REFERENSI WACANA TULIS DALAM RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR LOMBOK POST (KAJIAN ANALISIS WACANA) - Repository UNRAM

  

REFERENSI WACANA TULIS DALAM RUBRIK OPINI

PADA SURAT KABAR LOMBOK POST (KAJIAN ANALISIS WACANA)

ARTIKEL

  

Diajukan Sebagai Syarat untuk Menyelesaikan Studi Program Strata Satu

(S-1) pada Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Oleh

HERAWATI LISTIANI

  

E1C110063

PROGRAM STUDI BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

  

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2014

  

ABSTRAK

  Referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual yang lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Terkait dengan hal tersebut, permasalahan dalam penelitian ini; (1) bagaimanakah bentuk referensi dalam rubrik opini pada surat kabar Lombok Post, dan (2) bagaimana fungsi referensi dalam rubrik opini pada surat kabar Lombok Post. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan bentuk referensi dalam rubik opini pada surat kabar Lombok Post, dan (2) menjelaskan fungsi referensi dalam rubrik opini pada surat kabar Lombok Post. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi dan metode dokumentasi. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sedangkan metode penyajian data menggunakan metode informal. Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bentuk penanda referensi dalam wacana rubrik opini pada surat kabar Lombok Post meliputi; (1) referensi persona (referensi persona pertama tunggal saya, dan persona pertama jamak kita dan kami, referensi persona kedua Anda dan referensi persona ketiga tunggal ia, dia dan –nya, persona ketiga jamak mereka), (2) referensi demonstratif (penunjuk umum ini dan itu, penunjuk ihwal begitu dan demikian, penunjuk adverbia tersebut, (3) referensi komparatif (tingkat ekuatif seperti, mirip dan

  

ibarat, dan tingkat komparatif lebih….dari/pada). Berdasarkan letak acuannya,

  referensi dibagi menjadi dua yaitu (1) eksofora, bersifat situasional (acuan di luar teks), sedangkan (2) endofora bersifat tekstual, acuannya ada di dalam teks. Endofora terbagi atas katafora dan anafora. Sedangkan fungsi referensi (pengacuan) dalam wacana tulis ialah sebagai pengganti anteseden (acuan), baik berupa orang/insan maupun hal atau benda, sebagai perbandingan dengan referen yang menunjuk pada sesuatu yang sama/berbeda yang menjadi acuannya.

  Kata Kunci : referensi, wacana rubrik opini

  PENDAHULUAN

  Suatu kalimat memiliki hubungan atau keterkaitan dengan kalimat lain dalam sebuah wacana dan menggambarkan kesatuan makna dalam isi wacana tersebut. Kalimat-kalimat tersebut berhubungan satu dengan yang lain, baik dengan kalimat yang mendahuluinya atau dengan kalimat yang menyusulnya maupun di luar dari konteksnya. Ketika menganalisis sebuah wacana tidak terlepas dari acuan yang mengacu dan yang diacu, kalimat ini dihubungkan sehingga memberikan makna yang dapat dipahami. Dalam wacana tulis terdapat berbagai unsur seperti pelaku perbuatan, penderita perbuatan, pelengkap perbuatan, perbuatan yang dilakukan oleh pelaku, dan tempat perbuatan. Unsur itu acap kali harus diulang-ulang untuk mengacu kembali atau untuk memeperjelas makna. Oleh karena itu, pemilihan kata serta penempatannya harus tepat sehingga wacana tidak hanya kohesi tetapi koheren. Dengan kata lain referensinya atau pengacuannya harus jelas.

