T1 802011108 Full text
PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL DITINJAU DARI
JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA ANGKATAN 2013
FAKULTAS PSIKOLOGI UKSW SALATIGA
OLEH
DANTI ARDIANI SEBAYANG
802011108
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL DITINJAU DARI
JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA ANGKATAN 2013
FAKULTAS PSIKOLOGI UKSW SALATIGA
Danti Ardiani Sebayang
Chr. Hari Soetjiningsih
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosional ditinjau
dari jenis kelamin pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga. Partisipan
penelitian ini adalah 134 mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur yang
digunakan adalah Emotional Competency Inventory (ECI).Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan T-Test (uji-t). Terdapat hasil dari penelitian ini tidak ada
perbedaan signifikan kecerdasan emosional ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa
dengan signifikansi 0,666 (p > 0,05).
Kata Kunci: kecerdasan emosional, jenis kelamin.
i
Abstact
The purpose of this study to difference of emotional intellegencefrom gender at
FakultasPsikologi
UKSW Salatiga.Participant
of this
research
are
134
of
FakultasPsikologi UKSW Salatiga. Intake technique of sample use sampling purposive
technique.Instrument measure using Emotional Competency Inventory (ECI).This
research use quantitativemethod with T-Test (uji-t). There is result fromthis research
that is there is a not significant difference of emotional intellegence evaluated from
gender with significancy 0,666 (p > 0,05).
Keywords : emotional intellegence, gender.
ii
1
PENDAHULUAN
Setiap individu mempunyai kepandaian dan kemampuan yang berbeda. Individu
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dalam dirinya agar dapat memahami
dan menguasai bagaimana berperilaku dan bersikap untuk dirinya dan orang lain.
Kecerdasan merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam pengambilan
keputusan individu. Salah satu kecerdasan yang perlu dimiliki individu adalah
kecerdasan emosional.
Menurut Back (dalam Hurlock, 2006), seseorang yang memiliki kecerdasan
emosional yang baik, akan lebih mampu mengatur emosinya sehingga dapat
meminimalisasi atau bahkan menghindari perasaan cemas. Goleman (2007) menyatakan
bahwa individu yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi akan lebih kritis
dan rasional dalam menghadapi berbagai macam masalah. Dengan kata lain, orang
dengan kecerdasan emosional yang tinggi mampu memprediksikan kemungkinankemungkinan yang akan terjadi dalam kelangsungan hidupnya. Kecerdasan emosional
diperlukan seseorang saat menghadapi masalah yang kemungkinan akan menimbulkan
tekanan, kecemasan, bahkan stres bagi individu tersebut. Hasil penelitian Gohm (2003)
didapatkan bahwa kecerdasan emosional diperlukan oleh setiap individu untuk
memahami diri sendiri maupun orang lain, mengontrol emosi, menyelesaikan masalah
dengan baik, dan membantu kita membuat penilaian objektif mengenai orang lain.
Tanpa adanya kecerdasan emosional individu tidak akan bisa menggunakan
kemampuan-kemampuan kognitifnya dengan maksimal. Kecerdasan emosional akan
berpengaruh pada perilaku individu dalam mengatasi permasalahan yang muncul.
Dalam menghadapi permasalahan kita akan dituntut untuk mengambil keputusan
dan tindakan, tak dapat dipungkiri bahwa kita memutuskan sesuatu tidak hanya
2
berdasarkan nalar namun juga melibatkan perasaan. Tak hanya menekankan intelligence
quotient (IQ) namun perlu diimbangi dengan emotional intelligence(EI). Kecerdasan
emosional membuat kita dapat bersifat manusiawi. Kecerdasan emosional meliputi
kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran, serta pemahaman tentang emosi dan
kemampuanuntuk mengatur dan mengendalikannya.
Individu yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau perasaanperasaan saja, namun juga memahami apa artinya. Mampu melihat diri sendiri, seperti
oranglain melihat diri kita. Memahami orang lain seolah-olah apa yang dirasakan orang
itu juga kita rasakan.Dengan demikian orang yang cerdas secara emosional adalah orang
yangmemahami kondisi dirinya dengan baik dan dapat mengambil tindakan yangtepat.
Individu tersebut mampu mengenali dan dapat bersikap sesuai dengan kebutuhan.
Goleman (2007) menyatakanbahwa kecerdasan emosional mampu membantu
individu dalam meraih kesuksesan.Tak hanya mengedepankan IQ saja namun
diperlukan EI untuk mengimbanginya. Dalam dunia kerja misalnya, tak hanya
seseorang dituntut hanya pandai di bidang pekerjaannya karena dalam bekerja tidak
selalu dikerjakan secara personal akan tetapi perlu bekerja dalam tim. Tentunya
diperlukan interaksi dengan orang lain, di mana individu harus mampu mengatasi
dirinya sendiri dan orang lain. Jika seseorang hanya pandai di bidangnya maka ia hanya
mampu bekerja dengan baik, namun jika individu memiliki kecerdasan emosional maka
kemungkinan untuk mendapatkan dukungan sosial akan lebih besar. Sisi emosional
inilah yang dapat membantu seseorang untuk mencapai keberhasilan yang lebih jauh.
