KALKULASI HARGA POKOK PENJUALAN PADA UD PONDOK MEKAR

  

KALKULASI HARGA POKOK PENJUALAN PADA

UD PONDOK MEKAR

Diajukan oleh :

AMIR SARDI

  

Email

Pembimbing I :

CHAHYONO

  

Email :

Pembimbing II :

ARIFUDDIN MANE

  

Email :

Prodi Management Faculty of Economics

Bosowa University Makassar

  

ABSTRACT

Amir Sardi, 2015. Thesis. Calculation of Cost of Goods Sold Analysis Furniture at

Pondok Mekar UD. (guided by Chahyono as a supervisor I and HA Arifuddin Mane II).

This study aims to determine whether the determination of the cost of furniture can

increase its profit. These studies are conducted from June to September 2015 in

Makassar, given UD cottage Bloom is one of the commercial enterprise engaged in the

manufacture of furniture which aim to meet consumer demand in particular regions of

Makassar Makassar and outside in general.

Cost of Goods Sold is any cost incurred in order to create a product being ready for sale.

Or in other words, the Cost of sales is the cost involved in the manufacture of goods or

which can be linked directly to the process that brings merchandise ready for sale.

Tools for analyzing the calculation of cost of goods sold using HPP analysis, Cost Plus

Pricing and Break Even Point. The financial ratio used is the ratio of profitability. Data

analyzed are operational costs, fixed costs and production costs from 2010 to 2014. Based

on the research that has been done on the cottage Mekar UD that Penentuah classified as

cost of goods sold furniture can increase profits.

  • ----------------------- Keywords: Cost of Sales, Cost Plus Pricing and Break Even Point.

  PENDAHULUAN

  Perkembangan Perusahaan Meubel di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan meubel yang melakukan kegiatan usaha pada sektor tersebut di pasaran. Pada sisi lain semakin banyaknya perusahaan yang bergerak dalam sektor meubel tersebut menjadikan usaha pada sektor tersebut menjadi salah satu sektor unggulan di Indonesia. Apalagi pangsa pasar produk meubel ini tidak hanya terbatas untuk kalangan tertentu seperti produk industri yang lain. Faktor lain yang mendukung untuk perkembangan perusahaan meubel yaitu ketersediaan bahan baku yang tersebar luas di wilayah Indonesia.

  UD Pondok Mekar Makassar, sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan meubel aktivitas pengolahan meubel membutuhkan pengawasan terkait dalam proses produksi maka dibutuhkan pengalokasian biaya yang tepat sehingga aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien

  Pada tahun 2010, jumlah produksi meubel yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan UD Pondok Mekar Makassar adalah sebanyak 1.330 unit dari yang diperoleh, tahun 2010 tersebut kondisi penjualan sangat lemah karena kondisi perekonomian Indonesia pada saat itu tidak menentu sehingga perusahaan agak kesulitan dalam memasarkan hasil produksinya. Kondisi berimbas pada tahun 2011 dimana produksi meubel yang dapat dihasilkan perusahaan meskipun meningkat namun belum optimal karena hanya mencapai 2.124 unit sehingga kenaikannya hanya sebesar 40,11 %.

  Pada tahun 2012 menunjukkan kenaikan produksi namun penjualannya sangat kecil, yaitu mencapai 2,510 unit atau sebanyak 4,37 % dari keterangan yang diperoleh dari pihak perusahaan diketahui bahwa peningkatan produksi meubel yang cenderung kecil adalah akibat tingginya biaya-biaya produksi khususnya meningkatnya harga kayu dan bahan lainnya sehingga perusahaan harus menetapkan harga meubel lebih tinggi dari harga sebelumnya agar tidak menderita rugi.

  Demikian pula pada tahun 2013 walaupun terlihat adanya peningkatan jumlah produksi dan penjualan namun terlihat peningkatan produksinya cenderung kecil, hanya mencapai 2.610 unit atau sebanyak 7,90 %. Kenaikan produksi tersebut dibanding tahun 2012 hanya berjumlah 200 unit dibanding dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produksi cenderung kecil. Hal ini disebabkan harga bahan baku produksi masih tetap tinggi sehingga pihak perusahaan memutuskan tidak terjadi penurunan harga pada harga meubel.

