T1 802008076 Full text

1

PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa gejolak dimana seseorang menghadapi
banyak persoalan, tantangan, konflik dan kebingungan dalam proses menemukan
diri serta menemukan tempatnya di masyarakat (Kartono,1990). Menurut Apollo
(2005) dalam hal pencarian jati diri selain di masyarakat, sekolah juga
memberikan andil yang cukup besar dalam membentuk kepribadian dan pola pikir
remaja termasuk dalam hal ini kepercayaan diri. Karena banyak waktu yang
dilalui

oleh

remaja

salah

satunya

di


lingkungan

sekolah.

Menurut

Koentjaraningrat salah satu kelemahan generasi muda adalah kurangnya rasa
percaya diri. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Afiatin 1997 (dalam
Rizkiyah, 2005) bahwa permasalahan yang banyak dirasakan dan dialami oleh
remaja pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Menurut
Mastuti dan Aswi (2008) individu yang tidak percaya diri biasanya disebabkan
karena individu tersebut tidak mendidik diri sendiri dan hanya menunggu orang
melakukan sesuatu kepada dirinya.
Salah satu langkah yang pertama dan utama dalam membangun rasa
percaya diri dengan memahami dan menyakini bahwa setiap individu memiliki
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan yang ada didalam diri
individu itu harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi produktif.
Kepercayaan diri tersebut akan terbentuk seiring berjalannya waktu dan dapat
diperoleh setiap individu ketika mereka mengikuti kegiatan yang mereka sukai,
misalnya kegiatan ekstrakurikuler basket di sekolah (Litvinoff, 2010).

Kepercayaan diri merupakan perasaan puas dan yakin akan kemampuan
yang dimiliki dan berusaha mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri
dan lingkungan (Bunker, 1993). Selanjutnya Bunker juga menjelaskan bahwa
kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting
untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Disamping itu juga,
kepercayaan diri membuat diri seseorang merasa berbeda dan percaya diri bukan
masalah penampilan saja, namun percaya diri lebih kepada kepribadian. Bunker
juga menambahkan kepercayaan diri akan meningkatkan harga diri, motivasi diri,
dan yang lebih penting akan melejitkan potensi diri seseorang.

2

Pada dasarnya kepercayaan diri berkembang karena interaksi sosial dan
situasi tertentu sepanjang perjalanan hidupnya. Terbentuknya kepercayaan diri
tersebut bermula dari munculnya kemampuan seseorang dalam memberikan
penilaian terhadap diri sendiri ataupun terhadap suatu situasi, yang dikenal dengan
self image (Mc. Keachi & Doyle, dikutip Kumara, 1988). Kepercayaan diri
bersifat individual dan tidak dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai
ukuran rasa percaya diri yang berbeda-beda, karena kepercayaan diri ditentukan
oleh keberhasilan, kegagalan, dan pengalaman masa lalu individu (James, dalam

Fittz 1971).
Individu yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan lebih mampu
untuk mengembangkan potensi dirinya dan akan lebih mudah menyesuaikan diri
di dalam lingkungan. Individu akan cenderung mantap menghadapi setiap kondisi
yang muncul di hadapannya jika memiliki kepercayaan diri. Mereka cenderung
lebih optimis dalam setiap menyelesaikan masalah, lebih fleksibel, ramah, selalu
dapat berpikir, dan bersikap positif baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Kepercayaan diri merupakan modal utama bagi pengembangan potensi dan
aktualisasi diri individu. Seperti yang dikatakan Burn (1979) bahwa orang yang
percaya diri akan lebih mampu mengembangkan potensi dan aktualisasi dirinya
daripada orang yang kurang percaya diri. Individu dengan kepercayaan diri yang
tinggi merasa memiliki kekuatan dan kemampuan dalam melandasi keyakinan dan
keberhasilannya, sedangkan dengan kepercayaan diri yang rendah individu sering
kali merasa pesimis dalam menghadapi tantangan, rasa takut, dan khawatir dalam
mengungkapkan gagasan-gagasan, ragu-ragu dalam menentukan pilihan maupun
mengambil keputusan dan hanya memiliki sedikit keinginan untuk bersaing
dengan orang lain (Lauster, 1978).
Penelitian yang dilakukan oleh Achir dan Din (Siahaan, 2005)
menunjukkan siswa yang memiliki kepercayaan diri yang positif terhadap
kemampuan yang dimilikinya, memiliki peran yang besar dalam mencapai

prestasi yang diinginkan. Jadi apabila siswa memiliki kepercayaan diri, ia akan
memiliki pemikiran bahwa ia mampu menempuh proses belajar dengan baik dan
mampu mendapatkan hasil sesuai dengan harapan.

