ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI, POLA PERUBAHAN STRUKTURAL DAN KETIMPANGAN REGIONAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2004-2013.

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beragam suku, budaya serta sumber daya berbeda-beda yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah. Setiap daerah pasti melakukan pembangunan ekonomi. Pada umumnya pembangunan selalu disertai dengan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembangunan. Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi di Indonesia pada hakekatnya usaha untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, makmur, dan berkeadilan. Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial. Untuk mencapai sasaran yang diinginkan, maka pembangunan suatu negara dapat diarahkan pada tiga hal pokok yaitu: meningkatkan ketersediaan dan distribusi kebutuhan pokok bagi masyarakat, meningkatkan standar hidup masyarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengakses baik kegiatan ekonomi maupun kegiatan sosial dalam kehidupannya (Todaro, 2004).

Menurut Arsyad (2010) pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan


(2)

kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut. Sedangkan menurut Todaro (2000), tolak ukur keberhasilan dalam pembangunan ekonomi daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah, dan antar sektor. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pembangunan wilayah secara spasial tidak selalu merata. Beberapa daerah mengalami pertumbuhan cepat, sementara daerah lainnya mengalami pertumbuhan yang lambat. Proses pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan secara optimal.

Indikator yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan suatu daerah adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Selain pertumbuhan yang tinggi, pembangunan daerah juga dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Setiap daerah atau wilayah pada dasarnya mengalami pertumbuhan ekonomi yang berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Untuk merencanakan pembangunan suatu daerah bahkan suatu negara sekalipun, harus merencanakan segala sesuatu dalam segala aspek terutama aspek ekonomi. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi merupakan indikator utama yang digunakan sebagai indikator maju atau tidaknya suatu daerah ataupun negara. Selain


(3)

itu, agar tujuan perencanaan dapat tercapai sesuai dengan harapan dan juga tepat pada sasaran.

Salah satu indikator penting untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di seluruh daerah dalam periode tertentu. Dalam PDRB atas dasar harga konstan 2000 terdapat 9 lapangan usaha yang diukur yaitu: 1. Sektor pertanian;

2. Sektor pertambangan dan penggalian; 3. Sektor industri pengolahan;

4. Sektor listrik, gas dan air bersih;

5. Sektor bangunan;

6. Sektor perdagangan, hotel dan restoran;

7. Sektor pengangkutan dan komunikasi;

8. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9. Sektor jasa-jasa.

Menurut PDRB atas dasar harga konstan 2010 terdapat 17 sektor lapangan usaha yang diukur yaitu:

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan;

2. Pertambangan dan Penggalian;

3. Industri Pengolahan; 4. Pengadaan Listrik dan Gas;


(4)

6. Konstruksi;

7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;

8. Transportasi dan Pergudangan;

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum;

10.Informasi dan Komunikasi; 11.Jasa Keuangan dan Asuransi; 12.Real Estate;

13.Jasa Perusahaan;

14.Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; 15.Jasa Pendidikan;

16.Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; 17.Jasa Lainnya.

Salah satu Kabupaten di Jawa Tengah adalah Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo berada dalam kawasan eks-Karesidenan Surakarta. Eks-Karesidenan Surakarta terdiri dari 7 Kabupaten yaitu Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten. Eks-Karesidenan Surakarta ini sering disebut sebagai daerah Subosukawonosraten. Hasil rata-rata dari daerah eks-Karesidenan Surakarta ini sering dijadikan sebagai tolak ukur atau pembanding kemajuan dan perkembangan dari daerah yang ada di bawahnya. Berikut ini adalah distribusi PDRB Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000:


(5)

Tabel 1.1 Distribusi PDRB Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Dalam Presentase)

Lapangan Usaha 2013

Pertanian 18.46

Pertambangan dan Penggalian 0.68 Industri Pengolahan 30.01 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.15

Bangunan 4.52

Perdagangan, Hotel dan Restoran 28.29 Pengangkutan dan Komunikasi 4.57 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 3.68

Jasa-jasa 8.65

Total 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Sukoharjo 2014

Dari data distribusi PDRB Kabupaten Sukoharjo atas dasar harga konstan 2000 terlihat adanya ketimpangan antara sektor satu dengan sektor lainnya. Industri pengolahan merupakan sektor penyumbang PDRB tertinggi di Kabupaten Sukoharjo dengan angka 30,01%, sementara sektor pertambangan dan penggalian menyumbang PDRB terendah yaitu hanya 0,68% dari keseluruhan sektor.