  Pada tahun 2014, produksi dan penjualan meubel yang dapat dilakukan perusahaan UD Pondok Mekar Makassar terlihat kembali mengalami kenaikan, karena jumlah produksi penjualan meubel yang dapat dicapai berjumlah 3.430 unit sehingga kenaikan produksi yang terjadi sebesar 25,64 % dengan demikian dibanding tahun 2013 kenaikan yang terjadi terhadap produksi meubel mengalami peningkatan yang cukup besar terhadap produksi dan penjualan meubel perusahaan disebabkan karena adanya intervensi pasar yang dilakukan dengan mengupayakan memasarkan meubel keluar daerah meskipun terjadi peningkatan biaya penjualan namun tetap dapat memperoleh laba yang layak karena didukung dengan adanya peningkatan dalam penentuan harga.

  Langkah awal dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan perencanaan keuangan adalah peramalan penjualan, yaitu merupakan ramalan unit dan nilai uang penjualan suatu perusahaan. Penyusunan perencanaan keuangan apabila disajikan dengan benar, maka informasi tersebut akan berguna bagi pihak manajemen perusahaan dalam rangka pengembangan usaha yang dilakukan. Apabila perencanaan keuangan dilakukan secara tepat maka pihak manajemen perusahaan mampu untuk berusaha secara maksimal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

  Uraian yang dikemukakan diatas memberi gambaran bahwa pada dasarnya produksi dan penjualan meubel pada UD Pondok Mekar Makassar mengalami kenaikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir, namun kenaikan penjualan yang terjadi cenderung rendah jika melihat potensi sumber daya manusia dan peralatan oleh perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik mengangkat judul

  “Analisis Kalkulasi Harga Pokok Penjualan Pada UD Pondok Mekar”

TINJAUAN PUSTAKA

  a. Pengertian Manajemen Keuangan

  Pengertian manajemen keuangan selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan dan tujuan yang hendak dicapai. Manajemen keuangan merupakan fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya dalam suatu perusahaan, seperti fungsi pemasaran, fungsi produksi dan fungsi personalia karena manajemen keuangan merupakan fungsi yang bertanggung jawab pada masalah kelangsungan hidup perusahaan serta bagaimana mendapatkan dan mengalokasikan dana perusahaan secara efisien dan efektif sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

  Berdasarkan hal tersebut di atas dan melihat perkembangan dunia usaha dewasa ini, maka banyak perusahaan baik yang dikelolah oleh pemerintah maupun swasta yang bergerak diberbagai bidang usaha selalu memberi perhatian yang lebih besar terhadap masalah keuangan perusahaan, khususnya pengelolaan sumber dan penggunaan dana. Untuk memberikan batasan mengenai pengertian manajemen keuangan, maka terlebih dahulu harus diketahui fungsi dan tugas manajemen keuangan. Berikut ini beberapa batasan yang dikemukakan oleh penulis, antara lain:

  Munawir (2010:3), mengemukakan bahwa : “Manajemen keuangan meliputi semua aktivitas yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin”.

  b. Pengertian Harga Pokok Penjualan

  Harga pokok penjualan (HPP) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual, atau bisa dikatakan penghitungan harga pokok penjualan merupakan perbandingan antara seluruh harga yang di keluarkan untuk mendapatkan barang yang di jual dengan hasil dari barang-barang yang di jual/penjualan (nilai-nilai dan harga jual).

  Mulyadi (2013:135) mengatakan Harga Pokok Penjualan adalah segala

  cost yang timbul dalam rangka membuat suatu produk menjadi siap untuk dijual. Atau dengan kalimat lain, Harga Pokok penjualan adalah cost yangterlibat dalam proses pembuatan barang atau yang bisa dihubungkan langsungdengan proses yang membawa barang dagangan siap untuk dijual. Ada dua manfaat dari harga pokok penjualan : 1) Sebagai patokan untuk menentukan harga jual. 2) Untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan.

