Pengaruh tingkat efisiensi usaha, aktiva produktif, likuiditas, rentabilitas, dan tingkat kecukupan modal terhadap profitabilitas : studi pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2012 - 2014.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT EFISIENSI USAHA, AKTIVA PRODUKTIF, LIKUIDITAS, RENTABILITAS, DAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL

TERHADAP PROFITABILITAS Studi Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2012 – 2014

Retno Antu Pratiwi NIM : 112114001 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh tingkat efisiensi usaha, aktiva produktif, likuiditas, rentabilitas dan tingkat kecukupan modal terhadap profitabilitas.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Perkreditan Rakyat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012 – 2014. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling, sebanyak 42 Bank. Data diuji menggunakan analisis regresi data panel.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat efisiensi usaha, rentabilitas berpengaruh terhadap profitabilitas. Aktiva produktif, likuiditas, dan tingkat kecukupan modal tidak berpengaruh terhadap profitabliitas.

Kata Kunci : profitabilitas, tingkat efisiensi usaha, aktiva produktif, likuiditas, rentabilitas, tingkat kecukupan modal.


(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BUSINESS EFFICIENCY LEVEL, PRODUCTIVE ASSETS, LIQUIDITY, RENTABILITY, AND CAPITAL ADEQUACY

RATIO TO THE PROFITABILITY (an Empirical Study at People’s Credit Bank in Special Region of Yogyakarta in 2012-2014)

Retno Antu Pratiwi NIM : 112114001 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

The aim of this research is to analyze the influence of business efficiency level, productive assets, liquidity, rentability, and capital adequacy ratio to the profitability.

The research was an empirical study. The sample used in this research were People’s Credit Banks (Bank Perkreditan Rakyat) in Special Region of Yogyakarta in 2012-2014. They were selected using purposive sampling method in which 42 banks chosen as sample. The data were tested by panel data regression analysis.

The result showed that level of business and rentability are significantly influenced by the profitability. In contrast, productive assets, liquidity, and capital adequacy ratio do not have any significant influence to the profitability.

Keyword : profitability, business efficiency level, productive assets, liquidity, rentability, capital adequacy ratio


(3)

PENGARUH TINGKAT EFISIENSI USAHA, AKTIVA PRODUKTIF, LIKUIDITAS, RENTABILITAS, DAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL

TERHADAP PROFITABILITAS Studi pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2012-2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Retno Antu Pratiwi NIM : 112114001

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENGARUH TINGKAT EFISIENSI USAHA, AKTIVA PRODUKTIF, LIKUIDITAS, RENTABILITAS, DAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL

TERHADAP PROFITABILITAS Studi pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2012-2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Retno Antu Pratiwi NIM : 112114001

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapatkan; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena

setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu

dibukakan » Matius 7:7-8 «

Setiap kali ingin menyerah, aku selalu mengingat satu hal. Garis akhir terbentang di hadapanku, dan satu langkah lagi akan membawaku

sedikit lebih dekat menuju tujuan. » Winna Efendi «

Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai tiap langkahku dan kepada kedua orang tuaku Bapak Karmin dan Alm. Ibu Sri Yatni

Mbak Retno, Mas Natal, Mas Wawan dan Gauraf Sahabat dan teman - temanku


(8)

(9)

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph. D. selaku rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Dr. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. M. Trisnawati Rahayu, M.Si., Akt. Selaku dosen pembimbing akademik. 5. Dr. Fr. Reni Retno Anggraeni, M.Si.,Ak selaku pembimbing yang telah

membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Dosen penguji.

7. Semua dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membagikan ilmu dan pengalamannya dalam proses perkuliahan.

8. Staf sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu kelancaran penulis dalam proses administrasi.

9. Staf perpustakaaan Universitas Sanata Dharma Mrican yang telah membantu penulis dalam peminjaman buku.

10. Bapak Karmin dan Alm. Ibu Sri Yatni, yang peduli terhadap pendidikan anaknya, dan selalu memberikan doa, nasehat, dorongan, kasih sayang yang tak terhingga.

11. Mbak Retno, Mas Natal, Mas Wawan, dan keponakanku Gauraf yang selalu memberikan doa, dukungan dan perhatian lebih.


(11)

(12)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB I LANDASAN TEORI ... 7

A. Lembaga Keuangan ... 7

B. Perbankan ... 7

1. Pengertian Perbankan ... 7

2. Pengertian Bank ... 7

3. Jenis Bank ... 8

C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... 10

1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... 10

2. Fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... 10

3. Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... 11

D. Analisis Laporan Keuangan ... 11

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan ... 11

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan ... 12

3. Teknik – Teknik Analisis Laporan Keuangan ... 13

E. Analisis Rasio Keuangan ... 14

1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan ... 14

2. Macam – Macam Rasio Keuangan ... 15

H. Penelitian Terdahulu ... 19

I. Hipotesis ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Metode dan Desain Penelitian ... 26


(13)

x

C. Jenis Data ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27

F. Teknik Analisis Data ... 33

1. Analisis Regresi Data Panel ... 33

2. Uji Normalitas ... 36

3. Uji Asumsi Klasik ... 38

a. Uji Multikolinieritas ... 38

b. Uji Heterokedastisitas ... 40

c. Uji Autokorelasi ... 40

4. Uji Simultan (Uji F) ... 41

5. Uji Hipotesis Parsial (Uji T) ... 42

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 47

A. Otoritas Jasa Keuangan ... 47

B. Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat ... 47

C. Data Responden ... 48

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Deskripsi Data ... 54

B. Analisis Data ... 55

1. Statistik Deskriptif ... 55

2. Pengujian Normalitas ... 57

3. Pengujian Asumsi Klasik ... 58

a. Pengujian Multikolinieritas ... 58

b. Pengujian Heterokedastisitas ... 59

c. Pengujian Aurokorelasi ... 60

4. Penentuan Model Regresi ... 60

5. Pengujian Simultan (Uji F) ... 62

6. Pengujian Hipotesis Parsial (Uji T)... 62

C. Pembahasan ... 66

BAB VI PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Keterbatasan Penelitian ... 71

C. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(14)

xi

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 2.1. Hubungan Antar Variabel ... 25

Tabel 4.1. Daftar Bank Perkreditan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta .... 49

Tabel 5.1. Proses Seleksi Pengambilan Sampel Berdasarkan Kriteria ... 54

Tabel 5.2. Hasil Analisis Deskriptif ... 56

Tabel 5.3. Hasil Pengujian Normalitas... 57

Tabel 5.4. Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 58

Tabel 5.5. Hasil Pengujian Heterokedastisitas ... 59

Tabel 5.6. Hasil Pengujian Autokorelasi ... 60

Tabel 5.7. Hasil Pengujian Model Regresi ... 61

Tabel 5.8. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi R² ... 61

Tabel 5.9. Hasil Pengujian Simultan (Uji F) ... 62


(15)

xii

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT EFISIENSI USAHA, AKTIVA PRODUKTIF, LIKUIDITAS, RENTABILITAS, DAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL

TERHADAP PROFITABILITAS Studi Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2012 – 2014

Retno Antu Pratiwi NIM : 112114001 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh tingkat efisiensi usaha, aktiva produktif, likuiditas, rentabilitas dan tingkat kecukupan modal terhadap profitabilitas.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Perkreditan Rakyat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012 – 2014. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling, sebanyak 42 Bank. Data diuji menggunakan analisis regresi data panel.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat efisiensi usaha, rentabilitas berpengaruh terhadap profitabilitas. Aktiva produktif, likuiditas, dan tingkat kecukupan modal tidak berpengaruh terhadap profitabliitas.

Kata Kunci : profitabilitas, tingkat efisiensi usaha, aktiva produktif, likuiditas, rentabilitas, tingkat kecukupan modal.


(16)

xiii

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BUSINESS EFFICIENCY LEVEL, PRODUCTIVE ASSETS, LIQUIDITY, RENTABILITY, AND CAPITAL ADEQUACY

RATIO TO THE PROFITABILITY (an Empirical Study at People’s Credit Bank in Special Region of Yogyakarta in 2012-2014)

Retno Antu Pratiwi NIM : 112114001 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

The aim of this research is to analyze the influence of business efficiency level, productive assets, liquidity, rentability, and capital adequacy ratio to the profitability.

