FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI DENPASAR.

(1)

 

PENDAHULUAN STUDI KASUS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI DENPASAR

OLEH:

Ni Made Ari Wilani, S.Psi, M.Psi.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2015


(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku konsumtif remaja saat ini cukup mengawatirkan, dalam keseharian remaja Indonesia, terutama remaja yang tinggal di daerah perkotaan di mana mereka suka menghabiskan waktu luang bersama teman sebaya di tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk berperilaku konsumtif, seperti di mall, kafe dan supermarket. Kebutuhan remaja yang ingin diakui oleh teman sebaya serta untuk menaikkan prestise membuat para remaja rela menghabiskan uang yang tidak sedikit pada akhirnya remaja berperilaku konsumtif (Tambunan, 2001). Remaja adalah segmentasi pasar bisnis yang menguntungkan bagi para produsen produk, hal itu dikarenakan remaja memiliki kecenderungan untuk berperilaku konsumtif. Karakteristik remaja yang mudah berubah, tidak terkontrol, suka mencoba hal baru, mudah dibujuk rayuan dan suka ikut-ikut teman, boros dan tidak realistis menjadikan remaja sebagai segmentasi yang menjanjikan.

Survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Kota Denpasar pada 300 siswa dan siswi SMA menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka adalah remaja yang konsumtif. Hasil wawancara, remaja menghabiskan uang untuk berganti gadget tercanggih, membeli pulsa agar dapat selalu aktif di jejaring sosial, pergi kemall untuk belanja baju, sepatu dan kosmetik atau pergi ke restoran dan kafe menghabiskan waktu luang bersama dengan teman sebaya mereka. Gaya hidup remaja tersebut menunjukkan bahwa perilaku remaja di Denpasar cukup konsumtif, mengingat remaja belum memiliki kemadirian ekonomi. Remaja masih tergantung secara ekonomi pada orang tua.

Perilaku konsumtif remaja di Denpasar di pengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan sosial masyarakat, keluarga dan teman sebaya yang memfasilitasi perilaku konsumtif tersebut semakin berkembang. Lingkungan sosial Bali dengan tingkat ekonomi masyarakat yang cukup baik dengan rata-rata berada di kelas menengah dan atas, memfasilitasi keberadaan sarana dan prasarana sehingga dengan mudah remaja mengkonsumsikan uang mereka. Kemudian peran orang tua cukup berpengaruh terhadap perilaku konsumtif remaja, orang tua dengan mudah memberikan fasilitas terbaik bagi anak mereka contohnya, memberikan mobil agar dapat dikendarai anak mereka, gadget dengan harga yang cukup


(3)

mahal, menggunakan merek pakaian terkenal dengan biaya yang fantastik. Pengaruh teman sebaya terhadap perilaku konsumtif juga cukup besar, remaja memiliki kecenderungan mengikuti gaya hidup teman lain tanpa harus berpikir panjang.

Fenomena perilaku konsumtif kelompok remaja di Denpasar, mendasari peneliti untuk melakukan penelitian tentang asesmen dan modifikasi perilaku pada kelompok remaja di Sekolah Menengah Atas yang ada di Denpasar. Asesmen dilakukan untuk melihat sejauh apa perilaku konsumtif yang dilakukan kelompok remaja dan kemudian dilakukan treatmen modifikasi perilaku pada kelompok remaja tersebut agar dapat dilihat perubahan perilaku dari perilaku yang konsumtif menjadi tidak konsumtif.

1. Perumusan Masalah

Kecenderungan perilaku konsumtif pada kelompok remaja di sekolah menengah atas yang ada di Denpasar membutuhkan asesmen dan treatmen modifikasi perilaku agar dapat dilihat perubahan perilaku kelompok remaja yang konsumtif.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku konsumtif kelompok remaja dan adanya perubahan perilaku remaja yang konsumtif setelah dilakukan modifikasi perilaku.

