Sistem Pemajemukan Kata Bahasa Banjar 149h - Repositori Institusi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
SISTEM
PEMAJEMUKAN KAT A
BAHASA BANJAR
l\1~
Jumadi
Fudiat Suryadikara
Rustam Effendi
Ilml
00000163
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta
1999
ISBN 979 459 987 5
Penyunting Naskah
Dra. Marida G. Siregar
Pewajah Kulit
Agnes Santi
Hak Cipta Dilindungi UndangUndang.
Sebagian atau seluruh isi buku ini diJarang diperbanyak
daJam bentuk apa pun tanpa izin dari penerbit,
kecuali daJam hal pengutipan untuk keperluan
penulisan artikeJ atau karangan iJmiah.
Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah Pusat
Drs. S.R .H. Sitanggang, M .A. (Pemimpin)
Drs. Djamari (Sekretaris), Sarti man (Bendaharawan)
Drs . Sukasdi, Drs. Teguh Dewabrata, Ibrahim Abubakar
Tukiyar, Hartatik, Samijati, dan Warku (Staf)
I
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
499.293 35
JUM
s
JUMADI
Sistem Pemajemukan Kata Bahasa BanjarlJumadi, Fudiat
Suryadikara, dan Rustam Effendi.lakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1999.
ISBN 979 459 987 5
1. Bahasa BanjarKara Majemuk
2. Bahasa BanjarMorfologi
3. BahasaBahasa Kalimantan
,
No
~qC(
f:?
\ r~lI
K SilK
. ~?
J()7
'---- s
.?;
_0 "-~/;.
__
. l a ~ ~ 0l0trrJ
Indll\.;·
rl
gI.
I
ttl.
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PEMDINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA
Pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra di Indonesia yang
mencakupi masalah bahasa nasional , bahasa daerah, dan bahasa asing
perlu diupayakan secara sungguhsungguh, terencana, dan berkesinambungan . Pembinaan bahasa nasional dimaksudkan untuk meningkatkan
mutu pemakaian bahasa Indonesia di semua aras kehidupan. Pengembangannya ditujukan pada pemenuha!1. fungsi bahasa Indonesia, baik sebagai
sarana komunikas i nasional maupun sebagai wahana pengungkap berbagai
aspek kehidupan, seiring dengan tuntutan zaman.
Langkah yang perIu ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, antara
lain, melalui serangkaian kegiatan peneiitian berbagai aspek bahasa dan
sastra Indonesia dan daerah . Pembinaannya dilakukan melaiui kegiatan
pemasyarakatan bahasa Indonesia yang baik dan benar, peningkatan
apresiasi sastra, serta penyebariuasan berbagai buku acuan , pedoman, dan
hasii peneiitian kebahasaan dan kesastraan iainnya.
SeJak tahun 1974 kegiatan peneiitian bahasa dan sastra, sebagaimana
d isebutkan di atas . berada di bawah koordinasi Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang
secara operasional dikelola oleh: masingmasing satu proyek dan bag ian
proyek yang berkedudukan di OKI Jakarta dan dua puiuh bagian proyek
daerah. Kedua puluh bag ian proyek daerah itu berkedudukan di ibu kota
propinsi, yaitu (1) Daerah Istimewa Aceh, (2) Sumatera Utara , (3)
Sumatera Barat, (4) Riau, (5) Lampung, (6) Sumatera Selatan, (7) Jawa
Barat, (8) Oaerah Istimewa Yogyakarta, (9) Jawa Tengah, (10) Jawa
Timur, (11) Kalimantan Seiatan, (12) Kalimantan Barat, (13) Kalimantan
111
Tengah. (14) Sulawesi Utara, (15) Sulawesi Selatan, (16» Sulawesi
Tengah, (17) Maluku. (18) Bali , (19) Nusa Tenggara Timur , dan (20)
Irian Jaya.
Buku yang diberi tajuk Sislem Pemajemukan Kala Bahasa Banjar
ini adalah salah satu hasil kegiatan Bagian Proyek Pembinaan Bahasadan
Sastra Indonesia dan Daerah Kalimantan Selatan rahun 199511996 . Untuk
itu. pada kesempatan ini kami ingin menyatakan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada Drs. Rustam Effendi. Pemimpin Bagian Proyek, dan
staL
Ucapan terima kasih yang sarna juga kami tujukan kepada tim
penelili. yaitu (I) Sdr. Jumadi, (2) Sdr. Fudiat Suryadikara , dan (3)
Sdr. Rustam Effendi.
Akhirnya. kami berharap agar dalam upaya memperkukuh jatidiri
bangsa pad a umumnya serta meningkatkan wawasan budaya masyarakat
di bidang kebahasaan dan/atau kesastraan pad a khususnya, tulisan ini
dapar dijadikan sebagai salah satu sumbangan pemikiran.
Jakarta. Februari 1999
IV
Dr. Hasan Alwi
PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah. Berkat rahmat dan
kekuatan dariNya jualah kami dapat menyelesaikan penelitian Sistem
Pemajemukan Kata Bahasa Banjar ini .
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan selukbeluk sistem
pemajemukan kata bahasa Banjar. Data yang dideskripsikan dalam
penelitian ini berasal dari para informan dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, data yang disajikan merupakan gambaran sistem pemajemukan kata yang digunakan oleh penutur bahasa
Banjar dari kedua dialek, yakni bahasa Banjar dialek Hulu Sungai dan
bahasa Banjar dialek Kuala.
Kegiatan penelitian ini dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri atas
Jumadi, sebagai ketua, Fudiat Suryadikara dan Rustam Effendi, yang
masing-masing sebagai anggota .
Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantu an dan kerja sarna
dari berbagai pihak. Untuk iw, secara berturut-turut, kami menyampaikan terima kasih kepada KepaJa Pusat Pembi naan dan Pengembangan
Bahasa. Pemimpin Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Daerah di Jakarta dan Kalimantan Selatan, Dekan FKIP Unlam. Kakanwil Depdikbud Kalimantan Selatan, para informan sebagai pemberi data,
dan senma pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu pada
kesempatan ini, yang mempunyai andil yang sangat besar. demi terlaksananya penelitian ini. Semoga budi baik BapakJlbu/Saudara tercatat sebagai ibadah . Amin.
Akhirnya, semoga penelitian ini bermanfaat, terutama untuk pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa Banjar.
Banjarmasin, 10 Oktober 1996
Tim Peneliti
v
DAFTAR lSI
Halaman
KA T A PENGANTAR . .. . ... . . . . . . . ... .. .. ... . .. III
PRAKATA . . . . . . . . . . . ... ... . .. . . . . . . . ... . .. " v
DAFTAR lSI .... . . . . . . . . . . . . . . . .... .. . . . . . . . vi
DAFTAR SINGKA T AN DAN SIMBOL . . . . . . . .. . .. ... .viii
BABIPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah .. . .. . . . . . . . . . .. . . . . . .
1. 1 . 1 Latar Belakang . . . . . . . . .. . .. . . . ... . .... . ... 1
1.1 .2 Masalah . . ... .... . . . .. .... ... . . ... . . . . . . .. 3
1.2 Tujuan Penelitian dan Basil yang Diharapkan . . .. . ... . .. 3
1.3 Kerangka Teori
. . . . . . ... . . . ... .... . . . . . . . . . 4
1.4 Data dan Sumber Data .... ... . . . . . . . . . .. .. . . . . . . 9
1.5 Metode dan Teknik Penelitian . . . . .... .. .. . ... . .. . . 9
1.5. 1 Metode Penelitian . . . . . . . . . . . . . . .. . .. .... . ... 9
1.5.2 Teknik Penelitian . . .... . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . 10
BAB II ClRI KATA MAJEMUK BAHASA BANJAR . . . . . . . 12
2.1 Ciri Fonologis Kata Majemuk Bahasa Banjar . . . .. . . ... . 12
2. 2 Ciri Morfologis Kata Majemuk Bahasa Banjar .. . .... . . . 15
2.3 Ciri Sintaksis Kata Majemuk Bahasa Banjar . . . .. . . . . .. 28
BAB III TIPE KATA MAJEMUK BAHASA BANJAR . . . ... . 40
3.1 Tipe Kata Majemuk Menurut Kelas Kata . . . . . . . . . .... 40
3.1.1 Kata Majemuk Kelas Nomina .. . . . .. . . . .. . . . .... 40
3.1.2 Kata Majemuk Kelas Verba .. . . ... ... . . .. . . . . .. 49
3.1.3 Kata Majemuk Kelas Numeralia ... . .. . .. . .. . ... .. 52
vi
3.1.4 Kala Majemuk Kelas Adjektiva . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
3.2 Tipe Kala Majemuk Menurut Konstruksi . . . . . . . . . . .. . 56
3.2 . 1 Tipe Kata Majemuk Konslruksi Endosentris . . . . . . . . . . 57
3 .2.2 Tipe Kata Majemuk Konstruksi Eksosentris .. . . . . . ... 66
3 .3 Tipe Kata Majemuk Menurut Valensi Sintaksis . . . . . . . . . 70
BAB IV MAKNA KATA MAJEMUK BAHASA BANJAR
77
4.1 Makna Struktural Kata Majemuk Bahasa Banjar .. . .. . . . . 77
4.1.1 Makna Struktural Kata Majemuk Kelas Nomina . . . . . . . . 77
4.1.2 Makna Struktural Kata Majemuk Kelas Verba . .. ... .. . 83
4.1.3 Makna Struktural Kata Majemuk Kelas Numeralia . . . . . . . 86
4.1 .4 Makna Struktural Kata Majemuk Kelas Adjektiva ... . ... 87
4 .2 Makna Idiomatik Kata Majemuk Bahasa Banjar . . . . . . . .. 88
4.2.1 Makna Idiomatik Kata Majemuk Tingkat Tinggi . . .. .. . 89
4.2.2 Makna Idiomatik Kata Majemuk Tingkat Sedang .. . . .. . 92
4 .2.3 Makna Idiomatik Kata Majemuk Tingkat Rendall .. .. . . . 95
4 .3 Makna Kelompok Pemakaian Kata Majemuk Bahasa Banjar . . 97
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .... . . . . . . . . . . . . . .
5.1 Simpulan . . . . . .. .. ~ . .. . . . . . . . . . ... ... . . "
5.1. 1 Ciri Kata Majemuk Bahasa Banjar . . . . . . . . . . . . . . .
5.1.2 Tipe Kata Majemuk Bahasa Banjar .. . . . . . . ... .. ..
5 . 1.3 Malena Kata Majemuk Bahasa Banjar . . . . . . . . . . . . .
5.2 Saran . ... . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . . . . ... ....
108
108
108
109
110
111
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . .... . . .. . . . .. . ... .... 112
LAMPlRAN ... . ... . . . . . . . . .. . .. . . . ... . . . . . . 114
Vll
DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL
V
N
Adj.
Num .
Adjektiva (kata sifat)
Numeralia (kata bilangan)
Adv.
Pron.
Adverbia (kata keterangan)
KT
Kata Tugas
Bentuk Terikat
Simbol yang berarti "menjadi"
Simbol yang berarti "tidak gramatikal" . Kata dan
kalimat yang di depannya diberi simbol ini berarti
tidak gramatikal.
BT
>
*
V111
Verba (kata kerja)
Nomina (kata benda)
Pronomina (kata ganti)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
1.1.1 Latar Belakang
Dalam suatu bahasa, kata dapat dibentuk dengan beberapa cara.
