PENGARUH KONSELING KOGNITIF PERILAKU DENGAN TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF TERHADAP HARGA DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII DI MTs N 2 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

  kehidupan manusia. Setiap manusia memerlukan pendidikan untuk dapat

  1

  meningkatkan kualitas hidupnya. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pentingnya pendidikan bagi peserta didik yaitu harus mampu dan berusaha meningkatkan kualitas diri dengan baik, yakni terutama di lingkungan sekolah.

  Lembaga pendidikan di sekolah merupakan suatu lembaga formal yang bukan hanya untuk menuangkan ilmu pengetahuan saja tetapi juga sebagai sarana untuk mendidik dan membina kepribadian peserta didik, maka dalam hal ini juga pendidikan formal di sekolah dikonsepsikan untuk mengemban fungsi dalam hal penyadaran diri. Pendidikan akan memberikan dampak positif bagi peserta didik apabila mereka dibimbing, dibina, dan diarahkan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa depan, sehingga peserta didik menjadi manusia yang bertaqwa, 1 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang Sistem pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yaitu:

  “Pendidikan nasional yang bermutu diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

  2

  menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. ” Tujuan pendidikan berdasarkan undang-undang tersebut adalah untuk mengembangkan dan membentuk karakter peserta didik yang berakhlak mulia dan berilmu serta untuk meningkatkan potensi atau kemampuan yang ada pada peserta didik, sehingga peserta didik dapat menentukan dan mengarahkan hidupnya agar sesuai dengan norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku. Selain itu peserta didik diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan tersebut dapat dilakukan melalui proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah.

  Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mengemban tugas yang cukup berat diantaranya sebagai fasilitator bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru mata pelajaran, guru bimbingan konseling serta pihak sekolah lainnya juga berperan penting dalam membantu mengatasi masalah-masalah yang timbul pada peserta didik di lingkungan sekolah. Peserta didik sebagai individu yang memiliki beberapa karakteristik yang perlu dipahami, diantaranya peserta didik memiliki 2 Tim Redaksi, Amandemen Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. keunikan yang berbeda-beda dan selalu berada dalam proses perkembangan yang bersifat dinamis.

  Pada masa perkembangan, tentunya setiap individu mengalami berbagai permasalahan dalam kehidupannya. Salah satu permasalahan yang dihadapi individu adalah permasalahan harga diri. Dalam perkembangan harga diri, periode yang paling penting adalah masa remaja.

  Murk mendifinisikan harga diri sebagai hasil evaluasi (kognisi) individu terhadap dirinya sendiri yang mempengaruhi emosi (afeksi) sehingga menampilkan perilaku menerima serta menunjukkan seberapa besar individu

  3 percaya pada dirinya bahwa dirinya berharga.

  Harga diri tempaknya berfluktuasi sepanjang masa hidup. Para peneliti masih belum sepakat sejauh mana harga diri berubah seiring bertambahnya usia.

  Penelitian terkahir menunjukkan bahwa harga diri akan tinggi pada masa kanak- kanak, menurun pada masa remaja, meningkat lagi pada masa dewasa sampai dewasa akhir, dimana harga diri kembali menurun. Beberapa peneliti berpendapat bahwa meskipun harga diri menurun pada masa remaja, penurunan ini sebenarnya hanya sedikit. Pada masa remaja, penurunan harga diri lebih banyak terjadi pada remaja perempuan dibandingkan dengan remaja laki-laki. Penurunan harga diri didorong oleh citra tubuh yang negatif selama perubahan di masa puber dibandingkan dengan remaja laki-laki. Penjelasan yang lain berfokus pada ketertarikan yang lebih dari remaja perempuan untuk terlibat dalam hubungan 3 Sarandria, 2012, Efektifitas Cognitive Behavioural Therapy (CBT) untuk Meningkatkan Self

  

Esteem Pada Dewasa Muda . Tersedia di http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20315071-T31798- sosial, sehingga menyebabkan kemungkinan kegagalan yang lebih pada

  4 perempuan.

  Harga diri sering disebut juga sebagai martabat diri (self worth) atau gambaran diri (self image) adalah suatu dimensi global dari diri. Sebagai contoh, seorang remaja mungkin menangkap bahwa ia tidak hanya sebagai seorang pribadi, namun juga seorang pribadi yang baik. Singkatnya, harga diri

  5 merujuk pada evaluasi diri yang bersifat global.

  Harga diri menunjuk pada kebanggaan seseorang pada hakikat keberadaan dirinya. Agak berbeda dengan self-acceptance keduanya mengartikan penghargaan pada diri sendiri namun self esteem berada setingkat di atas self acceptance. Menghargai diri sendiri didasarkan pada upaya penerimaan diri yang dimaksudkan menghargai seluruh potensi yang dimiliki dan berupaya mengembangkannya secara optimal. Pribadi yang menghargai diri cenderung memiliki kemampuan untuk menghargai keberadaan orang lain, mampu bersosialisasi dengan baik, dan mampu berdialog dengan baik sehingga terjalin hubungan yang harmonis dengan

  6 sesama.

