Nilai-Nilai Etika Komunikasi Islam Dalam Buku Pantun Dan Pepatah Melayu Karya Tengku Luckman Sinar - Repository UIN Sumatera Utara
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Ruang Lingkup Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut dengan communication berasal dari
bahasa latin yakni communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama
disini maksudnya adalah sama makna. Oleh sebab itu, komunikasi akan terjadi selama ada
kesamaan makna mengenai apa yang menjadi bahan perbincangan.1
Para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masing-masing,
diantaranya seperti:
a. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen, mendefinisikan komunikasi dengan a process by
which a source transmits a message to a receiver some chanel (komunikasi adalah suatu
proses di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragama
saluran).
b. Hoveland, Janis dan Kelley mendefinisikan komunikasi dengan the process by which an
individual (the communicator) transmits stimult (ussually verbal symbols) to modify, the
behavior of other individu (komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya.
c. Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu
proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi
antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.
d. Berelson dan Steiner, mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol
seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lainnya.
e. Weaver, mengatakan bahwa komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran
seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lain.2
16
2. Sejarah Singkat Perkembangan Komunikasi
1
2
Onong Uchjana Efendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 9.
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik (Jakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 32.
Tidak ditemukan data autentik yang dapat menerangkan tentang kapan manusia mulai
mampu berkomunikasi dengan manusia lainnya. Hanya saja diperkirakan bahwa kemampuan
manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain secara lisan adalah suatu peristiwa yang
berlangsung dengan sendirinya.
Namun, Everet M. Rogers antara lain menyebutkan bahwa sejarah komunikasi sudah
dikenal diperkirakan mulai sekitar 4.000 tahun Sebelum Masehi dan biasa disebut dengn zaman
Cro-Magnon. Kemudian sekitar tahun 22.000 Sebelum Masehi, para ahli prasejarah menemukan
lukisan-lukisan dalam gua yang diperkirakan karya komunikasi manusia pada zaman tersebut. 3
Sifat manusia dalam menyampaikan keinginannya serta untuk mengetahui hasrat orang
lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi baik menggunakan lambanglambnag isyarat, kemudian kemampuannya dalam memberikan arti pada setiap lambanglambang tersebut dalam bentuk bahasa verbal. Sehingga menurut Rogers, peristiwa tersebut
merupakan ciri generasi pertama kecapakan manusia dalam berkomunikasi sebelum mereka
mampu mengutarakan pikirannya secara tertulis.
Menurut Rogers, sejarah perkembangan komunikasi dapat dibagi menjadi empat era
perubahan:
a. Era komunikasi tulisan
Diperkirakan dimulai ketika bangsa Sumeria mulai mengenal kemampuan menulis dalam
lembaran tanah liat sekitr 4.000 tahun sebelum Masehi.
b. Era komunikasi cetakan
Era ini dimulai sejak ditemukannya mesin cetak band-press oleh Guttenberg dan John
Caesar di Jerman pada tahun 1456 dan kira-kira berlangsung selama 5.000 tahun.
c. Era telekomunikasi
Pada tahun 1844, Samue Morse menemukan alat telegraph yang pertama dan mengawali
era telekomunikasi.
d. Era komunikasi interaktif
Era komunikasi interaktif mulai terjadi pada pertengahan abad ke-19 dengan
ditemukannya Mainframe Computer ENIAC dengan 18.000 vacum tubes oleh para ahli dari
Universitas Pennsylvenia di Amerika Serikat, pada tahun 1946.4
3
4
Ibid, h. 15.
Ibid, h. 16.
Sedangkan perkembangan ilmu komunikasi dapat dibagi menjadi empat era perubahan,
yaitu:5
a. Periode Transisi Retorika
Studi komunikasi atau yang dikenal sebagai retorika pada zaman Yunani Kuno,
sebenarnya telah ada sebelum zaman Yunani. Pada zaman kebudayaan Mesir telah ada tokohtokoh retorika seperti Kagemi dan Path-Hotep, namun demikian tradisi retorika sebagai upaya
pengkajian dan terorganisasi baru dilakukan di zaman Yunani Kuno dengan perintisnya ialah
Aristoteles.
Aristoteles menyatakan bahwa retorika mencakup tiga unsur yang bertujuan untuk
mempersuasi, yaitu:
1. Ethos (kredibilitas sumber),
2. Pathos (hal yang menyangkut emosi/perasaan), dan
3. Logos (hal yang berkaitan dengan fakta).
Pokok-pokok pikiran ini kemudian dikembangkan lagi oleh Cicero dan Quintilian, dalam
lima aturan retorika, yaitu:
1. Inventio (urutan argumentasi),
2. Dispesitio (pengaturan ide),
3. Eloqutio (gaya bahasa),
4. Memoria (ingatan), serta
5. Pronounciatio (cara penyampaian pesan).
Menurut mereka unsur-unsur tersebut di atas juga menentukan keberhasilan upaya
persuasi yang dilakukan seseorang. Selain mereka, ada juga tokoh retorika lain yang terkenal
zaman itu, diantaranya Corax, Scorates dan Plato.
b. Periode Pertumbuhan: 1900-Perang Dunia II
Pertumbuhan komunikasi dapat dikatakan dimulai pada awal abad ke-19. Ada beberapa
perkembangan penting yang terjadi pada masa ini, seperti penemuan-penemuan teknologi
komunikasi seperti telepon, telegraph, radio, TV dan lain-lain. Perang Dunia I dan II juga pecah
pada masa ini.
5
Ibid, h. 17.
Secara umum bidang-bidang studi komunikasi yang berkembang pada periode ini
diantaranya ialah peranan komunikasi dalam kehidupan sosial, komunikasi dan pendidikan,
penelitian komunikasi komersial dan lain-lain. Pada masa itu, bidang kajian komunikasi dan
kehidupan sosial mulai berkembang sejalan dengan proses modernisasi yang terjadi. Bisa
dikatakan bahwa komunikasi mempunyai peran dan kontribusi yang nyata terhadap perubahan
sosial.
c. Periode Konsolidasi: PD II-1960-an
Periode setelah Perang Dunia II ini disebut dengan periode konsolidasi. Oleh sebab itu,
pada masa ini konsolidasi dari pendekatan ilmu komunikasi sebagai suatu ikmu pengetahuan
sosial bersifat multidisipliner (mencakup berbagai ilmu) mulai terjadi. Kristalisasi ilmu
komunikasi ditandai oleh dua hal.
Pertama, adanya adopsi perbendaharaan istilah-istilah yang dipakai secara seragam.
Kedua, munculnya buku-buku dasar yang membahas tentang pengertian dan proses komunikasi
telah menjadi suatu pendekatan yang lintas disipliner dalam arti mencakup berbagai disiplin ilmu
lainnya karena didasari bahwa komunikasi merupakan suatu proses sosial yang kompleks.
Istilah Mass Communication (Komunikasi Massa) dan Communication Research
(Penelitian Komunikasi) mulai banyak dipergunakan. Cakupan bidang studi komunikasi mulai
diperjelas dan dibagi dalam empat bidang tataran: komunikasi antarpribadi, komunikasi
intrapribadi, komunikasi kelompok dan organisasi, komunikasi makro serta komunikasi massa.
d. Periode Teknologi Komunikasi: 1960-sekarang
Sejak tahun 1960-an perkembangan ilmu komunikasi semakin kompleks dan mengarah
pada spesialisasi. Menurut Rogers, perkembangan studi komunikasi sebagai suatu disiplin ilmu
telah memasuki periode tinggal landas sejak tahun 1950. Periode masa sekarang juga disebut
sebagai periode komunikasi dan informasi yang ditandai oleh beberapa faktor lain, yaitu:
1. Kemajuan teknologi komputer, VRC, TV kabel dan alat-alat komunikasi jarak jauh
lainnya.
2. Tumbuhnya industri media yang tidak hanya bersifat nasional tetapi juga regional dan
global.
3. Ketergantungan terhadap situasi ekonomi dan politik global khususnya dalam konteks
center periphery.
4. Semakin gencarnya kegiatan pembangunan ekonomi di seluruh negara.
5. Semakin luasnya proses demokratisasi ekonomi dan politik.
3. Tujuan, Peranan dan Fungsi Komunikasi
3.1 Tujuan Komunikasi
Stanton menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada lima tujuan komunikasi, yaitu:
a. Mempengaruhi orang lain
b. Membangun atau mengelola relasi antarpersonal
c. Menemukan perbedaan jenis pengetahuan
d. Bermain atau bergurau.6
Kategori lain menyebutkan bahwa manusia menjalani semua bentuk komunikasi dengan
tujuan komunikasi tersebut yakni:7
a. Tujuan utama:
1.
Mengirimkan pesan.
2.
Menerima pesan.
3.
Menginterpretasikan pesan.
4.
Merespon pesan secara tepat dan jelas.
5.
Bertukar pesan atau informasi.
b. Pendukung tujuan utama:
1.
Mengoreksi informasi.
2.
Memberikan kepuasan dan kesenangan berdasarkan pesan atau informasi.
Adapula yang merumuskan tujuan komunikasi yaitu make them SMART, artinya
komunikasi dapat memenuhi:
a. Specific, yakni membuat sasaran merasa diperhatikan secara khusus, artinya mereka
mendengarkan informasi dari sumber khusus, pesan khusus, media khusus, dengan efek
khusus dalam konteks khusus pula.
6
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h.
128.
7
Ibid, h. 128.
b. Measurable, bahwa tujuan komunikasi akan dapat dicapai jika sumber komunikasi
merumuskan ukuran-ukuran bagi semua elemen dalam proses komunikasi. Misalnya, ada
indikator untuk menentukan kelayakan sumber bagi tercapainya tujuan komunikasi,
indikator atau alat ukur bagi pesan, media, sasaran, efek dan indikator bagi konteks.
c. Attainable, bahwa tujuan komunikasi adalah penetapan apa yang seharusnya dicapai
dalam suatu aktivitas komunikasi, tentukan tingkat ketercapaian tujuan komunikasi itu
(dalam persentase perubahan sikap, dan lain-lain).
d. Result-oriented, berorientasi pada hasil, bahwa tujuan komunikasi harus berorientasi pada
hasil yang telah direncanakan (planned communication, intenstionality communication).
e. Time-limited, yakni komunikasi yang baik adalah komunikasi yang memiliki batasan
waktu sebagai faktor untuk menentukan tercapainya tujuan komunikasi.8
3.2 Peranan Komunikasi
Peranan komunikasi sendiri berkaitan dengan status dari elemen-elemen komunikasi, bisa
saja muncul dalam peranan komunikator, pesan, media, komunikan, efek, konteks dan peranan
gangguan. Untuk itu ketika berbicara komunikasi umumnya maka tentu juga berbicara tentang
cakupan peranan dan sistem komunikasi secara over all yang biasanya berawal dari pemrakarsa
komunikasi yakni komunikator. Peranan ini terletak pada bagaimana komunikator dengan status
tertentu menjalankan fungsi mengelola elemen komunikasi yang lain agar tampilan peran itu
sesuai dengan statusnya.9
3.3 Fungsi Komunikasi
Komunikasi memainkan peranan yang integral dari banyak aspek kehidupan manusia,
karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan untuk berkomunikasi. Komunikasi memiliki
fungsi yang penting dalam kehidupan manakala komunikasi tersebut dapat memuaskan semua
kebutuhan fisik, identitas diri, kebutuhan sosial dan praktis dapat tercapai. Adapun fungsi-fungsi
dasar komunikasi adalah:10
a. Pendidikan dan Pengajaran
8
Ibid, h. 129.