Salah satu cara yang dilakukan oleh para linguis adalah dengan proses
pemajemukan, dianggap sebagai gejala umum. Dalam bahasa Inggris dan
dalam banyak bahasa, katakata baru dapat dibentuk dari keberadaan
katakata itu, melalui suatu proses yang biasa disebut pemajemukan yaitu
katakata yang terpisah dapat digabungkan untuk membentuk kata
majemuk (Akmajian dklc., 1986:71).
Kenyataan menunjukkan bahwa pembentukan kata melalui proses
pemajemukan cenderung produktif. Proses ini lebih banyak dilakukan
oleh pemakai bahasa apabila dibandingkan dengan proses penciptaan kata
tunggal yang baru. Jika dipandang dari sudut kepraktisan, bahwa kreativitas bahasawan lebih menunjukkan peranannya . Hal ini dilakukan
bahasawan karena kehidupan masyarakat makin kompleks . Mereka
memerlukan ungkapan-ungkapan baru untuk menggambarkan berbagai
konsep yang terus-menerus bermunculan. Di samping itu, proses menciptakan kata baru jauh lebih rumit apabila dibandingkan dengan proses
pemajemukan. Penciptaan kata tunggal yang baru menuntut kreativitas
yang tinggi, dan jika bahasawan sanggup menciptakan kata tersebut, ia
masih harus menembus benteng konvensi yang tinggi supaya kata ciptaan itu dapat dipahami dan diterima oleh masyarakat (Kridalaksana,
1988: 19).
Oleh sebab itu, proses pembentukan kata-kata baru melalui proses
pemajemukanjuga terus bedangsung dalam bahasa Banjar. Bahasa Banjar
1
memiliki kekayaan kat a majemuk. Frekuensi pemakaiannya cukup tinggi;
ditinjau dari segi jenis, struktur, maupun maknanya menunjukkan keragaman.
Sekarang yang menjadi persoalan adalah sejauh mana ketersediaan
informasi mengenai sistem pemajemukan kata itu dalam bahasa Banjar .
Berdasarkan tinjauan pustaka informasi mengenai masalah itu belum
banyak tersedia . Kata majemuk bahasa Banjar yang terdiri atas beberapa
jenis, struktur, dan maknanya belum pernah dibahas secara menyeluruh
dan mendalam.
Masalah kata majemuk bahasa Banjar memang pernah diteliti oleh
beberapa peneliti sebelumnya, yaitu Struktur Bahasa Banjar Kuala
(Hapip dkk., 1978), Bahasa Banjar Hulu (Durasid dan Kawi, 1978), dan
Morfosintaksis Bahasa Kuala (Kawi dkk., 1986). Walaupun ketiga
penelitian tersebut telah menyinggung masalah kata majemuk, pembahasannya dikaitkan pada aspek proses morfologis. Akibatnya, dari
beberapa penelitian itu hanya dapat diperoleh informasi tipe-tipe kat a
majemuk yang ditinjau dari unsur pembentuknya saja . Pembahasan lebih
jauh mengenai segala ciri , baik itu ciri fonologis, morfologis, sintaksis,
maupun semantis belum diungkapkan.
Berdasarkan kenyataan itu, penelitian yang berjudul Sistem Pemajemukan Kala Bahasa Banjar ini perlu dilakukan untuk mengungkapkan
semua identitasnya. Kedudukan penelitian ini merupakan kelanjutan dari
beberapa penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini diharapkan tidak
hanya bermanfaat untuk memperkaya khasanah penelitian terhadap bahasa
Banjar, tetapi lebih jauh dari itu diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk bahan pengembangan ilmu bahasa Indonesia dan pembinaan
bahasa Banjar.
Masalah kat a majemuk dalam bahasa Indonesia, memang telah
banyak diteliti dan dibicarakan hingga saat inL Namun, para linguis
belum ada kesepakatan mengenai sistem pemajemukan kata bahasa
Indonesia (Kridalaksana, 1988:34--47). Jadi, berdasarkan itu konteks
hasil penelitian ini memiliki fungsi yang cukup penting, bagi bahasawan
sebab bahasa Banjar memiliki tingkat kekerabatan yang dekat dengan
bahasa Indonesia. Oleh karena itu, perilaku kebahasaan. termasuk sistem
2
pemajernukan kata, dari kedua bahasa itu tentu banyak memiliki kemiripan. Dengan demikian, hasH penelitian ini dapat digunakan sebagai
perbandingan untuk rnelihat sistem pemajemukan kata bahasa Indonesia .
1.1.2 Masalah
Masalah pokok yang dibahas dalam penelitian ini berpusat pada
pendeskripsian dan penganalisisan sistem pemajemukan kata bahasa
Banjar secara menyeluruh. Sistem pemajemukan yang dirnaksudkan di
sini adalah semua perangkat penggabungan dan penyusunan kata yang
biasa dilakukan melalui proses pemajemukan. Adapun ruang lingkup
masing-masing aspek permasalahan itu adalah sebagai berikut.
1) eiri kata majemuk, mencakup ciri fonologis, morfologis, dan sintaksis.
2) Tipe kat a majemuk, mencakup tipe kata majemuk berdasarkan kelas
kata, konstruksi, dan valensi secara sintaksis .
3) Makna kata majemuk, mencakup makna struktural, makna idiomatik,
dan makna menurut kelompok pemakaiannya .
1.2 Tujuan Penelitian dan HasH yang Diharapkan
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis data
pemajemukan kata dalam bahasa Banjar. Data itu mencakup ciri, tipe,
dan makna kata majemuk secara menyeluruh.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebuah laporan
penelitian yang berisi informasi faktual tentang sistem pemajemukan kata
bahasa Banjar. Laporan peneJitian ini diharapkan tidak hanya digunakan
sebagai dokumentasi untuk memperkaya khasanah peneiitian bahasa
Banjar tetapi lebih jauh dari itu, misalnya dapat pula digunakan sebagai
bahan pengembangan ilmu bahasa dan untuk bahan pembinaan dan
pengembangan bahasa Banjar, seperti bahan pelajaran siswa sekolah
dasar di Kalimantan Selatan sebagai pelajaran loka!. Untuk itu hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pendidikan
bahasa Banjar di sekolah.
