PENTINGNYA MANAJEMEN KEUANGAN SEBAGAI ALAT EVALUASI KINERJA KEUANGAN UMKM DI INDONESIA PADA ERA AEC 2015

  

PENTINGNYA MANAJEMEN KEUANGAN SEBAGAI

ALAT EVALUASI KINERJA KEUANGAN UMKM DI INDONESIA

PADA ERA AEC 2015

  Oleh : Riswan

  E-mail:

  

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT

  

This study aims to analyse : firstly, factors should be awared by SMEs in AEC era 2015,

secondly, main problems encountered by SMEs in AEC era 2015, and thirdly, recognize the

importance of financial management as a tool to evaluate the business financial performance

of SMEs in Indonesia. Conducting this study by reviewing some previous studies, the results

show that factors should be awared by SMSs in AEC era 2015 consist of : high level of povery,

high jobless, unequal revenue distribution, etc. These factors create low level of competitive

power for SMEs. To solve those problems, SMEs should create their staregy through

profesional financial management and marketing as well. This condition will rise the export

and investment activities, therefore in can create new job vacancy and support the

sustainability developement.

  Keywords : SMSs, financial managenet, performance evaluation, AEC 2015

PENDAHULUAN

Latar Belakang

  Usaha kecil dan menengah adalah sebuah usaha yang mengacu ke usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih. Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI Nomor:. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

  

  UKM merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah, begitu juga dengan negara Indonesia ukm ini sangat memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. UKM ini juga sangat membantu negara/pemerintah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan lewat ukm juga banyak tercipta unit unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Selain dari itu ukm juga memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar. UKM ini perlu perhatian yang khusus dan di dukung oleh informasi yang akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar.

  

  Dalam menghadapi persaingan di Zaman Era Globalisasi yang sedang bergulir tahun 2014, UKM Republik Indonesia dituntut untuk melakukan restrukturisasi dan reorganisasi dengan tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen yang makin spesifik, berubah dengan cepat, produk berkualitas tinggi, dan harga yang murah . Salah satu upaya yang dapat dilakukan UKM adalah melalui hubungan kerjasama dengan Usaha Besar.

  

PEMBAHASAN Usaha Kecil Menengah, Kurangi Angka Pengangguran

  Munculnya unit usaha kecil menengah tidak hanya memberikan dampak positif bagi pendapatan masyarakat, namun juga membantu penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Problematika mengenai angka pengangguran di Indonesia tentu bukan hal baru lagi bagi masyarakat kita. Bahkan menurut Badan Pusat Statistik (Maret 2011), saat ini terdapat lebih dari 8,13 juta jiwa atau setara dengan 6,8 persen pengangguran yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini menjadi salah satu bukti nyata bahwa tingkat pengangguran di negara kita masih cukup tinggi, meskipun jumlah tersebut sudah mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya

  Rendahnya daya serap tenaga kerja di Indonesia membuat kondisi tersebut belum bisa diselesaikan secara tuntas oleh pihak pemerintah maupun instansi terkait lainnya. Karena itulah dibutuhkan solusi tepat untuk mengurangi jumlah pengangguran yang setiap harinya menunjukan peningkatan. Salah satunya yaitu dengan mendorong laju pertumbuhan ekonomi di seluruh penjuru Indonesia.

  Munculnya unit usaha kecil dan menengah ternyata tidak hanya memberikan dampak positif bagi pendapatan masyarakat, namun juga sangat membantu penyerapan tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Meskipun para pelaku UKM masih sering mendapat kendala khususnya di bidang permodalan, namun kontribusi menengah terhadap penyediaan lapangan kerja cukuplah tinggi, bahkan diperkirakan bisa memberikan peluang kerja bagi 96.211.000 masyarakat, dan menjadi donatur Pendapatan Domestik Bruto (PDB) hingga mencapai 56,53%.

  Sejak tahun 2008 sampai 2011, tercatat ada sekitar 52,77 juta unit UKM di Indonesia yang telah memberikan lapangan pekerjaan cukup besar bagi masyarakat lokal yang ada di sekitar lokasi usaha. Kondisi ini tentu merupakan kabar bagus bagi perekonomian Indonesia, mengingat UKM berperan penting sebagai saka guru dan penyelamat perekonomian nasional sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998-1999.