3. Luaran yang Diharapkan

a. Hasil Penelitian di Presentasikan Pada

The 7th International Conference of the Asia Association of Indigenous and Cultural Psychology (AAICP)

Faculty of Psychology, Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia, August 24-26, 2015

b. Hasil Penelitian Masuk dalam Jurnal Internasional c. Model Asesmen dan Modifikasi Perilaku Konsumtif


(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Konsumtif Remaja

Hempel (1996), menjelaskan bahwa perilaku konsumtif sebagai sebuah ketegangan antara kebutuhan dan keinginan. Tambunan (2001), perilaku konsumtif adalah keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan makasimal. Sumartono (2002), perilaku konsumtif yaitu tindakan menggunakan suatu suatu produk secara tidak tuntas, di mana belum habis menggunakan suatu produk, seseorang telah menggunakan produk yang sama dari merk lain. Sedangkan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Sumartono, 2002) menjelaskan bahwa perilaku konsumtif itu adalah kecenderungan manusia untuk mengkonsumsi barang tanpa batas dan manusia lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan. Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan akan menggunakan definisi perilaku konsumtif menurut Tambunan (2001), karena definisi tersebut sangat konprehensif dengan definisiperilaku konsumtif.

Adapun definisi perilaku konsumtif menurut Tambunan (2001) yaitu keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal. Definisi tersebut sangat menggambarkan perilaku remaja saat ini, di mana sebagian besar remaja banyak menghabiskan uang mereka untuk membeli barang-barang yang tidak mereka butuhkan melainkan hanya untuk mengikuti trend agar diterima dan diakui oleh orang lain dalam lingkungannya.

Ajizah dan Sundusiah (2010) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif remaja yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun veriabel-variabel dalam faktor internal yaitu :

a. Faktor Psikologis. Remaja berada dalam masa badai dan stres sehingga membuat kondisi psikologis remaja tidak stabil. Salah satu bentuk ketidakstabilan psikologis remaja adalah sering berpikir tidak rasional. Misalnya, membeli barang bukan karena kebutuhan, melainkan karena remaja tersebut berpikir bahwa ini merupakan cara untuk meneguhkan status atau diakuidan diterima oleh kelompok di lingkungannya.


(5)

b. Motivasi. Karena keinginan yang tinggi untuk memiliki suatu barang mendorong individu untuk cenderung membelinya tanpa memikirkan mereka membutuhkan atau mampu secara finansial atau tidak. Solomon (2011) menjelaskan alasan lain dari para konsumen termotivasi untuk membeli produk adalah untuk mengejar sebuah status, sehingga menaikkan prestise dan membuat mereka diakui dalam lingkungannya.

c. Persepsi. Persepsi adalah proses menginterpretasi suatu stimulus. Persepsi erat kaitannya dengan motivasi. Misalnya, remaja melihat iklan suatu produk dan menginterpretasikan bahwa iklan tersebut keren atau menguntungkan sehingga memotivasi remaja untuk membeli produk tersebut.

d. Sikap pendirian dan kepercayaan. Mangkunegara (2009) menjelaskan bahwa sikap mempengaruhi kepercayaan, begitu juga sebaliknya. Sikap dan keyakinan sangat berpengaruh pada pemilihan produk. Melihat remaja adalah pasar yang potensial karena sikap remaja mudah terpengaruh dan percaya pada rayuan iklan sehingga menjadikan remaja berperilaku konsumtif.

Variabel-variabel dalam faktor eksternal yaitu Faktor Kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial dan keluarga. Mangkunegara (2009), menjelakan kebudayaan merupakan hal yang kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, kebiasaan, dan norma-norma yang berlaku pada masyarakat. Jika perilaku konsumtif telah menjadi sebuah kebiasaan dalam lingkungan remaja maka lambat laun remaja akan mengikuti kebiasan tersebut. Hal itu karena lingkungan menjadi tempat ke dua setelah keluarga dalam proses belajar remaja, mengingat di usia ini remaja banyak menghabiskan waktunya di lingkungan luar keluarga, yaitu teman sebaya. Sehingga tidak heran jika remaja ingin sama dengan kebiasaan yang ada dalam lingkungannya yaitu teman sebaya sebagai bentuk konformitas dan ingin diakui.

Kondisi ekonomi seseorang akan mempengaruhi seberapa konsumtif orang tersebut. Mangkunegara (2009) menjelaskan tentang kaitan kelas sosial dengan perilaku konsumtif, di mana orang dengan dengan kelas sosial rendah membeli barang untuk kebutuhan sehari-hari yang diobral atau harga promosi. Sedangkan orang dengan kelas sosial menengah ke atas cenderung untuk membeli barang mahal dan untuk menampakkan kekayaan.