3
1.3 Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini lebih condong
mengarah kepada teori Iinguistik struktural yang disesuaikan dengan data
yang terkumpul. Dengan digunakannya teori linguistik struktural, berarti
bahasa Banjar dipandang sebagai suatu hal yang memiliki sistem hubungan (lebih tepat lagi disebut sistem yang saling berhubungan), yang unsur
pembentukannya terdiri atas bunyi, kata, atau bentukan yang mempunyai
validitas yang terpisah dari hubungan-hubungan ekuivalensi dan kontras
di antara unsur-unsur itu (lihat Lyons , 1977:50) .
Kata majemuk pada dasarnya merupakan kata turunan yang dibentuk melalui suatu proses pemajemukan. Proses ini dalam gejala bahasa
termasuk pada ruang Iingkup proses morfologis yang umum ada pada
setiap bahasa. Bahasa Indonesia, misalnya, memiliki beberapa proses
morfologis, yakni proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, proses
pemajemukan, dan proses perubahan zero (Rarnlan, 1983:45) . Menurut
hasil penelitian Djantera Kawi dkk . (1986), bahasa Banjar juga memiliki
beberapa proses morfologis itu.
Kata majemuk, sebagai suatu bentuk kata yang terjadi akibat proses
pemajemukan, memiliki karakteristik tersendiri. Selain itu kata majemuk
ini memiliki makna dan identitas leksikal yang berbeda dengan komponen
yang menjadi unsurnya . Oleh karena itu, aspek makna dan identitas
leksikal sering dijadikan tolok ukur dalam menentukan ciri-ciri kata
majemuk. Abdul Chaer (1994:185) mengatakan bahwa kata majemuk
adal ah suatu kata hasil proses penggabungan morfem dasar dengan
morfem dasar , baik bebas maupun terikat, sehingga terbentuk sebuah
konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda. Pendapat ini
jelas menggunakan tolok ukur keberbedaan makna dan identitas leksikal
antara konstruksi kata majemuk dengan komponen unsurnya.
J.S. Badudu (1978: 170--181) menentukan ciri kata majemuk secara
lebih rinei . Menurut beliau, kata majemuk dalam bahasa Indonesia
memiliki ciri (1) komponen-komponen terdiri atas beberapa unsur langsung, baik yang bebas maupun yang terikat, (2) di antara kedua komponennya tidak dapat disisipkan unsur lain, baik morfem bebas maupun
morfem terikat, (3) gabungan komponen itu membentuk satu pusat,
4
artinya tiap komponennya tidak dapat diperluas dengan atribut apa pun;
atribut jika ada, berfungsi untuk membentuk kedua komponen menjadi
kata majemuk itu sekaligus; karena keduanya merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan.
Pendapat di atas sejalan dengan bunyi simpulan Simposium Tata
Bahasa 1979 (lihat Kridalaksana, 1978:4647; Parera, 1990: 117118).
Bunyi simpulan itu memberikan prinsipprinsip yang dapat dipegang
untuk menentukan suatu kata yang merupakan kat a majemuk atau bukan
kata majemuk. Prinsipprinsip itu adalah sebagai berikut.
1) Dalam mengidentifikasikan kat a majemuk, perlu dipertanyakan
apakah suatu konstruksi majemuk ada atau tidak ada, konstruksi itu
memperlihatkan derajad keeratan yang tinggi, yaitu suatu kesatuan
yang tak terpisahkan .
2) Sebagai kesatuan yang tak terpisahkan, konstruksi majemuk itu akan
berperilaku sebagai kata, artinya masingmasing konstituen dari
konstituen berkonstruksi hilang otonominya . Dengan hilangnya
otonomi itu, berarti bahwa masingmasing konstituen tidak dapat
dimodifikasikan secara terpisah, atau di antara konstituen tidak dapat
disisipi morfem lain, tanpa perubahan makna aslinya .
3) Keeratan konstruksi majemuk itu juga ditentukan oleh ciri dari
minimal satu atau lebih konstituen yang memperlihatkan asosiasi
(afinitas) yang konstan dengan konstituen lainnya dalam konstruksi
itu. Asosiasi (atau afinitas) yang konstan itu terwujud melalui pola
kombinasi morfem dasar yang merupakan konstituen konstruksi
majemuk, sebagai berikut.
(a) Sekurangkurangnya satu morfem dasar memperlihatkan ciri
tidak produktif;
(b) Sekurangkurangnya satu morfem dasar merupakan bentuk unik;
(c) Sekurangkurangnya satu morfem dasar merupakan morfem
terikat, namun tidak tergolong sebagai bentuk afiks.
4) Sebagai pangkal tolak penelitian lebih lanjut terhadap ciriciri konstruksi majemuk, terutama menu rut derajat kepukaJannya, yaitu daftar
semua konstruksi menurut kontinurn kepukalan yang dapat dibuat
sendiri.
5
5) Oleh karena batasbatas dalam suatu kontinum tidak jelas, terdapatlah konstruksikonstruksi peralihan (intermediary form) antara yang
jelas bersifat majemuk dan yang tidak jelas bersifat frasa.
Walaupun prinsipprinsip itu secara umum dapat digunakan untuk
menentukan kata majemuk, termasuk kata majemuk bahasa Banjar,
penerapannya tetap disesuaikan dengan data yang ada di lapangan dan
karakteristik bahasa sasaran . Sikap ini diarnbil didasari oleh suatu
kenyataan bahwa tidak semua bahasa memiliki karakteristik kata majemuk yang sarna. Struktur kata majemuk bahasa Indonesia, misalnya,
ternyata tidak sejelas struktur kata majemuk bahasa Sanskerta. Struktur
kata majemuk bahasa Inggris, misalnya memasukkan tekanan (stres)
sebagai ciri (Samsuri, 1982:199; Akmajian dkk. , 1985:72), dan ternyata
ciri ini tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia atau pun bahasa Banjar. Oleh
karena itu, pendeskripsian dan penganalisisan kata majemuk dalam
penelitian ini mengikuti saran Bloomfield (1933), yakni harus disesuaikan
dengan bahasa sasaran, yakni bahasa Banjar.
