Penerapan Teori Integrasi Informasi dalam Penelitian Bidang Perpustakaan: Sebuah Kajian Teoritis

  Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 13, No. 2, Des 2017

Penerapan Teori Integrasi Informasi dalam

Penelitian Bidang Perpustakaan: Sebuah Kajian Teoritis

  

Yunus Winoto

Pawit M Yusup

Sukaesih

  Universitas Padjadjaran

  

Abstract

Communication is an activity that can not be separated in human life from start to get up to

sleep again even at the time of sleeping human being to communicate. Therefore, the study of

communication is interesting to be raised in a research topic. This research activity examines the

extension activity of village library / community reading park in building positive attitude of

rural society about information literasi. In this paper is explained aboutFactors influencing

attitudes are seen from the perspective of information integration theory. Information integration

theory assumes that its intrinsic attitude is the accumulation of information received by a person.

There are two aspects in influencing attitudes of a person in receiving information that is the

valence aspect or purpose and weight assessment Through this paper is explained about the

application of information integration theory in science research in the field of library science,

especially research related to attitude.

  Keywords: Information Integration Theory, Attitude, Counseling, Communication.

PENDAHULUAN yang dirasakan oleh masyarakat yang ada di

  Tulisan ini berangkat dari sebuah hasil Kabupaten Bandung Barat khususnya yang penelitian yang kami lakukan dengan letaknya jauh dari pusat pemerintahan.

  Berkaitan dengan Kabupaten Bandung mengambil judul, “Kegiatan penyuluhan

  

perpustakaan desa dan taman bacaan Barat(KBB) ini sebagai gambaran bahwa

masyarakat (TBM) dalam menumbuhkan Kabupaten Bandung Barat adalah

sikap positif masyarakat tentang literasi kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten

informasi : Studi pada perpustakaan desa Bandung. dan TBM di Kabupaten Bandung Barat

Provinsi Jawa Barat Kabupaten Bandung Barat (KBB)

  ”. Bekaitan dengan topik penelitian tersebut, ada beberapa hal merupakan salah satu Kabupaten di wilayah yang melatarbelakanginya diantaranya yang Provinsi Jawa Barat yang berbatasandengan menyangkut budaya literasi. Sebagaimana Kabupaten Purwakartadan Kabupaten kita ketahui bahwa budaya literasi dalam Subang disebelah barat dan utara, masyarakat Indonesia belum tumbuh Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi secara baik. Oleh karena demikian perlu disebelaht imur, serta Kabupaten Cianjur adany aupay auntuk menumbuhkan budaya disebelah barat dan timur. Sedangkan ibu baca melalui penyediaan sumber-sumber kota Kabupaten Bandung Barat berlokasi informasi dan kesempatan akses untuk di Kecamatan Ngamprah, yang terletak memperoleh sumber informasi.Hal ini juga dijalur Bandung-Jakarta. Mengenai letak

  H a la m a n

TINJAUAN PUSTAKA

  H a la m a n

  geografis wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung Barat ini ditinjau dari akses ke pusat pemerintahan, khsusnya provinsi Jawa Barat sangat beragam sekali. Untuk daerah paling jauh yaitu Kabupaten Gunung Halu. Dengan letak wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan serta geografis daerah dan kondisi jalan yang sebagian besar masih rusak, maka pelayanan yang diberikan pemerintah seperti kesempatan akses untuk mendapatkan sumber informasi seperti layanan perpustakaan keliling nampaknya belum berjalan dengan mulus.

  Ada beberapa upaya yang saat ini sedang dilakukan oleh pihak pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB) Kantor Dinas Arsip dan Perpustakaan yang bekerjasama dengan beberapa pihak seperti relawan, pemuda karang taruna, ,ibu-ibu PKK, lembaga pendidikan tinggi tinggi seperti Universitas Padjadajaran serta dari pihak swasta seperti Cocacola Foundation dengan program perpustakaan serunya. Adapun sebagai gambaran sampai dengan tahun 2017 sudah terbentuk 48 titik layanan perpustakaan desa dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di 14 Kecamatan di Kabupaten Bandung Barat. Masih ada 2 Kecamatan lagi yang belum memiliki perpustakaan desa dan TBM yakni Kecamatan Cililin dan Kecamatan Saguling, (Sumber : Kantor Diarpus KBB, 2017).