  Dalam wacana tulis seperti surat kabar menampakkan penggunaan referensi pada rubriknya. Oleh sebab itu, objek pembahasan yang dilakukan penulis adalah wacana tulis dalam rubrik opini pada surat kabar Lombok Post. Penelitian yang mengkaji tentang referensi wacana tulis pernah dilakukan oleh Fitriani (2012) dengan judul “Analisis Referensi dalam Rubrik Tajuk Rencana pada Surat Kabar Kompas”. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu terletak pada objek serta metode yang akan digunakan. Pemilihan rubrik opini pada surat kabar Lombok Post dalam penelitian ini karena terdiri atas penyampai opini dengan latar belakang yang berbeda, tentunya cara penyampaian persepsi, gaya bahasa serta ketepatan penggunaan referensi akan mempengaruhi makna dalam wacana. Kemudian adapun pemilihan surat kabar Lombok Post sebagai objek dalam penelitian ini karena surat kabar Lombok Post merupakan surat kabar atau Koran terbesar yang ada di NTB. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Sirulhaq (2004 dalam Akmaludin, 2008:5) yang menyatakan bahwa di antara media lokal yang ada di NTB, Lombok Post bisa dikatakan masih menjadi referensi utama bagi masyarakat NTB dalam perolehan informasi atau berita yang ada. Berdasarkan pendapat tersebut berarti Lombok Post adalah surat kabar ternama dan terbesar di NTB yang tentunya berbanding lurus dengan efektifitas wacana yang berada di dalamnya. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimanakah bentuk penanda referensi (pengacuan) yang terdapat dalam wacana rubrik opini pada surat kabar Lombok Post ?, (2) Bagaimanakah fungsi referensi (pengacuan) yang terdapat dalam wacana rubrik opini pada surat kabar Lombok Post? Tujuan dalam penelitian ini yaitu (1) Mendeskripsikan bentuk penanda referensi (pengacuan) yang terdapat dalam wacana rubrik opini pada surat kabar Lombok Post dan, (2) Menjelaskan fungsi referensi (pengacuan) yang terdapat dalam wacana rubrik opini pada surat kabar Lombok Post.

KAJIAN PUSTAKA

  Penelitian yang mengkaji tentang analisis wacana pada surat kabar, bukanlah yang baru dan pertama dilakukan, tetapi sudah ada penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian relevan yang mengkaji tentang analisis wacana pada surat kabar pernah dilakukan oleh Tayyibah (2006) dengan judul “Ketidakadilan Gender pada Penggunaan Diksi dalam Konstruksi Bahasa Pers Lombok Post”. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa masih banyak adanya diksi yang mengandung ketidakadilan gender dalam konstruksi bahasa pers Lombok Post. Pada diksi-diksi tersebut belum dapat menyampaikan informasi atau fakta yang sesungguhnya kepada pembaca karena implikasi sosiologis yang diharapkan dari penggunaan diksi tersebut tidak tercapai.

  Penelitian selanjutnya pernah dilakukan Fitrianty (2012) dengan judul “Analisis Referensi dalam Rubrik Tajuk Rencana pada Surat Kabar Kompas”. Berdasarkan analisis data, hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa bentuk dan fungsi referensi yang terdapat dalam tajuk rencana pada surat kabar Kompas meliputi, referensi persona (referensi persona pertama dan referensi persona ketiga), referensi demonstratif (pronomina penunjuk umum, pronomina penunjuk tempat), referensi komparatif (tingkat ekuatif dan tingkat komparatif). Namun, dalam penelitian tersebut data yang ditemukan kurang lengkap, ada beberapa penanda referensi yang tidak ditemukan.

  Berdasarkan isi dan kajian dalam penelitian-penelitian yang pernah dilakukan tersebut, penelitian ini relevan dengan penelitian sebelumnya karena sama-sama menganalisis wacana pada surat kabar. Pada penelitian-penelitian di atas, dapat dilihat bahwa objek penelitian yang dominan digunakan adalah surat kabar Lombok Post yang juga akan menjadi objek dalam penelitian ini. Namun, penelitian yang mengkaji tentang penggunaan penanda referensi pada surat kabar Lombok Post pertama kali dilakukan, serta pemilihan rubrik opini pada surat kabar Lombok Post belum pernah dijadikan objek penelitian pada penelitian- penelitian sebelumnya. Sehingga, berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas, terdapat perbedaan-perbedaan yang tampak dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Perbedaan tersebut dilihat dari segi objek, metode, dan jenis analisis yang dilakukan.

  Berdasarkan permasalahan yang muncul dalam penelitian ini digunakan beberapa teori yang digunakan sebagai dasar untuk memperkuat penelitian yang akan dilakukan. Dalam analisis wacana ada beberapa teori yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini, teori-teori tersebut relevan untuk menganalisis data dalam penelitian ini yaitu wacana, analisis wacana, wacana tulis, kohesi wacana, referensi, dan surat kabar. Namun dalam penelitian ini difokuskan pada pengkajian tentang referensi dalam wacana tulis. Oleh karena itu teori yang digunakan untung menganalisis data yang ditemukan dalam wacana adalah referensi.

  Sumarlam (2003: 23) menyebutkan bahwa pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual yang lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya.

  Halliday dan Hassan (dalam Ihsan, 2011: 33) membedakan referensi menjadi dua macam, yaitu exophora ‘situational’ dan endophora ‘textual’. Dan

  

enophora di bagi menjadi dua yakni anaphora ‘mengacu kepada teks

sebelumnya’ dan cataphora ‘mengacu pada teks sesudahnya’.