  Sellet dan Littelfiel menyatakan, kurangnya harga diri pada peserta didik dapat mengakibatkan masalah akademik, penampilan sosial dan olahraga, tidak mudah menyesuaikan diri atau canggung dengan lingkungan yang baru karena takut teman baru tidak dapat menerimanya. Permasalahan akademik yaitu ditunjukkan dengan kurang percaya diri dalam mengekspresikan pendapat yang 4 5 Jhon W. Santrock. Remaja. Jilid II . (Jakarta: Erlangga, 2007) h. 65 6 Jhon W. Santrock. Remaja. Jilid I . (Jakarta: Erlangga, 2007) h. 183

  I Nyoman Surna dan Olga D. Pandeirot, Psikologi Pendidikan 1, (Jakarta: Erlangga, 2014) dimilikinya, beberapa peserta didik yang berfikir bahwa dia diasingkan temannya dan merasa bahwa dia tidak berharga di depan teman-temannya, menghindari situasi yang menimbuilkan kecemasan seperti pada saat waktu mata pelajaran

  7 tertentu peserta didik sering izin keluar kelas dan lama kembali ke kelas lagi.

  Bagi sebagian besar peserta didik, perasaan tidak nyaman yang disebabkan oleh harga diri rendah hanya berlangsung sementar waktu. Namun pada beberapa peserta didik, harga diri rendah dapat berkembang menjadi masalah. Harga diri rendah dapat mengakibatkan depresi, bunuh diri, anoreksia nervosa, kenakalan remaja dan masalah-masalah penyesuaian diri lainnya. Tingkat keparahan dari masalah ini tidak hanya tergantung dari sifat dasar dari rendahnya harga diri peserta didik, namun juga tergantung pada kondisi-kondisi lainnya. Apabila harga diri rendah disertai dengan kesulitan dalam melalui masa transisi di sekolah, maka

  8 munculnya masalah remaja dapat meningkat.

  Pengaruh teman sebaya meningkat pesat pada masa remaja. Hal ini berkaitan dengan keinginan remaja untuk bebas dari pengaruh orang tua. Teman sebaya memberikan dukungan yang amat besar pada remaja dalam mengatasi berbagai tantangan hidup. Dukungan ini juga memungkinkan remaja untuk

7 Anisah Fadhilah, 2014. Teknik Restrukturisasi Kognitif Untuk Meningkatkan Harga Diri

  

Peserta Didik . Tersedia di http://repository.upi.edu/6561/4/S_PPB_0900965_Chapter1.pdf (Diakses tanggal 17 Januari 2016 jam 10.00) h. 4 8 mengembangkan percaya diri lebih besar. Sayangnya, teman sebaya juga dapat

  9 memberikan pengaruh negatif seperti misalnya kenakalan remaja.

  Peserta didik dengan harga diri tinggi akan menunjukkan inisiatif yang lebih besar, tetapi hal ini dapat menyebabkan akibat positif dan juga negatif. Peserta didik dengan harga diri tinggi akan rentan terhadap perilaku prososial ataupun antisosial. Sebagai contoh, mereka akan lebih mungkin dibandingkan dengan individu dengan harga diri harga diri rendah untuk membela temannya yang menjadi korban bullying, tetapi mereka juga akan lebih mungkin mengalami

  10 bullying .

  Al-Qur’an mengajarkan bahwa harga diri dari kualitas terbaik seseorang mukmin adalah taqwa kepada Allah. Dalam Islam tingginya keimanan menunjukkan tingginya derajat manusia, sebagaiman kutipan Al-Qur’an berikut :

           

  Artinya : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu

  bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya),

  11 jika kamu orang-orang yang beriman . (Q.S. Ali ‘Imran : 139)

  9 Jeanette Murad Lesmana, Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press), 2011) h. 173 10 11 John.W. Santrock II. Op.Cit. h. 66 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka (Jakarta: PT.

  Islam menganjurkan pada umatnya agar tidak merasa rendah diri dari orang lain, tetapi juga tidak boleh merasa lebih tinggi dari orang lain. Kita harus berfikir positif bahwa kelimpahan dan kenikmatan akan Allah berikan kepada kita di hari akhirat. Kalaupun sepanjang kehidupan kita di dunia selalu dalam kesulitan dan kesempitan, kita harus tetap bersikap optimis serta terbuka dengan semua keadaan yang kita miliki.

  Peserta didik yang memiliki harga diri tinggi, akan berbeda dengan peserta didik yang memiliki harga diri rendah. Clemes & Bean, memberikan gambaran mengenai harga diri diantaranya :

  Karakteristik harga diri tinggi ; 1. merasa bangga akan prestasinya; 2. bertindak mandiri; 3. mudah menerima tanggung jawab; 4. mentolerir frustasi dengan baik; 5. menanggapi tantangan baru dengan antusias; 6. merasa sanggup mempengaruhi orang lain; 7. dan menunjukkan jangkauan perasaan dan emosi yang luas.

  Karakteristik harga diri rendah ; 1. menghindari situasi yang dapat mencetuskan kecemasan; 2. meremehkan bakatnya sendiri; 3. merasa bahwa orang lain tidak menghargainya; 4. menyalahkan orang lain atas kelemahan dirinya sendiri; 5. mudah dipengaruhi oleh orang lain; 6. mersikap defensif dan mudah frustasi; 7. merasa tidak berdaya;

  12 8. dan menunjukkan jangkauan perasaan dan emosi yang sempit.

12 Harris Clemes & Reynold Ban, How To Raise Children’s Self Esteem, (Jakarta: Binarupa

  Peserta didik yang mempunyai penghargaan diri yang rendah akan pasif dan memendam bakat yang ia punya. Mereka beranggapan bahwa dirinya bukan apa- apa dan tidak mampu meraih prestasi. Peserta didik yang memiliki harga diri rendah juga akan menggisolasi diri dan sudah tidak lagi fokus pada tugasnya sebagai pelajar. Pada akhirnya prestasi belajarnya akan rendah dan pergaulan dengan teman sebaya akan renggang.

