UJI AKTIVITAS ANTIKOLESTEROL EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) SECARA IN VITRO

UJI AKTIVITAS ANTIKOLESTEROL EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG

  

(Anredera cordifolia (Ten) Steenis) SECARA IN VITRO

1 2 1 Devina Ingrid Anggraini , M. Mufti Ali 2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Nasional Surakarta Fakultas Kesehatan Universitas MH Thamrin Jakarta Alamat korespondensi: Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Surakarta Jl. Yos Sudarso No. 338 Dawung, Serengan, Surakarta 57155 Email : devina.ia@gmail.com

  

ABSTRAK

  Banyak orang yang mengerti bahwa pola makan berpengaruh besar terhadap kesehatan. Dampak dari kesadaran itu, muncul kebiasaan atau pola makan bernuansa vegetarian atau hanya mengkonsumsi sayur-sayuran tanpa memakan daging dan sejenisnya. Hal tersebut muncul karena ketakutan orang terhadap penyakit kolesterol. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh dengan bermacam-macam fungsi, antara lain untuk membuat hormon seks, hormon korteks adrenal, vitamin D, dan untuk membuat garam empedu yang membantu usus untuk menyerap lemak, tetapi bila kolesterol dalam tubuh berlebih akan menimbulkan suatu kondisi yang disebut ateroskerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia(Ten) Steenis) dapat menurunkan kadar kolesterol. Metode ekstrasi yang digunakan adalah metode maserasi dengan pelarut etanol 70% dan menggunakan instrumen spektrofotometri UV-Vis. Didapatkan hasil pada ekstrak etanol daun binahong yang mempunyai aktivitas penurunan kadar kolesterol secara in vitro yang paling besar yaitu sebesar 20,7% pada konsentrasi 600 ppm, sedangkan pada konsenstrasi 400 ppm hanya dapat menurunkan kadar kolesterol sebesar 18,0 % dan konsentrasi 200 ppm sebesar 17,7%.

  Kata Kunci : Kolesterol, Daun Binahong, Spektrofotometri UV-Vis PENDAHULUAN

  Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan seperti lilin yang diproduksi oleh tubuh manusia, terutama di dalam lever (hati). Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh dengan bermacam -macam fungsi, antara lain untuk membuat hormon seks, hormon korteks adrenal, vitamin D, dan untuk membuat garam empedu yang membantu usus untuk menyerap lemak (Nilawati, 2008).

  Tubuh memang memerlukan kolesterol untuk membantu membentuk dinding sel, sebagai bahan dasar dari pembentukan hormon-hormon steroid dan sebagai sumber energi bagi tubuh. Kolesterol secara alami telah dihasilkan oleh tubuh yang berasal dari organ hati yang menyumbang kolesterol hingga 80% dan 20% lainnya berasal dari sumber makanan dan minuman yang dikonsumsi setiap harinya (Baron, 1995). Tetapi bila kolesterol dalam tubuh berlebih akan menimbulkan suatu kondisi yang disebut ateroskerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke (Hirano, dkk., 2001). Hal ini perlu dikhawatirkan, karena penyakit pembuluh darah merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia (Karyadi, 2002 : 53).

  Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) atau dalam bahasa Tiongkok dikenal dengan nama Dheng San Chi adalah tanaman obat, asli dari Amerika Selatan . Tanaman ini telah dikenal memiliki khasiat penyembuhan yang luar biasa oleh sebab itu digunakan sebagai obat tradisonal. Secara empiris, masyarakat di pulau Jawa memanfaatkan untuk membantu proses penyembuhan beragam penyakit, termasuk untuk mengobati luka sehabis operasi Caesar atau memulihkan tenaga ibu setelah bersalin. Akar dan daun tanaman binahong bermanfaat sebagai obat penyembuh luka bekas operasi, penyakit tiphus, radang usus, asam urat, disentri dan wasir. Tanaman binahong mengandung fenol, flavonoid, saponin, triterpenoid, steroid dan alkaloid, selain itu memiliki aktifitas sebagai antioksidan (Setiaji, 2009).