  Reference Endophora (textual) Exophora (situational) Anaphora Cataphora

  Sember : Halliday dan Hassan (dalam Ihsan, 2011: 33 )

METODE PENELITIAN

  Dalam penelitian ini, data yang diambil adalah penggalan wacana tulis

yang diindikasikan mengandung bentuk dan fungsi referensi dalam rubrik opini

pada surat kabar harian Lombok Post, edisi 15-25 Maret 2014.

  Sumber data dalam penelitian ini adalah wacana tulis dalam rubrik opini

pada surat kabar harian Lombok Post, edisi 15-25 Maret 2014 yang mengandung

referensi.

  Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode observasi dan metode dokumentasi. Berdasarkan bentuk penelitian yang

dilakukan, metode observasi atau pengamatan yang dimaksud mengarah pada

kegiatan membaca surat kabar atau koran . Dalam hal ini, pengamatan dengan

membaca semua wacana dalam rubrik opini yang dimuat pada surat kabar harian

Lombok Post edisi 15-25 Maret. Sehingga melalui pengamatan tersebut dapat

mendukung dalam menemukan kemunculan bentuk penanda referensi

(pengacuan) yang akan diteliti. Dokumentasi adalah bahan penting yang akan

  dipergunakan dalam mengidentifikasi data tertulis yang terdapat dalam sumber data. Dalam penelitian ini, penggunaan metode dokumentasi digunakan untuk mencari data dan mencatat hal-hal yang penting serta menyelidiki benda-benda

  

tertulis yang dalam hal ini berupa teks, pendokumentasian dilakukan khusus pada

teks yang terdapat bentuk penanda referensi dalam rubrik opini pada surat kabar

Lombok Post.

  Penelitian yang bertajuk pada analisis penggunaan referensi (pengacuan)

dalam rubrik opini pada surat kabar merupakan penelitian yang bersifat kualitatif.

  

Oleh karena itu, metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

metode deskriptif kualitatif, sehingga hasil penelitian yang diperoleh bukanlah

berupa angka statistik. Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu dibuat

  instrumen penelitian. Selanjutnya metode penyajian data dalam penelitian ini

  

yaitu metode informal, artinya menggunakan kata-kata biasa dan tidak

menggunakan lambang.

  PEMBAHASAN

  

1. Bentuk Referensi yang Terdapat dalam Wacana Opini pada Surat Kabar

Lombok Post Edisi 15-25 Maret 2014

  Bentuk penanda referensi yang ditemukan dalam wacana opini pada surat kabar Lombok Post edisi 15-25 Maret 2014 adalah referensi persona, referensi demonstratif, dan referensi komparatif. Sedangkan, berdasarkan letak acuannya, Halliday dan Hassan membagi referensi berdasarkan letak acuannya menjadi dua yaitu, eksofora (situasional) dan endofora (textual) yang anafora dan katafora. Berikut akan dipaparkan bentuk penanda referensi dan analisisnya yang ditemukan dalam penelitian ini.

1) Referensi persona

  Bentuk penggunaan referensi persona dalam wacana opini pada surat kabar Lombok Post edisi 15-25 adalah sebagai berikut.

  (1) Beberapa minggu yang lalu, melalui media ini, kita diingatkan perihal dana corporate responsibility (CSR) PT. Bank NTB yang dinilai oleh sebagian anggota dewan menimbulkan pertanyaan serius dan dibutuhkan mekanisme dan prosedur yang jelas menyangkut pengaturannya, hingga pada senin, 09 September 2013 di harian ini pula saya pernah menulis Akselerasi Konvensi PT. Bank NTB saat ini (Lombok Post, 25 Maret 2014)

  Pada penggalan wacana (1) di atas, saya merupakan bentuk penanda referensi persona dengan menggunakan pronomina persona pertama tunggal yang digunakan untuk menggantikan orang pertama atau diri sendiri. Berdasarkan letak acuannya, referensi persona pertama tunggal saya merupakan acuan yang bersifat eksofora yang menegaskan bahwa acuannya berada di luar teks karena referensi

  

saya mengacu pada penulis wacana itu sendiri, yang hanya berperan sebagai

penulis bukan sebagai pelaku dalam wacana.

  Di samping persona pertama tunggal, di dalam bahasa Indonesia juga terdapat referensi persona pertama jamak yaitu kita dan kami. Berikut kutipan wacana yang mengandung persona pertama jamak yang terdapat dalam wacana opini pada surat kabar Lombok post edisi 15-25 Maret 2014.

