T1 802007073 Full text

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP METODE
PENGAJARAN GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA SMP KALAM KUDUS SURAKARTA
Oleh :

Cynthia Novita Sari
802007073

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Progam Studi Psikologi, Fakultas Psikologi guna memenuhi
sebagian persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Cynthia Novita Sari
NIM
: 802007073
Program Studi : Psikologi
Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya
: Skripsi/Tesis/disertasi (hapus yang tidak perlu)
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW
Hak bebas royality non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas karya ilmiah saya
berjudul:

HUBUNGAN
ANTARA
PERSEPSI
TERHADAP
METODE

PENGAJARAN GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA SMP KALAM KUDUS SURAKARTA
Beserta perangkat yang ada,
Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih
media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Salatiga
Pada tanggal : 11 November 2014
Yang menyatakan,

Cynthia Novita Sari

Mengetahui,
Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Sutriyono, M.Sc


Enjang Wahyuningrum, Psi., Msi
ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR

Yang bertandatangan dibawah ini,
Nama

: Cynthia Novita Sari

NIM

: 802007073

Program Studi

: Psikologi

Fakultas


: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:
HUBUNGAN
ANTARA
PERSEPSI
TERHADAP
METODE
PENGAJARAN GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA SMP KALAM KUDUS SURAKARTA
Yang dibimbing oleh:
1. Prof. Dr. Sutriyono, M.Sc
2. Enjang Wahyuningrum, Psi., Msi
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan
atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam
bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya aku seolah-olah
sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sember
aslinya.

Salatiga, 11 November 2014
Yang memberi pernyataan,

Cynthia Novita Sari

iii

LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP METODE
PENGAJARAN GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA SMP KALAM KUDUS SURAKARTA
Oleh :
Cynthia Novita Sari
802007073

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program studi: Psikologi, Fakultas: Psikologi guna memenuhi
sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi
Disetujui oleh,

Pembimbing Utama,

Pembimbing Pendamping,

Prof. Dr. Sutriyono, M.Sc

Enjang Wahyuningrum, Psi., Msi

Diketahui oleh,

Disahkan oleh,

Kaprogdi

Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Prof. Ferdy S. Rondonuwu, Ph. D.


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
iv

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP METODE
PENGAJARAN GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA SMP KALAM KUDUS SURAKARTA

Cynthia Novita Sari
Sutriyono
Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
SALATIGA
2014

v

ABSTRAK
Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan
dalam segala komponen pendidikan. Komponen yang mempengaruhi pelaksanaan
pendidikan meliputi kurikulum, sarana prasarana, guru, siswa dan model
pengajaran yang tepat. Semua komponen tersebut saling terkait dalam mendukung
tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan (Djamarah, 2002). Salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika yaitu persepsi
terhadap metode pengajaran guru. Persepsi siswa merupakan proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia (Slameto,
2010). Poerwodarminta (2002) mengatakan prestasi adalah penguasaan atas
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan
dengan nilai test berupa angka yang diberikan oleh guru. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap metode pengajaran guru
dengan prestasi belajar matematika. Teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling, jumlah sampel sebanyak 50 siswa. Pengukuran persepsi
menggunakan kuesioner yang diisi oleh siswa. Untuk melihat prestasi belajar
matematika menggunakan nilai ulangan matematika yang diambil pada tengah
semester genap pada bulan Agustus 2014. Analisis data dilakukan dengan analisis

uji korelasi product moment. Hasil penelitian rxy = 0,187 dan nilai signifikan (p) =
0,193 (p > 0,05), artinya bahwa tidak ada hubungan positif antara persepsi
terhadap metode pengajaran guru dengan prestasi belajar matematika.

Kata kunci: Persepsi terhadap metode pengajaran guru, prestasi belajar
matematika.

vi

ABSTRACT

Educational success is affected by the change and renewal in all educational
component. Components that affect the implementation of education covering
curriculum, facilities, teachers, students and appropriate teaching model. All
components are interrelated in support of the achievement of educational desired
goals (Djamarah, 2002). One of the factors that influence toward the mathematics
achievement that is the perception teachers' teaching methods. Students
Perception is a process that involves entry of a message or information to the
human brain (Slameto, 2010). Poerwodarminta (2002) said that achievement is the
mastery of the skills developed by the subjects usually show a numerical test

scores given by the teacher. The purpose of this study was to determine the
relationship between perceptions toward teaching methods of teachers with
mathematics achievement. The sampling technique using purposive sampling, the
total sample of 50 students. Measuring the perceptions using questionnaires
completed by the students. To see mathematics achievement using math test
scores taken in the middle of the second semester in August 2014. Data analysis
was performed by analysis of product moment correlation test. The results of the
study rxy = 0.187 and significant values (p) = 0.193 (p> 0.05), meaning that there
is no positive relationship between perceptions toward teaching methods of
teachers with mathematics achievement.