Kelompok sosial adalah sekumpulan individu yang saling bekerja sama, berinteraksi dan berhubungan timbal balik. Jika dihubungkan dengan perilaku konsumtif pada remaja hal itu disebabkan karena ada interaksi dan hubungan timbal balik antar remaja sehingga value


(6)

atau perilaku kelompok pada suatu produk menjadi panutan bagi remaja yang bergabung dalam kelompok tersebut (Anharmifta, 2013). Mangkunegara (2009) menyebut sebagai kelompok anutan, yaitu suatu kelompok yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan perilaku konsumen. Kelompok anutan ini ikut berperan dalam mempengaruhi pemilihan produk remaja yang menjadi anggota kelompok untuk memilih produk atau merk yang digunakan sesuai dengan aspirasi kelompok.

Keluarga adalah lingkungan pertama tempat individu belajar. Nilai-nilai dan norma-norma dipelajari oleh individu pertama kali di dalam keluarga. Oleh karena itu kenapa keluarga sangat berperan dalam menentukan perilaku individu, salah satunya adalah perilaku membeli. Mangkunegara (2009) menjelaskan bahwa keluarga merupakan suatu unit masyarakat terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan membeli. Artinya, keluarga adalah salah satu unit yang berperan dalam membentuk perilaku membeli individu. Sehingga jika perilaku membeli yang berlebihan telah dipelajari oleh anak sejak kecil maka kemungkinan saat memasuki usia remaja anak tersebut akan menjadi remaja yang konsumtif.

B. Modifikasi Perilaku dan Asesmen

Modifikasi perilaku digunakan dalam proses perubahan perilaku yang yang dianggap bermasalah. Karakteristik perilaku yang dimaksud haruslah perilaku yang dapat diukur dan diobservasi dalam beberapa cara dan menggunakan perubahan dalam ukuran perilaku. Indikator masalah haruslah jelas sehingga dapat dilihat perilaku yang akan muncul seperti apa. Modifikasi perilaku adalah sebuah prosedur treatmen dan teknik untuk mengubah perilaku seseorang dalam lingkungan agar perilakunya dapat berfungsi dengan baik. Dalam modifikasi perilaku, berbicara dengan individu yang akan dimodifikasi perilakunya adalah hal penting. Modifikasi perilaku biasa digunakan pada kasus-kasus psikologis tertentu secara klinis namun pada modifikasi kelompok juga dapat digunakan pada perilaku kelompok dalam suatu lingkungan tertentu.

Pada dasarnya modifikasi perilaku adalah teknik yang kerap digunakan individu dalam keseharian kehidupannya sehingga modifikasi perilaku dapat membantu seseorang dalam berbagai situasi, misalnya saja bagaimana seorang perokok berat berusaha untuk berhenti dari aktivitas merokok. Modifikasi perilaku sebagian besar menggunakan teknik dasar penelitian dalam proses belajar secara umum dan prinsip-prinsip instrumental Povlov (Pear, 2001).


(7)

Modifikasi perilaku adalah sebuah ilmu yang didalamnya terdapat intervensi perilaku tertentu bertanggungjawab terhadap perubahan perilaku tertentu tersebut dengan sistematis prosedur dan prinsip belajar. Dalam modifikasi perilaku perlu dilakukan asesmen perilaku terlebih dahulu. Asesmen perilaku dilakukan untuk mengumpulkan dan menganalisis data serta informasi untuk mengidentifikasi dan mendiskripsikan target perilaku yang diharapkan, mengidentifikasi penyebab masalah atau perilaku, sebagai panduan untuk menyeleksi treatmen perilaku yang sesuai dan melakukan evaluasi terhadap hasil (Martin & Pear, 2011)


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif yaitu metode eksperimen. Asesmen dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang dibuat untuk melihat perilaku konsumtif remaja kemudian dilakukan modifikasi perilaku pada kelompok remaja yang konsumtif. Sebelum dilakukan treatmen modifikasi perilaku maka kelompok remaja akan di beri pretest dan postest untuk mengukur adanya perubahan perilaku pada kelompok remaja tersebut. Teknik modifikasi perilaku adalah dengan menggunakan Behavior Event Interview (BEI), kemudian menggunakan Cognitive Theraphy (CT) dan teori belajar operan conditional Povlov. Salah satu alat asesmen digunakan adalah teknik Photovoice, yaitu mengambil foto atau gambar terkait perilaku konsumtif kelompok remaja tersebut. Gambar diambil oleh asisten peneliti yaitu siswa pada kelompok remaja.