  (2) Sembari kita berharap para elit politik merubah perilakunya dengan tidak lagi melakukan politisi birokrasi (Lombok Post, 19 Maret 2014)

  (3) Apa yang kami sampaikan adalah sebagian kecil yang dapat dilakukan dengan mudah oleh setiap orang dilingkungan rumah tempat tinggalnya (Lombok Post, 25 Maret 2014).

  Penggalan wacana (2) dan (3) di atas, merupakan bentuk penanda referensi persona dengan menggunakan pronomina persona pertama jamak. Bentuk penanda referensi kita digunakan untuk mempersonakan orang pertama dan orang kedua yaitu mencakup pembicara/penulis dan pendengar/pembaca. Sedangkan kami digunakan untuk mempersonakan orang pertama (pembicara/ penulis) dan orang lain di pihaknya, tetapi tidak mencakupi orang lain di pihak pendengar/pembaca. Berdasarkan letak acuannya, referensi kita dan kami merupakan acuan yang bersifat eksofora (acuannya berada di luar teks) karena referensi kita mengacu pada penulis dan pembaca, kami mengacu pada penulis itu sendiri dan orang dipihakya yaitu media, kedua unsur tersebut tidak terlibat dalam teks, melainkan berada di luar teks wacana.

  Selain bentuk referensi persona pertama, dalam wacana opini pada surat kabar Lombok Post edisi 15-25 Maret 2014 juga terdapat penggunaan bentuk penanda referensi persona kedua. Dalam penelitian ini, bentuk penanda referensi persona kedua yang ditemukan hanya satu yaitu Anda.

  (4) Pelajarilah kondisi masyarakat yang boleh jadi bakal jadi dapil Anda lalu lakukan sesuatu (Lombok Post, 23 Maret 2014)

  (5) Dalam pewayangan suku sasak, Anda mengenal tokoh yang bernama Selandir, putra raja Sailan. Tetesan darah nabi idris bernama basirin binti syekh bakar abu miswan (Lombok Post, 23 Maret 2014).

  Data (4) dan (5) di atas menjelaskan bahwa terdapat bentuk referensi Anda yang merupakan bentuk penanda referensi persona dengan menggunakan pronomina persona kedua tunggal. Bentuk penanda referensi Anda, digunakan untuk mempersonakan orang kedua yang sifatnya tunggal yaitu mengacu kepada lawan bicara pendengar/pembaca saja. Berdasarkan letak acuannya, referensi

  

Anda yang terdapat pada penggalan wacana di atas, merupakan acuan yang

  bersifat eksofora karena di dalam teks wacana tersebut tidak didapatkan unsur yang diacu oleh Anda sebagai referensi persona kedua tunggal, melainkan acuannya berada di luar teks yaitu mengacu kepada pembaca wacana.

  Selanjutnya, dalam penelitian ini ditemukan pula bentuk referensi persona ketiga tunggal maupun jamak yang terdapat dalam wacana opini pada surat kabar Lombok Post edisi 15-25 Maret 2014 yang dipaparkan sebagai berikut.

  (6) Apakah ia mempunyai kemandirian sebagaimana saat sekarang ini ? saya kira ini perlu diperjelaskan oleh Dahlan Iskan, dan kalau perlu dibuat “akta nikahnya” (Lombok Post, 18 Maret 2014)

  Pada penggalan wacana di atas terdapat referensi ia, dia dan –nya yang persona ketiga tunggal. Ketiga bentuk penanda referensi tersebut, digunakan untuk mempersonakan orang ketiga yang sifatnya tunggal yaitu mengacu pada orang yang dibicarakan. Berdasarkan letak acuannya, bentuk penanda referensi ia dan –nya pada penggalan wacana (6) merupakan referensi endofora (acuannya berada di dalam teks) yang bersifat katafora karena referensi ia mengacu pada

  

Dahlan Iskan yang terletak di sebelah kanan atau mengacu pada orang/hal yang

akan disebutkan kemudian.

  Selain referensi persona ketiga tunggal, dalam bahasa Indonesia juga terdapat referensi persona ketiga jamak yaitu mereka. Berikut penggalan wacana opini pada surat kabar Lombok Post edisi 15-25 Maret 2014 yang mengandung referensi persona ketiga jamak mereka.

  (7) Bagaimana mengkorelasikan kedua hal tersebut dengan

  posisi para anggota DPR? Menjadi anggota itu adalah nikmat dan melalui nikmat itu mereka dituntut mengoleksi pahala bila ingin bahagia di akhirat (Lombok Post, 23 Maret 2014).