Keywords: Perceptions toward teachers' teaching methods, mathematics
achievement.

vii

1

PENDAHULUAN
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI No. 20, Tahun 2003). Berdasarkan
fungsi pendidikan nasional di atas, maka peran guru menjadi fungsi
keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah selain
bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana
kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di atas.
Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan
dalam segala komponen pendidikan. Adapun komponen yang mempengaruhi
pelaksanaan pendidikan meliputi kurikulum, sarana prasarana, guru, siswa dan
model pengajaran yang tepat. Semua komponen tersebut saling terkait dalam
mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan (Djamarah, 2002).
Hasil belajar yang meningkat merupakan salah satu indikator pencapaian
tujuan pendidikan yang mana hal itu tidak terlepas dari motivasi siswa maupun
kreativitas guru dalam menyajikan suatu materi pelajaran melalui berbagai
model untuk dapat mencapai tujuan pengajaran secara maksimal.
Matematika merupakan salah satu pelajaran wajib yang diajarkan hampir
pada seluruh jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah hingga pada jenjang pendidikan tinggi. Penerapan
matematika tidak terbatas hanya pada berhitung namun meliputi seluruh aspek
ilmu pengetahuan yang dikenal manusia hingga pada saat ini (Karnasih, 1997).
Dalam implikasi aspek dan penerapan yang begitu luas dalam penerapannya

2

matematika memiliki dan mengandung ribuan rumusan dan persamaan.
Banyaknya rumusan dan persamaan tersebut menjadikan matematika salah satu
bidang keilmuan yang ditakuti oleh siswa pada seluruh jenjang pendidikan.
Timbulnya rasa takut akan pelajaran matematika tersebut dipengaruhi oleh
persepsi siswa dalam menghadapi pelajaran itu sendiri dan hal tersebut akan
mempengarui prestasi belajar siswa yang bersangkutan.
Pemilihan metode mengajar yang tepat tentu akan sangat membantu
kegiatan pemebelajaran sedangkan penggunaan metode mengajar yang kurang
tepat pada suatu mata pelajaran akan membuat siswa jenuh dan bosan, tidak
terkecuali pada mata pelajaran matematika. Setiap siswa memiliki persepsi
yang berbeda-beda terhadap metode mengajar yang digunakan oleh guru.
Semua perbuatan dan tingkah laku guru dapat menimbulkan persepsi yang
berbeda-beda. Siswa yang memiliki persepsi baik terhadap metode mengajar
guru ditandai dengan kecenderungan siswa mudah menerima materi pelajaran
karena

beranggapan

bahwa

metode

yang

digunakan

menarik

dan

menyenangkan. Akan tetapi siswa yang memiliki persepsi buruk cenderung
merasa bosan dan tidak menyukai pelajaran karena pembelajaran jadi kurang
menarik dan monoton. Hal ini dapat mengakibatkan siswa mengalami kesulitan
untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mariyana (2009), menunjukkan
ada hubungan positif ada signifikan antara persepsi siswa terhadap pengajaran
guru dengan prestasi belajar siswa. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan
oleh Pranowo & Sari (2012) di kemukakan bahwa persepsi siswa terhadap

3

metode pengajaran guru secara kuantitatif memberikan pengaruh yang
signifikan dan positif terhadap prestasi belajar siswa.
Adapun penelitian lain yang terkait dengan penelitian adalah penelitian
yang dilakukan oleh Adiningsih (2013) menunjukkan korelasi positif antara
persepsi siswa terhadap metode pengajaran guru Akuntansi dengan prestasi
belajar Akuntansi di Yogyakarta. Hal tersebut dibuktikan dengan koefisien
korelasi sebesar 0,409 yang artinya terdapat hubungan yang positif antara
persepsi siswa terhadap metode pengajaran guru dengan prestasi belajar siswa
tersebut. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian tersebut adalah
penelitian yang dilakukan Winantiti (2011), dengan hasil menunjukkan nilai
korelasi sebesar 0,169 dengan tingkat singnifikan sebesar 1%.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan di atas maka dapat
dirumuskan sebuah permasalahan sebagai berikut: “Adakah hubungan
signifikan antara persepsi terhadap metode pengajaran guru dengan prestasi
belajar matematika”.

