jurnal komunikasi masa

f-rc

Komumkasi
Vol. 2 No.2 Januari 2009

Sil
ISSN : 1411-268X

Diterbitkan oleb:

Junisan Ilmu Komumkasi
Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret

Vol. 2 No. 2 Januarl 2009
ISSN: 1411-268X

DEWAN REDAKSI

|


Femimpin Redaksi
Dra. Prahastiwi Utari, M.Si.,Ph,D.

DAFTAR ISI

^^sijumalisme publik dalam demokratisasi
poUtik
Mursito

Redaktur Pelaksana

Drs. Hamid Arifm, M.Si.
Tanti Hennawati, S.Sos., M.Si.
Sekretaris Redaksi

Mahfud Ansori, S.Sos.
Redaktur Ahli

Drs. Pawito,Ph.D.


Sri Has^aijo, S.Sos.,Ph.D.
Susanto Karthubij, S.Sos., M.Si.

Quo-vadis kekerabatan Malaysia-Indonesia?
Perang dalam tata kehidupan antarbangsa.

Prof.Sasa Djuarsa Sendjaja,Ph.D.
{Universitas Indonesia)
Prof. Dr. Dedy Mulyana

(Universiias Padjajaran)
A/Prof. Pamela Nilan, Ph.D.

{University ofNewcastle, Australia)
Alamat Redaksi

Junisan Ilmu Komunikasi
FISIP Universitas Sebelas Maret

Jl. Ir. Sutami 36A. Surakarta 57126

Tel./Fax. +62 271 632478.

Email:jkm-uns@yahoo.com
Femasar/Sirkulasi

Budi Aryanto,Tel. +62 271 632478

112

Totok Sarsito

The economic strategies Pursued by Moro Islamic
Liberation Front(MILF)for self-determination
in the Southem Philippines
12
Sharnsuddin L. Taya

The importance and functional role of qualitative
audience analysis within the stalceholders of


Mitra Bestari

97

Musafir Kelana & Abubakar Eby Hara

Malaysia screen industry

1^

Hisham Dzakaria and Nuraini Yusojf

Proposionalitas anggota DPRD:Kajian terhadap
proses perekmtan anggota DPRD hasil Pemilu
2004 di Kabupaten Wonogiri
14
Dwi Tiyanto

Faktor-faktor yang mempengamhi pilihan


mahasiswa Program D3 Komunikasi Terapan
FISIP Universitas Sebelas Maret

^
1-

Surisno Satrijo Utomo

Peranan teknologi komunikasi terhadap perubahan
sosial
Sutopo

Communication as culture

1'

Pamela Nilan

Jurnal Komunikasi Massa terbit dua
kali dalam setahun, diterbitkan oleh Ju

nisan Ilmu Komunikasi FISIP Univer
sitas Sebelas Maret Surakarta sebagai
. media wacana intelektualitas bagi pe-

ngembangan Ilmu Komunikasi.

Online learning and the quality oflearning in

journalism course

^

Sri Hastjarjo

Media Cetak Lokal dan Pilgub Jateng 2008

1

Widodo Muktiyo


Dewan Redaksi mengundang para pe-

ngajar, peneliti, dan praktisi bidang ko
munikasi

media massa untuk me-

ngirimkan tulisan baik berupa artikel ilmiah maupun hasil penelitian. Syarat

penulisan artikel tercantum di halaman
sampul belakang. Dewan Redaksi berhak menyeleksi dan menge^t naskah
tanpa mengurangi esensi isi.

Jumal Komunikasi Massa - Vol. 2 No. 2 Januari 2009

Perubahan Tanpa Komunikasi

perubahan pada orang yang menjadi sasara
Perubahan dunia yang semakin cergas nya. Fenomena ini sebenamya tidak diraguk
(dinamis)ini nampaknya dapat berubah sendiri lagi,baliwa dalam sistem sosial manapim terc

oleh kekuatan-kekuatan yang datangnya tidak pat banyak sekali komunikasi yang dimaksu
disangka dan tidak dapat dikendalikan. Per- kan untuk memperkecil atau menghalangi pel
ubahan-perubahan ini bisa membawa akibat- bahan yang cenderung akan teijadi bila tid
Jumal Komunikasi Massa - Vol. 2 No. 2 Januari 2009

Jumal Komunikasi Massa
Vol. 2No.2Januari 2009 hall59-164

Peranan Teknologi Komunikasi terhadap
Perubahan Sosiai
Sutopo
Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret

Fungsi Komunikasi dan Perubahan
Sosiai

Bagaimana komunikasi dapat membawa
perubahan sosiai di tengah-tengah dunia yang
semakin semrawutini? Tanggapan semacam ini
berasal dari pandangan mereka yang menganggap komunikasi sebagai suatu proses dan yang

menyamakan proses dengan perubahan. Isi pe-

san^negara-negara berkembang sebagian besar merupakan: hiburan, pembangkit fantasi,
beipihakpadastatus quo bukanmendorongper

akibat yang mendasar dalam mempengaru
polahidupmanusia.Sebagaicontohmunculn
sebuah gummg berapi di ladang kedelai ak
mengubah cara-cara bertani di ladang itu,ju
akan mengubah perilaku petard di daerah ii
Begitujuga dengan adanya pantai yang omb
lautnya besar akan mempengaruhi tata rua
dan pola hidup masyarakat di tepi pantai unt
mensikapi bila datang gelombang Tsunai
yang datangnya mendadak tersebut.

Seseorang bisa menyebabkan perubah
pada orang lain, baik secara sadar atau tids
ubahan sosiai.
denganjalan TANPA KOMUNIKASI.Seba^

Dari segi teoritis,sebenamya komunika
contoh seseorang yang tidak "berperikeman
si bukanlah selamanya menjadi penyebab per
siaah** dengan tega menuangkan "^racun"
ubahan danjuga tidak selamanya tidak relevan
dalam sumber air Tninnm(umbul)di.sebuah c
dengan perubahan kontradiksi dan kekacauan
sa pada suatu malam yang gelap hal ini ak
dalam analisa komunikasi dan perubahan bermenimbulkan perubahan besar terhadap tr
sumber dari pencampuradukan tingkat analisa,
syarakat desa itu.Apa yang teqadi? Dari urai
dari refikasi proses komunikasi danpercampursingkat dapat disimpulkan bahwa komunik
an isi pesan-pesan yang nyata dengan potensi
merupakan suatu alat hanya salah satu alat d
pertukaran pesan yang dikendalikan oleh kaum
tidak selalu yang teipenting dalam memba>
elit Berikut ini akan dibahas secara singkat inperubahan sosiai. Arti penting di sini "REL.
dependensi komunikasi dan perubahan sosiai
TIF' dari komunikasi dalam perubahan tid
dengan maksud agar uraian tentang bagaimana

dapat dipisahkan dari masyarakat tertentu
komunikasi dapat dijadikan alatuntukperubah-

mana perubahan sedang dipelajari atau dim
an atau sebali^ya dengan adanya perubahan hakan
(Rogers,1976:124).

