KEBUTUHAN INFORMASI MASYARAKAT DESA HUTAN KABUPATEN PEKALONGAN
KEBUTUHAN INFORMASI MASYARAKAT DESA HUTAN KABUPATEN PEKALONGAN
Skripsi Diajukan untuk Melengkapi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan Oleh:
NAFSIL MUTMA’INAH NIM. A2D009061
PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nafsil Mutma’inah NIM : A2D009061 Jurusan : S1 Ilmu Perpustakaan Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kebutuhan Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan” adalah benar-benar karya ilmiah saya sendiri, bukanlah hasil plagiat karya ilmiah orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, dan semua kutipan yang ada di skripsi ini telah saya sebutkan sumber aslinya berdasarkan tata cara penulisan kutipan yang lazim pada karya ilmiah.
Semarang, 06 September 2013 Yang menyatakan, Nafsil Mutma’inah NIM. A2D009061
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (QS. An-Najm [53]: 39)
Persembahan
1. Ibu dan bapak serta kelurga tercinta Kel.Rochan dan Jazriyah.
2. Pendidik umat yang tak pernah berhenti berjuang demi tegaknya kebenaran.
3. Pejuang Literasi Indonesia
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “Kebutuhan Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan” telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi pada : Hari : Jumat Tanggal : 6 September 2013
Disetujui oleh, Dosen Pembimbing Dra. Sri Ati, M.Si.
NIP 195305021979012001
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh Panitia Ujian Skripsi pada tanggal 20 September 2013.
Ketua Penguji, Endang Fatmawati, M.Si.
NIP. 132314562 Anggota I, Heriyanto, S.Sos., M.IM.
NIP. 197704082010121001 Anggota II Dra. Sri Ati, M.Si.
NIP. 195305021979012001
PRAKATA
Puji syukur atas rahmat, inayah, dan hidayah Allah SWT kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kebutuhan Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan.”
Skripsi ini terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, baik bantuan materi maupun motivasi dalam penyusunanya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Agus Maladi Irianto, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
2. Ibu Dra. Sri Ati, M.Si. selaku Ketua Progam Studi S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro sekaligus dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, nasihat dan saran-saran dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;
3. Dosen Penguji, ibu Endang Fatmawati, M.Si. dan bapak Heriyanto, S.Sos., M.IM, atas kritik dan saran untuk perbaikan karya ini;
4. Bapak Drs. Hermintoyo, M.Pd. selaku Dosen Wali, terimakasih telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini;
5. Ibu Jazriyah dan bapak Rochan orang tua yang tidak berhenti memberikan dukungan doa dan materi;
6. Bapak Margono selaku mandor hutan, Tirtonadi dan Imam Nur Huda selaku pengurus sekretariatan Paguyuban Lembaga Masyarakat Desa Hutan di bidang P3MDH yang telah membantu perolehan data penelitian.
7. Kepada Kakak-kakak dan keponakanku tercinta yang tidak pernah lelah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi.
8. Seluruh teman-teman Mantiqoh Undip, khususnya teman-teman Rumah Binaan Darut Taghir dan Ar-Roya.
9. Teman-teman 7 Dwarft yang telah menemani dalam proses penelitian bersama penulis;
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kritik dan saran selalu penulis nantikan untuk perbaikan karya pada generasi berikutnya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis, praktisi dan pemerhati perpustakaan khususnya dan bagi pembaca.
Semarang, 06 September 2013 Penulis
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Kebutuhan Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan.” Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan dari segi subyek, sumber, jenis, bentuk, kegunaan, tujuan dan manfaat penggunaan informasi serta hal-hal yang melatarbelakangi maupun mempengaruhi kebutuhan informasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif berjenis deskriptif studi kasus. Adapun informan dalam penelitian ini merupakan masyarakat petani hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Informan ditentukan secara acak menggunakan teknik purposive
sampling . Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen.
Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas Sumber Daya Manusia mendorong masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan membutuhkan informasi yang terbagi dalam tiga hal. Pertama, tentang peningkatan kesejahteraan ekonomi, seperti lowongan pekerjaan, usaha, perkembangan harga komoditas hutan, program pemberdayaan masyarakat, budidaya dibidang pertanian, peternakan dan kehutanan. Kedua, informasi yang berkaitan dengan permasalahan pekerjaan maupun kehidupan sehari hari, seperti: keselamatan kerja, kebijakan dan pengelolaan sumber air bersih. Ketiga, informasi yang terkait minat masyarakat, seperti: kesehatan, tanaman obat, olah raga dan agama (Islam). Informasi tersebut lebih dubutuhkan dalam bentuk tercetak maupun pemberitahuan langsung (sosialisasi), sebab jenis informasi lisan mendominasi kebutuhan masyarakat.