  Tumbuhnya UKM-UKM di Indonesia menjadi langkah awal bagi perbaikan ekonomi nasional hingga akhirnya target pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan menjadi 8% di tahun 2014 bisa segera terwujud dengan penciptaan lapangan kerja bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia

  Memperkuat UMKM Indonesia Dalam Menghadapi AEC 2015

  Indonesia kini berada di tengah arus perdagangan global, menutup diri dari dunia yang dinamis dan sangat terbuka bukan pilihan terbaik di era globalisasi ini. Menjelang AEC (ASEAN Economic Community) 2015 mendatang, kalangan bisnis, pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama berperan aktif dalam peningkatan daya saing Indonesia. (Astari Wirastuti, Perbincangan mengenai AEC 2015 menjadi topik hangat yang sering dibicarakan.

  

Asean Economic Community (AEC) sendiri merupakan perjanjian kerjasama di bidang

  ekonomi antar negara ASEAN yang memungkinkan negara ASEAN saling terlibat dalam perdagangan bebas. Dengan demikian barang-barang impor dari negara ASEAN akan masuk ke pasar Indonesia dengan kualitas dan harga yang kompetitif karena tidak dikenakan tarif. Itu sebabnya sosialisasi mengenai AEC 2015 perlu diketahui oleh pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) agar mempersiapkan diri menghadapi AEC mendatang.

   Ibu Astari menjelaskan bahwa AEC bukan konsep yang tiba-tiba muncul.

  Pembicaraan mengenai AEC di forum-forum ASEAN telah dimulai sejak tahun 2007. Ia menjelaskan bahwa AEC memiliki empat pilar, yaitu kesatuan pasar dan produksi (pasar bebas ASEAN), wilayah ekonomi ASEAN yang kompetitif, pembangunan ekonomi yang merata, dan integrasi penuh ASEAN terhadap perekonomian global. Di antara keempat pilar tersebut, pembangunan ekonomi yang merata pada pilar ketiga merupakan asas pen dukung perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM). “AEC memang akan menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi karena persaingan tidak hanya terjadi antar produk lokal tetapi antar produk negara ASEAN. Akan tetapi kita perlu memandang persaingan dari persfektif lain. Persaingan sebenarnya ajang bagi kita untuk mengukur kualitas dan kemampuan diri untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan.” Jelas Bu Astari. “Mungkin kita masih ingat seperti apa bentuk SPBU dan kualitas layanan Pertamina sebelum adanya persaingan? Setelah Petronas dan Shell masuk, kualitas layanan SPBU kita meningkat.” Hal serupa dibenarkan oleh Pak Martin Wijaya. Ia menambahkan, “Adanya persaingan membuka kesadaran sehingga kita terdorong untuk terus memperbaiki kualitas pelayanan ke pada konsumen.”

  Sebagai wujud meningkatkan daya saing Usaha Kecil Menengah di pasar ASEAN, pemerintah memberlakukan prosedur bea cukai yang lebih sederhana, sistem self-

  ceritification , dan harmoni

  sasi standar produk. “Prosedur bea cukai yang lebih sederhana memungkinkan pengiriman barang ke negara ASEAN yang lebih efisien sehingga menghemat biaya, waktu, dan melindungi kepentingan dan pendapatan eksportir. Sementara itu sistem Self-certification memungkinkan setiap pelaku usaha menyatakan bahwa produk mereka telah memenuhi kriteria ASEAN cukup dengan menghadirkan bukti faktur komersial yang telah tersertifikasi.” Kata Bu Astari. “Adapun sistem harmonisasi standar produk dimaksudkan untuk merampingkan dan menyelaraskan standar prosedur di semua sektor bisnis. Semua prosedur tersebut ditujukan untuk memberi kemudahan kepada para pelaku usaha melakukan ekspor ke berbagai negara ASEAN.” “Akan tetapi, upaya dari pemerintah saja tidaklah cukup. Agar UKM mampu bersaing di pasar ASEAN, maka kerjasama antar pemerintah, akademisi, dan pengusaha harus terjalin sinergis. Pengusaha UMKM dihimbau lebih proaktif untuk mencari tahu berbagai informasi yang berkaitan dengan meningkatkan daya saing produk, menyampaikan kebutuhan kepada pemerintah melalui forum komunitas bisnis, serta antusias mengikuti program yang pemerintah selenggarakan.” Saran Ibu Astari.