Untuk sukses dimulai dengan keterampilan intelektual, tetapi orang juga
memerlukan kecakapan emosi untuk memanfaatkan potensi bakat mereka secara
utuh(Goleman, 2001). Dari hasil penelitian Azhar dan Aini (2012), Siwi, Luthfi, dan
3
Pradana (2011), Tariq, Qualter, Roberts, Appleby, dan Barnes (2013), Sierra, Rosal,
Romero, Villegas, dan Lorenzo (2013), serta Labby, Lunenburg, dan Slate (2013)
menyatakan bahwa ada perbedaan kecerdasan emosional antara laki-laki dan perempuan
di mana perempuan lebih memiliki kecerdasan emosional. Hal ini dikarenakan
perempuan lebih memberatkan emosinya ketika dihadapkan pada suatu hal. Di sisi lain,
Aprilia dan Ritandiyono (2007) serta Singh dan Goel (2014) mendapatkan hasil bahwa
laki-laki lebih memiliki kecenderungan emosional daripada perempuan. Berbeda
dengan hasil penelitianPratama (2010), Khaterina dan Garliah (2012),Jiang (2014), serta
Nikmah (2014) yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan kecerdasan emosional
antara laki-laki dan perempuan. Hal tersebut dikarenakan zaman sekarang dalam
lingkup relasi sosial sudah dapat memanfaatkan kata-kata yang mengandung emosi dan
lebih banyak memperlihatkan emosi yang bervariasi ketika berinteraksi satu sama lain,
sehingga antara laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama dalam
mengembangkan
kecerdasan
emosionalnya.
Dari
hasil-hasil
penelitian
dapat
disimpulkan kecerdasan emosional laki-laki dan perempuan bervariasi berkaitan dengan
bagaimana sisi emosional berpengaruh dalam suatu hal yang akan dicapai.
Dalam kecerdasan emosional terdapat sisi emosional yaitu perasaan yang
terlibat, seperti:
a. Mengenali bagaimana emosi memengaruhi perilaku.
b. Menggunakan emosi dalam pencapaian suatu hal.
c. Berempati.
d. Berinteraksi dengan mengutamakan sisi emosional.
4
Berdasarkan hasil pengamatan pada mahasiswa terlihat bahwa adanya variasi
kecerdasan emosional yang dimiliki setiap individu. Siwi, Luthfi, dan Pradana (2011)
mengatakan mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah tidak
memiliki kemampuan yang fokus pada sisi emosinya. Misalnya mahasiswa tidak
mempunyai kemampuan mengelola emosi diri yaitu kemampuan dalam menangani
perasaan agar perasaan terungkap dengan baik. Kemampuan menangani perasaan
meliputi kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
kemurungan, ketersinggungan, dan akibat- akibat yang timbul karena gagalnya
ketrampilan emosi. Mahasiswa yang mempunyai kecerdasaan emosional yang tinggi
mempunyai kemampuan untuk mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri,
mengenal emosi orang lain, membina hubungan dengan orang lain, dengan kemmapuan
yang dimiliki tersebut, maka mahasiswa yang mempunyai kecerdasan emosional dapat
berprilaku secara positif didalam lingkungan masyarakat.
Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa mahasiswa tentang bagaimana
kecerdasan emosional yang dimiliki. Dari hasil pengamatan dan wawancara terlihat
bahwa
kecerdasan
emosional
laki-laki
dan
perempuan
berbeda.
Hal
ini
menunjukankebanyakan mahasiswa laki-laki merasa bahwa sisi emosional bukan hal
utama dalam menentukan pilihan dan pengambilan keputusan dengan kata lain
kecerdasan emosional bukanlah hal utama, berbeda dengan kebanyakan mahasiswa
perempuan yang menganggap sisi emosional adalah hal utama yang perlu diperhatikan
sehingga perempuan cenderung lebih mampu mengembangkan kecerdasan emosional.
Ada juga mahasiswa laki-laki maupun perempuan yang kurang mengerti dan memahami
apa itu kecerdasan emosional, sehingga mereka kurang mampu dalam mengembangkan
kecerdasan emosionalnya. Ketidakpahaman tersebut yang dapat menghambat dalam
5
pengembangan kecerdasan emosional pada masing-masing individu. Oleh karena itu,
diharapkan para mahasiswa dapat mengerti mengenai kecerdasan emosional yang
dimiliki, sehingga dapat direalisasikan pada aktivitas sehari-hari.
Namun pada kenyataanya, mahasiswa perempuan memiliki kecerdasan
emosional lebih tinggi dibanding laki-laki dan perempuan juga memiliki kemampuan
yang sama dalam hal meningkatkan kecerdasan emosional, tetapi rata-rata perempuan
mungkin dapat lebih tinggi dibandinglaki-laki dalam beberapa keterampilan emosi
(namun ada juga laki- laki yang lebih baik dibanding kebanyakan perempuan),
walaupun secara statistik ada perbedaan yang nyata diantara kedua kelompok tersebut
(Khaterina dan Garliah, 2012).Pada zaman sekarang ini yang serba canggih dan modern
membuat individu menjadi apatis dan individualis. Hal tersebut membuat individu
menjadi kurang peka terhadap orang lain dan hanya mementingkan diri sendiri. Tak
heran jika kecerdasan emosional hampir tidak diperhatikan. Ini akan berpengaruh pada
bagaimana individu bersosialisasi di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Tentu akan sangat memprihatinkan jika kecerdasan emosional ini tidak dipahami dan
ditanamkan dalam diri setiap individu. Dari hasil-hasil penelitian sebelumnya
didapatkan hasil pro dan kontrajuga dari hasil pengamatan tampak ada perbedaan
kecerdasan emosional antara laki-laki dan perempuan, sehingga peneliti semakin
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, masalah penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut, “apakah ada perbedaan kecerdasan emosional
ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Psikologi UKSW
Salatiga?”
6
Tujuan dan Manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan perbedaan kecerdasan
emosional ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Psikologi
UKSW Salatiga. Diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan ilmu
pengetahuan kepada fakultas psikologi untuk mengembangkan kecerdasan emosional
pada mahasiswa.
Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2005), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk
mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, untuk memotivasi diri sendiri dan
untuk mengelola emosi secara efektif pada diri sendiri dan orang lain.
Dimensi Kecerdasan Emosional
Goleman (2001) mengungkapkan 5 dimensi dari kecerdasan emosional yaitu:
a.
Self-Awareness(Kesadaran Diri)
Kemampuan untuk mengenali apa yang dirasakan, untuk memahami kebiasaan
respons emosional, dan untuk mengenali bagaimana emosi memengaruhi perilaku
dan kinerja. Ketika sadar diri, maka kita dapat melihat diri kita sendiri seperti orang
lain melihat kita, serta memiliki rasa yang baik dalam kemampuan diri sendiri dan
keterbatasan diri kita.
b.
Managing Emotion (Pengaturan Emosi)
Kemampuan untuk tetap fokus dan berpikir jernih bahkan ketika mengalami emosi
yang kuat. Mampu mengelola keadaan emosi diri sendiri adalah penting untuk
mengambil tanggung jawab untuk tindakan dan dapat menyelamatkan dari
keputusan tergesa-gesa yang nantinya akan disesali.
7
c.
Motivating Oneself (Memotivasi Diri Sendiri)
Kemampuan untuk menggunakan emosi terdalam untuk bergerak dan membimbing
diri untuk menuju tujuan. Kemampuan ini memungkinkan diri kita untuk
mengambil inisiatif dan untuk bertahan dalam menghadapi rintangan dan
kemunduran.
d.
Emphaty (Empati)
Kemampuan untuk merasakan, memahami dan menanggapi apa yang orang lain
rasakan. Dari kesadaran diri maka akan muncul empati terhadap orang lain. Jika
tidak dapat menyadari emosi diri sendiri, maka tidak akan dapat membaca emosi
orang lain.
e.
Social Skill (Keterampilan Sosial)
Kemampuan untuk mengelola, memengaruhi, dan menginspirasi emosi orang lain.
Mampu menangani emosi dalam hubungan, mampu memengaruhi, dan mengilhami
orang lain merupakan keterampilan dasar yang penting untuk kesuksesan kerja tim
dan kepemimpinan.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (dalam Zahra, 2008) faktor-faktor yang memengaruhi
kecerdasan emosional yaitu:
a.
Pengalaman
Kecerdasan emosional dapat meningkat sepanjang hidup manusia. Sepanjang
perjalanan hidup yang normal, kecerdasan emosional cenderung bertambah
sementara manusia belajar untuk menangani suasana hati, menangani emosi-emosi
yang menyulitkan, sehingga semakin cerdas dalam hal emosi dan dalam
berhubungan dengan orang lain.
8
b.
Usia
Siswa yang lebih tua dapat sama baiknya atau lebih baik dibandingkan sisw ayang
lebih muda dalam penguasaan kecakapan emosi baru.
c.
Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan mempunyai kemampuan yang sama dalam hal
meningkatkan kecerdasan emosional, tetapi rata-rata perempuan lebih dapat
mengembangkan kecerdasan emosionalnya dibanding kaum laki-laki dalam
mengembangkan beberapa keterampilan emosi (namun ada juga laki-laki yang
lebih dapat mengembangkan kecerdasan emosional
dibanding kebanyakan
perempuan), walaupun secara statistik ada perbedaan yang nyata diantara kedua
kelompok tersebut.
d.
Jabatan
Semakin tinggi jabatan seseorang, maka semakin penting keterampilan anta
rpribadinya dalam membuatnya menonjol dibanding mereka yang berprestasibiasabiasa atau dengan kata lain bahwa semakin tinggi jabatan, maka semakintinggi
kecerdasan emosional yang dimilikinya.
PerbedaanKecerdasan Emosional Ditinjau dari Jenis Kelamin
Setiap
individu
berkesempatan
untuk
mengembangkan
kecerdasan
emosionalnya, baik laki-laki maupun perempuan. Laki-laki yang lebih mengutamakan
rasio dan mengesampingkan sisi emosionalnya tetap perlu mengembangkan kecerdasan
emosional. Tak semua laki-laki hanya mengutamakan dari segi rasio saja, namun juga
mempertimbangkan dari segi emosionalnya. Perempuan yang cenderung mengutamakan
sisi
emosionalnya,
diharapkan
juga
dapat
mengembangkan
kecerdasan
9
emosionalnya.Namun tak semuadari perempuan juga mengutamakan sisi emosionalnya
saja.
Dengan kata lain, tidak dapat disimpulkan bahwa perempuan yang cenderung
mempertimbangkan sisi emosional jauh lebih memiliki kecerdasan emosional yang
tinggi daripada laki-laki, begitu pula sebaliknya laki-laki tidak dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosionalnya lebih rendah daripada perempuan. sehingga laki- laki dan
perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan kecerdasan
emosionalnya.
Hipotesis Penelitian
Menurut penjelasan di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
“Ada perbedaan yang signifikan kecerdasan emosional ditinjau dari jenis kelamin pada
mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Psikologi UKSW Salatiga”.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Dalam penelitian ini variabel yang ingin diketahui adalah perbedaan
kecerdasan emosional ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa angkatan 2013
Fakultas Psikologi UKSW.
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalahmahasiswa angkatan 2013 berjumlah 134.