Dalam menentukan jenis kata majemuk, ternyata para linguis tidak
sela1u menggunakan tolok ukur yang sarna. Marchand (1969), misalnya,
menggunakan bentuk kata sebagai tolok ukur penjenisan; Hatcher (1960)
dan Warren (1978) menggunakan makna sebagai tolok ukur; dan para
!inguis yang lain, yakni Adams (1973) atau Jespersen (1942) menggabungkan beberapa tolok ukur itu sebagai alat untuk penjenisan kata
majemuk (Bauer, 1983:201202). Dengan demikian, beberapa tolok ukur
tersebut dapat puia digunakan sebagai alat menentukan jenis kata majemuk bahasa Banjar.
Gorys Keraf (1980:124125) membagijenis kata majemuk berdasarkan ada atau tidak unsur inti pembentuk kata itu. Berdasarkan itu, kat a
majemuk dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kata majemuk
eksosentris dan kata majemuk endosentris . Kata majemuk yang bersifat
eksosentris adalah kata majemuk yang tidak mengandung unsur inti dari
gabungan itu. Artinya, keduaduanya merupakan unsur inti . Sebaliknya,
kata majemuk endosentris adalah kata majemuk yang memiliki inti dari
salah satu unsur gabungan itu.
Unsurunsur kata majemuk itu, di samping memiliki fungsi tertentu
6
dalam pertalian struktur, secara intrinsik unsurunsur itu dapat dimasukkan dalam kelas kata tertentu. Oleh karena itu, ada berbagai kelas kata
yang membangun struktur kata majemuk. Ada kemungkinan kata
majemuk dibangun oleh kelas kata yang sarna, namun dapat pula suatu
kata majemuk dibangun oleh kelas kat a berbeda. Selain itu, berapa
banyak kelas kat a yang membangun suatu struktur kat a majemuk,
bergantung pula kepada seberapa banyak unsur kata majemuk yang
terbentuk .
Di samping dapat dimasukkan ke dalam keJas kata tertentu, unsur
pembentuk kata majemuk dapat pula ditentukan bentuknya. Sehubungan
dengan ini, 1.S. Badudu (1977 :77--78) membagi bentuk unsur kata
majemuk seperti yang berikut.
Kata tunggal + kata tunggal : harimau kumbang, bahaya maut.
Kata tunggal + morfem terikat: daya juang , marga satwa.
Morfem terikat + kat a tunggal: jumpa pers, temu karya.
Kata berimbuhan + kata tunggal: penyerbukan silang, petualangan
tunggal.
5) Kata tunggal + kata berimbuhan: lupa daratan, satelit buatan.
6) Kata tunggal + kat a majemuk: ilmu pengetahuan alamo
7) Kata majemuk + kata tunggal : gempa bumi vulkanik, batas penanggal an internasional.
8) Kata berimbuhan + kata berimbuhan : makanan pelindung, buatan
endapan .
9) Kata berimbuhan + kata majemuk: loncatan bunga api listrik.
10) Kata majemuk + kat a berimbuhan: gerak semu harian, garis balik
selatan.
11) Kata majemuk + kata majemuk: kereta api mesin disel.
1)
2)
3)
4)
Sebagai suatu struktur kata, kata majemuk dibangun oleh unsurunsur yang mempunyai pertalian makna tertentu. Ditinjau dari masalah
ini ada berbagai kemungkinan pertalian makna kata majemuk, antara lain
(1) unsur pertama menunjukkan asal unsur kedua, (2) unsur kedua
menunjukkan bahan pembuat unsur pertama, (3) unsur kedua menunjukkan kegunaan unsur pertama, (4) unsur kedua menunjukkan tempat unsur
pertama, (5) unsur pertama menunjukkan alat untuk mengerjakan per-
7
buatan yang disebut unsur kedua, (6) unsur kedua menunjukkan keserupaan unsur pertama, (7) unsur kedua menunjukkan kualifikasi unsur
pertama, (8) unsur kedua menunjukkan perbuatan yang berhubungan
dengan unsur pertarna, (9) unsur pertarna menunjukkan objek perbuatan
unsur kedua, (10) unsur kedua menunjukkan objek perbuatan unsur
pertama, (11) unsur kedua menunjukkan cara mengerjakan perbuatan
yang disebut unsur pe rtama , (12) unsur kedua menunjukkan waktu
mengerjakan perbuatan yang disebut anggota pertama, (13) anggota
kedua melengkapi unsur pertama, (14) kedua unsur menunjukkan hubungan yang tidak sewajarnya, (15) unsur kedua menunjukkan mempunyai kegemaran atau keahlian unsur pertama, (16) unsur kedua menunjukkan jumlah unsur pertarna (bandingkan Saleh dkk ., 1987 : 11-12;
Kridalaksana, 1992: 111--151).
Dalam penelitian ini, untuk menentukan makna struktural terlebih
dahulu 'ditentukan makna leksikalnya . Penentuan makna leksikal sedapat
mungkin dicari padanannya dalarn Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Kedua (1993) . lika padanan makna leksikal itu tidak ada, makna itu
diberi penje\asan secara singkat.
Makna struktural kat a majemuk cenderung menunjukkan derajat
kepukalan yang beragam. Dalarn kenyataan ada kata majemuk yang
menunjukkan makna yang wajar (biasa) dan ada pula yang bermakna
idiomatik. Kata majemuk yang bermakna idiomatik pun masih dapat
diklasifikasikan tingkat keidiomatikannya. Sehubungan dengan ini Saleh
dkk. (1987 :12) membagi tingkat keidiomatikan kata majemuk menjadi
tiga macam, yakni makna idiomatik tingkat tinggi, tingkat sedang, dan
tingkat biasa. Tingkat keidiomatikan tersebut dapat dilihat ada tidaknya
hubungan struktur makna kata majemuk dengan makna unsur-unsurnya .