yang secara cepat(Demokratis serta Dinamis)
alcan mempengaruhi pola komunikasi yang terjadi.
Perubahan Tanpa Komunikasi

Komunikasi tanpa Perubahan

^

Bahwa di suatu daerah berlangsung 1;
munikasi dalam hal ini, tetapi tidak memba>

perubahan pada orang yang menjadi sasars
Perubahan dunia yang semakin cergas nya. Fenomena ini sebenamya tidak diragidc
(dinamis)ini nampaknya dapat berubah sendiri lagi,bahwa dalam sistem sosiai manapun terc
oleh kekuatan-kekuatan yang datangnya tidak pat banyak sekali komunikasi yang dimaksu
HisatigVa dan tidak dapat ^endalikan. Per- lean untuk memperkecil atau menghalahgi pei
ubahan-perubahan ini bisa membawa akibat- bahan yang cenderung akan teqadi bila tid
Jumal Komunikasi Massa - Vol. 2 No. 2Januari 2009

1i

Sutopo:Peranan Teknologi Komunikasi terhadap Perubahan Sosial

ada komunikasi itu. Pennasalahannya adalah
bagaimanasuatu masyarakatbisatetap utuh dan
stabil tidak lebih dan tidak kurang mendasamya
dengan masalah bagaimana masyarakat itu dapat mengiibah dirinya atau justru diubah oleh
kekuatan dari luar,baik lewat media massa atau

Oleh karena itu, pembahan sosial disini
teijadi ketika penerimaan dan penolakan. ideide bam yang dikomunikasikan memiliki suatu
efek.Dengan demikian pembahan sosial adalah
efek dari komunikasi. Pembahan sosial ialah

proses teijadinya pembahan dalam struktur dan

lewat opinion leaders setempat Dari berbagai fungsi suatu sistem sosial. Dari sisi perspektif

kajian di lapangan komuni^i yang bersifat

lain dapat dilihat dari unit yang menerimanya

ritual pada prinsipnya dimaksudkan untuk memelihara kestabilan ini. Hubimgan antara individu sebagian dipelihara dengan komunikasi
pewarisan kebudayaan banyak tergantung pada

atau menolak ide-ide bam itu. Di dalam sistem

komunikasi. Banyak pertukaran pesan-pesan
berfungsi untiik memperkuat pandangan atau
nilai-nilai yang telah dianut sebelumnya,bukan
untuk mengubahnya sekiranya tidak ada komu
nikasi tanpa perubahan, maka tidak mungkin
menggunakan komunikasi untuk membendung
perubahan. Padahal kegunaan semacam itu sa-

ngat penting demi kelangsungan hidup organisasi organisasidanhubungan hubungan sosial
(Rogers,1976:125).

Kehidupan kelompok hanya dapat ber-

masyarakat banyak pembahan tegadi: 1) pada
level individu,dalam arti individu adalah penerima atau penolak inovasi itu. Pembahan pada
level ini sering disebut dengan berbagai istilah;
Difusi Adopsi,Akulturasi ataii Sosialisasi.Pendekatan seperti ini dapat kita sebut pendekatan
Microanalistis, dalam arti titik perhatian pem
bahan itu ialah pada perilaku individual;2).Per
ubahan dapatjuga teijadi di level sistem sosial
yang sebaliknya sering diberi istilah; pembangunan, spesialisasi, integrasi, atau adopsi, pa
da level ini pembahan yang ada di level sistem
sosial, oleh sebab itu, pendekatannya adalah
Microanalistis.

lanjut sejauh para anggotanya mengatur tingUntuk selanjutnya pembahan yang teija
kah laku mereka sesuai dengaii seperangkat ha- di di dua level ini sangat erat berinteraksi dan
rapan yang dijunjung bersama atau paling tidak berhubungan satu dengan yang lain. Mimgkin
menurut seperangkat peranan yang cukup terpadu. Namun demikian, setiap anggota suatu
masyarakattidak hamspersissama dengan ang
gota anggota lainnya. Kebudayaan bukanlah

hasil peniruan keseragamanpsil^,sebagaima-

seluruh analisa pembahan sosial pada akhimya
hams memusatkan perhatian utamanya pada
proseskomunikasi.
Komunikasi dan Dehumanisasi

na ditegaskan oleh Wallace (1970). Demikian
Dalam mengkomunikasikan ide-ide bam
juga seorang anggota masyarakat tidak hams itu di dalam sistem sosial masih memilikijenis
tahu semua seluk beluk koordinasi dan oigani- pengamh lain, inovasi yang telah disebarkan
sasi interaksi dalam masyarakat. Namun,jika kepada masyarakat dapat diterima atau ditol^
stabilitas hubungan dan pandangan itu tidak terpelihara maka masyarakat itu sendiri tidak akan
dapat terus bertahan.Perubahan-pembahan da

lam suatu masyarakat hanya mungkin tegadi
apabilakelompokitu sampaipada batastertentu
berusaha memperhatikan diri selama proses pe-

oleh individu anggota suatu sistem atau seluruh
anggota suatu sistem sosial. Hubungan antara
sistem sosial dan keputusan untuk menerima
suatu inovasi dapatdiuraikan sebagai berikut:
1. OptionalDecisiony yaitu suatu keputu
san yang dibuat oleh individu terlepas dari ke

mbahanituberlangsimg.

putusan yang dibUat olehindividu-individu lain

Komunikasi dengan Perubahan

yang ada dalam sistem itu. Dalam kasus ini pun
keputusan individual itujelas dipengaruhi oleh

Pada Pola ini, Komunikasi adalah masa

lah yang essensial dalam pembahan sosial.Pro

ses sosialpada polaini meliputitiga langkah yaitu invention (proses ide-ide bam diciptakan
atau dikembangkan), disjusion (proses inovasi
itu disebarkan kepada anggota masyarakat),
dan consequences(pembahan yang teijadi akibat inovasiitu diterima atau ditolak).

160

norma-norma sistem sosialnya dan kepentingannya untuk menyelaraskan diri dengan tekan-

an kelompok.Keputusan individu^seorang petani untuk meningkatkan bibitunggul dan kepu
tusan seorang ibu rumah tangga untuk meneri
ma dan menggunakan tablet pembatasan kela-

hiran adalah mempakan contoh dari keputusan
yang demikian.

Jupial Komunikasi Massa - Vol. 2 No. 2Januari 2009

Sutopo:Peranan Teknologi Komunikasi terhadap Perubahah Sosial

2.CollectiveDecision^ di mana individuindividu yang ada dalam suatu sistem sosial setuju untuk membuat suatu keputusan berdasarsuatu kesepakatan bersama. Setelah kepu
tusan yang demikian dibuat,semua orang harus
men);elaraskan dirinya dengan keputusan sis
tem itu. Contohnya ialah pembeiian flourid
pada air untuk minum di suatu kota. Sekali ke
putusan masyarakat tebh dibuat maka individu
hams menerima air yang telah mengandimg
flouridtersebut.