Ibid, h. 132.
10
Ibid, h. 136
9
Komunikasi menjadi sarana penyediaan pengetahuan, keahlian dan keterampilan untuk
memperlancar peranan manusia dan memberikan peluang bagi orang lain untuk berpartisipasi
dalam kehidupan masyarakat.
b. Informasi
Kualitas kehidupan akan menjadi miskin apabila tanpa informasi. Setiap orang dan
sekelompok orang membutuhkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka,
informasi ini dapat diperoleh dari komunikasi lisan dan tertulis melalui komunikasi
antarpersonal, kelompok, organisasi dan komunikasi melalui media massa.
c. Hiburan
Hiburan merupakan salah satu kebutuhan penting bagi semua orang. Komunikasi
menyediakan hiburan yang tiada habis-habisnya, misalnya melalui film, televisi, radio, drama,
musik, literatur, komedi dan permainan.
d. Diskusi
Melalui diskusi dan debat akan ditemukan kesatuan pendapat sambil tetap menghargai
perbedaan yang dimiliki orang lain. Komunikasi merupakan sarana yang baik bagi penyaluran
bakat untuk berdebat dan berdiskusi tentang gagasan baru yang lebih kreatif dalam membangun
kehidupan bersama.
e. Persuasi
Persuasi mendorong manusia untuk terus berkomunikasi dalam rangka penyatuan
pandangan yang berbeda dalam rangka pembuatan keputusan personal maupun kelompok atau
organisasi. Komunikasi memungkinkan para pengirim pesan bertindak sebagai persuader
terhadap penerima pesan yang diharapkan akan berubah pikiran dan perilakunya.
f. Promosi Kebudayaan
Komunikasi juga menyediakan kemungkinan atau peluang untuk memperkenalkan,
menjaga, dan melestarikan tradisi budaya suatu masyarakat. Komunikasi membuat manusia
dapat menyampaikan dan menumbuh kembangkan kreativitasnya dalam rangka pengembangan
kebudayaan.
g. Integrasi
Melalui komunikasi, maka sejumlah orang yang melintas ruang dan waktu di muka bumi
ini dapat diintegrasikan, artinya dengan komunikasi makin banyak orang yang saling mengenal
dan mengetahui keadaan masing-masing.
4. Prinsip-Prinsip Komunikasi
Adapun prinsip-prinsip dalam komunikasi adalah:
a. Komunikasi adalah sebuah proses simbolik
Proses simbolik yang dimaksud adalah ketika seorang komunikator berniat meyampaikan
suatu pesan kepada komunikan di mana menggunakan 2 aspek yaitu pesan dan lambang. Isi
pesan umumnya adalah pikiran dan lambang umumnya adalah bahasa. Lambang tersebut sebagai
media atau saluran dalam berkomunikasi. Dalam situasi tertentu lambang yang dipergunakan
dapat berupa gerak anggota tubuh, gambar, warna dan lain-lain. Lambang terdiri dari dua bagian,
yakni:
1. Lambang verbal
Lambang verbal atau bahasa merupakan lambang yang paling sering digunakan, hanya
bahasa yang mampu mengungkapkan pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa baik
yang konkret maupun abstrak yang terjadi di masa lalu, sekarang atau masa yang akan datang.
Bahasa mempunyai dua jenis pengertian, yaitu:
a. Makna denotatif
Adalah bahasa yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus dan
diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama kebudayaan dan bahasanya.
b. Makna konotatif
Adalah bahasa yang mengandung pengertian emosional atau evaluatif. Oleh karena itu
dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda pada komunikan.
2. Lambang Nonverbal
Adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi yang bukan bahasa seperti
menganggukkan kepala apabila kita menyatakan setuju atau menggelengkan kepala apabila tidak
setuju. Isyarat dengan menggunakan alat disebut juga komunikasi nonverbal, seperti bedug untuk
memberitahukan masuknya waktu shalat, atau morse dan lain-lain.11
11
Fajar, Ilmu, h. 34.
b. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Seluruh makhuk hidup berpotensi untuk melakukan komunikasi. Sebagai makhluk
pribadi maupun sosial, manusia akan saling berkomunikasi dan mempengaruhi satu sama lain
dalam hubungan yang beraneka ragam serta gaya dan cara yang berbeda. 12
c. Komunikasi Mempunyai Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal.
Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi
hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana
hubungan para peserta komunikasi.13
d. Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesenjangan
Komunikasi yang dilakukan dalam berbagai tingkat kesenjangan, dari yang tidak sengaja
(ketika kita sedang menghela napas dan ada orang lain yang memperhatikan) dan komunikasi
yang direncanakan atau disengaja (ketika sedang melakukan presentasi di perusahaan misalnya).
Meskipun kita tidak bermaksud berkomunikasi dengan orang lain, akan tetapi perilaku dan
tingkah laku kita mengundang orang lain untuk menafsirkan apa yang kita lakukan.14
e. Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang dan Waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik atau ruang waktu sosial dan psikologis.
Bahan pembicaraan tertentu yang dibahas belum tentu sesuai ketika di bahas di tempat lain.
Misalnya, membahas masalah perkuliahan dengan tukang becak ketika seseorang sedang naik
becak. Dalam hal ini penerimaan yang berbeda ketika seseorang melakukan suatu hal kepada
orang lain juga dapat menimbulkan kesan tertentu bagi diri sendiri maupun orang lain.15
f. Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
12
Ibid, h. 37
Mulyana, Ilmu, h. 109.
14
Fajar, Ilmu, h. 38.
15
Ibid, h. 40.
13
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi
mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya, orangorang memilih strategi komunikasi tertentu berdasarkan bagaimana oarng yang menerima pesan
akan merespons. Prediksi tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat. Kita dapat
memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.16
g. Komunikasi Bersifat Sistemik
Setidaknya terdapat dua sistem dasar dalam transaksi komunikasi, yaitu:
1. Sistem internal, yaitu seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia
berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selama sosialisasinya dalam berbagai
lingkungan sosialnya. Istilah lain yang identik dengan sistem internal ini adalah kerangka
rujukan (frame of referance), bidang pengalaman (field of experience), stuktur kognitif
(cognitive structure), pola pikir (thinking pattrensi), keadaan internal (internal states)
atau sikap (attitude).
2. Sistem internal, yaitu unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu, terutama kata-kata
yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan di sekitarnya,
penataan ruangan, cahaya dan temperatur ruangan.elemen-elemen ini adalah stimuli
publik yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transaksi komunikasi.17
h. Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi
Makna suatu pesan, baik verbal maupun nonverbal, pada dasarnya terikat budaya. Makna
penuh suatu humor dalam bahasa daerah hanya akan dipahami oleh penutur asli bahasa
bersangkutan. Penutur asli akan tertawa terbahak-bahak mendengar humor tersebut, sementara
orang lain akan bingung meski mereka secara harfiah memahami kata-kata dalam humor
tersebut.18
i. Komunikasi Bersifat Nonsekuensial
Frank Dance dan Schramm mengakui bahwa komunikasi berlangsung dua arah. Hal
tersebut ditandai dengan:
16
Mulyana, Ilmu, h. 115.
Ibid, h. 116.
18
Ibid, h. 118.
17
1. Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara. Misalnya komunikator A dan B,
bukan sender, receiver, source dan destination. Dengan kata lain mereka mengirim dan
menerima pesan pada saat yang sama.
2. Proses komunikasi berjalan dua arah, karena itu modelnya pun tidak lagi garis lurus atau
linier.
3. Dalam kenyataannya tidak lagi membedakan pesan dengan umpan bailk.
4. Komunikasi yang sebenarnya berlangsung lebih rumit, karena sebenarnya ketika dua
orang berkomunikasi secara simultan juga melibatkan komunikasi dengan diri sendiri
(berpikir) sebagai mekanisme untuk menanggapi pihak lainnya.19
j. Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis dan Traksaksional
Seperti juga waktu dan eksistensi, komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak
mempunyai akhir, malainkan merupakan proses yang sinambung. Implikasi dari komunikasi
sebagai proses yang dinamis dan traksaksional adalah para peserta komunikasi berubah (dari
sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya). Implisit dalam
proses komunikasi sebagai traksaksi adalah proses penyandian (encoding) dan penyandian balik
(decoding)20
k. Komunikasi Bersifat Irreversible
Maksudnya ialah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Prinsip
ini seyogianya membuat seseorang berhati-hati dalam menyampaikan suatu pesan kepada orang
lain, sebab efek yang ditimbulkan bisa positif maupun negatif sesuai persepsi orang yang
menerimanya.21
l. Komunikasi Bukan Panasea Untuk menyelesaikan Berbagai Masalah
Banyak persoalan dan konflik antarmanusia disebabkan oleh masalah komunikasi.
Namun komunikasi bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau
19
Fajar, Ilmu, h. 44.
Ibid, h. 44.
21
Ibid, h. 45.
20
konflik itu, karena persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan persoalan
struktural. Agar komunikasi efektif, kendala struktural itu juga harus diatasi. Misalnya,
pemeritah bersusah payah menjalin komunikasi yang efektif dengan warga Aceh dan warga
Papua, tidak mungkin usaha itu akan berhasil bila pemerintah memperlakukan masyarakat
wilayah-wilayah itu secara tidak adil, dengan merampas kekayaan alam mereka dan
mengangkutnya ke pusat.22
B. Nilai-Nilai Etika Komunikasi Islam
1. Pengertian Etika
Secara etimologi (bahasa) kata etika berasal dari bahasa Yunani yakni ethos. Dalam
bentuk tunggal, ethos berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan,
adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak, ta etha yang berarti kebiasaan.23
Etika juga diartikan tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak), kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, serta nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.24
Kata-kata etika sering juga disebut dengan etik saja. Karena itu, etik merupakan
pencerminan dari pandangan masyarakat mengenai apa yang baik dan yang buruk, serta
membedakan perilaku atau sikap yang dapat diterima dengan yang ditolak guna mencapai
kebaikan dalam kehidupan bersama. Etik menyangkut nilai-nilai sosial dan budaya yang telah
disepakati masyarakat tersebut sebagai norma yang dipatuhi bersama.25
Sedangkan menurut istilah, para ahli memberikan defenisi yang berbeda. Salah satunya
menurut William Benton, dalam Enchyclopedia Britannica yang terbit pada tahun 1972, bahwa
etika adalah studi yang sistematis dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan
sebagainya atau tentang prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita dalam penerapannya di
dalam segala hal. Sedangkan menurut Louis O. Kattsoff dalam bukunya Elements of Philosophy
yang diterbitkan tahun 1953, menjelaskan bahwa etika adalah cabang aksiologi yang pada
22
Mulyana, Ilmu, h. 126.
Mufid, Etika, h. 173.
24
Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1995), h. 237.
25
Amir, Etika, h. 34.