4

TINJAUAN PUSTAKA
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Arifin (1990) mengatakan bahwa prestasi adalah kemampuan,
keterampilan dan persepsi seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.
Sukardi (1983) mengatakan

bahwa prestasi adalah suatu hasil yang

maksimal

dalam

yang

diperoleh

usaha

mengaktualisasikan

dan

mempotensikan diri lewat belajar. Arifin (1990) menambahkan bahwa
prestasi belajar adalah suatu masalah yang bersifat parenial dalam sejarah
kehidupan manusia karena sepanjang rentan kehidupannya manusia selalu
mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Gunarso
(1990) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimal yang
dicapai

seseorang

setelah

melakukan

usaha

belajar.

Kemudian

Poerwodarminta (2002) mengatakan prestasi adalah penguasaan atas
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya
ditunjukkan dengan nilai test berupa angka yang diberikan oleh guru.
Sedangkan Azwar (1996) mengatakan prestasi belajar bertujuan untuk
mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar
matematika.
Dari pengertian-pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa prestasi belajar matematika merupakan suatu hasil belajar mata
pelajaran matematika yang selalu dikejar oleh setiap siswa di sekolah atau
merupakan hasil dari usaha belajar dan digunakan untuk mengukur

5

kemampuan siswa. Yang dapat dilihat dari nilai hasil ujian atau test yang
diberikan oleh guru.
b. Komponen Prestasi Belajar
Tinggi rendahnya prestasi belajar matematika siswa perlu diketahui,
baik oleh individu yang belajar maupun orang lain yang bersangkutan guna
melihat kemajuan yang telah diperoleh setelah selesai mempelajari suatu
program pengajaran atau materi matematika. Cara yang digunakan untuk
mengukur prestasi belajar matematika yaitu dengan mengadakan evaluasi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Evaluasi menurut Syah (2007)
yaitu “pengungkapan dan pengukuran hasil belajar, yang pada dasarnya
merupakan penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif”. Arikunto (2006) mengungkapkan bahwa setelah berakhirnya
proses belajar, guru mengadakan evaluasi yang dimaksudkan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Evaluasi (pengukuran
dan penilaian) ini dimaksudkan dalam tes hasil belajar yang bertujuan
untuk:
a. Meramalkan keberhasilan siswa dengan sesuatu keberhasilan (berfungsi
selektif)
b. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan yang dialami sisa (berfungsi diagnosis)
c. Menentukan secara pasti dikelompok mana seseorang siswa harus
ditempatkan (berfungsi sebagai penempatan)
d. Berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.

6

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan evaluasi yang dilaksanakan
bertujuan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses pembelajaran
yang telah dilakukan dengan melihat dari prestasi belajar siswa, sehingga
dapat diketahui sejauh mana siswa telah menerima materi yang diajarkan
oleh guru. Prestasi belajar matematika dapat diukur dalam bentuk tes atau
ujian baik secara lisan maupun tertulis.
c. Fungsi Prestasi Belajar
Arifin (1990) menyebutkan kegunaan prestasi banyak ragamnya,
antara lain adalah sebagai berikut:
1) Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar.
2) Untuk keperluan diagnostik.
3) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan.
4) Untuk keperluan seleksi.
5) Untuk keperluan penempatan atau penjurusan.
6) Untuk menentukan isi kurikulum.
7) Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah.
Selain itu prestasi belajar juga mempunyai fungsi seperti yang
diungkapkan oleh Arifin (1990) yaitu:
1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai anak didik.
2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu (couriosity) dan
merupakan kebutuhan umum pada manusia termasuk kebutuhan
anak didik dalam suatu program pendidikan.

7

3) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, yang asumsinya
prestasi belajar dijadikan pendorong dan umpan balik (feed back)
dalam meningkatkan mutu pndidikan.
4) Sebagai indikator intern dan extern dari suatu institusi pendidikan.
Indikator intern dijadikan sebagai indikator tingkat produktivitas
suatu institusi pendidikan dan indikator extern dijadikan sebagai
tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat.
5) Dapat dijadikan indikator dengan daya serap (kecerdasan) anak
didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik diharapkan dapat
menyerap materi pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum.
d. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar
Suryabrata (1983) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar menjadi dua yaitu: faktor dari dalam (intern), dan faktor dari
luar (ekstern).
1) Faktor dari dalam
a) Faktor fisiologis / jasmaniah
Keadaan jasmani yang penting seperti: pendengaran, penglihatan,
kondisi fisik dan kematangan fisik.
b) Faktor psikologis
Faktor ini sangat berhubungan dengan hasil belajar yang dicapai
siswa, baik yang bersifat pembawaan maupun yang berasal dari
pergaulan seperti persepsi terhadap metode pengajaran guru
matematika, kemampuan belajar, tingkat intelegensi, bakat, unsur

8

kepribadian tertentu, seperti : sikap, kebiasaan, motivasi, emosi, rasa
aman, penyesuaian diri, perhatian, dan kematangan jiwa.
2) Faktor dari luar
Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

prestasi

belajar

siswa

digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
a)