The research was an empirical study. The sample used in this research were People’s Credit Banks (Bank Perkreditan Rakyat) in Special Region of Yogyakarta in 2012-2014. They were selected using purposive sampling method in which 42 banks chosen as sample. The data were tested by panel data regression analysis.

The result showed that level of business and rentability are significantly influenced by the profitability. In contrast, productive assets, liquidity, and capital adequacy ratio do not have any significant influence to the profitability.

Keyword : profitability, business efficiency level, productive assets, liquidity, rentability, capital adequacy ratio


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan, bank menurut Undang – Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bank merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan serta berhubungan dengan masalah-masalah keuangan.

Meskipun dalam peraturan tersebut lembaga keuangan diutamakan untuk membiayai investasi perusahaan, namun peraturan tersebut tidak berarti membatasi kegiatan pembiayaan lembaga keuangan hanya untuk investasi perusahaan. Dalam kenyataannya, kegiatan pembiayaan lembaga keuangan dapat diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, serta kegiatan distribusi barang dan jasa (Budisantoso dan Nuritomo 2014:5).

Salah satu jenis bank yang melakukan kegiatan keuangan terutama dalam hal pemberian kredit kepada masyarakat adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Menurut Undang-Undang RI No 10 Tahun 1998 tentang


(18)

Perbankan, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas perdagangan.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat, memberikan kredit kepada masyarakat, menyediakan pembiayaan, serta menempatkan dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka, atau tabungan pada bank lain (Siamat 2005:404). Kegiatan yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak terlepas dari risiko kegagalan yang dapat dialami oleh setiap bank. Kegagalan dapat disebabkan karena kesalahan manajemen perusahaan yang berakibat pada kesulitan keuangan bahkan kegagalan usaha perbankan, sehingga nantinya akan merugikan kegiatan perekonomian dan merugikan masyarakat selaku pemilik dana.

Sebagai lembaga keuangan yang melakukan kegiatan menghimpun dana dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat, Bank Perkreditan Rakyat seharusnya menjadi lembaga yang sehat sehingga mampu melakukan kegiatan operasionalnya dengan maksimal. Penilaian kinerja Bank Perkreditan Rakyat dilakukan dengan menilai faktor – faktor Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earning Power) dan Likuiditas (Liquidity) (Taswan 2006:359).

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini memakai subyek Bank Perkreditan Rakyat, sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan subyek Bank Umum Go Public. Kegiatan Bank


(19)

Perkreditan Rakyat lebih banyak berhubungan dengan Usaha Kecil Menengah yang memiliki permodalan terbatas, sedangkan Bank Umum berhubungan dengan pengusaha yang memiliki permodalan yang cukup besar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menguji masing-masing rasio, yaitu dengan merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah tingkat efisiensi usaha berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat ?

2. Apakah aspek aktiva produktif berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat?

3. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat?

4. Apakah rentabilitas berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat?

5. Apakah tingkat kecukupan modal berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini berfokus pada aspek likuiditas, rentabilitas, kecukupan modal dan aktiva produktif yang keempat aspek tersebut dihitung menggunakan rasio sebagai sebagai berikut :


(20)

2. Aspek Rentabilitas diukur menggunakan rasio Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on

Assets (ROA)

3. Aspek Tingkat Kecukupan Modal diukur menggunakan rasio Capital

Adequacy Ratio (CAR)

4. Aspek Aktiva Produktif diukur menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh tingkat efisiensi usaha terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

2. Pengaruh aspek aktiva produktif terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

3. Pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat. 4. Pengaruh rentabilitas terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat. 5. Pengaruh tingkat kecukupan modal terhadap profitabilitas Bank


(21)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi pihak perbankan

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan bagi perbankan untuk mengelola keuangan agar dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan profitabilitas dengan baik.

2. Bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang akuntansi.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 6 bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini membahas mengenai teori – teori yang melandasi penelitian dan menjadi acuan yang digunakan dalam menganalisis, yang meliputi teori pendukung, perumusan hipotesis dan kerangka pemikiran.


(22)

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini membahas mengenai hal – hal yang berkaitan dengan penelitian antara lain, metode dan desain penelitian, teknik pengambilan sampel, jenis data, teknik pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, serta teknik analisis data. BAB IV : Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisi mengenai gambaran umum perusahaan yang diteliti. BAB V : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini membahas deskripsi data, analisis data dan interpretasi terhadap hasil analisis berdasarkan alat dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian.

BAB VI : Penutup

Bab ini membahas kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian dan saran yang disampaikan untuk penelitian selanjutnya mengenai penelitian yang serupa.


(23)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaan utamanya berbentuk asset keuangan (financial assets) atau tagihan (claims) dibandingkan dengan asset non keuangan (nonfinancial assets) (Siamat 2005:4).

B. Perbankan

1. Pengertian Perbankan

Definisi perbankan menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 : “Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencangkup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”

2. Pengertian Bank

Definisi bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Definisi bank menurut G.M. Verryn Stuart yang dikutip oleh Dendawijaya (2000:25):

“Bank sebagai suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.”


(24)

Menurut pendapat Suyatno (1996:1) yang dikutip oleh Dendawijaya (2001:25) bank didefinisikan sebagai badan yang usaha utamanya menciptakan kredit.

3. Jenis bank

a. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank digolongkan berdasarkan jenisnya terdiri dari :

1) Bank Umum

Bank umum adalah badan usaha yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2) Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas perdagangan.

b. Jenis bank menurut fungsinya (Budisantoso dan Nuritomo 2014:119) 1) Bank Sentral yaitu bank yang merupakan badan hukum milik

Negara yang tugas pokoknya membantu pemerintah.

2) Bank Umum yaitu bank yang sumber utama dananya berasal dari simpanan pihak ketiga serta pemberian kredit jangka pendek dalam penyaluran dana.


(25)

3) Bank Pembangunan yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya berasal dari penerimaan simpanan deposito serta commercial

paper.

4) Bank Desa yaitu kantor bank di suatu desa yang tugas utamanya adalah melaksanakan fungsi perkreditan dan penghimpunan dana dalam rangka program pemerintah memajukan pembangunan desa. 5) BPR yaitu kantor bank di kota kecamatan yang merupakan unsur

penghimpunan dana masyarakat ataupun menyalurkan dananya di sektor pertanian dan pedesaan.

c. Jenis bank berdasarkan status kepemilikannya (Budisantoso dan Nuritomo 2014:119-120) :

1) Bank milik Negara (BUMN) yaitu bank yang seluruh modalnya berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan dan pendiriannya di bawah undang-undang tersendiri.

2) Bank milik swasta nasional yaitu bank milik swasta yang didirikan dalam bentuk hukum perseroan terbatas, di mana seluruh sahamnya dimiliki oleh WNI dan/atau badan-badan hukum di Indonesia.

3) Bank milik asing yaitu bank yang didirikan dalam bentuk cabang bank yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk campuran antara bank asing dan nasional yang ada di Indonesia.

4) Bank pembangunan daerah yaitu bank yang pendiriannya berdasarkan peraturan daerah provinsi dan sebagian besar


(26)

sahamnya dimiliki oleh pemerintah kota dan pemerintah kabupaten di wilayah bersangkutan dan modalnya merupakan harta kekayaan pemerintah daerah.

5) Bank campuran yaitu bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh asing dan pihak swasta nasional.

C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Definisi Bank Perkreditan Rakyat menurut Undang-Undang RI No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan:

“Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas perdagangan.” 2. Fungsi Bank Perkreditan Rakyat

Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat dari sisi pemerintah adalah (Siamat 2005:399)

a. Untuk memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak memiliki akses ke bank umum

b. Untuk membantu pemerintah mendidik masyarakat dalam memahami pola nasional agar akselerasi pembangunan di sector pedesaan dapat lebih dipercepat

c. Untuk menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat pedesaan


(27)

d. Untuk mendidik dan mempercepat pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan lembaga keuangan formal sehingga terhindar dari jeratan rentenir.

3. Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Menurut Undang-Undang RI No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) meliputi :

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu

b. Memberikan kredit

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.