23
pokoknya mempersoalkan tentang predikat baik dan buruk (dalam arti susila atau tidak susila).26
Venderber memberikan pendapat, bahwa etika adalah standar-standar moral yang mengatur
perilaku kita, bagaimana kita bertindak dan mengharapkan orang lain bertindak. Etika pada
dasarnya merupakan dialektika antara kebebasan dan tanggung jawab, antara tujuan yang hendak
dicapai dan cara untuk mencapai tujuan itu. Etika berkaitan dengan penilaian tentang perilaku
benar atau tidak benar, yang baik atau tidak baik, yang pantas atau tidak pantas, yang berguna
atau tidak berguna, dan harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.27
Sifat dasar etika adalah sifat kritis, karenanya etika bertugas untuk:
a. Mempersoalkan norma yang dianggap berlaku. Diselidikinya apakah dasar suatu norma
itu dan apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang dituntut oleh norma itu terhadap
norma yang dapat berlaku.
b. Etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma yang tidak dapat
mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya akan kehilangan haknya.
c. Etika mempersoalkan pula hak setiap lembaga seperti orang tua, sekolah, negara dan
agama untuk memberikan perintah atau larangan yang harus ditaati.
d. Etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional terhadap
semua norma.
e. Etika menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi seorang ahli dan
bagi siapa saja yang tidak mau diombang-ambingkan oleh norma-norma yang ada.28
2. Pengertian Etika Komunikasi
Telah dikemukakan sebelumnya pendapat beberapa ahli mengenai pengertian
komunikasi. Salah satunya adalah Berelson dan Steiner, mengatakan bahwa komunikasi adalah
proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan
simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lainnya.29
Komunikasi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah al-ittisal, berasal dari akar kata
washola yang berarti sampaikan.
26
Kismiyati El Karimah & Uud Wahyudin, Filsafat dan Etika Komunikasi (Bandung: Widya Padjadjaran,
2010), h. 60.
27
Deddy Mulyana, Etika Komunikasi: Konstruksi Manusia Yang Terikat Budaya (Bandung: Rosda Karya,
1996), h. v.
28
Mufid, Etika, h. 173.
29
Fajar, Ilmu, h. 32.
Dalam Alquran ditemukan perkataan-perkataan lain yang menggambarkan komunikasi,
seperti perkataan iqra’ (bacalah) yang terdapat dalam surah Al-‘Alaq ayat 1:
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”. 30
Kata ballighu (sampaikan), terdapat dalam surah Al-Maaidah ayat 67:
Artinya: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya, Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia, Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.31
Thahir Ibn ‘Asyur mengatakan bahwa ayat ini mengingatkan Rasul agar menyampaikan
ajaran agama kepada Ahl al-Kitab tanpa menghiraukan kritik dan ancaman mereka, apalagi
teguran-teguran yang dikandung oleh ayat-ayat lalu harus disampaikan Nabi saw. Berbagai
teguran keras disampaikan kepada Ahl al-Kitab itulah yang dihadapkan pada kecenderungan
sikap lemah lembut Nabi saw. yang merupakan hal khusus dan mengantar kepada turunnya
peringatan tentang kewajiban menyampaikan risalah disertai dengan jaminan keamanan beliau.32
Kata basysyir (kabarkanlah), terdapat dalam surah An-Nisaa’ ayat 138:
Artinya: “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat
siksaan yang pedih”.33
Ayat ini mengemukakan sindiran dan kecaman kepada orang-orang munafik, baik secara
majazi maupun hakiki bahwa sampaikanlah berita gembira sebagai ejekan dan kecaman kepada
30
Agama RI, Al-Quran, h. 598.
Ibid, h. 120.
32
Misbah, Tafsir, vol. 3, h.149.
33
Ibid, h. 101.
31
orang-orang munafik bahwa bagi mereka siksa yang pedih. Bahkan mereka akan berada pada
tingkat yang paling rendah, buruk dan berat dari neraka Jahannam.34
Kata qull (katakanlah), terdapat dalam surah Al-Mu’min ayat 66:
Artinya: “Sesungguhnya ayat-ayatKu (Alquran) selalu dibacakan kepada kamu sekalian,
maka kamu selalu berpaling ke belakang”.
Ayat di atas menceritakan kelalaian orang-orang kafir, yakni orang-orang kafir yang
berfoya-foya bersama orang-orang kafir yang mengikuti mereka dengan penuh hina dina.
Mereka tidak bertaubat dan menyadari dosa-dosa mereka. Permohonan mereka jangankan
diterima, bahkan ditegaskan kepada mereka bahwa pekikan permohonan mereka tidaklah
berguna. Sedangkan saat itu tidak akan ada pertolongann kecuali dari sisi dan restu Allah.
Disebabkan mereka yang bersikap sombong dan berpaling terhadap Alquran yang merupakan
ayat-ayat Allah swt.35
Kata yad’uuna (menyeru), terdapat dalam surah Ali Imran ayat 104:
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orangorang yang beruntung”.36
Kata ( ) ي عونyang berarti mengajak dikaitkan dengan al-khair yang merupakan nilai
universal yang diajarkan oleh Alquran dan Sunnah. Al-Khair menurut Rasul saw, sebagaimana
dikemukakan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya adalah ( ت اعالقر ن وسنّ ّيmengikuti Alquran dan
Sunnah). Paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan dari ayat ini. Pertama, nilai-nilai Ilahi
tidak boleh dipaksakan, tetapi disampaikan secara persuasif dalam bentuk ajakan yang baik.
34
Ibid, vol. 2, h.621.
Ibid, vol. 9, h. 387.
36
Ibid, h. 64.
35
Kedua, adalah al-ma’ruf yang merupakan kesepakatan umum masyarakat. Al-ma’ruf sewajarnya
diperintahkan, demikian juga al-munkar seharusnya dicegah.37
Kata tawashu (berpesan), terdapat dalam surah Al-Ashr ayat 3:
Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. 38
Kata ( ) تو صوtawashu terambil dari kata ( ) وصىwasha, ( ) وصيةwashiyatan yang secara
umum diartikan sebagai menyuruh secara baik. Kata ini berasal dari kata ( ) أ ض و صيةardh
washiyah yang berarti tanah yang dipenuhi atau bersinambung tumbuhnya. Berwasiat adalah
tampil kepada orang lain dengan kata-kata yang halus agar yang bersangkutan bersedia
melakukan sesuatu pekerjaan yang diharapkan daripadanya secara bersinambung. Dari sini
dipahami bahwa isi wasiat hendaknya dilakukan secara bersinambung bahkan mungkin juga
yang menyampaikannya melakukannya secara terus menerus dan tidak bosan-bosannya
menyampaikan kandungan wasiat itu kepada yang diwasiati.39
Kata saalu (bertanya), terdapat dalam surah Al-Maaidah ayat 4:
Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?".
Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas
yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang
telah diajarkan Allah kepadamu. maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan
sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya), dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya”.40
37
Ibid, vol 2, h.211.
Ibid, h. 602.
39
Ibid, vol. 15, h.587.
40
Ibid, h. 107.
38
Ayat ini diturunkan tatkala para sahabat menanyakan kepada Rasul mengenai hukum
binatang buruan yang mati terbunuh oleh anjing terlatih. Ayat ini menjelaskan bahwa “Apakah
yang dihalalkan bagi mereka?" Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik”, yakni yang
sesuai dengan tuntunan agama atau yang sejalan dengan selera kamu selama tidak ada ketentuan
agama yang melarangnya. Termasuk binatang halal yang kamu sembelih sebagaimana diajarkan
Rasulullah saw dan dihalalkan juga buat kamu binatang hasil buruan oleh binatang seperti
anjing, singa, harimau, burung yang telah kamu ajar dengan melatihnya dengan sungguhsungguh untuk berburu, yakni menangkap binatang dan memperolehnya guna diberikan kepada
kamu, bukan untuk diri mereka. Kamu mengajar mereka, yakni tentang tata cara melatih
binatang. Jika demikian itu yang kamu lakukan maka makanlah dari apa yang ditangkapnya
untuk kamu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu sewaktu kamu melepasnya untuk
berburu. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya yakni
perhitungan-Nya.41
Dan kata asma’u (dengarkanlah), terdapat dalam surah Al-Maaidah ayat 108:
Artinya: “Itu lebih dekat untuk (menjadikan para saksi) mengemukakan persaksiannya
menurut apa yang sebenarnya, dan (lebih dekat untuk menjadikan mereka) merasa takut akan
dikembalikan sumpahnya (kepada ahli waris) sesudah mereka bersumpah dan bertakwalah
kepada Allah dan dengarkanlah (perintah-Nya), Allah tidak memberi petunjuk kepada orangorang yang fasik”.42
Ayat ini menekankan perlunya setiap orang menulis wasiatnya dan bahwa wasiat
sebaiknya dipersaksikan. Dengan adanya wasiat tertulis apalagi dipersaksikan, akan semakin
banyak sengketa yang dapat dihindari. Ayat ini juga mengisyaratkan pengukuhan sumpah
dengan memilih waktu-waktu tertentu. Pengukuhan sumpah, salah satunya dapat dilakukan
41
42
Ibid, vol.3, h. 25.
Ibid, vol. 15, h. 128.
dengan memilih kata-kata yang dinilai dapat menjadikan yang bersumpah berkata benar dalam
sumpahnya.43
Etika komunikasi kemudian penulis definisikan sebagai kaidah atau prinsip mengenai apa
yang baik dan buruk serta membedakan perilaku atau sikap yang dapat diterima dalam proses
berkomunikasi.
3. Etika Komunikasi Islam
Banyak orang mendefenisikan komunikasi Islam, diantaranya ialah Hussain yang
mengatakan bahwa komunikasi Islam merupakan suatu proses menyampaikan pesan atau
informasi dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan prinsip dan kaidah
komunikasi yang terdapat dalam Alquran dan Hadis. Kemudian, Mahyuddin Abd. Halim juga
mendefenisikan komunikasi Islam sebagai proses penyampaian atau pengoperan hakikat
kebenaran agama Islam kepada khalayak yang dilaksanakan secara terus menerus dengan
berpedoman kepada Alquran dan Sunnah baik secara langsung ataupun tidak, melalui perantara
media umum atau khusus, yang bertujuan untuk membentuk pandangan umum yang benar
berdasarkan hakikat kebenaran agama dan memberi kesan kepada kehidupan seseorang dalam
aspek aqidah, ibadah dan muamalah.44
Jadi, yang dimaksud etika komunikasi Islam dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang baik
dan buruk, yang pantas dan tidak pantas, yang berguna dan tidak berguna, dan yang harus
dilakukan dengan yang tidak boleh dilakukan ketika melakukan proses komunikasi. Sedangkan
nilai-nilai etika komunikasi Islam bersumber pokok ajaran Islam yakni Alquran dan Hadis.45
Secara umum, nilai-nilai etika komunikasi Islam ialah:
1. Kejujuran Komunikasi
Aspek kejujuran atau objektivitas dalam komunikasi merupakan etika yang didasarkan
kepada data dan fakta, tidak memutar balikkan fakta yang ada. Dalam istilah lain adalah
informasi yang teruji kebenarannya dan orangnya terpercaya atau dapat diakui integritas dan
kredibilitasnya. Dalam Alquran kejujuran itu dapat diistilahkan dengan amanah, ghair al-takzib,
shidq, al-haq. Oleh karena itu, seorang komunikator, tidak akan berkomunikasi secara dusta atau
dengan istilah lahw ah-Hadis dan al-ifk. Istilah lahw al-Hadis dapat diterjemahkan dengan
43
Ibid, h. 232.
Syukur Kholil, Komunikasi Islami (Bandung: Citapustaka Media, 2007), h. 2.
45
Ibid, h. 26.