  Pada kesempatan yang sama, Pak Martin menyampaikan tips agar UKM mampu berdaya saing di ranah ASEAN. “Salah satu hal yang perusahaan kami terapkan adalah menjunjung tinggi transparansi dengan seluruh mitra bisnisnya. Kejujuran itu penting dalam bisnis agar usaha berjalan secara berkesinambungan” Terangnya. “Sebagai contoh, saya beli melon dari petani seharga Rp 7.000, namun saya menjual melon ke supermarket seharga Rp 20.000. Mengapa ? karena ada proses distribusi dari petani menuju supermarket. Ada proses pemberian label, pengemasan produk, hingga pengangkutan dari gudang ke supermarket. Kami memastikan semua pihak yang terlibat harus mendapat keuntungan. Jika tidak keberlangsungan usaha akan terancam.” Pak Martin juga menyampaikan lima hal penting yang harus diperhatikan pelaku usaha agar berdaya saing, yaitu menyediakan pelayanan berorientasi konsumen, melakukan diversifikasi produk, membangun brand untuk menciptakan persepsi, memperluas pasar dengan membangun jaringan dan berkolaborasi dengan berbagai pihak, serta melakukan investasi teknologi untuk menghemat biaya produksi.

  

Forum AFEC 2013 di Nusa Dua Badung Bali, Suatu Prospek yang Baik Untuk

Penguatan UKM IndonesiaTahun 2014

  UKM di Indonesia, sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UKM diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas. Para enterpreniur UKM mendapat angin segar untuk terus mengembangkan produk usahanya, sebagaimana salah satu kesepakatan pertemuan para menteri koperasi/UKM dari anggota APEC, dalam pertemuan tingkat menteri- menteri UKM se-Asia Pasifik ke-20 pada tanggal, 2-7 September 2013 di Nusa Dua, Badung Bali. Negara-negara yang tergabung dalam APEC sepakat untuk mendorong pelaku UKM agar bisa meningkatkan arus ekspor-impor dari dan ke negara, artinya sebagai konsekuensi dari integrasi ekonomi, telah terbuka peluang cukup lebar untuk melakukan penetrasi pasar, baik bagi pelaku UKM termasuk dari Indonesia ke negara lainnya atau sebaliknya dari negara lain ke Indonesia. http://www.google.com

  Bagi Indonesia pentingnya peningkatan kapasitas UKM melalui fasilitasi, utamanya dalam mengantisipasi gejolak ekonomi global dewasa ini, telah menjadi suatu prioritas, dan menjadikannya sebagai salah satu usulan topik bahasan dalam agenda APEC tersebut. Indonesia juga telah merumuskan langkah kongkrit untuk peningkatan kapasitas pelaku UKM, pada pertemuan KTT APEC 2013, yang intinya bermuara pada fasilitasi kepada para pelaku UKM agar bisa meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi persaingan global. Melalui APEC tersebut, Indonesia juga menjajaki kerja sama pengembangan UKM dalam berbagai bidang dengan sejumlah negara-negara anggota APEC, di antaranya China Taipeh, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, dan Jepang. Penguatan UKM sebagai bantalan dalam menjamin pertumbuhan ekonomi regional merupakan langkah terobosan yang diinisiasi Indonesia karena UKM terbukti paling resisten mampu bertahan dari guncangan ekonomi global.

  http://www.google.com

  Semakin majunya perkembangan volume kerjasama ekonomi APEC khususnya dalam peningkatan penguatan UKM menempatkan posisi strategis mengingat sekitar 60 persen PDB dunia atau kurang lebih 40 triliun dollar AS disumbangkan oleh negara yang tergabung dalam APEC, dengan total penduduk mewakili 40 persen penduduk dunia. Dari sektor perdagangan, separuh (hampir 50 persen) dari pangsa pasar ekspor-impor dunia juga dikontribusikan oleh negara-negara yang tergabung dalam APEC. Dari data statistik menunjukkan bahwa, dalam kurun 1989-2011, nilai perdagangan kawasan APEC meningkat terus mencapai angka kurang lebih 20 triliun dollar AS dengan penurunan tariff yang dapat ditekan hingga 5 persen. Kerjasama ekonomi APEC juga berhasil meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 10,8% dalam kurun waktu 1 dekade (1999-2009) sehingga tingkat kemiskinan di kawasan APEC dapat ditekan dan berkurang 35% sepanjang 1999-2009. http://www.google.com