Kata kunci: kebutuhan informasi, Masyarakat Desa Hutan Kabupaten
Pekalongan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i PERNYATAAN ................................................................................................ ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v PRAKATA ......................................................................................................... vi ABSTRAK ......................................................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah .................................................................. 5
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 7
1.6 Kerangka Pikir ............................................................................................ 8
1.7 Batasan Istilah ............................................................................................ 9
BAB II. TINJAUAN LITERATUR
2.1. Informasi .................................................................................................... 11
2.1.1 Bentuk Informasi ................................................................................. 12
2.1.2 Jenis-Jenis Informasi ............................................................................ 13
2.2. Kebutuhan Informasi ................................................................................. 15
2.3. Masyarakat Desa Hutan .............................................................................. 19
2.4. Penelitian Sebelumnya ................................................................................ 22
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Desain dan Jenis Penelitian ........................................................................ 26
3.2. Objek dan Subjek Penelitian ...................................................................... 27
3.2.1 Informan ............................................................................................ 28
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 29
3.4. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 29
3.5. Pengumpulan Data ...................................................................................... 30
3.6. Variabel dan Indikator Penelitian ............................................................... 32
3.7. Pengolahan dan Analisis Data.................................................................... 32
3.7.1 Analisis Data ..................................................................................... 33
BAB IV. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA HUTAN KABUPATEN PEKALONGAN
4.1. Pengelolaan Hutan untuk Kesejahteraan Masyarakat ................................ 35
4.2. Upaya Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan .......................................... 37
4.3. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kabupaten Pekalongan ........ 39
4.4. Paguyuban Lembaga Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan...... 40
4.4.1 Visi Misi Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur .................... 40
4.4.2 Tujuan Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur ........................ 41
4.4.3 Pengurus Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur .................... 42
4.4.5 Kegiatan Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur ..................... 43
BAB V. ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1. Latar Belakang Kebutuhan Informasi ......................................................... 44
5.2. Subyek Informasi ......................................................................................... 48
5.3 Sumber Informasi ......................................................................................... 51
5.4 Jenis Informasi ............................................................................................. 53
5.5 Bentuk Informasi ......................................................................................... 56
5.6 Kegunaan Informasi ..................................................................................... 58
5.7 Manfaat Penggunaan Informasi ................................................................... 60
5.8 Tujuan Penggunaan Informasi ..................................................................... 62
5.9 Pengaruh Latar Belakang Pendidikan dengan Kebutuhan Informasi ........ 64
5.10 Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal dengan Kebutuhan Informasi ...... 67
5.11 Kendala ...................................................................................................... 68
BAB VI. PENUTUP
6.1 Simpulan ...................................................................................................... 71
6.2 Saran ............................................................................................................ 73 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 75 DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel Pengurus Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur ............ 42Tabel 5.1 Daftar Tingkat pendidikan Informan ................................................ 65DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Alur Kerangka Pikir .......................................................................... 8
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Kisi-Kisi Wawancara ........................................................... 78 LAMPIRAN 2 Daftar Informan ................................................................... 79 LAMPIRAN 3 Reduksi Data Hasil Wawancara ........................................... 80 LAMPIRAN 4 Dokumentasi Kegiatan dan Kondisi Lingkungan Masyarakat
Desa Hutan Kabupaten Pekalongan ..................................... 90 LAMPIRAN 5 Data Persebaran LMDH Kabupaten Pekalongan ................. 92 LAMPIRAN 6 Matriks Bimbingan dan Konsultasi Penulisan Skripsi ......... 94 LAMPIRAN 7 Biodata Penulis ..................................................................... 96
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Suebu (dalam Mustofa, 2011:2), hutan mempunyai peranan penting dan strategis sebagai aset dan modal suatu bangsa. Ia memaparkan hal tersebut terutama dalam 3 aspek yakni: ekonomi, sosial kemasyarakatan dan lingkungan. Dalam aspek sosial kemasyarakatan, hutan merupakan sumber penghidupan yang telah membentuk tradisi dan budaya. Sementara dari aspek lingkungan, hutan mempunyai fungsi hidrologis (pengatur tata air), penahan erosi dan berfungsi sebagai paru-paru dunia serta sebagai habitat keanekaragaman hayati. Akan tetapi keberadaan hutan Indonesia justru tidak mampu dikelola secara maksimal.
Kekayaan sumber daya hutan yang dimiliki Indonesia ternyata tidak mampu memberikan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Alfitri (2006:30) menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia setelah Brazil. Akan tetapi Wollenberg (2004:2) dalam majalah Governance Brief memberitakan bahwa masyarakat yang tinggal di hutan merupakan kelompok termiskin terbesar di Indonesia. Menurut Brown dalam Wollenberg (2004:2), sekitar 48,8 juta penduduk tinggal pada lahan hutan Negara dan 10,2 juta diantaranya terkategori miskin.