44
kebohongan cerita atau cerita palsu. Sedangkan al-fik mengandung pengertian mengada-ada,
berita palsu, atau gosip.46 Dalam Alquran terdapat dalam surat An-Nahl ayat 105:
Artinya: “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang
tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta”.47
Ayat ini membuktikan kemustahilan Nabi Muhammad saw berbohong dan mengada-ada
karena sesungguhnya yang berani mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang
tidak beriman atau tidak terus-menerus memperbaharui imannya kepada Allah dan ayat-ayat
Allah. Itulah yang sungguh jauh dari rahmat Allah, yakni para pembohong-pembohong sejati.48
Ayat ini tidak menjelaskan siapa yang mereka (kaum musyrikin) duga mengajarkan
Alquran kepada Nabi, tetapi sekedar menyatakan bahwa dia adalah seorang manusia. Tidak
disebutkannya nama yang bersangkutan bukan saja karena telah merupakan kebiasaan Alquran
tidak menyebut nama, tetapi juga untuk menampung semua manusia yang diduga oleh siapa pun
telah mengajarkan Alquran kepada Nabi Muhammad saw. Seandainya nama yang bersangkutan
disebut, boleh jadi akan ada yang berkata, “Memang bukan si A itu yang mengajarnya, tetapi si
B atau si C.” 49
Kata ( ) همhum (mereka) pada penutup ayat di atas, setelah kata ( ) أول كulaika (itulah),
berfungsi mengkhususkan mereka itu sebagai pembohong-pembohong sejati. Seakan-akan ayat
ini menyatakan bahwa tidak ada pembohong sejati kecuali mereka. Memang ada pembohong
selain mereka, tetapi kedurhakaan akibat tuduhan yang sangat buruk itu telah mencapai
puncaknya sehingga seakan-akan kedurhakaan pembohong-pembohong yang lain tidak berarti
dibandingkan dengan mereka. Dengan demikian, merekalah yang secara khusus merupakan
pembohong-pembohong sejati.50
Dalam kejujuran itu juga terdapat, keadilan serta kewajaran dan kepatutan dalam
berkomunikasi.
a. Adil, Tidak Memihak
46
Amir, Etika, h. 66.
Agama RI, Al-Quran, h.280.
48
Shihab, Tafsir, vol. 6, h. 734.
49
Ibid, h. 736.
50
Ibid.
47
Dalam Islam, istilah al-adl berarti memberikan sesuatu yang menjadi hak seseorang, atau
mengambil sesuatu dari seseorang yang menjadi kewajibannya. Adil juga berarti sama dan
seimbang dalam memberi balasan, atau sama dalam menimbang, menakar dan menghitung.
Maksudnya, dalam berkomunikasi, haruslah dilakukan dengan benar, tidak memihak, berimbang
dan tentunya sesuai dengan hak seseorang baik lisan maupun tulisan. Di dalam Alquran kata adl
dengan segala perubahan bentuknya diulang sebanyak 28, diantaranya terdapat dalam surah AlMaaidah ayat 8:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil berlaku adillah,
karena adil itu lebih dekat kepada takwa, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.51
Ayat ini mengemukakan pentingnya melaksanakan seluruh perjanjian secara sempurna,
itulah yang dikandung oleh kata qawwamin lillah. Ayat ini dikemukakan dalam konteks
permusuhan dan kebencian, sehingga yang perlu dahulu diingatkan adalah keharusan
melaksanakan segala sesuatu demi Allah, karena hal ini yang akan lebih mendorong untuk
meninggalkan permusuhan dan kebencian. Ayat ini juga menyatakan bahwa adil lebih dekat
dengan taqwa.52
b. Kewajaran dan Kepatutan
Dalam berkomunikasi, komunikator wajib mempertimbangkan patut atau tidaknya
informasi yang ia sampaikan. Dalam hal ini, komunikator tidak boleh menyampaikan berita yang
membahayakan komunikan, atau menyampaikan informasi yang dapat menyinggung perasaan
umat beragama, suku, ras, golongan tertentu. Dalam Alquran dapat ditemui tuntunan yang sangat
baik sebagai etika dalam berkomunikasi ini yakni:
1. Qawlan Ma’rufan
51
52
Agama RI, Al-Qur’an, h. 108.
Shihab, Tafsir, vol. 3, h. 43.
Qawlan Ma’rufan dapat diterjemahkan dengan ungkapan yang pantas. Kata ma’rufan
berbentuk ism maf’ul yang berasal dari madhinya ‘arafa. Salah satu pengertian ma’rufan secara
etimologis adalah al-khair atau al-ihsan yang berarti yang baik-baik. Jadi qawlan ma’rufan
mengandung pengertian perkataan atau ungkapan yang baik dan pantas. Di dalam Alquran
ungkapan qawlan ma’rufan disebutkan di empat tempat, yakni pada surah Al-Baqarah, surah AnNisaa, surat Al-Maidah serta surah Al-Ahzab.
Secara harfiyah, ma’rufan dapat juga diartikan dengan sesuatu yang baik menurut syar’i
dan akal. Jadi tolok ukurnya adalah baik menurut ajaran agama dan rasio. Ma’ruf juga berarti
menurut ‘uruf (adat istiadat), karena biasanya adat atau kebiasaan mengandung kebaikan. Karena
ada kandungan kebaikan itulah ia dikerjakan berulang-ulang sehingga menjadi adat kebiasaan.
Mengenai qawlan ma’rufan, Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 263:
Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima), Allah Maha Kaya lagi Maha
Penyantun”.53
Perkataan yang baik, yang sesuai dengan budaya terpuji dalam suatu masyarakat adalah
ucapan yang tidak menyakiti hati peminta baik yang berkaitan dengan keadaan penerimanya,
seperti berkata “dasar peminta-minta”, maupun yang berkaitan dengan pemberi, misalnya denga
berkata, “saya sedang sibuk”. Perkataan yang baik itu lebih baik daripada memberi dengan
menyakiti hati yang diberi. Demikian juga memberi maaf kepada peminta-minta yang tidak
jarang menyakitkan hati pemberi juga jauh lebih baik daripada memberi tetapi disertai dengan
mann dan adza. Karena memberi dengan meyakiti adalah aktivitas yang menggabung kebaikan
dan keburukan atau plus dan minus. Keburukan atau minus yang dilakukan lebih banyak
daripada plus yang diraih sehingga hasil akhirnya adalah minus. 54
Ucapan yang baik lebih terpuji daripada dengan menyakitkan hati, karena yang pertama
adalah plus dan yang kedua adalah minus. Allah Maha Kaya, yakni tidak butuh dengan
pemberian siapapun, Dia juga tidak butuh kepada mereka yang menafkahkan hartanya untuk
diberikan kepada siapa makhluk-Nya, Dia juga tidak menerima sedekah yang disertai dengan
53
54
Agama RI, Al-Qur’an, h. 45.
Shihab, Tafsir, vol. 2, h. 694.
mann dan adza karena Dia Maha Kaya dan pada saat yang sama Dia Maha Penyantun sehingga
tidak segera menjatuhkan sanksi dan murka-Nya kepada siapa yang durhaka kepada-Nya.55
2. Qawlan Kariman
Ungkapan qawlan kariman dalam Alquran disebutkan sebanyak satu kali pada surah AlIsraa’ ayat 23:
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah
seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”.56
Ayat di atas menuntut agar apa yang disampaikan kepada kedua orang tua bukan saja
yang benar dan tepat dan bukan juga yang sesuai dengan adat kebiasaan yang baik dalam suatu
masyarakat, tetapi juga harus yang terbaik dan termulia dan kalaupun seandainya orang tua
melakukan suatu kesalahan terhadap anak, kesalahan itu harus dianggap tidak ada atau
dimaafkan (dalam arti dianggap tidak pernah ada dan terhapus dengan sendirinya) karena tidak
ada orang tua yang bermaksud buruk terhadap anaknya. Demikian makna kariman yang
dipesankan kepada anak dalam menghadapi orang tuanya.57
Qawlan kariman, menyiratkan satu prinsip utama dalam etika komunikasi Islam yakni
penghormatan. Komunikasi dalam Islam harus memperlakukan orang lain dengan penuh rasa
hormat.
3. Qawlan Maysuran
Secara etimologi, maysuran berasal dari kata yasara yang berarti mudah. Sedangkan AlMaraghiy dalam tafsirnya memberikan pengertian dengan mudah lagi lemah lembut. Dalam
55
Ibid.
Agama RI, Al-Qur’an, h. 264.
57
Shihab, Tafsir, vol.7, h. 65.
56
Alquran ditemukan istilah qawlan maysuran yang merupakan tuntunan untuk melakukan
komunikasi dengan mempergunakan bahasa yang mudah dimengerti dan melegakan perasaan.
Allah berfirman dalam surah Al-Israa’ ayat 28:
Artinya: “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas”.58
Ulama berpendapat bahwa ayat ini turun ketika nabi Muhamad saw atau kaum muslimin
menghidndar dari orang yang meminta bantuan karena merasa malu tidak dapat memberinya,
Allah swt memberi tuntunan yang lebih baik melalui ayat ini, yakni menghadapinya dengan
menyampaikan kata-kata yang baik serta harapan memenuhi keinginan peminta di masa datang.
Kalimat ibtigha’a rahmatin min Rabbika (untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu) bisa juga
dipahami berkaitan dengan perintah mengucapkan kata-kata yang mudah sehingga ayat ini
bagaikan menyatakan katakanlah kepada mereka ucapan yang mudah untuk memperoleh rahmat
dari Tuhanmu.59
4. Qawlan Balighan
Qawlan Balighan dapat diterjemahkan ke dalam komunikasi yang efektif. Asal kata
balighan adalah balagha yang artinya sampai atau fasih. Qawlan balighan diperlukan untuk
menghadapi orang-orang Islam yang bersifat munafik. Jadi untuk orang munafik tersebut
diperlukan komunikasi efektif yang dapat menggugah jiwanya. Bahasa yang akan digunakan
adalah yang akan mengesankan atau membekas di hatinya.
Sedangkan Jalaluddin Rakhmat, merinci pengertian qawlan balighan tersebut menjadi
dua. Pertama, qawlan balighan terjadi bila komunikator menyesuaikan pembicaraannya dengan
sifat-sifat khalayak yang dihadapinya. Komunikator dikatakan efektif, apabila mampu
menyesuaikan pesannya dengan kerangka rujukan dan medan pengalaman khalayaknya. Kedua,
58
59
Agama RI, Al-Qur’an, h. 265.
Shihab, Tafsir, vol.7, h, 74.
qawlan balighan terjadi bila komunikator menyentuh khalayak ada hati dan otaknya sekaligus.
Allah berfirman dalam surah Ibrahim ayat 4:
Artinya: “Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya..”60
Ayat ini agaknya turun untuk menjawab dalih sementara kaum musyrikin Mekkah yang
mempertanyakan mengapa Alquran dalam bahasa Arab. Di sisi lain sangat wajar setiap rasul
menjelaskan tuntunan Ilahi dalam bahasa sasaran dakwahnya, karena umat dituntut untuk
memahami ajaran Ilahi, bukan menerimanya tanpa pemahaman. Sekali lagi walau nabi
Muhammad saw diutus untuk semua manusia, namun karena manusia tidak memiliki bahasa
yang sama, maka sangat wajar jika bahasa yang digunakan adalah bahasa di mana ajaran itu
pertama kali muncul. Sejarah kemanusiaan hingga dewasa ini membuktikan bahwa tidak ditemui
satu ajaran yang bersifat universal, sekalipun yang sejak awal lahir langsung menggunakan
bahasa di luar masyarakat yang ditemuinya pertama kali. 61
Ayat di atas menjelaskan makna ‘illa bi lisani qaumihi dengan kecuali dengan bahasa
lisan dan pikiran sehat kaumnya ini karena bahasa di samping merupakan alat komunikasi, juga
sebagai cerminan d
LANDASAN TEORI
A. Ruang Lingkup Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut dengan communication berasal dari
bahasa latin yakni communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama
disini maksudnya adalah sama makna. Oleh sebab itu, komunikasi akan terjadi selama ada
kesamaan makna mengenai apa yang menjadi bahan perbincangan.1
Para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masing-masing,
diantaranya seperti:
a. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen, mendefinisikan komunikasi dengan a process by
which a source transmits a message to a receiver some chanel (komunikasi adalah suatu
proses di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragama
saluran).
b. Hoveland, Janis dan Kelley mendefinisikan komunikasi dengan the process by which an
individual (the communicator) transmits stimult (ussually verbal symbols) to modify, the
behavior of other individu (komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya.
c. Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu
proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi
antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.
d. Berelson dan Steiner, mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol
seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lainnya.
e. Weaver, mengatakan bahwa komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran
seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lain.2
16
2. Sejarah Singkat Perkembangan Komunikasi
1
2
Onong Uchjana Efendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 9.