Lingkungan
1) Lingkungan alami, seperti: keadaan suhu, kelembaban udara,
cuaca, dan lain sebagainya.
2) Lingkungan sosial, seperti: suasana ramai, kehadiran orang lain,
dan lain sebagainya.

b) Instrumen
Untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, faktor
instrumen merupakan penunjang terwujudnya tujuan belajar.
Semakin lengkap baik sarana belajar yang tersedia, maka
kemungkinan tercapainya tujuan belajar semakin besar.
Instrumen dapat dibedakan menjadi dua kelompok:
1) Sofware atau instrumen perangkat lunak, yaitu: kurikulum, guru,
program, buku pedoman belajar, dan lain-lain.
2) Hardware atau instrumen perangkat keras, yaitu: gedung sekolah,
mesin praktik, perlengkapan belajar, dan lain-lain.
2. Persepsi Terhadap Metode Pengajaran Guru Matematika
a. Definisi Persepsi Terhadap Metode Pengajaran Guru Matematika
1) Persepsi Siswa

9

Persepsi siswa adalah proses yang menyangkut masuknya pesan
atau informasi ke dalam otak manusia (Slameto, 2010). Melalui persepsi
manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungan lewat
inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan
pencium. Menurut Sugihartono (2007) Persepsi adalah kemampuan otak
dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan atau
menginterprestasikan stimulus yang masuk kedalam alat indera.
Pengertian persepsi lebih luas diungkapkan oleh Pareek dan Sobur (2003)
yaitu proses menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan
memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera atau data dalam
proses persepsi.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu
proses di mana seseorang menyimpulkan suatu pesan atau informasi yang
berupa peristiwa atau pengalamannya. Penerimaan pesan ini dilakukan
dengan panca indera yang dimilikinya.
2) Metode Pengajaran Guru
Metode mengajar adalah cara atau jalan yang dilalui bagi seorang
guru dalam proses belajar mengajar dikenal sebagai bentuk dan
macamnya (Namsa, 2003). Mengajar pada hakikatnya adalah usaha yang
direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang
memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal
mungkin (Sudjana, 2006). Menurut Slameto (2010) mengajar adalah
membimbing siswa agar mengalami proses belajar. Kegiatan mengajar

10

sangat erat kaitanya dengan bagaimana guru menjelaskan bahan ajar atau
materi kepada siswa atau peserta didik. Menurut Syah (2007), metode
mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan
kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran
kepada siswa.
Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
mengajar merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru dalam
mentransfer ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik
pada kegiatan pembelajaran.
b. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Memilih Metode Mengajar
Djamarah

(2006)

menyebutkan

faktor-faktor

yang

perlu

dipertimbangakan dalam memilih metode mengajar yaitu:
a) Anak Didik
Anak didik adalah manusia berpotensi yang melaksanakan
pendidikan disekolah dan guru yang berkewajiban untuk mendidik.
Guru harus mampu memilih metode yang tepat supaya dapat
menciptakan lingkungan belajar yang kreatif demi terciptanya tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
b) Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar
mengajar.
c) Situasi

11

Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak
selamanya sama setiap waktu. Hal ini guru harus menyesuaikan
metode mengajar dengan keadaan atau situasi yang ada.
d) Fasilitas
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di
sekolah.Lengkap tidaknya fasilitas tentu dapat mempengaruhi
pemilihan metode mengajar.
e) Guru
Setiap

guru

mempunyai kepribadian,

latar

belakang,

dan

pengalaman mengajar yang berbeda-beda, hal ini juga dapat
berpengaruh dalam pemilihan metode mengajar.
Dari berbagai faktor di atas guru yang baik harus lebih
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a) Tujuan pembelajaran
b) Faktor siswa
c) Faktor Guru
d) Faktor Alokasi Waktu dan Fasilitas Penunjang
c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi Tentang Metode Mengajar
Guru
Siagian (2004) menyatakan secara umum ada tiga faktor yang
mempengaruhi persepsi sesorang yaitu:
a) Diri orang yang bersangkutan itu sendiri

12

Apabila seseorang berusaha memberikan interprestasi tentang
apa yang dilihatnya, ia dipengaruhi oleh individualnya seperti motif,
kepentingan, minat, pengalaman, dan harapan.