  Dengan adanya penguatan UKM diharapkan dapat menjawab berbagai persoalan terkait dengan menjaga pertumbuhan ekonomi ditengah krisis keuangan global, mengatasi masalah penyerapan tenaga kerja dan mengatasi masalah pengurangan kemiskinan.Forum APEC yang diadakan di Bali, dapat dijadikan momentum untuk melakukan penjajakan dan pengembangan kerja sama bilateral dengan enam negara anggota APEC, seperti dengan China Taipeh, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, dan Jepang. Pengembangan kerjasama dan penguatan UKM dalam kerangka saling menguntungkan dan kesetaraan diyakini akan mampu menggerakkan roda perekonomian regional yang akan berkonstribusi positif dalam memastikan ekonomi jajaran APEC memiliki ketahanan yang lebih tinggi (resilience) serta menjadi engine (mesin pertumbuhan) bukan hanya di kawasan tetapi juga di dunia. Di samping hal tersebut, forum APEC diharapkan dapat menjadi wahana meningkatkan kerjasama mutual benefit bagi para anggotanya, kisah sukses penerapan program penumbuhan kewirausahaan di Indonesia bisa dijadikan "best practice" yang ditawarkan kepada negara anggota APEC lain yang tertarik untuk menggali pengalaman soal itu. Dilain pihak, kisah sukses negara mitra dalam pengembangan UKM juga dapat dimanfaatkan oleh Indonesia.

  Bagi Indonesia peran strategis UKM dalam struktur perekonomian sangat penting untuk ditingkatkan konstribusinya melalui penguatan UKM sebagai sektor usaha yang tidak berkaitan ataupun memiliki utang luar negeri terbukti berdaya tahan tinggi menghadapi krisis ekonomi, karena sektor usaha ini menggunakan input lokal hampir 99,99 persen. Sampai saat ini menunjukkan, sektor UKM di Indonesia juga merupakan pelaku usaha terbesar dari sisi jumlah unit usaha yang mencapai 99% dari total pelaku usaha nasional pada tahun 2012.Sebanyak 54.559 unit usaha atau 98,82% di antaranya merupakan usaha mikro dengan aset maksimal Rp 50 juta dan omzet per tahun maksimal Rp 300 juta.Kontribusi UMKM terhadap penciptaan PDB (produk domestik bruto) nasional menurut harga berlaku, tercatat mencapai 57%

  Dengan demikian UKM juga merupakan pemasok bagi perusahaan yang berorientasi ekspor sehingga usulan Indonesia untuk menjadikan penguatan UKM sebagai salah satu usulan bahasan dalam APEC 2013, merupakan langkah tepat yang perlu mendapatkan dukungan internal, khususnya dalam mempersiapkan langkah-langkah konkrit agar prospek UKM Indonesia memiliki daya saing dan perluasan penetrasi pasar guna memenangkan persaingan global. Upaya-upaya untuk terus meningkatkan daya saing produk UKM dan meningkatkan penetrasi pasar internasional merupakan suatu keniscayaan, berbagai langkah perlu terus ditingkatkan dalam memacu kreativitas dan inovasi yang tinggi terutama dalam penyajian desain, sebagai keunggulan UKM Indonesia, apalagi bila dikaitkan dengan kearifan budaya lokal, Indonesia mempunyai potensi disain yang lebih kaya

  Sukses Indonesia dalam mengembangkan KUR sebagai akses pembiayaan UKM perlu terus ditingkatkan penyebarannya, guna menjawab permasalahan lambannya akumulasi kapital di kalangan UKM. Kalangan perbankan terus didorong untuk menjadi pelopor mengembangkan potensi perekonomian dengan menumbuhkan wirausahawan melalui dukungan akses permodalan bagi pengembangan wirausaha baru di sektor UKM. Kesatupaduan langkah perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan kapasitas UKM lewat workshop atau pelatihan manajerial yang diarahkan agar mampu mendorong penguatan produk UKM yang berorientasi ekspor dengan mutu yang lebih berkualitas dan sesuai pasar atau keinginan konsumen. Daya saing UKM yang tinggi hanya ada jika ada keterkaitan antara yang besar dengan yang menengah dan kecil. Oleh sebab itu, melalui kemitraan dalam bidang permodalan, kemitraan dalam proses produksi, kemitraan dalam distribusi, masing-masing pihak perlu terus dikembangka