D. Analisis Laporan Keuangan

1. Pengertian analisis laporan keuangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Prastowo (2002:52), kata “analisis” didefinisikan sebagai berikut :

“Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan”

Berdasarkan pengertian tersebut, analisis laporan keuangan merupakan proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur –


(28)

unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur - unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri (Prastowo 2002:52). Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan.

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan akan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang. Dengan mengolah laporan keuangan lebih lanjut melalui proses pembandingan, evaluasi dan analisis trend, akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin akan terjadi di masa mendatang (Prastowo 2002:51).

Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger; sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa dating; sebagai proses diagnosis terhadap masalah – masalah manajemen, operasi atau masalah lain; atau sebagai alat evaluasi terhadap manajemen (Prastowo 2002:53).

Bagian terpenting dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi; mengurangi dan mempersempit lingkup


(29)

ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan (Prastowo 2002:53).

3. Teknik – teknik analisis laporan keuangan menurut Prastowo dan Juliati (2002) adalah sebagai berikut :

a. Analisis Rasio

Jenis angka rasio dikelompokkan ke dalam kelompok rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio Return on Investment, rasio pemanfaatan aktiva, rasio kinerja operasi dan investor umumnya tertarik pada kelompok rasio profitabilitas tertentu. Rasio dapat dihitung dari berbagai kombinasi atau pasangan angka. Dengan menggunakan pos-pos yang ada pada laporan keuangan, dapat disusun suatu daftar angka rasio yang panjang.

b. Laporan Keuangan Komparatif

Analisa laporan keuangan dengan menyajikan laporan keuangan komparatif misal untuk dua tahun atau lebih merupakan awal yang baik. Dengan menyajikan laporan keuangan komparatif akan diperoleh gambaran mengenai pergerakan dan kecenderungan serta memberi petunjuk yang berharga dalam rangka memprediksi masa depan. Perbandingan laporan keuangan dapat dilakukan dengan menghitung perubahan dari tahun ke tahun, baik dalam jumlah rupiah maupun persentase.


(30)

c. Analisis Trend

Teknik analisis trend digunakan ketika pembandingan laporan keuangan lebih dari tiga tahun. Analisis trend menggambarkan kecenderungan perubahan suatu pos laporan keuangan selama beberapa periode.

d. Analisis Common - Size

Laporan keuangan dalam analisis common - size menyatakan masing – masing pos dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya. e. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana

Menggunakan teknik analisis sumber dan penggunaan dana ini, pengelola perusahaan akan memperoleh informasi mengenai sebab terjadinya surplus atau defisit kas selama periode tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan tentang kas. Berdasarkan beberapa teknik analisis di atas, penelitian ini memakai analisis rasio.

E. Analisis Rasio Keuangan 1. Pengertian rasio keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama untuk mengetahui hubungan di antara pos-pos tertentu baik dalam neraca maupun laporan laba – rugi (Abdullah 2002:112). Rasio keuangan menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain


(31)

dalam laporan keuangan, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding (Munawir 1997:64).

2. Macam – macam rasio keuangan

Rasio yang digunakan untuk menghitung kinerja suatu bank adalah sebagai berikut (Dendawijaya 2000:116-124). Macam-macam rasio adalah sebagai berikut :

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas mengukur kemampuan suatu bank dalam memenuhi kewajiban – kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.

1) Cash Ratio, adalah rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga

yang dihimpun bank yang harus segera dibayarkan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik dengan alat likuid (uang kas ditambah dengan rekening giro bank yang disimpan pada Bank Indonesia) yang dimilikinya. Semakin tinggi cash ratio maka semakin tinggi pula likuiditas bank, jika likuiditas tinggi maka dalam praktiknya akan dapat mempengaruhi profitabilitas. Apabila nilai likuiditas tinggi maka perusahaan dapat melunasi seluruh kewajiban – kewajiban jangka pendeknya.


(32)

2) Reserve Requirement (RR), lebih dikenal dengan dengan likuiditas

wajib minimum yaitu suatu simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia bagi semua bank. 3) Loan to Deposit Ratio (LDR), adalah rasio antara seluruh jumlah

kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.

Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh

kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi LDR mengindikasikan bahwa kemampuan likuiditas semakin rendah, hal tersebut dikarenakan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar.

4) Loan to Asset Ratio (LAR), adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio, maka tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar.

5) Rasio Kewajiban Bersih Call Money, rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid dari bank. Apabila nilai rasio ini semakin tinggi maka likuiditas bank akan menurun, karena bank tidak dapat


(33)

segera menutup kewajiban dalam kegiatan pasar uang antar bank dengan alat likuid yang dimilikinya.

b. Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas digunakan untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Macam-macam rasio rentabilitas adalah sebagai berikut: 1) Return on Asset (ROA), digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset.

2) Return on Equity (ROE), adalah perbandingan antara laba bersih

bank dengan modal sendiri. ROE merupakan indikator yang sangat penting bagi pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan dividen. Apabila ROE naik, maka laba bersih juga akan naik yang nantinya akan menyebabkan kenaikan harga saham 3) Rasio Biaya (Beban) Operasional, adalah perbandingan antara

biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.

4) Net Profit Margin (NPM) Ratio, adalah rasio yang


(34)

dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.

5) Net Interest Margin (NIM), atau margin bunga bersih adalah

ukuran perbedaan antara bunga pendapatan yang dihasilkan oleh bank atau lembaga keuangan lain dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman.

c. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya jika terjadi likuidasi. Macam – macam rasio solvabilitas adalah sebagai berikut :

1) Capital Adequacy Ratio (CAR), adalah rasio yang memperlihatkan

seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri di samping memperoleh dana dari sumber di luar bank. CAR merupakan indicator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva berisiko. 2) Debt to Equity Ratio (DER), adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri.


(35)

3) Long Term Debt to Assets Ratio, digunakan untuk mengukur

seberapa jauh nilai seluruh aktiva bank dibiayai atau dananya diperoleh dari sumber utang jangka panjang.

d. Rasio Aktiva Produktif

Rasio aktiva produktif adalah tolok ukur untuk menilai tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva produktif berdasarkan kriteria tertentu

1) Non Performing Loan (NPL), atau kredit bermasalah merupakan

salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja suatu bank. Apabila NPL meningkat maka profitabilitas akan menurun, karena kredit mengalami masalah dan kemungkinan tidak kembali.

F. Penelitian Terdahulu

1. Prastiyaningtyas (2010) meneliti tentang faktor – faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan (studi pada Bank Umum Go

Public yang listed di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2008). Penelitian

ini menggunakan profitabilitas sebagai variabel terikat (dependen), dan variabel bebas (independen) adalah CAR, NPL, BOPO, LDR, NIM dan pangsa kredit. Penelitian ini hanya fokus pada bank umum Go Public yang terdaftar di Bank Indonesia. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel CAR, NIM dan pangsa kredit berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas bank. Variabel NPL dan BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas bank, sedangkan


(36)

variabel LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas bank.

2. Liyana (2011) meneliti tentang analisis kinerja dan prediksi profitabilitas sektor perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan ROA sebagai variabel terikat (dependen) dan CAR, NPL, BOPO, LDR, BI Rate, Inflasi sebagai variabel bebas (independen). Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel serta metode analisis trend (metode kuadrat terkecil). Apabila menggunakan metode trend maka data yang didapatkan harus lebih banyak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel CAR dan LDR berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Variabel NPL dan BOPO berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Variabel BI Rate berpengaruh negatif terhadap profitabilitas dan inflasi menunjukkan hubungan yang positif tidak siginifikan terhadap profitabilitas.

I. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

1. Pengaruh tingkat efisiensi usaha pada profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Tingkat efisiensi usaha diukur menggunakan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), yaitu rasio yang merupakan perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio Biaya Operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.


(37)

Sedangkan profitabilitas merupakan kemampuan suatu bank untuk memperoleh keuntungan atau laba dari usahanya. Jika bank ingin mencapai tingkat efisiensi operasional yang tinggi maka akan semakin efektif aktivitas bank dalam menghasilkan keuntungan. Apabila rasio BOPO besar, maka keuntungan suatu bank akan menurun karena banyak biaya yang dikeluarkan untuk menutupi kondisi bank yang bermasalah. Sesuai dengan hasil penelitian Prasetiyaningtyas (2010) dan Liyana (2011) yang menyatakan bahwa Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, artinya jika Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional meningkat maka profitabilitas akan menurun.