  Senyawa aktif flavonoid banyak manfaatnya bagi tubuh. Salah satunya yaitu flavonoid dapat digunakan sebagai penurun kolesterol. Di dalam tubuh, flavonoid mampu mengikis endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah koroner. Dengan terkikisnya kolesterol pada pembuluh darah, maka tidak akan memicu timbulnya penyakit lain yang diakibatkan oleh kolesterol, seperti : hipertensi, stroke, dan jantung (Nalole, 2009).

  Berdasarkan keterangan diatas bahwa dalam daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) mengandung senyawa flavonoid. Maka penulis ingin melakukan penelitian tentang ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten)

  Steenis ) yang digunakan sebagai penurun kolesterol secara in-vitro menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Vis.

  METODE

  1. ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-Vis mini 1240, neraca analitik, peralatan gelas laboratorium yang umum seperti gelas kimia, gelas ukur, labu bertutup asah, blender, tabung reaksi, cawan porselin, kuvet, pipet, corong kaca, labu ukur, dan waterbath.

  Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70%, serbuk zink, asam klorida 2N, asam klorida pekat, asam asetat anhidrat, NaOH 10%, FeSO , baku kolesterol 92%, asam sulfat (H SO ) pekat, aquadest, aseton, 4 2 4 serbuk asam borat, serbuk asam oksalat, dan eter.

  2. PROSEDUR KERJA 1.

   Penyiapan Simplisia

  Dipilih daun yang masih utuh dan tidak rusak, kemudian daun dibersihkan. Daun dicuci dengan air mengalir, setelah itu dikeringkan. Daun dihancurkan menggunakan blender.

  2. Penyarian Simplisia

  Daun binahong (Anredera cordifolia(Ten) Steenis) yang sudah diayak ditimbang kurang lebih 50 gram, kemudian dimasukkan dalam bejana tertutup, lalu ditambahkan 375 ml etanol 70% sebagai cairan penyari hingga simplisia terendam seluruhnya. Perendaman dilakukan selama 5 hari, sambil diaduk 3-4 jam perhari kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan, untuk penyarian berikutnya serbuk simplisia disari kembali menggunakan cairan penyari baru dengan jumlah yang sama seperti yang pertama, hal tersebut dilakukan berulang selama 5 hari. Filtrat yang dihasilkan dijadikan satu dan dienapkan selama 1 hari. Setelah dienapkan semua disaring. Filtrat dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 80 C sampai diperoleh ekstrak kental (Depkes RI, 1986 : 11).

  3. Identifikasi Flavonoida

  Untuk pembuatan larutan percobaan diambil 0,5 g serbuk simplisia daun cincau hijau ditambah 10 ml etanol, dipanaskan di atas waterbath selama 10 menit. Disaring saat panas dengan menggunakan kertas saring, diencerkan filtrat dengan 10 ml air. Setelah dingin ditambahkan 5 ml eter minyak tanah, dikocok hati-hati, diamkan. Diambil lapisan etanol, o diuapkan pada suhu 40

  C. Sisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, disaring. Hasil larutan percobaan yang didapat digunakan untuk melakukan uji Shinoda, yaitu : 1 mL larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan dalam 1 ml etanol 95%, tambahkan 0.1 g serbuk magnesium dan 10 mL asam klorida pekat. Terjadi warna kuning menunjukan adanya flavon, kalkon, dan auron (Depkes RI, 1980 : 171).

  4. Identifikasi Vitamin C

  Ekstrak etanol 2 mL ditambah 2 tetes NaOH 10% dan 2 mL FeSO 4 . Campuran akan menghasilkan larutan kuning hingga orange jika mengandung vitamin C (Winarno, 2008).

5. Penentuan Penurunan Kadar Antikolesterol

  Dari ekstrak kental daun binahong buat seri konsentrasi 200 ppm, 400 ppm dan 600 ppm. Dari masing-masing konsentrasi diambil 5,0 mL ke dalam tabung reaksi, masing-masing ditambahkan dengan 5,0 mL larutan baku kolesterol lalu ditambah 2,0 mL asam asetat anhidrat dan 0,1 mL H 2 SO 4 pekat. Larutan didiamkan di tempat gelap selama 5 menit hingga terbentuk perubahan warna menjadi hijau. Hasil warna yang diperoleh, diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 668 nm.