Karakteristik populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang
mengikuti perkulihan pada tahun ke-3, yang sedang mempelajari dan mengikuti
10
perkulihan Psikologi. Rentang usia partisipan yaitu 18-21 tahun. Jumlah mahasiswa
perempuan 96 mahasiswa dan jumalah mahasiswa laki-laki 38 mahasiswa.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013)
Alat Ukur Penelitian
Alat ukur kecerdasan emosional menggunakan skala Emotional Competency
Inventory (ECI) oleh Goleman (2005). Kecerdasan emosional mencakup lima
dimensiyaitu self-awareness (kesadaran diri), managing emotion (pengaturan emosi),
motivating oneself (memotivasi diri sendiri), emphaty (empati), dan social skill
(keterampilan sosial).
Skala Emotional Competency Inventory (ECI) terdiri dari 50 item pernyataan
dalam bentuk skala ini menggunakan modelLikert yang terdiri dari 5 alternatif jawaban
yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Dapat Menentukan Dengan Pasti (TP),
Tidak Sesuai Dengan Diri Saya (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala ini
berjumlah dari 50 aitem dimana terdapat 50 aitem favorable. Pemberian skor pada aitem
Favorabel yaitu Sangat Sesuai (SS) diberi skor 5, Sesuai (S) diberi skor 4, Tidak Dapat
Menentukan dengan Pasti (TP) diberi skor 3, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 2, Dan
Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 1. Penilaian skala ini adalah makin tinggi skor
yang diperoleh, maka kecerdasan emosional semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah
skor yang diperoleh maka kecerdasan emosional semakin rendah.
Dilakukan uji daya diskriminasi aitem pada skala kecerdasan emosional. Kriteria
pemilihan aitem menggunakan batasan 0,25 namun apabila jumlah aitem yang lolos
tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat dipertimbangkan untuk
menurunkan sedikit batas kriterianya yaitu menjadi 0,25 (Azwar, 2012). Penelitian
11
menggunakan batasan 0,25 dikarenakan banyaknya aitem yang gugur jika menggunakan
batasan 0,30. Dari hasil empat kali uji daya diskriminasi aitem pada 50 aitem skala
kecerdasan emosional, terdapat 19 aitem yang gugur sehingga 31 aitem yang layak
digunakan. Dari uji reliabelitas Alpha Cronbach didapatkan hasil 0,858. Menurut Azwar
(2012), koefisian reliabel. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa skala kecerdasan
emosional ini tergolong reliable.
Metode Analisis Data
Metode analisis menggunakan uji-t untuk melihat perbedaan kecerdasan
emosional ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Psikologi
UKSW. Syarat uji-t yaitu sebaran data berdistribusi normal dan varians data homogen,
namun apabila syarat tersebut tidak terpenuhi maka dapat digunakan Mann-Whitney UTest (uji-u). Analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian validitas yang telah dilakukan dengan menggunakan korelasi person
(Product Moment Correlation) yaitu mengkorelasi antara skor tiap aitem dengan skor
total instrument, dan dengan menggunakan metode yang telah ada yaitu metode correted
item- total correlation. Pengujian analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan
computer SPSS versi 16.0.
Berdasarkan hasil uji validitas skala kecerdasan emosional, terdapat 31 aitem
yang valid dan terdapat 19 aitem yang gugur yaitu aitem nomor 5, 7, 9, 10, 12, 13, 18,
19, 21, 22, 23, 24, 25, 29, 30, 31, 33, 36, 47. Pada menggunakan skala yang ada
validitas dilakukan sebanyak empat kali sampai tidak ditemukan lagi aitem gugur.
12
Dari hasil uji reliabilitas setelah aitem gugur, diperoleh koefisien Alpha sebesar
0,856. Menurut Azwar (2013) jika koefisien Alpha lebih dari 0,8 maka menunjukan
bahwa reliabilitas alat ukur termasuk dalam kategori baik, sehingga skala kecerdasan
emosional yang digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini juga termasuk dalam
kategori baik.
1. Uji Asumsi
Dalam penelitian komposisi ini, dilakukan uji normalitas dan homogenitas
a. Uji Normalitas
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Perempuan
N
Normal Parametersa
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
96
186.8958
14.24631
.105
.105
-.081
1.029
.241
laki_laki
38
1.8918E2
1.49103E1
.116
.116
-.052
.714
.687
Hasil uji Normalitas pada Tabel 1 menunjukan bahwa data kecerdasan
emosional pada perempuan memiliki koefisien Kolmogorov-Smirnov Test sebesar 1,029
dengan probabilitas (p) atau signifikan sebesar 0,241 sedangkan pada laki-laki memiliki
koefisien Kolmogrof-Smirnov Test sebesar 0,687 dengan demikian data kecerdasan
emosional pada perempuan dan laki- laki memiliki distribusi data yang normal p > 0,05.
b. Uji Homogenitas
13
Data dapat dikatakan homogen apabila nilai p > 0,05.
Tabel 2
Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
kecerdasan_emosional
Levene Statistic
df1
.187
df2
1
Sig.
132
Dari hasil uji homogenitas menujukan bahwa nilai koefisien Levene Test sebesar
0,187 dengan signifikansi sebesar 0,666. Oleh karena nilai signifikansi lebih dari 0,05
(p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
2. Statistik Diskriptif
Dalam penelitian ini tingkat variabel kecerdasan emosional akan dibuat
sebanyak 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk menentukan kategori kecerdasan
emosional mempunyai 31 aitem valid dengan pemberian skor antara 1 sampai 5
sehingga pembagian skor tertinggi dan terendah yaitu:
Skor tertinggi 5 x 31 = 155
Skor terendah 1 x 31 = 31
Interval =
=
= 25
Bedasarkan hasil diatas maka kategori untuk kecerdasan emosional sebagai berikut :
.666
14
Tabel 3
Kategorisasi Pengukuran Skala Kecerdasan Emosional
Status
Perempuan
Interval
Kategori
N
Persentase
130< x
JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA ANGKATAN 2013
FAKULTAS PSIKOLOGI UKSW SALATIGA
OLEH
DANTI ARDIANI SEBAYANG
802011108
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL DITINJAU DARI
JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA ANGKATAN 2013
FAKULTAS PSIKOLOGI UKSW SALATIGA
Danti Ardiani Sebayang
Chr. Hari Soetjiningsih
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosional ditinjau
dari jenis kelamin pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga. Partisipan
penelitian ini adalah 134 mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur yang
digunakan adalah Emotional Competency Inventory (ECI).Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan T-Test (uji-t). Terdapat hasil dari penelitian ini tidak ada
perbedaan signifikan kecerdasan emosional ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa
dengan signifikansi 0,666 (p > 0,05).