Apabila rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional rendah maka tingkat efisiensi usaha akan meningkat sehingga profitabilitas juga akan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 = Tingkat efisiensi usaha berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

2. Pengaruh aktiva produktif pada profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Berdasarkan Skep DIR BI no.31/1 November 1998 pasal 1 ayat 6, aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan termasuk komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administrasi.


(38)

Aktiva produktif dihitung menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL), yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan suatu bank untuk mengelola kredit macet atau kredit bermasalah yang diberikan oleh bank kepada nasabah. Sedangkan profitabilitas merupakan kemampuan suatu bank untuk memperoleh keuntungan atau laba dari usahanya. Apabila nilai NPL tinggi, maka kualitas kredit semakin buruk dan dapat menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan profitabilitas akan menurun. Sesuai dengan penelitian Prastiyaningtyas (2010) dan Liyana (2011) yang menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, artinya jika semakin tinggi NPL maka profitabilitas akan semakin menurun.

Apabila rasio Non Performing Loan menurun maka aktiva produktif akan meningkat sehingga profitabilitas juga akan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2 = Aktiva produktif berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

3. Pengaruh likuiditas pada profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat. Menurut Prastowo (2002:78), likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor jangka pendek. Likuiditas suatu bank diukur menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR),yaitu rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh


(39)

bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayarkan kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Sedangkan profitabilitas merupakan kemampuan suatu bank untuk memperoleh keuntungan atau laba dari usahanya. Semakin tinggi rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) maka kemampuan likuiditas sebuah bank akan semakin rendah, hal ini dikarenakan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar, apabila jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar maka keuntungan yang didapatkan akan semakin besar. Sesuai dengan penelitian Liyana (2011) yang menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif terhadap profitabilitas, artinya jika LDR meningkat maka profitabilitas juga akan meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

H3 = Likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

4. Pengaruh rentabilitas pada profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat. Rentabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba operasi melalui pendapatan yang dihasilkan (Abdullah 2002:115). Aspek rentabilitas diukur menggunakan rasio Net Interest

Margin (NIM), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan


(40)

menghasilkan pendapatan bunga bersih. Sedangkan profitabilitas merupakan kemampuan suatu bank untuk memperoleh keuntungan atau laba dari usahanya. Semakin besar nilai rasio NIM maka kecil kemungkinan bank mengalami masalah, oleh karena itu profitabilitas akan meningkat. Sesuai dengan penelitian Prastiyaningtyas (2010), apabila Net

Interest Margin (NIM) meningkat, maka profitabilitas akan meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

H4 = Rentabilitas berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

5. Pengaruh tingkat kecukupan modal pada profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Tingkat kecukupan modal diukur menggunakan rasio Capital

Adequacy Ratio (CAR), yaitu rasio yang merupakan indikator terhadap

kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva berisiko (Dendawijaya 2000:123). Profitabilitas merupakan kemampuan suatu bank untuk memperoleh keuntungan atau laba dari usahanya. Capital Adequacy Ratio akan memiliki pengaruh terhadap profitabilitas jika bank mampu dalam hal menutupi penurunan aktiva berarti bahwa keuntungan yang didapatkan oleh bank tinggi sehingga mampu menutupi penurunan aktiva yang diakibatkan oleh kerugian bank atas aktiva berisiko. Sesuai dengan hasil penelitian Prasetiyaningtyas (2010) dan Liyana (2011) yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap


(41)

profitabilitas, artinya jika CAR meningkat maka profitabilitas juga akan meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

H5 = Tingkat kecukupan modal berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Berdasarkan hipotesis di atas, maka model penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Likuiditas Aktiva Produktif

Rentabilitas

Tingkat Kecukupan Modal

Profitabilitas

Gambar 2.1. Hubungan Antar Variabel Tingkat Efisiensi Usaha


(42)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris. Penelitian empiris adalah penelitian yang menguji dan memberi bukti dari suatu model empiris yang berupa pengaruh tingkat kesehatan keuangan terhadap profitabilitas. Menurut Jogiyanto (2007:139), model empiris dapat dikelompokkan berdasarkan nilai data atau nilai skalanya. Model empiris dapat mempunyai sebuah variabel dependen maupun lebih dari satu variabel dependen.

B. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Perkreditan Rakyat di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdaftar di Bank Indonesia untuk tahun 2012, 2013, dan 2014. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan menyesuaikan diri berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu yang disengaja (Sumarni dan Wahyuni 2006:77).

Adapun kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap, antara lain laporan neraca, laporan laba rugi, laporan komitmen dan kontijensi, serta laporan informasi lainnya pada masing-masing tahun, dari tahun 2012 sampai dengan 2014.


(43)

2. Bank Perkreditan Rakyat benar – benar masih beroperasi (tidak dibekukan atau dilikuidasi) pada tahun 2012 sampai dengan 2014.

C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data statistik perbankan Indonesia dan laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat yang tercatat di Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia periode 2012 - 2014

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data yang diinginkan adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi dilakukan dengan melakukan peninjauan terhadap sumber – sumber tertulis yang memuat data statistik. Sumber yang digunakan adalah :

1. www.bi.go.id 2. www.ojk.go.id

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono 1999:32). Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu :

1. Variabel Independen (X)

Variabel Independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab berubahnya atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel independen sering pula


(44)

dikatakan sebagai variabel stimulus, predictor, atau antecedent (Sumarni dan Wahyuni 2006:22).

Dalam penelitian ini yang termasuk ke dalam variabel independen adalah sebagai berikut

a. Tingkat Efisiensi Usaha

Menurut Danfar (https://dansite.wordpress.com) efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan tersebut. Dalam penelitian ini rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/29/DKBU tanggal 31 Juli 2013 tentang laporan tahunan dan laporan keuangan publikasi Bank Perkreditan Rakyat, BOPO diukur dengan membagi antara total beban operasional dan total pendapatan operasional yang dihitung perposisi (tidak disetahunkan).

Agar perubahan efisiensi usaha sejalan dengan perubahan nilai rasio yang menjadi proksi, maka rasio keuangan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha adalah sebagai berikut:

Pendapatan Operasional POBO =

Biaya Operasional

Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi nilai rasio maka akan semakin tinggi tingkat efisiensi.


(45)

b. Aktiva Produktif

Berdasarkan Skep DIR BI No.31/1 November 1998 pasal 1 ayat 6, aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan termasuk komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administrasi.

Dalam penelitian ini, aktiva produktif diukur menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah yang merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja suatu bank. Apabila NPL meningkat maka profitabilitas akan menurun, karena kredit mengalami masalah dan kemungkinan tidak kembali.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/29/DKBU tanggal 31 Juli 2013 tentang laporan tahunan dan laporan keuangan publikasi Bank Perkreditan Rakyat, NPL diukur dengan membandingkan antara jumlah kredit bermasalah dengan total kredit yang terdapat pada Bank Perkreditan Rakyat, dimana :

- Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain)

- Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet.

- Kredit bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi dengan PPAP)


(46)

Agar perubahan aktiva produktif sejalan dengan perubahan nilai rasio yang menjadi proksi, maka rasio keuangan untuk mengukur aktiva produktif adalah sebagai berikut:

1 Total Kredit

=

NPL Jumlah Kredit Bermasalah

Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi nilai rasio maka aktiva produktif juga meningkat.

c. Likuiditas

Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor jangka pendek. Dalam penelitian ini, likuiditas diukur menggunakan rasio

Loan to Deposit Ratio (LDR) yang menyatakan seberapa jauh

kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Prastowo 2002:78).

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/29/DKBU tanggal 31 Juli 2013 tentang laporan tahunan dan laporan keuangan publikasi Bank Perkreditan Rakyat, LDR diukur dengan membandingkan antara kredit dengan dana pihak ketiga yang terdapat di Bank Perkreditan Rakyat, dimana kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit dengan bank lain) dan dana pihak ketiga mencangkup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antar bank).