3

Salah satu wahana yang dapat membentuk kepercayaan diri siswa tersebut
ialah melalui kegiatan ekstrakurikuler (Hendri, 2008). Kegiatan Ekstrakurikuler
adalah

kegiatan

pendidikan

di

luar

mata


pelajaran

untuk

membantu

pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat
mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan
atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di
sekolah/madrasah.
Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah merupakan salah satu wadah
pembinaan dalam meningkatkan kepercayaan diri individu. Melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang beragam individu dapat mengembangkan bakat, minat,
kemampuan serta kepercayaan diri. Kegiatan-kegiatan di sekolah khususnya
kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang terkoordinasi, terarah dan
terpadu dengan kegiatan lainnya di sekolah guna meningkatkan kepercayaan diri.
Kegiatan ekstrakurikuler sangat berpengaruh positif terhadap individu karena
kegiatan ini juga dapat memberikan motivasi bagi setiap individu, sehingga
individu bisa lebih terarah dalam meningkatkan kualitas dan cara berpikirnya,
serta individu juga dapat terhindar dari hal-hal yang dapat merusak kepribadian

anak itu sendiri (Hakim, 2002).
Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang banyak diminati siswa SMA
adalah basket. Bola basket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua
tim beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak
poin dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Bola basket adalah
salah satu olahraga yang paling digemari oleh penduduk Amerika Serikat dan
penduduk

di

belahan

bumi,

termasuk

indonesia

(http://id.wikipedia.org/wiki/Basket).
Secara statistik bola basket merupakan salah satu olahraga yang begitu

cepat perkembangannya dan banyak menarik perhatian, khususnya kaum remaja.
Maka dengan dilaksanakannya kegiatan ekstrakurikuler basket disekolah dapat
menampung besarnya minat para siswa terhadap permainan bola basket itu
sendiri. Dinata (2008) menjelaskan bahwa proses dan perkembangan olahraga
bola basket ini dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut: a) Permainan

4

sederhana sehingga mudah dipelajari dan dikuasai dengan sempurna. b) Tidak
memerlukan banyak pemain dan dalam permainan setiap regu hanya butuh lima
pemain. c) Tempat bermain dapat dilakukan dimana saja, seperti di dalam ruang
tertutup (di dalam gedung) dengan peralatan yang relatif

murah. Bahkan

permainan ini pun dapat dilakukan dihalaman rumah dengan memasang satu ring
basket di tembok garasi, menggunakan peraturan yang dimodifikasi. d) Permainan
olahraga basket juga menuntut perlunya melakukan suatu latihan yang baik
(disiplin) dalam rangka pembentukan kerjasama dan kepercayaan diri tim. Selain
itu, permainan ini juga bermanfaat terhadap siswa yang bisa memunculkan

semangat dan kepercayaan diri dalam suatu pertandingan basket.
Abe dan Izard (dalam Gunarsa, 2004) mengatakan sebelum mengikuti
ekstrakurikuler basket siswa cenderung merasa kurang percaya diri untuk
memulai pertemanan, tetapi setelah mengikuti ekstrakulikuler basket siswa
cenderung merasa lebih mudah beradaptasi dengan orang baru, memiliki banyak
teman serta rasa percaya diri. Dalam bola basket, aspek latihan sangat berperan
penting dalam mengembangkan keterampilan bermain basket. Sehingga pada saat
pertandingan siswa lebih terampil dalam menunjukkan permainan yang terbaik
dan cenderung percaya diri untuk menghadapi pertandingan berikutnya. Hal ini
sesuai dengan penelitian Brooks (2000) siswa yang mengikuti ekstrakurikuler
olahraga, terlebih basket tidak hanya dapat mengembangkan keterampilan tetapi
mereka juga belajar untuk menghadapi tantangan baru. Kegiatan olahraga basket
tidak hanya baik untuk fisik tetapi juga cenderung meningkatkan kepercayaan diri
siswa dan dapat mengurangi kecemasan. Anak-anak yang berolahraga cenderung
lebih percaya diri, mengurangi ketidakhadiran di sekolah, dan biasanya
mendapatkan nilai yang lebih baik.
Adapun hasil penelitian Nurhayati (2007) mengatakan bahwa ada
perbedaan tingkat kepercayaan diri yang signifikan antara siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler non
olahraga. Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga cenderung lebih tinggi

tingkat kepercayaan dirinya dibandingkan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler
non olahraga.

5

Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian diatas, terdapat bahwa
fenomena yang terjadi pada individu yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
basket cenderung memiliki kepercayaan diri yang baik dibandingkan dengan yang
tidak mengikuti. Individu yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler basket
cenderung percaya diri dalam bergaul dengan teman, berbicara atau mengobrol
dengan teman dan cenderung lebih percaya diri dalam menyesuaikan diri dengan
orang lain. Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti perbedaan tingkat
kepercayaan diri antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler basket dengan yang
tidak mengikuti.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut: “Adakah perbedaan yang signifikan tingkat kepercayaan diri
antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler basket dengan yang tidak
mengikuti?”
TINJAUAN PUSTAKA

Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri merupakan perasaan puas pada dirinya sendiri dan yakin
akan kemampuan yang dimiliki serta berusaha mengembangkan penilaian positif
terhadap diri sendiri dan lingkungan (Lindenfield, 1997). Dalam hal ini,
kepercayaan diri lebih menekankan pada kepuasan yang dirasakan individu
mengenai dirinya sendiri. Menurut konsep ini individu yang percaya diri adalah
individu yang merasa puas pada dirinya sendiri.
Aspek-aspek Kepercayaan Diri
Aspek-aspek kepercayaan diri merujuk pada orientasi kepercayaan diri
yang dikemukakan oleh Lindenfield (2000), terdiri dari 4 yaitu:
1.