Kata Kunci: kecerdasan emosional, jenis kelamin.
i
Abstact
The purpose of this study to difference of emotional intellegencefrom gender at
FakultasPsikologi
UKSW Salatiga.Participant
of this
research
are
134
of
FakultasPsikologi UKSW Salatiga. Intake technique of sample use sampling purposive
technique.Instrument measure using Emotional Competency Inventory (ECI).This
research use quantitativemethod with T-Test (uji-t). There is result fromthis research
that is there is a not significant difference of emotional intellegence evaluated from
gender with significancy 0,666 (p > 0,05).
Keywords : emotional intellegence, gender.
ii
1
PENDAHULUAN
Setiap individu mempunyai kepandaian dan kemampuan yang berbeda. Individu
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dalam dirinya agar dapat memahami
dan menguasai bagaimana berperilaku dan bersikap untuk dirinya dan orang lain.
Kecerdasan merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam pengambilan
keputusan individu. Salah satu kecerdasan yang perlu dimiliki individu adalah
kecerdasan emosional.
Menurut Back (dalam Hurlock, 2006), seseorang yang memiliki kecerdasan
emosional yang baik, akan lebih mampu mengatur emosinya sehingga dapat
meminimalisasi atau bahkan menghindari perasaan cemas. Goleman (2007) menyatakan
bahwa individu yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi akan lebih kritis
dan rasional dalam menghadapi berbagai macam masalah. Dengan kata lain, orang
dengan kecerdasan emosional yang tinggi mampu memprediksikan kemungkinankemungkinan yang akan terjadi dalam kelangsungan hidupnya. Kecerdasan emosional
diperlukan seseorang saat menghadapi masalah yang kemungkinan akan menimbulkan
tekanan, kecemasan, bahkan stres bagi individu tersebut. Hasil penelitian Gohm (2003)
didapatkan bahwa kecerdasan emosional diperlukan oleh setiap individu untuk
memahami diri sendiri maupun orang lain, mengontrol emosi, menyelesaikan masalah
dengan baik, dan membantu kita membuat penilaian objektif mengenai orang lain.
Tanpa adanya kecerdasan emosional individu tidak akan bisa menggunakan
kemampuan-kemampuan kognitifnya dengan maksimal. Kecerdasan emosional akan
berpengaruh pada perilaku individu dalam mengatasi permasalahan yang muncul.
Dalam menghadapi permasalahan kita akan dituntut untuk mengambil keputusan
dan tindakan, tak dapat dipungkiri bahwa kita memutuskan sesuatu tidak hanya
2
berdasarkan nalar namun juga melibatkan perasaan. Tak hanya menekankan intelligence
quotient (IQ) namun perlu diimbangi dengan emotional intelligence(EI). Kecerdasan
emosional membuat kita dapat bersifat manusiawi. Kecerdasan emosional meliputi
kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran, serta pemahaman tentang emosi dan
kemampuanuntuk mengatur dan mengendalikannya.
Individu yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau perasaanperasaan saja, namun juga memahami apa artinya. Mampu melihat diri sendiri, seperti
oranglain melihat diri kita. Memahami orang lain seolah-olah apa yang dirasakan orang
itu juga kita rasakan.Dengan demikian orang yang cerdas secara emosional adalah orang
yangmemahami kondisi dirinya dengan baik dan dapat mengambil tindakan yangtepat.
Individu tersebut mampu mengenali dan dapat bersikap sesuai dengan kebutuhan.
Goleman (2007) menyatakanbahwa kecerdasan emosional mampu membantu
individu dalam meraih kesuksesan.Tak hanya mengedepankan IQ saja namun
diperlukan EI untuk mengimbanginya. Dalam dunia kerja misalnya, tak hanya
seseorang dituntut hanya pandai di bidang pekerjaannya karena dalam bekerja tidak
selalu dikerjakan secara personal akan tetapi perlu bekerja dalam tim. Tentunya
diperlukan interaksi dengan orang lain, di mana individu harus mampu mengatasi
dirinya sendiri dan orang lain. Jika seseorang hanya pandai di bidangnya maka ia hanya
mampu bekerja dengan baik, namun jika individu memiliki kecerdasan emosional maka
kemungkinan untuk mendapatkan dukungan sosial akan lebih besar. Sisi emosional
inilah yang dapat membantu seseorang untuk mencapai keberhasilan yang lebih jauh.