3. Authority Decision, yaitu seorang ko-

yang penting yaitu hubimgan sosial dan pe

ngen^an masyarakat. Pengawasan, pengen
dalian dan penilaian terhadap teknologi yan{
bersangkutan temtama pada pe-ngaruh tekno
logi terhadap organisasi sosial penerima. Kegi
atan pengendalian mempakan tugas manaje
men teknologi yang mencakup kemungkinai
penyalahgunaan dan gangguan terhadap ling
kungan sosial/fisik alamiserta buatan.
Terhadap setiap teknologi setiap inasya
rakat piengharapkan adanya pengaturan yan{
memadai demi ketertiban, ketenangan dan ke

munikator y^g menyampail^ informasi ke- teraturan dalam masyarakatnya,dengan sediki
pada komunikan(sasaran atau masyarakat),de
ngan cara memaksakan kehendalmya supaya
komunikannya untuk memberi keputusan guna
menerima informasi/inovasi tersebut. Misalnya
oleh seorang supervisor dalam suatu organisasi
birokiasi. Dalam penerimaan dan penolakan
inovasi tersebut, sikap individu terhadap inovasi bukan mempakan faktor yang penting. la
hanya diberitahu dan diharapkw untuk menyesuaikan diri dengan keputusan inovasi yang di
buat oleh yang berwenang. Dengan demikian
proses komunikasi seperti ini pihak komunikan
mengalamiteijadinya Dehumanisasi.Beberapa
penelitian tentang tipe keputusan inovasi seper
ti ini nampak hasil penelitian Suiyono tentang
difusi inovasi program inseminasi buatan di
kalangan kelompok tani di Kecamatan Kebak
Kiamat Kabupaten Karanganyar. Hasil peneli

tian menunjukkan bahwating^tadopsiinovasi
IB (Inseminasi Buatan) mencapai 88,8% de
ngan pendekatan **kekuasaan** lewat pilar birokrasi dengan ditakut-takuti kalau tidak ikut
menggunakan suntikan IB bagi hewan sapinya.

Begitu juga hasil penelitian tentang Adopsi
KontrasepsiKB spiral bagi masyarakatpinggiran kota Sukohaijo mencapai 92,8%. Sebab sosialisasi kontrasepsiKB spiral itu,dikaitkan de
ngan **upaya kenaikan pangkatpegawai negeri"
(Subiyanto,1998:28).Dengan demikian menggambarkan dua hasil penelitian itu menunjuk
kan dalam menerima inovasi tidak ada kebebas-

an untuk menolaknya, maka masyarakat sasaranmengalamiDehumanisasi.

Pengaruh Perkembangan Teknologi
Komunikasi Terhadap Perubahan
Sosial

Dalain mengenalkan teknologi yang ba
rn,selalu akan berhadapan dengan dua unsur

mungkin gangguan terhadap kehidupan sehari
hari. Dengan demikian setiap introduksi tekno
logi bam, mensyaratkan suatu persiapan yan{
cukup dini dan perencanaan, yang memperhi
tungkan reaksi dan kemampuan wadah penerimanya/masyarakat.
Untuk itu diperlukan persiapan dan pemikiran-pemikiran yang matang tentang dampak teknologi terhadap struktur sosial-politil
ekonomi-budaya dengan memperhatikan aspel

organisasi(sosial,telmologi,dan ekonomi)dai
aspek budaya milik perancang teknologi dar
masyarakatnya yang telah melandasi teknolog
yang bersangkutan
Telah dilihat bahwa secara tidak sadai

perancang pun telah memasukkan keingii^keinginan pribadinya, termasuk sistem nila;
lingkungan/pemesan, yang diintegrasikan de
ngan daya kreasi,pengetahuan dan ketrampilar
perancang/konstruktor/produsen. Hal' iniM
yang telah mengakibatkan bahwa seoyektif-obyektifiiya suatu teknologi ia tetap berbias kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proses perancangannya.Karena itulah maka suatu tekno
logitidak bebas organisasi,tidak bebas nilai budaya-sosial-ekonomi danpolitik.
Dengan demikian agar supaya suatu tek
nologi berfungsi dengan semaksimal mungkin,
maka ia perlu bertemu dengan lingkungan dan
wadah yang mirip/cocok dengan budaya negara
asalnya. Inilah yang teijadi dalam proses globalisasi yang biasanya akibatnya saja yang kita
sadari temtama bila tidak cocok dengan lingkungw barunya. Maka dampak dari pengguna
teknologiitu,akan melahirkan pembahan sosial
yang mengarah kepada budaya asli teknologi
dari negara asal.
Faktor hardware dan brainware yang te
lah kita kenal sebelumnya, kini ditambah de-

Jumal Komunikasi Massa - Voi. 2 No. 2Januari 2009

161

Sutopo:Peranan Teknologi Komunikasi terhadap Penibahan Sosial

ngan istilalh live-ware untuk uosur sumber daya
manusia sebagai salah satu unsur manajemen
disamping modal dan perangkat keras» itulah
sebabnya Pacey mendefinisikan teknologi
menjadi : *Uhe application of scientific and
other knowlegde to practical tasks by ordered
system thatinvoluepeople,and organization, li
vingthingand machines'*(Pacey,1983:6-7)
Definisi ini sekurang-kurangnyajuga telab mampu untuk memasukkan bidang ilmu pengetahuan yang tercakup dalam proses perencanaan,pengadaan,babkan konstruksi dan pro.duksi teknologi itu sendiri. Pada tahap inilah
tegadi pertumbukan atau adaptasi dan modifi-

kasi oleh masyarakat atau peneliti perancang
terhadap IPTEK karena sebagaimana telah dilihat, teknologi tidak berdiri sendiri, tidak bebas
dari nilai-nilai sosial-ekonomi-politik, oleh ka
rena itu masyarakatpenggunanyajuga telah tercemar oleh budaya negara asal teknologi, sehingga sedikit banyak juga sudah memunculkanfenomena dehumanisasi.

