PEMBATASAN KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM UNDANG UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN BERDASARKAN PASAL 22 ICCPR DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA.
PEMBATASAN KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM UNDANG – UNDANG
NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN
BERDASARKAN PASAL 22 INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND
POLITICAL RIGHTS DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA
Mediana Novia K
110110100402
Pada Juli 2013 Pemerintah Indonesia mengesahkan Undang – Undang
Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan (UU Ormas).
Organisasi Kemasyarakatan merupakan salah satu bentuk perwujudan dari hak
kebebasan berserikat. UU Ormas menetapkan tujuan Organisasi Kemasyarakatan
yang limitatif dan juga persyaratan pendaftaran yang menimbulkan ancaman kontrol
kegiatan terhadap Organisasi Kemasyarakatan. Pengaturan dalam UU Ormas ini
kemudian menimbulkan kritik dari masyarakat Indonesia dan juga Komite HAM PBB
karena dianggap telah menerapkan pembatasan yang tidak semestinya terhadap
hak kebebasan berserikat. Indonesia sebagai negara yang meratifikasi International
Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) diperingatkan untuk menyesuaikan
hukum nasionalnya dengan pengaturan mengenai hak kebebasan berserikat beserta
pembatasannya yang telah diatur dalam Pasal 22 ICCPR.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian berupa pendekatan yuridis
normatif, yaitu mencari data sekunder melalui studi kepustakaan dengan
menggunakan bahan hukum primer, yaitu konvensi dan peraturan perundangundangan tentang HAM khususnya mengenai kebebasan berserikat, yang kemudian
diperjelas dengan bahan hukum sekunder. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis,
yaitu menggunakan data-data tersebut untuk menjelaskan objek permasalahan yang
ada berdasarkan peraturan-peraturan yang dikaitkan dengan teori, prinsip hukum
yang ada. Metode analisis data dilakukan dengan cara analisis kualitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa UU Ormas dalam membatasi tujuan
Ormas telah menerapkan pembatasan yang sesuai dengan pembatasan hak
kebebasan berserikat yang diperbolehkan dalam Pasal 22(2) ICCPR. Persyaratan
pendaftaran yang bersifat administratif dan daftar tujuan Ormas yang diterapkan
oleh Pemerintah Indonesia telah proporsional dengan tujuan demi ketertiban umum
yang dibutuhkan dalam masyarakat yang demokratis. Pembatasan telah ditetapkan
berdasarkan hukum, namun hukum yang mengatur masih bersifat ambigu dan
multitafsir bagi beberapa pihak sehingga berpotensi menimbulkan pelanggaran
terhadap Pasal 22 ayat 2 ICCPR. Indonesia sebagai negara peserta ICCPR memiliki
konsekuensi untuk memperbaiki hukumnya agar lebih jelas dan sesuai dengan
standar Hukum Nasional dan Hukum HAM Internasional.
iv
RESTRICTIONS ON FREEDOM OF ASSOCIATION ON THE LAW NUMBER 17
OF 2013 REGARDING SOCIETAL ORGANIZATIONS BASED ON ARTICLE 22 OF
INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS AND
IMPLEMENTATION IN INDONESIA
Mediana Novia K
110110100402
On July 2013 the Government of Indonesia enacted - Law Number 17 of
2013 regarding societal organizations. Societal organization is one of the
manifestations of the right to freedom of association. Societal Organizations Law
rules a limited purpose of Societal Organization to be formed and also rules
registration requirements that pose a threat to activity control of the Societal
Organization. The provisions in this Societal Organizations Law led to criticism from
Indonesian people and the UN Human Rights Committee because it is assumed to
have restrictions on the right to freedom of association. Indonesia as a country that
ratified the International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) is warned to
adjust its domestic law base on regulation on the rights of freedom of association as
well as the limitations that are mentioned in Article 22 of the ICCPR.
This research uses normative juridical approach by collecting secondary data
through literature research using primary legal materials such as conventions and
national law on human rights, especially regarding freedom of association, which is
clarified by secondary resource. This is a descriptive analytical research, using these
data to describe objects existing problems based on rules related to the theory, the
principles of the existing law. The method that is used to analyze the data is
qualitative analytical method.
The research concludes that the limitation on purpose of Societal
Organization is accordance with the restrictions that is allowed in Article 22 (2) of the
ICCPR. Administrative registration requirements and a list of purposes of Societal
Organization that is applied by the Indonesian Government is proportional to the
objectives required for the sake of public order in a democratic society. Restrictions
are prescribed by law, but the law is still ambiguous and open to multiple
interpretations for the parties that could potentially lead to a violation of Article 22
paragraph 2 of the ICCPR. The legal consequences to Indonesia as the participating
countries is to revise its law and to ensure that it is clear and in compliance with
the standards of the National Law and International Human Rights Law.
v
NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN
BERDASARKAN PASAL 22 INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND
POLITICAL RIGHTS DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA
Mediana Novia K
110110100402
Pada Juli 2013 Pemerintah Indonesia mengesahkan Undang – Undang
Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan (UU Ormas).