Lokasi masyarakat di pedesaan yang jauh dari perkotaan dengan keterbatasan fasilitas transportasi, teknologi dan sarana komunikasi semakin memperparah kondisi masyarakat Desa Hutan. Hal ini seperti yang disampaikan Zulaifah (2006:14) dalam tesisnya:
“kehidupan masyarakat sekitar hutan justru termarginalisasi di tengah melimpahnya sumberdaya hasil hutan. Banyaknya tindak perusakan hutan seperti penyerobotan lahan hutan, kebakaran hutan, dan illegal logging merupakan suatu indikasi bahwa sebenarnya banyak pihak (diluar masyarakat desa sekitar hutan) yang ingin mengambil manfaat dari keberadaan hutan (Zulaifah, 2006:14). Dengan demikian perlu ada perhatian dalam upaya peningkatan kesadaran, pengetahuan dan kualitas kehidupan masyarakat ‘Desa Hutan’. Terlebih menurut Mustofa (2011) selama ini isu kerusakan hutan sering dikaitkan dengan sejumlah penduduk sekitar hutan yang mengalami kesulitan ekonomi, sehingga mereka melakukan penebangan hutan secara liar.
Perhatian pemerintah terhadap kondisi masyarakat ‘Desa Hutan’ di Indonesia dituangkan dalam Peraturan Menteri No. P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa. Kebijakan ini dilakukan dalam rangka melibatkan masyarakat di sekitar hutan untuk berpartisipasi mewujudkan pengelolaan hutan yang adil dan lestari sekaligus meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mereka. Sepulau Jawa kebijakan tersebut dilaksanakan melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Melalui keputusan nomor 136/kpts/Dir/2001, Perum Perhutani berupaya mengubah pengelolaan sumber daya hutan dari sentralistik menjadi kolaboratif terutama dengan masyarakat disekitar hutan. Sistem ini, oleh pemerintah provinsi Jawa Tengah juga dijadikan sebagai dasar SK Gubernur Jawa Tengah No. 24 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).
Peranan aktif masyarakat dalam memelihara kelestarian hutan menjadi hal yang sangat penting dalam konservasi hutan (Alfitri dalam Mustofa, 2011:7). Dengan demikian, agar hutan tetap terjaga dibentuklah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Menurut Mustofa (2011:9) LMDH merupakan organisasi yang bersifat independen dan berperan penting sebagai penghubung antara pihak Perhutani dan masyarakat desa serta menjadi solusi dari penjarahan hutan. LMDH juga mempunyai peranan strategis dalam memberikan pemahaman bagi masyarakat tentang hutan dan kelangsungan masyarakat di sekitarnya. Lembaga yang beranggotakan masyarakat setempat ini menjadi alternatif bagi mereka untuk berpartisipasi dalam pengamanan dan penyelamatan hutan, sekaligus untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, serta kesejahteraan mereka.
Sebagai upaya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat hutan, seluruh LMDH di Kabupaten Pekalongan yang termasuk dalam Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pekalongan Timur mendirikan paguyuban LMDH yang menaungi seluruh LMDH di KPH Pekalongan Timur. Berbagai pelatihan dan kegiatan pembelajaran pendidikan non formal diselenggarakan oleh Paguyuban LMDH kepada masyarakat Desa hutan melalui divisi Pusat Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan (P3MDH). Berbagai Taman Baca Masyarakat juga dirintis sebagai sarana pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan mereka. Hal tersebut menunjukan pentingnya keberadaan dan ketersediaan informasi dalam kehidupan masyarakat ‘Desa Hutan’. Hal ini diperkuat oleh pendapat Leach (1999:71) bahwa informasi diakui sebagai sebuah faktor penting dalam proses perkembangan.
Masyarakat yang ingin mempertahankan dan mengembangkan kelangsungan hidupnya, sadar maupun tidak mereka selalu membutuhkan informasi. Informasi ini dapat digunakan untuk menyelesaikan segala permasalahan hidup mereka. Seperti yang diutarakan Baruchson-Arbib (2006:83) bahwa ”People need accessible information in order to solve
problem in their everyday lives” . Hal ini juga ditegaskan oleh Yusup
(2010:79) yang menyatakan tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan informasi, apapun jenis pekerjaannya.
Kebutuhan masyarakat akan informasi tidak terbatas dalam kehidupan pribadi masyarakat sebagai individu, tetapi juga masyarakat sebagai bagian dari kelompok atau komunitas. Mazie dan Ghelfi (dalam Leach,1999:71) berpendapat bahwa “informasi dapat dilihat sebagai sebuah sumber kritis bagi seseorang maupun komunitas baik di wilayah pedesaan maupun perkotan”. Dengan demikian dapat diketahui bahwa informasi dibutuhkan dalam setiap lini kehidupan. Bahkan Leach (1999:71) menegaskan ketiadaan ketersediaan informasi meskipun dalam konteks pedesaan tetap menjadi sebuah permasalahan.