  Dalam menunjang keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan desa dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) perlu adanya dukungan dari masyarakat tenpat dimana perpustakaan desa dan TBM tersebut berada. Salah upaya yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi perpustakaan desa dan taman bacaan masyarakat di beberapa desa di Kabupaten Bandung Barat. Adapun mengenai program ini dilakukan oleh Kantor Arsip dan Perpustakaan KBB bekerjasama dengan tim Pengabdian Pada Masyarakat Dosen (PPMD) UNPAD dan mahasiswa KKNM UNPAD. Melalui program sosialisasi ini diharapkan keberadaan perpustakaan desa dan TBM dapat menjadi sarana dalam menumbuhkan budaya literasi masyarakat pedesaan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kegiatan sosialisasi perpustakaan desa dan TBM dapat menumbuhkan sikap positif masyarakat.

  Komunikasi adalah merupakan suatu aktivitas yang tidak bisa lepas dalam kehidupan manusia dari mulai bangun sampai mau tidur bahkan ketika sedangkan tidurpun manusia melakukan kegiatan komunikasi. Oleh karena demikian ada ungkapan yang mengatakan “manusia tidak bisa tidak berkomunikasi”. Berkaitan dengan komunikasi ini ada beberapa pengertian tentang komunikasi salah satunya yang dikemukan Carl I Hovland. Menurut Hovand dalam Effendi (1981, 12) mengatakan bahwa komunikasi adalah, “The

  process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbol) to modify the bahaviour of other individuals (communicates)”.

  Berdasarkan pengertian di atas, komunikasi adalah merupakan sebuah proses penyampaian pesan dari seseorang biasanya menggunakan lambang-lambang dengan tujuan untuk memberitahu atau merubah sikap seseorang. Sebagaimana halnya suatu proses komunikasi, terdapat beberapa unsur didalamnya dan jika digambarkan meliputi :

  H a la m a n Gambar 1: Unsur-Unsur Komunikasi Sumber (Cangara, 1998:23).

  1) Sumber

  Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder. 2)

  Pesan Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Dalam bahasa Inggris biasanya diterjemahkan dengan kata message,

  content.

  3) Media

  Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. 4)

  Penerima Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber, biasanya disebut receiver atau audience .

  5) Efek

  Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. 6)

  Umpan Balik Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. 7)

  Lingkungan Lingkungan atau situasi adalah faktor- faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, sosial budaya, psikologis dan dimensi waktu. (Cangara, 1998:21).

  Kemudian untuk menjelaskan tentang komunikasi penyuluhan, dimulai dengan menjelaskan konsep penyuluhan secara harfiah dimana kata penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor atau pun alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Dari asal perkataan tersebut, dapat diartikan bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan penerangan atau pun penjelasan kepada mereka yang disuluh, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Claar et al. membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan; yang mengajarkan sesuatu; mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif.

  Masih tentang pengertian penyuluhan, Lucie (2005) menyebut penyuluhan sebagai suatu usaha pendidikan non-formal yang dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau melaksanakan ide-ide baru. Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada

  H a la m a n

  masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi-informasi, dan kemampuan- kemampuan baru agar mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya.

  METODE

  Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana pijakan teori yang digunakan dalam penelitian penulis menggunakan teori integrasi sosial.

  Penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan pendidikan non- formal dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan. Dalam upaya mengubah masyarakat tersebut, terdapat unsur-unsur seperti: gagasan/ide/konsep yang dididikkan, lembaga/badan/pihak yang memprakarsai perubahan masyarakat secara keseluruhan, tenaga penyebar ide/konsep yang dimaksud, dan anggota masyarakat baik secara individu maupun secara keseluruhan yang menjadi sasaran dari kegiatan penuluhan tersebut.

  Sebagaimana halnya suatu kegiatan komunikasi, maka dalam kegiatan penyuluhan perpustakaan/TBM mengharapkan dapat berjalan secara efektif. Berkaitan dengan hal ini, dalam konteks komunikasi ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan kegiatan penyuluhan perpustakaan tersebut yakni sebagai berikut : 1)

  Komunikator. Faktor pertama yang menentukan keberhasilan kegatan penyuluhan adalah komunikator, yakni orang yang menyampaikan pesan seperti petugas perpustakaan, dosen PPM yang sedang memberikan penyuluhan, dll. Salah satu aspek yang menentukan dalam diri komunikator ini adalah kredibilitas yakni yang kenyangkut kepercayaan orang lain diantaranya komunikan terhadap diri komunikator termasuk apa yang disampaikan komunikator tersebut. Kredibilitas ini biasanya meliputi aspek pengetahuan, daya tarik baik fisik maupun non fisik serta kompetensi yang dimiliki komunikator;