(47)

Agar perubahan likuiditas sejalan dengan perubahan nilai rasio yang menjadi proksi, maka rasio keuangan untuk mengukur likuiditas adalah sebagai berikut:

1 Dana Pihak Ketiga

=

LDR Kredit

Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi nilai rasio maka tingkat likuiditas juga semakin tinggi.

d. Rentabilitas

Rentabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba operasi melalui pendapatan yang dihasilkan (Abdullah 2002:115). Dalam penelitian ini, rentabilitas diukur menggunakan rasio Net Interest Margin (NIM) atau margin bunga bersih. Net Interest Margin (NIM) adalah ukuran perbedaan antara pendapatan bunga yang dihasilkan oleh bank dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman. Net Interest Margin (NIM) dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

Pendapatan bunga bersih NIM =

Rata – rata aktiva produktif

e. Tingkat Kecukupan Modal

Dalam penelitian ini, tingkat kecukupan modal diukur menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri di samping memperoleh


(48)

dana dari sumber di luar bank. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva berisiko (Dendawijaya 2000:123).

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/29/DKBU tanggal 31 Juli 2013 tentang laporan tahunan dan laporan keuangan publikasi Bank Perkreditan Rakyat, Capital Adequacy Ratio (CAR) atau disebut dengan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) dapat dihitung berdasarkan perhitungan modal dan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) yang berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku yaitu berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/28/DPBPR tanggal 12 Desember 2006.

Modal CAR =

ATMR

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen sering dikatakan pula sebagai variabel terikat atau tergantung yaitu merupakan variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh adanya variabel bebas. Jadi, variabel dependen merupakan konsekuensi dari variabel independen (Sumarni dan Wahyuni 2006:22).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Dalam penelitian ini profitabilitas diukur


(49)

menggunakan Return on Asset (ROA), digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/29/DKBU tanggal 31 Juli 2013 tentang laporan tahunan dan laporan keuangan publikasi Bank Perkreditan Rakyat, ROA dihitung dengan membagi laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset.

Laba Sebelum Pajak

ROA =

Rata – Rata Total Aset F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Regresi Data Panel

Penelitian ini menggunakan regresi data panel. Data panel merupakan gabungan data cross section dan data time series.

Menurut Widarjono (2013:353) dengan menggunakan data panel terdapat beberapa keuntungan yaitu :

a. Data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross

section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga

menghasilkan degree of freedom yang lebih besar.

b. Menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel.

Model regresi data panel untuk penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :


(50)

Keterangan :

Y = Variabel dependen (Profitabilitas) α = konstanta

X1 = Tingkat Efisiensi Usaha X2 = Aktiva Produktif

X3 = Likuiditas X4 = Rentabilitas

X5 = Tingkat Kecukupan Modal

β (1..5) = Koefisien regresi masing – masing variabel independen e = Error term

t = waktu i = perusahaan

Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengestimasi model regresi dengan data panel, menurut Widarjono (2013:355) terdapat tiga pendekatan yaitu pendekatan Common Effect, Fixed Effect, dan

Random Effect.

a. Koefisien Tetap antar Waktu dan Individu (Common Effect)

Teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel adalah hanya dengan mengkombinasikan data time series dan cross

section. Dengan hanya menggabungkan data tersebut tanpa melihat

perbedaan antar waktu dan individu maka bisa menggunakan metode


(51)

Metode ini dikenal dengan estimasi Common Effect. dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku antar perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Metode regresi yang mengestimasi data panel dengan metode Ordinary Least Square adalah metode Pooled Least Square (PLS).

b. Slope Konstan Tetapi Intersep Berbeda Antar Individu (Fixed Effect)

Salah satu cara paling sederhana mengetahui adanya perbedaan adalah dengan mengasumsikan bahwa intersep adalah berbeda antar perusahaan sedangkan slope-nya tetap sama antar perusahaan. Model yang mengasumsikan adanya perbedaan intersep dikenal dengan model regresi Fixed Effect. Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Pengertian ini didasarkan adanya perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar waktu. Model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu. Untuk mengestimasi model fixed effect digunakan variabel dummy untuk menjelaskan perbedaan intersep tersebut. Model estimasi ini sering disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variables (LSDV).

c. Estimasi dengan Pendekatan Random Effect

Dimasukkannya variabel dummy dalam model fixed effect bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan tentang model yang


(52)

sebenarnya. Namun ini akan membawa konsekuensi berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Masalah tersebut dapat diatasi dengan menggunakan variabel gangguan (error terms) yang dikenal sebagai metode random effect. Model ini mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Metode yang tepat untuk mengestimasi model

random effect adalah Generalized Least Squares (GLS).

Penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien tetap antar waktu dan individu (Common Effect). Metode ini hanya mengkombinasikan data

time series dan cross section tanpa melihat perbedaan waktu dan individu.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal, jika asumsi tersebut dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel yang kecil (Ghozali 2006:110). Untuk mendeteksi normal atau tidaknya residual, dapat digunakan dua cara yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali 2006:110 – 113).

a. Analisis Grafik

Analisis grafik merupakan salah satu cara termudah untuk mengetahui distribusi residual, yaitu dengan melihat grafik histogram yang dibandingkan antara data observasi dengan distribusi yang


(53)

mendekati distribusi normal. Apabila jumlah sampelnya kecil, maka cara yang digunakan ini akan menyesatkan. Metode yang lebih handal yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dengan melihat grafik histogram adalah :

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal.

b. Analisis Statistik

Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. Menurut Ghozali (2006:113), nilai z statistik untuk skewness dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Skewness Zskewness =

√ 6/N

Sedangkan nilai z kurtosis dapat dihitung dengan rumus : Kurtosis

Zkurtosis =


(54)

Dimana N adalah jumlah sampel, jika nilai Z hitung > Z tabel, maka distribusi tidak normal.

Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji normalitas non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K – S). Uji (K – S) dilakukan dengan membuat hipotesis :

Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Dalam penelitian ini, pengujian normalitas menggunakan

Kolmogrov – Smirnov (K-S). Dasar pengambilan keputusan adalah

dengan melihat nilai signifikansi, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak, yang berarti data

tidak berdistribusi normal

b. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima, yang berarti data berdistribusi normal

3. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi data panel, peneliti akan melakukan uji asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi yang digunakan layak digunakan atau tidak. Pengukuran uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel


(55)

independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian ini dilakukan dengan mengukur besarnya korelasi antar variabel independen, jika dua variabel independen terbukti berkorelasi secara kuat, maka dikatakan terdapat multikolinearitas pada kedua variabel tersebut (Santoso 2014:183).

Menurut Santoso 2014:186, analisis untuk mendeteksi adanya multikolinearitas menggunakan dua besaran, yaitu

1) Besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance

Pedoman untuk suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah :

- Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 - Mempunyai angka tolerance mendekati 1

Dalam hal ini tolerance = 1 / VIF atau VIF = 1 / tolerance 2) Besaran korelasi antar-variabel independen

Pedoman untuk suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah :

- Koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah (di bawah 0,5). Jika korelasi kuat, maka terjadi problem multikolinearitas.

Jika terjadi multikolinearitas, langkah – langkah yang dapat dilakukan adalah :


(56)

b) Menggunakan metode lanjut seperti regresi Bayesian atau regresi Ridge.

b. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika terdapat varians yang berbeda disebut sebagai heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Uji statistik yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya Heterokedastisitas adalah dengan menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen (Ghozali 2006:108). Jika variabel independen signifikan secara statistic mempengaruhi variabel dependen, maka terjadi Heterokedastisitas.

a. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka terjadi heterokedastisitas b. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisitas c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Santoso 2014:192).


(57)

Menurut Santoso 2014:194, analisis untuk mendeteksi adanya autokorelasi yaitu dengan menggunakan besaran Durbin – Watson, secara umum bisa diambil patokan :

1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif

2) Angka D-W di antara -2 sampai 2, berarti tidak ada autokorelasi 3) Angka D-W di atas 2 berarti ada autokorelasi negatif.

Jika terdapat masalah autokorelasi, model regresi yang seharusnya signifikan menjadi tidak layak untuk dipakai. Autokorelasi bisa diatasi dengan berbagai cara, antara lain :

1) Melakukan transformasi data 2) Menambah data observasi 3. Uji Simultan (Uji F)

Penelitian ini memiliki lebih dari satu variabel independen, maka perlu dilakukan evaluasi pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen dengan uji F. Uji F digunakan untuk menguji signifikansi model. Uji F ini bisa dijelaskan dengan menggunakan analisis varian (analysis of variance = ANOVA) (Widarjono 2013:65).