Masyarakat Desa Hutan sebagai bagian dari “rural contexts” atau bagian dari wilayah pedesaan juga sangat membutuhkan keberadaan informasi, terutama yang terkait dengan permasalahan hidup mereka. Apalagi, proses pembinaan menuju peningkatan kualitas hidup yang sedang dirintis masyarakat berpengaruh pada peningkatan kebutuhan informasi mereka. Bahkan kebutuhan tersebut harus terpenuhi secara maksimal. Selain itu, Yusup (2010:80) menegaskan bahwa informasi menjadi bahan atau bahkan komoditas yang sangat unggul dalam pola kehidupan manusia, terutama di zaman sekarang yang peradabannya semakin kompleks.
Agar pemenuhan kebutuhan informasi ini tepat sasaran, diperlukan kajian terhadap kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk mengkaji kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan khususnya di Kabupaten Pekalongan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat dirumuskan bahwa yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah informasi apa saja yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan.
1.2.1. Batasan Masalah
Masyarakat Desa Hutan terdiri dari beragam elemen. Mulai dari anak- anak hingga orang dewasa dengan berbagai latar belakang pekerjaan. Untuk memfokuskan penelitian ini, maka masyarakat yang akan dikaji kebutuhan informasinya yaitu mereka yang menjadi anggota LMDH atau lebih dikenal dengan anggota penyadap dan petani hutan. Hal ini dianggap lebih utama karena para anggota LMDH selain merupakan masyarakat setempat, mereka juga dianggap mengetahui permasalahan yang terjadi di lingkungannya dan berpartisipasi dalam mawujudkan kehidupan masyarakat hutan menjadi lebih baik.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan, sehingga diketahui informasi yang dibutuhkan masyarakat dari aspek subyek, sumber, jenis, bentuk, dan kegunaan, tujuan dan manfaat penggunaan informasi. Selain itu, juga dapat diketahui hal-hal yang melatarbelakangi munculnya kebutuhan tersebut serta faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini secara umum dapat dimanfaatkan sebagai salah satu rujukan untuk melakukan pengkajian terhadap pemakai potensial (Potencial
User ) maupun pemakai aktual (actual User) serta untuk mengetahui
informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan. Secara khusus manfaat penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.4.1. Bagi Peneliti
1. Dapat mengetahui bagaimana cara melakukan kajian terhadap pemakai serta penyelesaian persoalan yang dihadapi di tempat penelitian;
2. Hasil penelitian dapat digunakan peneliti untuk memahami informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan.
1.4.2. Bagi Perpustakaan
1. Sebagai Penyedia jasa Informasi, perpustakaan dapat berpartisipasi dalam mendukung program pemerintah dengan menyediakan informasi yang dibutuhkan dan tepat bagi masyarakat Desa Hutan, melalui perpustakaan keliling maupun penyediaan koleksi di taman baca masyarakat.
2. Dapat melakukan tugasnya dalam meningkatkan minat baca masyarakat dan mewujudkan “Life Long Learning” dalam masyarakat secara merata.
1.4.3 Bagi Masyarakat Desa Hutan
1. Hasil penelitian dapat menjadi rujukan bagi pemerintah melalui perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat.
2. Ketersediaan informasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dapat memudahkan aktivitas masyarakat dalam mencapai tujuan.
1.5 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah hutan kabupaten Pekalongan Jawa Tengah yang tercakup dalam peta pangkuan hutan Pekalongan Timur dan difokuskan pada daerah di sekitar Sekretariat P3MDH Paninggaran sebagai bagian (divisi) bidang pendidikan dan pengembangan masyarakat dari LMDH kabupaten Pekalongan. Kegiatan penelitian dilakukan selama 41 hari sejak 3 Juli 2013 hingga 13 Agustus 2013.
1.6 Kerangka Pikir
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram berikut: Kenyataan atau Kondisi Harapan atau
Sekarang pengetahuan yang diinginkan
(pengetahuan yang dimiliki)
GAP/ Kesenjangan
- Subyek
- Sumber
1. Lingkungan
- Jenis Sosial
- Bentuk
2. Pekerjaan
Kebutuhan informasi
- Kegunaan
3. Pendidikan
- Tujuan yang ingin
4. Usia dicapai
- Manfaat penggunaan informasi
Gambar 1. Alur Kerangka Pikir
Terjadinya suatu kebutuhan menurut Yusup (2010: 83) jika terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara kondisi seharusnya dengan kondisi nyata sekarang. Kebutuhan informasi terjadi karena keadaan tidak menentu yang timbul akibat terjadinya kesenjangan (gap) dalam diri manusia antara pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang dibutuhkannya (Belkin dalam Suwanto, 1997:19). Kebutuhan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, Lin dan Garvey (dalam Laloo, 2002: 14) menemukan bahwa faktor paling penting yang mempengaruhi kebutuhan informasi adalah jenis pekerjaan seseorang, sedangkan faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan informasi termasuk faktor sosial, politik, ekonomi dan kebijakan. Sedangkan Belkin (dalam Suwanto, 1997:19) menganggap bahwa kebutuhan informasi dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam sebab, antara lain: latar belakang sosial budaya, pendidikan dan tujuan dalam diri manusia tersebut, serta lingkungan sosialnya.