  2) Metode atau Pendekatan Penyuluhan

  Yang Digunakan. Faktor kedua yang

  menentukan efektivitas dalam kegiatan penyuluhan adalah penggunaan metode atau pendekatan yang digunakan. Adapun mengenai pendekatan dalam penyuluhan ini meliputi pendekatan perorangan, kelompok dan massal. Masing-masing pendekatan ini memiliki kelebihan dan kelemahan. 3)

  Media Penyuluhan. Media penyuluhan merupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sample, model tiruan), barang cetakan (brosur, poster, photo, leaflet,

  sheet ), gambar diproyeksikan (slide, film,

  film-strip, video, movie-film) dan lambing grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta). 4)

  Materi penyuluhan. Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi-informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangkat symbol verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud. Selanjutnya Lasswell (Mulyana, 2005:63) mengatakan pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna (gagasan, ide, dan nilai), simbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata) dan bentuk pesan

  H a la m a n

  (verbal dan nonverbal). Berkaitan dengan materi dalam penyuluhan diharapkan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapai oleh sasaran penyuluhan. 5)

  Waktu dan Tempat Penyuluhan. Dalam penyuluhan, waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu dan merugikan sasaran.

  Berdasarkan paparan tentang konsep penyuluhan tersebut di atas, maka kegiatan penyuluhan perpustakaan/taman bacaan masyarakat (TBM) adalah merupakan kegiatan penyampaian pesan tentang perpustakaan dan taman bacaan masyarakat (TBM) dengan tujuan untuk memberikan informasi, merubah sikap dan perilaku dari sasaran atau peserta penyuluhan. Adapun untuk keberhasilan kegiatan dari penyuluhan perpustakaan tersebut, perlu memperhatikan aspek-aspek tersebut di atas seperti aspek komunikator, pendekatan yang digunakan, media serta waktu dan tempat penyuluhan. Pemahaman tentang aspek- aspek di atas, merupakan hal yang penting dalam merencanakan kegiatan penyuluhan, karena terjadinya perubahan sikap dari peserta (audience) dalam perspektif teori integrasi informasi hakekatnya merupakan sebuah akumulasi dari informasi yang diterimanya.

  APA

  INTEGRASI

  INFORMASI ?

  Apabila dilihat dari sejarahnya teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fisbein. Dalam teorinya Fisbein dalam (Littlejohn, 2009:137-138) mengatakan bahwa :

  “The

  information-integration approach centers on the way people accumulate and organize information about some, object, or idea to form attitudes toward a concept. ”. Dari pernyataan Fisbein

  terungkap bahwa orang mengakumulasikan dan mengorganisasikan informasi mengenai orang, objek, situasi ataupun ide selanjutnya akan membentuk sikap yang sesuai dengan konsep yang terbentuk dari hasil permintaan informasi tersebut.

  Kemudian dalam teori integrasi informasi ini juga menjelaskan bahwa semua informasi memiliki kekuatan potensial yang dapat mempengaruhi orang untuk memiliki sikap tertentu. Adapun mengenai besar tidaknya pengaruh tersebut akan tergantung pada dua hal yakni valensi dan bobot penilaian. 1)

  Valensi atau tujuan, yang artinya sejauh mana suatu informasi tersebut dapat mendukung kepercayaan yang telah dimiliki sebelumnya. Hal ini memberikan pengaruh pada kekuatan informasi untuk membentuk sikap. Jika informasi tersebut mendukung kepercayaan yang sudah ada, maka informasi tersebut dianggap sebagai informasi positif. 2)

  Bobot penilaian. Adapun mengenai bobot penilaian ini berkaitan dengan tingkat kredibilitas informasi tersebut. Hal sebagaimana yang diakatakan Littlejohn (2009, 137-138) yang mengatakan, “Seberapa besar informasi tersebut dapat dipercayai kebenarannya, maka ia akan memberikan penilaian yang tinggi terhadap informasi itu dan juga sebaliknya jika informasi kurang dipercaya kebenarannya maka penilaian yang diberikan pun akan rendah”.