Sebagai perbandingan, berikut ini adalah distribusi PDRB Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2010:


(6)

Tabel 1.2 Distribusi PDRB Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014 Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Dalam Presentase)

Lapangan Usaha 2014**

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 8.84

Pertambangan dan Penggalian 0.44

Industri Pengolahan 39.40

Pengadaan Listrik dan Gas 0.15

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.04

Konstruksi 6.20

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 18.81

Transportasi dan Pergudangan 3.40

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3.65

Informasi dan Komunikasi 4.92

Jasa Keuangan dan Asuransi 3.43

Real Estate 2.38

Jasa Perusahaan 0.36

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2.26

Jasa Pendidikan 3.41

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.86

Jasa Lainnya 1.45

Total 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Sukoharjo Ket: **) Angka Sangat Sementara

Dari data distribusi PDRB Kabupaten Sukoharjo atas dasar harga konstan 2010 terlihat adanya ketimpangan antara sektor satu dengan sektor lainnya. Industri pengolahan merupakan sektor penyumbang PDRB tertinggi di Kabupaten Sukoharjo sama seperti data distribusi PDRB atas dasar harga konstan 2000 dengan angka 39,40%. Sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang merupakan sektor terendah penyumbang PDRB yaitu hanya 0,04% dari keseluruhan sektor sementara pada data distribusi PDRB atas dasar harga konstan 2000, sektor pertambangan dan penggalian yang menjadi penyumbang PDRB terendah dari keseluruhan sektor.


(7)

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo memiliki tugas yang cukup berat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang merata di setiap kecamatan agar tidak terjadi ketimpangan regional dan dapat mencapai pemerataan ekonomi masyarakat Sukoharjo.

Tabel 1.3 PDRB Kabupaten Sukoharjo Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2004-2013 (Dalam Juta Rupiah)

Tahun PDRB ADHB PDRB ADHK

2004 4,806,448.19 3,786,212.72

2005 5,545,486.85 3,941,788.48

2006 6,277,623.81 4,120,437.33

2007 7,054,172.76 4,330,922.96

2008 8,041,276.35 4,540,751.54

2009 8,920,761.89 4,756,902.49

2010 9,911,509.17 4,978,263.32

2011 11,004,550.24 5,206,687.69

2012 12,262,175.12 5,468,708.96

2013 13,760,306.62 5,742,876.92

Sumber: Badan Pusat Statistik Sukoharjo

Dari data PDRB Kabupaten Sukoharjo atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan, selalu mengalami peningkatan dari tahun 2004-2013 tetapi angka peningkatannya berbeda antara PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.

Dilihat dari PDRB yang mengalami peningkatan, tingkat kemiskinan di Kabupaten Sukoharjo justru sebaliknya yaitu mengalami penurunan. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya program pemerintah Sukoharjo dalam menanggulangi kemiskinan yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Pemda menjalankan empat program penanggulangan kemiskinan yaitu berbasis rumah tangga, meningkatkan pemberdayaan


(8)

masyarakat, peningkatan pemberdayaan usaha mikro dan kecil, dan penanggulangan kemiskinan yang pro rakyat.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan ekonomi dan pola perubahan struktural serta ketimpangan regional yang terjadi di Kabupaten Sukoharjo. Objek penelitian yaitu pada 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Sukoharjo yaitu kecamatan Baki, Bendosari, Bulu, Gatak, Grogol, Kartasura, Mojolaban, Nguter, Polokarto, Sukoharjo, Tawangsari, dan Weru. Selanjutnya judul dari penelitian ini adalah “ANALISIS

PERTUMBUHAN EKONOMI, POLA PERUBAHAN

STRUKTURAL DAN KETIMPANGAN REGIONAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2001-2013”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi dan pola perubahan struktural di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2004 – 2013?