6. Analisis Data

  Absorbansi yang diperoleh dari pengukuran sampel ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia(Ten) ) dibandingkan dengan larutan baku kole sterol untuk mengetahui persen kadar penurunan kolesterol. Perhitungan

  Steenis

  presentase kadar penurunan kolesterol menggunakan rumus berikut : Keterangan : A = % penurunan kolesterol B = Jumlah rata-rata kolesterol setelah perlakuan C = Jumlah rata-rata kolesterol awal

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antikolesterol secara in vitro ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia(Ten) Steenis) dengan perbedaan konsentrasi. Tanaman yang digunakan yaitu daun binahong yang diyakini mampu menurunkan kadar kolesterol tubuh. Penelitian ini menggunakan daun binahong yang diambil di daerah Kp Sawah Pondok Gede, kota Bekasi. Sebelum digunakan daun binahong dicuci terlebih dahulu sampai bersih, hal ini bertujuan untuk meminimalkan jumlah pengotor yang menempel pada daun. Setelah dicuci dilakukan sortasi basah yaitu memilah dan memilih daun dari bagian tanaman lain yang tidak diinginkan yang dapat meghambat penelitian. Daun binahong (Anredera cordifolia(Ten) Steenis) yang telah dicuci kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Pengeringan bertujuan untuk meminimalkan kadar air yang dapat digunakan sebagai media tumbuh mikroorganisme, sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia.

  Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Digunakan maserasi karena maserasi merupakan metode ekstraksi cara dingin, sehingga rusaknya zat flavonid dalam daun binahong karena adanya panas dapat dihindarkan. Prinsip maserasi adalah perendaman simplisia menggunakan cairan penyari yang cocok dengan pengadukan yang berlanjut. Pada saat perendaman simplisia, cairan penyari akan menembus dinding sel kemudian masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, kemudian melarutkannya. Zat aktif yang telah larut dapat keluar karena adanya proses difusi yang disebabkan perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam rongga sel dan di luar sel (Depkes RI, 1986). Cairan penyari yang digunakan yaitu etanol 70%. Etanol bersifat universal yaitu dapat melarutkan berbagai macam kandungan zat aktif. Etanol 70% masih mengandung air sehingga flavonoid dapat tertarik pada cairan penyari. Hasil ekstraksi yang o o didapat kemudian dipekatkan di atas waterbath pada suhu 70 C karena titik didih etanol 78

  C. Ekstrak kental yang di dapat kemudian ditimbang dan digunakan untuk uji pendahuluan dan uji in-vitro.

  Gambar 1. Tanaman daun binahong (Anredera cordifolia(Ten) Steenis).

  

Gambar 2. Uji shinoda dan uji vitamin C

Tabel 1. Hasil Uji Pendahuluan Jenis Hasil Pereaksi Referensi Ket Uji Percobaan

  Etanol 95% + 0,1

Terjadi

Uji g serbuk Depkes positif flavonol, kalkon, dan

warna

Shinoda Mg + 10 RI, 1980 auron

kuning

mL HCl pekat 2 tetes Larutan

  Uji NaOH 10 Winarno, kuning positif vit C Vit C % + 2 mL 1992 hingga FeSO orange 4 Pada serbuk dan ekstrak dilakukan uji pendahuluan fitokimia. Tujuan dilakukannya uji pendahuluan fitokimia

  pada serbuk untuk mengetahui dalam serbuk daun binahong (Anredera cordifolia(Ten) Steenis) terdapat senyawa flavonoid dan vitamin C. Tujuan dilakukan uji pendahuluan fitokimia pada ekstrak adalah untuk mengetahui apakah setelah mengalami rangkaian proses ekstraksi masih terdapat senyawa yang sama dengan yang ada di serbuk awal. Uji pendahuluan fitokimia yang dilakukan antara lain Flavonoid dan vitamin C yang dapat dilihat pada tabel 1.

  Tabel di atas menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun binahong mengandung senyawa aktif flavonoid dan vitamin C. Adanya flavonoid dalam ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia(Ten) Steenis) ditunjukkan terbentuknya larutan kuning setelah direaksikan dengan serbuk magnesium dan HCl pekat. Adanya vitamin C dalam ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia(Ten) Steenis) ditunjukkan terbentuknya larutan kuning terang setelah direaksikan dengan NaOH dan FeSO . 4 Setelah diketahui adanya flavonoid pada ekstrak etanol kemudian dilanjutkan dengan pengukuran sampel dari ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia(Ten) Steenis) terhadap penurunan kadar kolesterol dengan menggunakan metode Lieberman-Burchard. Metode ini sangat spesifik digunakan untuk mengukur senyawa golongan steroid salah satunya yaitu kolesterol. Pada metode ini diperlukan penambahan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Tujuan ditambahkannya asam asetat anhidrat yaitu untuk mengekstraksi kolesterol, memastikan media bebas air dan membentuk turunan asetil yang kemudian ditetesi asam sulfat pekat melalui dindingnya akan menghasilkan warna hijau kebiruan untuk senyawa steroid termasuk kolesterol.