ITU TEORI

  H a la m a n

  Apabila memperhatikan dari uraian di atas dalam konteks penelitian-penelitian tentang sikap, terungkap bahwa pendekatan teori integrasi informasi memusatkan pada cara-cara orang mengakumulasikan dan mengorganisasikan informasi tentang orang, objek, situasi atau gagasan tertentu untuk membentuk sikap terhadap sebuah konsep. Sedangkan mengenai pengertian sikap itu sendiri adalah sebuah predisposisi untuk bertindak dengan suatu cara yang positif atau negatif terdapat sesuatu atau dengan kata lain sebuah sikap merupakan sebuah akumulasi dari informasi tentang sesuatu, objek, orang, situasi atau pengalaman. Perubahan sikap terjadi karena informasi baru memberikan tambahan pada sikap. Sikap mempunyai korelasi dengan keyakinan dan menyebabkan seseorang memiliki perilaku tertentu terhadap objek sikap.

  Masih berbicara tentang dua aspek yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap informasi yang diterimanya, yakni

  aspek valensi atau arahan dan bobot penilaian. Adapun sebagaimana dalam teori

  integrasi informasi, semua informasi yang diterima oleh seseorang akan memiliki potensi dalam membangun sikap positi atau negatif. Faktor valensi atau arahan berkaitan dengan apakah informasi yang diterima mendukung atau menyangkal keyakikan seseorang sebelumnya. Apabila informasi yang diterima seseorang menyokong atau meyakinan maka informasi tersebut akan mempunyai valensi yang postif dan juga sebaliknya jika informasi yang diterima seseorang menyangkal atau meragukan maka akan melahirkan valensi yang negatif. Jadi dalam konteks teori integasi informasi valensi dipengaruhi oleh sikap seseorang karena ini berkaitan seberapa besar informasi yang diterimanya akan mengarahkan valensi ke arah yang kuat (positif) atau negatif.

  Selain aspek valensi faktor kedua yang menentukan sikap seseorang terhadap informasi yang diterima yaitu bobot

  penilaian (weighting assessment), yakni

  berkaitan dengan bobot yang diberikan seseorang terhadap informasi, artinya semakin kredibel suatu informasi yang diterima seseorang maka akan semakin mendapatkan penilaian yang positif. Oleh karena demikian menurut (Littlejohn,2009, 111-112) dari kedua dua aspek ini akan efektif dalam mempengaruhi sikap seseorang jika berjalan paralel, artinya walaupun suatu informasi memiliki tingkat valensi yang tinggi, namun jika tidak didukung oleh bobot penilaian yang tinggi pula, maka akan menghasilkan efek yang kecil pada sikap seseorang.

  Berdasarkan paparan tersebut di atas dalam perspektif teori integrasi informasi, sebuah sikap dipandang sebagai sebuah akumulasi dari informasi tentang suatu objek, orang, situasi, maupun pengalaman. Jadi dengan demikian terjadinya perubahan sikap pada seseorang diakibatkan menerima informasi baru yang dapat memberikan tambahan pada sikap, atau terjadinya perubahan sikap dikarenakan adanya informasi baru telah merubah penilaian seseorang mengenai valensi dan bobot informasi lain. Oleh karena demikian dalam kajian teori integrasi informasi, dengan adanya akumulasi informasi yang diserap seseorang dapat menimbulkan beberapa hal yakni sebagai berikut :

  1) Informasi dapat merubah derajat kepercayaan seseorang terhadap suatu objek;

  H a la m a n

  2) Informasi dapat merubah kredibilitas kepercayaan seseorang yang sudah dimiliki seseorang.

  3) Informasi dapat menambah kepercayaan baru yang telah ada dalam struktur sikap. (Stephen W.

  Littlejohn 2009 : 234-235).

  Sebagaimana halnya dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif pijakan teori merupakan hal yang penting. Dengan adanya adanya teori akan menuntun peneliti untuk menemukan, masalah, merumuskan hipotesis, menjelaskan konsep dan variabel serta dapat menentukan alat analisis data yang tepat atau dengan kata lain teori adalah ibarat pisau analisis, dimana ketepatan memilih dan menggunakan pisau yang tepat akan menghasilkan hasil yang diharapkan. Berkaitan dengan hal ini penelitian kami mengangkat topik tentang kegiatan penyuluhan perpustakaan desa/TBM dikaitkan dengan sikap positif masyarakat tentang literasi informasi. Sedangkan mengenai teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori integrasi informasi.