1.7 Batasan Istilah
Fokus peneliti dalam pembahasan masalah dibatasi hanya pada kajian kebutuhan informasi pada masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan.
Desa Hutan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah desa yang berada di bawah pembinaan P3MDH kabupaten Pekalongan yang berpusat di kecamatan Kajen dan Paninggaran.
Masyarakat yang dikaji dalam penelitian ini hanya dibatasi pada penduduk desa dibawah pembinaan LMDH di kabupaten Pekalongan yang menjadi bagian dari wilayah peta pangkuan hutan Pekalongan Timur.
Kebutuhan informasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah informasi yang digunakan masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan untuk berinteraksi terhadap lingkungannya, seperti: subyek, sumber, jenis, bentuk, kegunaan, tujuan dan manfaat penggunaan informasi.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR 2.1 . Informasi“Informasi memegang peranan yang semakin besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan (dalam arti luas)” (Sulistyo-Basuki, 2004:398). Dalam hal ini, informasi berbeda dengan pengetahuan, seperti yang disampaikan Machlup (dalam Case, 2002: 61) yang menitikberatkan bahwa informasi diperoleh karena diberitahu, sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui berpikir. Sedangkan menurut Yusup (2010:5) bahwa informasi ini lahir karena adanya suatu peristiwa atau kejadian, apapun jenis kejadiannya. Jika kejadian yang dilihat atau diamati seseorang, kemudian orang tersebut memberitahu baik secara lisan maupun tertulis kepada orang lain, maka apa yang disampaikan itu disebut informasi.
Informasi merupakan komoditi internasional, sehingga penggunaan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan masalah yang menjadi perhatian dan keprihatinan kegiatan nasional dan internasional (Sulistyo- Basuki, 1992:224). Bahkan Yusup (2010:80) menambahkan semakin kompleks peradaban zaman, informasi menjadi bahan komoditas yang sangat unggul dalam pola kehidupan manusia, tanpa informasi manusia tidak dapat berperan banyak dengan lingkungannya. Hal ini ditegaskan Mehombu (dalam Leach, 1999: 71) bahwa informasi kini telah diterima sebagai faktor penting informasi dapat menurunkan ketidakpastian dan meningkatkan kesadaran akan kemungkinan tindakan untuk memecahkan permasalahan. Selain itu, Sulistiyo-Basuki dalam bukunya “Pengantar Dokumentasi” (2004:393) juga menjelaskan pentingnya penggunaan informasi meliputi semua aspek, yakni semua bahasan tentang dokumen primer, dokumen skunder dan tersier, teknik temu balik informasi serta media dan fasilitas yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama penggunaan informasi seefisien mungkin, tercakup di dalamnya. Tidak hanya itu saja, Durrance dan Pettigrew (dalam Bruchson- Arbib, 2006: 83) memberikan fungsi lain terhadap informasi yang dapat membantu mengatasi permasalahan dari aktivitas dan fasilitas partisipasi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan informasi tersebut kepada masyarakat dan organisasi secara bersamaan.
Banyak penulis telah mencoba untuk membuat sebuah definisi umum dari informasi. Wulandari (2007:15) dalam ‘Materi Pokok Dasar-dasar Informasi’ mendefinisikan Informasi sebagai sekumpulan hasil olahan data yang telah dibentuk ke dalam format tertentu yang bermanfaat dan mempunyai nilai untuk digunakan dalam pembuatan keputusan bagi pengguna atau pemakainya. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan terdapat beragam bentuk informasi.
2.1.1 Bentuk Informasi
Informasi yang dijadikan rujukan para pemakai dapat diketegorikan menjadi beberapa bentuk. Menurut Widyawan (2011) dalam artikel yang berjudul ‘Sumber Informasi Referensi’ mengatakan beberapa bentuk sumber referensi yakni bentuk tercetak (buku, majalah, Koran, ensiklopedia dan lain- lain), bentuk micro, format elektronik (seperti CD-ROM), dan dokumen yang dapat diakses melalui internet. Sehingga dalam penelitian ini juga akan dikaji kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan dari segi bentuk informasinya. Sehingga dapat diketahui informasi dalam bentuk apa saja yang dibutuhkan masyarakat.
Pentingnya suatu informasi bagi sebagian orang, memunculkan beberapa alasan yang mendorong mereka untuk merekam infromasi. Sehingga dari hal ini kita mengenal beragam jenis Informasi.
2.1.2 Jenis-Jenis Informasi
Yusup (2010:5) mengelompokkan informasi menjadi dua jenis:
1. Informasi Lisan Informasi ini jumlahnya banyak dan sulit diukur dan dibuktikan sehingga pusat informasi seperti perpustakaan tidak mengolah informasi jenis ini.