Prossedur uji F menurut Widarjono (2013:66) adalah sebagai berikut :

a. Membuat hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut :

Ho : β1 = β2 = … = βk = 0


(58)

b. Mencari nilai F hitung dan nilai F kritis dari tabel distribusi F. c. Keputusan menolak atau gagal menolak Ho

Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak Ho menurut Santoso (2013) adalah :

a. Berdasarkan nilai probabilitas

- Jika probabilitas ≥ 0,05, maka Ho diterima - Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak b. Berdasarkan perbandingan F hitung dengan F tabel

- Jika statistik hitung (angka F output) ≥ statistik tabel (tabel F), maka Ho ditolak

- Jika statistik hitung (angka F output) < statistic tabel (tabel F), maka Ho diterima

Tingkat signifikansi (α) adalah 5%. 4. Uji Hipotesis Parsial (uji t)

Menurut Santoso (2014:72), terdapat beberapa tahapan untuk melakukan uji hipotesis :

a. Menentukan Ho dan Hi, yang pada prinsipnya adalah menguji karakteristik populasi berdasarkan informasi yang diterima dari satu sampel.

b. Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu probabilitas kesalahan menolak hipotesis yang ternyata benar. Jika dikatakan α = 5% berarti risiko kesalahan mengambil keputusan adalah 5%. Semakin kecil α, berarti semakin mengurangi risiko salah.


(59)

c. Menentukan uji yang akan dilakukan, yaitu uji satu sisi atau uji dua sisi.

Asumsi untuk uji t adalah (Santoso 2014:74):

a. Jumlah sampel relatif kecil, di bawah 30 buah, jika sampel besar maka digunakan uji z

b. Sampel yang diambil berdistribusi normal atau mendekati normal atau bisa dianggap normal. Jika sampel ternyata tidak berdistribusi normal, maka dilakukan cara untuk mengatasinya :

- Jumlah sampel ditambah kemudian diuji sekali lagi

- Data yang ada ditransformasi ke bentuk tertentu misalnya ke bentuk log X, In X, atau resiprokal (1/X), kemudian dilakukan pengujian lagi.

c. Besaran t hitung bisa ditentukan dengan dua kemungkinan : - Varians kedua populasi yang diuji sama

- Varians kedua populasi yang diuji berbeda

Uji t dilakukan dengan menggunakan uji t satu sampel (one

sampel t test). Tujuan dari pengujian ini adalah ingin mengetahui apakah

sebuah nilai tertentu yang diberikan sebagai pembanding, berbeda secara nyata ataukah tidak dengan rata - rata sebuah sampel. Asumsi yang digunakan pada pengujian ini antara lain :

- Data bertipe kuantitatif / numeric, baik itu interval atau rasio - Data berdistribusi normal


(60)

Dasar pengambilan keputusan uji t (Santoso 2014 : 78) adalah : a. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t table :

- Jika statistik hitung (angka t output) ≥ statistik tabel (tabel t), maka Ho ditolak

- Jika statistik hitung (angka t output) < statistik tabel (tabel t), maka Ho diterima

b. Berdasarkan nilai probabilitas

- Jika probabilitas ≥ 0,05 maka Ho diterima - Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak c. Hipotesis statistik

1) Pengaruh tingkat efisensi usaha terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Ho = Tingkat efisensi usaha tidak berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Ha = Tingkat efisensi usaha berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Ho : β1 = 0 Ha : β1 ≠ 0

Ho ditolak, jika probabilitas < 0,05 atau t-output ≥ t-tabel Ho diterima, jika probabilitas ≥ 0,05 atau t-output < t-tabel


(61)

2) Pengaruh aspek aktiva produktif terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Ho = Aktiva produktif tidak berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Ha = Aktiva produktif berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Ho: β1 = 0 Ha : β1 ≠ 0

Ho ditolak, jika probabilitas < 0,05 atau t-output ≥ t-tabel Ho diterima, jika probabilitas ≥ 0,05 atau t-output < t-tabel

3) Pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Ho = Likuiditas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Ha = Likuiditas berpengatuh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Ho : β1 = 0 Ha : β1 ≠ 0

Ho ditolak, jika probabilitas < 0,05 atau t-output ≥ t-tabel Ho diterima, jika probabilitas ≥ 0,05 atau t-output < t-tabel


(62)

4) Pengaruh rentabilitas terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Ho = Rentabilitas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Ha = Rentabilitas berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Ho: β1 = 0 Ha : β1 ≠ 0

Ho ditolak, jika probabilitas < 0,05 atau t-output ≥ t-tabel Ho diterima, jika probabilitas ≥ 0,05 atau t-output < t-tabel

5) Pengaruh tingkat kecukupan modal pada profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Ho = Tingkat kecukupan modal tidak berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Ha = Tingkat kecukupan modal berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat.

Ho : β1 = 0 Ha : β1 ≠ 0

Ho ditolak, jika probabilitas < 0,05 atau t-output ≥ t-tabel Ho diterima, jika probabilitas ≥ 0,05 atau t-output < t-tabel


(63)

47

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas jasa keuangan (OJK) dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel; mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

Bank Perkreditan Rakyat yang terdapat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 54 bank, dengan rincian sebagai berikut :

1. Kabupaten Sleman = 27 Bank Perkreditan Rakyat 2. Kabupaten Bantul = 14 Bank Perkreditan Rakyat 3. Kabupaten Kulon Progo = 3 Bank Perkreditan Rakyat 4. Kabupaten Gunungkidul = 4 Bank Perkreditan Rakyat 5. Kota Yogyakarta = 6 Bank Perkreditan Rakyat B. Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat

Usaha Bank Perkreditan Rakyat meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan Bank Perkreditan Rakyat diperoleh dari spread effect (selisih antara bunga pinjaman dan bunga simpanan) dan pendapatan bunga, kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat, antara lain (Budisantoso dan Nuritomo 2014:198) :


(64)

48

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit dalam bentuk Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, maupun Kredit Konsumsi.

3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. BPR yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Syariah tidak diperkenankan melaksanakan kegiatan secara konvensional. Demikian juga BPR yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional tidak diperkenankan melakukan kegiatan berdasarkan prinsip Syariah.

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank Lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over likuiditas.

C. Data Responden

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 42 bank. Bank Perkreditan Rakyat tersebut adalah sebagai berikut :


(1)

96

Lampiran 15. Total asset Bank Perkreditan Rakyat yang tidak memenuhi kriteria

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4

1 PT BPR Arum Mandiri Kenanga 18,771,878 17,607,391 15,245,791 13,228,286 12,799,343 12,057,150 12,811,266 11,255,802 2 PT BPR Swadharma Bangun Artha 18,259,727 17,757,880 17,457,080 14,828,288 14,044,296 12,779,591 13,428,728 13,082,741 3 PT BPR Ambarketawang Persada 28,119,010 29,882,251 29,965,041 33,941,134 33,484,604 33,317,215 36,533,594

4 PT BPR Bina Arta Swadaya Yogyakarta 2,688,762 2,401,290 2,211,690 2,173,799 2,650,067 2,622,876 2,619,489

5 PT BPR Profidana Paramitra 22,917,648 22,130,266 22,719,442 23,342,582 23,443,284 25,065,027 27,656,241 28,802,174 6 PT BPR Danamas Prima 10,810,198 10,829,109 10,614,400 10,464,485 10,326,378 11,748,022 12,622,870

7 PT BPR Alto Makmur 7,505,497 8,530,637 9,447,457 9,940,131 9,797,276 9,588,230 9,891,641 8 PT BPR Gamping Artha Raya 3,787,465 4,187,965 4,243,033 3,995,910 4,374,785 4,691,406 4,848,615 9 PT BPR Nusapanida Godean

10 PT BPR Arta Agung 25,066,349 24,018,365 24,428,856 22,308,276 21,548,441 20,425,307 20,841,336 21,974,201 11 PT BPR Bhumikarya Pala 12,488,247 12,417,671 15,180,278 15,356,922 15,606,176 15,791,631 16,924,991 12 PT BPR Nusumma Tempel 4,625,829 5,165,898 5,659,321 6,213,178 6,832,438 6,600,906 6,775,594