b) Sasaran persepsi tersebut
Sasaran persepsi tersebut dapat berupa orang, benda atau
peristiwa dan sifat-sifat sasaran tersebut biasanya mempengaruhi
persepsi orang yang melihatnya.
c) Persepsi harus dilihat secara konseptual
Persepsi dalam situasi dimana suatu rangkaian timbul perlu
mendapatkan perhatian, situasi ini merupakan faktor yang turut
berperan dalam upaya menumbuhkan persepsi seseorang.
Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa
yang mempunyai persepsi baik terhadap cara mengajar guru dalam
aktivitas belajarnya di dalam kelas akan selalu aktif bertanya,
mengeluarkan pendapat, semangat dalam mengikuti pembelajaran.
Sedangkan apabila siswa mempunyai persepsi kurang baik tentang
metode mengajar guru, siswa cenderung tidak aktif dan kurang
semangat dalam mengikuti pembelajaran.
Dari definisi metode mengajar dan persepsi siswa tentang
metode mengajar guru di atas maka indikator untuk persepsi siswa
tentang metode mengajar guru adalah anak didik, tujuan, situasi,
fasilitas dan guru (Adiningsih, 2013).

13

3. Hubungan Persepsi Terhadap Metode Pengajaran Guru Matematika dengan
Prestasi Belajar Matematika
Setiap perbuatan, termasuk perbuatan belajar didorong oleh sesuatu
atau beberapa motif. Motif atau biasa juga disebuat dorongan atau persepsi
merupakan suatu pikiran yang berada pada diri individu atau siswa yang
mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Tenaga pendorong
pada seseorang mungkin cukup besar sehingga tanpa motivasi dari luar dia
sudah bisa berbuat. Orang atau siswa tersebut memiliki motivasi internal.
Pada orang lain atau siswa tenaga pendorong ini kecil sekali, sehingga ia
membutuhkan motivasi dari luar, yaitu dari guru, orang tua, teman, bukubuku dan sebagainya. Orang atau siswa seperti itu memerlukan persepsi
eksternal (Syaodih & Ibrahim, 2003).
Kontribusi persepsi, selain internal dan eksternal juga dikenal dengan
motif intrinsik dan ekstrinsik. Motif instrinsik adalah tenaga pendorong
yang berkaitan dengan perbuatan yang dilakukan. Contoh, seorang siswa
rajin belajar Bahasa Inggris karena ia ingin bisa berbicara Bahasa Inggris.
Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang berada diluar perbuatan atau
tidak ada hubungan langsung dengan perbuatan yang dilakukannya, tetapi
menjadi penyertanya. Contoh seorang siswa rajin belajar karena ingin naik
kelas dan dapat ijazah. Naik kelas dan dapat ijazah adalah penyerta dari
keberhasilan belajar. Motif intrinsik dapat bersifat internal, muncul dari
dalam diri siswa atau eksternal datang dari luar, demikian juga motif

14

ekstrinsik dapat bersifat internal atau eksternal, walaupun lebih banyak
bersifat eksternal (Syaodih & Ibrahim, 2003).
Persepsi memiliki peranan yang cukup besar dalam mengupayakan
belajar. Tanpa persepsi hampir tidak mungkin siswa melakukan kegiatan
belajar. Syaodih dan Ibrahim (2003) menyatakan bahwa ada beberapa upaya
yang dapat dilakukan oleh guru untuk membangkitkan persepsi belajar para
siswa, antara lain dengan; menggunakan cara atau metode dan media
mengajar yang bervariasi, dengan menggunakan metode atau media yang
bervariasi kebosanan dapat dikurangi atau diminimalisir. Selanjutnya
memilih bahan yang menarik persepsi dan dibutuhkan siswa. Sesuatu yang
dibutuhkan akan menarik perhatian, dengan demikian akan membangkitkan
persepsi untuk mempelajarinya.
Memberikan sasaran akhir pada proses belajar adalah lulus ujian atau
naik kelas. Sasaran akhir baru dicapai pada akhir tahun. Untuk
membangkitkan motif belajar maka diadakan sasaran akhir seperti ujian
semester, tengah semester, ulangan harian, kuis dan sebagainya. Lebih
lanjut, memberikan kesempatan untuk sukses kepada peserta didik. Bahan
atau soal-soal yang sulit hanya bisa diterima atau dipecahkan oleh siswa
pandai, siswa kurang pandai sukar menguasai atau memecahkannya. Agar
siswa yang kurang pandai juga bisa menguasai/memecahkan soal, maka
berikan bahan/soal sesuai dengan kemampuannya. Keberhasilan yang
dicapai siswa dapat menimbulkan kepuasan dan kemudian membangkitkan
persepsi belajar.

15

Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, hangat, berisi rasa
persahabatan, rasa humor, pengakuan akan keberadaan siswa, dan terhindar
dari celaan atau makian dapat membangkitkan semangat belajar siswa.
Terakhir, mengadakan persaingan sehat. Persaingan atau kompetensi yang
sehat dapat membangkitkan motivasi belajar. Siswa dapat bersaing dengan
hasil belajarnya sendiri atau hasil yang telah dicapai oleh orang lain. Dalam
persaingan ini dapat diberikan pujian, ganjaran ataupun hadiah.