2. Informasi Terekam Informasi terekam dibedakan antara yang ilmiah dan tidak ilmiah.
Informasi tidak ilmiah adalah informasi yang biasa dan tersedia
dimanapun. Akan tetapi informasi jenis ini dapat berubah menjadi luar biasa apabila berhubungan dengan peristiwa besar atau sejarah, misalnya informasi meninggalnya seseorang. Sedangkan informasi
ilmiah merupakan informasi terekam yang dirancang secara khusus atau bisa dimanfaatkan untuk kepentingan ilmiah.
Selanjutnya Yusup (2010: 8) membagi informasi menjadi: 1.) Informasi primer: informasi yang dikeluarkan pertama kali dari sumbernya secara lengkap dan asli.
2.) Informasi Sekunder : informasi yang bertujuan untuk membuka informasi primer.
3.) Informasi Tersier : keterangan atau tulisan dari sumber tertentu yang dapat digunakan untuk mengetahui atau menelusuri sumber- sumber informasi sekunder. Selain itu, Wulandari (2007: 64) menegaskan makin berkembangnya suatu organisasi berarti semakin banyak organisasi tersebut memerlukan informasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusup (2010:11) bahwa fungsi informasi dapat berkembang sesuai dengan bidang garapan yang disentuhnya.
Selain itu Yusup (2010:11) juga menjelaskan fungsi utama informasi yaitu sebagai data dan fakta yang sanggup membuktikan adanya suatu kebenaran, sebagai penjelas hal-hal yang sebelumnya masih meragukan, sebagai prediksi untuk peristiwa-peristiwa yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang.
Dengan kata lain, seseorang membutuhkan informasi untuk menyelesaikan permasalahan kehidupannya setiap hari. Penyebaran informasi ini akan berlangsung efektif ketika informasi yang tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat. “The effective of information services that meet
the needs and aspirations of citizens, decision-makers and life long learners
is a long standing goal of the information professions” (William,2008:63).
Berdasarkan beberapa hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan segala hal yang merepresentasikan setiap kegiatan manusia, terekam dan disebarluaskan untuk memudahkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, informasi menjadi suatu bagian terpenting dan tidak terlepas dalam aktivitas masyarakat.
2.2 . Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi terjadi karena keadaan tidak menentu yang timbul akibat terjadinya kesenjangan (gap) dalam diri manusia antara pengetahuan yang dimiliki dengan yang dibutuhkannya. Pemakai akan mencari informasi untuk memenuhi kebutuhannya tersebut (Belkin dalam Suwanto, 1997:19).
Sedangkan menurut Yusup (2010:83) kebutuhan terjadi karena kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara yang seharusnya dengan kondisi nyata sekarang dan dari adanya informasi yang datang menerpa orang yang bersangkutan. Selain itu Krech, Crutchfiled, dan Ballachey (dalam Yusup, 2010:82) berpendapat bahwa timbulnya kebutuhan seseorang tetap dipengaruhi oleh kondisi fisiologis, situasi dan kognisinya. Sementara itu Laloo (2002:15) menyatakan “Ketika kebutuhan dirasakan untuk hal apa saja, seringkali orang mengambil tindakan untuk memenuhi kebutuhannya,” termasuk di dalamnya kebutuhan seseorang akan informasi.
Sulistyo-Basuki (2004: 393) mendefinisikan kebutuhan informasi sebagai informasi yang diinginkan seseorang untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan rohaniah, pendidikan dan lain-lain. Jika, kebutuhan ini tidak terpenuhi, dapat menghambat aktivitas seseorang. Karena menurut Wilson (dalam kartika, 2012:17) kebutuhan informasi bukan hanya kebutuhan fundamental seperti kebutuhan transportasi atau kebutuhan pangan, tetapi lebih dari kebutuhan kedua yang lebih penting dimana muncul kebutuhan utama. Dengan demikian perlu melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan informasi ini.
Tylor (dalam Pendit, 2008) berpendapat bahwa kebutuhan informasi merupakan sesuatu yang rumit sebab gabungan dari karakteristik personal dan psikologis yang sulit diungkapkan. Kebutuhan ini seringkali samar-samar dan dapat tersembunyi dibawah alam sadar. Tylor (dalam Pendit, 2008) selanjutnya menjelaskan sebelum sebuah kebutuhan terwujud secara pasti, ada tingkatan yang dilalui oleh pemikiran manusia, antara lain:
1. Visceral need , yaitu tingkatan ketika kebutuhan informasi belum sungguh- sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan pengalaman seseorang dalam hidupnya.
2. Concious need , yaitu ketika seseorang mulai mereka-reka apa yang sesungguhnya mereka butuhkan.
3. Formalized need , yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan terpadu dapat mengenali kebutuhan informasinya, dan mungkin disaat inilah ia baru dapat menyatakan kebutuhannya kepada orang lain.