Untuk sukses dimulai dengan keterampilan intelektual, tetapi orang juga
memerlukan kecakapan emosi untuk memanfaatkan potensi bakat mereka secara
utuh(Goleman, 2001). Dari hasil penelitian Azhar dan Aini (2012), Siwi, Luthfi, dan
3
Pradana (2011), Tariq, Qualter, Roberts, Appleby, dan Barnes (2013), Sierra, Rosal,
Romero, Villegas, dan Lorenzo (2013), serta Labby, Lunenburg, dan Slate (2013)
menyatakan bahwa ada perbedaan kecerdasan emosional antara laki-laki dan perempuan
di mana perempuan lebih memiliki kecerdasan emosional. Hal ini dikarenakan
perempuan lebih memberatkan emosinya ketika dihadapkan pada suatu hal. Di sisi lain,
Aprilia dan Ritandiyono (2007) serta Singh dan Goel (2014) mendapatkan hasil bahwa
laki-laki lebih memiliki kecenderungan emosional daripada perempuan. Berbeda
dengan hasil penelitianPratama (2010), Khaterina dan Garliah (2012),Jiang (2014), serta
Nikmah (2014) yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan kecerdasan emosional
antara laki-laki dan perempuan. Hal tersebut dikarenakan zaman sekarang dalam
lingkup relasi sosial sudah dapat memanfaatkan kata-kata yang mengandung emosi dan
lebih banyak memperlihatkan emosi yang bervariasi ketika berinteraksi satu sama lain,
sehingga antara laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama dalam
mengembangkan
kecerdasan
emosionalnya.
Dari
hasil-hasil
penelitian
dapat
disimpulkan kecerdasan emosional laki-laki dan perempuan bervariasi berkaitan dengan
bagaimana sisi emosional berpengaruh dalam suatu hal yang akan dicapai.
Dalam kecerdasan emosional terdapat sisi emosional yaitu perasaan yang
terlibat, seperti:
a. Mengenali bagaimana emosi memengaruhi perilaku.
b. Menggunakan emosi dalam pencapaian suatu hal.
c. Berempati.
d. Berinteraksi dengan mengutamakan sisi emosional.
4
Berdasarkan hasil pengamatan pada mahasiswa terlihat bahwa adanya variasi
kecerdasan emosional yang dimiliki setiap individu. Siwi, Luthfi, dan Pradana (2011)
mengatakan mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah tidak
memiliki kemampuan yang fokus pada sisi emosinya. Misalnya mahasiswa tidak
mempunyai kemampuan mengelola emosi diri yaitu kemampuan dalam menangani
perasaan agar perasaan terungkap dengan baik. Kemampuan menangani perasaan
meliputi kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
kemurungan, ketersinggungan, dan akibat- akibat yang timbul karena gagalnya
ketrampilan emosi. Mahasiswa yang mempunyai kecerdasaan emosional yang tinggi
mempunyai kemampuan untuk mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri,
mengenal emosi orang lain, membina hubungan dengan orang lain, dengan kemmapuan
yang dimiliki tersebut, maka mahasiswa yang mempunyai kecerdasan emosional dapat
berprilaku secara positif didalam lingkungan masyarakat.
Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa mahasiswa tentang bagaimana
kecerdasan emosional yang dimiliki. Dari hasil pengamatan dan wawancara terlihat
bahwa
kecerdasan
emosional
laki-laki
dan
perempuan
berbeda.
Hal
ini
menunjukankebanyakan mahasiswa laki-laki merasa bahwa sisi emosional bukan hal
utama dalam menentukan pilihan dan pengambilan keputusan dengan kata lain
kecerdasan emosional bukanlah hal utama, berbeda dengan kebanyakan mahasiswa
perempuan yang menganggap sisi emosional adalah hal utama yang perlu diperhatikan
sehingga perempuan cenderung lebih mampu mengembangkan kecerdasan emosional.
Ada juga mahasiswa laki-laki maupun perempuan yang kurang mengerti dan memahami
apa itu kecerdasan emosional, sehingga mereka kurang mampu dalam mengembangkan
kecerdasan emosionalnya. Ketidakpahaman tersebut yang dapat menghambat dalam
5
pengembangan kecerdasan emosional pada masing-masing individu. Oleh karena itu,
diharapkan para mahasiswa dapat mengerti mengenai kecerdasan emosional yang
dimiliki, sehingga dapat direalisasikan pada aktivitas sehari-hari.
Namun pada kenyataanya, mahasiswa perempuan memiliki kecerdasan
emosional lebih tinggi dibanding laki-laki dan perempuan juga memiliki kemampuan
yang sama dalam hal meningkatkan kecerdasan emosional, tetapi rata-rata perempuan
mungkin dapat lebih tinggi dibandinglaki-laki dalam beberapa keterampilan emosi
(namun ada juga laki- laki yang lebih baik dibanding kebanyakan perempuan),
walaupun secara statistik ada perbedaan yang nyata diantara kedua kelompok tersebut
(Khaterina dan Garliah, 2012).Pada zaman sekarang ini yang serba canggih dan modern
membuat individu menjadi apatis dan individualis. Hal tersebut membuat individu
menjadi kurang peka terhadap orang lain dan hanya mementingkan diri sendiri. Tak
heran jika kecerdasan emosional hampir tidak diperhatikan. Ini akan berpengaruh pada
bagaimana individu bersosialisasi di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Tentu akan sangat memprihatinkan jika kecerdasan emosional ini tidak dipahami dan
ditanamkan dalam diri setiap individu. Dari hasil-hasil penelitian sebelumnya
didapatkan hasil pro dan kontrajuga dari hasil pengamatan tampak ada perbedaan
kecerdasan emosional antara laki-laki dan perempuan, sehingga peneliti semakin
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, masalah penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut, “apakah ada perbedaan kecerdasan emosional
ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Psikologi UKSW
Salatiga?”
6
Tujuan dan Manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan perbedaan kecerdasan
emosional ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Psikologi
UKSW Salatiga. Diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan ilmu
pengetahuan kepada fakultas psikologi untuk mengembangkan kecerdasan emosional
pada mahasiswa.
Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2005), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk
mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, untuk memotivasi diri sendiri dan
untuk mengelola emosi secara efektif pada diri sendiri dan orang lain.
Dimensi Kecerdasan Emosional
Goleman (2001) mengungkapkan 5 dimensi dari kecerdasan emosional yaitu:
a.
Self-Awareness(Kesadaran Diri)
Kemampuan untuk mengenali apa yang dirasakan, untuk memahami kebiasaan
respons emosional, dan untuk mengenali bagaimana emosi memengaruhi perilaku
dan kinerja. Ketika sadar diri, maka kita dapat melihat diri kita sendiri seperti orang
lain melihat kita, serta memiliki rasa yang baik dalam kemampuan diri sendiri dan
keterbatasan diri kita.
b.
Managing Emotion (Pengaturan Emosi)
Kemampuan untuk tetap fokus dan berpikir jernih bahkan ketika mengalami emosi
yang kuat. Mampu mengelola keadaan emosi diri sendiri adalah penting untuk
mengambil tanggung jawab untuk tindakan dan dapat menyelamatkan dari
keputusan tergesa-gesa yang nantinya akan disesali.
7
c.
Motivating Oneself (Memotivasi Diri Sendiri)
Kemampuan untuk menggunakan emosi terdalam untuk bergerak dan membimbing
diri untuk menuju tujuan. Kemampuan ini memungkinkan diri kita untuk
mengambil inisiatif dan untuk bertahan dalam menghadapi rintangan dan
kemunduran.
d.
Emphaty (Empati)
Kemampuan untuk merasakan, memahami dan menanggapi apa yang orang lain
rasakan. Dari kesadaran diri maka akan muncul empati terhadap orang lain. Jika
tidak dapat menyadari emosi diri sendiri, maka tidak akan dapat membaca emosi
orang lain.
e.
Social Skill (Keterampilan Sosial)
Kemampuan untuk mengelola, memengaruhi, dan menginspirasi emosi orang lain.
Mampu menangani emosi dalam hubungan, mampu memengaruhi, dan mengilhami
orang lain merupakan keterampilan dasar yang penting untuk kesuksesan kerja tim
dan kepemimpinan.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (dalam Zahra, 2008) faktor-faktor yang memengaruhi
kecerdasan emosional yaitu:
a.
Pengalaman
Kecerdasan emosional dapat meningkat sepanjang hidup manusia. Sepanjang
perjalanan hidup yang normal, kecerdasan emosional cenderung bertambah
sementara manusia belajar untuk menangani suasana hati, menangani emosi-emosi
yang menyulitkan, sehingga semakin cerdas dalam hal emosi dan dalam
berhubungan dengan orang lain.
8
b.
Usia
Siswa yang lebih tua dapat sama baiknya atau lebih baik dibandingkan sisw ayang
lebih muda dalam penguasaan kecakapan emosi baru.
c.
Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan mempunyai kemampuan yang sama dalam hal
meningkatkan kecerdasan emosional, tetapi rata-rata perempuan lebih dapat
mengembangkan kecerdasan emosionalnya dibanding kaum laki-laki dalam
mengembangkan beberapa keterampilan emosi (namun ada juga laki-laki yang
lebih dapat mengembangkan kecerdasan emosional
dibanding kebanyakan
perempuan), walaupun secara statistik ada perbedaan yang nyata diantara kedua
kelompok tersebut.
d.
Jabatan
Semakin tinggi jabatan seseorang, maka semakin penting keterampilan anta
rpribadinya dalam membuatnya menonjol dibanding mereka yang berprestasibiasabiasa atau dengan kata lain bahwa semakin tinggi jabatan, maka semakintinggi
kecerdasan emosional yang dimilikinya.
PerbedaanKecerdasan Emosional Ditinjau dari Jenis Kelamin
Setiap
individu
berkesempatan
untuk
mengembangkan
kecerdasan
emosionalnya, baik laki-laki maupun perempuan. Laki-laki yang lebih mengutamakan
rasio dan mengesampingkan sisi emosionalnya tetap perlu mengembangkan kecerdasan
emosional. Tak semua laki-laki hanya mengutamakan dari segi rasio saja, namun juga
mempertimbangkan dari segi emosionalnya. Perempuan yang cenderung mengutamakan
sisi
emosionalnya,
diharapkan
juga
dapat
mengembangkan
kecerdasan
9
emosionalnya.Namun tak semuadari perempuan juga mengutamakan sisi emosionalnya
saja.
Dengan kata lain, tidak dapat disimpulkan bahwa perempuan yang cenderung
mempertimbangkan sisi emosional jauh lebih memiliki kecerdasan emosional yang
tinggi daripada laki-laki, begitu pula sebaliknya laki-laki tidak dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosionalnya lebih rendah daripada perempuan. sehingga laki- laki dan
perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan kecerdasan
emosionalnya.
Hipotesis Penelitian
Menurut penjelasan di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
“Ada perbedaan yang signifikan kecerdasan emosional ditinjau dari jenis kelamin pada
mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Psikologi UKSW Salatiga”.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Dalam penelitian ini variabel yang ingin diketahui adalah perbedaan
kecerdasan emosional ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa angkatan 2013
Fakultas Psikologi UKSW.
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalahmahasiswa angkatan 2013 berjumlah 134.