(2)

97

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4

1 PT BPR Arum Mandiri Kenanga 8,655,388 8,350,338 7,670,217 5,359,767 2 PT BPR Swadharma Bangun Artha 12,590,149 12,536,378 13,287,998 3 PT BPR Ambarketawang Persada 41,125,290 40,539,830 41,019,702 45,306,106 4 PT BPR Bina Arta Swadaya Yogyakarta 2,525,268 2,659,660 2,904,871 2,839,957 5 PT BPR Profidana Paramitra 29,461,562 30,850,286 33,699,109

6 PT BPR Danamas Prima 15,756,684 16,493,923 15,184,762 16,362,221 7 PT BPR Alto Makmur 9,503,803 9,764,855 10,580,872 11,272,290 8 PT BPR Gamping Artha Raya 5,311,638 4,975,165 6,246,908 6,969,196 9 PT BPR Nusapanida Godean

10 PT BPR Arta Agung 21,903,822 22,780,971 23,613,926 24,864,635 11 PT BPR Bhumikarya Pala 18,720,541 18,400,251 19,974,882 21,370,309 12 PT BPR Nusumma Tempel 6,911,003 6,757,879 7,361,581 8,066,723


(3)

Lampiran 16. Total asset Bank Perkreditan Rakyat yang memenuhi kriteria

No Nama BPR 2012

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4

1 PT. BPR Chandra Muktiartha

61,610,097 63,569,815 69,920,549 77,767,255 2 PT BPR Swadharma Artha Nusa

20,291,275 20,389,411 20,629,468 21,062,602 3 PT. BPR Kartikaartha Kencanajaya

17,822,014 20,022,919 18,710,697 16,839,756 4 PT. BPR Artha Parama

18,436,931 17,009,812 15,627,022 16,599,858 5 PT. BPR Arga Tata

7,433,017 7,426,207 6,887,520 6,522,115 6 PT. BPR Nusamba Banguntapan

43,349,203 45,722,763 44,967,730 50,533,702 7 PD. BPR Bank Bantul

224,886,185 231,818,338 232,166,818 252,352,628 8 PT. BPR Kurnia Sewon

19,648,081 19,429,404 20,667,075 20,958,454 9 PT. BPR Tandu Artha

6,847,465 6,482,980 6,710,419 7,953,930 10 PT. BPR Arum Mandiri Melati

16,406,534 18,192,484 17,013,369 17,745,410 11 PT. BPR Agra Arthaka Mulya

53,015,707 52,006,048 53,682,116 53,843,581 12 PD BPR Bank Daerah Gunungkidul

89,901,550 98,213,353 110,109,705 109,489,190 13 PT. BPR Ukabima Nindya Raharja

14,843,296 14,753,318 16,959,506 16,759,442 14 PT. BPR Nusamba Temon

20,933,362 22,338,455 21,952,287 23,019,976 15 PD. BPR BP Kulon Progo

154,251,162 183,851,468 201,227,187 225,297,606 16 PT. BPR Shinta Putra Pengasih

18,854,945 19,541,149 20,080,738 20,771,148 17 PT BPR Dewa Arthaka Mulya

16,649,146 15,364,557 14,874,094 13,849,469 18 PT. BPR Artha Sumber Arum

22,830,792 22,950,979 22,994,273 23,114,930 19 PT. BPR Panca Arta Monjali

26,320,357 26,366,735 27,968,926 28,599,996 20 PT. BPR Karangwaru Pratama

25,053,101 26,415,515 27,988,955 28,100,160 21 PT. BPR Artha Mlatiindah

95,186,757 100,547,727 112,026,566 114,873,857 22 PT. BPR Arta Yogyakarta

21,109,385 19,977,619

19,251,729


(4)

23 PT. BPR Mlati Pundi Artha 17,444,197 18,754,491 18,548,725 19,514,495 24 PT. BPR Sindu Adi

9,969,818 9,934,550 10,076,324 11,338,562 25 PT. BPR Berlian Bumi Arta

22,506,767 21,109,350 21,241,338 24,853,971 26 PT. BPR Artajaya Bhaktimulia

5,335,200 5,255,802 5,235,952 5,089,500 27 PT. BPR Danagung Abadi

38,073,672

39,779,466

43,057,063 48,136,247 28 PT. BPR Restu Mandiri Makmur

28,795,713 33,905,967 33,743,218 33,009,114 29 PT. BPR Danagung Ramulti

123,574,714 131,403,799 148,689,152 148,689,152 30 PT. BPR Wijayamulya Santosa

13,100,611 13,031,729 13,255,074 13,829,721 31 PT. BPR Danagung Bakti

84,741,872 90,580,699 95,296,457 101,062,378 32 PT. BPR Redjo Bhawono

15,411,259 13,230,401 11,573,045 11,892,440 33 PT. BPR Shinta Daya

136,700,741 147,943,822 158,831,710 160,566,452 34 PD. BPR Bank Sleman

280,588,614 298,816,519 317,632,142 365,328,389 35 PT. BPR Bhakti Daya Ekonomi

302,184,399 312,292,099 329,290,239 357,218,487 36 PT. BPR Universitas Gajah Mada

24,306,383 26,994,253 27,785,310 28,041,723 37 PT BPR Mataram Mitra Manunggal

20,663,935 19,264,174 18,692,659 20,613,669 38 PT BPR Walet Jaya Abadi

16,068,698 15,550,493 14,761,005 14,966,905 39 PT. BPR Artha Berkah Cemerlang

11,734,130 13,436,116 15,037,777 16,530,421 40 PT BPR Lestari Darmo Mulyo

23,426,719 26,422,322 28,117,572 30,468,588 41

PD. BPR Bank Jogja Kota Yogyakarta 251,987,663 271,753,293 282,389,796 292,653,093 42 PT BPR Madani Sejahtera Abadi

49,586,681 54,989,511 58,369,048 59,337,282


(5)

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 1 PT. BPR Chandra Muktiartha 82,996,895 85,015,969 94,185,890 102,284,999 2 PT BPR Swadharma Artha Nusa 20,985,628 20,049,486 19,021,769 18,773,300 3 PT. BPR Kartikaartha Kencanajaya 16,492,646 14,453,640 15,189,841 13,505,775 4 PT. BPR Artha Parama 18,384,414 20,171,085 25,199,849 26,012,930 5 PT. BPR Arga Tata 7,104,685 6,231,433 6,729,458 8,221,145 6 PT. BPR Nusamba Banguntapan 49,143,194 47,541,711 48,647,790 51,920,166 7 PD. BPR Bank Bantul 247,909,762 242,762,106 252,526,190 271,943,982 8 PT. BPR Kurnia Sewon 22,045,285 24,624,645 28,844,516 29,709,321 9 PT. BPR Tandu Artha 7,212,191 7,595,801 6,035,033 4,784,801 10 PT. BPR Arum Mandiri Melati 17,470,611 15,815,450 16,580,536 15,153,427 11 PT. BPR Agra Arthaka Mulya 54,234,280 55,990,920 54,509,779 53,610,858 12 PD BPR Bank Daerah Gunungkidul 114,351,746 120,167,233 1,381,283 130,091,570 13 PT. BPR Ukabima Nindya Raharja 17,427,416 19,176,812 19,030,485 20,365,360 14 PT. BPR Nusamba Temon 23,479,125 22,417,825 23,492,119 25,546,811 15 PD. BPR BP Kulon Progo 208,302,857 225,100,194 248,315,695 277,887,633 16 PT. BPR Shinta Putra Pengasih 21,586,803 22,846,082 23,668,482 24,320,958 17 PT BPR Dewa Arthaka Mulya 14,139,777 14,147,571 14,509,523 15,293,452 18 PT. BPR Artha Sumber Arum 23,451,595 25,679,767 24,416,015 22,853,479 19 PT. BPR Panca Arta Monjali 29,798,742 29,053,453 30,807,095 31,226,690 20 PT. BPR Karangwaru Pratama 28,761,853 29,593,321 32,559,817 32,534,738 21 PT. BPR Artha Mlatiindah 122,277,774 117,060,643 124,337,802 125,257,033 22 PT. BPR Arta Yogyakarta 18,130,816 17,929,444 16,925,757 16,821,027 23 PT. BPR Mlati Pundi Artha 19,557,123 20,594,612 19,735,149 20,156,639 24 PT. BPR Sindu Adi 11,828,157 11,410,770 10,369,596 10,996,959 25 PT. BPR Berlian Bumi Arta 24,079,371 27,188,677 23,833,157 23,236,337 26 PT. BPR Artajaya Bhaktimulia 5,396,770 5,234,251 5,311,983 5,479,383 27 PT. BPR Danagung Abadi 50,270,446 50,508,509 55,372,251 55,988,969 28 PT. BPR Restu Mandiri Makmur 31,827,178 24,948,250 21,029,070 21,037,467 29 PT. BPR Danagung Ramulti 144,856,259 150,031,766 147,859,139 151,788,277 30 PT. BPR Wijayamulya Santosa 13,713,132 12,634,703 12,435,007 13,037,467 31 PT. BPR Danagung Bakti 104,469,847 103,993,253 108,055,974 105,521,769 32 PT. BPR Redjo Bhawono 12,458,145 11,063,951 11,582,764 11,203,967 33 PT. BPR Shinta Daya 163,677,796 171,664,787 178,163,039 182,228,680 34 PD. BPR Bank Sleman 366,282,357 377,988,728 405,157,058 428,770,278 35 PT. BPR Bhakti Daya Ekonomi 380,545,231 382,895,424 393,884,321 425,552,975 36 PT. BPR Universitas Gajah Mada 29,979,077 31,611,182 32,988,610 34,119,944 37 PT BPR Mataram Mitra Manunggal 20,374,701 19,578,363 20,048,766 19,290,183 38 PT BPR Walet Jaya Abadi 14,271,607 12,742,251 14,366,335 15,055,181 39 PT. BPR Artha Berkah Cemerlang 17,724,508 20,388,651 21,547,377 22,113,706 40 PT BPR Lestari Darmo Mulyo 32,242,764 32,287,992 31,523,115 33,165,777 41 PD. BPR Bank Jogja Kota Yogyakarta 300,837,629 323,210,845 323,481,602 345,951,464 42 PT BPR Madani Sejahtera Abadi 65,651,937 72,526,365 75,040,078 81,848,595


