PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA'ARIF NAHDLATUL ULAMA : Studi Deskriptif Analitik Guru SLTA di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma'rif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.
PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU
DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA'ARIF
NAHDLATUL ULAMA
(Studi Deskriptif Analitik Guru SLTA
di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma'rif NU
Cabang Jepara Jawa Tengah)
TESIS
Diajukan untuk memenuhui
sebagian syarat memperoleh gelar Magister
Program Studi Administrasi Pendidikan
OLEH
MUKHAMAD SAEKAN. S. Ag
NIM 959660
PRGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1998
LEMBAR PENGESAHAN
DISETUJUI UNTUK MENGIKUTI
UJIAN TAHAP I
OLEH
PEMBIMBING I
PROF.
DR.
H.
SUPANDI
PEMBIMBING II
DR. H. TB/ ABIN SYAMSUDIEN MAKMUN, MA
ABSTRAK
Pendidikan
adalah sebuah sistem yang terdiri dari
tujuan, metode, Pendidik (guru), Peserta didik
lingkungan. Dari berbagai komponen tersebut pendidik
salah satu komponen yang memiliki • fungsi sebab
kualitas pendidik akan mempengaruhi kualitas lembaga
sub
sistem
(siswa),
alat,
(guru) merupakan
akibat. Artinya
pendidikan.
Penelitian ini mengangkat permasalahan yang berkenaan
Pembinaan Kualitas Profesional Guru dengan judul Penelitian "
dengan
SISTEM
PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN
(LP)
MA'ARIF
NAHDLATUL ULAMA" Studi Deskriptif Analitik
Guru
SLTA
Yang di Bawah Naungan LP. Maarif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.
Maksud mengfokuskan pada lembaga pendidikan NU adalah (1) NU
sebagai organisasi sosial keagamaan (jamiyyah diniyah) terbesar di
Indonesia terasa belum memiliki peran secara optimal dalam sosio
kultural, sehingga banyak lembaga pendidikan di bawah NU belum
tertata secara profesional (2) Status LP. Maarif sebagai perangkat
departementasi yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan belum
berfungsi
secara maksimal, sehingga peran LP. Maarif
sebagai
penyelenggara pendidikan secara baik dan profesional belum mampu
dilaksanakan, akhirnya Status LP. Maarif baru sebatas sebuah lembaga
yang hanya diakui sebagai lembaga penyelenggara pendidikan oleh warga
NU akibat adanya persamaan kultural (3) Sebagai wujud partisipasi
dalam
memberikan masukan mengenai Sistem
pembinaan
kemampuan
Profesional Guru di lingkungan LP. Maarif NU Kususnya cabang Jepara
Jawa Tengah.
Sampel penelitian ini terdiri dari empat SLTA yang di bawah
naungan LP. Maarif NU Cabang Jepara Jawa Tengah yakni (a) Madrasah
Aliyah Walisongo Kecamatan Pecangaan (b) SMU Islam Al- Maarif
Kecamatan Kota (c) Madrasah Aliyah Al-Maarif kecamatan Kota (d) SMU
f-\
Islam Kecamatan Keling.
n cvvl*~*Masalah yang diteliti adalah berkenaan dengan (a)\Komponen
terkait
dalam
pembinaan kemampuan profesional guru
(b)
pendekatan
yang
digunakan dalam sistem pembinaan (c) aspek yang
menjadi
penekanan dalam pembinaan (d) pembinaan yang sedang dilaksanakan (e)
analisis faktyor pendukung, kelemahan, peluang dan tantangannya
(SWOT).
Dari penelitian ini ditemukan beberapa hal:
1. Komponen yang terkait dalam sistem pembinaan
belum
semuanya
berperan
maupun
secara
optimal baik lembaga
Depdikbud.
pendidikan
SLTA yang dibawah Depag
dibawah
komponen
Depag
y§M
belum
berperan secara optimal adalah LP. Maarif NU, Masjid, (Dan) Depag
itu
sendiri. Sedang SLTA di bawah Depdikbud, komponen yang
berperan
secara optimal adalah LP. Maarif, . Hal
perbedaan
kualitas
SDM
yang ada
di
dalam
belum
ini
disebabkan
lembaga
pendidikan
tersebut.
2. Pendekatan
yang
digunakan
dalam
pembinaan
merupakan
hasil
perpaduan dari pendekatan artistik dan klinis yang dikemas
dengan
nilai-nilai
agama dan dilakukan dengan nuansa
ibadah
dan
pengabdian secara tulus ihlas kepada Allah swt. Oleh sebab itu
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan NORMATIF RELIGIUS.
3. Aspek yang menjadi penekanan dalam pembinaan adalah aspek disiplin
kerja para guru. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kedisiplinan
kerja para guru dapat dijadikan modal dasar untuk mewujudkan
kualitas pendidikan.
4. Pembinaan
seperti,
pemberian
yang
sistem
dilakukan
masih
terdapat
seleksi, penentuan standar
beberapa
kekurangan
prestasi
kerja
kompensasi. Kompensasi hanya diberikan berupa
melalui tunjangan seperti tunjangan kepala sekolah, wakil
wali
dan
material
kepala,
kelas, ekstra kurikuler atau les. Sedangkan tunjangan
moril
seperti kesejahteraan keluarga, kesehatan belum dapat diwujudkan's—
5. Faktor yang menjadi pendukung, penghambat, peluang dan tantangan
dalam pembinaan justru berasal dari karakter pemimpin dan parawf)
guru itu sendiri. Jika kondisi SDM para pemimpin dan para guru-—^
sudah
baik maka akan baik pula kualitas pendidikan di
tubuh
Oleh sebab itu peningkatan SDM perlu terus dikembangkan.
Obyek dan tehnik pembinaan yang dilakukan belum mengacu
kepada
nilai-nilai faham Ahlussunah wal-jamaah seperti tawasuth, tawazim dan
tasammuh. Untuk itu perlu dilakukan obyek dan tehnik yang jelas yang
antara
mengacu kepada nilai-nilai ASWAJA sehingga terdapat perbedaan
lembaga pendidikan NU dengan lembaga pendidikan lainnya.
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Hi
DAFTAR ISI
v
ABSTRAK
vii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR BAGAN
X
BAB
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
1. Fenomena Globalisasi
1
2. Peranan Pendidikan dalam Pembangunan Nasional....
4
3. Alasan Pentingnya Pembinaan Guru
4. Profil Guru dalam Konteks Budaya
8
10
I
5. Kenyataan dan Harapan Fungsi Sekolah Menengah se
bagai Lembaga Pendidikan Menengah
BAB
II
12
B. Permasalahan
14
C.Tujuan dan Kegunaan
D. Paradigma Penelitian
16
17
E. Sistematika Penulisan Tesis
19
TINJAUAN PUSTAKA
20
A. Pembinaan Kemampuan Profesional Guru sebagai bagian
dari Administrasi Pendidikan
20
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan 20
2. Pembinaan Kemampuan Profesional Guru sebagai wujud dari Pembinaan Personil
23
B. Konsep dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Pendekatan Pem
binaan Kemampuan Profesional Guru
29
1. Konsep dan Ruang Lingkup Pembinaan Kemampuan
Profesional Guru
2. Prinsip Pembinaan Kemampuan Profesional Guru
29
33
3. Pendekatan Pembinaan Kemampuan Profesional
Guru
36
C. Kebijakan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru
45
45
1. Paradigma Kategori Guru
2. Strategi Pembinaan Kemampuan Profesional Guru
47
3. Kebijakan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru di
lingkunQ^ft4^mbaga_Pendidikan Ma'arif NU
D. Studi Terdahulu yang Relavan
BAB
III
BAB
IV
V
55
nCTETOdOfcOQI PENELITIAN ...^^T^.-^^r.ZTZ'.:.
60
A. Prosedur Penelitian
60
1. Data yang diperlukan
2. Populasi dan Sampel
BAB
49
60
61
B. Metode Penelitian
61
C. Tahap Pelaksanaan Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
62
63
E. Analisis Data
64
TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
66
A. Komponen yang terkait dalam Sistem Pembinaan
66
B. Pendekatan dalam Sistem Pembinaan
71
C. Aspek Penekanan dalam Sistem Pembinaan
D. Pembinaan yang dilakukan
74
78
E. Analisis SWOT
86
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
98
VI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
1. Fenomena Globalisasi
Globalisasi
dengan
sifat
semakin
yang " dipandegani"
materialisme,
kapitalisme,dan
gencar memasuki wilayah negara
termasuk
oleh negara maju
liberalisme
diseluruh
dunia,
Indonesia.
Materialisme memunculkan perkembangan teknologi yang
sedemikian pesat
yang
sehingga memunculkan citra
sedemikian
memunculkan
ramai
etos
Kapitalisme
dikota-kota.
kapitalis. Akan
tetapi
modernitas
karena
sistem
budaya kita, menurut Kuntowijoyo (1994) cenderung dibangun
pada
sistem
"Agromanagerial State"
maka
yang
kapitalisme semu (Erzats Capitalist). Kapitalisme
muncul
seperti
ini menjadi besar bukan disebabkan oleh etos kerja tinggi,
melainkan
akibat
disebabkan
kedekatan
merunyakkan
"
adanya
kemudahan
yang
diperoleh
Liberalisme
dengan kekuasaan.
sistem masyarakat yang
dibangun
sangat
kuat oleh sistem nilai budaya tradisi. Masyarakatpun mulai
mempertanyakan
sistem yang selama ini diyakininya.
proses mempertanyakan sistem
kesadaran
karena
karakteristik
sistem
yang
nilai
tersebut
yang
berbeda bahkan
Dalam
terjadi "split"
bertemu
dalam
memiliki
batas-batas
tertentu bertentangan.
Ciri
masyarakat
lain dari globalisasi adalah
yang
oleh Jacques Attali
munculnya
(1991:3)
suatu
dinamakan
masyarakat
di
mana
"Hiperindustrial" yaitu komunitas
"service
consumer goods".
are
transformed
into
masyarakat
mass-produced
Muculnya masyarakat "Hiperindustrial" ini
akan merambah keseluruh
budaya kehidupan manusia.
Berdasarkan fenomena globalisasi tersebut di atas ada
beberapa
lain
perubahan
yang dialami oleh
masyarakat
antara
:
Pertama, di era globalisasi masyarakat dituntut hidup
bekerja
dengan
informasi
cara
dan
untuk
informasi.
Masyrakat
harus
tahu
informasi tentang apa saja serta
memperoleh
informasi.
Kondisi
dan
segala
bagaimana
masyarakat
seperti itu hanya akan didapat oleh manusia yang
memiliki
motivasi belajar sangat tinggi.
Kedua,
di
persaingan
era globalisasi masyarakat akan
dalam
segala
memperoleh pekerjaan,
modal,
itu
kunci
keberhasilan
tidak
seperti
karya
dan
yang paling
diri
utama
dengan
persaingan
menjual barang dan jasa,
mempopulerkan
seperti
hal
penuh
memperoleh
sendiri.
dalam
adalah kualitas /mutu manusia.
berkualitas sudah barang pasti akan
dalam
Kondisi
memperoleh
Manusia
yang
terlindas
tidak mampu melakukan persaingan guna memperoleh
dan
keberha
silan.
Ketiga, di era globalisasi masyarakat dituntut dan
harus
memiliki kemampuan intelektual yang bersifat
seperti,
penguasaan
bahasa,
pengetahuan
alam
pengetahuan sosial. Di samping itu masyarakat juga
tut
menguasai
tehnik-tehnik
bekerja
dengan
bahkan
dasar
dan
ditun
alat-alat
teknologi moderen seperti komputer, mengolah data,
sun
rencana fisik mengajar dll. Persyarakat
disebut
" science
and
tecnology
menyu-
seperti
literacy
ini
" (Muchtar
Buchori ,1995:208).
Selanjutnya Muchtar Buchori menjelaskan, agar masyar
akat
tetap
"survive"
seperti berikut
a. Masyarakat
maka
perlu
memiliki
persyaratan
ini.
harus memiliki kemampuan belajar
capability),
yaitu
kemampuan
untuk
(learning
belajar
dalam
tatanan-tatanan formal, non formal dan informal;
b. Masyarakat
harus memiliki pengetahuan
dan
terhadap
ilmu pengetahuan dan teknologi
penguasaan
(science
and
tehnology literacy;
c. Masyarakat harus memiliki jiwa berusaha atau wiraswasta
(entrepreneurship);
d. Masyarakat
harus
memiliki
etos
kerja
yang
dapat
dihandalkan.
Berdasarkan
persoalan,
persyaratan
di atas
muncul
atas
diajarkan
dan dapat diperoleh siswa didalam pendidikan ?.
Kaitannya
pengertian
melalui
dengan
apakah keempat persyaratan di
maka
pendidikan
bimbingan
lingkungan,
adalah
dan latihan
maka
proses
pembinaan
agar, dapat
lembaga
manusia
menyesuaikan
pendidikan
memiliki
tanggung jawab sangat besar dalam mewujudkan manusia yang
berkualitas dan lebih kusus lagi mampu
mewujudkan
empat
persyaratan agar siswa dapat menghadapi era globalisasi.
Lembaga
dalam
dan
pendidikan perlu segera melakukan
segala bidang seperti kurikulum,
secara
pengajar,
terus
sebab
berkualitas
menerus
tanpa
sarana
melakukan
dibarengi
reformasi
prasarana
pembinaan
tenaga
tenaga
pengajar
yang
mustahil akan mampu menghadapi derasnya
arus
globalisasi.
Untuk
mengantisipasi
diperlukan
suatu
daya
sumber
strategi
ciri
untuk
globalisasi
tersebut
meningkatkan
kualitas
manusia kususnya sumber daya
manusia
dalam
lembaga pendidikan.
2. Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional
Manusia
strategi
proces).
berkualitas
yang
disebut
Pembangunan
perubahan
kualitas
kearah
hanya dapat
proses
pada
diberikan
pembangunan
dasarnya
tercapainya
hidup yang lebih baik. Sebagai
kualitatif,
proses
pembangunan
sektor
kebutuhan
material
finansial semata,
kebutuhan
sandang,
pangan dan
pendapatan
dan
perekonomian,
yang
perubahan
serta
juga
pemenuhan
pemerataan
diarahkan
kepada sektor kehidupan yang lebih kompleks, yaitu
ideologi, agama, sosial budaya, keamanan, yang
kepada
tingkat kebutuhan masyarakat atau
pembangunan di suatu negara, secara
kali
berbeda
dengan
kepada
menyangkut
seperti
namun
proses
bentuk
diarahkan
papan
kesempatan kerja,
atau
upaya
tidak
perubahan
(building
merupakan
kemajuan
dengan
tergantung
negara.
sosio kultural
proses pembangunan
sektor
di
Proses
acap-
negara
lain, dikarenakan berbedanya orientasi, tujuan, pendekatan
serta prioritas kehidupan yang ditempuh.
Tujuan
Indonesia,
makmur
dan
orientasi
adalah
yang
pembangunan
mewujudkan suatu masyarakay
merata material dan spiritual.
lain,pembangunan
diorientasikan
kualitas
hidup
politik,
ekonomi,
nasional
Dengan
untuk
pada segenap sektor
sosial budaya,
adil
kata
meningkatkan
mencakup
hankam
dan
ideologi,
dengan
sasaran
strategis seperti dicanangkan dalam GBHN tahun 1993
dalam
upaya membentuk manusia seutuhnya.
Dalam
konteks
pembangunan
nasional
tersebut,
pendidikan yang pada dasarnya merupakan proses pencerdasan
kehidupan
bangsa
dan
pengembangan
manusia
seutuhnya
memiliki posisi sangat strategis
Indonesia
dalam
meraih
keberhasilan pembangunan.
Secara
spesifik, dalam bidang
pendidikan
dalam
memiliki nilai
pembangunan
strategis dan
ekonomi,
determinatif
pencapaian kesejahteraan hidup masyarakat. Di
pendidikan merupakan salah satu alat efektif untuk
sini
meraih
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Melalui upaya pendidikan
suatu
proses
ketrampilan,
peralihan
atau
pembentukan
individu dapat diwujudkan,
mudah
memperoleh
pengetahuan,
lapangan
sikap
dan
pengalihan
etos
sehingga lulusan akan
pekerjaan
atau
kebutuhan
(1973:
2)
yang
dapat
hidupnya.
merumuskan
Dalam
dipergunakan
konteks
konsep
ini,
pendidikan
relatif
menciptakan
lapangan pekerjaan, yang pada gilirannya akan
penghasilan
kerja
diperoleh
untuk
memenuhi
bahkan
dari
Blaugh
segi
ekonomi
secara
Pengetahuan
lebih
dan
tegas
ketrampilan
sebagai "Human Capital" yang
sebagai
hasil
proses
investasi.
pendidikan
kemudian
dinilai
dapat
dijadikan
sebagai alat produksi, baik untuk kepentingan pribadi atau
kepentingan
sosial
dalam konteks lebih
luas.
investasi pendidikan, manusia melakukan proses
rupa
sehingga memiliki pengetahuan dan
sesuai dengan
ya.
harapan
Berdasarkan
Kanada,
Selandiabaru
dsb.
dibanyak
sedemikian
ketrampilan
produktivitas
penelitian
yang
yang dirancangnnegara,
Blaugh
Melalui
misalkan
menyimpulkan
pertumbuhan
ekonomi yang biasanya diukur
dengan
pertumbuhan
pendapatan nasional (GNP) sangat
bahwa
tingkat
dipengaruhi
oleh faktor pendidikan.
Dalam
proses
bidang
sosial
politik,
pendidikan
sosialisasi juga memiliki nilai
sebagai
kontributif
besar dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional.
pendidikan,
sosialisasi
nilai-nilai
kehidupan
yang
Lewat
politik,
bersosial, atau proses pembentukan budaya berpolitik dapat
diselenggarakan dalam rangka pembentukan sikap
masyarakat
terhadap masalah-masalah dasar tentang sistem politik yang
dianut oleh negaranya (Tom Brennan, 1981:19). Dengan
lain,
melalui
sosialisasi
mereka
pendidikan
nilai
dilakukan
dan norma kepada
memahami dan menghayati hak
suatu
kata
proses
masyarakat
sehingga
kewajibannya
sebagai
warga negara secara memadahi.
Dalam
pada
bidang
sosial budaya yang
penanaman nilai-nilai budaya,
lebih
pendidikan
menekankan
menduduki
peran
penting
Zeffreys
dalam
(1972:
pembangunan.
Secara
6) mengartikan pendidikan
pelestarian . Sebagai upaya pelestarian,
hanya
merupakan alat pelestari,
merupakan
positif
proses
dan
bagaimana
lebih
luas
sebagai
upaya
pendidikan
bukan
pemelihara,
nilai-nilai
tetapi
juga
kultural
kontruktif bagi manusia kini
yang
dan
mendatang
tetap dipertahankan dari kepunahan dan bencana.
Pendidikan
mengupayakan
terbentuknya
nilai-nilai
pola
perilaku
yang adaptatif dengan kebutuhan yang ada dalam masyarakat.
Dalam
manusia
bidang
yang
pendidikan
cerdas
dalam
bernegara dengan ciri-ciri:
Yang
Maha
Esa,
diharapkan
kehidupan
beriman,
berbudi pekerti
pengetahuan dan ketrampilan,
berbangsa
yang
luhur,
tanggung
jawab
kemasyarakatan dan
memiliki
rasa
kebangsaan
(UUSPN
pendidikan
formal
1989).
Proses
menyangkut
peserta
memiliki
kesehatan jasmani dan rohani,
yang mantap dan mandiri serta
:
dan
bertaqwa kepada Tuhan
kepribadian
Honor 2
dihasilkan
pendidikan
terutama
berbagai faktor antara lain
didik (siswa),
pendidik
sarana prasarana,
metode,
(guru),
tujuan,
dan lingkungan. Dari beberapa faktor tersebut gurulah yang
memegang peranan penting dalam proses
arti
pendidikan dalam
mencapai kualitas pendidikan Hartono
Kasmadi
dalam
mimbar pendidikan (1990 : 13) mengatakan :
Bahwa
faktor
apapun yang akan diperbaharuhi pada gilirannya
pendidik
(guru)
yang banyak nenentukan,
karenanya upaya pembinaan secara baik dan benar
harus
selalu dikembangkan
3. Alasan Pentingnya Pembinaan Guru
Titik
berat
VI
repelita
pendidikan
ditekankan
Konsekuensinya,
sistem
pembangunan
pada
perlu ditingkatkan
bersifat
keseluruhan
keseluruhan
"Human
mutu.
komponen
resources"
"material resources".
komponen
kurun
peningkatan
pendidikan, baik yang bersifat
maupun yang
pada
Peningkatan
sistem pendidikan
yang
brsifat
"human resources" dan "material resources" tersebut
diartikan
dari
segi
kuantitasnya
maupun
dapat
kualitasnya.
Berbagai
upaya peningkatan kualitas komponen sistem
didikan
secara
keseluruhan
pen
mengarah kepada pencap
aian tujuan pendidikan.
Disadari
sepenuhnya,
komponen-komponen
berpengaruh
sistem
bahwa
peningkatan
pendidikan
terhadap peningkatan mutu
terbukti
lebih
pendidikan
adalah
komponen
yang bersifat "Human resources". Hal
dipahami
dari
"material
kenyataan, bahwa
kualitas
komponen
ini
yang
dapat
bersifat
resources" tidak dapat bermanfaat tanpa
adanya
komponen yang bersifat "Human resources".
Diantara
komponen-komponen sistem
bersifat "human
perhatian
lebih
pendidikan
resources" yang selama ini
banyak adalah
tenaga
mendapatkan
guru.
perhatian terhadap tenaga guru, antara lain dapat
dari
banyaknya
kenaikan
pangkat
kebijaksanaan
otomatis
kusus
bagi
seperti
guru,adanya
fungsional bagi guru dan lahirnya Surat Keputusan
8
yang
Besarnya
dilihat
: adanya
tunjangan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
(MENPAN)
nomor
26
/MENPAN/1989 yang memberikan peluang bagi guru untuk
naik
pangkat sampai dengan golongan ruang IV/e.
Dominannya
perhatian
pemerintah,
dalam
adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
sebenarnya didasarkan atas suatu anggapan,
gurulah
ini
mutu
dapat
dipandang
ini
terhadap guru
bahwa
ditangan
pendidikan kita banyak bergantung. Hal
dipahami dari
sekolah-sekolah
hal
kita
sebagai
kenyataan,
bila
tidak
faktor
tidak
ada
kunci,
berdayanya
gurunya.
karena
ia
berinteraksi secara langsung dengan muridnya dalam
Guru
yang
proses
belajar mengajar di sekolah. Perhatian yang demikian besar
terhadap
ketika
guru,
menjabat
penciptaan
sangat
ditampakkan
Mendikbud
yaitu
oleh
Daoed
dengan
Joesouf
mengusahakan
lagu Hymne Guru dan menggolongkan guru sebagai
jabatan profesi.
Strategi
pendidikan
peranan
guru dalam
meningkatkan
dapat dipahami dari hakekat guru
yang
ini dijadikan sebagai Asumsi Programatik pendidikan
Yang
dimaksud dengan
asumsi programatik
guru
adalah asumsi-asumsi yang dijadikan sebagai
dalam mengembangkan program pendidikan guru.
mutu
selama
guru.
pendidikan
pedoman
Asumsi-asumsi
tersebut guru adalah :
(1) Agen pembaharuan;
(2) Berperan
sebagai
fasilitator
yang
memungkinkan
terciptanya kondisi yang baik bagi subjek didik
untuk
belajar;
(3) Bertanggung jawab
atas
terciptanya
subjek didik;
(4) Dituntut menjadi contoh subjek didik;
hasil
belajar
(5) Bertanggung
jawab
secara
profesional
meningkatkan
kemampuannya;
(6) Menjunjung
tinggi
kode
etik
profesionalnya
(
Ali
Imron, 1995:4).
Sebagai
orang yang bertugas mengajar
dan
guru akan melaksanakan berbagai kegiatan demi
tujuan
yang
tersebut
telah dirumuskan. Untuk
guru
pembimbing,
konselor,
harus
memainkan
pembaharu,
pembawa
tercapainya
mencapai
tujuan
fungsinya
model atau contoh,
pencipta, yang mengetahui
pandangan,
mendidik
sebagai
penyelidik,
sesuatu,
cerita dan seorang aktor
pembangkit
(Olivia
F,
Peter 1989:10).
Demikian
meningkatkan
pengembang
besarnya
mutu
LPTK
pendidikan,
senantiasa
mengembangkan
profesional
peranan
guru
dalam
sehingga' para
mencari
kurikulumnya.
guru
bentuk
pakar
baru
Pembinaan
dalam segala bidang
upaya
dan
dalam
kemampuan
termasuk
LPM
NU
perlu mendapat perhatian yang seksama.
4. Profil Guru Dalam Konteks Budaya
Piet
profil
Suhartian
(1994:21-22)
mengemukakan
guru dalam konteks budaya dibedakan
macam yakni Guru di desa,
bahwa
menjadi
Guru di kota dan Guru di
tiga
daerah
industri.
Pertama, Guru di Desa
Guru di desa masih terpandang. la dipandang sebagai
orang
yang punya kelebihan. Dalam konteks ini belum banyak
kaum
intelek yang
orang
bermukim di desa. Guru dipandang
yang lebih banyak tahu dan terpandang.
Guru
sebagai
lebih
dihormati semua tugas dan beban pendidikan yang menyangkut
10
kehidupan
masyarakat,
guru yang tampil
sebagai
pemeran
utama. Di samping menjadi guru, mereka dapat juga sebagai
ketua
karang taruna, ketua LKMD,
olah
raga, pemimpin pramukadll.
dipandang
berat
ketua
perkumpulan
Pada satu
sisi
terhormat, pada sisi lain memiliki
dan
terlalu
digantungkan
banyak.
Terlalu
pada guru. Akibatnya
beban
banyak
guru
jangan
yang
harapan
bila sedikit
kesalahan yang dibuat, maka mereka menjadi kambing
Selayaknya
mereka
terlalu banyak
saja
hitam.
diberi
beban
kemasyarakatan agar mereka dapat melakukan tugas pokok dan
tugas profesional di sekolah dengan lebih siap.
Kedua, Guru di kota.
Di kota guru itu sibuk bukan sekedar untuk pengabdian
kepada
masyarakat,
tetapi mereka
sibuk
berjuang
untuk
mempertahankan tingkat kehidupan yang secara ekonomi lebih
tinggi dari di desa. Menjadi Guru harus berusaha
menambah
pendapatannya agar mereka dapat mempertahankan status
dan
tingkat kehidupan ekonominya.
Sejak pagi mereka pergi dan sampai malam hari baru
kerumah.
Mereka
keesokan
paginya dan
akibatnya
harus membuat persiapan
kegairahan/
untuk
dilakukan secara
dorongan
mengajar
pulang
mengajar
tergesa-gesa.
dan
tanggung
jawabnya nampak
mengalami gangguan psikologis, seperti
sering
suka membolos dengan
yang
kerja
terlambat,
masuk
yang
akal. Semuanya merupakan
rendah.
Moral kerja
terhadap tugas yang dikerjakan.
11
adalah
berbagai
alasan
refleksi
moral
reaksi
mental
Ketiga, Guru di daerah industri
Di daerah industri guru memperoleh gaji yang relatif
cukup.
masalah
Namun
demikian ada sisi lain yang menimbulkan
psikologis.
Siswa sekolah di
daerah
industri
berasal dari orang tua yang terpelajar. Sering kali murid-
nya dipandang memiliki pengetahuan yang lebih mantap
gurunya
dan
sendiri, karena
terdidik.
sering dengan
mereka dari keluarga
Para siswa datang dengan bus
mobil pribadi orang tua,
dari
terpelajar
sekolah dan
sementara guru
memakai sepeda biasa atau berjalan kaki. Sering terjadi
faktor psikologis berpengaruh terhadap kinerja guru.
Semua gambaran di atas menunjukkan profil seorang
guru. Sekarang orang mulai melihat jabatan guru sebagai
jabatan yang
tidak menarik. Seorang sosiolog pernah
mengemukakan faktor - faktor yang menyebabkan status guru
dianggap lebih rendah bila dibandingkan dengan jabatan
lain, seperti dokter atau hakim. Peranan guru dipandang
kurang
utama dan kurang dinamis
walaupun
kegiatan
mengajar dan mendidik dipandang sangat vital.
5. Kenyataan dan harapan fungsi sekolah menengah sebagai
lembaga pendidikan menengah
Dalam UUSPN pasal 15 : 2 maupun praktek
pelaksanaan
sistem pendidikan yang berlaku sampai sekarang menunjukkan
bahwa sistem pendidikan menengah di Indonesia meliputi
pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan
dan
pendidikan kedinasan. Walaupun jenis dan
pendidikan menengah kejuruan demikian banyak,
12
variasi
jumlah
lulusan sekolah lanjutan atas ,
menunjukkan
bahwa
perimbangan lulusannya
lebih dari 60
%,
yaitu
648.003
lulusan dari 974.471 lulusan SLTA adalah lulusan SMU. Dari
jumlah
lulusan
Perguruan
dihadapi.
ke
Perguruan Tinggi.
Kenyataan
Inilah
diterima
besar di atas
kenyataan
mengandung
(1) sebagian besar yang masuk SMU
dasar
akademik yang memadahi untuk
akademik
SMU
yang
di
Tinggi negeri. Hampir 50 % tidak melanjutkan
pendidikan
bahwa;
ini, kurang ..dari 10 %
tidak
mengikuti
dapat
melanjutkan
makna
memiliki
pendidikan
tingkat universitas; (2) sebagian besar
tidak
yang
pendidikannya
lulusan
kejenjang
pendidikan tinggi.
Kenyataan
kurikulum
SMU
lain
yang
disusun
kita
saksikan
sebagai
adalah
kurikulum
pendidikan
akademik
dan berlaku sama untuk semua peserta didik
memasuki
SMU,
kemampuan
menilai
akademik
hasil
mereka
mereka
berada
dan
para peserta didik. Jadi
pendidikan
menyerap
akademik
dimanapun
apapun
kalau
kita
dari
keberhasilan
materi kurikulum SMU
yang
orientasinya
memperhatikan
apakah
semua
memiliki
kemampuan dasar akademik yang memadai. Apakah karena
mempersepsikan
yang
hanya
tanpa
SMU
bahwa
SMU
sebagai lembaga
pendidikan
kita
akademik
persiapan kependidikan universitas.
Kenyataan di atas
melihat
dapat
SMU
sebagai sekolah yang
diikuti
mengikuti
mengandung makna bahwa masyarakat
oleh
pendidikan
program
semua peserta
SMP,
sedangkan
13
didik
dunia
pendidikannya
yang
telah
pendidikan
tinggi
memandang
menyiapkan
tinggi.
SMU sebagai
peserta
lembaga
didik untuk
pendidikan
mengikuti
Inilah dilemanya eksistensi
untuk
pendidikan
pendidikan
menengah
bangsa Indonesia kususnya SMU-.
B.
Permasalahan
Pengertian
pembinaan
luas,
pembinaan
dapat
penerimaan,
pemeliharaan dan pemapanan;
peningkatan
dibagi
sangat
mutu
dalam tiga
namun
gugus
konsep
(1)
yakni
(2) perbaikan;
(pelanjutan)
(3)
(Willistm
B.
pembinaan dalam konteks
pertama
adalah
upaya
memelihara dalam konteks perbaikan
mengacu
kepada
suatu
aktivitas
Castetter, 1981:45).
Pengertian
/menciptakan
proses
konstruktif
kualitas
yang
sesuatu.
bertujuan
membentuk
kedua
Pengertian
restrukturisasi kualitatif suatu hal yang
kurang memadahi menjadi sesuatu yang memadahi.
ketiga
adalah
merujuk
kepada
aktivitas
adalah
dinilai
Pengertian
peningkatan
kualitas sesuatu agar mencapai bentuk kualitas lebih
baik
(memuaskan).
Pembinaan dalam konteks pembinaan profesional adalah
sebagai aktivitas pemeliharaan,
profesional
bantuan
profesional
kemampuan
Dapat
yang
profesional
merencanakan,
mengajar
guru.
melaksanakan
(Tangyong,
juga
perbaikan dan
diartikan
berfungsi
guru
dan
suatu
untuk
sehingga
menilai
1989:65). Lebih jauh
peningkatan
meningkatkan
mereka
Proses
Jam'an
(1989) mengartikan pembinaan profesional guru ialah
14
sistem
mampu
Belajar
Satori
suatu
usaha
yang
sifatnya membantu,
kesempatan
kepada
profesionalnya
utamanya
pegawai untuk
agar
yang
mendorong
mereka
lebih
dan
meningkatkan
dapat
baik yakni
memberi
kemampuan
melaksanakan
memperbaiki
tugas
PBM
dan
meningkatkan mutunya.
Pembinaan
suatu
upaya
memenuhi
profesional dalam penelitian
memelihara
kekurangan
kemampuan
guru
ini
yang
adalah
memadahi,
agar sesuai dengan tuntutan profesi,
di samping menambah dan meningkatkan mutu profesional agar
lebih
memadahi. Penelitian ini diarahkan
perilaku
untuk
mengubah
menyangkut pengetahuan, ketrampilan,
maupun
sikap guru supaya sesuai dengan tuntutan profesi.
Untuk
memperoleh kualitas guru baik yang
pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai
perilaku,
tuntutan
menyangkut
profesinya
PEMBINAAN
KEMAMPUAN
maka perlu
dilakukan
PROFESIONAL GURU
suatu
dengan
dengan
SISTEM
pertanyaan
permasalahan seperti berikut ini.
1. Komponen
apa saja yang terkait dalam
kemampuan
profesional
sistem
guru SLTA dibawah
pebinaan
naungan
LP.
Ma'arif Cabang Jepara Jawa Tengah.
2. Pendekatan
profesional
apa
yang tepat dalam
guru
SLTA di bawah
pembinaan
qaungan
LP.
kemampuan
Ma'arif
cabanng Jepara Jawa Tengah.
3. Aspek apa saja
kemampuan
yang menjadi penekanan dalam
profesional
guru SLTA dibawah
pembinaan
naungan
LP.
Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.
4. Bagaimana bentuk
pembinaan profesional guru SLTA di
15
bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.
5. Apa
penunjang,
dalam
kelemahan,
pembinaan
dibawah
kesempatan
kemampuan
naungan
dan
profesional
LP.Ma'arif
NU
Cabang
tantangan
guru
SLTA
Jepara
Jawa
Tengah.
C. Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah berusaha untuk
ripsikan
dan
kemampuan
menganalisis
profesional
tentang
mendesk-
upaya
guru dilingkungan LPM
pembinaan
NU
Cabang
Jepara yang berkenaan dengan :
(1) Komponen
yang
profesional
terkait
guru
dalam
SLTA dibawah
pembinaan
naungan
kemampuan
LP.
Ma'arif
cabang Jepara Jawa Tengah;
(2) Pendekatan
tepat
yang
kemampuan
untuk
melakukan
profesional guru SLTA
pembinaan
dibawah naungan
LP.
Ma'arif Cabang jepara Jawa Tengah;
(3) Aspek-aspek
yang
menjadi penekanan
pembinaan kemampuan
dalam
melakukan
profesional guru SLTA di
naungan LP. Ma'arif NU Cabang
bawah
Jepara Jawa Tengah;
(4) Bentuk pembinaan profesional guru SLTA dibawah naungan
LP. Ma'arif Cabang Jepara Jawa Tengah;
(5) Kekuatan,
pembinaan
kelemahan, kesempatan dan
kemampuan
profesional
tantangan
guru
SLTA
dalam
dibawah
naungan LP. Ma'arif Cabang Jepara Jawa Tengah.
Kegunaan penelitian ini :
(1) Sebagai
pengembangan
khasanah
ilmu
pengetahuan
kususnya di bidang ilmu Administrasi Pendidikan;
16
(2) Dapat
menemukan
konsep
atau
kemampuan
profesional guru di
Nahdlatul
Ulama
pembinaan,
yang
bentuk
pembinaan
lingkungan
organisasi
menyangkut
proses
pembinaan
pendekatan,
serta
aspek
hal-hal
yang
menyangkut dengan SWOT;
(3) Sebagai
Ulama
bahan
masukan
kususnya
LPM
kepada
NU Cabang
organisasi
Jepara
Nahdlatul
dalam
proses
pembinaan kemampuan profesional guru;
(4) Kusus bagi peneliti,
pengetahuan
dapat menambah dan meningkatkan
secara
ilmiah
kususnya
dalam
ilmu
pembinaan kemampuan profesional guru.
D.
Paradigma Penelitian
Paradigma
penelitian
diketahui
yang
menganalisa
perangkat
Untuk
dan
dimaksudkan
akan dilalui
/ditempuh
sebuah
alur
sehingga
dapat
secara jelas apa yang diharapkan dan diperoleh.
Penelitian
dan
penelitian
ini dimulai dengan
konsep Ahlussunah
memahami,
menghayati
waljama'ah
(ASWAJA),
yuridis NU dan LPM NU dan undang-undang SPN.
memenuhi harapan yang tertera dalam ASWAJA,
UUSPN maka diperlukan suatu proses
LPM
meningkatkan
NU
SDM
yang disebut Proses Pendidikan.
Proses
pendidikan dipengaruhi oleh
seperti
pendidik (guru), peserta didik
metode,
sarana
prasarana
banyak
faktor
pendidik
dan
beberapa
(siswa),
lingkungan.
merupakan
faktor
Dari
yang
faktor
tujuan,
sekian
perlu
memperoleh perhatian lebih besar.
Untuk memperoleh kualitas guru yang baik
17
diperlukan
pembinaan
situasi
yang terencana, sistematis dan
dengan
dan kondisi. Pembinaan yang akan dilakukan
penelitian
penekanan
ini
meliputi pendekatan, aspek
dalam
yang
menjadi
dan proses pembinaan yang terdiri dari
langkah
persiapan,
analisis
relevan
perbaikan
dan
peningkatan
kualitas
serta
SWOT.
Jika
diilustrasikan maka akan terlihat seperti
bagan di bawah ini.
Bagan 1 Padigma Penelitian
AD/ART NU & LPM
Kerangka dasar
Faham
ASWAJA
Acuan
Teoritis
UUSPN NO 2 th '89
PP NO 29 th 1990
PP NO 38 th 1992
PERMASALAHAN
Sistem Pembinaan
Kemampuan Profe
sional Guru SLTA
di Bawah Naungan
LP. Ma'arif NU
Cab. Jepara
* Komponen Yang
Terkait
* Pendekatan Yang
Digunakan
* Aspek Penekanan
* Pembinaan Yang
Dilakukan
* Analisis SWOT
Analisis
Kualitatif
(Deskriptif
Analitik)
18
Pelaksa
naan Pe
nelitian
pada
E.
Sistematika Penulisan Tesis
Tesis
ini
terdiri dari lima
Bab
dengan
rincian
sebagai berikutini.
Bab
I PENDAHULUAN.
Bab ini terdiri dari
Latar
belakang
masalah, Perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
penelitian dan sistematika penulisan tesis.
paradigma
Bab
II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini terdiri dari
yakni
(a)
Pembinaan Kemampuan profesional
empat
guru
sebagai
bagian dari administrasi pendidikan, (b) Konsep dan
lingkup,
prinsip
dan
pendekatan
pembinaan
hal
ruang
kemampuan
profesional guru (c) Pembinaan kemampuan profesional
guru
di lingkungan LPM-NU, (d) Studi pendahuluan yang relevan.
Bab
III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini terdiri dari
yang
diperlukan, populasi dan sampel, metode
tahap
dan
Bab
data
peneletian,
pelaksanaan penelitian, tehnik pengumpulan
data
analisis data.
IV
ANALISIS DATA PENELITIAN. Bab
analisis
tentang
profesional,
aspek
Pendekatan
yang
ini
terdiri
pembinaan
menjadi
dari
kemampuan
penekanan,
proses
pembinaan, dan analisis SWOT.
Bab V PENUTUP.
Bab ini terdiri dari kesimpulan,
rekomendasi.
19
saran
dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
PROSEDUR PENELITIAN
1. Data yang diperlukan
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut
(a) Dokumen
:
atau aturan yang bersikap yuridis di
LPM
NU
antara lain ; Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ART)
Cabang
LPM
Nahdlatul Ulama, Program kerja
LPM
NU
Jepara periode tahun 1993-1998, Dokumen
hasil
kesepakatan LPM NU cabang Jepara yang dijadikan
dasar
menjalankan program kerja;
(b) Keadaan tenaga kependidikan (GURU) SLTA yang berada di
SMU Islam Ma'arif Kec. Jepara, SMU Islam Kec.
MA
Walisongo Kec. Pecangaan dan MA.
Keling,
Al-Ma'arif
Kec.
Jepara Kota.Latar belakang kependidikan dan pengalaman
mengajarnya,
Pandangan
atau persepsi
guru
terhadap
keberadaan LPM NU, Performance guru yang sesuai dengan
misi
dan
fungsi
LPM
dalam
mengelola
lembaga
pendidikan;
(c) Pembinaan profesional guru dilingkungan LPM NU
Jepara
meliputi;
dilaksanakan
oleh
pembinaan
yang
LPM NU Cabang
sudah
Jepara,
dan
Cabang
sedang
Pendekatan
yang tepat dalam melakukan pembinaan profesional guru,
Aspek yang ditekankan dalam pembinaan profesional guru
dan
proses pembinaan yang dilakukan
terdiri
pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan mutu.
60
dari
2.
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi
meliputi
dan
semua
berkaitan
sampel
dalam
subyek yang memiliki
penelitian
ini
karakteristik
yang
dengan pembinaan profesional guru
dilingkungan
LPM NU Cabang Jepara. Oleh karena itu populasi dan
dalam
penelitian
Nasution
adalah sampling
porpusif,
dengan
mengambil
orang-orang
dengan ciri-ciri spesifik yang
sampel
tersebut ( 1987:128), yang termasuk
sampel dalam penelitian ini adalah
pendidikan
terpilih
dimiliki
oleh
populasi
Walisongo,
dan
Guru
- Guru
dan
semua pengelola satuan
(SMU dan MA) yang ada di bawah naungan LPM
Jepara
S.
porpusif
yang
sesuai
Cabang
menurut
dalam buku " Metode Research" sampling
dilakukan
sampel
SLTA
yang
ada
NU
Di
MA
SMU Islam Al- Maarif , SMU Islam Kelet dan
MA
Al-Ma'arif.
B.
METODE PENELITIAN
Untuk
analisis
penelitian
yaknio
kebijakan
ini
dengan cara
digunakan
metode
mendeskripsikan
deskriptif
dasar
dan
pembinaan profesional guru di lingkungan LPM
NU
Cabang
guru,
aspek
profesional
Jepara; Pendekatan pembinaan profesional
yang
menjadi
penekanan
dalam
pembinaan
guru, dan proses pembinaan yang terdiri
dari
pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan mutu.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan
pedoman
naan
analisis
untuk menemukan sebuah konsep
profesional guru dilingkungan LPM NU Cabang
61
pembi
Jepara.
Penelitian
ini
bukan
mendeskripsikan
menguji
hipotesis,
dan menganalisis data
sehingga dapat ditemukan konsep
guru
penelitian
ini
yang
pembinaan
dilingkungan LPM NU Cabang Jepara,
melainkan
oleh
diperoleh
profesional
karena
dikatakan sebagai penelitian
itu
kualita
tif.
Ciri-ciri
penelitian kualitatif seperti
yang
telah
disintesakan dari pendapat dan peneliti Bogdan dan Binklen
(1982:
J.
22-27) dan Lincoln dan Guba (1985:39-44) Oleh
Moleong
dalam
metodologi
penelitian
(1989:4-9) adalah sebagai berikut
(a) Penelitian
kualitatif
(Natural setting)-,
(b) Manusia
kualitatif
:
memiliki
sebagai
penelitian,
Lexy
alat
latar
atau
sehingga
alamiah
instrumen
memungkinkan
adaptabilitas;
(c) Menggunakan metode kualitatif;
(d) Analisa data secara induktif;
(e) Teori dari dasar (Grounded teory) melalui analisis
secara induktif;
(f) Laporan bersifat deskriptif;
(g) Adanya
batas
yang ditentukan
oleh
fokus
penelitian;
(h)
(i)
(j)
(k)
Lebih mementingkan proses dari pada hasil;
Adanya kreteria kusus untuk keabsahan data»
Disain bersifat sementara;
Hasil
penelitian dirundingkan dan
disepakati
bersama.
C.
TAHAP PELAKSANAAN PENELITITIAN
Penelitian
ini
meliputi
tahap
orientasi,
eksplorasi dan member check (Nasution 1983, 33-34).
orientasi
dengan
dan
pembicaraan
pimpinan LPM NU Cabang Jepara dan pimpinan
pendidikan
disain
peneliti pengadakan observasi
Tahap
Satuan
yang menjadi sampel penelitian. Setelah
diseminarkan dan disetuji oleh pembingbing
62
pra
maka
peneliti
melakukan
memperoleh
data
penelitian.
Jepara
secara
secara
Eksplorasi,
data dokumentasi yang
profesional
intensif
akurat
Tahap
mengumpulkan
pembinaan
konsultasi
dalam
proses
peneliti
mulai
berkaitan
guru dilingkungan
LPM
pihak
karakteristik
terkait
dengan
Member check,
yang
memiliki
pembinaan profesional
dengan
NU
selanjutnya peneliti melakukan wawancara
dengan
guna
Cabang
langsung
relevansi
guru.
tahap ini peneliti membuat laporan
Tahap
mengenai
hasil informasi yang telah diperoleh pada tahap eksplorasi
secara sementara,
terhadap
kemudian peneliti melakukan
kebenaran
subjek
peneliti
cheking
supaya
benar-benar
relevan dengan fokus permasalahan dalam penelitian. Dengan
demikian dapat dikatakan tahap member check adalah menguji
validitas,
reliabilitas
dan
obyektivitas
data
yang
diperoleh.
D.
TEHNIK PENGUMPULAN DATA
Data akan dikumpulkan dengan tehnik pengumpulan
yang berupa wawancara,
1.
data
observasi dan studi dokumentasi.
Wawancara
Tehnik
ini
informasi
digunakan untuk
menggali
yang lebih mendalam tentang
dan
memperoleh
latar
belakang
dan substansi permasalahan. Wawancara dilakukan
Pimpinan
Ma'arif
Nahdlatul Ulama Cabang Jepara,
NU Cabang Jepara, Pimpinan
dengan
Pimpinan
satuan
pendidikan
SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara
63
LP.
dan
para
guru
yang memiliki karakteristik
sesuai
dengan
substansi permasalahan.
2.
Observasi
Tehnik ini dipergunakan untuk mengamati secara langsung
proses pelaksanaan pembinaan kemampuan profesional guru
SLTA
di
bawah naungan LP.
Ma'arif
NU
Cabang
Jateng yang meliputi komponen yang terkait,
yang digunakan,
penunjang,
3.
Studi
Jepara
pendekatan
aspek yang menjadi penekanan dan faktor
kelemahan,
peluang dan tantangannya.
Dokumentasi
Tehnik
ini
dipergunakan untuk
berbagai
dokumen
Ma'arif,
Sistem
Program
yang
seperti,
memperoleh
AD/ART NU
Pendidikan
dan
Nahdlatul
kerja Sekolah atau Madrasah dan
digunakan
dasar
pijakan
data
dari
AD/ART
Ulama
LP.
(SPNU),
dokumen
lain
penyelenggaraan
sekolah/Madrasah.
E.
ANALISIS DATA
Analisis
secara
dan
data merupakan proses mencari dan
sistematis transkrip wawancara,
bahan-bahan
pemahaman
kepada pihak lain (Bogdan dan Biklen,
Sedang
adalah
kedalam
Lexy
proses
pola,
catatan
lapangan
untuk
menambah
lain yang telah dihimpun
mengenai data yang ditemukan
J.
Moleong
untuk
dan
dilaporkan
1990:189).
(1995:103)
mengorganisasikan
mengatur
analisis
mengurutkan
kategori dan satuan uraian
dasar
64
Dengan demikian
data
sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
seperti yang disarankan oleh data.
data
kerja
anali-
sis
data adalah pengorganisasian data,
dan membentuknya kedalam pola,
mengurutkan
data
kategori, dan uraian
dasar
untuk pemberian makna atau pemahaman.
Analisis
dilapangan
data
dan
dilakukan
pada
analisis yang
waktu
dilakukan
masih
berada
setelah
proses
pengumpulan data atau setelah peneliti meninggalkan kancah
penelitian.
Analisis
merekam
sampel
data
lapangan,
penelitian,
memperoleh
analisis,
yang
pada saat penelitian dilakukan dengan
keabsahan
kemudian
timbul
didapatkan
sesuai
melakukan
cara
member
check
kepada
melakukan trianggulasi
dalam
rangka
data
menyusun
dan
melakukan
penyempurnaan
kecenderungan-kecenderungan
dengan proses dan
jenis
data
untuk menangkap makna yang terkandung
yang
di
da
lamnya .
Analisis data setelah peneliti meninggalkan
dan
data telah terkumpul dilakukan dengan cara
lapangan
mereduksi
data, menunjukkan data sehingga hubungan data akan
hat
sehingga
membentuk kesatuan yang
kesimpulan.
65
utuh
dan
terli
menarik
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
data
dan
pembahasan,
maka
terungkap
beberapa kesimpulan seperti berikut ini.
1. Komponen yang terkait dalam sistem pembinaan
profesional
kemampuan
guru SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif
Cabang Jepara Jawa Tengah
seimbang . LP.
NU
belum mampu berfungsi secara
Ma'arif yang nota benenya sebagai penye
lenggara pendidikan belum mampu berperan secara efektif
sebagai
salah satu komponen dalam pembinaan
kemampuan
profesional guru SLTA.
2.
Pendekatan
dalam pembinaan kemampuan profesional
SLTA di bawah naungan LP.
Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa
Tengah adalah pendekatan normatif religius,
pendekatan
yaitu suatu
yang lebih menitik beratkan pada misi
gabdian dan ibadah kepada Allah swt yang
sikan
guru
melalui
jalinan kekeluargaan,
pen
diimplementa-
kebersamaan
dan
kesejawatan.
3. Aspek yang menjadi penekanan dalam pembinaan
profesional
Cabang
guru SLTA di bawah naungan LP.
Jepara Jawa Tengah adalah disiplin
kemampuan
Ma'arif
kerja
guru.
Hal ini didasari oleh suatu anggapan bahwa
plin
kerja
kemampuan
LP.
merupakan landasan
dasar
untuk
profesional para guru SLTA di bawah
NU
para
disi
mencapai
naungan
Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.
4. Yang
tangan
menjadi
dalam
pendukung, penghambat, peluang dan
proses pembinaan
98
kemampuan
tan
profesional
guru SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara
Jawa
Tengah berasal dari kondisi sumber
daya
manusia
warga NU itu sendiri. Oleh sebab itu jika SDM warga
sudah
baik
maka
kondisi
pendidikan
akan
baik
NU
dan
berkualitas.
B.
REKOMENDASI/SARAN
1. Kepada LP. Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah
Dalam rangka lebih mengfungsikan LP. Ma'arif NU
Jepara
Jawa
pendidikan
selalu
dalam
LP.
pembinaan
Ma'arif
kemampuan
dalam
profesional
kultur
yang
pendidikan
yang harus
Depag
guru
pendidikan.
baru
sistem
sebatas
disebabkan
dirubah
sebagai
sama
untuk
konstelasi
ditubuh NU seperti yang
AD/ART NU dan AD/ART LP.
kerja
dan
segera
benar-benar
harus
revitalisasi
lembaga
yang di akui warga NU yang
persamaam
Ma'arif
dan
dengan Depdikbud
strategi
Keberadaan
lembaga
LP.
penyelenggara
dengan cara melakukan jalinan
merumuskan
lembaga
lembaga
konsolidasi
intensif
pembinaan
sebagai
tubuh NU , maka
melakukan
kelembagaan
lebih
Tengah
Cabang
adanya
menjadi
penyelenggara
diamanatkan
dalam
Ma'arif.
2. Kepada Pemimpin Satuan Pendidikan
Pendekatan
dalam pembinaan kemampuan profesional
guru
SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU cabang Jepara jawa
Tengah
perlu diperluas kepada pendekatan ilmiah
yaitu
dengan
cara menggiatkan pelaksanaan
dalam
masalah-masalah
esensial
penelitian
pendidikan.
99
Keaktifan
penelitian
yang
dilakukan para tenaga
pengajar
akan
dapat meningkatkan sumber daya para guru yang juga akan
meningkatkan
relegius
kualitas pendidikan. Pendekatan
yang
selama ini
normatif
dilakukan
perlu
diimbangi
dengan
kompensasi materi, sebab jika
tidak
diimbangi
dengan
materi akan sudah menimbulkan
rasa
kejenuhan,
dan lemahnya motivasi dalam menjalankan tugas.
3. Kepada para Guru/tenaga pengajar
Guru adalah komponen yang dapat menentukan dalam Proses
belajar
Mengajar(PBM).
Keaktivan dan
kerajinan
guru
akan berpengaruh positif dalam PBM dan sebaliknya. Oleh
sebab
itu
guru harus benar-benar mampu
memanfaatkan
kebebasan
yang diberikan
memahami
oleh
satuan pendidikan. Kebebasan terkendali yang
henaknya
harus digunakan untuk mewujudkan
dan
pemimpin
diberikan
kreativitas
sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi kerja dalam
lembaga
pendidikan
kususnya
pendidikan pada umumnya.
100
dan
diluar
lembaga
DAFTAR PUSTAKA
(1979), Nuansa Fiqih Sosial, Lembaga
Ahmad Siddiq,
Islam dan Sosial (LKIS),
Ali Imron,
A.
Jakarta,
Mark,
An Intruduction To
London,
The Economics
In
Penguin Books Ltd.
Mardiatmadja,
(1986)
Tantangan
Kanisius Yogyakarta.
Coombs,
Kanisius,
1994.
(1973),
Education,
Pustaka
1995.
Profesionalisme Keguruan,
Samana,
(1994)
Yogyakarta,
Blaugh,
Bs.
Pembinaan Guru Di Indonesia,
(1995)
Jaya,
Kaian
Yogyakarta.
dunia
pendidikan,
Philip H. Alih bahasa Istiwidaryati, (1989), What
i s Education Planning, Jakarta: Bharata karya
aksara
dan
Unesco.
Castetter, William B. (1981), The Personal Function in
Education Administreation, Ed. 3 New York :
Macmilan Publishing Co. Inc.
Depdikbud (1983),
Strategi
Dasar
Pembinaan
Dan
Pengembangan Pendidikan Guru. Jakarta,
Depdikbud
Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Tennis.
(1986)
Kurikulum
Sekolah
Dasar,
Pembinaan Guru, Depdikbud, Jakarta.
Djajadisastra,
Joesoef,
(1976),
Pengantar
Pendidikan, Depsikbud, Jakarta.
Elton,
Pedoman
Administrasi
Lewis (1987), Teaching is Higher Education
Apprai
sal and Trainning. Great britain: Cogan page Ltd.
Engkoswara,
(1987) Dasar-Dasar Administrasi
Jakarta, Dirjen Dikti, P2LPTK.
Pendidikan,
Emmy Fakry
Gaffar, (1992), Pengelolaan Pengendalian
Mutu
dalam
Proses Pendidikan di IKIP Bandung,
Tesis,
Tidak diterbitkan.
PPS.
IKIP Bandung.
Fajrul Falakh
(1994).
Majalah
Taswirul
Afkar,
artikel berjudul Jam'iyyah Nahdlatul Ulama,
Lampau
dan
mendatang, Edisi NO. 1
tahun
dalam
Kini,
1994,
Jakarta.
Flippo,
E.
B. (1990) Menegemen Personalia (Mohamad
Terjemahan) Edisi 6 Jakarta: Erlangga.
Masud
Nasution.
S.
(1987)
Metodologi
Research
ilmiah) edisi 2 , Jermears, Bandung.
Nick Cowel
dan Roy Gardner (1995).
Guru
Oliva.
F.
dan Siswa.
Peter,
(1989)
Second Edition,
Raka Joni,
(1975),
PT.
Tehnik
Gramedia.
(penelitian
Mengembangkan
Jakarta.
Supervision for To
NY.
Day
School,
Longman,
Wawasan Kependidikan Guru,
Depdikbud,
Jakarta.
Roestiyah NK,
(1992)
Masalah-Masalah
Jakarta, Bina Aksara.
Ilmu
Keguruan,
Sergiovanni,
Robert
J Startt,
(1974),
Supervisi
Human
Perspektif, New York : Mc Grow - Hill Book Co.
Suhartian A.
Piet. (1994). Profil
Andi Ofset. Yogyakarta.
Pendidik
Sistem Pendidikan Nahdlatul Ulama (SPNU)
Saefuddin Zuhri,
NU. Cet,
tahun
(tt) KH. Wahab Hasbullah
Ke dua - Yogyakarta.
Slamet Efendi Yusuf, (1983),
Warta), tahun 1983.
NU dan Asal
Profesional,
1993.
Bapak
Pendiri
Usulnya,
Majalah
Tangyong AF,
Wahyudi
dan Jam'an
Satori,
(1989),
CBSA,
Bagaimana
Membina
Guru
Secara
Profesional,
Balitbang
Dikbud, Pusat Pengembangan
Kurikulum,
Jakarta.
TB.
Silalahi,
(1994), Pembinaan Profesional Para
(Makalah), Depdagri, Jakarta.
Undang Undang
Sistem
Pendidikan Nasional
Nomor
Pegawai
2
tahun
1989
Peraturan
Pemerintah
Nomor
pendidikan menengah.
William N.
Dunn,
(1981)
Prantice-Hall, USA.
29
tahun
Public
1990
Policy
tentang
Analisis,
Gibson, James L, J.M. Ivancevich and James H. Donelly Yr,
(1985),
Organization : Behavior,
Structure And
Process, Texas, Busines Publications, Inc.
H.A.R. Tilaar (1994) Menejemen Pendidikan Nasional, Remaja
rosda karya,
Hadari Nawawi,
Bandung.
(1995),
Gunung Agung,
Hartono Kasmadi,
Bimbingan dan Konseling Islam,
CV.
Jakarta.
(1990),
Mimbar Pendidikan (Majalah), IKIP
Semarang.
Mohammad Fakkry
Gaffar
Bandung.
H.
PPS.
(1987),
Perencanaan
Pendidikan.
IKIP Bandung.
Aboe Bakar, (1953), Wahid Hasyim dan Karangan
Panitia
Peringatan
Aim.
KH.
Wahid
Tersiar,
Hasyim,
Jakarta.
Hasibuan Malayu
(1990),
Menejemen
Jakarta : H. Masagung.
Sumberdaya
Manusia.
Hoyle Eric
(1980),
World Year Book ofd
education
Profesional development of teacher. London:
Page, New York: Nicolas Publishing Company.
1980:
Kogan
Imron Arifin,
(1992),
Kepemimpinan
Kiai,
Kasus
Pondok
Pesantren Tebuireng, Kalimasada Pres, Malang.
Educations,
Canada
Ingridwati Kurnia. (1991) Pengembangan Profesional
Pengajar
Tetap
FKIP Atmajaya
Jakarta.
Tidak diterbitkan. PPS. IKIP Bandung.
Tenaga
Tesis,
Jeffreys,
M.VC,
(1972)
Pismanand
Johnston,
The Aims
of
Sons.
D.
J.
(1971)
Teacher
Oxford : Pergamon press.
in-service
education.
Jam an Satori,
(1989),
Pengembangan
Model
Supervisi
Sekolah Dasar (Desertasi), Fakultas Pascasarjana,
IKIP Bandung.
Kumpulan Keputusan Musyawarah Kerja LP.
Semarang Jawa tengah.
Loekman Sutrisno,
Abad 21,
Maarif tahun
(1996), Dinamika Masyarakat
Menghadapi
(Makalah), Serpong Jawa Barat.
Made Pidarta, (1988) Menejemen Pendidikan Indonesia,
Aksara, Jakarta.
Moleong,
Lexy. J.
Bandung,
1993,
Bina
(1989) Metodologi Penelitian Kualitatif.
Remadja Rosdakarya.
DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN MA'ARIF
NAHDLATUL ULAMA
(Studi Deskriptif Analitik Guru SLTA
di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma'rif NU
Cabang Jepara Jawa Tengah)
TESIS
Diajukan untuk memenuhui
sebagian syarat memperoleh gelar Magister
Program Studi Administrasi Pendidikan
OLEH
MUKHAMAD SAEKAN. S. Ag
NIM 959660
PRGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1998
LEMBAR PENGESAHAN
DISETUJUI UNTUK MENGIKUTI
UJIAN TAHAP I
OLEH
PEMBIMBING I
PROF.
DR.
H.
SUPANDI
PEMBIMBING II
DR. H. TB/ ABIN SYAMSUDIEN MAKMUN, MA
ABSTRAK
Pendidikan
adalah sebuah sistem yang terdiri dari
tujuan, metode, Pendidik (guru), Peserta didik
lingkungan. Dari berbagai komponen tersebut pendidik
salah satu komponen yang memiliki • fungsi sebab
kualitas pendidik akan mempengaruhi kualitas lembaga
sub
sistem
(siswa),
alat,
(guru) merupakan
akibat. Artinya
pendidikan.
Penelitian ini mengangkat permasalahan yang berkenaan
Pembinaan Kualitas Profesional Guru dengan judul Penelitian "
dengan
SISTEM
PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN
(LP)
MA'ARIF
NAHDLATUL ULAMA" Studi Deskriptif Analitik
Guru
SLTA
Yang di Bawah Naungan LP. Maarif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.
Maksud mengfokuskan pada lembaga pendidikan NU adalah (1) NU
sebagai organisasi sosial keagamaan (jamiyyah diniyah) terbesar di
Indonesia terasa belum memiliki peran secara optimal dalam sosio
kultural, sehingga banyak lembaga pendidikan di bawah NU belum
tertata secara profesional (2) Status LP. Maarif sebagai perangkat
departementasi yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan belum
berfungsi
secara maksimal, sehingga peran LP. Maarif
sebagai
penyelenggara pendidikan secara baik dan profesional belum mampu
dilaksanakan, akhirnya Status LP. Maarif baru sebatas sebuah lembaga
yang hanya diakui sebagai lembaga penyelenggara pendidikan oleh warga
NU akibat adanya persamaan kultural (3) Sebagai wujud partisipasi
dalam
memberikan masukan mengenai Sistem
pembinaan
kemampuan
Profesional Guru di lingkungan LP. Maarif NU Kususnya cabang Jepara
Jawa Tengah.
Sampel penelitian ini terdiri dari empat SLTA yang di bawah
naungan LP. Maarif NU Cabang Jepara Jawa Tengah yakni (a) Madrasah
Aliyah Walisongo Kecamatan Pecangaan (b) SMU Islam Al- Maarif
Kecamatan Kota (c) Madrasah Aliyah Al-Maarif kecamatan Kota (d) SMU
f-\
Islam Kecamatan Keling.
n cvvl*~*Masalah yang diteliti adalah berkenaan dengan (a)\Komponen
terkait
dalam
pembinaan kemampuan profesional guru
(b)
pendekatan
yang
digunakan dalam sistem pembinaan (c) aspek yang
menjadi
penekanan dalam pembinaan (d) pembinaan yang sedang dilaksanakan (e)
analisis faktyor pendukung, kelemahan, peluang dan tantangannya
(SWOT).
Dari penelitian ini ditemukan beberapa hal:
1. Komponen yang terkait dalam sistem pembinaan
belum
semuanya
berperan
maupun
secara
optimal baik lembaga
Depdikbud.
pendidikan
SLTA yang dibawah Depag
dibawah
komponen
Depag
y§M
belum
berperan secara optimal adalah LP. Maarif NU, Masjid, (Dan) Depag
itu
sendiri. Sedang SLTA di bawah Depdikbud, komponen yang
berperan
secara optimal adalah LP. Maarif, . Hal
perbedaan
kualitas
SDM
yang ada
di
dalam
belum
ini
disebabkan
lembaga
pendidikan
tersebut.
2. Pendekatan
yang
digunakan
dalam
pembinaan
merupakan
hasil
perpaduan dari pendekatan artistik dan klinis yang dikemas
dengan
nilai-nilai
agama dan dilakukan dengan nuansa
ibadah
dan
pengabdian secara tulus ihlas kepada Allah swt. Oleh sebab itu
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan NORMATIF RELIGIUS.
3. Aspek yang menjadi penekanan dalam pembinaan adalah aspek disiplin
kerja para guru. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kedisiplinan
kerja para guru dapat dijadikan modal dasar untuk mewujudkan
kualitas pendidikan.
4. Pembinaan
seperti,
pemberian
yang
sistem
dilakukan
masih
terdapat
seleksi, penentuan standar
beberapa
kekurangan
prestasi
kerja
kompensasi. Kompensasi hanya diberikan berupa
melalui tunjangan seperti tunjangan kepala sekolah, wakil
wali
dan
material
kepala,
kelas, ekstra kurikuler atau les. Sedangkan tunjangan
moril
seperti kesejahteraan keluarga, kesehatan belum dapat diwujudkan's—
5. Faktor yang menjadi pendukung, penghambat, peluang dan tantangan
dalam pembinaan justru berasal dari karakter pemimpin dan parawf)
guru itu sendiri. Jika kondisi SDM para pemimpin dan para guru-—^
sudah
baik maka akan baik pula kualitas pendidikan di
tubuh
Oleh sebab itu peningkatan SDM perlu terus dikembangkan.
Obyek dan tehnik pembinaan yang dilakukan belum mengacu
kepada
nilai-nilai faham Ahlussunah wal-jamaah seperti tawasuth, tawazim dan
tasammuh. Untuk itu perlu dilakukan obyek dan tehnik yang jelas yang
antara
mengacu kepada nilai-nilai ASWAJA sehingga terdapat perbedaan
lembaga pendidikan NU dengan lembaga pendidikan lainnya.
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Hi
DAFTAR ISI
v
ABSTRAK
vii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR BAGAN
X
BAB
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
1. Fenomena Globalisasi
1
2. Peranan Pendidikan dalam Pembangunan Nasional....
4
3. Alasan Pentingnya Pembinaan Guru
4. Profil Guru dalam Konteks Budaya
8
10
I
5. Kenyataan dan Harapan Fungsi Sekolah Menengah se
bagai Lembaga Pendidikan Menengah
BAB
II
12
B. Permasalahan
14
C.Tujuan dan Kegunaan
D. Paradigma Penelitian
16
17
E. Sistematika Penulisan Tesis
19
TINJAUAN PUSTAKA
20
A. Pembinaan Kemampuan Profesional Guru sebagai bagian
dari Administrasi Pendidikan
20
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan 20
2. Pembinaan Kemampuan Profesional Guru sebagai wujud dari Pembinaan Personil
23
B. Konsep dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Pendekatan Pem
binaan Kemampuan Profesional Guru
29
1. Konsep dan Ruang Lingkup Pembinaan Kemampuan
Profesional Guru
2. Prinsip Pembinaan Kemampuan Profesional Guru
29
33
3. Pendekatan Pembinaan Kemampuan Profesional
Guru
36
C. Kebijakan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru
45
45
1. Paradigma Kategori Guru
2. Strategi Pembinaan Kemampuan Profesional Guru
47
3. Kebijakan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru di
lingkunQ^ft4^mbaga_Pendidikan Ma'arif NU
D. Studi Terdahulu yang Relavan
BAB
III
BAB
IV
V
55
nCTETOdOfcOQI PENELITIAN ...^^T^.-^^r.ZTZ'.:.
60
A. Prosedur Penelitian
60
1. Data yang diperlukan
2. Populasi dan Sampel
BAB
49
60
61
B. Metode Penelitian
61
C. Tahap Pelaksanaan Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
62
63
E. Analisis Data
64
TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
66
A. Komponen yang terkait dalam Sistem Pembinaan
66
B. Pendekatan dalam Sistem Pembinaan
71
C. Aspek Penekanan dalam Sistem Pembinaan
D. Pembinaan yang dilakukan
74
78
E. Analisis SWOT
86
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
98
VI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
1. Fenomena Globalisasi
Globalisasi
dengan
sifat
semakin
yang " dipandegani"
materialisme,
kapitalisme,dan
gencar memasuki wilayah negara
termasuk
oleh negara maju
liberalisme
diseluruh
dunia,
Indonesia.
Materialisme memunculkan perkembangan teknologi yang
sedemikian pesat
yang
sehingga memunculkan citra
sedemikian
memunculkan
ramai
etos
Kapitalisme
dikota-kota.
kapitalis. Akan
tetapi
modernitas
karena
sistem
budaya kita, menurut Kuntowijoyo (1994) cenderung dibangun
pada
sistem
"Agromanagerial State"
maka
yang
kapitalisme semu (Erzats Capitalist). Kapitalisme
muncul
seperti
ini menjadi besar bukan disebabkan oleh etos kerja tinggi,
melainkan
akibat
disebabkan
kedekatan
merunyakkan
"
adanya
kemudahan
yang
diperoleh
Liberalisme
dengan kekuasaan.
sistem masyarakat yang
dibangun
sangat
kuat oleh sistem nilai budaya tradisi. Masyarakatpun mulai
mempertanyakan
sistem yang selama ini diyakininya.
proses mempertanyakan sistem
kesadaran
karena
karakteristik
sistem
yang
nilai
tersebut
yang
berbeda bahkan
Dalam
terjadi "split"
bertemu
dalam
memiliki
batas-batas
tertentu bertentangan.
Ciri
masyarakat
lain dari globalisasi adalah
yang
oleh Jacques Attali
munculnya
(1991:3)
suatu
dinamakan
masyarakat
di
mana
"Hiperindustrial" yaitu komunitas
"service
consumer goods".
are
transformed
into
masyarakat
mass-produced
Muculnya masyarakat "Hiperindustrial" ini
akan merambah keseluruh
budaya kehidupan manusia.
Berdasarkan fenomena globalisasi tersebut di atas ada
beberapa
lain
perubahan
yang dialami oleh
masyarakat
antara
:
Pertama, di era globalisasi masyarakat dituntut hidup
bekerja
dengan
informasi
cara
dan
untuk
informasi.
Masyrakat
harus
tahu
informasi tentang apa saja serta
memperoleh
informasi.
Kondisi
dan
segala
bagaimana
masyarakat
seperti itu hanya akan didapat oleh manusia yang
memiliki
motivasi belajar sangat tinggi.
Kedua,
di
persaingan
era globalisasi masyarakat akan
dalam
segala
memperoleh pekerjaan,
modal,
itu
kunci
keberhasilan
tidak
seperti
karya
dan
yang paling
diri
utama
dengan
persaingan
menjual barang dan jasa,
mempopulerkan
seperti
hal
penuh
memperoleh
sendiri.
dalam
adalah kualitas /mutu manusia.
berkualitas sudah barang pasti akan
dalam
Kondisi
memperoleh
Manusia
yang
terlindas
tidak mampu melakukan persaingan guna memperoleh
dan
keberha
silan.
Ketiga, di era globalisasi masyarakat dituntut dan
harus
memiliki kemampuan intelektual yang bersifat
seperti,
penguasaan
bahasa,
pengetahuan
alam
pengetahuan sosial. Di samping itu masyarakat juga
tut
menguasai
tehnik-tehnik
bekerja
dengan
bahkan
dasar
dan
ditun
alat-alat
teknologi moderen seperti komputer, mengolah data,
sun
rencana fisik mengajar dll. Persyarakat
disebut
" science
and
tecnology
menyu-
seperti
literacy
ini
" (Muchtar
Buchori ,1995:208).
Selanjutnya Muchtar Buchori menjelaskan, agar masyar
akat
tetap
"survive"
seperti berikut
a. Masyarakat
maka
perlu
memiliki
persyaratan
ini.
harus memiliki kemampuan belajar
capability),
yaitu
kemampuan
untuk
(learning
belajar
dalam
tatanan-tatanan formal, non formal dan informal;
b. Masyarakat
harus memiliki pengetahuan
dan
terhadap
ilmu pengetahuan dan teknologi
penguasaan
(science
and
tehnology literacy;
c. Masyarakat harus memiliki jiwa berusaha atau wiraswasta
(entrepreneurship);
d. Masyarakat
harus
memiliki
etos
kerja
yang
dapat
dihandalkan.
Berdasarkan
persoalan,
persyaratan
di atas
muncul
atas
diajarkan
dan dapat diperoleh siswa didalam pendidikan ?.
Kaitannya
pengertian
melalui
dengan
apakah keempat persyaratan di
maka
pendidikan
bimbingan
lingkungan,
adalah
dan latihan
maka
proses
pembinaan
agar, dapat
lembaga
manusia
menyesuaikan
pendidikan
memiliki
tanggung jawab sangat besar dalam mewujudkan manusia yang
berkualitas dan lebih kusus lagi mampu
mewujudkan
empat
persyaratan agar siswa dapat menghadapi era globalisasi.
Lembaga
dalam
dan
pendidikan perlu segera melakukan
segala bidang seperti kurikulum,
secara
pengajar,
terus
sebab
berkualitas
menerus
tanpa
sarana
melakukan
dibarengi
reformasi
prasarana
pembinaan
tenaga
tenaga
pengajar
yang
mustahil akan mampu menghadapi derasnya
arus
globalisasi.
Untuk
mengantisipasi
diperlukan
suatu
daya
sumber
strategi
ciri
untuk
globalisasi
tersebut
meningkatkan
kualitas
manusia kususnya sumber daya
manusia
dalam
lembaga pendidikan.
2. Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional
Manusia
strategi
proces).
berkualitas
yang
disebut
Pembangunan
perubahan
kualitas
kearah
hanya dapat
proses
pada
diberikan
pembangunan
dasarnya
tercapainya
hidup yang lebih baik. Sebagai
kualitatif,
proses
pembangunan
sektor
kebutuhan
material
finansial semata,
kebutuhan
sandang,
pangan dan
pendapatan
dan
perekonomian,
yang
perubahan
serta
juga
pemenuhan
pemerataan
diarahkan
kepada sektor kehidupan yang lebih kompleks, yaitu
ideologi, agama, sosial budaya, keamanan, yang
kepada
tingkat kebutuhan masyarakat atau
pembangunan di suatu negara, secara
kali
berbeda
dengan
kepada
menyangkut
seperti
namun
proses
bentuk
diarahkan
papan
kesempatan kerja,
atau
upaya
tidak
perubahan
(building
merupakan
kemajuan
dengan
tergantung
negara.
sosio kultural
proses pembangunan
sektor
di
Proses
acap-
negara
lain, dikarenakan berbedanya orientasi, tujuan, pendekatan
serta prioritas kehidupan yang ditempuh.
Tujuan
Indonesia,
makmur
dan
orientasi
adalah
yang
pembangunan
mewujudkan suatu masyarakay
merata material dan spiritual.
lain,pembangunan
diorientasikan
kualitas
hidup
politik,
ekonomi,
nasional
Dengan
untuk
pada segenap sektor
sosial budaya,
adil
kata
meningkatkan
mencakup
hankam
dan
ideologi,
dengan
sasaran
strategis seperti dicanangkan dalam GBHN tahun 1993
dalam
upaya membentuk manusia seutuhnya.
Dalam
konteks
pembangunan
nasional
tersebut,
pendidikan yang pada dasarnya merupakan proses pencerdasan
kehidupan
bangsa
dan
pengembangan
manusia
seutuhnya
memiliki posisi sangat strategis
Indonesia
dalam
meraih
keberhasilan pembangunan.
Secara
spesifik, dalam bidang
pendidikan
dalam
memiliki nilai
pembangunan
strategis dan
ekonomi,
determinatif
pencapaian kesejahteraan hidup masyarakat. Di
pendidikan merupakan salah satu alat efektif untuk
sini
meraih
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Melalui upaya pendidikan
suatu
proses
ketrampilan,
peralihan
atau
pembentukan
individu dapat diwujudkan,
mudah
memperoleh
pengetahuan,
lapangan
sikap
dan
pengalihan
etos
sehingga lulusan akan
pekerjaan
atau
kebutuhan
(1973:
2)
yang
dapat
hidupnya.
merumuskan
Dalam
dipergunakan
konteks
konsep
ini,
pendidikan
relatif
menciptakan
lapangan pekerjaan, yang pada gilirannya akan
penghasilan
kerja
diperoleh
untuk
memenuhi
bahkan
dari
Blaugh
segi
ekonomi
secara
Pengetahuan
lebih
dan
tegas
ketrampilan
sebagai "Human Capital" yang
sebagai
hasil
proses
investasi.
pendidikan
kemudian
dinilai
dapat
dijadikan
sebagai alat produksi, baik untuk kepentingan pribadi atau
kepentingan
sosial
dalam konteks lebih
luas.
investasi pendidikan, manusia melakukan proses
rupa
sehingga memiliki pengetahuan dan
sesuai dengan
ya.
harapan
Berdasarkan
Kanada,
Selandiabaru
dsb.
dibanyak
sedemikian
ketrampilan
produktivitas
penelitian
yang
yang dirancangnnegara,
Blaugh
Melalui
misalkan
menyimpulkan
pertumbuhan
ekonomi yang biasanya diukur
dengan
pertumbuhan
pendapatan nasional (GNP) sangat
bahwa
tingkat
dipengaruhi
oleh faktor pendidikan.
Dalam
proses
bidang
sosial
politik,
pendidikan
sosialisasi juga memiliki nilai
sebagai
kontributif
besar dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional.
pendidikan,
sosialisasi
nilai-nilai
kehidupan
yang
Lewat
politik,
bersosial, atau proses pembentukan budaya berpolitik dapat
diselenggarakan dalam rangka pembentukan sikap
masyarakat
terhadap masalah-masalah dasar tentang sistem politik yang
dianut oleh negaranya (Tom Brennan, 1981:19). Dengan
lain,
melalui
sosialisasi
mereka
pendidikan
nilai
dilakukan
dan norma kepada
memahami dan menghayati hak
suatu
kata
proses
masyarakat
sehingga
kewajibannya
sebagai
warga negara secara memadahi.
Dalam
pada
bidang
sosial budaya yang
penanaman nilai-nilai budaya,
lebih
pendidikan
menekankan
menduduki
peran
penting
Zeffreys
dalam
(1972:
pembangunan.
Secara
6) mengartikan pendidikan
pelestarian . Sebagai upaya pelestarian,
hanya
merupakan alat pelestari,
merupakan
positif
proses
dan
bagaimana
lebih
luas
sebagai
upaya
pendidikan
bukan
pemelihara,
nilai-nilai
tetapi
juga
kultural
kontruktif bagi manusia kini
yang
dan
mendatang
tetap dipertahankan dari kepunahan dan bencana.
Pendidikan
mengupayakan
terbentuknya
nilai-nilai
pola
perilaku
yang adaptatif dengan kebutuhan yang ada dalam masyarakat.
Dalam
manusia
bidang
yang
pendidikan
cerdas
dalam
bernegara dengan ciri-ciri:
Yang
Maha
Esa,
diharapkan
kehidupan
beriman,
berbudi pekerti
pengetahuan dan ketrampilan,
berbangsa
yang
luhur,
tanggung
jawab
kemasyarakatan dan
memiliki
rasa
kebangsaan
(UUSPN
pendidikan
formal
1989).
Proses
menyangkut
peserta
memiliki
kesehatan jasmani dan rohani,
yang mantap dan mandiri serta
:
dan
bertaqwa kepada Tuhan
kepribadian
Honor 2
dihasilkan
pendidikan
terutama
berbagai faktor antara lain
didik (siswa),
pendidik
sarana prasarana,
metode,
(guru),
tujuan,
dan lingkungan. Dari beberapa faktor tersebut gurulah yang
memegang peranan penting dalam proses
arti
pendidikan dalam
mencapai kualitas pendidikan Hartono
Kasmadi
dalam
mimbar pendidikan (1990 : 13) mengatakan :
Bahwa
faktor
apapun yang akan diperbaharuhi pada gilirannya
pendidik
(guru)
yang banyak nenentukan,
karenanya upaya pembinaan secara baik dan benar
harus
selalu dikembangkan
3. Alasan Pentingnya Pembinaan Guru
Titik
berat
VI
repelita
pendidikan
ditekankan
Konsekuensinya,
sistem
pembangunan
pada
perlu ditingkatkan
bersifat
keseluruhan
keseluruhan
"Human
mutu.
komponen
resources"
"material resources".
komponen
kurun
peningkatan
pendidikan, baik yang bersifat
maupun yang
pada
Peningkatan
sistem pendidikan
yang
brsifat
"human resources" dan "material resources" tersebut
diartikan
dari
segi
kuantitasnya
maupun
dapat
kualitasnya.
Berbagai
upaya peningkatan kualitas komponen sistem
didikan
secara
keseluruhan
pen
mengarah kepada pencap
aian tujuan pendidikan.
Disadari
sepenuhnya,
komponen-komponen
berpengaruh
sistem
bahwa
peningkatan
pendidikan
terhadap peningkatan mutu
terbukti
lebih
pendidikan
adalah
komponen
yang bersifat "Human resources". Hal
dipahami
dari
"material
kenyataan, bahwa
kualitas
komponen
ini
yang
dapat
bersifat
resources" tidak dapat bermanfaat tanpa
adanya
komponen yang bersifat "Human resources".
Diantara
komponen-komponen sistem
bersifat "human
perhatian
lebih
pendidikan
resources" yang selama ini
banyak adalah
tenaga
mendapatkan
guru.
perhatian terhadap tenaga guru, antara lain dapat
dari
banyaknya
kenaikan
pangkat
kebijaksanaan
otomatis
kusus
bagi
seperti
guru,adanya
fungsional bagi guru dan lahirnya Surat Keputusan
8
yang
Besarnya
dilihat
: adanya
tunjangan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
(MENPAN)
nomor
26
/MENPAN/1989 yang memberikan peluang bagi guru untuk
naik
pangkat sampai dengan golongan ruang IV/e.
Dominannya
perhatian
pemerintah,
dalam
adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
sebenarnya didasarkan atas suatu anggapan,
gurulah
ini
mutu
dapat
dipandang
ini
terhadap guru
bahwa
ditangan
pendidikan kita banyak bergantung. Hal
dipahami dari
sekolah-sekolah
hal
kita
sebagai
kenyataan,
bila
tidak
faktor
tidak
ada
kunci,
berdayanya
gurunya.
karena
ia
berinteraksi secara langsung dengan muridnya dalam
Guru
yang
proses
belajar mengajar di sekolah. Perhatian yang demikian besar
terhadap
ketika
guru,
menjabat
penciptaan
sangat
ditampakkan
Mendikbud
yaitu
oleh
Daoed
dengan
Joesouf
mengusahakan
lagu Hymne Guru dan menggolongkan guru sebagai
jabatan profesi.
Strategi
pendidikan
peranan
guru dalam
meningkatkan
dapat dipahami dari hakekat guru
yang
ini dijadikan sebagai Asumsi Programatik pendidikan
Yang
dimaksud dengan
asumsi programatik
guru
adalah asumsi-asumsi yang dijadikan sebagai
dalam mengembangkan program pendidikan guru.
mutu
selama
guru.
pendidikan
pedoman
Asumsi-asumsi
tersebut guru adalah :
(1) Agen pembaharuan;
(2) Berperan
sebagai
fasilitator
yang
memungkinkan
terciptanya kondisi yang baik bagi subjek didik
untuk
belajar;
(3) Bertanggung jawab
atas
terciptanya
subjek didik;
(4) Dituntut menjadi contoh subjek didik;
hasil
belajar
(5) Bertanggung
jawab
secara
profesional
meningkatkan
kemampuannya;
(6) Menjunjung
tinggi
kode
etik
profesionalnya
(
Ali
Imron, 1995:4).
Sebagai
orang yang bertugas mengajar
dan
guru akan melaksanakan berbagai kegiatan demi
tujuan
yang
tersebut
telah dirumuskan. Untuk
guru
pembimbing,
konselor,
harus
memainkan
pembaharu,
pembawa
tercapainya
mencapai
tujuan
fungsinya
model atau contoh,
pencipta, yang mengetahui
pandangan,
mendidik
sebagai
penyelidik,
sesuatu,
cerita dan seorang aktor
pembangkit
(Olivia
F,
Peter 1989:10).
Demikian
meningkatkan
pengembang
besarnya
mutu
LPTK
pendidikan,
senantiasa
mengembangkan
profesional
peranan
guru
dalam
sehingga' para
mencari
kurikulumnya.
guru
bentuk
pakar
baru
Pembinaan
dalam segala bidang
upaya
dan
dalam
kemampuan
termasuk
LPM
NU
perlu mendapat perhatian yang seksama.
4. Profil Guru Dalam Konteks Budaya
Piet
profil
Suhartian
(1994:21-22)
mengemukakan
guru dalam konteks budaya dibedakan
macam yakni Guru di desa,
bahwa
menjadi
Guru di kota dan Guru di
tiga
daerah
industri.
Pertama, Guru di Desa
Guru di desa masih terpandang. la dipandang sebagai
orang
yang punya kelebihan. Dalam konteks ini belum banyak
kaum
intelek yang
orang
bermukim di desa. Guru dipandang
yang lebih banyak tahu dan terpandang.
Guru
sebagai
lebih
dihormati semua tugas dan beban pendidikan yang menyangkut
10
kehidupan
masyarakat,
guru yang tampil
sebagai
pemeran
utama. Di samping menjadi guru, mereka dapat juga sebagai
ketua
karang taruna, ketua LKMD,
olah
raga, pemimpin pramukadll.
dipandang
berat
ketua
perkumpulan
Pada satu
sisi
terhormat, pada sisi lain memiliki
dan
terlalu
digantungkan
banyak.
Terlalu
pada guru. Akibatnya
beban
banyak
guru
jangan
yang
harapan
bila sedikit
kesalahan yang dibuat, maka mereka menjadi kambing
Selayaknya
mereka
terlalu banyak
saja
hitam.
diberi
beban
kemasyarakatan agar mereka dapat melakukan tugas pokok dan
tugas profesional di sekolah dengan lebih siap.
Kedua, Guru di kota.
Di kota guru itu sibuk bukan sekedar untuk pengabdian
kepada
masyarakat,
tetapi mereka
sibuk
berjuang
untuk
mempertahankan tingkat kehidupan yang secara ekonomi lebih
tinggi dari di desa. Menjadi Guru harus berusaha
menambah
pendapatannya agar mereka dapat mempertahankan status
dan
tingkat kehidupan ekonominya.
Sejak pagi mereka pergi dan sampai malam hari baru
kerumah.
Mereka
keesokan
paginya dan
akibatnya
harus membuat persiapan
kegairahan/
untuk
dilakukan secara
dorongan
mengajar
pulang
mengajar
tergesa-gesa.
dan
tanggung
jawabnya nampak
mengalami gangguan psikologis, seperti
sering
suka membolos dengan
yang
kerja
terlambat,
masuk
yang
akal. Semuanya merupakan
rendah.
Moral kerja
terhadap tugas yang dikerjakan.
11
adalah
berbagai
alasan
refleksi
moral
reaksi
mental
Ketiga, Guru di daerah industri
Di daerah industri guru memperoleh gaji yang relatif
cukup.
masalah
Namun
demikian ada sisi lain yang menimbulkan
psikologis.
Siswa sekolah di
daerah
industri
berasal dari orang tua yang terpelajar. Sering kali murid-
nya dipandang memiliki pengetahuan yang lebih mantap
gurunya
dan
sendiri, karena
terdidik.
sering dengan
mereka dari keluarga
Para siswa datang dengan bus
mobil pribadi orang tua,
dari
terpelajar
sekolah dan
sementara guru
memakai sepeda biasa atau berjalan kaki. Sering terjadi
faktor psikologis berpengaruh terhadap kinerja guru.
Semua gambaran di atas menunjukkan profil seorang
guru. Sekarang orang mulai melihat jabatan guru sebagai
jabatan yang
tidak menarik. Seorang sosiolog pernah
mengemukakan faktor - faktor yang menyebabkan status guru
dianggap lebih rendah bila dibandingkan dengan jabatan
lain, seperti dokter atau hakim. Peranan guru dipandang
kurang
utama dan kurang dinamis
walaupun
kegiatan
mengajar dan mendidik dipandang sangat vital.
5. Kenyataan dan harapan fungsi sekolah menengah sebagai
lembaga pendidikan menengah
Dalam UUSPN pasal 15 : 2 maupun praktek
pelaksanaan
sistem pendidikan yang berlaku sampai sekarang menunjukkan
bahwa sistem pendidikan menengah di Indonesia meliputi
pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan
dan
pendidikan kedinasan. Walaupun jenis dan
pendidikan menengah kejuruan demikian banyak,
12
variasi
jumlah
lulusan sekolah lanjutan atas ,
menunjukkan
bahwa
perimbangan lulusannya
lebih dari 60
%,
yaitu
648.003
lulusan dari 974.471 lulusan SLTA adalah lulusan SMU. Dari
jumlah
lulusan
Perguruan
dihadapi.
ke
Perguruan Tinggi.
Kenyataan
Inilah
diterima
besar di atas
kenyataan
mengandung
(1) sebagian besar yang masuk SMU
dasar
akademik yang memadahi untuk
akademik
SMU
yang
di
Tinggi negeri. Hampir 50 % tidak melanjutkan
pendidikan
bahwa;
ini, kurang ..dari 10 %
tidak
mengikuti
dapat
melanjutkan
makna
memiliki
pendidikan
tingkat universitas; (2) sebagian besar
tidak
yang
pendidikannya
lulusan
kejenjang
pendidikan tinggi.
Kenyataan
kurikulum
SMU
lain
yang
disusun
kita
saksikan
sebagai
adalah
kurikulum
pendidikan
akademik
dan berlaku sama untuk semua peserta didik
memasuki
SMU,
kemampuan
menilai
akademik
hasil
mereka
mereka
berada
dan
para peserta didik. Jadi
pendidikan
menyerap
akademik
dimanapun
apapun
kalau
kita
dari
keberhasilan
materi kurikulum SMU
yang
orientasinya
memperhatikan
apakah
semua
memiliki
kemampuan dasar akademik yang memadai. Apakah karena
mempersepsikan
yang
hanya
tanpa
SMU
bahwa
SMU
sebagai lembaga
pendidikan
kita
akademik
persiapan kependidikan universitas.
Kenyataan di atas
melihat
dapat
SMU
sebagai sekolah yang
diikuti
mengikuti
mengandung makna bahwa masyarakat
oleh
pendidikan
program
semua peserta
SMP,
sedangkan
13
didik
dunia
pendidikannya
yang
telah
pendidikan
tinggi
memandang
menyiapkan
tinggi.
SMU sebagai
peserta
lembaga
didik untuk
pendidikan
mengikuti
Inilah dilemanya eksistensi
untuk
pendidikan
pendidikan
menengah
bangsa Indonesia kususnya SMU-.
B.
Permasalahan
Pengertian
pembinaan
luas,
pembinaan
dapat
penerimaan,
pemeliharaan dan pemapanan;
peningkatan
dibagi
sangat
mutu
dalam tiga
namun
gugus
konsep
(1)
yakni
(2) perbaikan;
(pelanjutan)
(3)
(Willistm
B.
pembinaan dalam konteks
pertama
adalah
upaya
memelihara dalam konteks perbaikan
mengacu
kepada
suatu
aktivitas
Castetter, 1981:45).
Pengertian
/menciptakan
proses
konstruktif
kualitas
yang
sesuatu.
bertujuan
membentuk
kedua
Pengertian
restrukturisasi kualitatif suatu hal yang
kurang memadahi menjadi sesuatu yang memadahi.
ketiga
adalah
merujuk
kepada
aktivitas
adalah
dinilai
Pengertian
peningkatan
kualitas sesuatu agar mencapai bentuk kualitas lebih
baik
(memuaskan).
Pembinaan dalam konteks pembinaan profesional adalah
sebagai aktivitas pemeliharaan,
profesional
bantuan
profesional
kemampuan
Dapat
yang
profesional
merencanakan,
mengajar
guru.
melaksanakan
(Tangyong,
juga
perbaikan dan
diartikan
berfungsi
guru
dan
suatu
untuk
sehingga
menilai
1989:65). Lebih jauh
peningkatan
meningkatkan
mereka
Proses
Jam'an
(1989) mengartikan pembinaan profesional guru ialah
14
sistem
mampu
Belajar
Satori
suatu
usaha
yang
sifatnya membantu,
kesempatan
kepada
profesionalnya
utamanya
pegawai untuk
agar
yang
mendorong
mereka
lebih
dan
meningkatkan
dapat
baik yakni
memberi
kemampuan
melaksanakan
memperbaiki
tugas
PBM
dan
meningkatkan mutunya.
Pembinaan
suatu
upaya
memenuhi
profesional dalam penelitian
memelihara
kekurangan
kemampuan
guru
ini
yang
adalah
memadahi,
agar sesuai dengan tuntutan profesi,
di samping menambah dan meningkatkan mutu profesional agar
lebih
memadahi. Penelitian ini diarahkan
perilaku
untuk
mengubah
menyangkut pengetahuan, ketrampilan,
maupun
sikap guru supaya sesuai dengan tuntutan profesi.
Untuk
memperoleh kualitas guru baik yang
pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai
perilaku,
tuntutan
menyangkut
profesinya
PEMBINAAN
KEMAMPUAN
maka perlu
dilakukan
PROFESIONAL GURU
suatu
dengan
dengan
SISTEM
pertanyaan
permasalahan seperti berikut ini.
1. Komponen
apa saja yang terkait dalam
kemampuan
profesional
sistem
guru SLTA dibawah
pebinaan
naungan
LP.
Ma'arif Cabang Jepara Jawa Tengah.
2. Pendekatan
profesional
apa
yang tepat dalam
guru
SLTA di bawah
pembinaan
qaungan
LP.
kemampuan
Ma'arif
cabanng Jepara Jawa Tengah.
3. Aspek apa saja
kemampuan
yang menjadi penekanan dalam
profesional
guru SLTA dibawah
pembinaan
naungan
LP.
Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.
4. Bagaimana bentuk
pembinaan profesional guru SLTA di
15
bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.
5. Apa
penunjang,
dalam
kelemahan,
pembinaan
dibawah
kesempatan
kemampuan
naungan
dan
profesional
LP.Ma'arif
NU
Cabang
tantangan
guru
SLTA
Jepara
Jawa
Tengah.
C. Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah berusaha untuk
ripsikan
dan
kemampuan
menganalisis
profesional
tentang
mendesk-
upaya
guru dilingkungan LPM
pembinaan
NU
Cabang
Jepara yang berkenaan dengan :
(1) Komponen
yang
profesional
terkait
guru
dalam
SLTA dibawah
pembinaan
naungan
kemampuan
LP.
Ma'arif
cabang Jepara Jawa Tengah;
(2) Pendekatan
tepat
yang
kemampuan
untuk
melakukan
profesional guru SLTA
pembinaan
dibawah naungan
LP.
Ma'arif Cabang jepara Jawa Tengah;
(3) Aspek-aspek
yang
menjadi penekanan
pembinaan kemampuan
dalam
melakukan
profesional guru SLTA di
naungan LP. Ma'arif NU Cabang
bawah
Jepara Jawa Tengah;
(4) Bentuk pembinaan profesional guru SLTA dibawah naungan
LP. Ma'arif Cabang Jepara Jawa Tengah;
(5) Kekuatan,
pembinaan
kelemahan, kesempatan dan
kemampuan
profesional
tantangan
guru
SLTA
dalam
dibawah
naungan LP. Ma'arif Cabang Jepara Jawa Tengah.
Kegunaan penelitian ini :
(1) Sebagai
pengembangan
khasanah
ilmu
pengetahuan
kususnya di bidang ilmu Administrasi Pendidikan;
16
(2) Dapat
menemukan
konsep
atau
kemampuan
profesional guru di
Nahdlatul
Ulama
pembinaan,
yang
bentuk
pembinaan
lingkungan
organisasi
menyangkut
proses
pembinaan
pendekatan,
serta
aspek
hal-hal
yang
menyangkut dengan SWOT;
(3) Sebagai
Ulama
bahan
masukan
kususnya
LPM
kepada
NU Cabang
organisasi
Jepara
Nahdlatul
dalam
proses
pembinaan kemampuan profesional guru;
(4) Kusus bagi peneliti,
pengetahuan
dapat menambah dan meningkatkan
secara
ilmiah
kususnya
dalam
ilmu
pembinaan kemampuan profesional guru.
D.
Paradigma Penelitian
Paradigma
penelitian
diketahui
yang
menganalisa
perangkat
Untuk
dan
dimaksudkan
akan dilalui
/ditempuh
sebuah
alur
sehingga
dapat
secara jelas apa yang diharapkan dan diperoleh.
Penelitian
dan
penelitian
ini dimulai dengan
konsep Ahlussunah
memahami,
menghayati
waljama'ah
(ASWAJA),
yuridis NU dan LPM NU dan undang-undang SPN.
memenuhi harapan yang tertera dalam ASWAJA,
UUSPN maka diperlukan suatu proses
LPM
meningkatkan
NU
SDM
yang disebut Proses Pendidikan.
Proses
pendidikan dipengaruhi oleh
seperti
pendidik (guru), peserta didik
metode,
sarana
prasarana
banyak
faktor
pendidik
dan
beberapa
(siswa),
lingkungan.
merupakan
faktor
Dari
yang
faktor
tujuan,
sekian
perlu
memperoleh perhatian lebih besar.
Untuk memperoleh kualitas guru yang baik
17
diperlukan
pembinaan
situasi
yang terencana, sistematis dan
dengan
dan kondisi. Pembinaan yang akan dilakukan
penelitian
penekanan
ini
meliputi pendekatan, aspek
dalam
yang
menjadi
dan proses pembinaan yang terdiri dari
langkah
persiapan,
analisis
relevan
perbaikan
dan
peningkatan
kualitas
serta
SWOT.
Jika
diilustrasikan maka akan terlihat seperti
bagan di bawah ini.
Bagan 1 Padigma Penelitian
AD/ART NU & LPM
Kerangka dasar
Faham
ASWAJA
Acuan
Teoritis
UUSPN NO 2 th '89
PP NO 29 th 1990
PP NO 38 th 1992
PERMASALAHAN
Sistem Pembinaan
Kemampuan Profe
sional Guru SLTA
di Bawah Naungan
LP. Ma'arif NU
Cab. Jepara
* Komponen Yang
Terkait
* Pendekatan Yang
Digunakan
* Aspek Penekanan
* Pembinaan Yang
Dilakukan
* Analisis SWOT
Analisis
Kualitatif
(Deskriptif
Analitik)
18
Pelaksa
naan Pe
nelitian
pada
E.
Sistematika Penulisan Tesis
Tesis
ini
terdiri dari lima
Bab
dengan
rincian
sebagai berikutini.
Bab
I PENDAHULUAN.
Bab ini terdiri dari
Latar
belakang
masalah, Perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
penelitian dan sistematika penulisan tesis.
paradigma
Bab
II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini terdiri dari
yakni
(a)
Pembinaan Kemampuan profesional
empat
guru
sebagai
bagian dari administrasi pendidikan, (b) Konsep dan
lingkup,
prinsip
dan
pendekatan
pembinaan
hal
ruang
kemampuan
profesional guru (c) Pembinaan kemampuan profesional
guru
di lingkungan LPM-NU, (d) Studi pendahuluan yang relevan.
Bab
III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini terdiri dari
yang
diperlukan, populasi dan sampel, metode
tahap
dan
Bab
data
peneletian,
pelaksanaan penelitian, tehnik pengumpulan
data
analisis data.
IV
ANALISIS DATA PENELITIAN. Bab
analisis
tentang
profesional,
aspek
Pendekatan
yang
ini
terdiri
pembinaan
menjadi
dari
kemampuan
penekanan,
proses
pembinaan, dan analisis SWOT.
Bab V PENUTUP.
Bab ini terdiri dari kesimpulan,
rekomendasi.
19
saran
dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
PROSEDUR PENELITIAN
1. Data yang diperlukan
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut
(a) Dokumen
:
atau aturan yang bersikap yuridis di
LPM
NU
antara lain ; Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ART)
Cabang
LPM
Nahdlatul Ulama, Program kerja
LPM
NU
Jepara periode tahun 1993-1998, Dokumen
hasil
kesepakatan LPM NU cabang Jepara yang dijadikan
dasar
menjalankan program kerja;
(b) Keadaan tenaga kependidikan (GURU) SLTA yang berada di
SMU Islam Ma'arif Kec. Jepara, SMU Islam Kec.
MA
Walisongo Kec. Pecangaan dan MA.
Keling,
Al-Ma'arif
Kec.
Jepara Kota.Latar belakang kependidikan dan pengalaman
mengajarnya,
Pandangan
atau persepsi
guru
terhadap
keberadaan LPM NU, Performance guru yang sesuai dengan
misi
dan
fungsi
LPM
dalam
mengelola
lembaga
pendidikan;
(c) Pembinaan profesional guru dilingkungan LPM NU
Jepara
meliputi;
dilaksanakan
oleh
pembinaan
yang
LPM NU Cabang
sudah
Jepara,
dan
Cabang
sedang
Pendekatan
yang tepat dalam melakukan pembinaan profesional guru,
Aspek yang ditekankan dalam pembinaan profesional guru
dan
proses pembinaan yang dilakukan
terdiri
pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan mutu.
60
dari
2.
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi
meliputi
dan
semua
berkaitan
sampel
dalam
subyek yang memiliki
penelitian
ini
karakteristik
yang
dengan pembinaan profesional guru
dilingkungan
LPM NU Cabang Jepara. Oleh karena itu populasi dan
dalam
penelitian
Nasution
adalah sampling
porpusif,
dengan
mengambil
orang-orang
dengan ciri-ciri spesifik yang
sampel
tersebut ( 1987:128), yang termasuk
sampel dalam penelitian ini adalah
pendidikan
terpilih
dimiliki
oleh
populasi
Walisongo,
dan
Guru
- Guru
dan
semua pengelola satuan
(SMU dan MA) yang ada di bawah naungan LPM
Jepara
S.
porpusif
yang
sesuai
Cabang
menurut
dalam buku " Metode Research" sampling
dilakukan
sampel
SLTA
yang
ada
NU
Di
MA
SMU Islam Al- Maarif , SMU Islam Kelet dan
MA
Al-Ma'arif.
B.
METODE PENELITIAN
Untuk
analisis
penelitian
yaknio
kebijakan
ini
dengan cara
digunakan
metode
mendeskripsikan
deskriptif
dasar
dan
pembinaan profesional guru di lingkungan LPM
NU
Cabang
guru,
aspek
profesional
Jepara; Pendekatan pembinaan profesional
yang
menjadi
penekanan
dalam
pembinaan
guru, dan proses pembinaan yang terdiri
dari
pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan mutu.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan
pedoman
naan
analisis
untuk menemukan sebuah konsep
profesional guru dilingkungan LPM NU Cabang
61
pembi
Jepara.
Penelitian
ini
bukan
mendeskripsikan
menguji
hipotesis,
dan menganalisis data
sehingga dapat ditemukan konsep
guru
penelitian
ini
yang
pembinaan
dilingkungan LPM NU Cabang Jepara,
melainkan
oleh
diperoleh
profesional
karena
dikatakan sebagai penelitian
itu
kualita
tif.
Ciri-ciri
penelitian kualitatif seperti
yang
telah
disintesakan dari pendapat dan peneliti Bogdan dan Binklen
(1982:
J.
22-27) dan Lincoln dan Guba (1985:39-44) Oleh
Moleong
dalam
metodologi
penelitian
(1989:4-9) adalah sebagai berikut
(a) Penelitian
kualitatif
(Natural setting)-,
(b) Manusia
kualitatif
:
memiliki
sebagai
penelitian,
Lexy
alat
latar
atau
sehingga
alamiah
instrumen
memungkinkan
adaptabilitas;
(c) Menggunakan metode kualitatif;
(d) Analisa data secara induktif;
(e) Teori dari dasar (Grounded teory) melalui analisis
secara induktif;
(f) Laporan bersifat deskriptif;
(g) Adanya
batas
yang ditentukan
oleh
fokus
penelitian;
(h)
(i)
(j)
(k)
Lebih mementingkan proses dari pada hasil;
Adanya kreteria kusus untuk keabsahan data»
Disain bersifat sementara;
Hasil
penelitian dirundingkan dan
disepakati
bersama.
C.
TAHAP PELAKSANAAN PENELITITIAN
Penelitian
ini
meliputi
tahap
orientasi,
eksplorasi dan member check (Nasution 1983, 33-34).
orientasi
dengan
dan
pembicaraan
pimpinan LPM NU Cabang Jepara dan pimpinan
pendidikan
disain
peneliti pengadakan observasi
Tahap
Satuan
yang menjadi sampel penelitian. Setelah
diseminarkan dan disetuji oleh pembingbing
62
pra
maka
peneliti
melakukan
memperoleh
data
penelitian.
Jepara
secara
secara
Eksplorasi,
data dokumentasi yang
profesional
intensif
akurat
Tahap
mengumpulkan
pembinaan
konsultasi
dalam
proses
peneliti
mulai
berkaitan
guru dilingkungan
LPM
pihak
karakteristik
terkait
dengan
Member check,
yang
memiliki
pembinaan profesional
dengan
NU
selanjutnya peneliti melakukan wawancara
dengan
guna
Cabang
langsung
relevansi
guru.
tahap ini peneliti membuat laporan
Tahap
mengenai
hasil informasi yang telah diperoleh pada tahap eksplorasi
secara sementara,
terhadap
kemudian peneliti melakukan
kebenaran
subjek
peneliti
cheking
supaya
benar-benar
relevan dengan fokus permasalahan dalam penelitian. Dengan
demikian dapat dikatakan tahap member check adalah menguji
validitas,
reliabilitas
dan
obyektivitas
data
yang
diperoleh.
D.
TEHNIK PENGUMPULAN DATA
Data akan dikumpulkan dengan tehnik pengumpulan
yang berupa wawancara,
1.
data
observasi dan studi dokumentasi.
Wawancara
Tehnik
ini
informasi
digunakan untuk
menggali
yang lebih mendalam tentang
dan
memperoleh
latar
belakang
dan substansi permasalahan. Wawancara dilakukan
Pimpinan
Ma'arif
Nahdlatul Ulama Cabang Jepara,
NU Cabang Jepara, Pimpinan
dengan
Pimpinan
satuan
pendidikan
SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara
63
LP.
dan
para
guru
yang memiliki karakteristik
sesuai
dengan
substansi permasalahan.
2.
Observasi
Tehnik ini dipergunakan untuk mengamati secara langsung
proses pelaksanaan pembinaan kemampuan profesional guru
SLTA
di
bawah naungan LP.
Ma'arif
NU
Cabang
Jateng yang meliputi komponen yang terkait,
yang digunakan,
penunjang,
3.
Studi
Jepara
pendekatan
aspek yang menjadi penekanan dan faktor
kelemahan,
peluang dan tantangannya.
Dokumentasi
Tehnik
ini
dipergunakan untuk
berbagai
dokumen
Ma'arif,
Sistem
Program
yang
seperti,
memperoleh
AD/ART NU
Pendidikan
dan
Nahdlatul
kerja Sekolah atau Madrasah dan
digunakan
dasar
pijakan
data
dari
AD/ART
Ulama
LP.
(SPNU),
dokumen
lain
penyelenggaraan
sekolah/Madrasah.
E.
ANALISIS DATA
Analisis
secara
dan
data merupakan proses mencari dan
sistematis transkrip wawancara,
bahan-bahan
pemahaman
kepada pihak lain (Bogdan dan Biklen,
Sedang
adalah
kedalam
Lexy
proses
pola,
catatan
lapangan
untuk
menambah
lain yang telah dihimpun
mengenai data yang ditemukan
J.
Moleong
untuk
dan
dilaporkan
1990:189).
(1995:103)
mengorganisasikan
mengatur
analisis
mengurutkan
kategori dan satuan uraian
dasar
64
Dengan demikian
data
sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
seperti yang disarankan oleh data.
data
kerja
anali-
sis
data adalah pengorganisasian data,
dan membentuknya kedalam pola,
mengurutkan
data
kategori, dan uraian
dasar
untuk pemberian makna atau pemahaman.
Analisis
dilapangan
data
dan
dilakukan
pada
analisis yang
waktu
dilakukan
masih
berada
setelah
proses
pengumpulan data atau setelah peneliti meninggalkan kancah
penelitian.
Analisis
merekam
sampel
data
lapangan,
penelitian,
memperoleh
analisis,
yang
pada saat penelitian dilakukan dengan
keabsahan
kemudian
timbul
didapatkan
sesuai
melakukan
cara
member
check
kepada
melakukan trianggulasi
dalam
rangka
data
menyusun
dan
melakukan
penyempurnaan
kecenderungan-kecenderungan
dengan proses dan
jenis
data
untuk menangkap makna yang terkandung
yang
di
da
lamnya .
Analisis data setelah peneliti meninggalkan
dan
data telah terkumpul dilakukan dengan cara
lapangan
mereduksi
data, menunjukkan data sehingga hubungan data akan
hat
sehingga
membentuk kesatuan yang
kesimpulan.
65
utuh
dan
terli
menarik
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
data
dan
pembahasan,
maka
terungkap
beberapa kesimpulan seperti berikut ini.
1. Komponen yang terkait dalam sistem pembinaan
profesional
kemampuan
guru SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif
Cabang Jepara Jawa Tengah
seimbang . LP.
NU
belum mampu berfungsi secara
Ma'arif yang nota benenya sebagai penye
lenggara pendidikan belum mampu berperan secara efektif
sebagai
salah satu komponen dalam pembinaan
kemampuan
profesional guru SLTA.
2.
Pendekatan
dalam pembinaan kemampuan profesional
SLTA di bawah naungan LP.
Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa
Tengah adalah pendekatan normatif religius,
pendekatan
yaitu suatu
yang lebih menitik beratkan pada misi
gabdian dan ibadah kepada Allah swt yang
sikan
guru
melalui
jalinan kekeluargaan,
pen
diimplementa-
kebersamaan
dan
kesejawatan.
3. Aspek yang menjadi penekanan dalam pembinaan
profesional
Cabang
guru SLTA di bawah naungan LP.
Jepara Jawa Tengah adalah disiplin
kemampuan
Ma'arif
kerja
guru.
Hal ini didasari oleh suatu anggapan bahwa
plin
kerja
kemampuan
LP.
merupakan landasan
dasar
untuk
profesional para guru SLTA di bawah
NU
para
disi
mencapai
naungan
Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah.
4. Yang
tangan
menjadi
dalam
pendukung, penghambat, peluang dan
proses pembinaan
98
kemampuan
tan
profesional
guru SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU Cabang Jepara
Jawa
Tengah berasal dari kondisi sumber
daya
manusia
warga NU itu sendiri. Oleh sebab itu jika SDM warga
sudah
baik
maka
kondisi
pendidikan
akan
baik
NU
dan
berkualitas.
B.
REKOMENDASI/SARAN
1. Kepada LP. Ma'arif NU Cabang Jepara Jawa Tengah
Dalam rangka lebih mengfungsikan LP. Ma'arif NU
Jepara
Jawa
pendidikan
selalu
dalam
LP.
pembinaan
Ma'arif
kemampuan
dalam
profesional
kultur
yang
pendidikan
yang harus
Depag
guru
pendidikan.
baru
sistem
sebatas
disebabkan
dirubah
sebagai
sama
untuk
konstelasi
ditubuh NU seperti yang
AD/ART NU dan AD/ART LP.
kerja
dan
segera
benar-benar
harus
revitalisasi
lembaga
yang di akui warga NU yang
persamaam
Ma'arif
dan
dengan Depdikbud
strategi
Keberadaan
lembaga
LP.
penyelenggara
dengan cara melakukan jalinan
merumuskan
lembaga
lembaga
konsolidasi
intensif
pembinaan
sebagai
tubuh NU , maka
melakukan
kelembagaan
lebih
Tengah
Cabang
adanya
menjadi
penyelenggara
diamanatkan
dalam
Ma'arif.
2. Kepada Pemimpin Satuan Pendidikan
Pendekatan
dalam pembinaan kemampuan profesional
guru
SLTA di bawah naungan LP. Ma'arif NU cabang Jepara jawa
Tengah
perlu diperluas kepada pendekatan ilmiah
yaitu
dengan
cara menggiatkan pelaksanaan
dalam
masalah-masalah
esensial
penelitian
pendidikan.
99
Keaktifan
penelitian
yang
dilakukan para tenaga
pengajar
akan
dapat meningkatkan sumber daya para guru yang juga akan
meningkatkan
relegius
kualitas pendidikan. Pendekatan
yang
selama ini
normatif
dilakukan
perlu
diimbangi
dengan
kompensasi materi, sebab jika
tidak
diimbangi
dengan
materi akan sudah menimbulkan
rasa
kejenuhan,
dan lemahnya motivasi dalam menjalankan tugas.
3. Kepada para Guru/tenaga pengajar
Guru adalah komponen yang dapat menentukan dalam Proses
belajar
Mengajar(PBM).
Keaktivan dan
kerajinan
guru
akan berpengaruh positif dalam PBM dan sebaliknya. Oleh
sebab
itu
guru harus benar-benar mampu
memanfaatkan
kebebasan
yang diberikan
memahami
oleh
satuan pendidikan. Kebebasan terkendali yang
henaknya
harus digunakan untuk mewujudkan
dan
pemimpin
diberikan
kreativitas
sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi kerja dalam
lembaga
pendidikan
kususnya
pendidikan pada umumnya.
100
dan
diluar
lembaga
DAFTAR PUSTAKA
(1979), Nuansa Fiqih Sosial, Lembaga
Ahmad Siddiq,
Islam dan Sosial (LKIS),
Ali Imron,
A.
Jakarta,
Mark,
An Intruduction To
London,
The Economics
In
Penguin Books Ltd.
Mardiatmadja,
(1986)
Tantangan
Kanisius Yogyakarta.
Coombs,
Kanisius,
1994.
(1973),
Education,
Pustaka
1995.
Profesionalisme Keguruan,
Samana,
(1994)
Yogyakarta,
Blaugh,
Bs.
Pembinaan Guru Di Indonesia,
(1995)
Jaya,
Kaian
Yogyakarta.
dunia
pendidikan,
Philip H. Alih bahasa Istiwidaryati, (1989), What
i s Education Planning, Jakarta: Bharata karya
aksara
dan
Unesco.
Castetter, William B. (1981), The Personal Function in
Education Administreation, Ed. 3 New York :
Macmilan Publishing Co. Inc.
Depdikbud (1983),
Strategi
Dasar
Pembinaan
Dan
Pengembangan Pendidikan Guru. Jakarta,
Depdikbud
Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Tennis.
(1986)
Kurikulum
Sekolah
Dasar,
Pembinaan Guru, Depdikbud, Jakarta.
Djajadisastra,
Joesoef,
(1976),
Pengantar
Pendidikan, Depsikbud, Jakarta.
Elton,
Pedoman
Administrasi
Lewis (1987), Teaching is Higher Education
Apprai
sal and Trainning. Great britain: Cogan page Ltd.
Engkoswara,
(1987) Dasar-Dasar Administrasi
Jakarta, Dirjen Dikti, P2LPTK.
Pendidikan,
Emmy Fakry
Gaffar, (1992), Pengelolaan Pengendalian
Mutu
dalam
Proses Pendidikan di IKIP Bandung,
Tesis,
Tidak diterbitkan.
PPS.
IKIP Bandung.
Fajrul Falakh
(1994).
Majalah
Taswirul
Afkar,
artikel berjudul Jam'iyyah Nahdlatul Ulama,
Lampau
dan
mendatang, Edisi NO. 1
tahun
dalam
Kini,
1994,
Jakarta.
Flippo,
E.
B. (1990) Menegemen Personalia (Mohamad
Terjemahan) Edisi 6 Jakarta: Erlangga.
Masud
Nasution.
S.
(1987)
Metodologi
Research
ilmiah) edisi 2 , Jermears, Bandung.
Nick Cowel
dan Roy Gardner (1995).
Guru
Oliva.
F.
dan Siswa.
Peter,
(1989)
Second Edition,
Raka Joni,
(1975),
PT.
Tehnik
Gramedia.
(penelitian
Mengembangkan
Jakarta.
Supervision for To
NY.
Day
School,
Longman,
Wawasan Kependidikan Guru,
Depdikbud,
Jakarta.
Roestiyah NK,
(1992)
Masalah-Masalah
Jakarta, Bina Aksara.
Ilmu
Keguruan,
Sergiovanni,
Robert
J Startt,
(1974),
Supervisi
Human
Perspektif, New York : Mc Grow - Hill Book Co.
Suhartian A.
Piet. (1994). Profil
Andi Ofset. Yogyakarta.
Pendidik
Sistem Pendidikan Nahdlatul Ulama (SPNU)
Saefuddin Zuhri,
NU. Cet,
tahun
(tt) KH. Wahab Hasbullah
Ke dua - Yogyakarta.
Slamet Efendi Yusuf, (1983),
Warta), tahun 1983.
NU dan Asal
Profesional,
1993.
Bapak
Pendiri
Usulnya,
Majalah
Tangyong AF,
Wahyudi
dan Jam'an
Satori,
(1989),
CBSA,
Bagaimana
Membina
Guru
Secara
Profesional,
Balitbang
Dikbud, Pusat Pengembangan
Kurikulum,
Jakarta.
TB.
Silalahi,
(1994), Pembinaan Profesional Para
(Makalah), Depdagri, Jakarta.
Undang Undang
Sistem
Pendidikan Nasional
Nomor
Pegawai
2
tahun
1989
Peraturan
Pemerintah
Nomor
pendidikan menengah.
William N.
Dunn,
(1981)
Prantice-Hall, USA.
29
tahun
Public
1990
Policy
tentang
Analisis,
Gibson, James L, J.M. Ivancevich and James H. Donelly Yr,
(1985),
Organization : Behavior,
Structure And
Process, Texas, Busines Publications, Inc.
H.A.R. Tilaar (1994) Menejemen Pendidikan Nasional, Remaja
rosda karya,
Hadari Nawawi,
Bandung.
(1995),
Gunung Agung,
Hartono Kasmadi,
Bimbingan dan Konseling Islam,
CV.
Jakarta.
(1990),
Mimbar Pendidikan (Majalah), IKIP
Semarang.
Mohammad Fakkry
Gaffar
Bandung.
H.
PPS.
(1987),
Perencanaan
Pendidikan.
IKIP Bandung.
Aboe Bakar, (1953), Wahid Hasyim dan Karangan
Panitia
Peringatan
Aim.
KH.
Wahid
Tersiar,
Hasyim,
Jakarta.
Hasibuan Malayu
(1990),
Menejemen
Jakarta : H. Masagung.
Sumberdaya
Manusia.
Hoyle Eric
(1980),
World Year Book ofd
education
Profesional development of teacher. London:
Page, New York: Nicolas Publishing Company.
1980:
Kogan
Imron Arifin,
(1992),
Kepemimpinan
Kiai,
Kasus
Pondok
Pesantren Tebuireng, Kalimasada Pres, Malang.
Educations,
Canada
Ingridwati Kurnia. (1991) Pengembangan Profesional
Pengajar
Tetap
FKIP Atmajaya
Jakarta.
Tidak diterbitkan. PPS. IKIP Bandung.
Tenaga
Tesis,
Jeffreys,
M.VC,
(1972)
Pismanand
Johnston,
The Aims
of
Sons.
D.
J.
(1971)
Teacher
Oxford : Pergamon press.
in-service
education.
Jam an Satori,
(1989),
Pengembangan
Model
Supervisi
Sekolah Dasar (Desertasi), Fakultas Pascasarjana,
IKIP Bandung.
Kumpulan Keputusan Musyawarah Kerja LP.
Semarang Jawa tengah.
Loekman Sutrisno,
Abad 21,
Maarif tahun
(1996), Dinamika Masyarakat
Menghadapi
(Makalah), Serpong Jawa Barat.
Made Pidarta, (1988) Menejemen Pendidikan Indonesia,
Aksara, Jakarta.
Moleong,
Lexy. J.
Bandung,
1993,
Bina
(1989) Metodologi Penelitian Kualitatif.
Remadja Rosdakarya.