Penelitian makna struktur kata majemuk juga dapat dilakukan
dengan melihat makna kelompok pemakaian . Kenyataan menunjukkan
bahwa ada sejumlah kata majemuk yang berhubungan dengan jenis
penarnaan tertentu ataujuga menu rut kata yang menjadi unsurnya . Dalam
bahasa Banjar kata raja, hantu, dan butuh sangat produktif membentuk
kata majemuk. Dalarn bahasa Indonesia, kata tukang dan anak juga
produktif membentuk kata majemuk (lihat Kridalaksana, 1988: 1992).
8
1.4 Data dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa sistem pemajemukan kata bahasa Banjar.
Data tersebut dideskripsi dari korpus data, yakni frasa, klausa, dan
kalimatkalimat bahasa Banjar. Korpus data itu didapat dari sumber data,
yaitu para informan penutur bahasa Banjar.
Seperti diketahui bahwa bahasa Banjar mempunyai dua dialek,
yaitu bahasa Banjar Hulu dan bahasa Banjar Kuala. Penutur bahasa
Banjar Hulu tersebar di daerah Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu
Sungai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai
Selatan, Kabupaten Tapin. Dan penutur bahasa Banjar Kuala tersebar di
daerah Kabupaten Banjar, Kotip Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut,
Kabupaten Kota Baru, Kodya Banjarmasin, dan sebagian di daerah
Kabupaten Barito Kuala . Untuk kepentingan pengambian korpus data,
tidak mungkin penutur bahasa dari sekian banyak daerah itu diambil
semua sebagai informan. Oleh karena itu, penentuan informan dalam
penelitian ini dilakukan dengan teknik tertentu.
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan telmik
sampling terarah yang digabungkan dengan teknik sampling tak terbatas
(lihat Good dan Scates dalam Saleh dkk., 1984:7). Melalui teknik ini,
informan penelitian ini diambil dari empat kecamatan. Dari empat
kecamatan itu ada dua kecamatan dari HuJu Sungai Tengah untuk
mewakili penutur bahasa Banjar Hulu; dan dua kecamatan dari Kodya
Banjarmasin untuk mewakili penutur bahasa Banjar Kuala. Kecamatan
yang dipilih dari kabupaten masingmasing adaJah satu kecamatan dari
pinggir kota dan yang satu lagi dari tengah kota. Dengan begitu diharapkan informan yang dipilih dapat mewakili penutur bahasa dari kedua
dialek.
1.5 Metode dan Teknik Penelitian
1.5.1 Metode Penelitian
Ada dua melode yang digunakan dalam penelitian ini, yakni metode
deskriptif dan metode pustaka. Dengan metode ini, data sislem pemajemukan kata bahasa Banjar yang ada dalam korpus data dideskripsi dan
9
dianalisis berdasarkan kerangka teori yang didapat dari sumber' pustaka.
Pendeskripsian dan penganalisisan sistem pemajemukan kat a itu dilakukan melalui langkahIangkah tertentu . Secara garis besar langkahlangkah
tersebut seperti berikut ini.
I) Transkripsi korpus data dari hasil perekaman. baik perekaman
percakapan bebas maupun jawabanjawaban informan terhadap
instrumen yang telah disusun.
2) Pengecekan transkripsi korpus data guna melihat ada tidaknya hal
yang menyimpang atau meragukan.
3) Deskripsi. identifikasi. dan analisis kat a majemuk yang ada dalam
korpus data .
4) Klasifikasi sistem pemajemukan berdasarkan ciri, tipe. dan maknanya.
5) Pembuatan kaidah umum atas dasar hasil kerja klasifikasi mengenai
ciri, tipe, dan makna kata majemuk.
6) Pemeriksaan dan pendiskusian kaidah umum yang telah dibuat.
7) Pembuatan forrnulasi terakhir kaidah umum sistem pemajemukan
data dalam bahasa Banj ar.
1.5.2 Teknik Penelitian
Oleh karena metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dan pustaka, teknik penelitian yang digunakan juga
disesuaikan dengan teknik itu. Eugene A. Nida (1976: 1) menganjurkan
bahwa anal isis deskriptif harus didasarkan kepada apa yang dikatakan
oleh penutur bahasa. Dengan demikian. penelitian bahasa sedapat
mungkin harus memanfaatkan data lisan. sedangkan data tertulis tetap
digunakan tetapi sebagai data pendukung.
Dalam pengambilan korpus data penelitian ini juga memperhatikan
pendapat Laboy (1972: 99) dalam Kridalaksana (1988: 2325) . Labov
berpendapat bahwa dalam penelitian bahasa dewasa ini para peneliti dapat
memperoleh data dari (1) teks, (2) elisitasi. (3) intuisi, (4) eksperimen,
dan (5) obseryasi. Selanjutnya Laboy mengatakan bahwa intuisi dapat
10
dipakai guna (1) penilaian atas kegramatikalan, (2) penilaian at as ketaksaan, dan (3) penilaian atas parafrasa yang betul.
Berdasarkan sejumlah pendapat di atas, teknik penelitian yang
digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini adalah seperti yang
berikut.
1) Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh jawaban atas
sejumlah pertanyaan tim peneliti tentang hal-hal yang telah dicantumkan dalam instrumen penelitian .
2) Perekaman
Perekaman ini digunakan untuk mendapatkan data lisan , baik itu data
terstruktur yang telah ditentukan pokok persoalannya maupun data
bebas (tak terstruktur) .
3) Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tertulis
sebagai data pendukung.