  Bentuk penanda referensi mereka yang terdapat pada penggalan wacana (7) di atas, merupakan bentuk penanda referensi persona dengan menggunakan pronomina persona ketiga jamak yang digunakan untuk mempersonakan orang ketiga yaitu mengacu pada orang yang dibicarakan lebih dari satu orang. Berdasarkan letak acuannya, referensi persona ketiga jamak mereka merupakan referensi endofora (berada di dalam teks) yang bersifat anafora karena mengacu terhadap anteseden sebelah kiri dan acuannya mengacu pada orang atau hal yang disebutkan lebih dahulu atau yang mendahului referensi mereka yaitu para

  anggota DPR.

2) Referensi Demonstratif

  Berikut bentuk penanda referensi demonstratif yang terdapat dalam wacana opini pada surat kabar Lombok Post edisi 15-25 Maret 2014. .

  8. Para kontestan partai politik, para calon legislatif dari DPRD,

  DPRD PROVINSI hingga DPR RI sedang berkoar atau lebih halusnya sedang menjaring aspirasi masyarakat dan bisa juga disebut sedang berkampanye dan terjun lansung ke masyarakat, kegiatan ini saya amati adalah sebagai bentuk pendidikan politik kepada masyarakat pemilih (Lombok Post, 19 Maret 2014)

  Bentuk penanda referensi penunjuk umum itu mengacu pada hal yang agak jauh dari pembicara/penulis, pada masa lampau, dan mengacu pada informasi yang sudah disamapaikan. Berdasarkan letak acuannya, referensi demonstratif penunjuk umum ini pada penggalan wacana (8) merupakan penanda penunjukan yang acuannya berada di dalam teks (endofora) yang bersifat anafora karena bentuk referensi ini merujuk pada anteseden yang telah disebutkan lebih dahulu yaitu kegiatan berkampanye yang terletak di sebelah kiri.

3) Referensi Komparatif

  Pengacuan komparatif (perbandingan) ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap, sifat, watak, perilaku, dan sebagainya. Kata-kata yang biasa digunakan untuk membandingkan misalnya seperti, bagai, ibarat, bagaikan, laksana, sama dengan, tidak berbeda dengan, persis seperti, dan persis sama dengan.

  10. Konsep polri ini ibarat “ikan dan air” dimana kejahatan selalu

  ada ditengah-tengah masyarakat, dan disanalah polisi harus tetap hadir sebagai pengayom masyarakat (Lombok Post, 25 Maret 2014)

  Bentuk penanda referensi komparatif ibarat pada penggalan wacana di atas, digunakan untuk membandingkan dua hal yang memiliki kadar kualitas atau intensitas yang sama. Berdasarkan letak acuannya, referensi komparatif ibarat merupakan referensi endofora (berada di dalam teks) yang bersifat katafora karena referensi komparatif ibarat mengacu pada hal yang disebutkan kemudian. Pada penggalan wacana (10) di atas, terdapat referensi komparatif ibarat mengacu pada ikan dan air yang bermakna dimana ada kejahatan di sana selalu ada polisi, acuan tersebut berada di sebelah kanan.

  Selain referensi komparatif ibarat, dalam penelitian ini juga menemukan referensi tingkat komparatif lebih…(dari) yang terlihat pada penggalan wacana berikut.

  11. Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan

  ketersediaan air terutama untuk mempersiapkan musim kemarau yang lebih panjang dari musim hujan (Lombok Post, 24 Maret 2014)

  Bentuk penanda referensi lebih…(dari/pada) yang terdapat pada penggalan wacana di atas, digunakan untuk membandingkan dua hal yang mengacu pada kadar kualitas atau intensitas berbeda. Berdasarkan letak acuannya, referensi tingkat komparatif lebih…(dari/pada) merupakan referensi endofora (berada di dalam teks) yang bersifat katafora karena mengacu pada hal yang disebutkan kemudian dan berada di sebelah kanan yaitu pada penggalan wacana (11) mengacu pada musim hujan.

  

2. Fungsi Referensi (Pengacuan) yang Terdapat dalam Wacana Opini pada

Surat Kabar Lombok Post Edisi 15-25 Maret 2014

  Referensi adalah unsur yang memiliki fungsi memberikan acuan, menegaskan situasi dalam sebuah teks dan menyatakan sesuatu dalam topik yang sama, selain itu dapat juga sebagai perbandingan dengan referen yang menunjuk pada sesuatu yang sama yang menjadi acuannya. Bentuk referensi yang terdapat dalam wacana opini pada surat kabar Lombok Post memiliki fungsi menjelaskan acuan dalam sebuah wacana. Berikut analisis fungsi referensi yang terdapat dalam wacana opini pada surat kabar Lombok Post edisi 15-25 Maret 2014.