  Hasil survey awal yang diperoleh melalui wawancara dengan guru BK mengenai masalah harga diri rendah yang dialami peserta didik di MTs Negeri 2 Bandar Lampung, diperoleh keterangan tentang upaya dalam meningkatkan harga diri peserta didik yaitu:

  “Sejauh ini saya sebagai guru BK di sekolah sudah pernah melakukan upaya dalam meningkatkan harga diri siswa dengan melakukan konseling individu atau kelompok. Tetapi belum ada teknik khusus yang saya lakukan untuk

  13 meningkatkan harga diri siswa”.

  Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru BK di MTs N 2 Bandar lampung, diperoleh data peserta didik yang mengalami harga diri rendah yang sesuai dengan karakteristik seperti dalam tabel berikut ini :

13 Siska Maylanasari, S.Pd, Guru BK di MTs N 2 Bandar Lampung, Wawancara, 28 April

  Tabel 1 Gambaran Harga Diri Peserta didik kelas VIII di MTs N 2 Bandar Lampung Nama No Karakteristik A Z M A A F M T A A H J Jmlh Y

  I I R J

  I R M N Y R P

  Menghindari situasi yang

  1 58%

         mencetuskan kecemasan Meremehkan

  2 50%

        bakatnya sendiri Merasa tidak ada 3 yang menghargai 58%

         dirinya Menyalahkan orang lain atas

       kelemahan yang dimilikinya Mudah 5 terpengaruh oleh 50%

   4 50%

        orang lain Mudah tersinggung, dan

  6 41%

       tidak mampu menerima kritikan Kurang percaya

  7 58%

         diri Menunjukkan 8 jangkauan emosi 41%

       yang sempit

  Sumber : Data hasil observasi di MTs N 2 Bandar lampung pada tanggal 17 April 2016

  Permasalahan harga diri rendah yang dialami oleh peserta didik, diperlukan upaya dari guru bimbingan konseling untuk memberikan bantuan terhadap peserta didik yang memiliki harga diri rendah. Bantuan dapat dilakukan melalui layanan responsif, karena layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera. Apabila peserta didik tidak segera diberi bantuan, dikhawatirkan akan memunculkan permasalahan yang lebih kronis seperti gangguan berhubungan dengan orang lain.

  Layanan bimbingan konseling yang dapat digunakan untuk masalah harga diri rendah adalah konseling kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif.

  Layanan konseling yang mengarah pada harga diri yang efektif adalah restrukturisasi kognitif, yaitu teknik yang menghasilkan kebiasaan baru pada konseli dalam berpikir, merasa dan bertindak dengan cara mengidentifikasi kebiasaan-kebiasaan bermasalah, memberi label pada kebiasaan tersebut, dan menggantikan tanggapan/persepsi diri yang negatif/irasional menjadi lebih rasional/realistis.

  Guindon mengatakan bahwa konseling kognitif perilaku adalah pendekatan yang paling umum yang digunakan untuk membantu masalah harga diri dan terbukti efektif dalam mengatasi masalah harga diri pada individu di seluruh rentan hidup. Sebagai contoh beberapa teknik dalam konseling kognitif perilaku, seperti : teknik relaksasi, teknik restrukturisasi kognitif, modelling, kemampuan belajar dan pelatihan intruksional diri, serta ketrampilan mengurangi kecemasan dapat meningkatkan harga diri pada tes akademik dalam belajar bagi siswa

  14 abnormal dan normal.

  Konseling kognitif perilaku adalah teori konseling yang dipopulerkan oleh Aaron T. Beck pada tahun 1960. Dalam awal konsep teori konseling dikenal dengan Cognitive Theraphy (CT) kemudian berkembang menjadi Cognitive

  Behavior Theraphy (CBT). Terapi kognitif adalah suatu pendekatan yang

  mengkombinasikan penggunaan teknik kognitif dan perilaku untuk membantu individu memodifikasi mood dan perilakunya dengan mengubah pikiran yang merusak diri. Premis dasar terapi kognitif adalah bahwa cara individu merasa atau berperilaku sebagian besar ditentukan oleh penilaian mereka terhadap peristiwa.

  Evaluasi ini diacu sebagai kognisi, dan terapi kognitif berfokus terutama pada

  15 pikiran yang merugikan diri yang berperan memuat mood menjadi jelek.

  Aaron T. Beck mendefinisikan konseling kognitif sebagai pendekatan konseling yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan konseli, pada saat ini dengan cara melakukan restrukturisasi kognitif dari perilaku yang menyimpang, pikiran negatif dan perasaan yang tidak nyaman dapat membawa

  14 Mujiyati. 2013 Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Untuk Meningkatkan Self Esteem

Siswa . Tersedia di http://repository.upi.edu/7935/4/t_bp_1009626_chapter3.pdf (Diakses 16 Maret 2016 pukul 16.00) h. 10 15 Stephen Palmer, Konseling & Psikoterapi, terjemahan Haris H. Setiadjid (Yogyakarta: individu pada permasalahan psikologis yang lebih serius, seperti gangguan kecemasan bahkan depresi.