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik (Jakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 32.
Tidak ditemukan data autentik yang dapat menerangkan tentang kapan manusia mulai
mampu berkomunikasi dengan manusia lainnya. Hanya saja diperkirakan bahwa kemampuan
manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain secara lisan adalah suatu peristiwa yang
berlangsung dengan sendirinya.
Namun, Everet M. Rogers antara lain menyebutkan bahwa sejarah komunikasi sudah
dikenal diperkirakan mulai sekitar 4.000 tahun Sebelum Masehi dan biasa disebut dengn zaman
Cro-Magnon. Kemudian sekitar tahun 22.000 Sebelum Masehi, para ahli prasejarah menemukan
lukisan-lukisan dalam gua yang diperkirakan karya komunikasi manusia pada zaman tersebut. 3
Sifat manusia dalam menyampaikan keinginannya serta untuk mengetahui hasrat orang
lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi baik menggunakan lambanglambnag isyarat, kemudian kemampuannya dalam memberikan arti pada setiap lambanglambang tersebut dalam bentuk bahasa verbal. Sehingga menurut Rogers, peristiwa tersebut
merupakan ciri generasi pertama kecapakan manusia dalam berkomunikasi sebelum mereka
mampu mengutarakan pikirannya secara tertulis.
Menurut Rogers, sejarah perkembangan komunikasi dapat dibagi menjadi empat era
perubahan:
a. Era komunikasi tulisan
Diperkirakan dimulai ketika bangsa Sumeria mulai mengenal kemampuan menulis dalam
lembaran tanah liat sekitr 4.000 tahun sebelum Masehi.
b. Era komunikasi cetakan
Era ini dimulai sejak ditemukannya mesin cetak band-press oleh Guttenberg dan John
Caesar di Jerman pada tahun 1456 dan kira-kira berlangsung selama 5.000 tahun.
c. Era telekomunikasi
Pada tahun 1844, Samue Morse menemukan alat telegraph yang pertama dan mengawali
era telekomunikasi.
d. Era komunikasi interaktif
Era komunikasi interaktif mulai terjadi pada pertengahan abad ke-19 dengan
ditemukannya Mainframe Computer ENIAC dengan 18.000 vacum tubes oleh para ahli dari
Universitas Pennsylvenia di Amerika Serikat, pada tahun 1946.4
3
4
Ibid, h. 15.
Ibid, h. 16.
Sedangkan perkembangan ilmu komunikasi dapat dibagi menjadi empat era perubahan,
yaitu:5
a. Periode Transisi Retorika
Studi komunikasi atau yang dikenal sebagai retorika pada zaman Yunani Kuno,
sebenarnya telah ada sebelum zaman Yunani. Pada zaman kebudayaan Mesir telah ada tokohtokoh retorika seperti Kagemi dan Path-Hotep, namun demikian tradisi retorika sebagai upaya
pengkajian dan terorganisasi baru dilakukan di zaman Yunani Kuno dengan perintisnya ialah
Aristoteles.
Aristoteles menyatakan bahwa retorika mencakup tiga unsur yang bertujuan untuk
mempersuasi, yaitu:
1. Ethos (kredibilitas sumber),
2. Pathos (hal yang menyangkut emosi/perasaan), dan
3. Logos (hal yang berkaitan dengan fakta).
Pokok-pokok pikiran ini kemudian dikembangkan lagi oleh Cicero dan Quintilian, dalam
lima aturan retorika, yaitu:
1. Inventio (urutan argumentasi),
2. Dispesitio (pengaturan ide),
3. Eloqutio (gaya bahasa),
4. Memoria (ingatan), serta
5. Pronounciatio (cara penyampaian pesan).
Menurut mereka unsur-unsur tersebut di atas juga menentukan keberhasilan upaya
persuasi yang dilakukan seseorang. Selain mereka, ada juga tokoh retorika lain yang terkenal
zaman itu, diantaranya Corax, Scorates dan Plato.
b. Periode Pertumbuhan: 1900-Perang Dunia II
Pertumbuhan komunikasi dapat dikatakan dimulai pada awal abad ke-19. Ada beberapa
perkembangan penting yang terjadi pada masa ini, seperti penemuan-penemuan teknologi
komunikasi seperti telepon, telegraph, radio, TV dan lain-lain. Perang Dunia I dan II juga pecah
pada masa ini.
5
Ibid, h. 17.
Secara umum bidang-bidang studi komunikasi yang berkembang pada periode ini
diantaranya ialah peranan komunikasi dalam kehidupan sosial, komunikasi dan pendidikan,
penelitian komunikasi komersial dan lain-lain. Pada masa itu, bidang kajian komunikasi dan
kehidupan sosial mulai berkembang sejalan dengan proses modernisasi yang terjadi. Bisa
dikatakan bahwa komunikasi mempunyai peran dan kontribusi yang nyata terhadap perubahan
sosial.
c. Periode Konsolidasi: PD II-1960-an
Periode setelah Perang Dunia II ini disebut dengan periode konsolidasi. Oleh sebab itu,
pada masa ini konsolidasi dari pendekatan ilmu komunikasi sebagai suatu ikmu pengetahuan
sosial bersifat multidisipliner (mencakup berbagai ilmu) mulai terjadi. Kristalisasi ilmu
komunikasi ditandai oleh dua hal.
Pertama, adanya adopsi perbendaharaan istilah-istilah yang dipakai secara seragam.
Kedua, munculnya buku-buku dasar yang membahas tentang pengertian dan proses komunikasi
telah menjadi suatu pendekatan yang lintas disipliner dalam arti mencakup berbagai disiplin ilmu
lainnya karena didasari bahwa komunikasi merupakan suatu proses sosial yang kompleks.
Istilah Mass Communication (Komunikasi Massa) dan Communication Research
(Penelitian Komunikasi) mulai banyak dipergunakan. Cakupan bidang studi komunikasi mulai
diperjelas dan dibagi dalam empat bidang tataran: komunikasi antarpribadi, komunikasi
intrapribadi, komunikasi kelompok dan organisasi, komunikasi makro serta komunikasi massa.
d. Periode Teknologi Komunikasi: 1960-sekarang
Sejak tahun 1960-an perkembangan ilmu komunikasi semakin kompleks dan mengarah
pada spesialisasi. Menurut Rogers, perkembangan studi komunikasi sebagai suatu disiplin ilmu
telah memasuki periode tinggal landas sejak tahun 1950. Periode masa sekarang juga disebut
sebagai periode komunikasi dan informasi yang ditandai oleh beberapa faktor lain, yaitu:
1. Kemajuan teknologi komputer, VRC, TV kabel dan alat-alat komunikasi jarak jauh
lainnya.
2. Tumbuhnya industri media yang tidak hanya bersifat nasional tetapi juga regional dan
global.
3. Ketergantungan terhadap situasi ekonomi dan politik global khususnya dalam konteks
center periphery.
4. Semakin gencarnya kegiatan pembangunan ekonomi di seluruh negara.
5. Semakin luasnya proses demokratisasi ekonomi dan politik.
3. Tujuan, Peranan dan Fungsi Komunikasi
3.1 Tujuan Komunikasi
Stanton menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada lima tujuan komunikasi, yaitu:
a. Mempengaruhi orang lain
b. Membangun atau mengelola relasi antarpersonal
c. Menemukan perbedaan jenis pengetahuan
d. Bermain atau bergurau.6
Kategori lain menyebutkan bahwa manusia menjalani semua bentuk komunikasi dengan
tujuan komunikasi tersebut yakni:7
a. Tujuan utama:
1.
Mengirimkan pesan.
2.
Menerima pesan.
3.
Menginterpretasikan pesan.
4.
Merespon pesan secara tepat dan jelas.
5.
Bertukar pesan atau informasi.
b. Pendukung tujuan utama:
1.
Mengoreksi informasi.
2.
Memberikan kepuasan dan kesenangan berdasarkan pesan atau informasi.
Adapula yang merumuskan tujuan komunikasi yaitu make them SMART, artinya
komunikasi dapat memenuhi:
a. Specific, yakni membuat sasaran merasa diperhatikan secara khusus, artinya mereka
mendengarkan informasi dari sumber khusus, pesan khusus, media khusus, dengan efek
khusus dalam konteks khusus pula.
6
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h.
128.
7
Ibid, h. 128.
b. Measurable, bahwa tujuan komunikasi akan dapat dicapai jika sumber komunikasi
merumuskan ukuran-ukuran bagi semua elemen dalam proses komunikasi. Misalnya, ada
indikator untuk menentukan kelayakan sumber bagi tercapainya tujuan komunikasi,
indikator atau alat ukur bagi pesan, media, sasaran, efek dan indikator bagi konteks.
c. Attainable, bahwa tujuan komunikasi adalah penetapan apa yang seharusnya dicapai
dalam suatu aktivitas komunikasi, tentukan tingkat ketercapaian tujuan komunikasi itu
(dalam persentase perubahan sikap, dan lain-lain).
d. Result-oriented, berorientasi pada hasil, bahwa tujuan komunikasi harus berorientasi pada
hasil yang telah direncanakan (planned communication, intenstionality communication).
e. Time-limited, yakni komunikasi yang baik adalah komunikasi yang memiliki batasan
waktu sebagai faktor untuk menentukan tercapainya tujuan komunikasi.8
3.2 Peranan Komunikasi
Peranan komunikasi sendiri berkaitan dengan status dari elemen-elemen komunikasi, bisa
saja muncul dalam peranan komunikator, pesan, media, komunikan, efek, konteks dan peranan
gangguan. Untuk itu ketika berbicara komunikasi umumnya maka tentu juga berbicara tentang
cakupan peranan dan sistem komunikasi secara over all yang biasanya berawal dari pemrakarsa
komunikasi yakni komunikator. Peranan ini terletak pada bagaimana komunikator dengan status
tertentu menjalankan fungsi mengelola elemen komunikasi yang lain agar tampilan peran itu
sesuai dengan statusnya.9
3.3 Fungsi Komunikasi
Komunikasi memainkan peranan yang integral dari banyak aspek kehidupan manusia,
karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan untuk berkomunikasi. Komunikasi memiliki
fungsi yang penting dalam kehidupan manakala komunikasi tersebut dapat memuaskan semua
kebutuhan fisik, identitas diri, kebutuhan sosial dan praktis dapat tercapai. Adapun fungsi-fungsi
dasar komunikasi adalah:10
a. Pendidikan dan Pengajaran
8
Ibid, h. 129.