Cinta Diri
Orang yang percaya diri, mencintai diri mereka sendiri dan cinta diri ini

bukan merupakan sesuatu yang dirahasiakan. Cinta diri sendiri merupakan peduli
akan dirinya karena perilaku dan gaya hidupnya adalah untuk memelihara diri.

6


2.

Pemahaman Diri
Orang yang percaya diri akan memiliki kesadaran diri. Mereka tidak terus

menerus merenungi diri sendiri, tetapi secara teratur mereka memikirkan
perasaan, pikiran dan perilaku mereka, dan mereka selalu ingin tahu bagaimana
pendapat orang lain tentang diri mereka. Individu yang memiliki pemahaman diri
yang

baik

akan

menyadari

kekuatan

mereka

sehingga

akan

mampu

mengembangkan kemampuannya secara penuh.
3.

Tujuan Hidup Yang Jelas
Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya, karena mempunyai

pikiran yang jelas mengapa mereka melakukan tindakan tertentu dan tahu hasil
apa yang bisa diharapkan.
4.

Berpikir Positif Diri
Orang yang percaya diri biasanya menyenangkan karena bisa melihat

kehidupan dirinya sendiri dari sisi yang cerah dan positif serta mencari
pengalaman dan hasil yang bagus.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Menurut

Middlebrook

(dalam

Mahrita,

1997)faktor-faktor

yang

mempengaruhi kepercayaan diri adalah:
1.

Keadaan Fisik
Suryabarata (1984) berpendapat bahwa keadaan fisik individu akan
berpengaruh terhadap kepercayaan diri. Individu yang memiliki fisik
yang kurang sempurna akan menimbulkan perasaan tidak enak
terhadap diri sendiri, karena merasa ada yang kurang dalam dirinya
dibandingkan yang lainnya. Keadaan ini dianggapnya kurang, ini
membuat individu merasa rendah diri dan kurang berharga, sehingga
individu menjadi kurang percaya diri

2.

Jenis Kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap tinggi rendahnya
kepercayaan diri individu. Pada umumnya pria menunjukkan
kepercayaan diri yang lebih daripada wanita, sehingga wanita biasanya
akan menampakkan rasa kurang percaya diri terhadap kemampuannya,

7

cenderung kurang berhasil untuk mewujudkan kemampuannya dan
wanita lebih memperhatikan fisiknya dari laki-laki, sehingga banyak
wanita mengalami kurang percaya diri terhadap keadaan fisiknya
Wilson & Wilson, (dikutip Pudjijogyanti, 1988).
3.

Usia
Kepercayaan diri terbentuk dan berkembang sejalan dengan
berjalannya waktu. Pada waktu masih muda kepercayaan diri begitu
rapuh, karena pada waktu masih muda suatu penolakan atau kegagalan
akan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan. Sejalan
dengan bertambahnya waktu dan semakin dewasa individu akan
terbiasa dengan penolakan dan kegagalan sebagai suatu resiko dari
sebuah usaha (Hambley, 1987). Hyde (dikutip Laudberg, 1994)
menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin dalam kepercayaan diri
berjalan sesuai dengan bertambahnya usia. Dengan bertambahnya usia
orang akan semakin yakin dengan perbedaan yang dimiliki antara pria
dan wanita serta semakin berbeda pula kepercayaan diri yang
dimilikinya.

4.

Dukungan Sosial
Menurut loekmono (1983) bahwa rasa percaya diri pada individu
dipengaruhi

dalam

hubungannya

dengan

orang-orang

yang

dianggapnya penting, lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Pendapat
ini didukung Sari (1995) menyatakan bahwa dukungan sosial memiliki
peran penting dalam membentuk kepercayaan diri. Dukungan dari
orang-orang sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, dan teman sebaya merupakan faktor yang
menentukan dalam mewujudkan rasa percaya diri. Sari (2002) juga
menyatakan bahwa semakin besar dukungan yang diberikan dari
lingkungan sosialnya, semakin besar rasa percaya dirinya dan
sebaliknya semakin kecil dukungan sosialnya, maka semakin kecil
pula kepercayaan diri yang dimilikinya.

8

5.