HIPOTESIS
H0 : Tidak ada hubungan antara persepsi terhadap metode pengajaran guru
dengan prestasi belajar matematika.
H1 : Ada hubungan antara persepsi terhadap metode pengajaran guru dengan
prestasi belajar matematika.

16

METODE PENELITIAN
Pada Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas persepsi
terhadap metode pengajaran guru

dan variabel terikat

prestasi belajar

matematika. Pengukuran persepsi terhadap metode pengajaran guru
menggunakan kuesioner yang diisi oleh siswa. Untuk melihat prestasi
belajar matematika, peneliti menggunakan yang nilai ulangan matematika
diambil pada tengah semester genap yang dilaksanakan pada bulan Agustus
2014. Populasi subjek penelitian ini adalah pelajar kelas 8D dan 8F yang
berada di SMP Kalam Kudus Surakarta. Subjek penelitian adalah pelajar di
SMP Kalam Kudus Surakarta berjumlah 50 siswa. Pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan
adalah korelasi Product Moment.

17

HASIL PENELITIAN
1. Uji Coba Alat Penelitian
Uji coba alat ukur bertujuan untuk mengetahui apakah ada pertanyaanpertanyaan pada skala yang harus dibuang atau diganti karena dianggap
tidak relevan. Uji validitas item pada skala Persepsi terhadap metode
pengajaran guru menggunakan program SPSS versi 19.00. Hasil uji validitas
skala Persepsi terhadap metode pengajaran guru terdapat empat kali putaran
sehingga diperoleh 19 item yang valid dengan reliabilitasnya sebesar 0,855.
2. Deskripsi Data Penelitian
Nilai minimum pada variabel persepsi terhadap metode pembelajaran
adalah 48,00 dan nilai maksimum sebesar 74,00 dengan rata-rata 62,14 dan
standard deviasi 6,21. Pada variabel prestasi belajar matematika

nilai

minimumnya sebesar 65,00 dan nilai maksimum 100,00 dengan rata-rata
sebesar 76,20 dan standar deviasi 11,09.
Tabel 1.
Kategorisasi Skor Skala Persepsi terhadap metode pengajaran Pelajar
terhadap metode pengajaran dan Prestasi Belajar Matematika
Persepsi terhadap metode pengajaran Pelajar terhadap metode pengajaran

Kategori
Baik
Cukup
Kurang

Interval Skor
X ≥ 57,0
38,0 ≤ X < 57,0
X < 38,0
Total
Prestasi belajar matematika
Kategori
Interval Skor
Baik
X ≥ 57,0
Cukup
38,0 ≤ X < 57,0
Kurang
X < 38,0
Total

Frekuensi
40
10
0
50

Persen
80,0%
20,0%
0,0
100%

Frekuensi
40
10
0
50

Persen
80,0%
20,0%
0,0
100%

18

Hasil kategorisasi skala persepsi terhadap metode pengajaran
sebanyak 80,0% dalam kategori baik dan sebanyak 20,0% dalam kategori
cukup. Sebagian besar pelajar mempunyai tingkat persepsi terhadap metode
pengajaran yang baik. Hasil kategorisasi skala prestasi belajar matematika
menunjukkan 40,0% termasuk dalam kategori cukup, 38,0% dalam ketegori
kurang dan sebanyak 22,0% dalam kategori baik, mayoritas responden
mempunyai prestasi belajar matematika dengan kategori cukup baik.
3. Uji Normalitas
Pengujian normalitas menggunakan teknik analisis KolmogorovSmirnov dan untuk perhitungannya menggunakan program SPSS 19.00 for
Windows. Sebaran data pada variabel persepsi terhadap metode pengajaran
mempunyai nilai signifikansi (p) = 0,840 (p>0,05), maka dapat dinyatakan
variabel persepsi terhadap metode pengajaran berdistribusi normal. Sebaran
data pada variabel prestasi belajar matematika mempunyai nilai signifikansi
(p)= 0,013 atau nilai Z kolmogorov lebih kecil dari Z tabel (1,960), maka
dapat dinyatakan variabel prestasi belajar matematika berdistribusi normal.

4. Uji Linieritas
Hasil uji linieritas diperoleh nilai F hitung sebesar 0,758 dengan
signifikansi (p)= 0,732; karena nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p>0,05),
maka dapat dinyatakan bahwa hubungan antara persepsi terhadap metode
pengajaran dengan prestasi belajar matematika adalah linier.