Ibid, h. 132.
10
Ibid, h. 136
9
Komunikasi menjadi sarana penyediaan pengetahuan, keahlian dan keterampilan untuk
memperlancar peranan manusia dan memberikan peluang bagi orang lain untuk berpartisipasi
dalam kehidupan masyarakat.
b. Informasi
Kualitas kehidupan akan menjadi miskin apabila tanpa informasi. Setiap orang dan
sekelompok orang membutuhkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka,
informasi ini dapat diperoleh dari komunikasi lisan dan tertulis melalui komunikasi
antarpersonal, kelompok, organisasi dan komunikasi melalui media massa.
c. Hiburan
Hiburan merupakan salah satu kebutuhan penting bagi semua orang. Komunikasi
menyediakan hiburan yang tiada habis-habisnya, misalnya melalui film, televisi, radio, drama,
musik, literatur, komedi dan permainan.
d. Diskusi
Melalui diskusi dan debat akan ditemukan kesatuan pendapat sambil tetap menghargai
perbedaan yang dimiliki orang lain. Komunikasi merupakan sarana yang baik bagi penyaluran
bakat untuk berdebat dan berdiskusi tentang gagasan baru yang lebih kreatif dalam membangun
kehidupan bersama.
e. Persuasi
Persuasi mendorong manusia untuk terus berkomunikasi dalam rangka penyatuan
pandangan yang berbeda dalam rangka pembuatan keputusan personal maupun kelompok atau
organisasi. Komunikasi memungkinkan para pengirim pesan bertindak sebagai persuader
terhadap penerima pesan yang diharapkan akan berubah pikiran dan perilakunya.
f. Promosi Kebudayaan
Komunikasi juga menyediakan kemungkinan atau peluang untuk memperkenalkan,
menjaga, dan melestarikan tradisi budaya suatu masyarakat. Komunikasi membuat manusia
dapat menyampaikan dan menumbuh kembangkan kreativitasnya dalam rangka pengembangan
kebudayaan.
g. Integrasi
Melalui komunikasi, maka sejumlah orang yang melintas ruang dan waktu di muka bumi
ini dapat diintegrasikan, artinya dengan komunikasi makin banyak orang yang saling mengenal
dan mengetahui keadaan masing-masing.
4. Prinsip-Prinsip Komunikasi
Adapun prinsip-prinsip dalam komunikasi adalah:
a. Komunikasi adalah sebuah proses simbolik
Proses simbolik yang dimaksud adalah ketika seorang komunikator berniat meyampaikan
suatu pesan kepada komunikan di mana menggunakan 2 aspek yaitu pesan dan lambang. Isi
pesan umumnya adalah pikiran dan lambang umumnya adalah bahasa. Lambang tersebut sebagai
media atau saluran dalam berkomunikasi. Dalam situasi tertentu lambang yang dipergunakan
dapat berupa gerak anggota tubuh, gambar, warna dan lain-lain. Lambang terdiri dari dua bagian,
yakni:
1. Lambang verbal
Lambang verbal atau bahasa merupakan lambang yang paling sering digunakan, hanya
bahasa yang mampu mengungkapkan pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa baik
yang konkret maupun abstrak yang terjadi di masa lalu, sekarang atau masa yang akan datang.
Bahasa mempunyai dua jenis pengertian, yaitu:
a. Makna denotatif
Adalah bahasa yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus dan
diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama kebudayaan dan bahasanya.
b. Makna konotatif
Adalah bahasa yang mengandung pengertian emosional atau evaluatif. Oleh karena itu
dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda pada komunikan.
2. Lambang Nonverbal
Adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi yang bukan bahasa seperti
menganggukkan kepala apabila kita menyatakan setuju atau menggelengkan kepala apabila tidak
setuju. Isyarat dengan menggunakan alat disebut juga komunikasi nonverbal, seperti bedug untuk
memberitahukan masuknya waktu shalat, atau morse dan lain-lain.11
11
Fajar, Ilmu, h. 34.
b. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Seluruh makhuk hidup berpotensi untuk melakukan komunikasi. Sebagai makhluk
pribadi maupun sosial, manusia akan saling berkomunikasi dan mempengaruhi satu sama lain
dalam hubungan yang beraneka ragam serta gaya dan cara yang berbeda. 12
c. Komunikasi Mempunyai Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal.
Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi
hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana
hubungan para peserta komunikasi.13
d. Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesenjangan
Komunikasi yang dilakukan dalam berbagai tingkat kesenjangan, dari yang tidak sengaja
(ketika kita sedang menghela napas dan ada orang lain yang memperhatikan) dan komunikasi
yang direncanakan atau disengaja (ketika sedang melakukan presentasi di perusahaan misalnya).
Meskipun kita tidak bermaksud berkomunikasi dengan orang lain, akan tetapi perilaku dan
tingkah laku kita mengundang orang lain untuk menafsirkan apa yang kita lakukan.14
e. Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang dan Waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik atau ruang waktu sosial dan psikologis.
Bahan pembicaraan tertentu yang dibahas belum tentu sesuai ketika di bahas di tempat lain.
Misalnya, membahas masalah perkuliahan dengan tukang becak ketika seseorang sedang naik
becak. Dalam hal ini penerimaan yang berbeda ketika seseorang melakukan suatu hal kepada
orang lain juga dapat menimbulkan kesan tertentu bagi diri sendiri maupun orang lain.15
f. Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
12
Ibid, h. 37
Mulyana, Ilmu, h. 109.
14
Fajar, Ilmu, h. 38.
15
Ibid, h. 40.
13
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi
mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya, orangorang memilih strategi komunikasi tertentu berdasarkan bagaimana oarng yang menerima pesan
akan merespons. Prediksi tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat. Kita dapat
memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.16
g. Komunikasi Bersifat Sistemik
Setidaknya terdapat dua sistem dasar dalam transaksi komunikasi, yaitu:
1. Sistem internal, yaitu seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia
berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selama sosialisasinya dalam berbagai
lingkungan sosialnya. Istilah lain yang identik dengan sistem internal ini adalah kerangka
rujukan (frame of referance), bidang pengalaman (field of experience), stuktur kognitif
(cognitive structure), pola pikir (thinking pattrensi), keadaan internal (internal states)
atau sikap (attitude).
2. Sistem internal, yaitu unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu, terutama kata-kata
yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan di sekitarnya,
penataan ruangan, cahaya dan temperatur ruangan.elemen-elemen ini adalah stimuli
publik yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transaksi komunikasi.17
h. Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi
Makna suatu pesan, baik verbal maupun nonverbal, pada dasarnya terikat budaya. Makna
penuh suatu humor dalam bahasa daerah hanya akan dipahami oleh penutur asli bahasa
bersangkutan. Penutur asli akan tertawa terbahak-bahak mendengar humor tersebut, sementara
orang lain akan bingung meski mereka secara harfiah memahami kata-kata dalam humor
tersebut.18
i. Komunikasi Bersifat Nonsekuensial
Frank Dance dan Schramm mengakui bahwa komunikasi berlangsung dua arah. Hal
tersebut ditandai dengan:
16
Mulyana, Ilmu, h. 115.
Ibid, h. 116.
18
Ibid, h. 118.
17
1. Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara. Misalnya komunikator A dan B,
bukan sender, receiver, source dan destination. Dengan kata lain mereka mengirim dan
menerima pesan pada saat yang sama.
2. Proses komunikasi berjalan dua arah, karena itu modelnya pun tidak lagi garis lurus atau
linier.
3. Dalam kenyataannya tidak lagi membedakan pesan dengan umpan bailk.
4. Komunikasi yang sebenarnya berlangsung lebih rumit, karena sebenarnya ketika dua
orang berkomunikasi secara simultan juga melibatkan komunikasi dengan diri sendiri
(berpikir) sebagai mekanisme untuk menanggapi pihak lainnya.19
j. Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis dan Traksaksional
Seperti juga waktu dan eksistensi, komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak
mempunyai akhir, malainkan merupakan proses yang sinambung. Implikasi dari komunikasi
sebagai proses yang dinamis dan traksaksional adalah para peserta komunikasi berubah (dari
sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya). Implisit dalam
proses komunikasi sebagai traksaksi adalah proses penyandian (encoding) dan penyandian balik
(decoding)20
k. Komunikasi Bersifat Irreversible
Maksudnya ialah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Prinsip
ini seyogianya membuat seseorang berhati-hati dalam menyampaikan suatu pesan kepada orang
lain, sebab efek yang ditimbulkan bisa positif maupun negatif sesuai persepsi orang yang
menerimanya.21
l. Komunikasi Bukan Panasea Untuk menyelesaikan Berbagai Masalah
Banyak persoalan dan konflik antarmanusia disebabkan oleh masalah komunikasi.
Namun komunikasi bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau
19
Fajar, Ilmu, h. 44.
Ibid, h. 44.
21
Ibid, h. 45.
20
konflik itu, karena persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan persoalan
struktural. Agar komunikasi efektif, kendala struktural itu juga harus diatasi. Misalnya,
pemeritah bersusah payah menjalin komunikasi yang efektif dengan warga Aceh dan warga
Papua, tidak mungkin usaha itu akan berhasil bila pemerintah memperlakukan masyarakat
wilayah-wilayah itu secara tidak adil, dengan merampas kekayaan alam mereka dan
mengangkutnya ke pusat.22
B. Nilai-Nilai Etika Komunikasi Islam
1. Pengertian Etika
Secara etimologi (bahasa) kata etika berasal dari bahasa Yunani yakni ethos. Dalam
bentuk tunggal, ethos berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan,
adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak, ta etha yang berarti kebiasaan.23
Etika juga diartikan tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak), kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, serta nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.24
Kata-kata etika sering juga disebut dengan etik saja. Karena itu, etik merupakan
pencerminan dari pandangan masyarakat mengenai apa yang baik dan yang buruk, serta
membedakan perilaku atau sikap yang dapat diterima dengan yang ditolak guna mencapai
kebaikan dalam kehidupan bersama. Etik menyangkut nilai-nilai sosial dan budaya yang telah
disepakati masyarakat tersebut sebagai norma yang dipatuhi bersama.25
Sedangkan menurut istilah, para ahli memberikan defenisi yang berbeda. Salah satunya
menurut William Benton, dalam Enchyclopedia Britannica yang terbit pada tahun 1972, bahwa
etika adalah studi yang sistematis dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan
sebagainya atau tentang prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita dalam penerapannya di
dalam segala hal. Sedangkan menurut Louis O. Kattsoff dalam bukunya Elements of Philosophy
yang diterbitkan tahun 1953, menjelaskan bahwa etika adalah cabang aksiologi yang pada
22
Mulyana, Ilmu, h. 126.
Mufid, Etika, h. 173.
24
Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1995), h. 237.
25
Amir, Etika, h. 34.