Responden penelitian adalah remaja yang merupakan siswa SMA 2 dan SMA 8 setelah di asesmen berperilaku konsumtif dengan responden sebanyak 2 kelompok yang masing-masing terdiri dari 6 siswa begitupula pada asesmen dengan menggunakan photovoice. Proses penelitian yang telah dilakukan peneliti adalah menyebarkan angket perilaku konsumtif di dua sekolah tersebut sejumlah 300 angket dan hasilnya adalah perilaku mereka berada di rentang konsumtif. Road Map Penelitian

November - Desember 2014

Januari- februari 2015

April-Mei 2015 Juli- Agustus 2015

September- Oktober 2015 Penyebaran skala

perilaku konsumtif pada 300 siswa dan sosialisasi deteksi perilaku konsumtif

Revisi proposal dan memasukkan proposal ke dalam Hibah Unggulan Prodi Proses asesmen dan modifikasi perilaku Analisis data awal Pembuatan Laporan hasil akhir penelitian Perumusan Masalah Penelitian Persiapan penelitian dan

Proses BEI Presentasi hasil penelitian di The

7th International

Membuat full peper untuk di daftarkan


(9)

finalisasi alat ukur penelitian

Conference of the Asia Association of Indigenous and

Cultural Psychology

(AAICP) Faculty of Psychology,

Universitas Padjadjaran

Bandung, Indonesia, August 24-26,

2015

ke jurnal internasional

Pembuatan

proposal penelitian

Sosialisasi pada asisten peneliti terkait dengan asesmen

photovoice

Proses Behavior kognitif

Revisi hasil seminar dan kroscek data di lapangan

Hasil presentasi konferensi secara otomatis akan masuk pada jurnal Internasional yang di kelola oleh pelaksana

konferensi, tiap judul mendapat seorang reviewer


(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Konsumtif Remaja

Hempel (1996), menjelaskan bahwa perilaku konsumtif sebagai sebuah ketegangan antara kebutuhan dan keinginan. Tambunan (2001), perilaku konsumtif adalah keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan makasimal. Sumartono (2002), perilaku konsumtif yaitu tindakan menggunakan suatu suatu produk secara tidak tuntas, di mana belum habis menggunakan suatu produk, seseorang telah menggunakan produk yang sama dari merk lain. Sedangkan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Sumartono, 2002) menjelaskan bahwa perilaku konsumtif itu adalah kecenderungan manusia untuk mengkonsumsi barang tanpa batas dan manusia lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan. Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan akan menggunakan definisi perilaku konsumtif menurut Tambunan (2001), karena definisi tersebut sangat konprehensif dengan definisiperilaku konsumtif.

Adapun definisi perilaku konsumtif menurut Tambunan (2001) yaitu keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal. Definisi tersebut sangat menggambarkan perilaku remaja saat ini, di mana sebagian besar remaja banyak menghabiskan uang mereka untuk membeli barang-barang yang tidak mereka butuhkan melainkan hanya untuk mengikuti trend agar diterima dan diakui oleh orang lain dalam lingkungannya.

Ajizah dan Sundusiah (2010) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif remaja yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun veriabel-variabel dalam faktor internal yaitu :

a. Faktor Psikologis. Remaja berada dalam masa badai dan stres sehingga membuat kondisi psikologis remaja tidak stabil. Salah satu bentuk ketidakstabilan psikologis remaja adalah sering berpikir tidak rasional. Misalnya, membeli barang bukan karena kebutuhan, melainkan karena remaja tersebut berpikir bahwa ini merupakan cara untuk meneguhkan status atau diakuidan diterima oleh kelompok di lingkungannya.