  Apabila harga jual lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian. Unsur-unsur itu antara lain: 1) Persediaan awal barang dagangan; 2) pembelian; 3) biaya angkut pembelian; 4) retur pembelian dan pengurangan harga; 5) potongan pembelian

  Komponen lain dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan yaitu biaya angkut, retur pembelian, potongan pembelian, dan sebagainya. Namun komponen-komponen ini tidak menjadi masalah atau tidak mempengaruhi dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan. Jika tidak terdapat biaya angkut, retur pembelian, potongan pembelian, dan sebagainya maka Harga Pokok Penjualan masih tetap dapat dhitung.

  Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan sebagai berikut :

  HPP = Barang tersedia untuk dijual

  • – Persediaan Akhir Ket : Barang tersedia untuk dijual = Persediaan Barang dagangan awal + Pembelian bersih
  • – Pembeliaan bersih = (Pembelian + biaya angkut pembelian ) (ReturPembelian + Potongan Pembelian) Cara lain dalam menghitung Harga Pokok Penjualan 1) persediaan barang dagangan awal (+) 2) pembelian barang dagangan (+) 3) beban angkut pembelian (+)

  4) retur pembelian dan pengurangan harga (–) 5) potongan pembelian (–) 6) persediaan barang dagangan akhir (–)

METODOLOGI PENELITIAN

  Penelitian ini dilakaukan di UD Pondok Mekar Makassar, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif, fokus penelitian tentang kalkulasi harga pokok penjualan, dengan menggunakan analisis PHP, break event

  

point dan cost plus pricing, dan teknik pengumpulan data menggunakan teknik

pengamatan lapangan dan wawancara.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Untuk dapat menganalisis kalkulasi penjualan meubel menggunakan metode analisis harga pokok penjualan (HPP), Break Even Ponit (BEP) dan cost plus

  

pricing. Dengan mengetahui perubahan yang terjadi pada masing-masing biaya,

maka dapat diketahui perubahan laba UD Pondok Mekar.

a. Analisis Harga Pokok Penjualan (HPP)

  Harga pokok penjualan adalah hasil perkalian antara perputaran persediaan dengan rata-rata persediaan selama satu periode tertentu. Adapun Rumus harga pokok penjualan sebagai berikut:

  Berdasarkan data harga pokok pengujualan UD Pondok Mekar diatas besarnya margin laba berdasarkan harga pokok penjualan dengan menggunakan metode HPP (Harga Pokok Penjualan ) yaitu :

  HPP = Persedian awal + Pembelian bersih – Persediaan akhir

1) Tahun 2010

  HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan Akhir 11.200.000 + 20.450.000

  • – 5.600.000= 26.050.000 2) Tahun 2011

  HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih

  • – Persediaan Akhir 6.700.000+ 22.920.000
  • – 4.700.000 = 24.920.000

3) Tahun 2012

  HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih

  • – Persediaan Akhir 4.700.000 + 26.340.000
  • – 5.600.000 = 25.440.000 4) Tahun 2013

  HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih

  • – Persediaan Akhir 5.600.000 + 31.200.000
  • – 7.900.000 = 28.900.000 5) Tahun 2014

  HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih

  • – Persediaan Akhir 7.900.000 + 31.200.000
  • – 6.550.000 = 32.550.000

  TABEL 1 HASIL PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN 2010 - 2014 Tahun Harga Pokok Penjualan 2010 26.050.000 2011 24.920.000 2012 25.440.000 2013 28.900.000 2014 32.550.000

   Sumber : Hasil pengolahan, 2015

  Berdasarkan dari hasil perhitungan total bersih masing-masing setiap tahun yang tertera dalam tabel 4.7 dari semua hasil keseluruhan harga pokok penjualan mulai tahun 2010 sampai tahun 2014. Pada tahun 2010 hasil total harga pokok penjualan mencapai Rp 26.050.000 dimana pada tahun 2011 mengalami penurunan dengan total harga pokok penjualannya yaitu Rp 24.920.000 karena biaya bahan baku berfluktuasi, dan dilihat tahun 2012 sudah mencapai Rp 25.440.000 dan sudah mengalami kenaikan dilihat dari tahun 2011. Pada tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya masing-masing sebesar Rp 28.900.000 dan Rp 32.550.000.