Adaptasi tidak sukar,apabila selalu disa-

masyarakat informasi, industri informasi saat

ini sedang menyajikan sisi positifdariteknologi
tinggi, khususnya teknologi Komunikasi. Walaupim orang tidak dapat menyalahkan industri
informasi yang sedang membangun citra ideal,
pengaruh yang diharapkan yang mempercepat
datangnya masyarakat informasi dapat menyebabkan munculnya konsekuensi sosial tatkala industri informasi tidak secara simultan

bertanggung jawab terhadap munculnya efek
samping dari cepatnya pembahan dari masyara
katindustri menuju masyarakatinformasi.
Tampaknya, orang sepakat dengan Margareth Mead(1973:345)yang menyatakan bah
wa kemajuan teknologi pada dasamya adalah
netral, yang tampak adalah intervensi manusia

terhadap teknologi, secara cepat mengingkari
kenetralan ini. Para peneliti terus menunjukkan
pengaruh yang muncul dari teknologi informa
si. Persoalan-persoalan krusial yang berkaitan

dengan masyarakat informasi, ^antaranya kelimpahan informasi(Gabor, 1973; Branscomb,
1979; Pelton, 1983), campur tangan masalah
pribadi(Dormer, 1986; Diebol, 1973),ketidak-

dari bahwa suatu teknologi dikembangkan(lebih lanjut) selalu berdasarkan suatu dorongan adilan Mormasi(lihat Evans, 1979; Oettinger,
dan motivasi untuk mencapai sesuatu. Dorong 1980), isolasi psikologis (Silberman, 1977),
an ini tentunya berakar pada suatu nilar: nilai

profesional IPTEK atau dorongan-dorongan
sosial-politik-ekonomi yang ditanamkan dunia

ekonomi-industri dalam proses pengembangan
suatu teknologi. Proses ini teijadi secara sadar

atau tidak sadar dan mempengaruhi dunia
IPTEK bila melaksanakan R&D terhadap suatu

sentralisasi informasi (Schller, 1981), dan penyalahgunaaninformasi(Parker,1983).
Ketakutan masyarakat informasi,karena
menyangkut glamomya teknologi tinggi. Apakah konsep masyarakat informasi benar-benar
perlu dipromosikan? Dengan glamomya telmp-

logi komputer pada masyarakat kini, apaikah

masalah.

konsep masyarakat informasi perlu disebarluaskan? Jawabaimya adalah ya. Masyarakat merasa belum begitu puas dengan prospek tekno
logi telekomunikasi (lihat Davis, 1983). Sikap
menjadi standar teknis atau bahkan standar etis masyarakatterhadap konsep masyarakat teknoprofesi IPTEK. Kemudian teijadilah interaksi kratik di mana tukang pos digantikan oleh meantara "pengalaman"IPTEK dan nilai dorong sin elektronik dan berbelanja dapat dilakukan
an sosial-politik-ekonomi yang telah diterima dengan videotext, tetap negatif. Sementara
oleh dunia IPTEK dan melahirkan apa yang di- hampir semua orang terpesona dengan kemamkenal sebagai technological imperatives. Ke- puan komputer yang luar biasa dalam memprolompok nilai IPTEK inilah yang oleh Einstein ses segudang informasi dalam hitungan nanodisebut**IhejoyJullsense ofintelectualpower/ detik,sebagian yang lain merasa khawatir yang
challenges** sebagai milik dunia IPTEK/the. canggih yang melewatr batas kehidupan indiExpert-Sphere,yang hams selalu lebih baik,le- vidu.
bih teliti, lebih rinci, dan lebih cepat serta lebih
Ketakutan pelanggaran tersebut mempamurah.
kan ketakutan terhadap industri informasi yang'
Sumber nilai yang lain bagi teknologi
dan profesiIPTEK ialah pengalamannya sendi
ri {technological experience) yang lambat laun

akan mengendalikan sistem informasi.Menumt

Masyarakat Informasi

Dalam rangika mempercepat datangnya

162

pandangan ini, kabel, komputer, dan sistem
komputer secara cepat menjadi hak milik sege-

Jumai Komunikasi Massa - Voi. 2 No. 2Januari 2009

Sutopo:Peranan Teknologi Komunikasi terhadap Perubahan Sosial

lintirkonglomeratbesar.Sebagianorangperca- pada masyarakatinformasi adalah mereka yanj
ya bahwa konglomerat ini akan segera dapat aktivitas utamanya memproduksi, mengolab
mengendalikan arus informasi walaupun tam- atau mendistribusikan informasi, dan mempro
paknya tidak demikian. John Wlcklein(1981), duksiteknologiinformasi".
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
misalnya, beipendapat bahwa sistem kabel interaktif yang bam,yang beijumlah 108 saluran masyarakat informasi yaitu masyarakat yanj
dapat dikontrol oleh operator. Walaupun hal ini sadar akan informasi,dan mengandalkan infor
dibuat-buat, namun ada yang merasa khawatir masi dalam segala bidang kehidupan,.sekaligu
kalau-kalau pemerintah atau pihakswasta dapat pemerataan informasi serta berlangsimgnya in
mengendalikan informasi dan teknologi infor teraksi terbuka dan bertanggung jawab dalan
masi.
,
proses komunikasi dan tercapainya integras
Samuel C. Florman (1981: 181) meng- sosial dalam menunjang pembangunan nasio
ungkapkan bahwateknologi ditakutikarenami- nal.
^
tos teknologi itu sendiri dan mitos elitteknokraInformasi merupakan energi bahan yani
tik. Dalam sebuaih artikel yang beijudul" Sa beipola{patterned matterenergy)yang mempe
vingthe Consumerfromthe Computerized Sna- ngaruhi probabilitas yang tersedia bagi seoranj
fii*'(Ross, 1980:56) menyatakan bahwa "kon- individu dalam pembuatankeputusan.Informa
sumen senantiasa merasa sebagai korban yang si tidak memiliki eksistensi fisik secara sendiri
tak berdaya dari mesin birokrasi yang besar dan dan hanya dapat diekspresikan dalam bentul
seragam orang tidak dapat diajak berbicara, material(seperti tinta di atas kertas)atau dalan
atau berpikif*. Pada tahunl970, banyak film bentuk energi seperti impuls atau gelombani
dan novel yang mengusung tema sejenis:2001: elektrik. Seringkali informasi dapat disubtitusi
A Space Odyssey, Thon, Looker, Rollerball, kan oleh sumber{resources)lain seperti uang.
Dari gambaran di atas nampaknyia ma
Zaidoz, damTHXllSSy semuamenggambarkan
suatu masa depan dunia yang serba komputer, syarakat informasi dibentuk dari 3 aspek yaiti
tidak mempunyainaifsusama sekali.Industriin 1)segi ekonomi(daya guna informasi): bagai
formasi dengan cepat telah mempersq)sikan mana dapat bekeija melalui pendayagunaan in
b^wa sikap negatif publik terhadap teknologi formasi;2)segi sosial budaya(bu^yainforma
tihggi akan hilang dengan cara melakukan pro- si): bagaimana mengandalkan informasi dalan
segala bidang kehidupan dan mampu mengha
mosi media yang positif.
Masyarakat yang disebutkan sebagai ta- silkan mengolah dan memanf^tkan secara efi
hap setelah era industrialisasi atau yang santer sien dan efektif; 3)segi teknologi(infrastruktu
dengan sebutan masyarakat **pasca industrial" informasi): bagaimana memiliki infrastruktu
dinamakanjuga sebagai masyarakat informasi. yang lengkap, yang mampu mengakses infor
Tahapan masyarakat dimaksud memahg telah masi ke seluruh penjiuru dunia melaluisuatu hu
berkali-kali digambarkan oleh para ahli yang bimgan denganjaritanganinformasidanjaring
berusaha menunjukkan ciri-ciri penting dari an telekommiikasi global.