23
pokoknya mempersoalkan tentang predikat baik dan buruk (dalam arti susila atau tidak susila).26
Venderber memberikan pendapat, bahwa etika adalah standar-standar moral yang mengatur
perilaku kita, bagaimana kita bertindak dan mengharapkan orang lain bertindak. Etika pada
dasarnya merupakan dialektika antara kebebasan dan tanggung jawab, antara tujuan yang hendak
dicapai dan cara untuk mencapai tujuan itu. Etika berkaitan dengan penilaian tentang perilaku
benar atau tidak benar, yang baik atau tidak baik, yang pantas atau tidak pantas, yang berguna
atau tidak berguna, dan harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.27
Sifat dasar etika adalah sifat kritis, karenanya etika bertugas untuk:
a. Mempersoalkan norma yang dianggap berlaku. Diselidikinya apakah dasar suatu norma
itu dan apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang dituntut oleh norma itu terhadap
norma yang dapat berlaku.
b. Etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma yang tidak dapat
mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya akan kehilangan haknya.
c. Etika mempersoalkan pula hak setiap lembaga seperti orang tua, sekolah, negara dan
agama untuk memberikan perintah atau larangan yang harus ditaati.
d. Etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional terhadap
semua norma.
e. Etika menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi seorang ahli dan
bagi siapa saja yang tidak mau diombang-ambingkan oleh norma-norma yang ada.28
2. Pengertian Etika Komunikasi
Telah dikemukakan sebelumnya pendapat beberapa ahli mengenai pengertian
komunikasi. Salah satunya adalah Berelson dan Steiner, mengatakan bahwa komunikasi adalah
proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan
simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lainnya.29
Komunikasi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah al-ittisal, berasal dari akar kata
washola yang berarti sampaikan.
26
Kismiyati El Karimah & Uud Wahyudin, Filsafat dan Etika Komunikasi (Bandung: Widya Padjadjaran,
2010), h. 60.
27
Deddy Mulyana, Etika Komunikasi: Konstruksi Manusia Yang Terikat Budaya (Bandung: Rosda Karya,
1996), h. v.
28
Mufid, Etika, h. 173.
29
Fajar, Ilmu, h. 32.
Dalam Alquran ditemukan perkataan-perkataan lain yang menggambarkan komunikasi,
seperti perkataan iqra’ (bacalah) yang terdapat dalam surah Al-‘Alaq ayat 1:
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”. 30
Kata ballighu (sampaikan), terdapat dalam surah Al-Maaidah ayat 67:
Artinya: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya, Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia, Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.31
Thahir Ibn ‘Asyur mengatakan bahwa ayat ini mengingatkan Rasul agar menyampaikan
ajaran agama kepada Ahl al-Kitab tanpa menghiraukan kritik dan ancaman mereka, apalagi
teguran-teguran yang dikandung oleh ayat-ayat lalu harus disampaikan Nabi saw. Berbagai
teguran keras disampaikan kepada Ahl al-Kitab itulah yang dihadapkan pada kecenderungan
sikap lemah lembut Nabi saw. yang merupakan hal khusus dan mengantar kepada turunnya
peringatan tentang kewajiban menyampaikan risalah disertai dengan jaminan keamanan beliau.32
Kata basysyir (kabarkanlah), terdapat dalam surah An-Nisaa’ ayat 138:
Artinya: “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat
siksaan yang pedih”.33
Ayat ini mengemukakan sindiran dan kecaman kepada orang-orang munafik, baik secara
majazi maupun hakiki bahwa sampaikanlah berita gembira sebagai ejekan dan kecaman kepada
30
Agama RI, Al-Quran, h. 598.
Ibid, h. 120.
32
Misbah, Tafsir, vol. 3, h.149.
33
Ibid, h. 101.
31
orang-orang munafik bahwa bagi mereka siksa yang pedih. Bahkan mereka akan berada pada
tingkat yang paling rendah, buruk dan berat dari neraka Jahannam.34
Kata qull (katakanlah), terdapat dalam surah Al-Mu’min ayat 66:
Artinya: “Sesungguhnya ayat-ayatKu (Alquran) selalu dibacakan kepada kamu sekalian,
maka kamu selalu berpaling ke belakang”.
Ayat di atas menceritakan kelalaian orang-orang kafir, yakni orang-orang kafir yang
berfoya-foya bersama orang-orang kafir yang mengikuti mereka dengan penuh hina dina.
Mereka tidak bertaubat dan menyadari dosa-dosa mereka. Permohonan mereka jangankan
diterima, bahkan ditegaskan kepada mereka bahwa pekikan permohonan mereka tidaklah
berguna. Sedangkan saat itu tidak akan ada pertolongann kecuali dari sisi dan restu Allah.
Disebabkan mereka yang bersikap sombong dan berpaling terhadap Alquran yang merupakan
ayat-ayat Allah swt.35
Kata yad’uuna (menyeru), terdapat dalam surah Ali Imran ayat 104:
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orangorang yang beruntung”.36
Kata ( ) ي عونyang berarti mengajak dikaitkan dengan al-khair yang merupakan nilai
universal yang diajarkan oleh Alquran dan Sunnah. Al-Khair menurut Rasul saw, sebagaimana
dikemukakan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya adalah ( ت اعالقر ن وسنّ ّيmengikuti Alquran dan
Sunnah). Paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan dari ayat ini. Pertama, nilai-nilai Ilahi
tidak boleh dipaksakan, tetapi disampaikan secara persuasif dalam bentuk ajakan yang baik.
34
Ibid, vol. 2, h.621.
Ibid, vol. 9, h. 387.
36
Ibid, h. 64.
35
Kedua, adalah al-ma’ruf yang merupakan kesepakatan umum masyarakat. Al-ma’ruf sewajarnya
diperintahkan, demikian juga al-munkar seharusnya dicegah.37
Kata tawashu (berpesan), terdapat dalam surah Al-Ashr ayat 3:
Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. 38
Kata ( ) تو صوtawashu terambil dari kata ( ) وصىwasha, ( ) وصيةwashiyatan yang secara
umum diartikan sebagai menyuruh secara baik. Kata ini berasal dari kata ( ) أ ض و صيةardh
washiyah yang berarti tanah yang dipenuhi atau bersinambung tumbuhnya. Berwasiat adalah
tampil kepada orang lain dengan kata-kata yang halus agar yang bersangkutan bersedia
melakukan sesuatu pekerjaan yang diharapkan daripadanya secara bersinambung. Dari sini
dipahami bahwa isi wasiat hendaknya dilakukan secara bersinambung bahkan mungkin juga
yang menyampaikannya melakukannya secara terus menerus dan tidak bosan-bosannya
menyampaikan kandungan wasiat itu kepada yang diwasiati.39
Kata saalu (bertanya), terdapat dalam surah Al-Maaidah ayat 4:
Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?".
Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas
yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang
telah diajarkan Allah kepadamu. maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan
sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya), dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya”.40
37
Ibid, vol 2, h.211.
Ibid, h. 602.
39
Ibid, vol. 15, h.587.
40
Ibid, h. 107.
38
Ayat ini diturunkan tatkala para sahabat menanyakan kepada Rasul mengenai hukum
binatang buruan yang mati terbunuh oleh anjing terlatih. Ayat ini menjelaskan bahwa “Apakah
yang dihalalkan bagi mereka?" Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik”, yakni yang
sesuai dengan tuntunan agama atau yang sejalan dengan selera kamu selama tidak ada ketentuan
agama yang melarangnya. Termasuk binatang halal yang kamu sembelih sebagaimana diajarkan
Rasulullah saw dan dihalalkan juga buat kamu binatang hasil buruan oleh binatang seperti
anjing, singa, harimau, burung yang telah kamu ajar dengan melatihnya dengan sungguhsungguh untuk berburu, yakni menangkap binatang dan memperolehnya guna diberikan kepada
kamu, bukan untuk diri mereka. Kamu mengajar mereka, yakni tentang tata cara melatih
binatang. Jika demikian itu yang kamu lakukan maka makanlah dari apa yang ditangkapnya
untuk kamu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu sewaktu kamu melepasnya untuk
berburu. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya yakni
perhitungan-Nya.41
Dan kata asma’u (dengarkanlah), terdapat dalam surah Al-Maaidah ayat 108:
Artinya: “Itu lebih dekat untuk (menjadikan para saksi) mengemukakan persaksiannya
menurut apa yang sebenarnya, dan (lebih dekat untuk menjadikan mereka) merasa takut akan
dikembalikan sumpahnya (kepada ahli waris) sesudah mereka bersumpah dan bertakwalah
kepada Allah dan dengarkanlah (perintah-Nya), Allah tidak memberi petunjuk kepada orangorang yang fasik”.42
Ayat ini menekankan perlunya setiap orang menulis wasiatnya dan bahwa wasiat
sebaiknya dipersaksikan. Dengan adanya wasiat tertulis apalagi dipersaksikan, akan semakin
banyak sengketa yang dapat dihindari. Ayat ini juga mengisyaratkan pengukuhan sumpah
dengan memilih waktu-waktu tertentu. Pengukuhan sumpah, salah satunya dapat dilakukan
41
42
Ibid, vol.3, h. 25.
Ibid, vol. 15, h. 128.
dengan memilih kata-kata yang dinilai dapat menjadikan yang bersumpah berkata benar dalam
sumpahnya.43
Etika komunikasi kemudian penulis definisikan sebagai kaidah atau prinsip mengenai apa
yang baik dan buruk serta membedakan perilaku atau sikap yang dapat diterima dalam proses
berkomunikasi.
3. Etika Komunikasi Islam
Banyak orang mendefenisikan komunikasi Islam, diantaranya ialah Hussain yang
mengatakan bahwa komunikasi Islam merupakan suatu proses menyampaikan pesan atau
informasi dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan prinsip dan kaidah
komunikasi yang terdapat dalam Alquran dan Hadis. Kemudian, Mahyuddin Abd. Halim juga
mendefenisikan komunikasi Islam sebagai proses penyampaian atau pengoperan hakikat
kebenaran agama Islam kepada khalayak yang dilaksanakan secara terus menerus dengan
berpedoman kepada Alquran dan Sunnah baik secara langsung ataupun tidak, melalui perantara
media umum atau khusus, yang bertujuan untuk membentuk pandangan umum yang benar
berdasarkan hakikat kebenaran agama dan memberi kesan kepada kehidupan seseorang dalam
aspek aqidah, ibadah dan muamalah.44
Jadi, yang dimaksud etika komunikasi Islam dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang baik
dan buruk, yang pantas dan tidak pantas, yang berguna dan tidak berguna, dan yang harus
dilakukan dengan yang tidak boleh dilakukan ketika melakukan proses komunikasi. Sedangkan
nilai-nilai etika komunikasi Islam bersumber pokok ajaran Islam yakni Alquran dan Hadis.45
Secara umum, nilai-nilai etika komunikasi Islam ialah:
1. Kejujuran Komunikasi
Aspek kejujuran atau objektivitas dalam komunikasi merupakan etika yang didasarkan
kepada data dan fakta, tidak memutar balikkan fakta yang ada. Dalam istilah lain adalah
informasi yang teruji kebenarannya dan orangnya terpercaya atau dapat diakui integritas dan
kredibilitasnya. Dalam Alquran kejujuran itu dapat diistilahkan dengan amanah, ghair al-takzib,
shidq, al-haq. Oleh karena itu, seorang komunikator, tidak akan berkomunikasi secara dusta atau
dengan istilah lahw ah-Hadis dan al-ifk. Istilah lahw al-Hadis dapat diterjemahkan dengan
43
Ibid, h. 232.
Syukur Kholil, Komunikasi Islami (Bandung: Citapustaka Media, 2007), h. 2.
45
Ibid, h. 26.