  Menyusun Perencanaan Keuangan

  Bisnis usaha kecil biasanya merupakan bisnis yang dilakukan secara tradisional, mengalir begitu saja sesuai dengan kebiasaan dan naluri pelakunya. Tetapi sesungguhnya menjalankan usaha kecil tidak terlepas dari perencanaan bisnis yang matang. Salah satu perencanaan yang penting bagi kelangsungan usaha kecil adalah merencanakan keuangan bisnis usaha kecil.(William Lee,2011)

  Banyak usaha kecil yang sebenarnya memiliki prospek bagus dan memiliki potensi keuntungan besar, akhirnya gagal karena perencanaan dan penggunaan keuangan yang kurang baik. Perencanaan keuangan merupakan suatu proses penetapan tujuan, membangun suatu rencana untuk mencapainya dan melaksanakannya sesuai rencana.

  Perencanaan keuangan juga merupakan proses mengelola uang dan belajar tentang proses perencanaan keuangan. Orang yang mapan secara financial tidak mungkin tercipta dalam semalam, mereka mempunyai sebuah perencanaan keuangan yang baik dan tentu saja melaksanakannya.

  Merencanakan keuangan bisnis adalah aktivitas yang penting untuk membuat arus kas berjalan secara baik dan benar. Dengan perencanaan keuangan yang baik, maka anda dapat mengontrol aliran dana dan mengevaluasinya secara mudah dan terukur.

  Membuat proyeksi keuangan memang tidak mudah, apalagi jika anda baru mulai usaha. Awalnya akan banyak angka-angka yang meleset, namun dengan berjalannya waktu dan penyesuaian berkala maka anda akan mencapai proyeksi keuangan yang cukup realistis. Proyeksi keuangan dapat anda gunakan untuk memperkirakan kemampuan anda dalam mengembalikan pinjaman dan membuat perencanaan bisnis (business plan , William Lee,2001 ).

  Komponen-komponen yang diperlukan untuk menyusun rencana keuangan dalam bisnis usaha kecil, yaitu :

1. Arus Kas Positif 2.

  Dana Darurat (emergency Fund) 3. Proteksi pendapatan (Asuransi Jiwa) 4. Proteksi Tempat Usaha 5. Dana Pensiun

  Langkah-langkah Perencanaan : 1. Tetapkan Tujuan Keuangan yang Cerdas 2.

  Menganalisis Aliran Uang 3. Membuat Peta Keuangan 4. Mewujudkan Rencana Keuangan 5. Menganalisis dan Meninjau Ulang Rencana

  

KESIMPULAN

1.

  Dengan adanya diselenggarakan APEC 2013, diharapkan dapat dijadikan peluang bagi penguatan UKM , pemasaran, dan kemitraan usaha menjadi satu strategi sehingga dapat ditransformasikan mendukung penciptaan lapangan kerja, peningkatan investasi, dan ekspor Indonesia dalam mendukung Prospek pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan adil di tahun 2014.

  2. Pelaku usaha perlu merubah mind set dalam memandang AEC 2015, bahwa AEC bukan sebuah ancaman bagi pelaku usaha melainkan ajang untuk mengevaluasi kinerja usaha sehingga mampu melakukan perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan. Harapannya, baik pemerintah maupun pelaku usaha harus terus menjalin dialog yang berkelanjutan sebagai basis pembuatan kebijakan. Keduanya harus saling membahu demi kemajuan negara, khususnya dalam menyongsong AEC 2015 mendatang.

  3. Tercapainya penerapan manajemen keuangan sebagai perencanaan dan pengendalian dapat digunakan sebagaialat evalausi kinerja keuangan usaha KUKM di Indonesia khususnya dalam era AEC 2015..

DAFTAR PUSTAKA

  http://nonregulerfeunwar.blogspot.com/2014/02/prospek-usaha-kecil-dan menengah-ukm.html William Lee, Manajemen Keuangan Usaha Kecil