  Gambar 2: Penerapan Teori Integrasi Informasi

  Apabila teori integrasi informasi ini diterapkan dengan penelitian yang kami lakukan, berdasarkan gambar di atas nampak dua variabel dalam penelitian tersebut yakni variabel penyuluhan perpustakaan desa/TBM sebagai variabel bebasnya (independent variable) atau variabel yang mempengaruhinya dan variabel sikap postif masyarakat sebagai variabel terikat (dependent variable) atau variabel yang dipengaruhinya.

  Variabel penyuluhan perpustakaan desa/TBM dalam penelitian ditinjau sebagai sebuah kegiatan komunikasi yakni proses penyampaian pesan dari seseorang atau sekelompok orang pada orang lain atau sekelompok orang dengan tujuan untuk memberi tahu, merubah sikap atau perilaku. Oleh karena demikian dimensi dan indikator yang diturunkan dalam penelitian ini meliputi unsur komunikasi seperti komunikator yakni penyuluh atau pemberi materi/nara sumber; isi pesan pesan yang disampaikan yakni materi penyuluhan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Kemudian mengenai variabel sikapnya, dalam penelitian ini dilihat dalam perspektif teori integrasi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan penyuluhan perpustakaan desa/TBM adalah merupakan proses interaksi yang akan melahirkan sikap pada masyarakat dalam hal ini peserta penyuluhan. Sedangkan jika dikaitkan dengan teori integrasi informasi sikap yang muncul pada peserta penyuuhan merupakan akumulasi informasi yang diterima oleh mereka yang selanjutnya akan melahirkan sikap apakah positif atau negatif terhadap penyeleng-garaan kegiatan penyuluhan perpustakaan desa/TBM ini.

  Program penyuluhan perpustakaan desa/TBM adalah merupakan salah satu program yang sedang digalakan di Kabupaten Bandung Barat. Apabila dilihat dari tujuannya kegiatan penyuluhan ini memiliki beberapa tujuan yakni untuk mengenalkan pada masyarakat tentang keberadaan perpustakaan desa/tbm di wilayahnya, untuk mendorong partisipasi

  H a la m a n

  masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan perpustakaan serta untuk menggali dan meningkatkan potensi wilayah dan masyarakat melalui penyediaan sumber- sumber bacaan yang dapat meningkatkan keterampilan masyarakat. Salah satu kegiatan yang sudah dilakukan saat ini, yaitu memberikan pelatihan kerajinan tangan dari sampah eceng gondok yang selama ini tersebar disepanjang Sungai Citarum. Kegiatan ini merupakan kerjasama Kantor Arsip dan Perpustakaan KBB dengan dinas terkait. Selain itu juga dalam kegiatan ini perpustakaan desa/TBM menyediakan bahan bacaan yang berkaitan.

  Untuk variabel penyuluhan perpustakaan desa/TBM dalam penelitian ditinjau dari dua dimensi yakni aspek komunikator yakni penyuluh perpustakaan/nara sumber. Adapun indikator dari komunikator ini yaitu faktor kredibilitas yang meliputi pengetahuan dan penguasaan penyuluh/nara sumber terhadap materi yang disampaikan; daya tarik penyuluh/nara sumber baik daya tarik fisik maupun non fisik, serta kompetensi penyuluh dalam menyampaikan materi. Sedangkan usnur kedua yaitu menyangkut materinya yakni daya tarik materi, kemutakhiran, relevansi, keakuratan, dll.

  Kemudian untuk variabel sikap, dalam perspektif teori integrasi informasi. Sikap hakekatnya adalah merupakan akumulasi informasi yang diterima seseorang. Ada dua hal yang mempengaruhi sikap seseorang yakni :

  Valensi atau tujuan, yang berarti sejauhmana suatu informasi mendukung apa yang sudah menjadi kepercayaan seseorang. Suatu informasi dikatakan positif apabila informasi tersebut mendukung kepercayaan yang telah ada dalam diri seseorang sebelumnya. Sedangkan jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka informasi itu dapat dipandang sebagai sesuatu yang negative. Valensi mengacu pada apakah informasi tersebut mempunyai valensi positif, ketika tidak menyokong informasi maka menjadi valensi negative. (Stephen W. Littlejohn 2009 : 234-235).

  Penyuluhan perpustakaan desa dan taman bacaan masyarakat (TBM) memiliki beberapa tujuan antara lain untuk menanamkan kesadaran tentang pentingnya sumber informasi dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat melalui bahan bacaan yang tersedia di perpustakaan desa/TBM. Selain itu juga melalui kegiatan penyuluhan ini untuk mendorong masyarakat untuk mampu menggali potensi diri dan potensi yang ada diwilayahnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adanya kegiatan penyuluhan dan program pelatihan yang dilakukan di perpustakaan desa dan TBM di wilayah Kabupaten Bandung Barat ini sebenarnya telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat yang terlibat diantaranya dapat meningkatkan keterampilannya dan bisa lebih kreatif dalam mengembangkan usaha seperti membuat kerajinan dan membuat olahan makanan dalam industri rumah tangga.