44
kebohongan cerita atau cerita palsu. Sedangkan al-fik mengandung pengertian mengada-ada,
berita palsu, atau gosip.46 Dalam Alquran terdapat dalam surat An-Nahl ayat 105:
Artinya: “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang
tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta”.47
Ayat ini membuktikan kemustahilan Nabi Muhammad saw berbohong dan mengada-ada
karena sesungguhnya yang berani mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang
tidak beriman atau tidak terus-menerus memperbaharui imannya kepada Allah dan ayat-ayat
Allah. Itulah yang sungguh jauh dari rahmat Allah, yakni para pembohong-pembohong sejati.48
Ayat ini tidak menjelaskan siapa yang mereka (kaum musyrikin) duga mengajarkan
Alquran kepada Nabi, tetapi sekedar menyatakan bahwa dia adalah seorang manusia. Tidak
disebutkannya nama yang bersangkutan bukan saja karena telah merupakan kebiasaan Alquran
tidak menyebut nama, tetapi juga untuk menampung semua manusia yang diduga oleh siapa pun
telah mengajarkan Alquran kepada Nabi Muhammad saw. Seandainya nama yang bersangkutan
disebut, boleh jadi akan ada yang berkata, “Memang bukan si A itu yang mengajarnya, tetapi si
B atau si C.” 49
Kata ( ) همhum (mereka) pada penutup ayat di atas, setelah kata ( ) أول كulaika (itulah),
berfungsi mengkhususkan mereka itu sebagai pembohong-pembohong sejati. Seakan-akan ayat
ini menyatakan bahwa tidak ada pembohong sejati kecuali mereka. Memang ada pembohong
selain mereka, tetapi kedurhakaan akibat tuduhan yang sangat buruk itu telah mencapai
puncaknya sehingga seakan-akan kedurhakaan pembohong-pembohong yang lain tidak berarti
dibandingkan dengan mereka. Dengan demikian, merekalah yang secara khusus merupakan
pembohong-pembohong sejati.50
Dalam kejujuran itu juga terdapat, keadilan serta kewajaran dan kepatutan dalam
berkomunikasi.
a. Adil, Tidak Memihak
46
Amir, Etika, h. 66.
Agama RI, Al-Quran, h.280.
48
Shihab, Tafsir, vol. 6, h. 734.
49
Ibid, h. 736.
50
Ibid.
47
Dalam Islam, istilah al-adl berarti memberikan sesuatu yang menjadi hak seseorang, atau
mengambil sesuatu dari seseorang yang menjadi kewajibannya. Adil juga berarti sama dan
seimbang dalam memberi balasan, atau sama dalam menimbang, menakar dan menghitung.
Maksudnya, dalam berkomunikasi, haruslah dilakukan dengan benar, tidak memihak, berimbang
dan tentunya sesuai dengan hak seseorang baik lisan maupun tulisan. Di dalam Alquran kata adl
dengan segala perubahan bentuknya diulang sebanyak 28, diantaranya terdapat dalam surah AlMaaidah ayat 8:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil berlaku adillah,
karena adil itu lebih dekat kepada takwa, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.51
Ayat ini mengemukakan pentingnya melaksanakan seluruh perjanjian secara sempurna,
itulah yang dikandung oleh kata qawwamin lillah. Ayat ini dikemukakan dalam konteks
permusuhan dan kebencian, sehingga yang perlu dahulu diingatkan adalah keharusan
melaksanakan segala sesuatu demi Allah, karena hal ini yang akan lebih mendorong untuk
meninggalkan permusuhan dan kebencian. Ayat ini juga menyatakan bahwa adil lebih dekat
dengan taqwa.52
b. Kewajaran dan Kepatutan
Dalam berkomunikasi, komunikator wajib mempertimbangkan patut atau tidaknya
informasi yang ia sampaikan. Dalam hal ini, komunikator tidak boleh menyampaikan berita yang
membahayakan komunikan, atau menyampaikan informasi yang dapat menyinggung perasaan
umat beragama, suku, ras, golongan tertentu. Dalam Alquran dapat ditemui tuntunan yang sangat
baik sebagai etika dalam berkomunikasi ini yakni:
1. Qawlan Ma’rufan
51
52
Agama RI, Al-Qur’an, h. 108.
Shihab, Tafsir, vol. 3, h. 43.
Qawlan Ma’rufan dapat diterjemahkan dengan ungkapan yang pantas. Kata ma’rufan
berbentuk ism maf’ul yang berasal dari madhinya ‘arafa. Salah satu pengertian ma’rufan secara
etimologis adalah al-khair atau al-ihsan yang berarti yang baik-baik. Jadi qawlan ma’rufan
mengandung pengertian perkataan atau ungkapan yang baik dan pantas. Di dalam Alquran
ungkapan qawlan ma’rufan disebutkan di empat tempat, yakni pada surah Al-Baqarah, surah AnNisaa, surat Al-Maidah serta surah Al-Ahzab.
Secara harfiyah, ma’rufan dapat juga diartikan dengan sesuatu yang baik menurut syar’i
dan akal. Jadi tolok ukurnya adalah baik menurut ajaran agama dan rasio. Ma’ruf juga berarti
menurut ‘uruf (adat istiadat), karena biasanya adat atau kebiasaan mengandung kebaikan. Karena
ada kandungan kebaikan itulah ia dikerjakan berulang-ulang sehingga menjadi adat kebiasaan.
Mengenai qawlan ma’rufan, Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 263:
Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima), Allah Maha Kaya lagi Maha
Penyantun”.53
Perkataan yang baik, yang sesuai dengan budaya terpuji dalam suatu masyarakat adalah
ucapan yang tidak menyakiti hati peminta baik yang berkaitan dengan keadaan penerimanya,
seperti berkata “dasar peminta-minta”, maupun yang berkaitan dengan pemberi, misalnya denga
berkata, “saya sedang sibuk”. Perkataan yang baik itu lebih baik daripada memberi dengan
menyakiti hati yang diberi. Demikian juga memberi maaf kepada peminta-minta yang tidak
jarang menyakitkan hati pemberi juga jauh lebih baik daripada memberi tetapi disertai dengan
mann dan adza. Karena memberi dengan meyakiti adalah aktivitas yang menggabung kebaikan
dan keburukan atau plus dan minus. Keburukan atau minus yang dilakukan lebih banyak
daripada plus yang diraih sehingga hasil akhirnya adalah minus. 54
Ucapan yang baik lebih terpuji daripada dengan menyakitkan hati, karena yang pertama
adalah plus dan yang kedua adalah minus. Allah Maha Kaya, yakni tidak butuh dengan
pemberian siapapun, Dia juga tidak butuh kepada mereka yang menafkahkan hartanya untuk
diberikan kepada siapa makhluk-Nya, Dia juga tidak menerima sedekah yang disertai dengan
53
54
Agama RI, Al-Qur’an, h. 45.
Shihab, Tafsir, vol. 2, h. 694.
mann dan adza karena Dia Maha Kaya dan pada saat yang sama Dia Maha Penyantun sehingga
tidak segera menjatuhkan sanksi dan murka-Nya kepada siapa yang durhaka kepada-Nya.55
2. Qawlan Kariman
Ungkapan qawlan kariman dalam Alquran disebutkan sebanyak satu kali pada surah AlIsraa’ ayat 23:
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah
seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”.56
Ayat di atas menuntut agar apa yang disampaikan kepada kedua orang tua bukan saja
yang benar dan tepat dan bukan juga yang sesuai dengan adat kebiasaan yang baik dalam suatu
masyarakat, tetapi juga harus yang terbaik dan termulia dan kalaupun seandainya orang tua
melakukan suatu kesalahan terhadap anak, kesalahan itu harus dianggap tidak ada atau
dimaafkan (dalam arti dianggap tidak pernah ada dan terhapus dengan sendirinya) karena tidak
ada orang tua yang bermaksud buruk terhadap anaknya. Demikian makna kariman yang
dipesankan kepada anak dalam menghadapi orang tuanya.57
Qawlan kariman, menyiratkan satu prinsip utama dalam etika komunikasi Islam yakni
penghormatan. Komunikasi dalam Islam harus memperlakukan orang lain dengan penuh rasa
hormat.
3. Qawlan Maysuran
Secara etimologi, maysuran berasal dari kata yasara yang berarti mudah. Sedangkan AlMaraghiy dalam tafsirnya memberikan pengertian dengan mudah lagi lemah lembut. Dalam
55
Ibid.
Agama RI, Al-Qur’an, h. 264.
57
Shihab, Tafsir, vol.7, h. 65.
56
Alquran ditemukan istilah qawlan maysuran yang merupakan tuntunan untuk melakukan
komunikasi dengan mempergunakan bahasa yang mudah dimengerti dan melegakan perasaan.
Allah berfirman dalam surah Al-Israa’ ayat 28:
Artinya: “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas”.58
Ulama berpendapat bahwa ayat ini turun ketika nabi Muhamad saw atau kaum muslimin
menghidndar dari orang yang meminta bantuan karena merasa malu tidak dapat memberinya,
Allah swt memberi tuntunan yang lebih baik melalui ayat ini, yakni menghadapinya dengan
menyampaikan kata-kata yang baik serta harapan memenuhi keinginan peminta di masa datang.
Kalimat ibtigha’a rahmatin min Rabbika (untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu) bisa juga
dipahami berkaitan dengan perintah mengucapkan kata-kata yang mudah sehingga ayat ini
bagaikan menyatakan katakanlah kepada mereka ucapan yang mudah untuk memperoleh rahmat
dari Tuhanmu.59
4. Qawlan Balighan
Qawlan Balighan dapat diterjemahkan ke dalam komunikasi yang efektif. Asal kata
balighan adalah balagha yang artinya sampai atau fasih. Qawlan balighan diperlukan untuk
menghadapi orang-orang Islam yang bersifat munafik. Jadi untuk orang munafik tersebut
diperlukan komunikasi efektif yang dapat menggugah jiwanya. Bahasa yang akan digunakan
adalah yang akan mengesankan atau membekas di hatinya.
Sedangkan Jalaluddin Rakhmat, merinci pengertian qawlan balighan tersebut menjadi
dua. Pertama, qawlan balighan terjadi bila komunikator menyesuaikan pembicaraannya dengan
sifat-sifat khalayak yang dihadapinya. Komunikator dikatakan efektif, apabila mampu
menyesuaikan pesannya dengan kerangka rujukan dan medan pengalaman khalayaknya. Kedua,
58
59
Agama RI, Al-Qur’an, h. 265.
Shihab, Tafsir, vol.7, h, 74.
qawlan balighan terjadi bila komunikator menyentuh khalayak ada hati dan otaknya sekaligus.
Allah berfirman dalam surah Ibrahim ayat 4:
Artinya: “Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya..”60
Ayat ini agaknya turun untuk menjawab dalih sementara kaum musyrikin Mekkah yang
mempertanyakan mengapa Alquran dalam bahasa Arab. Di sisi lain sangat wajar setiap rasul
menjelaskan tuntunan Ilahi dalam bahasa sasaran dakwahnya, karena umat dituntut untuk
memahami ajaran Ilahi, bukan menerimanya tanpa pemahaman. Sekali lagi walau nabi
Muhammad saw diutus untuk semua manusia, namun karena manusia tidak memiliki bahasa
yang sama, maka sangat wajar jika bahasa yang digunakan adalah bahasa di mana ajaran itu
pertama kali muncul. Sejarah kemanusiaan hingga dewasa ini membuktikan bahwa tidak ditemui
satu ajaran yang bersifat universal, sekalipun yang sejak awal lahir langsung menggunakan
bahasa di luar masyarakat yang ditemuinya pertama kali. 61
Ayat di atas menjelaskan makna ‘illa bi lisani qaumihi dengan kecuali dengan bahasa
lisan dan pikiran sehat kaumnya ini karena bahasa di samping merupakan alat komunikasi, juga
sebagai cerminan d