4. Compromised need , ketika seseorang mengubah-ubah rumusan kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi tertentu.
Yusup (2010:82) mengemukakan kebutuhan seseorang khususnya yang dihadapkan dengan berbagai media penampung informasi (sumber-sumber informasi) seperti yang di usulkan oleh Katz, Gurevitch, dan Hass sebagai berikut:
1. Kebutuhan kognitif . Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan, dan pemahaman seseorang akan lingkungannya.
2. Kebutuhan afektif . Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional.
3. Kebutuhan integrasi personal . Ini sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu.
4. Kebutuhan integrasi sosial . Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman, dan orang lain di dunia.
5. Kebutuhan berkhayal . Ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan.
Kebutuhan informasi sangat tergantung pada kondisi dan situasi yang dialami seseorang. Sehingga untuk meneliti kebutuhan informasi, saracevic (dalam pendit, 2008) menyarankan untuk memperhatikan beberapa faktor. Faktor tersebut seperti: persepsi seseorang terhadap masalah yang sedang dihadapi, rencana seseorang dalam penggunaan informasi, kondisi pengetahuan seseorang yang relevan dengan kebutuhannya, dan dugaan seseorang tentang ketersediaan informasi yang dibutuhkan.
Tague (dalam Laloo, 2002:14) membagi kebutuhan informasi seseorang dalam beberapa tipe. Tipe tersebut antara lain:
1. Social or pragmatic the following information needs- required for coping day-to-day life.
2. Recreation information needs
3. Professional information needs
4. Educational Information needs
Selain kategori tersebut dapat di kategorikan pada tipe :
success needs -for employment opportunities, self improvement
Specialised Information needs- for the physically handicapped, emotionally
disturbed, geographically isolated, etc.Laloo dalam bukunya “Information Needs, Information Seeking behavior and Users” membagi warganegara ke dalam kelompok berdasarkan macam aktivitasnya antara lain:
1. Profesionals . Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang menjalani pelatihan dalam periode waktu tertentu pada sebuah bidang khusus.
2. Semi-professionals . Kelompok ini termasuk seseorang yang berhubungan aktif pada beberapa bidang. Orang dalam kelompok ini dapat bekerja pada beberapa jenis pekerjaan professional tapi tanpa pengetahuan, kemampuan dan keputusan.
3. Non-professionals . Setiap orang yang tidak terkategori kedalam kelompok professionals dan semi-professionals Kebutuhan informasi merupakan bagian dari konsep sentral perilaku informasi (Information Behavior) selain pencarian (seeking) dan penggunaan
(Using) informasi. Seiring perkembangan waktu, kebutuhan khalayak dunia tidak lagi sekedar fakta yang akurat dan aktual, melainkan pula penyajian yang cepat lebih dari itu, mereka menginginkan pula ragam informasi dari seluruh penjuru pada waktu yang bersamaan Ibnu (dalam Murniatmo:1997).
2.3 . Masyarakat Desa Hutan
Informasi menurut Dervin (dalam Suwanto,1997:19) dapat digunakan untuk beragam keperluan, beberapa diantaranya adalah keperluan untuk mendapatkan skill (kemampuan atau ketrampilan) dan agar mulai dapat belajar serta membuat situasi lebih baik. Upaya menjadikan kondisi Masyarakat Pedesaan terpencil menjadi lebih baik dilakukan beragam program peningkatan kualitas hidup mereka, termasuk masyarakat Desa Hutan di Indonesia. Beberapa program tersebut biasanya dilakukan melalui proses pelatihan maupun pemberdayaan yang dilaksanakan lembaga pemerintah dan non-pemerintah yang melibatkan proses transfer informasi didalamnya. Hal itu dilakukan karena kondisi masyarakat Desa Hutan secara umum yang sangat memprihatinkan.
Masyarakat Desa Hutan merupakan masyarakat yang mendiami wilayah yang berada di sekitar atau di dalam hutan dan mata pencaharian atau pekerjaan masyarakatnya tergantung pada interaksi terhadap hutan (Awang,2008:15). Istilah ‘Desa Hutan’ ini mulai dikenal sejak dicetuskannya program pengelolaan hutan bersama masyarakat oleh Perum Perhutani sejak 2001. Program ini diadakan sebagai program pengentasan kemiskinan sekaligus penyelenggaraan perubahan kebijakan FAO sejak tahun 1978 di Jakarta, dengan tema hutan untuk kesejahteraan masyarakat.