16 Mahoney & Arnkoff mengungkapkan secara garis besar, teknik konseling

  kognitif perilaku diklasifikasikan ke dalam tiga bagian dengan fokus konseling yang berbeda-beda, yaitu : a. Konseling ketrampilan coping , menekankan pada perkembangan ketrampilan yang dibentuk untuk membimbing konseli melakukan coping terhadap situasi-situasi yang dapat menimbulkan permasalahan.

  b. Restrukturisasi kognitif, berfokus pada modifikasi kognitif konseli. Teknik restrukturisasi kognitif menekankan bahwa permasalahan yang dialami konseli merupakan konsekuensi dari pikiran yang negatif. Tujuan teknik restrukturisasi kognitif yaitu untuk membangun pola pokir yang lebih sesuai dan positif.

  c. Terapi pemecahan masalah, merupakan kombinasi dari penerapan konseling ketrampilan coping dan restrukturisasi kognitif. Terapi ini menekankan pada pengembangan strategi umum dalam menghadapi ruang lingkup masalah individual yang luas, dan menekankan pentingnya kolaborasi aktif antara konseli dengan konselor dalam program konseling yang telah direncanakan dan disepakati.

17 Dari berbagai teknik yang ada, peneliti tertarik untuk menggunakan teknik

  restrukturisasi kognitif dari pendekatan konseling kognitif perilaku. Pemilihan ini didasari oleh latar belakang bahwa harga diri merupakan sebuah evaluasi diri, dan memiliki esensi yang terletak pada keyakinan dasar yang negatif mengenai dirinya. Keyakinan dasar ini melibatkan kognisi individu. Oleh karena itu peneliti memandang intervensi yang melibatkan fungsi kognitif individu seperti konseling 16 Krisnayana dkk, 2014, Penerapan Konseling Kognitif Perilaku dengan Teknik

  

Restrukturisasi Kognitif untuk Meningkatkan Resiliensi Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3

Singaraja . Tersedia di http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJBK/article/viewFile/3703/2961.

  (Diakses 14 April 2016 jam 13.00) 17 Seli Apriyanti, 2014, Efektivitas teknik restrukturisasi kognitif untuk mereduksi kecemasan komunikasi pada peserta didik kelas X SMA Pasundan 2 Bandung TA 2013/2014 . Tersedia di

  kognitif perilaku lebih sesuai untuk meningkatkan harga diri. Tipe intervensi ini fokus pada identifikasi belief (keyakinan) yang disfungsional dan mengubahnya

  18 menjadi belief yang lebih realistis.

  Santrock mengatakan bahwa ada empat cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan harga diri remaja adalah sebagai berikut :

  1. Mengidentifikasikan penyebab rendahnya harga diri dan bidang-bidang kompetensi yang penting bagi diri

  2. Menyediakan dukungan emosional dan persetujuan sosial

  3. Meningkatkan prestasi

  19

  4. Meningkatkan ketrampilan coping remaja Berdasarkan gambaran dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Konseling Kognitif Perilaku dengan

  Teknik Restrukturisasi Kognitif Terhadap Harga Diri Peserta Didik Kelas VIII di MTs N 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017”

B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : a. Terdapat 58% peserta didik yang menghindari situasi yang mencetuskan kecemasan b. Terdapat 50% peserta didik yang meremehkan bakatnya sendiri

  c. Terdapat 58% peserta didik yang merasa tidak ada yang menghargai dirinya 18 19 Sarandria, Op.Cit. h. 9

  d. Terdapat 50% peserta didik yang menyalahkan orang lain atas kelemahan yang dimilikinya e. Terdapat 50% peserta didik yang mudah terpengaruh oleh orang lain

  f. Terdapat 41% peserta didik yang mudah tersinggung, dan tidak mampu menerima kritikan g. Terdapat 58% peserta didik yang kurang percaya diri

  h. Terdapat 41% peserta didik yang menunjukkan jangkauan perasaan dan emosi yang sempit. i. Guru BK belum menggunakan teknik khusus untuk meningkatkan harga diri peserta didik.

C. Batasan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas penelitian ini dibatasi masalahnya yaitu : a. Peserta didik kelas VIII memiliki harga diri rendah, seperti menghindari situasi yang mencetuskan kecemasan, merasa tidak ada yang menghargai dirinya dan kurang percaya diri.

  b. Guru BK belum menggunakan teknik khusus untuk meningkatkan harga diri peserta didik.

  c. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pembatasan masalah, adapun permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah “harga diri rendah”, maka rumusan masalah sebagai berikut: Apakah Konseling Kognitif Perilaku dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif Berpengaruh Terhadap Harga Diri Peserta Didik Kelas VIII di MTs N 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017?

  d. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk Mengetahui Konseling Kognitif Perilaku dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif Berpengaruh Terhadap Harga Diri Peserta Didik Kelas VIII di MTs N 2 Bandar Lampung.

  e. Manfaat Penelitian

  a. Secara Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan ilmu dalam bidang pendidikan khususnya bimbingan dan konseling yaitu membantu peserta didik dalam menumbuhkan serta meningkatkan harga diri.

  b. Secara Praktis

  1. Bagi Peserta Didik Diharapkan dapat meningkatkan harga diri peserta didik melalui layanan konseling kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan dapat

  2. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan positif bagi sekolah, khususnya dalam meningkatkan harga diri peserta didik melalui layanan konseling kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif.

  3. Bagi Guru Bimbingan Konseling Dapat menambah pengetahuan guru bimbingan konseling dalam melaksanakan layanan konseling kognitif perilaku di sekolah terkait dengan harga diri peserta didik, serta dapat dijadikan sebagai bahan masukan guru pembimbing dalam memberikan layanan konseling yang tepat terhadap peserta didik yang memiliki harga diri negatif.