(6)

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 1 PT. BPR Chandra Muktiartha 103,384,309 115,171,623 139,195,114 136,614,930 2 PT BPR Swadharma Artha Nusa 19,506,849 19,772,031 18,719,094 19,782,371 3 PT. BPR Kartikaartha Kencanajaya 13,463,505 14,612,503 14,277,745 13,292,606 4 PT. BPR Artha Parama 27,935,293 25,611,970 27,305,270 28,327,527 5 PT. BPR Arga Tata 8,997,526 8,958,637 7,772,106 10,839,618 6 PT. BPR Nusamba Banguntapan 51,715,016 52,163,765 53,375,875 61,314,598 7 PD. BPR Bank Bantul 279,067,535 300,391,430 310,034,553 337,237,733 8 PT. BPR Kurnia Sewon 32,970,729 37,008,878 39,372,744 44,690,420 9 PT. BPR Tandu Artha 5,312,696 4,740,328 5,094,001 5,145,382 10 PT. BPR Arum Mandiri Melati 15,225,291 14,067,716 13,004,107 13,575,317 11 PT. BPR Agra Arthaka Mulya 57,291,960 54,361,588 54,462,108 43,082,172 12 PD BPR Bank Daerah Gunungkidul 132,009,171 136,315,307 156,634,027 170,320,384 13 PT. BPR Ukabima Nindya Raharja 20,172,888 20,718,339 19,767,213 21,413,459 14 PT. BPR Nusamba Temon 25,700,044 25,936,798 27,079,727 28,214,384 15 PD. BPR BP Kulon Progo 260,131,923 280,909,216 294,445,683 324,849,715 16 PT. BPR Shinta Putra Pengasih 25,889,432 25,623,645 25,901,709 27,532,615 17 PT BPR Dewa Arthaka Mulya 17,056,588 17,067,273 16,605,670 15,010,270 18 PT. BPR Artha Sumber Arum 23,559,628 24,206,822 25,221,779 25,324,931 19 PT. BPR Panca Arta Monjali 30,971,126 29,857,328 30,125,395 31,209,336 20 PT. BPR Karangwaru Pratama 36,063,840 37,712,912 38,565,404 37,894,853 21 PT. BPR Artha Mlatiindah 128,822,974 129,102,597 132,482,964 136,167,317 22 PT. BPR Arta Yogyakarta 17,909,638 17,998,791 17,792,170 18,440,205 23 PT. BPR Mlati Pundi Artha 19,555,739 20,701,239 21,088,622 20,621,858 24 PT. BPR Sindu Adi 10,985,894 10,901,083 10,361,727 10,556,617 25 PT. BPR Berlian Bumi Arta 24,623,194 22,994,643 23,317,755 24,047,724 26 PT. BPR Artajaya Bhaktimulia 6,103,073 5,796,680 5,731,265 5,729,151 27 PT. BPR Danagung Abadi 57,291,733 60,328,772 60,608,900 67,636,581 28 PT. BPR Restu Mandiri Makmur 19,482,680 21,264,813 20,606,922 24,382,641 29 PT. BPR Danagung Ramulti 152,809,790 158,995,645 164,823,378 170,941,456 30 PT. BPR Wijayamulya Santosa 13,165,660 14,899,933 16,029,753 17,505,644 31 PT. BPR Danagung Bakti 105,654,629 114,537,727 111,910,731 123,419,453 32 PT. BPR Redjo Bhawono 12,591,980 12,798,514 17,710,372 20,445,438 33 PT. BPR Shinta Daya 188,056,707 198,828,715 198,577,443 202,478,575 34 PD. BPR Bank Sleman 524,549,383 440,521,640 461,185,804 524,549,383 35 PT. BPR Bhakti Daya Ekonomi 423,193,523 443,265,034 463,763,398 508,818,270 36 PT. BPR Universitas Gajah Mada 35,463,105 35,271,056 35,372,055 37,959,459 37 PT BPR Mataram Mitra Manunggal 18,657,467 19,351,646 20,321,301 20,354,974 38 PT BPR Walet Jaya Abadi 14,062,498 14,696,521 15,200,006 15,539,087 39 PT. BPR Artha Berkah Cemerlang 22,681,670 22,697,236 24,286,176 25,267,794 40 PT BPR Lestari Darmo Mulyo 33,816,593 32,334,601 33,005,959 34,051,594 41 PD. BPR Bank Jogja Kota Yogyakarta 352,554,855 358,674,828 371,311,856 409,388,159 42 PT BPR Madani Sejahtera Abadi 77,596,929 85,506,993 89,328,095 96,108,933


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Kecukupan Modal, Efisiensi, Likuiditas, Non Performing Loan, Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif, Dan Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Return On Assets (Studi Empiris Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Wilayah Kabupaten D

0 34 99

Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Bank-Bank Yang Terdaftar Di BEI Periode 2007-2009

0 18 88

Analisis Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Tingkat Kesehatan Bank Pada Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara

5 45 81

Analisis Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Tingkat Kesehatan Bank pada Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Utara

0 49 104

Analisis Kemampuan Komponen Rasio Rentabilitas dan Rasio Aktiva Produktif dalam Meningkatkan Kecukupan Modal Bank Umum Syariah Periode 2013-2015

0 7 108

TINGKAT KONSENTRASI PASAR BANK BPR DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TINGKAT KONSENTRASI PASAR BANK BPR DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA TAHUN 2006 – 2009.

0 3 13

Pengaruh Kredit Bermasalah, Tingkat Kecukupan Modal, Tingkat Likuiditas, dan Efisiensi Operasional Perusahaan Terhadap Rentabilitas.

0 0 2

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DILIHAT DARI ASPEK PERMODALAN, KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF, RENTABILITAS, DAN LIKUIDITAS PADA PD. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BKK PURWOREJO PERIODE TAHUN 2011-2013.

0 0 123

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DALAM ASPEK LIKUIDITAS DAN RENTABILITAS PADA PT.BPR CEPER PERIODE 2014 – 2016

0 0 15

ANALISIS KORELASI TINGKAT RENTABILITAS DAN TINGKAT LIKUIDITAS DENGAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL BANK

0 0 88