4) Teknik intuisi
Tim peneliti dalam penelitian ini sebagian besar mempunyai kemampuan berbahasa Banjar yang baik. Untuk itll, teknik intuisi ini
digunakan untuk mengecek data seperti yang disarankan Labov di
atas.
11
BAB II
elRI KATA MAJEMUK BAHASA BANJAR
Dalam bab ini diuraikan ciri kata majemuk bah as a Banjar menurut
bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis. Uraian dari ketiga ciri itu
tidak dapat dilepaskan dari tinjauan terhadap sistem bahasa Banjar secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pembahasan masingmasing ciri itu sedapat
mungkin dikaitkan dengan struktur bahasa Banjar, yang dalam hal ini
akan didasarkan kepada hasil penelitian yang telah ada.
2.1 Ciri Fonologi Kata Majemuk Bahasa Banjar
Seperti telah disinggung dalam Bab I bahwa bahasa Banjar mempunyai dua dialek, yaitu bahasa Banjar Kuala (BBK) dan bahasa Banjar
Hulu (BBH). Perbedaan yang meneolok dari kedua dialek itu ditemukan
pad a sejumlah kosakata dan pada jumlah bunyi vokal. Kata unda 'saya'
dan nyawa 'kamu' banyak digunakan oleh penutur BBK dan penutur
BBH akan mengatakan aku dan ikam; kata wayah ini 'saat ini' dan
bagaimana "bagaimana' dalam BBK akan dikatakan damini dan badimapa dalam BBH; dan masih banyak kata-kata yang lain yang berbeda.
Di samping itu, jumJah vokal dari kedua dialek itu berbeda. BBK
memiliki enam vokal, yaitu la/, Iii, lui, 101, lei, dan 1&1; sedangkan BBH
hanya memiliki tiga vokal, yaitu la/, Iii, dan lui. lumlah konsonan dan
diftong dari kedua dialek tersebut sarna, yaitu tujuh belas konsonan dan
tiga diftong. Ketujuh belas konsonan itu adalah Ib/, lei, Id/, Ig/, Ih/, Ij/,
Ik/, Ill, 1m!, Inf, Inf, Inf, Ip/, Ir/, lsi, It/, dan Iw/; dan diftong yang ada
meliputi lai/, lau/, dan luil (lihat Durasid dan Kawi, 1978:7; Hapip
dkk., 1978:280--49; Hapip, 1993:ix).
Perbedaanjumlah vokal tersebut akan berpengaruh terhadap variasi
dialektis pada struktur bunyi kata majemuk bahasa Banjar, terutama pada
12
sejumJah struktur kata majemuk dalam BBK yang dilafalkan secara
berbeda dengan BBH akibat penyesuaian vokal BBH itu sendiri. Kemungkinan penyesuaian pelafalan itu dapat diformulasikan seperti yang
berikut.
BBK
101 :
Isoto Banjarl
Ikompor gasl
!intalo tambukl
leI: Itasampuk panderl
Irambai Palemban I
Itamakan kesahl
I fJI : Iputri s& latl
Ik&aras kaju I
IkfJrtak hanyarl
BBH
luI : Isutu Banjarl
Ikumpur gasl
lintalu tambukl
/il : Itasampuk pandirl
Irambai Palimbanl
Itamakan kisahl
lal : Iputri salatl
lkaras kaju I
Ikartak hanyarl
Daiam bahasa Banjar, baik itu BBK maupun BBH tidak ditemukan
fonem suprasegmental. Walaupun ada dialek lokal (subdiaJek) yang
cenderung memanjangkan pelafaJan fonem konsonan pada posisi tengah,
misalnya Isipal > Isippal 'siapa' atau Ik£.manal > Ik£.mannal 'ke
mana', namun hal itu hanya untuk kepentingan tekanan kata pacta suku
akJlir, bukan untuk membedakan makna (Durasid dan Kawi, 1978:11).
Dalam hal yang sarna, tekanan juga tidak fonemis. Kata guring 'tidur',
misalnya, mungkin saja diucapkan dengan pola tekanan I guriUI atau
I guriU/ . Perbedaan tekanan pada kata itu tidak menyebabkan perbedaan
makna , tetapi hanya berkaitan dengan masalah kelaziman. Kelaziman ini
menunjukkan bahwa struktur kat a majemuk bahasa Banjar memiliki
kecenderungan berpola tekanan tertentu.
Dalam penelitian sebelumnya juga telah ditemukan struktur bunyi
kata bahasa Banjar. Dalam lumadi dkk. (1955:39--41) kata dasar bahasa
Banjar dapat diklasifikasikan menjadi lima macam, yaitu kata dasar yang
bersuku satu, bersuku dua, bersuku tiga, bersuku empat, dan bersuku
lima. Kelima jenis itu yang paling produktif adalah kata dasar yang
13
bersuku dua dan tiga. Masingmasing jenis kata dasar itu memiliki
sejumlah pola suku kata. Dan akhirnya, pola suku kat a itu tentu ada yang
tergambar pada kata yang menjadi komponen kata majemuk.
Berdasarkan karakteristik bunyi segmental dan suprasegmental tadi,
serta dikaitkan dengan data yang ada, ciri fonologis kata majemuk bahasa
Banjar dapat dideskripsikan seperti berikut.
l) Secara umum, tekanan primer kata majemuk cenderung jatuh pada
akhir dari komponen terakhir pembentuk kata itu .
Misalnya:
bini 'istri '
anum'muda'
Ibini anuml ' istri kedua, ketiga, dst.'
butuh 'alat kelamin lakiIaki'
bujang 'belum kawin'
Ibutuh bujanl 'nama kembang rumput'
saban tal 'satu bantal'
sapaguringan 'satu temp at tidur'
Isabantal sapagurinanl 'seperjuangan'
2) Dalam mengucapkan kata majemuk, kadangkadang ada fonem yang
hilang dari salah satu komponen kat a itu .