  

Tabel 2. Hasil Pemilihan Panjang Gelombang

No Nama Panjang Gelombang

  1 Baku 673,0 762,0 770,0

2 Sampel 673,0

  Senyawa berwarna yang terbentuk tersebut akan diukur dengan sinar tampak yang dalam hal ini adalah spektrofotometer UV-Vis. Pengukuran diawali dengan pencarian panjang gelombang dan operating time, dengan tujuan dapat diketahui panjang gelombang yang menghasilkan absorbansi maksimum dan untuk mengetahui waktu pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna yang stabil. Konsentrasi kolesterol yang digunakan pada penelitian ini yaitu 140 ppm. Percobaan didahului dengan mengukur konsentrasi awal larutan kolesterol. Pengukuran konsentrasi awal setiap kali mengukur bertujuan untuk mengetahui konsentrasi larutan kolesterol secara kuantitatif sebelum ditambahkan dengan ekstrak etanol daun binahong. Pada percobaan ekstrak etanol dilakukan pengukuran aktivitas terhadap penurunan kolesterol dengan tujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun binahong mempunyai aktifitas terhadap penurunan kolesterol apa tidak. Ekstrak etanol daun binahong dibuat deret konsentrasi yang sama yaitu 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm. Dari masing-masing deret konsentrasi dipipet 2,0 ml ekstrak etanol kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi yang sudah ditambahkan baku kolesterol 140 ppm. Ekstrak etanol dilarutkan dalam kloroform, dikarenakan baku kolesterol yang digunakan untuk percobaan juga dilarutkan dalam kloroform sehingga sampel ekstrak etanol dan isolat flavonoid dapat bercampur dan bereaksi dengan kolesterol. Kemudian ekstrak etanol daun binahong direaksikan dengan 2 ml asam asetat anhidrat dan 0,1 ml asam sulfat pekat.

  

Tabel 3.Hasil Absorban Sampel

No Nama Absorban

  1 Baku kolesterol 0,24732

  2 Baku kolesterol 0,24731

  3 Sampel 200 ppm 0,20363 4 0,20370 Sampel 200 ppm 5 0,20260 Sampel 400 ppm 6 0,20295 Sampel 400 ppm 7 0,19608 Sampel 600 ppm 8 0,19617 Sampel 600 ppm

  Setelah direaksikan larutan uji didiamkan ditempat gelap terlindung dari cahaya selama 15 menit sesuai dengan

  

operating time yang telah dilakukan, didiamkan ditempat gelap terlindung dari cahaya karena larutan kolesterol bersifat

  fotodegradasi tidak stabil terhadap cahaya dan akan berubah menjadi kolestenon. Kemudian dibaca serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 668 nm. Digunakan spektrofotometer UV-Vis karena larutan uji terbentuk reaksi warna yang berwarna hijau. Setelah serapan larutan uji dibaca kemudian dihitung persen penurunan kolesterol dengan cara serapan kolesterol awal sebelum ditambah dengan sampel dikurangi dengan serapan kolesterol setelah ditambah dengan larutan sampel kemudian dibagi dengan serapan kolesterol awal dan dikali seratus persen. Rata- rata persen penurunan kolesterol oleh sampel ekstrak etanol dapat dilihat pada tabel 4.

  Berdasarkan persen penurunan yang didapat, ekstrak etanol daun binahong dengan konsentrasi 200 ppm dapat menurunkan kolesterol sebesar 17,7%, sedangkan dengan dengan konsentrasi 400 ppm dapat menurunkan sebesar 18,0% dan dengan konsentrasi 600 ppm dapat menurunkan kolesterol sebesar 20,7%. Hal ini berkaitan dengan kandungan senyawa lain yang terdapat dalam ekstrak etanol daun binahong yang tidak mendukung dari kerjanya senyawa flavonoid, sehingga memberikan penurunan kolesterol yang tidak terlalu besar.