Organisasi Kemasyarakatan merupakan salah satu bentuk perwujudan dari hak
kebebasan berserikat. UU Ormas menetapkan tujuan Organisasi Kemasyarakatan
yang limitatif dan juga persyaratan pendaftaran yang menimbulkan ancaman kontrol
kegiatan terhadap Organisasi Kemasyarakatan. Pengaturan dalam UU Ormas ini
kemudian menimbulkan kritik dari masyarakat Indonesia dan juga Komite HAM PBB
karena dianggap telah menerapkan pembatasan yang tidak semestinya terhadap
hak kebebasan berserikat. Indonesia sebagai negara yang meratifikasi International
Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) diperingatkan untuk menyesuaikan
hukum nasionalnya dengan pengaturan mengenai hak kebebasan berserikat beserta
pembatasannya yang telah diatur dalam Pasal 22 ICCPR.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian berupa pendekatan yuridis
normatif, yaitu mencari data sekunder melalui studi kepustakaan dengan
menggunakan bahan hukum primer, yaitu konvensi dan peraturan perundangundangan tentang HAM khususnya mengenai kebebasan berserikat, yang kemudian
diperjelas dengan bahan hukum sekunder. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis,
yaitu menggunakan data-data tersebut untuk menjelaskan objek permasalahan yang
ada berdasarkan peraturan-peraturan yang dikaitkan dengan teori, prinsip hukum
yang ada. Metode analisis data dilakukan dengan cara analisis kualitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa UU Ormas dalam membatasi tujuan
Ormas telah menerapkan pembatasan yang sesuai dengan pembatasan hak
kebebasan berserikat yang diperbolehkan dalam Pasal 22(2) ICCPR. Persyaratan
pendaftaran yang bersifat administratif dan daftar tujuan Ormas yang diterapkan
oleh Pemerintah Indonesia telah proporsional dengan tujuan demi ketertiban umum
yang dibutuhkan dalam masyarakat yang demokratis. Pembatasan telah ditetapkan
berdasarkan hukum, namun hukum yang mengatur masih bersifat ambigu dan
multitafsir bagi beberapa pihak sehingga berpotensi menimbulkan pelanggaran
terhadap Pasal 22 ayat 2 ICCPR. Indonesia sebagai negara peserta ICCPR memiliki
konsekuensi untuk memperbaiki hukumnya agar lebih jelas dan sesuai dengan
standar Hukum Nasional dan Hukum HAM Internasional.
iv
RESTRICTIONS ON FREEDOM OF ASSOCIATION ON THE LAW NUMBER 17
OF 2013 REGARDING SOCIETAL ORGANIZATIONS BASED ON ARTICLE 22 OF
INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS AND
IMPLEMENTATION IN INDONESIA
Mediana Novia K
110110100402
On July 2013 the Government of Indonesia enacted - Law Number 17 of
2013 regarding societal organizations. Societal organization is one of the
manifestations of the right to freedom of association. Societal Organizations Law
rules a limited purpose of Societal Organization to be formed and also rules
registration requirements that pose a threat to activity control of the Societal
Organization. The provisions in this Societal Organizations Law led to criticism from
Indonesian people and the UN Human Rights Committee because it is assumed to
have restrictions on the right to freedom of association. Indonesia as a country that
ratified the International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) is warned to
adjust its domestic law base on regulation on the rights of freedom of association as
well as the limitations that are mentioned in Article 22 of the ICCPR.
This research uses normative juridical approach by collecting secondary data
through literature research using primary legal materials such as conventions and
national law on human rights, especially regarding freedom of association, which is
clarified by secondary resource. This is a descriptive analytical research, using these
data to describe objects existing problems based on rules related to the theory, the
principles of the existing law. The method that is used to analyze the data is
qualitative analytical method.
The research concludes that the limitation on purpose of Societal
Organization is accordance with the restrictions that is allowed in Article 22 (2) of the
ICCPR. Administrative registration requirements and a list of purposes of Societal
Organization that is applied by the Indonesian Government is proportional to the
objectives required for the sake of public order in a democratic society. Restrictions
are prescribed by law, but the law is still ambiguous and open to multiple
interpretations for the parties that could potentially lead to a violation of Article 22
paragraph 2 of the ICCPR. The legal consequences to Indonesia as the participating
countries is to revise its law and to ensure that it is clear and in compliance with
the standards of the National Law and International Human Rights Law.
v