Program pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat tersebut sangat diperlukan. Hal ini disebabkan masyarakat yang tinggal di hutan di Indonesia merupakan salah satu kelompok miskin terbesar di Indonesia, bahkan masyarakat yang tinggal di hutan cenderung miskin secara menahun (Wollenberg, 2004:2). Padahal sumber daya yang diperoleh dari kawasan hutan Indonesia sangat berlimpah. Mulai dari hasil panen pulp sebagai bahan baku pembuatan kertas, potensi volume kayu dan rotan dalam jumlah banyak dan potensi sumberdaya lainnya seperti bahan pertambangan, seharusnya mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar hutan. Tetapi, faktanya kehidupan masyarakat disekitar hutan justru semakin termarginalkan (Zulaifah,2006:14).
Zulaifah (2006: 14-15) dalam tesisnya juga mengungkapkan bahwa pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi di daerah pedesaan menyebabkan berbagai dampak negatif, antara lain lahan pertanian yang makin menyempit akibat bagi waris maupun akibat alih fungsi lahan, tidak tersedianya lapangan pekerjaan lain yang layak bagi angkatan kerja penduduk pedesaan, serta makin sulitnya untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan perumahan.
Mundurnya kondisi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan mendorong Pemerintah melalui Kementrian Kehutanan untuk mengeluarkan Peraturan Menteri No. P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa. Kebijakan ini dilakukan dalam rangka melibatkan masyarakat di sekitar hutan untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang adil dan lestari sekaligus meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mereka. Salah satu kegiatan untuk mencapai tujuan kebijakan tersebut adalah dengan pemberian pembinaan pada masyarakat di sekitar hutan. Saat ini pembinaan mulai dilaksanakan di beberapa wilayah hutan Indonesia khususnya di pulau Jawa, termasuk pembinaan pada masyarakat Desa Hutan Peta Pangkuan Hutan Pekalongan Timur yang dilakukan oleh LMDH setempat maupun dari Dinas terkait.
Wilayah Kabupaten Pekalongan Selatan masih banyak masyarakat yang belum terlayani pendidikannya dengan baik, dari sejumlah + 21.846 jiwa yang merupakan penduduk dari 10 Desa, 2 kecamatan: kajen dan paninggaran. Dari usia paud 2.176 anak belum terlayani + 1.500 anak, usia SMP 1.156 anak belum terlayani + 250 anak, usia SMU 1.192 anak belum terlayani + 400 anak (paguyubanlmdh.blogspot.com). Sementara kesempatan untuk mengakses pendidikan formal sudah tidak mampu lagi dinikmati. Kesempatan lain yang masih memungkinkan untuk diraih adalah apabila di lingkungan terdekat dapat didirikan dan dikembangkan Lembaga Pendidikan Non Formal (Paguyuban LMDH, 2011). Oleh karena itu, LMDH Kabupaten Pekalongan mengadakan P3MDH atau dengan istilah lain Agroforestry Learning Center untuk membina dan memberdayakan masyarakatnya.
2.4 . Penelitian Sebelumnya Kajian terhadap kebutuhan informasi pengguna telah banyak dilakukan.
Akan tetapi sedikit sekali yang meneliti tentang kebutuhan informasi masyarakat pedesaan dengan lingkungan khusus.
Penelitian sebelumnya yang menjadi acuan penelitian ini antara lain sebagai berikut:
2.4.1 Penelitian yang dilakukan Yusop, dkk (2012) tentang kebutuhan informasi masyarakat pedesaan di Malaysia.
Penelitian ini mengkaji tentang kebutuhan informasi pada masyarakat pedesaan di Malaysia. Dalam jurnal penelitian tersebut dipaparkan bahwa kebutuhan informasi masyarakat pedesaan dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yakni: dalam hubungan dengan kegiatan ekonomi dan dalam hubungan dengan kehidupan sehari-hari. Serta ditemukan kebutuhan informasi yang paling umum diperlukan masyarakat pedesaan Malaysia yang terbagi dalam empat sektor (mereka yang bekerja pada sektor kelapa sawit, padi, karet dan perikanan) antara lain: IT, Bisnis, Pendidikan, Peluang Karir. Sedangkan yang paling dibutuhkan adalah informasi tentang politik dan hiburan.
2.4.2 Penelitian yang dilakukan Suwanto (1997), Studi tentang
kebutuhan dan perilaku pencarian informasi dosen Fakultas Kedokteran UNDIP dan UNISSULA Semarang.
Penelitian ini bertujuan menganalisis kebutuhan dan pencarian informasi dosen fakultas kedokteran kedua universitas tersebut serta hubungannya dengan latar belakang pendidikan dan tujuan penggunaan informasinya. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kebutuhan jenis informasi ditinjau dari segi latar belakang pendidikan dosen.
Sedangakan dalam media informasi, sumber informasi dan strategi pencarian serta cara perolehan informasi tidak terdapat perbedaan.
2.4.3 Penelitian yang dilakukan Kartika (2012) tentang kebutuhan dan
perilaku pencarian informasi para peneliti di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dan perilaku pencarian informasi yang dilakukan oleh peneliti di MKRI serta mengetahui kendala yang dihadapi peneliti dalam melakukan pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi.