T1 232010120 Full text

Pendahuluan

Laba merupakan salah satu kriteria untuk mengukur kinerja perusahaan.
Dalam menghasilkan laba, manajemen perusahaan menentukan kebijakan
penggunaan metode akuntansi dalam menyusun laporan keuangan. Metode
akuntansi pada laporan keuangan sering disalahgunakan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Penyalahgunaan laporan keuangan dapat terjadi karena adanya
perbedaan kepentingan antara pemegang saham (principal) dengan manajer
(agent) yang disebut hubungan agensi. Menurut Jensen dan Meckling (1976)
dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agency muncul ketika satu orang
atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu
jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan pada agent
tersebut.

Pemegang saham menilai kinerja perusahaan salah satunya dengan
melihat laba yang dihasilkan, oleh karena itu manajemen perusahaan termotivasi
untuk memodifikasi laba agar sesuai dengan keinginan pemilik, dalam hal ini
pemegang saham perusahaan. Hal ini dapat menimbulkan manipulasi laba yang
sering diartikan dengan manajemen laba (earnings management).

Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus

skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck,
World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett et al,
2006). Salah satu penyebab kondisi ini adalah kurangnya penerapan corporate
governance. Ciri utama dari lemahnya corporate governance adalah adanya

1

tindakan mementingkan diri sendiri di pihak para manajer perusahaan
(Khomsiyah dan Rahayu, 2004).

Menurut Nasution dan Setiawan (2007), konsep corporate governance
diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi
semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka
diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan
transparansi

pengelolaan

perusahaan


yang

makin

baik

dan

nantinya

menguntungkan banyak pihak.

Dalam penelitian terdahulu banyak membahas hanya empat dari lima
mekanisme

corporate

governance

(kepemilikan


manajerial,

kepemilikan

institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan
komite audit).
Penelitian ini menggabungkan penelitian–penelitian sebelumnya yang
meneliti pengaruh mekanisme corporate governace terhadap manajemen laba,
yang dilakukan oleh Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang meneliti tentang
pengaruh mekanisme corporate governance dengan empat variabel independen
yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan
komisaris independen dan ukuran dewan komisaris, terhadap manajemen laba dan
dengan menambahkan variabel independen komite audit sebagai mekanisme
pengawasan terhadap manajemen sesuai dengan penelitian dari Rachmawati dan
Triamoko (2007).

2

Penelitian ini menguji apakah corporate governance dalam hal ini

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris,
proporsi dewan komisaris independen dan komite audit berpengaruh terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sektor
manufaktur dipilih karena sektor tersebut memiliki kontribusi yang relatif besar
terhadap perekonomian Indonesia (Suryani, 2010).

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada
para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam
memahami mekanisme corporate governance serta praktik manajemen laba,
sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan. Hasil penelitian
ini juga dapat menjadi acuan penelitian-penelitian sejenis dan penelitian lanjutan.

3

Telaah Literatur dan Pengembangan Hipotesis

Teori Agensi (Agency Theory)

Cara yang dapat digunakan untuk memahami konsep corporate
governance adalah memahami teori keagenan. Terjadinya konflik yang disebut

agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal (yang memberi
kontrak atau pemegang saham) dan agen (yang menerima kontrak dan mengelola
dana prinsipal) mempunyai kepentingan yang saling bertentangan. Jika agen dan
prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta memiliki
keinginan dan motivasi yang berbeda, maka ada alasan untuk percaya bahwa agen
(manajemen) tidak selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal (Jensen dan Meckling,
1976). Eisenhardt (1989), dalam Ujiyanto dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa

teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada
umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya
pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)
manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Dari asumsi sifat dasar manusia
tersebut dapat dilihat bahwa konflik agensi yang sering terjadi antara manajer
dengan pemegang saham dipicu adanya sifat dasar tersebut.

Mekanisme Corporate Governance

Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG)
dalam Mahiswari dan Nugroho (2012), corporate governance adalah suatu proses
dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai

tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi
4

pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.

Dalam KNKG terdapat aspek-aspek dalam rangka penyelenggaraan
Corporate Governance yang baik, yaitu perusahaan wajib memiliki:

1. Proporsi dewan komisaris independen: yang jumlahnya secara proporsional
sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham
pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurangkurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris.

2. Komite audit: untuk menilai pelaksanaan good corporate governance di
perusahaan, adanya komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek
dalam kriteria penilaian.

3. Dewan komisaris: Prinsip-prinsip penting dalam dewan direksi yang menjadi
acuan dalam usaha bisnis di Indonesia, terutama dalam hal komposisi dewan
direksi yaitu komposisi direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan

pengambilan putusan yang efektif, tepat, dan cepat serta dapat bertindak secara
independen.

4. Kepemilikan institusional: Kemampuan manajer perusahaan untuk mengelola
laba secara oportunistik dapat dibatasi oleh efektivitas pengawasan oleh para
shareholder khususnya investor institusional.

5

5. Kepemilikan manajerial: Pemusatan kepentingan dapat dicapai dengan
memberikan kepemilikan saham kepada manajer. Jika manajer memiliki saham
perusahaan, mereka akan memiliki kepentingan yang sama dengan pemilik
sehingga dapat mengurangi konflik keagenan.

Manajemen Laba

Manajemen laba dapat didefinisikan sebagai “intervensi manajemen
dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan
pribadi” (Schipper, 1989 dalam Subramanyam dan Wild, 2010). Scott (2000)
menyatakan bahwa terdapat beberapa pola dalam manajemen laba, yaitu: Taking a

Bath, Income Minimization, Income Maximization, dan Income Smoothing.

Scott (2000) juga mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba,
yaitu :

a. Bonus Purposes
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak secara oportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan
memaksimalkan laba saat ini.
b. The debt covenant hypothesis
Manajemen akan berusaha untuk meningkatkan laba agar tidak melangar
perjanjian kredit yang telah dilakukan serta demi menjaga nama baik dan
reputasi mereka.

6

c. Political Motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada
perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang
dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah

menetapkan peraturan yang lebih ketat.
d. Taxation Motivations
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan
penghematan pajak pendapatan.
e.

Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan
pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja
perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak
diberhentikan.

f. Initital Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan
menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan
manajemen laba dalam prospectus mereka dengan harapan dapat
menaikkan harga saham perusahaan.

Kepemilikan Institusional dan Manajemen Laba


Adanya konsentrasi kepemilikan dari institusi dan dari pihak manajerial
dianggap bisa mengurangi kecenderungan manajer dalam memanipulasi laba.

7

Tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat
mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja
perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan
diri sendiri (Mahiswari dan Nugroho, 2012). Kepemilikan institusional memiliki
kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring
secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen
laba (Boediono, 2005). Hasil penelitian Ningsaptiti (2010) kepemilikan
institusional berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.

H1 :

kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

Kepemilikan Manajerial dan Manajemen Laba


Kepemilikan manajerial adalah presentase jumlah saham yang dimiliki
pihak manajemen dari seluruh jumlah modal saham perusahaan yang dikelola
(Boediono, 2005). Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer,
diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal karena
manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kerja (Midiastuty dan Masfoedz,
2003). Kepemilikan perusahaan oleh manajer akan membuat manajer bertindak
sesuai dengan kepentingan pemegang saham karena manajer juga mempunyai
kepentingan di dalamnya, sehingga kepemilikan manajerial diharapkan dapat
mengurangi praktik manajemen laba. Hasil penelitian Suryani (2010) kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

H2 :

kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

8

Ukuran Dewan Komisaris dan Manajemen Laba

Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal
perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan (Siallagan dan
Machfoedz, 2006). Peranan dewan komisaris diharapkan dapat membatasi tingkat
manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Fungsi
monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau
ukuran dewan komisaris. Hasil penelitian Mahiswari dan Nugroho (2012)
menyatakan bahwa jumlah dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H3 :

ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Manajemen Laba

Menurut Zehnder (2000) dalam Hutagalung (2012), dewan komisaris
merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin
pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola
perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Adanya dewan
komisaris menjamin transparansi dan keinformatifan laporan keuangan sehingga
memfasilitasi hak pemegang saham untuk mendapatkan informasi yang
berkualitas (Mahiswari dan Nugroho, 2012). Menurut Fama (1980) dalam
Purbany dan Setiawan (2012), komisaris independen dapat bertindak sebagai
penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan
mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen.

9

Hasil penelitian Nasution dan Setyawan (2007) proporsi dewan komisaris
independen berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba pada pada
industri perbankan Indonesia.

H4 :

proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba

Komite Audit dan Manajemen Laba

Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk
melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan (Aji, 2012). Komite audit
mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara
kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga
terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya
good corporate governance (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Komite audit
diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam mengawasi proses pelaporan
keuangan perusahaan oleh manajemen sehingga informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan lebih informatif dan berkualitas. Dengan demikian dapat
mengurangi praktik manajemen laba. Hasil penelitian Siregar dan Utama (2005)
menyatakan bahwa komite audit mempunyai pengaruh negatif terhadap praktik
manajemen laba.

H5 :

komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

10

Model Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas, maka model penelitian ini sebagai berikut:

Kepemilikan
Institusional

Kepemilikan
Manajerial
Manajemen Laba

Ukuran Dewan
Komisaris

Proporsi Dewan
Komisaris

Komite Audit

11

Metode Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan dari tahun 2010-2012. Data
diperoleh dari situs www.idx.co.id

Populasi dan Sampel

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah semua perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode
pengamatan 2010-2012.

Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan purposive sampling
(dipilih dengan kriteria-kriteria tertentu). Kriteria yang dipakai yaitu:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2010-2012
2. Memiliki ketersediaan data yang lengkap, baik data mengenai corporate
governance perusahaan (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan komite
audit) maupun data yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba.

12

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini
yaitu:

1. Studi Pustaka

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian dikumpulkan melalui
artikel, jurnal, penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian.

2. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa
Efek Indonesia www.idx.co.id

Pengukuran Variabel

Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Dechow
et al., 1995 (dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007) menyebutkan bahwa
penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung
dengan menggunakan Modified Jones Model karena model ini dianggap lebih baik
di antara model lain untuk mengukur manajemen laba. Model tersebut dituliskan
sebagai berikut:

Total accruals sesungguhnya : TAC = NIit – CFit

13

Keterangan :
NIit = laba bersih (net income) perusahaan i pada periode t
CFit = arus kas operasi (cash flow of operation) perusahaan i pada periode t
Total accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least
Square) adalah:
TACt/TAt-1 = (β)1 (1/TAt-1) + (β)2 (Δ SALt/TAt-1) + (β) 3 (PPEt/TAt-1) + e

Keterangan :
TACt = total accruals dalam periode t
TAt-1 = total asset periode t-1
(Δ)SAL= perubahan pendapatan atau penjualan bersih dalam periode t
PPEt = property, plan, and equipment periode t
(β)1,(β)2,(β)3 = koefisien regresi
Dengan menggunakan koefisien regresi di atas nilai non discretionary accruals
(NDA) dapat dihitung dengan rumus :
NDTACt= (β)1(1/TAt-1) + (β)2[(Δ SALt-Δ RECt)/TAt-1] +
(β)3 (PPEt/TAt- 1) + e

Keterangan :
(Δ)RECt = perubahan piutang usaha dalam periode t
(β)1,(β)2,(β)3 = fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada
perhitungan total akrual

14

Diskresioner total akrual
DTACt= TACt/TAt-1-NDTACt

Keterangan :
DTACt = diskresioner total akrual tahun t
TACt = total accruals tahun t
NDTACt = non akrual diskresioner pada tahun t

Menurut Sulistyanto (2008), jika nilai DA nol maka menunjukkan
perusahaan melakukan manajemen laba dengan pola perataan laba (income
smoothing), jika nilainya positif maka menunjukkan bahwa manajemen laba
dilakukan dengan pola penaikan laba (income increasing), dan nilai negatif
menunjukkan manajemen laba dengan pola penurunan laba (income decreasing).

Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah corporate governance,
yang meliputi:

1.

Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang
dimiliki oleh institusi. Kepemilikan institusional dalam penelitian ini
menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki institusi
(perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dsb) dari seluruh modal saham
yang beredar (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
15

2.

Kepemilikan manajerial

Menurut Boediono (2005), kepemilikan manajerial adalah persentase
suara yang berkaitan dengan saham dan option yang dimiliki oleh direksi dan
manajer suatu perusahaan. Indikator yang digunakan adalah persentase
jumlah saham yang dimiliki manajemen dari seluruh modal saham
perusahaan.

3.

Ukuran dewan komisaris

Ujiyantho dan Pramuka (2007) mengemukakan bahwa variabel
ukuran dewan komisaris diukur dengan jumlah total anggota dewan
komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal
perusahaan sampel.

4.

Proporsi dewan komisaris independen

Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan persentase
jumlah dewan komisaris independen yang ada dalam perusahaan terhadap
jumlah total komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan
sampel. Beasley (1996) dalam Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan
bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan
meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk
mencegah kecurangan laporan keuangan.

16

5.

Komite audit

Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Indikator yang
digunakan adalah jumlah komite audit yang terdapat pada perusahaan sampel
(Mahiswari dan Nugroho, 2012).

Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif
untuk mengetahui nilai mean, maksimum, minimum dan standar deviasi. Selain
itu dilakukan uji asumsi klasik yaitu Multikolonieritas, Autokorelasi, Normalitas
dan Heterokedastisitas. Alat yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah
analisis regresi berganda.

Model persamaan regresi adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Keterangan:
Y = Manajemen laba
a = Konstanta
b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi
X1 = kepemilikan institusional
X2 = kepemilikan manajerial
X3 = ukuran dewan komisaris

17

X4 = proporsi dewan komisaris independen
X5 = komite audit
e = Koefisien error

18

Analisi dan Pembahasan

Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2012 yang diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan www.idx.co.id. Jumlah
perusahaan manufaktur yang terdaftar selama periode 2010-2012 sebanyak 146
perusahaan dan pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.
Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 1
Hasil Pemilihan Sampel Observasi
No.

Keterangan

1

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode
2010-2012
2 Perusahaan dengan data tidak lengkap
Sampel (observasi) yang digunakan

Jumlah
438
(296)
142

Dari keseluruhan jumlah perusahaan manufaktur yang ada di BEI periode
2010-2012, terdapat 142 sampel observasi yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan dalam pemilihan sampel sehingga jumlah observasi (n) dalam
penelitian ini adalah 142.

19

Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran data secara
umum mengenai nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan
standar deviasi dari masing-masing variabel. Hasil statistik deskriptif dapat dilihat
dari tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2
Statistik Deskriptif
Variabel Penelitian

N

Maksimum

Minimum

Mean

Std. Dev.

KI

142

.9643

.1232

.655912

.1877838

KM

142

.7000

.000010

.060842

.1177657

UDK

142

12

2

4.20

1.895

DKI

142

.6000

.2500

.381050

.0762617

KA

142

4

2

3.05

.300

ML

142

.647406

-.934378

-.094367

.2774463

Sumber : Data sekunder yang diolah (2014)
Dari hasil statistik deskriptif dapat diketahui rata-rata manajemen laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI adalah sebesar -0,094367 dan
angka ini bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pada periode 2010-2012
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI melakukan manajemen laba dengan
pola penurunan laba (income decreasing).

Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik yang dipersyaratkan untuk model regresi
dilakukan dan diperoleh kesimpulan bahwa dari 4 (empat) uji asumsi klasik yang

20

dilakukan dalam penelitian ini (uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji
multikolonieritas dan uji autokorelasi), ditemukan

bahwa data lolos untuk

keempat uji tersebut. Dengan demikian data residual terdistribusi secara normal,
tidak ada masalah heteroskesdastisitas, tidak ada multikoloniearitas dan tidak
terdapat autokorelasi baik positif maupun negatif. Hasil uji asumsi klasik secara
keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 3.

Pengujian Hipotesis

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan Tabel 3, nilai Adjusted R2 adalah 0,024. Hal ini berarti
kemampuan

variabel

independen

yaitu

kepemilikan

saham

institusi,

kepemilikan saham manajerial, jumlah dewan komisaris, komisaris independen
dan komite audit dalam menerangkan manajemen laba adalah 2,4 persen.
Sedangkan sisanya yaitu 97,6 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain
variabel independen tersebut. Dari uji ANOVA, nilai F hitung dari model
adalah 1,708 dengan nilai probabilitas sebesar 0,137 yang lebih besar dari 0,05
menunjukkan bahwa variabel Kepemilikan institusional (KI), Kepemilikan
manajeral (KM), ukuran dewan komisaris (UDK), proporsi dewan komisaris
independen (DKI) dan ukuran komite audit (KA) secara bersama–sama tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba (ML).

21

Tabel 3
Regresi Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba
Variabel Penelitian

Koefisien Regresi

Konstanta
KI
KM
UDK
DKI
KA
2

R = 0,059

2

Adjusted R = 0,024

T

Sig.

-.316

-1.058

.292

-.115

-.816

.416

-.458

-1.992

.048

-.013

-.927

.356

.470

1.546

.124

.065

.749

.455

F = 1,708

Sig. F = 0,137

Sumber: Data diolah 2014
Pembahasan

Berdasarkan hasil regresi dapat diketahui bahwa kepemilikan saham oleh
institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sehingga hipotesis
yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap
praktik manajemen laba ditolak. Cornett et al., (2006) menyatakan bahwa
kepemilikan institusional akan membuat manajer merasa terikat untuk memenuhi
target laba dari para investor, sehingga mereka akan tetap cenderung terlibat
dalam tindakan manipulasi laba. Kepemilikan institusional tertinggi dalam
penelitian ini yaitu PT. Tira Austenite Tbk sebesar 96,43% dan terendah adalah
PT. Metrodata Electronics Tbk sebesar 12,32%. Tinggi atau rendahnya
kepemilikan institusional, perusahaan tetap melakukan manajemen laba.

22

Variabel

kepemilikan

manajerial

berpengaruh

negatif

terhadap

manajemen laba. Sehingga hipotesis kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Suryani (2010) yang menemukan adanya pengaruh negatif. Hasil ini
menujukan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin kecil
terjadinya praktik manajemen laba. Dengan adanya kepemilikan saham oleh
manajer maka manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan saham, yaitu
manajer itu sendiri. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu cara untuk
mengurangi praktik manajemen laba.

Variabel ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ukuran dewan
komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba ditolak. Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007). Hal ini dapat
dijelaskan bahwa besar kecilnya dewan komisaris bukanlah menjadi faktor
penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen perusahaan.
Akan tetapi efektivitas meknisme pengendalian tergantung pada nilai, norma dan
kepercayaan yang diterima dalam suatu organisasi (Jennings 2004a; 2004b;
2005a; Oliver, 2004 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Ukuran dewan
komisaris tertinggi dalam penelitian ini berjumlah 12 orang yang dimiliki oleh PT.
Astra International Tbk dan terendah berjumlah 2 orang yang dimiliki oleh PT.
Siantar TOP Tbk, PT. Langgeng Makmur Industri Tbk, PT. Betonjaya Manunggal
Tbk dan PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. Tinggi atau rendahnya ukuran
dewan komisaris, perusahaan tetap melakukan manajemen laba.

23

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sehingga hipotesis
proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba ditolak. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Sefiana (2009).
Boediono (2005), menyatakan bahwa keberadaan dewan komisaris independen
kurang efektif dalam mengurangi manajemen laba antara lain karena penambahan
anggota komisaris independen dimungkinkan hanya untuk memenuhi ketentuan
formal, sementara pe-megang saham mayoritas masih memegang peranan penting
sehingga kinerja dewan tidak meningkat bahkan menurun. Jumlah tertinggi
proporsi dewan komisaris independen dimiliki oleh PT. Barito Pacific Timber
Tbk sebesar 60% dan jumlah terendah dimiliki oleh PT. Unitex Tbk, PT. Tira
Austenite Tbk, PT. Eterindo Wahanatama Tbk dan PT. Nipress Tbk sebesar 25%.
Sehingga tinggi atau rendahnya proporsi dewan komisaris independen,
perusahaan tetap melakukan manajemen laba.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa komite audit tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan demikian hipotesis komite audit
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba ditolak. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Ningsaptiti (2010). Hal ini dapat dijelaskan bahwa
pengangkatan dewan komisaris independen dan komite audit oleh perusahaan
mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan
untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan
(Siregar dan Utama, 2005). Jumlah komite audit tertinggi dalam penelitian ini
terdapat pada PT. Indo Acidatama Tbk, PT. Astra International Tbk, PT. Mandom

24

Indonesia Tbk, PT. Pelat Timah Nusantara Tbk dan PT. Multistrada Arah Sarana
Tbk sebesar 4 orang, dan jumlah terendah dimiliki oleh PT. Berlina Tbk, PT.
Voksel Electric Tbk dan PT. Sat Nusapersada Tbk sebesar 2 orang. Dapat dilihat
bahwa tinggi atau rendahnya komite audit dalam perusahaan, tetap melakukan
manajemen laba.

25

Penutup

Kesimpulan:

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah corporate governance
dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan
komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit berpengaruh
terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan regresi berganda, penelitian
ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham
manajerial, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan
komite audit secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Secara parsial, penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham institusional
tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan saham
manajerial memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba, sedangkan
ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen serta komite audit
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Implikasi

1. Bagi Perusahaan
Manajemen perusahaan perlu memberikan perhatian khusus terhadap
fenomena manajemen laba dalam kaitannya dengan pelaksanaan good
corporate

governance.

Mekanisme

yang

optimal

dalam

pengelolaan

perusahaan akan menciptakan suatu kondisi perusahaan yang baik atau good

26

corporate governance, dan pada akhirnya akan tercapai efisiensi. Perusahaan
sebaiknya lebih melibatkan kepemilikan manajerial, agar manajer bertindak
sesuai dengan keinginan pemegang saham sehingga mengurangi biaya
keagenan dan meminimalkan terjadinya manajemen laba.
2. Bagi Investor
Manajemen laba adalah tindakan yang tidak dapat dihindarkan karena laporan
keuangan, khususnya penyusunan laba disusun berdasarkan standar akuntansi
keuangan. Para investor sebaiknya berhati-hati dalam pengambilan keputusan
bisnis,

tidak

hanya

terfokus

pada

informasi

laba,

tetapi

juga

mempertimbangkan informasi non keuangan, seperti keberadaan mekanisme
internal perusahaan. Misalnya, dengan memilih perusahaan yang memiliki
kepemilikan manajerial yang cukup besar karena fleksibilitas manajemen untuk
melakukan manajemen laba akan berkurang.

Keterbatasan dan saran:

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kekurangan.
Adapun keterbatasan dan kekurangannya adalah:

1.

Terdapat

banyak

governance.

Bagi

perusahaan

yang

belum

menerapkan

corporate

perusahaan

yang

belum

menerapkan

corporate

governance diharapkan dapat menerapkan corporate governance di dalam
perusahaannya dan bagi perusahaan yang sudah menerapkan corporate
governance diharapkan penerapan corporate governance tersebut sesuai
dengan tujuan dikeluarkannya corporate governance yaitu agar terciptanya

27

perusahaan yang sehat dan bersih, bukan hanya untuk melaksanakan
regulasi.

2.

Variabel independen dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan
pengaruhnya terhadap manajemen laba sebesar 2,4%. Penelitian selanjutnya
diharapkan dapat menambah mekanisme corporate governance lainnya
seperti frekuensi pertemuan komite audit yang mungkin dapat menambah
kemampuan

menjelaskan

variabel

manajemen laba.

28

corporate

governance

terhadap

DAFTAR PUSTAKA

Aji. Bimo Bayu. 2012. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen
Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”.
Skripsi S1. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Boediono. SB. Gideon. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan
Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi VIII
Solo.

Cornett, Marcia Millon, Alan J. Marcus, Anthony Saunders, and Hassan
Tehranian. 2006. “Earnings Management, Corporate Governance
and

True

Financial

Performance”.

Working Paper

Series,

www.ssrn.com. 18 Februari 2013.

Hutagalung. M. 2012. “Pengaruh Corporate Governance dan Market Competition
Terhadap Produktivitas Perusahaan”. Skripsi S1. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.

Ghozali. Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”.
Journal of Financial Economics Vol. 3, No. 4, pp. 305-360.

Khomsiyah, Darmawati, dan Rahayu. G. Rika. 2004. “Hubungan Corporate
Governance

dan

Kinerja

Akuntansi VII Denpasar.

29

Perusahaan”.

Simposium

Nasional

Mahiswari. R. dan Nugroho P I. 2012. “Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance,

Ukuran

Perusahaan,

dan

Leverage

Terhadap

Manajemen Laba dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan”. Seminar Nasional Akuntansi dan Bisnis. Bandung. Hal.
154-163.

Midiastuty. P.P. and M. Machfoedz. 2003. “Analisis Hubungan Mekanisme
Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”. Makalah
Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya.

Nasution. M dan Setyawan. D. 2007. “Pengaruh Corporate Governance terhadap
Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia”. Simposium
Nasional Akuntansi X Makasar.

Ningsaptiti. R. 2010. “Analisis Pengaruh Ukuran Peusahaan Dan Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”. Skripsi S1.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Purbany. Y. V dan Setiawan I. A. 2012. “Pengaruh Penerapan Mekanisme Good
Corporate Governance Terhadap Praktik Manajemen Laba (Studi
Pada Badan Usaha Milik Negara Berbentuk Persero dan Persero
Terbuka Periode 2009-2010)”. Seminar Nasional Akuntansi dan
Bisnis. Bandung. Hal. 50-59.

Rahmawati. A. dan Triatmoko. H. 2007. “Analisis Faktor–Faktor yang
Mempengaruhi Kulaitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium
Nasional Akuntansi X Makassar.

Scott. William R. 2000. Financial Accounting Theory. USA: Prentice-Hall.

30

Sefiana. Eka. 2009. “”Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Telah Go
Public”. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

Siallagan. H dan Machfoedz. M. 2006. “Mekanisme Corporate Governance,
Kualitas laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi
IX Padang.

Siregar. S. Veronica dan Utama Siddharta. 2005. “Pengaruh Struktur
Kepemilikan,

Ukuran

Perusahaan,

dan

Praktek

Corporate

Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”,
Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.

Sulistyanto. Sri. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Jakarta:
Gramedia Widiasarana.

Suryani. Indra D. 2010. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”. Skripsi S1. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.

Ujiyantho. M. Arief dan Pramuka. B. Agus. 2007. “Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan”. Simposium
Nasional Akuntansi X Makasar.

31

LAMPIRAN

Lampiran 1
NAMA PERUSAHAAN SAMPEL
No.

Kode Perusahaan

Nama Perusahaan

1 PSDN

PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk

2 SKLT

PT. Sekar Laut Tbk

3 STTP

PT. Siantar TOP Tbk

4 TBLA

PT. Tunas Baru Lampung Tbk

5 ULTJ

PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk

6 ARGO

PT. Argo Pantes Tbk

7 SSTM

PT. Sunson Textile Manufacturer Tbk

8 UNTX

PT. Unitex Tbk

9 SRSN

PT. Indo Acidatama Tbk

10 BRPT

PT. Barito Pacific Timber Tbk

11 AKRA

PT. AKR Corporindo Tbk

12 TPIA

PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk

13 ETWA

PT. Eterindo Wahanatama Tbk

14 LTLS

PT. Lautan Luas Tbk

15 UNIC

PT. Unggul Indah Cahaya Tbk

16 BRNA

PT. Berlina Tbk

17 LMPI

PT. Langgeng Makmur Industri Tbk

18 TRST

PT. Trias Sentosa Tbk

19 ALMI

PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk

20 BTON

PT. Betonjaya Manunggal Tbk

21 CTBN

PT. Citra Tubindo Tbk

22 JKSW

PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk

23 JPRS

PT. Jaya Pari Steel Tbk

32

24 KRAS

PT. Krakatau Steel Tbk

25 LMSH

PT. Lion Mesh Prima Tbk

26 LION

PT. Lion Metal Works Tbk

27 PICO

PT. Pelangi Indah Canindo Tbk

28 NIKL

PT. Pelat Timah Nusantara Tbk

29 TBMS

PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk

30 TIRA

PT. Tira Austenite Tbk

31 KICI

PT. Kedaung Indah Can Tbk

32 KBLM

PT. Kabelindo Murni Tbk

33 VOKS

PT. Voksel Electric Tbk

34 MTDL

PT. Metrodata Electronics Tbk

35 MLPL

PT. Multipolar Tbk

36 PTSN

PT. Sat Nusapersada Tbk

37 ASII

PT. Astra International Tbk

38 GJTL

PT. Gajah Tunggal Tbk

39 BRAM

PT. Indo Kordsa Tbk

40 INDS

PT. Indospring Tbk

41 INTA

PT. Intraco Penta Tbk

42 MASA

PT. Multistrada Arah Sarana Tbk

43 NIPS

PT. Nipress Tbk

44 PRAS

PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk

45 SMSM

PT. Selamat Sempurna Tbk

46 KONI

PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk

47 PYFA

PT. Pyridam Farma Tbk

48 TCID

PT. Mandom Indonesia Tbk

33

Lampiran 2
STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

KI

142

.1232

.9643

.655912

.1877838

KM

142

.0000

.7000

.060842

.1177657

UDK

142

2

12

4.20

1.895

DKI

142

.2500

.6000

.381050

.0762617

KA

142

2

4

3.05

.300

ML

142

-.934378

.647406

-.09436764

.277446380

Valid N (listwise)

142

34

Lampiran 3

UJI ASUMSI KLASIK

1. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N

142

Normal Parameters

Mean

a,b

0E-7

Std. Deviation

Most Extreme Differences

.26912631

Absolute

.073

Positive

.045

Negative

-.073

Kolmogorov-Smirnov Z

.874

Asymp. Sig. (2-tailed)

.429

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Sumber: data sekunder yang diolah (2014)

Hasil

pengujian

dengan

uji

Kolmogorov-Smirnov

memiliki

signifikansi di atas 0,05 (α = 5%) sehingga dapat disimpulkan data
berdistribusi normal.

35

2. Uji Multikolinieritas

a

Coefficients
Model

Collinearity Statistics
Tolerance

1

a.

VIF

KI

.760

1.315

KM

.725

1.379

UDK

.811

1.233

DKI

.991

1.009

KA

.788

1.269

Dependent Variable: ML

Nilai Variance Inflation Factor untuk masing-masing variabel
independen memiliki nilai kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari
0,10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar
variabel independen.

3. Uji Heteroskedastisitas (Uji Geljser)

a

Coefficients
Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

t

Sig.

Coefficients
B

Std. Error

(Constant)

.314

.193

KI

.037

.091

KM

-.038

UDK

Beta
1.622

.107

.040

.406

.686

.149

-.026

-.257

.797

.004

.009

.042

.441

.660

DKI

.089

.197

.039

.451

.653

KA

-.060

.056

-.102

-1.064

.289

1

a. Dependent Variable: abs_res

36

Nilai signifikansi pada masing-masing variabel independen memiliki
nilai lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan semua variabel bebas dari
heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

b

Model Summary
Model

R

R Square

a

1

.243

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.059

.024

.274028831

Durbin-Watson

1.983

a. Predictors: (Constant), KA, DKI, KI, UDK, KM
b. Dependent Variable: ML

Dengan menggunakan tabel Durbin-Watson (N = 142, K = 6 termasuk
variabel dependen), diketahui bahwa nilai dL dan dU yaitu:

dL = 1.65362

dU= 1.79918

Kriteria dari pengujian autokorelasi yaitu jika dU < d < 4 – dU maka
tidak terdapat autokorelasi. Dari hasil pengujian statistik diperoleh nilai
Durbin-Watson (d) sebesar 1,983. Sehingga dapat disimpulkan data bebas dari
autokorelasi.

37

Lampiran 4
HASIL REGRESI BERGANDA

b

Model Summary
Model

R

R Square

a

1

.243

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.059

.024

.274028831

a. Predictors: (Constant), KA, DKI, KI, UDK, KM
b. Dependent Variable: ML

a

ANOVA
Model

Sum of Squares
Regression

1

df

Mean Square

.641

5

.128

Residual

10.212

136

.075

Total

10.854

141

F

Sig.
b

1.708

.137

t

Sig.

a. Dependent Variable: ML
b. Predictors: (Constant), KA, DKI, KI, UDK, KM

Coefficients
Model

Unstandardized Coefficients

a

Standardized
Coefficients

B

Std. Error

(Constant)

-.316

.298

KI

-.115

.141

KM

-.458

UDK

Beta
-1.058

.292

-.078

-.816

.416

.230

-.195

-1.992

.048

-.013

.014

-.086

-.927

.356

DKI

.470

.304

.129

1.546

.124

KA

.065

.087

.070

.749

.455

1

a. Dependent Variable: ML

38

RIWAYAT HIDUP

1.

Nama

: Didha Putri Citradika

2.

Tempat dan tanggal lahir

: Salatiga, 29 Agustus 1992

3.

Jenis kelamin

: Perempuan

4.

Alamat

: Jl. Gunung Payung II/21 RT 07 / RW 03
Kelurahan Blotongan,
Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga

5.

No telp.

: (0298) 316159 / 085640005529

6.

Agama

: Katolik

7.

Golongan darah

: -

8.

Status

: Belum Menikah

9.

Pekerjaan

: -

10. Kewarganegaraan

: Indonesia

11. Email

: [email protected]

12. Pendidikan
 1998-2004

: SD Kristen Satya Wacana Salatiga

 2004-2007

: SMP Negeri 2 Salatiga

 2007-2010

: SMA Negeri 1 Salatiga

 2010- Sekarang

: Fakultas Ekonomika dan Bisnis (Program
Studi Akuntansi)
Universitas Kristen Satya Wacana

13. IPK

: 3.78

14. Pengalaman Berorganiasi

:

 Bendahara Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Periode
2012-2013
15. Pengalaman Kepanitiaan

:

 Sie. Sekret Gebyar Teater TiLaR (GTT) 2011
 Sie. Sekret Makrab FEB (E-GOAL) 2011
 Koor. Sekret ACTION 2012

39

 Sie. Wali Makrab FEB (LEGEND) 2012
 Bendahara Makrab FEB (FUSION) 2013
16. Pengalaman Asisten Dosen

:

 Asisten Dosen Pengantar Statistika
 Asisten Dosen Statistika
 Asisten Dosen Penganggaran

40