  

Tabel 4. Data Penurunan Kadar Kolesterol Pada Ekstrak Daun Binahong

Kadar Konsentrasi Absorbansi Absorbansi ( % ) Rata - Ekstrak Sampel Baku Penurunan rata

  0,20363 0,24732 17,7% 200 17,7% 0,20370 0,24731 17,6% 0,20260 0,24732 18,1% 400 18,0% 0,20295 0,24731 17,9% 0,19608 0,24732 20,7% 600 20,7% 0,19617 0,24731 20,7%

  KESIMPULAN

  Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh simpulan sebagai berikut, bahwa ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia(Ten) Steenis) memiliki aktivitas antikolesterol secara in vitro yang paling besar yaitu sebesar 20,7% pada konsentrasi 600 ppm, sedangkan pada konsenstrasi 400 ppm hanya dapat menurunkan kadar kolesterol sebesar 18,0 % dan konsentrasi 200 ppm sebesar 17,7%.

DAFTAR PUSTAKA

  Anonim. 2010. Tentang Manfaat Tanaman Binahong. Diakses tanggal 25 Agustus 2015. Adi, Lukas Tarsono. 2008. Tanaman Obat & Jus Untuk Penyakit Jantung, Hipertensi dan Stroke. Jakarta : Agromedia

  Pustaka

  Anief , M. 1987. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

  Baron, D. N. 1995. Patologi Klinik. Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC David G. Watson. 2005. Analisis Farmasi : Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi. Jakarta :

  Penerbit Buku Kedokteran EGC Departemen Kesehatan RI. 1980. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Jakarta : Departemen Kesehatan Replubik

  Indonesia Departemen Kesehatan RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Ganong, William F. 2013. Buku Ajar Fisiolois Kedokteran. Jakarta : EGC Goodman dan Gilmans. 2001. The Pharmacological Basic of Therapeutic. Edisi 10. USA : Mc Graw-Hill th Guyton, A. C. dan Hall, J. E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11 ed. USA: Elsevier Saunders Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Diterjemahkan oleh Sujatmi. Bandung : ITB Press Hariana, Arief H. 2013. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya Hirano, T., Yoshino, G., dan Adachi, M. 2001. Doxazosin reduces prevalence of small dense LDL and remnant-like particle cholesterol levels in nondiabetic and diabetic hypertensive patients. Am. J. Hypertens. 14 : 908-13 Karyadi, Elvina. 2002. Kiat mengatasi Penyakit. Jakarta : PT. Intisari Mediatama Markham, K. R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Diterjemahkan oleh Padmawinata, K. Bandung : ITB Mulja, M. dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya : Airlangga University Press Nalole, R., Djide, M. N., Wahyudin, E., dan Makhmud, A. I. 2009. Uji In Vitro Penurunan Kadar Kolesterol Oleh Sari

  Kedelai Hitam (Glycine max Merr). Majalah Farmasi dan Farmakologi. 20 (3). Makasar : Universitas Hasanuddin Nilawati, Sri. 2008. Care Your Self Kolesterol. Bogor : Wisma Hijau Bogor Ochani, C. Pooja dan Meila, P. D. 2009. Antioxidant and Antihiperlipedemic Activity of Hibiscus Sabdariffa Linn.

  Leaves and Calyces Ekstraks in Rats. Indian Journal Of Experimental Biology. 47. (4) : 276-282 Roskoski, R. 1996. Biochemistry. United State of America: W. B. Saunders Company Setiaji A. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Petroleum Eter, Etil, Asetat dan Etanol, 70% Rhizoma Binahong

  (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Staphylococcusaureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 11229 serta Skrining Fitokimianya. Skripsi. Surakarta : Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta Tjay, T. H. dan Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting, Khasiat Penggunaan dan Efek Samping. Edisi IV. Jakarta :

  Gramedia Underwood dan Day, Jr. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Diterjemahkan oleh Pudjaatmaka. Edisi V. Jakarta : Erlangga Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM-Press Winarno F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Winarno, F. G., Ferdiaz, S., dan Ferdiaz, D. 2008. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta : PT. Gramedia