  4. Bagi Peneliti Penelitian nantinya dapat memberikan informasi bagi peneliti tentang seberapa besar teknik restrukturisasi kognitif yang dilakukan dapat memberikan pengaruh terhadap harga diri peserta didik kelas VIII MTs N 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017.

f. Ruang Lingkup Penelitian

  Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang ditetapkan, diantaranya adalah : a. Peneliti hanya membahas tentang layanan konseling kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif.

  b. Peneliti akan menggunakan teknik restrukturisasi kognitif untuk meningkatkan harga diri peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

  kehidupan manusia. Setiap manusia memerlukan pendidikan untuk dapat

  1

  meningkatkan kualitas hidupnya. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pentingnya pendidikan bagi peserta didik yaitu harus mampu dan berusaha meningkatkan kualitas diri dengan baik, yakni terutama di lingkungan sekolah.

  Lembaga pendidikan di sekolah merupakan suatu lembaga formal yang bukan hanya untuk menuangkan ilmu pengetahuan saja tetapi juga sebagai sarana untuk mendidik dan membina kepribadian peserta didik, maka dalam hal ini juga pendidikan formal di sekolah dikonsepsikan untuk mengemban fungsi dalam hal penyadaran diri. Pendidikan akan memberikan dampak positif bagi peserta didik apabila mereka dibimbing, dibina, dan diarahkan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa depan, sehingga peserta didik menjadi manusia yang bertaqwa, 1 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang Sistem pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yaitu:

  “Pendidikan nasional yang bermutu diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

  2

  menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. ” Tujuan pendidikan berdasarkan undang-undang tersebut adalah untuk mengembangkan dan membentuk karakter peserta didik yang berakhlak mulia dan berilmu serta untuk meningkatkan potensi atau kemampuan yang ada pada peserta didik, sehingga peserta didik dapat menentukan dan mengarahkan hidupnya agar sesuai dengan norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku. Selain itu peserta didik diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan tersebut dapat dilakukan melalui proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah.

  Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mengemban tugas yang cukup berat diantaranya sebagai fasilitator bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru mata pelajaran, guru bimbingan konseling serta pihak sekolah lainnya juga berperan penting dalam membantu mengatasi masalah-masalah yang timbul pada peserta didik di lingkungan sekolah. Peserta didik sebagai individu yang memiliki beberapa karakteristik yang perlu dipahami, diantaranya peserta didik memiliki 2 Tim Redaksi, Amandemen Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. keunikan yang berbeda-beda dan selalu berada dalam proses perkembangan yang bersifat dinamis.

  Pada masa perkembangan, tentunya setiap individu mengalami berbagai permasalahan dalam kehidupannya. Salah satu permasalahan yang dihadapi individu adalah permasalahan harga diri. Dalam perkembangan harga diri, periode yang paling penting adalah masa remaja.

  Murk mendifinisikan harga diri sebagai hasil evaluasi (kognisi) individu terhadap dirinya sendiri yang mempengaruhi emosi (afeksi) sehingga menampilkan perilaku menerima serta menunjukkan seberapa besar individu

  3 percaya pada dirinya bahwa dirinya berharga.

  Harga diri tempaknya berfluktuasi sepanjang masa hidup. Para peneliti masih belum sepakat sejauh mana harga diri berubah seiring bertambahnya usia.

  Penelitian terkahir menunjukkan bahwa harga diri akan tinggi pada masa kanak- kanak, menurun pada masa remaja, meningkat lagi pada masa dewasa sampai dewasa akhir, dimana harga diri kembali menurun. Beberapa peneliti berpendapat bahwa meskipun harga diri menurun pada masa remaja, penurunan ini sebenarnya hanya sedikit. Pada masa remaja, penurunan harga diri lebih banyak terjadi pada remaja perempuan dibandingkan dengan remaja laki-laki. Penurunan harga diri didorong oleh citra tubuh yang negatif selama perubahan di masa puber dibandingkan dengan remaja laki-laki. Penjelasan yang lain berfokus pada ketertarikan yang lebih dari remaja perempuan untuk terlibat dalam hubungan 3 Sarandria, 2012, Efektifitas Cognitive Behavioural Therapy (CBT) untuk Meningkatkan Self

  

Esteem Pada Dewasa Muda . Tersedia di http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20315071-T31798- sosial, sehingga menyebabkan kemungkinan kegagalan yang lebih pada

  4 perempuan.

  Harga diri sering disebut juga sebagai martabat diri (self worth) atau gambaran diri (self image) adalah suatu dimensi global dari diri. Sebagai contoh, seorang remaja mungkin menangkap bahwa ia tidak hanya sebagai seorang pribadi, namun juga seorang pribadi yang baik. Singkatnya, harga diri

  5 merujuk pada evaluasi diri yang bersifat global.

  Harga diri menunjuk pada kebanggaan seseorang pada hakikat keberadaan dirinya. Agak berbeda dengan self-acceptance keduanya mengartikan penghargaan pada diri sendiri namun self esteem berada setingkat di atas self acceptance. Menghargai diri sendiri didasarkan pada upaya penerimaan diri yang dimaksudkan menghargai seluruh potensi yang dimiliki dan berupaya mengembangkannya secara optimal. Pribadi yang menghargai diri cenderung memiliki kemampuan untuk menghargai keberadaan orang lain, mampu bersosialisasi dengan baik, dan mampu berdialog dengan baik sehingga terjalin hubungan yang harmonis dengan

  6 sesama.