b. Analisis Cost Plus Pricing Method

  Dalam menentukan harga suatu produk bisa berdasarkan prilaku biaya dalam hal menggunakan pendekatan cost plus pricing, hal ini dapat mengurangi ketidakpastian jika kita menerima pesanan atau order dibawah harga yang telah ditentukan dengan cara menghubungkan biaya dan penambahan laba yang diinginkan. Berdasarkan tabel 4.6 tentang data biaya variabel dan biaya tetap yang dikeluarkan oleh UD Pondok Mekar, maka penulis dapat menghitung harga jual dengan pendekatan cost plus pricing seperti dibawah ini :

  1) Tahun 2010 Harga jual = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba yang diinginkan

  ( 1.041.618 + 16.470.000 ) + (26% x 17.511.618 ) = 22.064.639 2) Tahun 2011

  Harga jual = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba yang diinginkan ( 875.248 + 16.470.000 ) + ( 28% x 17.345.248 ) = 22.201.917

  3) Tahun 2012 Harga jual = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba yang diinginkan

  ( 914.862 + 16.085.000 ) + ( 34% x 16.999.862 ) = 22.779.815 4) Tahun 2013

  Harga jual = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba yang diinginkan ( 1.040.806 + 16.880.000 ) + ( 40% x 17.920.806 ) = 25.089.128

  5) Tahun 2014 Harga jual = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba yang diinginkan

  ( 848.776 + 16.880.000 ) + ( 41% x 17.728.776 ) = 24.997.573

  TABEL 2 PERHITUNGAN COST PLUS PRICING 2010

  • – 2014

  Tahun Cost Plus Pricing

  2010 22.064.639 2011 22.201.917 2012 22.779.815 2013 25.089.128 2014 24.997.573

   Sumber : Hasil pengolahan, 2015

  Dari hasil perhitungan diatas maka harga jual yang ditetapkan oleh UD Pondok Mekar Makassar dengan pendekatan cost plus pricing dari tahun 2010 sampai tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.8. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa selama tahun 2010

  • – 2012 penggunaan biaya tidak terlalu mengalami perubahan cukup tinggi sedangkan tahun 2013-2014 mengalami kenaikan biaya sehingga harga jualnya pun mengalami kenaikan.

c. Analisis Metode BEP ( Break Event Point )

  Perhitungan sales BEP pada produk tunggal pada prinsipnya sama perhitungan BEP multi produk yang membuatnya berbeda adalah perhitungan

  sales BEP masing-masing produk. Sales BEP masing-masing produk

  tergantung kepada sales BEP total atau sales BEP perusahaan. Artinya lebih dahulu menetapkan sales BEP total.

  Berdasarkan tabel 4.5. dan tabel 4.6. maka kita dapat menghitung Break

  Event point(BEP) keseluruhan produksi meubel UD Pondok Mekar untuk lima tahun terakhir.

1) Tahun 2010

  Sales rata-rata = (560 x 700)+(610 x 200)+(560 x 2.300) = Rp.1.041,618 1.730

  VC rata-rata = (560 x 480) + (610 x 155) + (560 x 1.215) = Rp 603.324 1.730

  Contribution Margin rata-rata per unit Rp. 438.295 BEP total (Unit) = Total FC seluruh produk = 16.470.000 = 37.58 unit