(2)

b. Motivasi. Karena keinginan yang tinggi untuk memiliki suatu barang mendorong individu untuk cenderung membelinya tanpa memikirkan mereka membutuhkan atau mampu secara finansial atau tidak. Solomon (2011) menjelaskan alasan lain dari para konsumen termotivasi untuk membeli produk adalah untuk mengejar sebuah status, sehingga menaikkan prestise dan membuat mereka diakui dalam lingkungannya.

c. Persepsi. Persepsi adalah proses menginterpretasi suatu stimulus. Persepsi erat kaitannya dengan motivasi. Misalnya, remaja melihat iklan suatu produk dan menginterpretasikan bahwa iklan tersebut keren atau menguntungkan sehingga memotivasi remaja untuk membeli produk tersebut.

d. Sikap pendirian dan kepercayaan. Mangkunegara (2009) menjelaskan bahwa sikap mempengaruhi kepercayaan, begitu juga sebaliknya. Sikap dan keyakinan sangat berpengaruh pada pemilihan produk. Melihat remaja adalah pasar yang potensial karena sikap remaja mudah terpengaruh dan percaya pada rayuan iklan sehingga menjadikan remaja berperilaku konsumtif.

Variabel-variabel dalam faktor eksternal yaitu Faktor Kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial dan keluarga. Mangkunegara (2009), menjelakan kebudayaan merupakan hal yang kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, kebiasaan, dan norma-norma yang berlaku pada masyarakat. Jika perilaku konsumtif telah menjadi sebuah kebiasaan dalam lingkungan remaja maka lambat laun remaja akan mengikuti kebiasan tersebut. Hal itu karena lingkungan menjadi tempat ke dua setelah keluarga dalam proses belajar remaja, mengingat di usia ini remaja banyak menghabiskan waktunya di lingkungan luar keluarga, yaitu teman sebaya. Sehingga tidak heran jika remaja ingin sama dengan kebiasaan yang ada dalam lingkungannya yaitu teman sebaya sebagai bentuk konformitas dan ingin diakui.

Kondisi ekonomi seseorang akan mempengaruhi seberapa konsumtif orang tersebut. Mangkunegara (2009) menjelaskan tentang kaitan kelas sosial dengan perilaku konsumtif, di mana orang dengan dengan kelas sosial rendah membeli barang untuk kebutuhan sehari-hari yang diobral atau harga promosi. Sedangkan orang dengan kelas sosial menengah ke atas cenderung untuk membeli barang mahal dan untuk menampakkan kekayaan.

Kelompok sosial adalah sekumpulan individu yang saling bekerja sama, berinteraksi dan berhubungan timbal balik. Jika dihubungkan dengan perilaku konsumtif pada remaja hal itu disebabkan karena ada interaksi dan hubungan timbal balik antar remaja sehingga value


(3)

atau perilaku kelompok pada suatu produk menjadi panutan bagi remaja yang bergabung dalam kelompok tersebut (Anharmifta, 2013). Mangkunegara (2009) menyebut sebagai kelompok anutan, yaitu suatu kelompok yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan perilaku konsumen. Kelompok anutan ini ikut berperan dalam mempengaruhi pemilihan produk remaja yang menjadi anggota kelompok untuk memilih produk atau merk yang digunakan sesuai dengan aspirasi kelompok.

Keluarga adalah lingkungan pertama tempat individu belajar. Nilai-nilai dan norma-norma dipelajari oleh individu pertama kali di dalam keluarga. Oleh karena itu kenapa keluarga sangat berperan dalam menentukan perilaku individu, salah satunya adalah perilaku membeli. Mangkunegara (2009) menjelaskan bahwa keluarga merupakan suatu unit masyarakat terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan membeli. Artinya, keluarga adalah salah satu unit yang berperan dalam membentuk perilaku membeli individu. Sehingga jika perilaku membeli yang berlebihan telah dipelajari oleh anak sejak kecil maka kemungkinan saat memasuki usia remaja anak tersebut akan menjadi remaja yang konsumtif.

B. Modifikasi Perilaku dan Asesmen

Modifikasi perilaku digunakan dalam proses perubahan perilaku yang yang dianggap bermasalah. Karakteristik perilaku yang dimaksud haruslah perilaku yang dapat diukur dan diobservasi dalam beberapa cara dan menggunakan perubahan dalam ukuran perilaku. Indikator masalah haruslah jelas sehingga dapat dilihat perilaku yang akan muncul seperti apa. Modifikasi perilaku adalah sebuah prosedur treatmen dan teknik untuk mengubah perilaku seseorang dalam lingkungan agar perilakunya dapat berfungsi dengan baik. Dalam modifikasi perilaku, berbicara dengan individu yang akan dimodifikasi perilakunya adalah hal penting. Modifikasi perilaku biasa digunakan pada kasus-kasus psikologis tertentu secara klinis namun pada modifikasi kelompok juga dapat digunakan pada perilaku kelompok dalam suatu lingkungan tertentu.