  2) Aspek Bobot Penilaian

  Mengenai bobot penilaian berkaitan dengan sejauhmana informasi tersebut mempengaruhi sikap seseorang. Dalam konteks ini berkaitan dengan kepercayaan terhadap informasi yang disampaikan oleh komunikator. Berkaitan dengan pengertian informasi meurut Jogiyanto (2005, 692) dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu

1) Aspek Valensi Pesan

  kejadian-kejadian (event) yang nyata (fact) sebelumnya serta informasi yang diterima yang digunakan untuk pengambilan dipercaya kebenaranya, jika tidak sejalan keputusan. Oleh karena demikian berkaitan maka tidak akan menghasilkan sikap yang dengan kualitas informasi masih menurut diharapkan. Jogiyanto (2005) Kualitas dari suatu informasi (quality of information ) DAFTAR PUSTAKA tergantung dari tiga hal, yaitu informasi

  Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia harus akurat (accurate), tepat pada

  Teori dan Pengukurannya .

  waktunya (timely basis), dan relevan Yogyakarta: Pustaka Belajar. (relevance).

  De Vito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Professional Books.

KESIMPULAN DAN SARAN

  Effendy, Onong Uchana. 1981. Ilmu

  Komunikasi, Teori dan Filsafat

  Dalam sebuah penelitian penggunaan teori

  Komunikasi , Bandung: PT

  khususnya penelitian yang menggunakan Remaja Rosdakarya. pendekatan kuantitatif merupakan suatu

  b

  ___________________. 2003 . Hubungan keharusan. Teori dalam sebuah penelitian

  Masyarakat (suatu kronologis).

  diibaratkan sebuah pisau analisis, dimana Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ketepatan dalam memilih dan menggunakan

  Jogiyanto, H.M., Analisis dan Desain Sistem pisau analisis akan melahiran suatu hasil Informasi. Edisi III. Yogyakarta: penelitian yang tepat. Penelitian bidang ANDI. perpustakaan kerap mengkaji atau dikaitkan

  L. Kreps, Gary. 1990. Organizational dengan masalah sikap. Salah satu teori yang

  Communication Theory and Practice.

  biasa dipakai dalam mengkaji tentang sikap New York: Longman. adalah teori integrasi informasi (information

  Littlejohn , Stephen W , 2009 . Teori integration theory ). Teori ini diperkenalkan Komunikasi Theories of Human

  oleh Martin Fisbein.Adapun asumsi dari

  Communication edisi

  9. Jakarta: teori ini menyatakan bahwa sikap Salemba Humanika. hakekatnya adalah merupakan akumulasi

  Liliweri, lo. 1991. Komunikasi informasi yang diterima oleh seseorang.

  Antarpribadi . Bandung: Citra Aditya

  Masuknya akumulasi informasi akan Bakti. melahirkan potensi sikap seseorang.

  Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

  Ada dua faktor yang menentukan Rosdakarya Mulyana. sikap seseorang yakni valensi atau tujuan,

  Setiana, Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan artinya sejauh mana suatu informasi tersebut

  dan Pemberdayaan Masyarakat .

  dapat mendukung kepercayaan yang telah Jakarta: Erlangga. dimiliki sebelumnya, serta faktor bobot

  Sutarno NS. 2004. Manajemen penilaian yaitu seberapa besar informasi

  perpustakaan . Jakarta: Samitra

  tersebut dapat dipercayai kebenarannya, Media Utama. semakin dipercaya makan akan semakin

  Sutarno NS. 2006. Perpustakaan dan tinggi penilaiannya. Namun demikian kedua

  masyarakat . Jakarta: edisi revisi,

  aspek ini untuk dapat membentuk sikap Sagung Seto. harus sejalan, artinya informasi yang diterima harus mendukung kepercayaan

  H a la m a n Terry, G. R. & Rue, L. W. 1992. Dasar- . Jakarta: PT. Bumi

  dasar manajemen Aksara.

  The Liang Gie. 2009. Administrasi

  perkantoran modern . Yogyakarta: Liberty.

  H a la m a n