  CM rata-rata 438.295 BEP total (Rp) = 37.58 x 1.041.618 = Rp. 39.144.004.44

  a) BEP Produk Meja Dalam Rp = 560 x 39.144.004.44 = 12.526.081,42

  1.730 Dalam unit = 560 x 37.58 unit = 12.03 unit

  1.730

  b) BEP Produk Kursi Dalam Rp = 610 x 39.144.004.44 = 13.700.401.554

  1.730 Dalam unit = 610 x 37.58 unit = 13.15 unit

  1.730

  c. BEP Produk Lemari Dalam Rp = 560 x 39.144.004.44 = 12.526.081,42

  1.730 Dalam unit = 560 x 37.58 unit = 12.03 unit

  1.730

2) Tahun 2011

  VC rata-rata = (531 x 480) + (1.240 x 155) + (653 x 1.215) = Rp 511.747 2.424

  

Contribution Margin rata-rata per unit Rp 363.500

  BEP total (Unit) = Total FC seluruh produk = 16.470.000 = 45.32 unit CM rata-rata 363.500

  Sales rata-rata = (531x700) + (1.240x200) + (653x2.300) = Rp 875.248 2.424

  a) BEP Produk Meja Dalam Rp = 531 x 39.657.486.88 = 8.687.345.52

  2.424 Dalam unit = 531 x 45.32 unit = 9.94 unit

  2.424

  b) BEP Produk Kursi Dalam Rp = 1.240 x 39.657.486.88 = 20.286.833.22

  2.424 Dalam unit = 1.240 x 45.32 unit = 23.18 unit

  2.424

  c. BEP Produk Lemari Dalam Rp = 653 x 39.657.486.88 = 10.683.308.14

  2.424

  BEP total (Rp) = 45.31 x 875.500 = Rp. 39.657.486.88 Dalam unit = 653 x 45.32 unit = 12.21 unit 2.424

3) Tahun 2012

  Sales rata-rata = (546x750) + (1.313x250) + (671x2.350) = Rp 914.862 2.530

  VC rata-rata = (5486 x 575) + (1.313 x 190) + (671 x 1.380) = Rp 588.696 2.530

  Contribution Margin rata-rata per unit Rp. 326.166 BEP total (Unit) = Total FC seluruh produk = 16.085.000 = 49.32 unit

  CM rata-rata 326.166 BEP total (Rp) = 49.32 x 914.862 = Rp. 45.120.993.84

  a) BEP Produk Meja Dalam Rp = 546 x 45.120.993.84 = 9.737.574.16

  2.530 Dalam unit = 546 x 49.32 unit = 10.64 unit

  2.530

  b) BEP Produk Kursi Dalam Rp = 1.313 x 45.120.993.84 = 23.416.547,40

  2.530 Dalam unit = 1.313 x 49.32 unit = 25.60 unit

  2.530

  c. BEP Produk Lemari Dalam Rp = 671 x 45.120.993.84 = 11.966.872.28

  2.530 Dalam unit = 671 x 49.32 unit = 12.03 unit

  2.530

4) Tahun 2013

  Sales rata-rata = (648x800) + (1.310x300) + (772 x 2.500) = Rp 1.040.806 2.730

  VC rata-rata = (648 x 650) + (1.310 x 250) + (772 x 1.650) = Rp 740.842 1.730

  Contribution Margin rata-rata per unit Rp 299.963 BEP total (Unit) = Total FC seluruh produk = 16.880.000 = 56.27 unit

  CM rata-rata 299.963 BEP total (Rp) = 56.27 x 1.040.806 = Rp. 58.569.907.89

  a. BEP Produk Meja Dalam Rp = 648 x58.569.907.89 = 13.902.307.81

  2.730 Dalam unit = 648 x 56.27 unit = 13.36 unit

  2.730

  b. BEP Produk Kursi Dalam Rp = 1.310 x 58.569.907.89 = 28.104.974.12

  2.730 Dalam unit = 1.310 x 56.27 unit = 27.00 unit

  2.730

  c. BEP Produk Lemari Dalam Rp = 772 x 58.569.907.89 = 16.562.62597

  2.730 Dalam unit = 772 x 56.27 unit = 15.91 unit

  2.730

5) Tahun 2014

  Sales rata-rata = (865x800) + (1.906x300) + (659x2.500) = Rp 848.776 3.430

  VC rata-rata = (865 x 650) + (1.906 x 250) + (659 x 1.650) = Rp 619.854 3.430

  Contribution Margin rata-rata per unit Rp 228.921 BEP total (Unit) = Total FC seluruh produk = 16.880.000 = 73.75 unit