19

5. Hasil Analisis Data
Hasil analisis untuk menguji hubungan persepsi terhadap metode
pengajaran dengan prestasi belajar matematika diperoleh rhitung = 0,187
dengan signifikansi atau probabilitas (p) = 0,193. Oleh karena p>0,05, maka
Hipotesis ditolak, artinya tidak ada hubungan antara persepsi terhadap
metode pengajaran guru dengan prestasi belajar matematika. Nilai korelasi r
sebesar 0,193 yang menunjukkan tingkat hubungannya sangat rendah,
karena itu dianggap tidak signifikan hubungannya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi terhadap metode
pengajaran guru dengan prestasi belajar matematika.

20

PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi terhadap
metode pengajaran dengan prestasi belajar matematika. Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis dengan analisis korelasi Product Moment menunjukkan
bahwa persepsi terhadap metode pengajaran berhubungan positif dan tidak
signifikan dengan prestasi belajar matematika. Meskipun memiliki
hubungan yang positif namun persepsi terhadap metode pengajaran tidak
memiliki hubungan yang bermakna dengan prestasi belajar matematika,
artinya persepsi terhadap metode pengajaran tidak berhubungan dengan
prestasi belajar matematika.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Mariyana (2009) yang menunjukkan ada hubungan positif
dan signifikan antara persepsi siswa terhadap pengajaran guru dengan
prestasi belajar siswa. Hal ini terjadi karena perbedaan sampel yang diteliti
maupun kondisi siswa masing-masing yang memiliki latar belakang dan
kondisi yang berbeda-beda.
Matematika merupakan salah satu pelajaran wajib yang diajarkan
hampir pada seluruh jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari pendidikan
dasar, pendidikan menengah hingga pada jenjang pendidikan tinggi.
Penerapan matematika tidak terbatas hanya pada berhitung namun meliputi
seluruh aspek ilmu pengetahuan yang dikenal manusia hingga pada saat ini
(Karnasih, 1997). Dalam implikasi aspek dan penerapan yang begitu luas
dalam penerapannya matematika memiliki dan mengandung ribuan rumusan

21

dan persamaan. Banyaknya rumusan dan persamaan tersebut menjadikan
matematika salah satu bidang keilmuan yang ditakuti oleh siswa pada
seluruh jenjang pendidikan. Timbulnya rasa takut akan pelajaran
matematika tersebut dipengaruhi oleh persepsi siswa dalam menghadapi
pelajaran itu sendiri dan hal tersebut akan mempengaruhi prestasi belajar
siswa yang bersangkutan.
Menurut Arifin (1990) Prestasi merupakan kemampuan, keterampilan
dan persepsi seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Arifin (1990)
menambahkan bahwa prestasi belajar adalah suatu masalah yang bersifat
parenial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentan
kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing-masing. Prestasi belajar matematika merupakan suatu
hasil belajar mata pelajaran matematika yang selalu dikejar oleh setiap siswa
di sekolah atau merupakan hasil dari usaha belajar dan digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa yang dapat dilihat dari nilai hasil ujian atau
test yang diberikan oleh guru.
Persepsi memiliki peranan yang cukup besar dalam mengupayakan
belajar. Tanpa persepsi hampir tidak mungkin siswa melakukan kegiatan
belajar. Syaodih dan Ibrahim (2003) menyatakan bahwa ada beberapa upaya
yang dapat dilakukan oleh guru untuk membangkitkan persepsi belajar para
siswa, antara lain dengan; menggunakan cara atau metode dan media
mengajar yang bervariasi, dengan menggunakan metode atau media yang
bervariasi kebosanan dapat dikurangi atau diminimalisir. Selanjutnya

22

memilih bahan yang menarik persepsi dan dibutuhkan siswa. Sesuatu yang
dibutuhkan akan menarik perhatian, dengan demikian akan membangkitkan
persepsi untuk mempelajarinya.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan persepsi
terhadap metode pengajaran guru dengan prestasi belajar matematika. Hal
ini berdasar realita yang ada bahwa anak atau pelajar sekarang tidak hanya
mengandalkan pengajaran dari guru di kelas melainkan sudah banyak yang
mengikuti privat atau bimbel untuk menunjang prestasi mereka, apalagi
untuk pelajaran matematika meskipun di sekolah sudah banyak jam
tambahan untuk matematika masih banyak orang tua siswa yang kurang
puas dengan prestasi anak mereka sehingga masih mencari orang/tenaga lain
untuk privat. Mengajar pada hakikatnya adalah usaha yang direncanakan
melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa
melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal mungkin (Sudjana, 2006).
Menurut Syah (2007), metode mengajar adalah cara yang berisi
prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya
kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa. Persepsi terhadap metode
pengajaran guru yang baik tidak menjamin prestasi siswa selalu baik, begitu
juga persepsi terhadap metode pengajaran guru yang kurang baik juga tidak
menjamin prestasi siswa selalu rendah. Menurut Slameto (2010) mengajar
adalah membimbing siswa agar mengalami proses belajar. Kegiatan
mengajar sangat erat kaitanya dengan bagaimana guru menjelaskan bahan
ajar atau materi kepada siswa atau peserta didik.