Pada dasarnya modifikasi perilaku adalah teknik yang kerap digunakan individu dalam keseharian kehidupannya sehingga modifikasi perilaku dapat membantu seseorang dalam berbagai situasi, misalnya saja bagaimana seorang perokok berat berusaha untuk berhenti dari aktivitas merokok. Modifikasi perilaku sebagian besar menggunakan teknik dasar penelitian dalam proses belajar secara umum dan prinsip-prinsip instrumental Povlov (Pear, 2001).


(4)

Modifikasi perilaku adalah sebuah ilmu yang didalamnya terdapat intervensi perilaku tertentu bertanggungjawab terhadap perubahan perilaku tertentu tersebut dengan sistematis prosedur dan prinsip belajar. Dalam modifikasi perilaku perlu dilakukan asesmen perilaku terlebih dahulu. Asesmen perilaku dilakukan untuk mengumpulkan dan menganalisis data serta informasi untuk mengidentifikasi dan mendiskripsikan target perilaku yang diharapkan, mengidentifikasi penyebab masalah atau perilaku, sebagai panduan untuk menyeleksi treatmen perilaku yang sesuai dan melakukan evaluasi terhadap hasil (Martin & Pear, 2011)


(5)

BAB III

METODE PENELITIAN

Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif yaitu metode eksperimen. Asesmen dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang dibuat untuk melihat perilaku konsumtif remaja kemudian dilakukan modifikasi perilaku pada kelompok remaja yang konsumtif. Sebelum dilakukan treatmen modifikasi perilaku maka kelompok remaja akan di beri pretest dan postest untuk mengukur adanya perubahan perilaku pada kelompok remaja tersebut. Teknik modifikasi perilaku adalah dengan menggunakan Behavior Event Interview (BEI), kemudian menggunakan Cognitive Theraphy (CT) dan teori belajar operan conditional Povlov. Salah satu alat asesmen digunakan adalah teknik Photovoice, yaitu mengambil foto atau gambar terkait perilaku konsumtif kelompok remaja tersebut. Gambar diambil oleh asisten peneliti yaitu siswa pada kelompok remaja.

Responden penelitian adalah remaja yang merupakan siswa SMA 2 dan SMA 8 setelah di asesmen berperilaku konsumtif dengan responden sebanyak 2 kelompok yang masing-masing terdiri dari 6 siswa begitupula pada asesmen dengan menggunakan photovoice. Proses penelitian yang telah dilakukan peneliti adalah menyebarkan angket perilaku konsumtif di dua sekolah tersebut sejumlah 300 angket dan hasilnya adalah perilaku mereka berada di rentang konsumtif.

Road Map Penelitian

November - Desember 2014

Januari- februari 2015

April-Mei 2015 Juli- Agustus

2015

September- Oktober 2015 Penyebaran skala

perilaku konsumtif pada 300 siswa dan sosialisasi deteksi perilaku konsumtif

Revisi proposal dan memasukkan proposal ke dalam Hibah Unggulan Prodi Proses asesmen dan modifikasi perilaku Analisis data awal Pembuatan Laporan hasil akhir penelitian Perumusan Masalah Penelitian Persiapan penelitian dan

Proses BEI Presentasi hasil penelitian di The

7th International

Membuat full peper untuk di daftarkan


(6)

finalisasi alat ukur penelitian

Conference of the Asia Association of Indigenous and

Cultural Psychology

(AAICP) Faculty of Psychology,

Universitas Padjadjaran

Bandung, Indonesia, August 24-26,

2015

ke jurnal internasional

Pembuatan

proposal penelitian

Sosialisasi pada asisten peneliti terkait dengan asesmen

photovoice

Proses Behavior kognitif

Revisi hasil seminar dan kroscek data di lapangan

Hasil presentasi konferensi secara otomatis akan masuk pada jurnal Internasional yang di kelola oleh pelaksana

konferensi, tiap judul mendapat seorang reviewer