  CM rata-rata 228.912 BEP total (Rp) = 73.74 x 848.776 = Rp. 62.588.742.24 a. BEP Produk Meja Dalam Rp = 865 x 62.588.742.24 = 15.784.041.41

  3.430 Dalam unit = 865 x 73.75 unit = 18.60 unit

  3.430

  b. BEP Produk Kursi Dalam Rp = 1.906 x 62.588.742.24 = 34.779.633.44

  3.430 Dalam unit = 1.906 x 73.75 unit = 40.98 unit

  3.430

  c. BEP Produk Lemari Dalam Rp = 659 x 62.588.742.24 = 12.025.067.39

  3.430 Dalam unit = 659 x 73.75 unit = 14.18 unit

  3.430

  

TABEL 3

HASIL PERHITUNGAN BREAK EVENT POINT

2010 – 2014 Tahun Meja Kursi Lemari

  Rp Unit Rp Unit Rp Unit

2010 12.526.081,42 12.03 13.700.401.554 13.15 12.526.081,42 12.03

2011 8.687.345.52 9.94 20.286.833.22 23.18 10.683.308.14 12.21 2012 9.737.574.16

  10.64 23.416.547,40 25.60 11.966.872.28 12.03 2013 13.902.307.81 13.36 28.104.974.12 27.00 16.562.62597

  15.91 2014 15.784.041.41 18.60 34.779.633.44 40.98 12.025.067.39 14.18

   Sumber : Hasil pengolahan, 2015

  Berdasarkan hasil analisis break event point diatas maka perusahaan dapat mengetahui jumlah penjualan minimum dalam unit produk maupun satuan uang agar tidak menderita kerugian.

  Dari hasil tabel 4.9 bahwa UD Pondok Mekar Makassar minimal harus menjual meja, kursi, dan lemari setiap tahunnya sesuai dengan unit pada tabel 4.9 hal ini menunjukkan bahwa setiap tambahan penjualan 1 unit produk dari hasil perhitungn break event point diatas akan memberikan tambahan laba bagi perusahaan. Adapun perolehan laba pada UD Pondok Mekar dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.

  TABEL 4 PEROLEHAN LABA UD PONDOK MEKAR 2010 - 2014 Tahun Laba Bersih Persentase (Rp) (%)

  • 2010 58.250.000 2011 67.050.000 15,10 2012 81.700.000 21,84 2013 83.350.200 2,02 2014 124.450.500 49,31

   Sumber : Hasil olahan data primer, 2015

  Dari tabel 4.10 diatas, menunjukan bahwa perolehan laba pada UD Pondok Mekar pada tahun 2010 sebesar Rp 58.250.000, 2011 sebesar Rp 67.050.000 dengan pertumbuhan laba (15,10%), tahun 2012 sebesar Rp 81.700.000 (21,84%), pada tahun 2013 sebesar Rp 83.350.200 (2,02%) dan pada tahun 2014 perolehan laba cukup melompat dari Rp 83.350.200 pada tahun 2013 dan mencapai sebesar Rp 124.450.500 dengan pertumbuhan (49,31%).

d. Pembahasan

  Berdasarkan deskripsi data dan analisis yang di kemukakan diatas, dapat memberikan kepastian tentang kalkulasi harga pokok penjualan untuk mendapatkan laba pada UD Pondok Mekar Makassar. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data dengan metode anlisis harga pokok penjualan (HPP), Cost

  Plus Pricing dan break event point adalah sebagai berikut :