2. Bagaimana ketimpangan regional antar kecamatan di Kabupaten

Sukoharjo dari tahun 2004 – 2013?

3. Apakah hubungan antara indeks ketimpangan dan pendapatan

perkapita di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2004-2013 membentuk suatu pola U terbalik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dan pola perubahan


(9)

2. Untuk mengetahui ketimpangan regional antar kecamatan di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2004 – 2013.

3. Untuk menguji hipotesis Kuznets tentang U terbalik berlaku di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2001 - 2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak pemerintah daerah. Dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan atau kebijakan khususnya dalam hal pembangunan daerah dan pemerataan ekonomi di Kabupaten Sukoharjo agar keputusan atau kebijakan yang diambil sesuai dengan keadaan di lapangan dan tepat sasaran.

2. Bagi masyarakat terutama masyarakat Kabupaten Sukoharjo

diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi akan keadaan daerah dan pembangunan ekonomi di daerah mereka sehingga masyarakat dapat berperan lebih aktif lagi untuk bersama memajukan Kabupaten Sukoharjo.

3. Bagi peneliti sendiri diharapkan dapat menjadi bahan untuk menambah pengetahuan akan keadaan pembangunan ekonomi di Kabupaten Sukoharjo.


(1)

6. Konstruksi;

7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; 8. Transportasi dan Pergudangan;

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; 10.Informasi dan Komunikasi;

11.Jasa Keuangan dan Asuransi; 12.Real Estate;

13.Jasa Perusahaan;

14.Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; 15.Jasa Pendidikan;

16.Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; 17.Jasa Lainnya.

Salah satu Kabupaten di Jawa Tengah adalah Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo berada dalam kawasan eks-Karesidenan Surakarta. Eks-Karesidenan Surakarta terdiri dari 7 Kabupaten yaitu Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten. Eks-Karesidenan Surakarta ini sering disebut sebagai daerah Subosukawonosraten. Hasil rata-rata dari daerah eks-Karesidenan Surakarta ini sering dijadikan sebagai tolak ukur atau pembanding kemajuan dan perkembangan dari daerah yang ada di bawahnya. Berikut ini adalah distribusi PDRB Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000:


(2)

Tabel 1.1 Distribusi PDRB Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Dalam Presentase)

Lapangan Usaha 2013

Pertanian 18.46

Pertambangan dan Penggalian 0.68

Industri Pengolahan 30.01

Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.15

Bangunan 4.52

Perdagangan, Hotel dan Restoran 28.29

Pengangkutan dan Komunikasi 4.57

Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 3.68

Jasa-jasa 8.65

Total 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Sukoharjo 2014

Dari data distribusi PDRB Kabupaten Sukoharjo atas dasar harga konstan 2000 terlihat adanya ketimpangan antara sektor satu dengan sektor lainnya. Industri pengolahan merupakan sektor penyumbang PDRB tertinggi di Kabupaten Sukoharjo dengan angka 30,01%, sementara sektor pertambangan dan penggalian menyumbang PDRB terendah yaitu hanya 0,68% dari keseluruhan sektor.

Sebagai perbandingan, berikut ini adalah distribusi PDRB Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2010:


(3)

Tabel 1.2 Distribusi PDRB Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014 Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Dalam Presentase)

Lapangan Usaha 2014**

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 8.84

Pertambangan dan Penggalian 0.44

Industri Pengolahan 39.40

Pengadaan Listrik dan Gas 0.15

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.04

Konstruksi 6.20

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 18.81

Transportasi dan Pergudangan 3.40

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3.65

Informasi dan Komunikasi 4.92

Jasa Keuangan dan Asuransi 3.43

Real Estate 2.38

Jasa Perusahaan 0.36

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2.26

Jasa Pendidikan 3.41

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.86

Jasa Lainnya 1.45

Total 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Sukoharjo Ket: **) Angka Sangat Sementara

Dari data distribusi PDRB Kabupaten Sukoharjo atas dasar harga konstan 2010 terlihat adanya ketimpangan antara sektor satu dengan sektor lainnya. Industri pengolahan merupakan sektor penyumbang PDRB tertinggi di Kabupaten Sukoharjo sama seperti data distribusi PDRB atas dasar harga konstan 2000 dengan angka 39,40%. Sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang merupakan sektor terendah penyumbang PDRB yaitu hanya 0,04% dari keseluruhan sektor sementara pada data distribusi PDRB atas dasar harga konstan 2000, sektor pertambangan dan penggalian yang menjadi penyumbang PDRB terendah dari keseluruhan sektor.