tahapan kehidupan tersebut dengan memperlihatkan perbedaannya dengan tahap-tahap sebelumnya.
Masyarakatinformasi(Rogers,1986)dirumuskan sebagai"suatu bangsa dimana mayoritas angkatan keija adalah terdiri dari para pekeija informasi,dan dimana informasi mempakan elemen yang paling penting. Jadi,masyara

kat informasi mencerminkan suatu pembahan
yang tajam dari masyarakat industrial dimana
mayoritas tenaga keija bekeija dalam pekeijaan
manufacturing seperti perakitan mobU dan produksi baja, dan yang mempakan elemen kimci
adalah energi.
Kontras dengan itu,parapekeijaindividu

Bila ketiga aspek maupim dalam kehidu
pan yang akurat dan benar,baik dalam kehidup
an informasinya maupun dalam kehidupan so
sial dan budayanya. Dengan terbentuknya ma
syarakat informasi konsekuensinya sikm mu
dah teijadi interkoneksi global komunikasi ber
gerak secara aliansi global juga, implikasi se
lanjutnya adalah hilangnya batas geografis; hi
langnya ketergantungan pada waktu dan ruang
hubungan komunikasi terdistribusi dalam "ru
ang*'; dan manusia menjadi anggota dari **man)
globalnonplace communities**.
Untuk dampak yang lain,dengan adany:
information superhighway maka: demokras
cenderung berkembang pesat; pertumbuhai

Jumal Komunikasi Massa - Voi. 2 No. 2Januari 2009

163

Sutopo:Peranan Teknologi Komunikasi terhadap Perubahan Sosial

ekonomi cenderung meningkat;dan nilai informasisemakin dihaigu.
Dengan terwujudnya masyaiakat informasi maka akan sangat beipengaruh terhadap:
meningkatnyapemerataaninfonnasi yang tentu

proses pembangunan.
e. Masih diperlukan banyak cara yang memadai atau suatu penelitian tentang menguji ke-

akan sangat beipengaruh terhadap meningkat-

benarah suatu hipotesa adanya kesenjangan

nya gerakan perubahan sosial. Dengan adanya

akibat adanya komunikasi.IBpotesa tentang
kesenjangan yang disampaikan para pakar
komunikasiuntukmenunjukkan bahwa salah

transparansi dan akuntabilitas semakin kuat

maka fenomena yang bersi&t dehumanisasi se
makin berkurang juga; iheluasnya informasi
pembangunan secara teipadu dan merata; me-

ningkatnya kemampuan sumber daya manusia,
sarana,dan prasarana; dan meninglmtnya interaksipositifantaiamediamassa,pemerintah dan
masyaiakat.
Kritik Media Massa dalam

Pembangunan

beipengaruh kecil kecuali lebih dahulu dila-

kukan perubahan struktur imtuk mengawali

satu pengaruh komuni^i massa adalah
memperlebarjurang peibedaan pengetahuan

di antara dua kelompok masyaiakat yang berstatus ekonomi tinggi dan berstatus ekonomi
rendah,untuk itu perlu penelitian lebih lanjut
mengenai *lcesenjangan akibat pengaruh ko
munikasi dengan menggunakan model Uses
and Gratification.

Beberapa kritik yang dilontarkan kepada
peran media massa dalam pembangunan di an-

DaflarPus^ka

taranyaadalah:

Indajit, R.B.(2001). Manajemen Sistem Infor

a. Perlu dicermati adalah dengan berkembangnya Ilmu dan Teknologi Komunikasi,bahwa
media massa di negara-negara berkembang
sebagai suatu peipanjangan hubungan yang
eksploitatif dengan berbagai perusahaan
multi nasional di negara-negara maju khususnyalewatprodukiklan-ildankomersial.

b. Terk^t dengan pola pemilikan dan pengawasan elit atas lembaga-lembaga media mas
sa nampaknya beipengaruh terhadap isi me

dia(tid^obyektiflagi)
c. Sumbangan komunikasi massa dalam per
ubahan sosial(pembangunan)seiing terbambat oleh struktur sosial dan Inirang adanya
bahan masukan (hanya kritik saja), dan kurang banyak memberitahukah hambatan
pembangunan.

d. Banyak harapan di Negara-negara berkem
bang (misalnya, Columbia) bahwa komuni
kasi merupakan faktor penunjang modemisasi dan pembangunan,tetapi kenyataannya

164

masi dan Teknologi Informasi. Jakarta:
Gramedia.

McAnany,E.G (1980). Communications in the
Rural Third Word.New York:Praegen Pu
blisher.

Rahardjo, B.(2002). Memahami Teknologi In
formasi.Jakarta:Gramedia.
Roger, B.M.(1976). Komunikasi dan Pemba
ngunan.Jakarta:LP3B$.

Salvaggio,J.L(2000). Membangun Citra PositifMasyaiakatInfonnasi.JumalISKI'iio.
V0ktober2000.

Scoot, N.M.(1991). Information Technology
and Organizational Tranformation. Ox
ford:Oxford UniversityPress.
Sutopo.(2001). Pendidikan Perubahan Sosial.
Bahan latihan riset aksi. Surakarta: Puslit-

bangdeka-LemlitUNS.
.(2005). Komunikasi, Perubahan Sosial
dan Dehumanisasi. Surakarta: Pustaka

Ramayana Ilalang dengan Program Pasca
Saijana KomunikasiUNS.

Jumal Komunikasi Massa - Vol. 2 No. 2Januarl 2009

JumalKomunikasi Massa

Vol. 2No.2Januari 2009 hal. 165-171

Communication as Cuiture
Pamela Nilan

School ofSocial Science,The University ofNewcastle Australia

Abstract

Cultureisnotonly things which can be touched.Italso include 'the way of life'ofasociety.Itis
a series ofpractices too. While media and popular culture products are the form of
communication.For example thepopular musicalgenre, nasyid,and the new television trend,

'reality'/horrorshows. There is the culturalstudies approach, which tries tofind outand digs
abouthowpeople are binded to theparticularcontextofculture. This article willexploreabout
the intersection ofcommunication and culture, especially in Asia, as one ofthe most dynamic
modemplacesin the world.

K^rwords:communication,popularculture,culturalstudies,media.

Introduction

from inside and from outside sources. Bo
t

The topic today conies from a question
how do communication and culture intersect in

specific Asian societies in the twenty-first cen
tury? To define culture,I will use the following
definition:

The human creation and use ofsymbols and
fiolefrcts. Culture maybe taken as constitut
ing "die way oflife' ofan entire society, and
this will include codes ofmanners,dress,la
nguage,rituals, norms ofbehaviour and sys
temsofbelief(Jary and Jary,1991:138).