  Sellet dan Littelfiel menyatakan, kurangnya harga diri pada peserta didik dapat mengakibatkan masalah akademik, penampilan sosial dan olahraga, tidak mudah menyesuaikan diri atau canggung dengan lingkungan yang baru karena takut teman baru tidak dapat menerimanya. Permasalahan akademik yaitu ditunjukkan dengan kurang percaya diri dalam mengekspresikan pendapat yang 4 5 Jhon W. Santrock. Remaja. Jilid II . (Jakarta: Erlangga, 2007) h. 65 6 Jhon W. Santrock. Remaja. Jilid I . (Jakarta: Erlangga, 2007) h. 183

  I Nyoman Surna dan Olga D. Pandeirot, Psikologi Pendidikan 1, (Jakarta: Erlangga, 2014) dimilikinya, beberapa peserta didik yang berfikir bahwa dia diasingkan temannya dan merasa bahwa dia tidak berharga di depan teman-temannya, menghindari situasi yang menimbuilkan kecemasan seperti pada saat waktu mata pelajaran

  7 tertentu peserta didik sering izin keluar kelas dan lama kembali ke kelas lagi.

  Bagi sebagian besar peserta didik, perasaan tidak nyaman yang disebabkan oleh harga diri rendah hanya berlangsung sementar waktu. Namun pada beberapa peserta didik, harga diri rendah dapat berkembang menjadi masalah. Harga diri rendah dapat mengakibatkan depresi, bunuh diri, anoreksia nervosa, kenakalan remaja dan masalah-masalah penyesuaian diri lainnya. Tingkat keparahan dari masalah ini tidak hanya tergantung dari sifat dasar dari rendahnya harga diri peserta didik, namun juga tergantung pada kondisi-kondisi lainnya. Apabila harga diri rendah disertai dengan kesulitan dalam melalui masa transisi di sekolah, maka

  8 munculnya masalah remaja dapat meningkat.

  Pengaruh teman sebaya meningkat pesat pada masa remaja. Hal ini berkaitan dengan keinginan remaja untuk bebas dari pengaruh orang tua. Teman sebaya memberikan dukungan yang amat besar pada remaja dalam mengatasi berbagai tantangan hidup. Dukungan ini juga memungkinkan remaja untuk

7 Anisah Fadhilah, 2014. Teknik Restrukturisasi Kognitif Untuk Meningkatkan Harga Diri

  

Peserta Didik . Tersedia di http://repository.upi.edu/6561/4/S_PPB_0900965_Chapter1.pdf (Diakses tanggal 17 Januari 2016 jam 10.00) h. 4 8 mengembangkan percaya diri lebih besar. Sayangnya, teman sebaya juga dapat

  9 memberikan pengaruh negatif seperti misalnya kenakalan remaja.

  Peserta didik dengan harga diri tinggi akan menunjukkan inisiatif yang lebih besar, tetapi hal ini dapat menyebabkan akibat positif dan juga negatif. Peserta didik dengan harga diri tinggi akan rentan terhadap perilaku prososial ataupun antisosial. Sebagai contoh, mereka akan lebih mungkin dibandingkan dengan individu dengan harga diri harga diri rendah untuk membela temannya yang menjadi korban bullying, tetapi mereka juga akan lebih mungkin mengalami

  10 bullying .

  Al-Qur’an mengajarkan bahwa harga diri dari kualitas terbaik seseorang mukmin adalah taqwa kepada Allah. Dalam Islam tingginya keimanan menunjukkan tingginya derajat manusia, sebagaiman kutipan Al-Qur’an berikut :

           

  Artinya : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu

  bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya),

  11 jika kamu orang-orang yang beriman . (Q.S. Ali ‘Imran : 139)

  9 Jeanette Murad Lesmana, Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press), 2011) h. 173 10 11 John.W. Santrock II. Op.Cit. h. 66 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka (Jakarta: PT.

  Islam menganjurkan pada umatnya agar tidak merasa rendah diri dari orang lain, tetapi juga tidak boleh merasa lebih tinggi dari orang lain. Kita harus berfikir positif bahwa kelimpahan dan kenikmatan akan Allah berikan kepada kita di hari akhirat. Kalaupun sepanjang kehidupan kita di dunia selalu dalam kesulitan dan kesempitan, kita harus tetap bersikap optimis serta terbuka dengan semua keadaan yang kita miliki.

  Peserta didik yang memiliki harga diri tinggi, akan berbeda dengan peserta didik yang memiliki harga diri rendah. Clemes & Bean, memberikan gambaran mengenai harga diri diantaranya :

  Karakteristik harga diri tinggi ; 1. merasa bangga akan prestasinya; 2. bertindak mandiri; 3. mudah menerima tanggung jawab; 4. mentolerir frustasi dengan baik; 5. menanggapi tantangan baru dengan antusias; 6. merasa sanggup mempengaruhi orang lain; 7. dan menunjukkan jangkauan perasaan dan emosi yang luas.

  Karakteristik harga diri rendah ; 1. menghindari situasi yang dapat mencetuskan kecemasan; 2. meremehkan bakatnya sendiri; 3. merasa bahwa orang lain tidak menghargainya; 4. menyalahkan orang lain atas kelemahan dirinya sendiri; 5. mudah dipengaruhi oleh orang lain; 6. mersikap defensif dan mudah frustasi; 7. merasa tidak berdaya;

  12 8. dan menunjukkan jangkauan perasaan dan emosi yang sempit.