1) Fungsi Referensi (Pengacuan) Persona

  Referensi persona berfungsi sebagai acuan yang mengacu kepada orang atau bisa disebut kata ganti orang yang digunakan dalam sebuah wacana. Referensi persona dapat mengacu pada diri sendiri (referensi persona pertama), pada orang yang diajak bicara (referensi persona kedua), dan orang yang dibicarakan (referensi persona ketiga). Berikut data dan analisis fungsinya.

  (1) Beberapa minggu yang lalu, melalui media ini, kita diingatkan perihal dana corporate responsibility (CSR) PT. Bank NTB yang dinilai oleh sebagian anggota dewan menimbulkan pertanyaan serius dan dibutuhkan mekanisme dan prosedur yang jelas menyangkut pengaturannya, hingga pada senin, 09 September 2013 di harian ini pula saya pernah menulis Akselerasi Konvensi PT. Bank NTB saat ini (Lombok Post, 25 Maret 2014)

  Pada penggalan wacana (1) di atas, referensi persona pertama tunggal

  

saya berfungsi sebagai acuan yang mengacu kepada diri sendiri. Pada penggalan

  wacana di atas, referensi saya mengacu pada penulis atau orang yang menulis wacana itu sendiri. Referensi saya menegaskan situasi dalam teks yaitu bahwa acuannya berada di luar teks atau bersifat eksofora (situasional).

  Di samping persona pertama tunggal, di dalam bahasa Indonesia juga terdapat referensi persona pertama jamak yaitu kita dan kami. Berikut kutipan wacana yang mengandung persona pertama jamak kita dan analisis fungsinya.

  (2) Sembari kita berharap para elit politik merubah perilakunya dengan tidak lagi melakukan politisi birokrasi (Lombok Post, 19 Maret 2014)

  Penggalan wacana (2) di atas merupakan referensi persona pertama jamak yang memiliki fungsi sebagai acuan yang mengacu pada diri sendiri dan lawan bicara yaitu antara penulis wacana dan pembaca. Referensi kita menegaskan situasi dalam teks yaitu menegaskan acuannya berada di luar teks atau bersifat eksofora (situasional).

  Persona kedua mempunyai beberapa wujud, yaitu engkau, kamu, anda,

  

dikau, kau- dan -mu. Persona kedua mempunyai bentuk jamak kalian. Berikut

  data dan analisis fungsi referensi persona kedua yang terdapat dalam wacana opini pada surat kabar Lombok Post edisi 15-25 Maret 2014.

  (3) Pelajarilah kondisi masyarakat yang boleh jadi bakal menjadi dapil Anda lalu lakukan sesuatu (Lombok Post, 23 Maret 2014). (4) Dalam pewayangan suku sasak, Anda mengenal tokoh yang bernama Selandir, putra raja Sailan. Tetesan darah nabi idris bernama basirin binti syekh bakar abu miswan (Lombok Post, 23 Maret 2014).

  Pada penggalan wacana (3) dan (4) di atas, terdapat referensi Anda yang berfungsi sebagai penanda referensi persona kedua tunggal yang mengacu pada yaitu menegaskan acuannya berada di luar teks atau bersifat eksofora (situasional) karena di dalam teks wacana tersebut tidak didapatkan unsur yang diacu oleh

  

Anda sebagai referensi persona kedua tunggal, melainkan acuannya berada di luar

teks yaitu mengacu kepada pembaca.

  Ada dua macam persona ketiga tunggal yaitu, (1) ia, dia, atau –nya, dan (2) beliau. Berikut data dan analisis fungsi referensi persona ketiga yang terdapat dalam wacana opini pada surat kabar Lombok Post.

  (5) Apakah ia mempunyai kemandirian sebagaimana saat sekarang ini ? saya kira ini perlu diperjelaskan oleh Dahlan Iskan, dan kalau perlu dibuat “akta nikahnya” (Lombok Post, 18 Maret 2014)

  (6) Dalam catatan testimino ibundanya, Q-Nanthy sering sekali menceritakan sosok polisi yang bernama Bripka Agus Rahman (Lombok Post, 25 Maret 2014).

  Penggalan wacana di atas merupakan referensi persona ketiga tunggal yang berfungsi sebagai acuan yang mengacu pada orang yang dibicarakan. Pada penggalan wacana (5) di atas, referensi persona ketiga tunggal ia berfungsi sebagai acuan yang digunakan untuk mengacu pada orang yang dibicarakan yaitu

  

Dahlan Iskan yang berada di sebelah kanan atau bersifat katafora. Sedangkan

referensi –nya mengacu pada penggalan wacana (6) mengacu pada Q-Nanthy.