Ifculture is'a way oflife'then this draws

westem nations and developing nations are no
enmeshed in the workings ofwhatis increasin;
ly a global economy and whatsome claini to I
a 'global culture'. Yet there is really no su(
thing as a singular form of global culture :
such.For while technologically-driven westei
(particularly American) culture threatens
sweep te planet (Waisbord 1998), there a
other cultural 'cores' in the world from whi(

new cultural trends are distribted (such as X
pan,India,South America and the Nfiddle Eas

which manypeoplein the world prefer as afor
ofmediated symbolic communication.

our attention to the fact that culture is not fixed

So,tall^g aboutcommunication today

or static. Indeed it has been been claimed that

will be generally referring to the form ofcod

we are always living culture. The antropholo- munication we usually call media newspaper
gist Brian Street(1993)argues that culture is a journals, magazines,television,internet,film
verb,not simply a state ofbeing,but a series of advertising and other forms of popular cultu
practises. So there be no time or place which is

outside lived culture.Asculture change though,
there is certainly the impression thatsome ways
of being, and knowing are being left behind,
even eclipsedj as new form of culture develop

such as fashion and pop songs. As specific e:
amples,I will be considering the popular musi
al genre ofnasyid and the new television trer
to 'reality' mistery/horor shows. In the soci
sciences and humanitiesin westem universitie

Jumal Komunikasi Massa - Vol. 2 No. 2Januari 2009

16

Nilan: Communication as Cuiture

there^three main waysofanalysing the relat

popular culture.He maintated the people appro

ionship between media and culture. The first of priated and synthesised cultural materials fi'om
these issociological,an approach which usually all kinds of sources for their own creative and

emphasises the ideological and political econo social ends (Thompson 1995). Therefore, in
my influences upon the citizenry that come talking aboutthe relationship between commu
fi-om media (for example, Curran 2002). Ano nication and culture in Asia we must consider
ther popular angle ofanalysis is political scien not
only the local'meanings'constructed global
ces,which emphasises die political economy of media messages md icons, but the meanings
the media industry (see Croteau & Hoynes
2002), especially issues oftransnational own
ership and distribution.Finally,there is the cul

people construct about established cultural tra
ditions and identities which existin adialectical

(see Hoogvelt2001:11)with these
turalstudy approach,which seeks to explore the relationship
modem
western
and other hegemonic icons
ways that media links, enfolds or otherwise and s^bols(Sunyindo 1998). Before we unbinds people in particular contexts of culture

thinkmgly accept foe idea that westem cultural
(Holden,2004; Fiske 1996). Holden maintains forms constitute a massive homogenising jugfoat the essential(but often neglected)dimens
that sweeps all before it (Appadurai
ion m cultural studies of media is context(Di- gemaut
1996;
Barker
1999),we mustrecognise thatfoe
imtriadis 2001).Culture is communicated in the majority of Asian people are still 'located' in
lived spaces of everyday life where local and their local communities with specific cultural

global identities are mediated(for example
dodo 2002;Nilan 2001;Gillespie 1995)and ar
ticulated(Morley&Robins 1995).
Alfoough there are pockets of underdevelopment and backward thinking in Asia(for

histories(Cunningham & Sinclair 2000). This
is foe context'that Holden demands we under

stand. Pattiera (1995), writing about Philipinnes,clai^ in foe postmodern moment there is

example Burma mdNorth Korea)Asia is one of a colonication where foe past coexist with foe
the most dynamic modem places in the world. present'. Local identities are still nurtured but
these are interfaced with 'foe cultural bound
There are forms of media coming out ofAsia aries
ofa global order'(1997)in foe context of
which are differentto those produced anywhere

people's everyday lives. In this context, hybrid
else in the world and they have a profound ef forms
media culture emerge,so thatfoe past
fects on Asian cultural identity(Lent 1995).Al (real orofimagined),
te increasingly tech
though pessimistic view is that people in non- nological presentattouces
key points in foe fi-aming of
westem countries are brainwashed by westemidentities
(Nilan,
1999).
Pieterse (1995) des
controlled media (Best & Kellner 1998) into

cribes this hybridisation as foe 'creolisation of
the consumption ofcheap, culturally meaning global
culture', and instances ofthis phenome
less commodities(see Gitlin 2000;Hibbs 1999;
Giroux 1997; Adomo & Horkheimer 1977); non fi-om foe examples below.
thereby losing their traditional culture and be
coming slaves to the style/ feshion trends and

Media Communication and Asian
Cuiture

ideologies manufactured by global marketing

^ia is a collection ofcultural contexts a
(Klein 2000;Ritzer 1993),I beheve the reverse dynaimc,
discontinous collection of•
to be trae (Harrington & Bielby 2001 2001* states. It isvariegated,
full of dissimilar political systems,
Bennet2000;Willis 1991;Hebdige 1988;Ben' economic and class ordering, religious prac
jamin 1973).
tices,cultural histories,socialand ethnic group
The litCTary critic Walter Benjamin, for ings,technologicalprospects,andmedia prefer

example, argued strongly against the pessimis
tic thesis. He pointed out that mass media al

ences. As a result in foe increasingly complex

societies of Asia, media forms are becoming

lows the masses to participate openly in aes ever more complex and 'creolised', yet realthetic and communicative reception and appre- world events are still represented and modelled
tiation. Like Benjamin, Wilis (1991), writing in
an interative fashion by media as a form of
about British working class-youth, stresses the
communication
which speaks to local identi
d^ocratic and active, rather than be hegemo ties. We may consider
foe case of Hello Kitty
nic and oppresive, potential of contemporary originally'cute'goods marketed
only as toys for
Jumal Komunikasi Massa - Vol. 2No.2Januaii 2009

Milan: Communication as Cuitura

'

which has come over three stlucting cultures ofidentityforthe new consu
^
^
Altough media pro

^n^TvZ.llf'l
,?

'!iefy andtradition,sitsomewhat uneasUytogeSierh
that

^

^
^

'®8'°n- ^^e last two decades ofthe twen

®®°- "Pid
ti®to century,
Indonesia underwentaS^
social and poUtical transformation whici

BoUywood films and saw the dramatic ascendancy ofa high-consu-

""y ^0 social world around them A sienific^
status mAF/(Ahidemi volume ofwork has been produced on the topic

ir„,L.-

f

^
j

®°-

Asmanyhavenoted,commentatorscanbe

^™®'' ® ^videdintothosewhounderstandtheimpactas

At^can teleriowla, Smchan cartoon and co- andthosewhofevouramodelofculturalannro'
Sbena""^"""li® ^ °""'®
P'to'ion,synthesis and hybridization(see^e
i^tir^®®riuu
T ^und
®°"spi®«'"s
sense of (Abou-El-Haj
tims of a cultural
the West
IS s^ bmlt
gendered concept1991;onslaught
Said 1978)fiom
p.u.^
thev
• Va*- i*' - -■zyxwvut
' •srqponml
1 kjihgfeadcbaZYXWVUTSRQPONMLKJI
«
HGFEDCBA

emniril? !!. h ®®^'' ® 1"

®

®Wwith^ntem;K,raryrSS«£

^ find globul in an urban social and work con-

'®*'