23

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan tidak ada hubungan positif antara persepsi terhadap
metode pengajaran guru dengan prestasi belajar matematika. Hal ini dibuktikan
dengan nilai r hitung = 0,187 dan nilai signifikansi atau probabilitas (p)= 0,193
lebih dari 0,05.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi pihak sekolah disarankan membekali para guru untuk berkreasi dan
maksimal dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan cara
banyak memberi kesempatan guru mengikuti training, seminar, maupun
pelatihan dalam meningkatkan kemampuan dalam mengajar.
2. Bagi guru disarankan selalu kreatif dan inovatif dalam mengajar siswa
maupun menyampaikan materi pelajaran dan proses belajar mengajar agar
siswa semangat belajar dan maksimal hasil prestasi yang diperoleh siswa.
3. Bagi siswa disarankan selalu meng-update informasi tentang pelajaran dari
berbagai sumber, untuk menunjang hasil prestasi yang diharapkan. Siswa
dapat aktif pada saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas agar
kondisi kelas ada interaksi komunikasi siswa dan guru.

24

DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, D. S. (2013). Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Tentang Materi
Wujud Benda Dan Sifatnya. Program PGSD Bumi Siliwangi FIP UPI
Bandung : Tidak Diterbitkan.
Arifin. (1990). Evaluasi Hasil Belajar. Tarsito, Bandung.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Azwar, S. (1996). Realibilitas dan Validitas, Interpretasi dan Komputasi.
Yogyakarta: Liberty.
Buku Pedoman Penulisan dan Pembimbing Skripsi Program Studi S1/Sarjana.
(2007).Salatiga : Fakultas Psikologi Universitas Satya Wacana Salatiga.
Djamarah, S. B., dkk,.(2008). Psikologi Belajar. Jakarta :Rineka Cipta,
Djamarah, S. B., dkk,.(2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :Rineka Cipta,
Ghufron, M. N & Rini R.S.(2010). Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz
media.
Hadi,S. (2008). Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi.
Pranowo, H. & Sari, A. R.. (2012). Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Metode
Mengajar Guru Dan Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Akuntansi Siswa Kelas Xi Ips Sma N 1 Ngemplak Sleman Tahun Ajaran
2011/2012. Jurnal Kajian Pendidikan Akutansi Indonesia.
Poerwadarminta, (2002)., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas, edisi III,
Cetakan Kedua, Jakarta: Balai Pustaka.
Mariyana, R. dkk. (2009). Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana
Prenada Group.
Monks, F, J. Knoers. A. M. P & Haditono, S. R. (2002). Psikologi Perkembangan
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Karnasih, I. (1997). Optimalisasi Pendidikan Matematika Menuju ke Abad XXI
(Makalah). Disampaikan pada seminar pendidikan MIPA IKIP Medan.

25

Koestoer. (1983). Dinamika dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Rizvi, A. Prawitasari, J. E & Soetjipto, H.P. (1997). Pusat Kendali dan Efikasi
Diri sebagai Prediktor terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal
Psikologika. Fakultas Psikologi UII Yogjakarta. No. 3 Th.II
Sardiman. (2009). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sarafino, E.P. (1998). Health psychology. New York: Biopsychology Interaction.
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudarman. (2004). Peran Sosiologi Orangtua Terhadap Perkembangan Anak.
Jakarta. ManuPress.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung,
Alfabeta. 2009.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung,
Alfabeta. 2010.
Sukardi, K, (1983). Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.
Surabaya: Usaha Nasional.
Sukardi. (2005). Metodologi Penelitian
Praktiknya.Jakarta: PT Bumi Aksara.

Pendidikan

Kompetensi

dan

Wahana Komputer. (2004). Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 12.
Yogyakarta: Andi Offset.
Winantiti, Y. (2011). Hubungan antara Sikap Sisiwa Terhadap Mata Pelajaran
Bahasa Inggris dan Matematika dengan Prestasi Belajar Siswa kelas IX
SMP Negeri I Kandangan. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana.
Wiraprdja, S. (2001). Kendali Efeksi Pada Masa Perkembangan Remaja.
Bandung : Risdakarya
Triexs. (2008). Time Management “ mengelola Waktu Luang Dengan Bijak”.
Bandung:Triexs Media.