2) Fungsi Referensi (Pengacuan) Demonstratif

  Referensi demonstratif befungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam maupun di luar wacana. Referensi demonstratif membuat keterkaitan topik dalam sebuah paragraf, yaitu menggantikan anteseden dengan menggunakan kata ganti tunjuk. Terdapat dua macam referensi penunjuk dalam wacana opini pada surat kabar Lombok Post edisi 15-25 Maret 2014, yaitu pronomina penunjuk umum dan pronomina penunjuk ihwal.

  (7) Para kontestan partai politik, para calon legislatif dari DPRD, DPRD PROVINSI hingga DPR RI sedang berkoar atau lebih halusnya sedang menjaring aspirasi masyarakat dan bisa juga disebut sedang berkampanye dan terjun lansung ke masyarakat, kegiatan ini saya amati adalah sebagai bentuk pendidikan politik kepada masyarakat pemilih (Lombok Post, 19 Maret 2014)

  Penggalan wacana (7) di atas terdapat bentuk penanda referensi demonstratif, yaitu dengan menggunakan pronomina penunjuk umum ini. Pengacuan yang dibentuk dengan pronomina penunjuk umum ini pada penggalan wacana di atas berfungsi sebagai pengganti anteseden yang mengacu pada

  

kegiatan berkampanye. Referensi ini pada penggalan wacana di atas menegaskan

  situasi dalam teks yaitu bahwa acuannya berada dalam teks atau bersifat endofora (tekstual).

  Selain referensi demonstratif penunjuk umum ini juga terdapat penunjuk umum itu dalam wacana opini pada surat kabar Lombok Post. Berikut data dan analisis fungsinya.

  (8) Praktik politik uang merupakan perilaku yang sangat

  tercela dan menyimpang. Semakin hari perilaku politik uang semakin cangih ragam dan bentuknya. Dari sisi etiknya perbuatan itu tidak mendidik rakyat guna membangun sistem politik yang sejalan dengan cita-cita islam (Lombok Post, 15 Maret 2014). Penggalan wacana di atas merupakan pengacuan yang dibentuk dengan pronomina penunjuk umum itu yang berfungsi sebagai acuan yang menggantikan anteseden yang mengacu pada informasi yang telah disebutkan. Pada penggalan wacana (8) di atas, referensi penunjuk itu berfungsi sebagai pengganti anteseden yang mengacu pada perbuatan politik uang. Penggalan wacana tersebut menegaskan situasi dalam teks bahwa acuannya berada dalam teks wacana atau bersifat endofora.

3) Fungsi Referensi (Pengacuan) Komparatif

  Referensi komparatif dalam bahasa Indonesia berkenaan dengan pembandingan dua wujud, atau lebih meliputi tingkat kualitas atau intensitasnya dapat setara atau tidak setara. Tingkat setara disebut ekuatif; tingkat yang tidak setara dibagi dua: tingkat komparatif dan tingkat superlatif. Berikut data dan analisis fungsi referensi komparatif yang terdapat dalam wacana opini pada surat kabar Lombok Post.

  (9) Konsep polri ini ibarat “ikan dan air” dimana kejahatan selalu ada ditengah-tengah masyarakat, dan disanalah polisi harus tetap hadir sebagai pengayom masyarakat (Lombok Post, 25 Maret 2014)

  Pada penggalan wacana (9) di atas, terdapat referensi komparatif ibarat yang berfungsi sebagai acuan yang mengacu pada perbandingan dua bentuk/ wujud yaitu antara konsep polri dengan ikan dan air yang memiliki kesamaan makna. Bentuk atau wujud dari konsep polri diibaratkan dengan ikan dan air (dimana ada ikan di sana ada air) yaitu mengacu pada dimana ada kejahatan di

  

sana selalu ada polisi. Penggalan wacana di atas merupakan referensi komparatif

  setara yaitu ibarat yang menegaskan bahwa acuannya berada dalam teks atau bersifat endofora (tekstual).

  Selain referensi komparatif ibarat, dalam penelitian ini juga menemukan referensi tingkat komparatif lebih…(dar/pada) yang terdapat dalam wacana opini pada surat kabar Lombok post edisi 15-25 Maret 2014 yang terlihat pada penggalan wacana berikut.