12 Harris Clemes & Reynold Ban, How To Raise Children’s Self Esteem, (Jakarta: Binarupa

  Peserta didik yang mempunyai penghargaan diri yang rendah akan pasif dan memendam bakat yang ia punya. Mereka beranggapan bahwa dirinya bukan apa- apa dan tidak mampu meraih prestasi. Peserta didik yang memiliki harga diri rendah juga akan menggisolasi diri dan sudah tidak lagi fokus pada tugasnya sebagai pelajar. Pada akhirnya prestasi belajarnya akan rendah dan pergaulan dengan teman sebaya akan renggang.

  Hasil survey awal yang diperoleh melalui wawancara dengan guru BK mengenai masalah harga diri rendah yang dialami peserta didik di MTs Negeri 2 Bandar Lampung, diperoleh keterangan tentang upaya dalam meningkatkan harga diri peserta didik yaitu:

  “Sejauh ini saya sebagai guru BK di sekolah sudah pernah melakukan upaya dalam meningkatkan harga diri siswa dengan melakukan konseling individu atau kelompok. Tetapi belum ada teknik khusus yang saya lakukan untuk

  13 meningkatkan harga diri siswa”.

  Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru BK di MTs N 2 Bandar lampung, diperoleh data peserta didik yang mengalami harga diri rendah yang sesuai dengan karakteristik seperti dalam tabel berikut ini :

13 Siska Maylanasari, S.Pd, Guru BK di MTs N 2 Bandar Lampung, Wawancara, 28 April

  Tabel 1 Gambaran Harga Diri Peserta didik kelas VIII di MTs N 2 Bandar Lampung Nama No Karakteristik A Z M A A F M T A A H J Jmlh Y

  I I R J

  I R M N Y R P

  Menghindari situasi yang

  1 58%

         mencetuskan kecemasan Meremehkan

  2 50%

        bakatnya sendiri Merasa tidak ada 3 yang menghargai 58%

         dirinya Menyalahkan orang lain atas

       kelemahan yang dimilikinya Mudah 5 terpengaruh oleh 50%

   4 50%

        orang lain Mudah tersinggung, dan

  6 41%

       tidak mampu menerima kritikan Kurang percaya

  7 58%

         diri Menunjukkan 8 jangkauan emosi 41%

       yang sempit

  Sumber : Data hasil observasi di MTs N 2 Bandar lampung pada tanggal 17 April 2016

  Permasalahan harga diri rendah yang dialami oleh peserta didik, diperlukan upaya dari guru bimbingan konseling untuk memberikan bantuan terhadap peserta didik yang memiliki harga diri rendah. Bantuan dapat dilakukan melalui layanan responsif, karena layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera. Apabila peserta didik tidak segera diberi bantuan, dikhawatirkan akan memunculkan permasalahan yang lebih kronis seperti gangguan berhubungan dengan orang lain.

  Layanan bimbingan konseling yang dapat digunakan untuk masalah harga diri rendah adalah konseling kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif.

  Layanan konseling yang mengarah pada harga diri yang efektif adalah restrukturisasi kognitif, yaitu teknik yang menghasilkan kebiasaan baru pada konseli dalam berpikir, merasa dan bertindak dengan cara mengidentifikasi kebiasaan-kebiasaan bermasalah, memberi label pada kebiasaan tersebut, dan menggantikan tanggapan/persepsi diri yang negatif/irasional menjadi lebih rasional/realistis.

  Guindon mengatakan bahwa konseling kognitif perilaku adalah pendekatan yang paling umum yang digunakan untuk membantu masalah harga diri dan terbukti efektif dalam mengatasi masalah harga diri pada individu di seluruh rentan hidup. Sebagai contoh beberapa teknik dalam konseling kognitif perilaku, seperti : teknik relaksasi, teknik restrukturisasi kognitif, modelling, kemampuan belajar dan pelatihan intruksional diri, serta ketrampilan mengurangi kecemasan dapat meningkatkan harga diri pada tes akademik dalam belajar bagi siswa

  14 abnormal dan normal.

  Konseling kognitif perilaku adalah teori konseling yang dipopulerkan oleh Aaron T. Beck pada tahun 1960. Dalam awal konsep teori konseling dikenal dengan Cognitive Theraphy (CT) kemudian berkembang menjadi Cognitive

  Behavior Theraphy (CBT). Terapi kognitif adalah suatu pendekatan yang

  mengkombinasikan penggunaan teknik kognitif dan perilaku untuk membantu individu memodifikasi mood dan perilakunya dengan mengubah pikiran yang merusak diri. Premis dasar terapi kognitif adalah bahwa cara individu merasa atau berperilaku sebagian besar ditentukan oleh penilaian mereka terhadap peristiwa.

  Evaluasi ini diacu sebagai kognisi, dan terapi kognitif berfokus terutama pada

  15 pikiran yang merugikan diri yang berperan memuat mood menjadi jelek.

  Aaron T. Beck mendefinisikan konseling kognitif sebagai pendekatan konseling yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan konseli, pada saat ini dengan cara melakukan restrukturisasi kognitif dari perilaku yang menyimpang, pikiran negatif dan perasaan yang tidak nyaman dapat membawa

  14 Mujiyati. 2013 Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Untuk Meningkatkan Self Esteem

Siswa . Tersedia di http://repository.upi.edu/7935/4/t_bp_1009626_chapter3.pdf (Diakses 16 Maret 2016 pukul 16.00) h. 10 15 Stephen Palmer, Konseling & Psikoterapi, terjemahan Haris H. Setiadjid (Yogyakarta: individu pada permasalahan psikologis yang lebih serius, seperti gangguan kecemasan bahkan depresi.