Karakteristik populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang
mengikuti perkulihan pada tahun ke-3, yang sedang mempelajari dan mengikuti
10
perkulihan Psikologi. Rentang usia partisipan yaitu 18-21 tahun. Jumlah mahasiswa
perempuan 96 mahasiswa dan jumalah mahasiswa laki-laki 38 mahasiswa.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013)
Alat Ukur Penelitian
Alat ukur kecerdasan emosional menggunakan skala Emotional Competency
Inventory (ECI) oleh Goleman (2005). Kecerdasan emosional mencakup lima
dimensiyaitu self-awareness (kesadaran diri), managing emotion (pengaturan emosi),
motivating oneself (memotivasi diri sendiri), emphaty (empati), dan social skill
(keterampilan sosial).
Skala Emotional Competency Inventory (ECI) terdiri dari 50 item pernyataan
dalam bentuk skala ini menggunakan modelLikert yang terdiri dari 5 alternatif jawaban
yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Dapat Menentukan Dengan Pasti (TP),
Tidak Sesuai Dengan Diri Saya (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala ini
berjumlah dari 50 aitem dimana terdapat 50 aitem favorable. Pemberian skor pada aitem
Favorabel yaitu Sangat Sesuai (SS) diberi skor 5, Sesuai (S) diberi skor 4, Tidak Dapat
Menentukan dengan Pasti (TP) diberi skor 3, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 2, Dan
Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 1. Penilaian skala ini adalah makin tinggi skor
yang diperoleh, maka kecerdasan emosional semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah
skor yang diperoleh maka kecerdasan emosional semakin rendah.
Dilakukan uji daya diskriminasi aitem pada skala kecerdasan emosional. Kriteria
pemilihan aitem menggunakan batasan 0,25 namun apabila jumlah aitem yang lolos
tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat dipertimbangkan untuk
menurunkan sedikit batas kriterianya yaitu menjadi 0,25 (Azwar, 2012). Penelitian
11
menggunakan batasan 0,25 dikarenakan banyaknya aitem yang gugur jika menggunakan
batasan 0,30. Dari hasil empat kali uji daya diskriminasi aitem pada 50 aitem skala
kecerdasan emosional, terdapat 19 aitem yang gugur sehingga 31 aitem yang layak
digunakan. Dari uji reliabelitas Alpha Cronbach didapatkan hasil 0,858. Menurut Azwar
(2012), koefisian reliabel. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa skala kecerdasan
emosional ini tergolong reliable.
Metode Analisis Data
Metode analisis menggunakan uji-t untuk melihat perbedaan kecerdasan
emosional ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Psikologi
UKSW. Syarat uji-t yaitu sebaran data berdistribusi normal dan varians data homogen,
namun apabila syarat tersebut tidak terpenuhi maka dapat digunakan Mann-Whitney UTest (uji-u). Analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian validitas yang telah dilakukan dengan menggunakan korelasi person
(Product Moment Correlation) yaitu mengkorelasi antara skor tiap aitem dengan skor
total instrument, dan dengan menggunakan metode yang telah ada yaitu metode correted
item- total correlation. Pengujian analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan
computer SPSS versi 16.0.
Berdasarkan hasil uji validitas skala kecerdasan emosional, terdapat 31 aitem
yang valid dan terdapat 19 aitem yang gugur yaitu aitem nomor 5, 7, 9, 10, 12, 13, 18,
19, 21, 22, 23, 24, 25, 29, 30, 31, 33, 36, 47. Pada menggunakan skala yang ada
validitas dilakukan sebanyak empat kali sampai tidak ditemukan lagi aitem gugur.
12
Dari hasil uji reliabilitas setelah aitem gugur, diperoleh koefisien Alpha sebesar
0,856. Menurut Azwar (2013) jika koefisien Alpha lebih dari 0,8 maka menunjukan
bahwa reliabilitas alat ukur termasuk dalam kategori baik, sehingga skala kecerdasan
emosional yang digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini juga termasuk dalam
kategori baik.
1. Uji Asumsi
Dalam penelitian komposisi ini, dilakukan uji normalitas dan homogenitas
a. Uji Normalitas
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Perempuan
N
Normal Parametersa
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
96
186.8958
14.24631
.105
.105
-.081
1.029
.241
laki_laki
38
1.8918E2
1.49103E1
.116
.116
-.052
.714
.687
Hasil uji Normalitas pada Tabel 1 menunjukan bahwa data kecerdasan
emosional pada perempuan memiliki koefisien Kolmogorov-Smirnov Test sebesar 1,029
dengan probabilitas (p) atau signifikan sebesar 0,241 sedangkan pada laki-laki memiliki
koefisien Kolmogrof-Smirnov Test sebesar 0,687 dengan demikian data kecerdasan
emosional pada perempuan dan laki- laki memiliki distribusi data yang normal p > 0,05.
b. Uji Homogenitas
13
Data dapat dikatakan homogen apabila nilai p > 0,05.
Tabel 2
Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
kecerdasan_emosional
Levene Statistic
df1
.187
df2
1
Sig.
132
Dari hasil uji homogenitas menujukan bahwa nilai koefisien Levene Test sebesar
0,187 dengan signifikansi sebesar 0,666. Oleh karena nilai signifikansi lebih dari 0,05
(p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
2. Statistik Diskriptif
Dalam penelitian ini tingkat variabel kecerdasan emosional akan dibuat
sebanyak 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk menentukan kategori kecerdasan
emosional mempunyai 31 aitem valid dengan pemberian skor antara 1 sampai 5
sehingga pembagian skor tertinggi dan terendah yaitu:
Skor tertinggi 5 x 31 = 155
Skor terendah 1 x 31 = 31
Interval =
=
= 25
Bedasarkan hasil diatas maka kategori untuk kecerdasan emosional sebagai berikut :
.666
14
Tabel 3
Kategorisasi Pengukuran Skala Kecerdasan Emosional
Status
Perempuan
Interval
Kategori
N
Persentase
130< x