Pendidikan
Monk (1984) menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai
pengaruh dalam menentukan kepercayaan diri. Semakin tinggi
pendidikan semakin banyak yang telah dipelajari dan ini berarti
semakin

individu

mengenal

diri

baik

kekurangan

maupun

kelebihannya, dengan semakin mengenal kelebihan dan kekurangan
semakin

pula

individu

dapat

menentukan

standar

sendiri

keberhasilannya. Individu yang demikian ini mempunyai kepercayaan
diri dalam menangani sesuatu tanpa perasaan takut dan khawatir
mengalami kegagalan. Jadi, semakin tinggi tingkat pendidikannya
semakin tinggi pula kepercayaan dirinya.

Keanggotaan Dalam Mengikuti Ekstrakurikuler Basket
Keanggotaan berasal dari kata anggota yang memiliki arti telah terdaftar
didalam suatu dalam kegiatan (Suharso dan Retnoningsih, 2005). Keanggotaan
merupakan individu yang ikut menjadi anggota dan terdaftar resmi sebagai
anggota yang aktif dalam salah satu kegiatan. Kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan
peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui
kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang berkemampuan dan berwenang di sekolah atau madrasah
(http://yaminbahasaindonesia.blogspot.com/2009/11/pilih-ekstrakurikuleryangsesuai.html). Dalam hal ini, siswa yang menjadi anggota Ekstrakurikuler
Basket merupakan siswa yang terdaftar resmi sebagai anggota di dalam
ekstrakurikuler basket dan ikut aktif dalam mengikuti kegiatan itu sendiri.
Sedangkan siswa yang bukan anggota Ekstrakurikuler Basket merupakan siswa
yang tidak terdaftar resmi sebagai anggota ekstrakurikuler basket dan tidak ikut
aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler basket atau hanya sekedar ikut-ikutan.
Bola basket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim
beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin
dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Bola basket adalah salah

9

satu olahraga yang paling digemari oleh penduduk Amerika Serikat dan penduduk
di belahan bumi, termasuk indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Basket). Basket
merupakan cabang olahraga permainan yang melibatkan kerjasama dalam sebuah
tim.
Berdasarkan dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
ekstrakurikuler merupakan kegiatan siswa diluar mata pelajaran yang diadakan
oleh sekolah untuk membantu siswa dalam mengembangkan bakat dan minat.
Dimana dalam hal ini, siswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dibidang
olahraga bola basket bisa ikut berpartisipasi untuk mengembangkan bakatnya.
Keanggotaan merupakan siswa yang terdaftar resmi sebagai anggota dalam
ekstrakurikuler. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa keanggotaan
ekstrakurikuler basket adalah keikutsertaan siswa yang terdaftar resmi sebagai
anggota dalam ekstrakurikuler basket dan menjadi pemain yang aktif di dalamnya.

Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Antara Siswa Yang Mengikuti
Ekstrakurikuler Basket Dengan Yang Tidak Mengikuti
Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang
bahwa dirinya memiliki kemampuan dalam mengatasi situasi apa pun yang
muncul, tidak patah semangat jika gagal dan yakin dirinya dapat menggapai
kesuksesan (Litvinoff, 2010). Menurut Kanter (2006) percaya diri adalah percaya
dan yakin dengan kemampuan diri sendiri dalam melakukan aktivitas yang
terbentuk dari harapan-harapan positif seseorang untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan. Kanter juga menambahkan bahwa rasa percaya diri yang dimiliki
seseorang menentukan apakah seseorang akan melangkah atau mengerjakan
sesuatu dengan ragu-ragu atau berani dalam mengerjakan sesuatu. Percaya diri
dilandasi kesuksesan yang dialami seseorang sehingga merasa yakin akan kembali
sukses melakukan suatu kegiatan yang lain.
Dalam olahraga basket, individu dilatih fisik dan kedisiplinan yang
menjadikan individu cenderung menimbulkan kepercayaan diri, tanggung jawab
dan semangat dalam diri individu. Latihan fisik merupakan hal yang mutlak perlu
di dalam olahraga basket. Seperti yang dikatakan oleh Satiadarma (2000) bahwa