16 Mahoney & Arnkoff mengungkapkan secara garis besar, teknik konseling

  kognitif perilaku diklasifikasikan ke dalam tiga bagian dengan fokus konseling yang berbeda-beda, yaitu : a. Konseling ketrampilan coping , menekankan pada perkembangan ketrampilan yang dibentuk untuk membimbing konseli melakukan coping terhadap situasi-situasi yang dapat menimbulkan permasalahan.

  b. Restrukturisasi kognitif, berfokus pada modifikasi kognitif konseli. Teknik restrukturisasi kognitif menekankan bahwa permasalahan yang dialami konseli merupakan konsekuensi dari pikiran yang negatif. Tujuan teknik restrukturisasi kognitif yaitu untuk membangun pola pokir yang lebih sesuai dan positif.

  c. Terapi pemecahan masalah, merupakan kombinasi dari penerapan konseling ketrampilan coping dan restrukturisasi kognitif. Terapi ini menekankan pada pengembangan strategi umum dalam menghadapi ruang lingkup masalah individual yang luas, dan menekankan pentingnya kolaborasi aktif antara konseli dengan konselor dalam program konseling yang telah direncanakan dan disepakati.

17 Dari berbagai teknik yang ada, peneliti tertarik untuk menggunakan teknik

  restrukturisasi kognitif dari pendekatan konseling kognitif perilaku. Pemilihan ini didasari oleh latar belakang bahwa harga diri merupakan sebuah evaluasi diri, dan memiliki esensi yang terletak pada keyakinan dasar yang negatif mengenai dirinya. Keyakinan dasar ini melibatkan kognisi individu. Oleh karena itu peneliti memandang intervensi yang melibatkan fungsi kognitif individu seperti konseling 16 Krisnayana dkk, 2014, Penerapan Konseling Kognitif Perilaku dengan Teknik

  

Restrukturisasi Kognitif untuk Meningkatkan Resiliensi Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3

Singaraja . Tersedia di http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJBK/article/viewFile/3703/2961.

  (Diakses 14 April 2016 jam 13.00) 17 Seli Apriyanti, 2014, Efektivitas teknik restrukturisasi kognitif untuk mereduksi kecemasan komunikasi pada peserta didik kelas X SMA Pasundan 2 Bandung TA 2013/2014 . Tersedia di

  kognitif perilaku lebih sesuai untuk meningkatkan harga diri. Tipe intervensi ini fokus pada identifikasi belief (keyakinan) yang disfungsional dan mengubahnya

  18 menjadi belief yang lebih realistis.

  Santrock mengatakan bahwa ada empat cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan harga diri remaja adalah sebagai berikut :

  1. Mengidentifikasikan penyebab rendahnya harga diri dan bidang-bidang kompetensi yang penting bagi diri

  2. Menyediakan dukungan emosional dan persetujuan sosial

  3. Meningkatkan prestasi

  19

  4. Meningkatkan ketrampilan coping remaja Berdasarkan gambaran dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Konseling Kognitif Perilaku dengan

  Teknik Restrukturisasi Kognitif Terhadap Harga Diri Peserta Didik Kelas VIII di MTs N 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017”

B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : a. Terdapat 58% peserta didik yang menghindari situasi yang mencetuskan kecemasan b. Terdapat 50% peserta didik yang meremehkan bakatnya sendiri

  c. Terdapat 58% peserta didik yang merasa tidak ada yang menghargai dirinya 18 19 Sarandria, Op.Cit. h. 9

  d. Terdapat 50% peserta didik yang menyalahkan orang lain atas kelemahan yang dimilikinya e. Terdapat 50% peserta didik yang mudah terpengaruh oleh orang lain

  f. Terdapat 41% peserta didik yang mudah tersinggung, dan tidak mampu menerima kritikan g. Terdapat 58% peserta didik yang kurang percaya diri

  h. Terdapat 41% peserta didik yang menunjukkan jangkauan perasaan dan emosi yang sempit. i. Guru BK belum menggunakan teknik khusus untuk meningkatkan harga diri peserta didik.

C. Batasan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas penelitian ini dibatasi masalahnya yaitu : a. Peserta didik kelas VIII memiliki harga diri rendah, seperti menghindari situasi yang mencetuskan kecemasan, merasa tidak ada yang menghargai dirinya dan kurang percaya diri.

  b. Guru BK belum menggunakan teknik khusus untuk meningkatkan harga diri peserta didik.

  c. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pembatasan masalah, adapun permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah “harga diri rendah”, maka rumusan masalah sebagai berikut: Apakah Konseling Kognitif Perilaku dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif Berpengaruh Terhadap Harga Diri Peserta Didik Kelas VIII di MTs N 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017?

  d. Tujuan Penelitian

Dokumen yang terkait

ANALISIS HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF BERDASARKAN REVISI TAKSONOMI BLOOM PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs AL-HIKMAH BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 1 210

PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 1 131

PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs AL-HIKMAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 160

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 28 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 79

PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING TERHADAP PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII B DI MTs MUHAMMADIYAH SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 14

BAB II LANDASAN TEORI - PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING TERHADAP PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII B DI MTs MUHAMMADIYAH SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING TERHADAP PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII B DI MTs MUHAMMADIYAH SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 17

PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK BEHAVIORAL CONTRACT TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019 - Raden Intan Repository

0 1 106

PENGARUH KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING DALAM MENINGKATKAN EFIKASI DIRI PESERTA DIDIK KELAS XI MAN 1 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 130

PENGARUH KONSELING INDIVIDU DENGAN TEKNIK SELFMANAGEMENT TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP WIYATAMA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 141