(4)

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo memiliki tugas yang cukup berat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang merata di setiap kecamatan agar tidak terjadi ketimpangan regional dan dapat mencapai pemerataan ekonomi masyarakat Sukoharjo.

Tabel 1.3 PDRB Kabupaten Sukoharjo Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2004-2013 (Dalam Juta Rupiah)

Tahun PDRB ADHB PDRB ADHK

2004 4,806,448.19 3,786,212.72 2005 5,545,486.85 3,941,788.48 2006 6,277,623.81 4,120,437.33 2007 7,054,172.76 4,330,922.96 2008 8,041,276.35 4,540,751.54 2009 8,920,761.89 4,756,902.49 2010 9,911,509.17 4,978,263.32 2011 11,004,550.24 5,206,687.69 2012 12,262,175.12 5,468,708.96 2013 13,760,306.62 5,742,876.92 Sumber: Badan Pusat Statistik Sukoharjo

Dari data PDRB Kabupaten Sukoharjo atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan, selalu mengalami peningkatan dari tahun 2004-2013 tetapi angka peningkatannya berbeda antara PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.

Dilihat dari PDRB yang mengalami peningkatan, tingkat kemiskinan di Kabupaten Sukoharjo justru sebaliknya yaitu mengalami penurunan. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya program pemerintah Sukoharjo dalam menanggulangi kemiskinan yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Pemda menjalankan empat program penanggulangan kemiskinan yaitu berbasis rumah tangga, meningkatkan pemberdayaan


(5)

masyarakat, peningkatan pemberdayaan usaha mikro dan kecil, dan penanggulangan kemiskinan yang pro rakyat.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan ekonomi dan pola perubahan struktural serta ketimpangan regional yang terjadi di Kabupaten Sukoharjo. Objek penelitian yaitu pada 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Sukoharjo yaitu kecamatan Baki, Bendosari, Bulu, Gatak, Grogol, Kartasura, Mojolaban, Nguter, Polokarto, Sukoharjo, Tawangsari, dan Weru. Selanjutnya judul dari penelitian ini adalah “ANALISIS

PERTUMBUHAN EKONOMI, POLA PERUBAHAN

STRUKTURAL DAN KETIMPANGAN REGIONAL KABUPATEN

SUKOHARJO TAHUN 2001-2013”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi dan pola perubahan struktural di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2004 – 2013?

2. Bagaimana ketimpangan regional antar kecamatan di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2004 – 2013?

3. Apakah hubungan antara indeks ketimpangan dan pendapatan perkapita di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2004-2013 membentuk suatu pola U terbalik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dan pola perubahan struktural di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2004 – 2013.


(6)

2. Untuk mengetahui ketimpangan regional antar kecamatan di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2004 – 2013.

3. Untuk menguji hipotesis Kuznets tentang U terbalik berlaku di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2001 - 2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak pemerintah daerah. Dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan atau kebijakan khususnya dalam hal pembangunan daerah dan pemerataan ekonomi di Kabupaten Sukoharjo agar keputusan atau kebijakan yang diambil sesuai dengan keadaan di lapangan dan tepat sasaran.

2. Bagi masyarakat terutama masyarakat Kabupaten Sukoharjo diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi akan keadaan daerah dan pembangunan ekonomi di daerah mereka sehingga masyarakat dapat berperan lebih aktif lagi untuk bersama memajukan Kabupaten Sukoharjo.

3. Bagi peneliti sendiri diharapkan dapat menjadi bahan untuk menambah pengetahuan akan keadaan pembangunan ekonomi di Kabupaten Sukoharjo.