10

tanpa latihan fisik yang cukup, individu akan merasa dirinya tidak memiliki
ketahanan yang memadai untuk mengikuti sebuah pertandingan. Jika individu
sudah merasa ketahanannya kurang memadai, rasa percaya dirinya secara
otomatis cenderung berkurang. Dengan latihan fisik yang baik, individu merasa
dirinya menjadi lebih tangguh dan individu sendiri cenderung merasa lebih
mampu untuk mengungguli lawannya, karena merasa dirinya telah teruji
kekuatannya sehingga dalam menghadapi suatu pertandingan cenderung lebih
percaya diri. Abe dan Izard (dalam Gunarsa, 2004) menambahkan bahwa sebelum
mengikuti ekstrakurikuler basket siswa cenderung merasa kurang percaya diri
untuk memulai pertemanan, tetapi setelah mengikuti ekstrakulikuler basket siswa
cenderung merasa lebih mudah beradaptasi dengan orang baru, memiliki banyak
teman serta rasa percaya diri.
Kepercayaan diri merupakan landasan bagi penampilan puncak individu
dalam situasi kompetitif dalam suatu pertandingan. Semakin tinggi tingkat
kepercayaan diri seorang individu, maka cenderung semakin baik pula
penampilan puncak yang dicapai. Adapun yang terjadi pada saat pertandingan
basket, sorak-sorai pendukung atau penonton menjadikan seorang individu
cenderung lebih percaya diri dan menjadi lebih semangat dalam bertanding. Hal
ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Kanter (2006) dalam pengamatannya di
lapangan bahwa ketika salah satu tim lawan melakukan pelanggaran, sorak sorai
pendukung tim yang dilanggar pun sangat antusias sehingga menjadikan para
pemainnya bangkit dari kekalahan dan menjadi lebih semangat lagi dalam
bermain. Dalam olahraga, situasi kompetitif terutama terdapat pada saat
pertandingan atau kompetisi (Astriani, 2010). Proses yang terjadi dalam suatu
kompetisi dinilai mengancam bagi individu karena terdiri dari evaluasi internal
dan eksternal terhadap kompetensi invidu tersebut. Evaluasi internal artinya
individu perlu membuktikan kepada diri sendiri bahwa ia mempunyai kemampuan
untuk berprestasi. Evaluasi eksternal artinya orang lain yang memberikan
penilaian akan kemampuan dan prestasinya. Ditambah lagi karena kompetisi
menghasilkan

informasi

tentang

keberhasilan

dan

kegagalan

individu.

Ditambahkan juga bahwa karakteristik dari alur internal meliputi: 1) Perasaan

11

terkendali atau mampu mengendalikan situasi, 2) Penuh percaya diri, 3) Perasaan
terlibat secara penuh 4) Keyakinan untuk tidak berbuat kesalahan (Satiadarma,
2000).
Kanter (2006) juga menambahkan bahwa kemenangan akan membuat
suasana hati positif dan suasana hati positif cenderung memudahkan untuk
mendapatkan kemenangan berikutnya artinya menjadi lebih termotivasi sehingga
merasakan kepercayaan diri. Seperti pada penelitian yang dilakukannya saat
pertandingan basket antara connecticut huskies dengan duke. Dimana connecticut
huskies sempat tertinggal point jauh dari duke dan akhirnya huskies bisa bangkit
serta semangat lagi dan bisa mengejar point duke. Hal ini dikarenakan adanya
emosional positif dalam diri mereka dan memiliki kepercayaan terhadap tim
mereka sehingga menciptakan hubungan batin artinya mereka merasakan adanya
saling menghargai dalam tim, kekompakan, tanggung jawab dan inisiatif. Jadi,
iklim emosional positif yang akan berpengaruh terhadap sukses dan cenderung
lebih menjadikan individu semangat, dekat satu sama lain, kompak dan percaya
diri.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan
diri merupakan yakin akan kemampuan diri sendiri dan bakat yang dimilikinya.
Individu bisa menyalurkan bakat yang dimilikinya melalui ikut aktif dalam
mengikuti ekstrakurikuler basket. Dalam olahraga basket, individu dilatih fisik
dan kedisiplinan yang menjadikan individu cenderung menimbulkan kepercayaan
diri, tanggung jawab dan semangat dalam diri individu. Seperti yang dikatakan
oleh Satiadarma (2000) bahwa dengan latihan fisik yang baik, individu merasa
dirinya menjadi lebih tangguh dan individu sendiri cenderung merasa lebih
mampu untuk mengungguli lawannya, karena merasa dirinya telah teruji
kekuatannya sehingga dalam menghadapi suatu pertandingan cenderung lebih
percaya diri. Individu yang mengikuti basket menjadi lebih cenderung memiliki
motivasi dan penilaian positif terhadap dirinya sendiri sehingga cenderung
percaya diri. Kanter (2006) juga menambahkan bahwa kemenangan akan
membuat suasana hati positif dan suasana hati positif cenderung memudahkan

12

untuk mendapatkan kemenangan berikutnya artinya menjadi lebih termotivasi
sehingga merasakan kepercayaan diri

