajaran kooperatif siklus II menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran siklus II mencapai rata-rata sebesar 98,1% yang dapat dikategorikan sangat baik.

  b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif

  Hasil observasi data aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus II menunjukkan aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif pada. Kegiatan awal terdapat 91,6% siswa yang aktif dalam pembelajaran sedangkan masih terdapat 8,4% yang melakukan kegiatan diluar pembelajaran. Pada kegiatan inti terdapat 97,1% siswa yang aktif melakukan tugas utama dalam belajarnya,sedangkan 2,9% masih melakukan kegiatan diluar tugasnya. Pada kegiatan akhir terdapat 95,8% siswa sangat aktif dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran,sedangkan 4,2% siswa yang masih melakukan kegiatan dluar tugas .Namun sepanjang proses pembelajaran pada siklus II pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan sangat aktif mencapai persentase 94,8%. Ini berarti keaktifan klasikal tercapai.

c. Hasil Belajar Siswa

  Hasil analisis data hasil belajar yang diperoleh dengan model pembelajaran tipe STAD siklus II dapat deskripsikan bahwa pencapaian rata-rata sebesar 86,07 dengan standar deviasi 12,56 pada rentangan nilai 62,20 hingga 100. Ini berarti pencapaian rata-rata tersebut menunjukkan tingkat penyebaran nilai yang tinggi pada kelompok siswa

  Selanjutnya persentase hasil belajar model pembelajaran kooperatif tipe STAD , Apabila skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus 2 dikelompokkan kedalam lima kategori, maka akan diperoleh distribusi nilai rata-rata hasil belajar dari 40 siswa yang menjadi subjek penelitian ini terdapat 24 siswa (60%) dikategorikan memiliki kemampuan sangat tinggi, 15 siswa (32,5%) pada kategori tinggi, 3 siswa (7,5%) pada kategori sedang, tidak terdapat siswa yang berada pada kategori rendah dan amat rendah

  Deskripsi secara kuantitatif ketuntasan hasil belajar kooperatif tipe staf matematika siswa setelah pemberian tindakan pada Siklus I dari 40 orang siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Bungoro terdapat 3 siswa (7,5%) siswa yang belum tuntas sedangkan terdapat 37 orang siswa (92,5%) yang tuntas. . Sesuai dengan kriteria pencapaian hasil belajar yang menjadi acuan, maka rata-rata pencapaian ketuntasan hasil belajar koperatif tipe STAD siklus 1 tersebut secara klasikal dalam kategori tuntas .

c. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Kooperatif

  Dari hasil analisis terhadap respon siswa sebanyak 40 orang diperoleh bahwa 80% siswa menganggap cara belajar dan cara guru mengajar dalam pembelajaran kooperatif merupakan hal yang baru bagi mereka, belajar kelompok memudahkan memahami materi (85%), Siswa menyatakan senang terhadap cara belajar kelompok dan cara mengajar guru. Tanggapan ini menunjukan adanya respon positif siswa terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif STAD. Hal ini didukung oleh respon siswa 85%yang menyatakan senang belajar kelompok dan 90% siswa berminat mempelajari pokok bahasan lain melalui pembelajaran kooperatif .

  Secara klasikal, terdapat 32 orang siswa (83%) yang memberikan respon positif pada butir pernyataan yang diajukan kepada siswa. Hal Ini menunjukkan respon secara klasikal yang dicapai positif

B. Data kualitatif

  Refleksi terhadap hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran kooperatif dilakukan pada hasil-hasil penelitian yang belum optimal pada siklus 1 dengan menggunakan data hasil observasi pembelajaran yakni keterlaksanaaan pembelajaran kooperatif berupa aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran meliputi kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir sebagai berikut

  Aktivitas guru dalam pembelajaran kooperatif

Kegiatan Pendahuluan berlangsung 10 menit. Fase – 1. Guru

menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar.

  Kegiatan inti berlangsung 60 menit meliputi fase ̶ 2. Guru