  (10) Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan ketersediaan air terutama untuk mempersiapkan musim kemarau yang lebih panjang dari musim hujan (Lombok Post, 24 Maret 2014) Penggalan wacana di atas terdapat referensi lebih….(dari/pada) merupakan referensi komparatif yang berfungsi untuk membandingkan dua hal yang mengacu pada kadar kualitas atau intensitas berbeda. Pada penggalan wacana (10) di atas mengacu pada kadar kualitas atau intensitas yang berbeda yaitu musim kemarau yang lebih panjang dibandingkan dengan musim hujan.

  PENUTUP

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai pelanggaran dan pematuhan prinsip kesantunan pada komentar- komentar pemberitaan di Kapanlagi.com dapat ditarik kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut sebagai berikut.

  1. Bentuk penanda referensi yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi (1) referensi persona yaitu referensi persona pertama tunggal saya, dan persona pertama jamak kita dan kami, referensi persona kedua Anda, referensi persona ketiga tunggal ia, dia dan –nya, persona ketiga jamak mereka. (2) referensi demonstratif yaitu penunjuk umum ini dan itu, dan penunjuk ihwal begitu dan

  demikian. (3) referensi komparatif yaitu referensi komparatif tingkat ekuatif

  (seperti, mirip dan ibarat) dan tingkat komparatif (lebih….dari/pada). Selain itu, dalam penelitian ini juga menganalisis bentuk referensi berdasarkan letak acuannya, yaitu meliputi (1) eksofora, bersifat situasional (acuan di luar teks), sedangkan (2) endofora bersifat tekstual, acuannya ada di dalam teks. Endofora terbagi atas katafora dan anafora

  2. Fungsi referensi (pengacuan) dalam wacana tulis ialah sebagai pengganti anteseden (acuan), baik berupa orang/insan maupun hal atau benda, sebagai perbandingan dengan referen yang menunjuk pada sesuatu yang sama/berbeda yang menjadi acuannya. Fungsi referensi yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi (1) fungsi referensi persona pertama ( referensi saya berfungsi sebagai acuan yang mengacu pada diri sendiri), referensi persona kedua (referensi Anda berfungsi sebagai acuan yang mengacu pada pembaca/lawan bicara), referensi persona ketiga (referensi ia berfungsi sebagai acuan yang mengacu pada orang yang dibicarakan), (2) fungsi referensi demonstratif (referensi ini, itu, begitu dan demikian berfungsi sebagai acuan yang menjelaskan/mengacu pada informasi yang telah disebutkan, (3) fungsi referensi komparatif (referensi seperti, mirip dan ibarat berfungsi untuk membandingkan dua hal yang memiliki kadar kualitas atau intensitas yang sama ) dan (referensi lebih…..dari/pada berfungsi untuk membandingkan dua hal yang mengacu pada kadar kualitas atau intensitas berbeda).

  Setiap penelitian membutuhkan saran-saran guna menyempurnakan suatu penelitian. Adapun saran yang dipaparkan dalam penelitian ini sebagai berikut.

  1. Penelitian terhadap topik mengenai referensi wacana tulis ini dapat dilanjutkan dengan penelitian yang lebih rinci dan melengkapi kekurangan pada penelitian ini.

  2. Penelitian tentang wacana tulis ini, hanya mengkaji bentuk dan fungsi referensi dalam rubrik opini. Oleh karena itu, disarankan bagi peneliti

  3. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi penelitian, referensi dan sebagai pembanding bagi peneliti berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

  Aguswandi. 2012. “Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Politik dalam Surat Kabar Lombok Post dan Hubungannya dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”. Mataram : FKIP Universitas Mataram

  Akmaludin. 2008. “Analisis Teks Bahasa Pers Lombok Post dalam Pemberitaan Kasus Korupsi APBD Tahun 2001-2003 DPRD NTB dengan Pendekatan Model Van Dijk”. Mataram: FKIP Universitas Mataram.

  Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

  Jakarta: PT. Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS Fitrianty, Dian. 2012. “Analisis referensi dalam rubric tajuk rencana pada surat kabar kompas”. Mataram: FKIP Universitas Mataram Ihsan, Diemroh. 2002. Pragmatik, Analisis Wacana, dan Guru Bahasa.

  Palembang: Universitas Sriwijaya. Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Pers Moleong, Lexy. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

  Rosdakarya Rani, dkk. 2004. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian.

  Malang: Bayumedia Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sumarlam, dkk. 2003. Toeri dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Thayyibah, Zurriyatun. 2006. “Ketidakadilan Gender pada Penggunaan Diksi dalam Konstruksi Bahasa Pers Lombok Post”. Mataram: FKIP Universitas

  Mataram

  (diakses pada

  tanggal 15 Maret 2014 pukul 11:03)