  1) Dari hasil perhitungan harga pokok penjualan (HPP) yang dikemukakan diatas, pada tahun 2010 hasil total harga pokok penjualan mencapai Rp 28.720.000 dimana pada tahun 2011 mengalami penurunan dengan total harga pokok penjualannya yaitu Rp 24.920.000 karena biaya bahan baku berfluktuasi, dan dilihat tahun 2012 sudah mencapai Rp 25.440.000 dan sudah mengalami kenaikan dilihat dari tahun 2011. Pada tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya masing-masing sebesar Rp 28.900.000 dan Rp 32.550.000. 2) Hasil analisis cost plus pricing ini menunjukkan bahwa selama tahun 2010 sampai 2012 penggunaan biaya tidak terlalu mengalami perubahan cukup tinggi sedangkan tahun 2013 sampai 2014 mengalami kenaikan biaya sehingga harga jualnya pun mengalami kenaikan. 3) Penentuan harga pokok penjualan meubel pada UD Pondok Mekar menunjukan dampak yang positif bagi perusahaan, karena hasil dari analisis harga pokok penjualan (HPP), break even point (BEP) dan cost plus pricing terlihat pada tabel 4.10 dapat meningkatkan laba.

  Kesimpulan

  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kalkulasi harga pokok penjualan yang di mana menggunakan metode HPP, Cost Plus Pricing dan

  break event point (BEP) terhadap peningkatan laba pada UD Pondok Mekar

  Makassar. Berdasrkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat di tarik kesimpulan antara lain: 1) Harga Pokok Penjualan adalah segala cost yang timbul dalam rangka membuat suatu produk menjadi siap untuk dijual. Atau dengan kalimat lain,

  Harga Pokok penjualan adalah cost yang terlibat dalam proses pembuatan barang atau yang bisa dihubungkan langsung dengan proses yang membawa barang dagangan siap untuk dijual. 2) Dari hasil perhitungan harga pokok penjualan (HPP) sebelumnya, pada tahun 2010 hasil total harga pokok penjualan mencapai Rp 28.720.000 dimana pada tahun 2011 mengalami penurunan dengan total harga pokok penjualannya yaitu Rp 24.920.000 karena biaya bahan baku berfluktuasi, dan dilihat tahun 2012 sudah mencapai Rp 25.440.000 dan sudah mengalami kenaikan dilihat dari tahun 2011. Pada tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya masing-masing sebesar Rp 28.900.000 dan Rp 32.550.000. Hal ini menunjukan penentuan harga pokok dapat meningkatkan laba walaupun begitu besar.

3) Berdasarkan hasil analisis kalkulasi harga pokok penjualan (HPP), cost plus

  pricing dan break event point terlihat dapat meningkatkan laba dari

  tahun ketahun, dimana pada tahun 2010 perolehan laba sebesar Rp 58.250.000, 2011 sebesar Rp 67.050.000, 2012 sebesar Rp 81.700.000, pada tahun 2013 sebesar Rp 83.350.200, dan pada tahun 2014 perolehan laba cukup melompat dari Rp 83.350.200 pada tahun 2013 dan mencapai sebesar Rp 124.450.500 dengan pertumbuhan (49,31%).

DAFTAR PUSTAKA

  Bambang Riyanto. 2009, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Alfabeta, Bandung

  Dwi Prastowo. 2011, Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi Ketiga, UPP Stim Ykpn, Yogyakarta. Harmono. 2014, Manajemen Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta. Hansen, 2010. Sistem Perencanaan Pemasaran, Cetakan Kedua, Salemba Empat Jakarta.

  Irmam Fahmi. 2014, Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab, Alfabeta, Bandung. ___________,2013, Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi, Alfabeta, Bandung. ___________, 2014, Analisis Kinerja Keuangan, Alfabeta. Bandung. James C. Van Horne. 2009, Financial Management Policy, Bumi Aksara, Jakarta. Kasmir. 2010, Pengantar Manajemen Keuangan, Kencana, Jakarta. Mulyadi. 2013, Sistem Perencanaan dan Pengendalian, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta. Munawir, 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta. Philp Kotler, 2009. Manajemen Pemasaran, Alfabeta, Bandung. Sofyan Syafri Harap. 2013, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Supriyono, 2013. Akuntansi Manajemen, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Amir Sardi, 2016. Sikripsi : Ananalisis Kalkulasi Harga Pokok Penjualan pada

  UD Pondok Mekar Makassar. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Bososwa.