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 08 – 30 januari tahun 2014 di
lingkungan SMA Lab Salatiga. SMA Lab Salatiga merupakan sekolah swasta
dibawah naungan yayasan UKSW. SMA Lab merupakan sekolah yang berprestasi
dan selalu unggul dari sekolah lainnya dalam bidang olahraga bahkan sering kali
mendapatkan berbagai macam piala dalam pertandingan basket. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI-XII SMA LAB Salatiga yang mengikuti
ektrakurikuler basket dan yang tidak mengikuti, berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Sampel yang digunakan yaitu 100 sebagai subjek penelitian. Teknik
sampling yang digunakan adalah incidental sampling.
Prosedur Pengambilan Data
Prosedur pengambilan data melalui beberapa tahap yang diawali dengan
penelitian awal (mencari informasi dan membuat skala psikologi kepercayaan
diri). Setelah mendapatkan ijin penelitian maka langsung dilakukan penelitian
pada tanggal 08 - 30 januari 2014. Pengambilan sampel penelitian dilakukan
dengan teknik Incidental sampling, dengan mendatangi SMA Laboratorium
Kristen Satya Wacana yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian. Pada
pelaksanaan penelitian ini diperoleh 100 subjek penelitian, yang terdiri dari 50
subjek untuk siswa yang mengikuti ekstrakurikuler basket dan 50 subjek untuk
siswa yang tidak mengikuti. Diketahui dan didapatkan jumlah subjek siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler basket dan yang tidak mengikuti yaitu pada waktu
ditanya oleh peneliti akan keikutsertaannya dalam olahraga basket. Untuk
mendapatkan data yang diinginkan, peneliti melakukan pendekatan terlebih
dahulu dengan kepala sekolah dan guru. Dalam pelaksanaannya, peneliti
mendatangi langsung ke tempat para siswa melakukan latihan basket.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan
kuesioner. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa skala.
Skala dikembangkan berdasarkan aspek kepercayaan diri yang merujuk pada

13

orientasi kepercayaan diri yang dikemukakan oleh Lindenfield (2000). Adapun
aspek-aspeknya terdiri dari cinta diri, pemahaman diri, tujuan hidup yang jelas
dan berpikir positif diri. Setiap aspek dalam angket ini terdiri dari 10 item yang
terdiri dari 5 item bersifat favourable atau positif dan 5 butir yang bersifat
unfavourable atau negatif. Secara keseluruhan angket ini ada 40 item yang terdiri

dari 20 item positif dan 20 item negatif. Model skala yang digunakan adalah
modifikasi dari skala likert dengan empat alternatif jawaban yang harus dijawab
salah satu yang sesuai dengan keadaan subjek, yaitu SS = Sangat Sesuai; S =
Sesuai; TS = Tidak Sesuai; STS = Sangat Tidak Sesuai. Adapun skor untuk setiap
jawaban akan bergerak dari 1 sampai 4 untuk item-item yang berbentuk
pernyataan negatif dan bergerak dari 4 sampai 1 untuk item-item yang berbentuk
pernyataan positif.
Analisis Data
Validitas dan Reliabilitas
Perhitungan seleksi item dilakukan dengan menggunakan teknik statistik
Corrected Item-Total Correlation dengan bantuan program komputer SPPS

version 16.00for windows. Kriteria pemilihan item berdasar korelasi item total
dengan batasan koefisien korelasi yang dianggap memuaskan dan memberikan
kontribusi yang baik adalah sebesar >0,30 (Azwar, 2012). Uji reliabilitas pada
skala kepercayaan diri dilakukan tiga kali putaran dengan menggunakan Alpha
Cronbach. Putaran pertama untuk menyeleksi butiran item yang lolos (memenuhi

konvensi seleksi item) dan mengeliminasi item yang gugur. Selanjutnya, pada
putaran kedua mengukur reliabilitas pengukuran dan daya diskriminasi setelah
mengeluarkan item yang gugur. Hasil uji reliabilitas dan daya diskriminasi item
pada putaran pertama dari skala kepercayaan diri didapatkan koefisien reliabilitas
sebesar 0,820 dan putaran kedua 0,879. Kemudian uji reliabilitas dan daya
diskriminasi item pada putaran ketiga dari skala kepercayaan diri dengan 17 item
didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,891 yang berarti alat ukur tersebut
tergolong reliabel.

14

Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan setelah uji asumsi yaitu uji normalitas, uji
homogenitas, uji beda (uji-t). Hasil uji normalitas menunjukkan data angket
kepercayaan diri untuk 100 subjek yaitu, 50 subjek siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler basket mempunyai distribusi normal dengan nilai koefisien K-S Z
= 0,291. Sedangkan 50 subjek siswa yang tidak mengikuti mempunyai distribusi
normal dengan nilai koefisien K - S Z = 0,089. Hasil uji homogenitas kepercayaan
diri antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler basket dengan yang tidak
mengikuti menggunakan Levene’s - Independent Sample Test menunjukkan
indeks nilai p (sig.n) = 0,053 yang berarti kepercayaan diri antara siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler basket dengan yang tidak mengikuti adalah homogen
karena lebih besar dari 0,05.
Dari hasil uji beda diperoleh nilai t sebesar = 1,305 dengan probabilitas
0,19. Dengan kriteria nilai p>0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya
tidak adanya perbedaan yang signifikan kepercayaan diri antara siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler basket dengan yang siswa yang tidak mengikuti.