Promotes an inviting set of discourses

''^®'°'®'' ' togeouslybin the world, drawing not only on

°""v®'
magazines,
ad- modernist
ideology,
signfficant trhitivertrsmg etc. ?have
become ®°
resources
for conomrf discourses
ofUfebutandonwo^^fo^SJumal Komunikasi Massa - Vol. 2 No. 2 Januari 2009
167

Milan: Communication as Culture

Aough complex,the relationship between me- Yet media representations encode particularly
™ Identity IS theorised here as two-way powerfol identity messages, operating as they
f

subjectivity. On the one hand, do through embodiment,voice(including wiit-

miwdualsbrmgbothactualandpotentialidra^
tity discot^ to their moments of media en^^»t.For Imtoraians. fliese W disTOurses (knve mostly ftom the foUowing re-

ten media), and acts which directly appeal to
emotions and morals values.It has been argued
that media consumers W texts such as mis
dia products, constantly seeking representat-

""8ion, and ions through which they might reconstitute ftaM,.c media, on .U
subjectivity
and strongof(Barthes
Mms
the other thand, offer a 8*'®
1977).
Through as
thestable
appropriation
offered

cultural commumcation,that an effect constitutive
ofidentity can possibly occur.Importantly,

Nasyld Phenomenon

Barendiegt aigues that Snntt..,,.^ Asian
hfy ^urse^ provocation between the two Islam increasingly
carves out a public space of

teown,andpopLcultureplaKu^S
To offwm example, most In- role
in the distribution ofthis new public visibi-

^n«.imm» completely ignore women's day- lity.Tie assosiation ofIslam wittCSil

SSST'
lii^ \A \
jn f

simultaneously
arousesdebates
both
celebration and controversy.
Current

Imca^ this verity well when he argues: not westemlirZ^^ITas^
inSMra^LwneT'

•«g®forsuch nationalpopular cultureforms has

ways
both Vmp
become synonymous with shaping a truly Islawaj^ of
of beinn
being, both
real fth
(those"^'®!*°''®s»nd
denved ftom micpopularculture(BarendreEL20b4t

f 't^l^ed' (thosetales,
en- ous musical
In the region,
traditional
andlo^
roim^mrealmsbeyonddieeveryday:
forms have
hybridised
withreUgim^
^1^x 7

®™»7«'tions, con-' poUticalpmc4s.IntheSf^fftt^^!
T^' '^®'^ ®®°'"^'*^®

genre

.he'evocatiLofdSo^lE^S^ad"
dress consumers indirectly, by representations, Sti^SStS"
laysia.The music is performed by°L^blesof"
168

Jumai Komunikasi Massa - Vol. 2No. 2Januari 2009

Nilan: Corrimunication as Culture

young men singing in harmony.The popularity commentator,and the scene is frozen whil(
of na^id may accord with the popularity of camera zooms into the still. Whatlooked tc

western boy bands like BoysUMen,Backstreet
Boys, or Westlife to some extent, but nasyid is
emphatically Islamic. In the 1990s nasyid became popular in Indonesia, especially afrer re-

viewer like just a lighter patch in the dark
turn outto be ghostly face when enough tecl
logy is applied. This illustrates to viewers
kind ofdangerthe volunteeris exposed to.

formasi when the genre gained many Indone-

Often the member of the public is i

sianfollowers. ^ ^
left there for hours, alone in the dark. Subst
The traditional song forms from which ently the viewing audience rejoins kim or
contemporary nasyid derives have always been and the person gets to talk about their supe:

usedbythe younger Muslim generation to com- tural experiences. Finally a Jdai (Isla
ment on contemporary events (Barendregt, preacher) cleanses the person (and often
2004).Facilitated by the spread ofArabic Islam haunted place as well)ofevil spirits and tai

through Southeast Asia, nasyid^proved at- Rachmah(2004)maintains that when this I

tractive to many young people with a strong Is- pens,'ulamma'presides,and Islamic faifti is

lamic conscioussness who want to be both in- inforced.Someshowsin this genre hasto do
formed and entertamed by morally and spirit- tirely with exorcism,so thatdie kiai conjure

ually responsible popular media. Lately nasyid spirits up with prayers, and even communic
has become professionaHsed with nasyid art- with them, before the exorcism resolves
ists travelling between Malaysia and Indonesia, state ofevil and impurity.It is noted tkat on •

So,nasyid might serve to illustrate the rise ofa
regio^ transculturalism: a culture that is inCTeasmgly sh^ by Southeast Asian Muslims
m spite of being geographically divided. Both
music and related websites provide young Islamic fans with important symbols of modem-

occasion,the successfully exorcised house\
provided with a sticker which proclaims
'free from ghosts' possibly a tribute to the f
Ghostbusters. In analysing the phenomen
Rachmah maintains that indigenous is eleva
as a model ofreaUty and this appeals mosi

ity so desperately sought by the middle class, abangan working class and rural Muslim vie

The nasyid genre has therefore proved import- ers in Indonesia, She furthCT purposes that t

mt m the development of a moderate, modem serves as an example ofthe democratisatioi}
but not westem,'cool', image both Malaysian Muslim religious beliefs and practices f
andIndonesian MuslimYouth.
their incorporation into a popular culture'fr«
The Television Misteri Phenomenon
1 X. I.- t-1 1- 1.

wW9hpromotesIslamasamajorsocialforse
tliis way her claims about wisteriZ/iororsho

tfT*^ ofa highly hybndis- are similar to Barendgrefs inteipretation ofi

fo^ R^hmah (2004)
our atenfton to syncretic aspects ofthe culturalfonnand gen
the appear^^ of-realrV horror/ mystery but the role ofprofessionalism and techrSS
^ows on Indonraran televisron in the last thatmakesthephenomenonadistinctively'n
couple of years. Prime time shows like Dunia dem'sensation

^tm^uvciy n

Lain ei^loit popular abangan beliefs in ghosts

and supernatural. These are 'reality shows in Conclusion

the seiue ofthe viewer being taken into a'real'
p^e,for example a haunted house,by a scienhfic et^perf leading a volunteer member ofthe
pubhc m to expmence supernatural presences,
A typical scene is an 'ordinary" person advanc-

These two examples demonstrate tl
culture,and media as aform ofcommunicatic
are tightly tied. As example,they

ture as a series ofa creative practised in liv
everyday interaction. As society changes in i

ihg slowly in a state ofterrorinto a decayed ruin ference to the new global order,culture and m

a^^t,apparently with only the aid ofinfra- diated communication forms change at sat

red hating. The voice-over commentary relatestheusuallymurderoushistoryofthedweUmg.A famt change m the density ofthe blacknws of the interior is remarked upon by the

tinie.In Indonesia,there is evidence that fort
ofpopular culture media which incorporate ai
celebrate Islam as a shaping force in nation
identity are emerging not from the top dov

Jumal Komunikasi Massa - Vol. 2No.2Januari 2009

16

Milan: Communication as Culture

(like state-sponsored propaganda)butfrom cre

ativity apd encouragement of ordinary people
themselv^-youth,the working class, rural
lages and communities. It seems certain that
many young peopleinIndonesiashow amarked
culturd preference for these local formsof me
diated symbolic communication which speak to
them oftheur Muslim identity,overthe imported

westemprodiict.
Reference

Cunningham, S. & Sinclair, J. (2002) 'Intro
duction', in S. Cunningham & J. Sinclair
FloatingLives: TheMedia andAsian
Diasporas: Negotiating Cultural Identity
through Media, Brisbane: University of
QueenslandPress.
Curran,J.(2002)Media and Power, London &
New York:Routledge.
Dimitriadis, G(2001)"In the clique": Popular
Culture, Constructions of Place, and the
/
Everyday Lives ofUrban Youth', Anthro

pology arid Education Quarterly, vol 32,
Abou-El-Haj, B.(19910 "Languages and Mo
no.l,pp.29-42.
delsfor CulturalExchange',in J.Eade(ed) Fiske, J.(1996)Postmodernism and television,
Living the Global City: Globalization as a
in J. Curran & M. Gurevitch (eds) Mass
Local Process^ London & New York:
Roudedge.