HASIL DATA DAN PENELITIAN
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh nilai t = 1,305 dan indeks
nilai p sebesar = 0,19 (p>0,005). Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa tidak terdapat adanya perbedaan yang signifikan antara siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler basket dengan yang tidak mengikuti. Hal ini tidak
mendukung dalam penelitian Nurhayati (2007) yang menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan antara tingkat percaya diri siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler non
olahraga. Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga memiliki kepercayaan
diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti
ekstrakurikuler non olahraga.
Bila ditelusuri lebih lanjut pada hasil penelitian, dikemukakan bahwa ratarata skor kepercayaan diri pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler basket tidak
jauh berbeda dengan yang tidak mengikuti dikarenakan hampir sama-sama tinggi.

15

Nilai rata-rata pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler basket sebesar 49,66
sedangkan nilai rata-rata untuk siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler basket
sebesar 47,56. Rasa percaya diri tersebut secara tidak langsung dipengaruhi oleh
aktivitas olahraga yang mengajarkan nilai-nilai olahraga yang terkandung di
dalamnya, namun juga dipengaruhi oleh aktivitas lain. Salah seorang subjek hasil
wawancara yang tidak mengikuti olahraga basket, menuturkan bahwa memiliki
kepercayaan diri bukan hanya karena ikut salah satu ekstrakurikuler yang disukai
atau memiliki kelebihan/bakat dibidang itu, tetapi bisa juga dibidang lain dan ada
faktor lain yang mempengaruhi. Misal, salah satunya bisa melalui akademiknya ia
lebih unggul dibanding yang lain. Selain itu, faktor lingkungan bisa juga
mempengaruhi karena individu tidak hanya berada pada lingkungan sekolah saja,
tetapi diluar itu bisa memiliki banyak teman yang lebih dewasa
Hal tersebut sesuai dengan Fatimah (2006) kepercayaan diri berkembang
melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan psikologis dan
sosiologis akan menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri seseorang.
Didukung oleh Barbara(1996) kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara instan,
melainkan melalui proses yang berlangsung sejak dini dalam kehidupan bersama
orang tua. Sekolah juga mempengaruhi, dikarenakan alam lingkungan sekolah
perilaku dan kepribadian seorang guru berdampak besar bagi pemahaman gagasan
dalam pikiran siswa tentang diri mereka. Salah satu segi dalam pendidikan di
sekolah, baik secara tertutup atau terbuka persaingan antar siswa dalam berbagai
bidang telah menjadi bagian yang melekat dalam kehidupan akademik
mereka.Setiap kompetensi pasti ada yang menjadi pemenang dan yang kalah dan
siswa yang kerap menang dalam setiap kompetensi akan mudah mendapatkan
kepercayaan diri (Kanter, 2006).Selain itu juga, kelompok teman sebaya adalah
lingkungan dimana mereka terbiasa bergaul dan mengungkapkan perasaan dan
pikiran mereka pada orang lain. Dalam berinteraksi, seorang siswa dalam
kelompok teman sebaya tersebut sangat menentukan dalam pembentukan sikap
percaya diri. Seorang individu yang memiliki peran sebagai siswa berada pada
lingkungan yang sangat kompleks. Lingkungan yang menuntut siswa tersebut

16

untuk lebih mandiri, lebih inisiatif, lebih dewasa, dan lebih matang dalam berpikir
dan berperilaku sehingga menumbuhkan kepercayaan diri.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
adanya perbedaan kepercayaan diri disebabkan oleh karena adanya beberapa
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepercayaan diri dari individu tersebut.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dengan menggunakan
SPSS Version 16.00 for windows diperoleh nilai t = 1,305 dan probabilitas 0,19
dengan signifikansi nilai (p>0,05). Oleh karena probabilitas >0,05 maka H0
diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan
yang signifikan tingkat kepercayaan diri antara siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler basket dengan yang tidak mengikuti. Dan secara keseluruhan
memiliki kepercayaan diri yang tidak jauh berbeda yaitu sama-sama tinggi.

SARAN
Setelah mengetahui bahwa tidak adanya perbedaan kepercayaan diri antara
siswa yang mengikuti ekstrakurikuler basket dengan yang tidak mengikuti, maka
peneliti ingin memberikan beberapa saran, yaitu:
1.

Bagi Siswa
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri
siswa sama-sama berada pada kategori tinggi. Para siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler basket disarankan agar bisa lebih mengasah lagi dalam hal
kepercayaan dirinya dengan tidak hanya mengikuti satu kegiatan saja.
2.

Bagi Pembaca dan Peneliti Selanjutnya
Bagi pembaca disarankan untuk mencermati kembali hasil penelitian dan
faktor apa yang bisa diteliti dalam kepercayaan diri. Hal ini dikarenakan
kemungkinan adanya kelemahan dalam penelitian ini. Disamping itu juga,
bagi pelaksana penelitian diharapkan peneliti selanjutnya sebaiknya lebih

17

memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri
pada siswa yang belum dikontrol oleh peneliti. Antara lain seperti, siswa
mempunyai prestasi pada bidang yang lain di luar sekolah dan ketika pada
saat kalah mendapat ejekan dari orang lain bahkan teman-teman sendiri tidak
mendukung sepenuhnya. Selain itu juga, siswa memiliki prestasi yang baik
dibidang akademiknya sehingga menjadikan individu cenderung percaya diri.

DAFTAR PUSTAKA
Apollo. (2005). Hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa.
Jurnal Ilmu Pendidikan, 3, 46-63.

Ashron, L. J. (2009). The impact of extracurricular participation on the first year
college experience of freshman in a college of agriculture . Diunduh pada 4

Maret,

2009,

dari

http://etd.lib.ttu.edu/theses/available/etd-04032009-

105653/unrestricted /Ashorn_Laura_Thesis.pdf
Astriani, L. (2010). Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Peak Performance Atlet
Bola Basket Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Di Kota Malang. Skripsi
tidak dipublikasikan. Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim, Malang.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Cetakan 2. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Barbara, A. (1996). Self Confident: Percaya Diri Sumber Kesuksesan Dan
Kemandirian. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Blomfield, C. (2010). Australian Adolescents’ Extracurricular Activity
Participation and Positive Development: Is the Relationship Mediated by Peer
Attributes.Australian Journal of Educational and Developmental Psychology,
10, 108-122.

Brooks, A. L. (2000). A study of the relationship between the increased growth
and

development

of

elementary

students

when

participating

in

extracurricular activities and the adaptations that parents, schools, and
communities make to meet these after school. Diunduh pada 7 April, 2010,

dari http://www.uwstout.edu/content/lib/thesis/2000/2000brooksa.pdf

18

Bunker, B. B. (1993). Self Confidence and Influence Strategis: An Organization
Simulation. Journal of Personality. An Social Psychology, Vol. 44. No. 02 ,
322-333 USA APA Inc.
Burns, R.B. (1979). The Self Consept. London and New York: Logman, Inc.
Dinata, M. (2008). Bola basket: Konsep Dan Teknik Bermain Bola Basket.Jakarta:
Cerdas Jaya.
Fatimah, E. (2006). Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: BalaiSetia.
Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: PT. BPK Gunung
Mulia.
Hakim, T. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Cetakan 1. Jakarta: Puspa
Swara.
Hendri, A. (2008).Ekskul Olahraga Upaya Membangun karakter Siswa . Diunduh
pada

1

November,

2008,

dari

http://202.152.33.84/index.php?option=com_content&task=view&id=16421
&Itemid=46Saturday
Kanter, M. R. (2006). Confidence. Alih bahasa: Maulana, A. Batam: PT.
Kharisma Publishing Group.
Kartono, K. (1990). Psikologi Anak. Bandung: PT. Mandar Maju.
Kumara, A. (1988). Studi Pendahuluan Tentang Validitas dan Reliabilitas The
Test of Self Confidence. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Psikologi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Lauster, P. (1978). The Personality Test. London: Pan Books, Inc.
Lindenfield, G. (1997). Confident Children. Alih bahasa: Kamil, E. Jakarta: PT.
Arcan.
Litvinoff, S. (2010). The Confidence Plan. Alih bahasa: Sindoro, A. Tangerang:
PT. KARISMA Publishing Group.
Mahrita, E. (1997). Pengembangan Inventori Kepercayaan Diri : Penelitian
Reliabilitas, Validitas, dan Norma Pada Sampel Mahasiswa Berusia 18-27
Tahun.Skripsi

tidak

Indonesia, Depok.

dipublikasikan.

Fakultas

Psikologi,

Universitas

19

Mastuti & Aswi. (2008). 50 Kiat percaya diri. Jakarta: PT. Buku Kita.
Rizkiyah. (2005). Hubungan Antara Penerimaan Kelompok Teman Sebaya
Dengan Kepercayaan Diri Remaja Awal Siswa Kelas XI IPS SMAN 5
Bekasi.Skripsitidak dipublikasikan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Islam As-Syafi’iyah, Jakarta.
Satiadarma, P. M. (2000). Dasar-dasar Psikologi Olahraga . Cetakan 1. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Siahaan, E. (2005). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Prestasi Belajar
Bidang Kognitif Pada Siswa Kelas II SMU Reksana Medan.Skripsi tidak
dipublikasikan. Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga.
Suharso & Retnoningsih. (2005). KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Semarang: CV. Widya Karya.
------------------ (2010). Apa Yang Dimaksud Dengan Kegiatan Ekstrakurikuler (online).
Diunduh
pada
1
Desember,
2010,
dari
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2010/03/apa-yang-dimaksuddengan-kegiatan.html
------------------ (2010). Ekstrakurikuler . Wikipedia (on-line). Diunduh pada 14
Desember, 2010, dari http://id.wikipedia.org/wiki/ekstrakurikuler
-------------------(2009). Bola Basket. Diunduh pada 6 Maret, 2009, dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Basket