Media and Society-2^ Edition, London &

Adomo,T.& Horkheimer,M.(1997)'The Cul
ture Industry: Enlightenment as Mass De
ception', in J. Cuiran, M. Gurevitch & J.
WooUacott (eds) Mass Communication
andSociety,London:Edward Arnold.
Appadurm,A.(1996)Modernity at Large: The
Cultural Dimensions of Globalisation,
Minneapolis: University of Minnesota

Gillespie, M.(1995) Television, Ethnicity and
Cultural Change, London & New York:
Routledge.
Giroux, H. (1997) Channel Surfing, Basing

Press.

New York:Arnold.

stoke&London:Macmillan.

Gitlin, T. (2001) Media Unlimited: How the
Torrent of Images and Sounds Over
whelms our Lives, New York: Metropo
litan Books.

Barendregt, B.(2004) 'Cyber-Nasyid: Trans Golding, P. & Murdock, G (1996) 'Culture,
national Soundcapes in Muslim Southeast
Communications and Political Economy",
Asia', in T.J.M. Holden & T.Scrase (eds)
in J. Curran & M. Gurevitch (eds). Mass
Medi@sia,London:Routledge.
Media and Society(Second Edition), Lon
Barker,C.(1999)Television, Globalization and
CulturalIdentities, Buckingham and Phi

don&New York:Arnold.

Harrington, C.L.& Bielby, D. (2001) "Con
ladelphia:Open UniversityPress.
structing the Popular: Cultural Production
Barthes, R. (1977) Image-Music-T^, trans
and Consumption", in C.L. Harrington &
lated by.S.Heath,London:Fontana.
D.Bielby(eds)Popular Culture:Product
Benjamin, W.(1973) Illuminations, trans. H.
ion and Consumption, Maiden Oxford:
Zohn,London:Fontana.
BlackweelPublishing.
Bennett,A.(20000)Popular Music and Youth Hebdige, D.(1998) Hiding in the Light, Lon
Culture, Basingstoke and London: Macdon:Routledge.
millan.
Hibbs,T.S.(1999)Shows aboutNothing:Nihil
Best,S.& Kellnes,D.(1998)"Beavis and Buttism in Popular Culturefrom the Exorcist
Head: No Future for Postmodern Youth',
to Seinfield, Dallas: Spence Publishing
in J.Epstein(ed)Youth Culture:Identity in
Company.
a Postmodern World, Oxford: Blacwell Holden,T.J.M.(2004)'Introduction', in T.J.M.

Holden&T.Scrase(eds)Medi^ia,ljovL-

Publishers.

Crane, D.(2002)'Culture and Globalization:
Theoretical Model and Emerging Trends',
in D.Crane,N.Kawashima and K.Kawa
saki(eds)Media,Arts and Globalization,
New York&London:Routledge.

Croteau, D. & Hoynes, W.(2002) Media/So
ciety: Industries, Images and Audiences,
Pine Forge:PineForge Press.

170

don:Rotledge.
Hoogvelt, A. (2001) Globalization and the
Postcolonial World: The New Political

Economy ofDevelopment,2°^ Edition,Ba
singstoke:Palgrave.
Jary, D.& Jary, J.(1991)Collins Dictionary of

Sociology. Glasgow: HarperCollins ^blishers.

Jumai Komunikasi Massa - Vol. 2 No. 2Januari 2009

Nilan: Communication as Cuiture

Klein,N.(2000)No Logo, Hammersmith: Flamingo/HaiperCollms.
Lent,J.(1995)Introduction',in J.Lent(ed)i4jzan Popular Culture,Boulder San Fransis-

Rachmah,I.(2004)'Ghost or Gossip; The F

00 Oxford:Westview Press.

ture of the Indonesian television Indus

in the 2000s', paper delivered to the 1.
Biennial Conference ofthe Asian Stud

Association of Australia, Canberra,
June 2July,2004.
Kathmandu, Nepal', in V. Amit-Talai & Ritzer, G (1993) The McDonaldisation of*
Wulff, H.(eds) Youth Cultures: A Crossciety. Thousand Oaks:Pine Forge Press
Cultural Perspective, London & New Said, E. (1978) Orientalism, London: Rc
York:Routledge.
ledge&Kegan Paul.
Morley, D. & Robins, K. (1995) Spaces of Street, B.(1993)'Culture is a Verb: Anthro]
Identity: Global media. Electronic Land
logical Aspects ofLanguage and Culti
scapes and Cultural Boundaries, London
Process', Language and Culture, Brit
andNew York:Routledge.
Studies in Applied Linguistics 7. Cle
Morris, N.(2002)'The Myth ofUnadulterated
don:Multilingual Matters,pp.23-24.
Culture Meets the Threat ofImported Me Sunindyo, S.(1998)'Wacana Gender di TV
dia',Media, Culture&Society, vol.24,pp.
Antara Hegemoni Kolonialisme dan H
278-289.
lywood', in I.S. Ibrahim and H. Sura
NilaUj P. (2001) 'Gendered Dreams: Women
(eds) Wanita dan Media,Bandung:Rer
Watching'Sinetron'(Soap Operas)On In
jaRosdakarya.
donesia TV, Indonesia and the Malay Thompson, J.B. (1995) The Media and h
World,vol.29,no.84,pp.85-98.
demity: A Social Theory of the Mec
Pertierra, R.(1995)Philippine Localities and
Cambridge,polityPress.
Global Perspective, Manila: Ateneo de Waisbord,S.(1998)'When the Cart ofMedi
ManilaUniversity Press.
before the Horse ofIdentity:A Critique
Pieterse, J.N.(1995)'Globalization as Hybrid
Technology-Centered Vews on Glol
ization',in M.Featherstone,S.Lash and R.
ization'. Communication Research, y
Robertson(eds)GlobalModernities,Lon
25,pp.377-98.
don:Sage.

Liechty, M.(1995)'Youth and Modernity in

Jumal Komunikasi Massa - Voi. 2 No. 2Januari 2009