Misalnya:
pak 'bapak'
tuha 'tua'
Ipatuhal 'saudara lakiIaki tua ayahlibu/mertua
mak'ibu'
tuha 'tua'
Ipatuhal 'saudara lakilaki tua ayah/ibu/mertua'
3) Data menunjukkan ada perubahan pola suku kata.
pak 'bapak'
KVK
acil 'saudara muda ayah/ibu/mertua/orang seusia'
VKVK
14
/pakacil/ > /pakacil/ 'saudara JakiJaki muda
KVKVKVK
KVKVKVK ayahlibu/mertua/orang seusia'
mak'ibu'
KVK
acil 'saudara muda ayah/ibu/merrua/orang seusia'
VKVK
/makacil! > /makacil/ 'saudara perempuan muda ayah/
KVKVKVK
KVKVKVK ibu/merrua/orang seusia'
2.2 Ciri Morfologis Kata Majemuk Bahasa Banjar
Sebagai suatu kata, kata majemuk memiJiki periJaku morfoJogis
tertentu. Perilaku morfologis itu dapat dilihat pada konstruksi kata
majemuk maupun komponen pembentuk kata majemuk itu sendiri.
Pembicaraan periJaku morfologis dari kedua hal itu tidak terlepas dengan
masalah afiks .
Penelitian sebeJumnya telah ditemukan afiks bahasa Banjar.
Durasid dan Kawi (1978:1224) dan Hapip (1978:65) menyebutkan
bahwa bahasa Banjar memiJiki afiks sebagai berikut.
a) Prefiks, terdiri atas maN-, di-, ba-, ta-, sa-, paN-, dan ka- .
b) Infiks, terdiri atas -ar-, -ur-, -al-, dan -ul-.
c) Sufiks, terdiri atas -an, -i, -akan-, dan -nya.
d) Konfiks, terdiri atas ka-an, ba-an, dan paN-an.
Semua afiks itu secara potensial dapat melekat pada kata yang
menjadi komponen kata majemuk . Dengan demikian, ada sejumlah
komponen kat a majemuk yang berafiks .
Berdasarkan deskripsi dan analisis data. secara morfologis kata
majemuk bahasa Banjar menunjukkan ciriciri seperti yang berikut.
1) Ditinjau dari komponennya, kata majemuk bahasa Banjar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Ada sejumlah kata majemuk yang dimiliki dua komponen lang
sung, namun akibat memiliki derajad kepukalan yang tinggi
maka kedua komponen itu teras a satu, seperti kata matahari
dalam bahasa Indonesia.
15
Misalnya:
mak
acil
makacil
'ibu'
'saudara muda ayah/ibu/mertua'
'saudara perempuan muda ayahlibu/mertua.
pa
acit
pakacil
'bapak'
'saudara muda ayablibu/mertua'
'saudara lakiIaki muda ayah/ibu/mertua'
mak
tuha
matuha
'ibu'
'tua'
'saudara perempuan tua ayahlibu/mertua'
pak
tuha
paktuha
'bapak'
'tua'
'saudara lakiIaki tua ayah libu/mertua'
b. Ada kata majemuk yang terdiri atas dua komponen dan realisasi
nya komponen itu tetap terpisah . Kata majemuk dengan konstruksi ini paling produktif dalam bahasa Banjar.
Misalnya:
anak
kampang
anak kampang
apam barabai
'nama !rue'
'ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah '
'jenis !rue (apem)'
banyu
didih
banyu didih
'air'
'(men) didih'
'air beras yang direbus/ditanak
apam
Barabai
16
'anak'
'BT'
'anak haram'
butuh
rakungan
butuh rakungan
'kemaluan lakilaki'
'kerongkongan'
'pita suara'
ba/imbing
tunjuk
balimbing tunjuk
'belimbing'
'(jarijari) tunjuk'
'jenis belimbing'
c. Kata majemuk yang terdiri atas riga komponen.
Misalnya:
maling
'pencuri'
kapala
'kepala'
hirang
'hitam'
mating kapala hirang
'pencuri manusia'
wadai
hamparan
torak
wadai hamparan tatak
'kue'
'hamparan'
'potong'
'nama !rue'
iwak
biji
nangka
iwak biji nangka
'ikan'
'biji'
'nangka'
'jenis ikan'
inlalo
mala
intalo mala sapi
'telur'
'mata'
'jenis telur dadar'
bisui
maangkql
tanah
bisul maangkat tanah
'bisul'
'mengangkat'
'tanah'
'saat bisul sangat sakit'
...,
I
d. Kata majemuk yang terdiri atas empat komponen.
Misalnya:
wadai
pacah
di
itat
wadai pacah di ilat
'kue'
'pecah'
'kata tugas (KT)'
'lidah'
'kue yang rasanya sangat lezat'
rumah
saldt
ulin
Banjarmasin
rumah sakit ulin Banjarmasin
halus
sasak
di
lawang
halus sasak di lawang
waja
sampai
ka
puting
waja sampai ka puling
'rumah'
'sakit'
'jenis kayu'
'nama kota'
'nama rumah sakit di'
'kecil'
'sesak'
'KT'
'pintu'
'orang gemuk dan besar'
'besi baja'
'sampai'
'KT'
'ujung'
'tidak menyerah kepada
hambatanJrintangan'
2) Komponen pembentuk kata majemuk merupakan komponen yang tak
terpisahkan, sehingga di antara komponen itu tak dapat disisipi kata
lain. Penyisipan kata lain di antara komponen itu menyebabkan kat a
majemuk menjadi frasa.
Misalnya:
18
Kata Majemuk
Frasa
urang 'orang'
halus 'keciJ'
urang 'orang'
halus 'kecil'
urang halus
urang nang halus
'makhluk gaib'
'orang berbadan kecil'
gumbili 'ubi'
Nagara 'nama kota'
gumbili 'ubi'
gumbili Nagara
Nagara 'nama kota'
gumbili dan Nagara
'jenis ubi'
'gumbili yang didatangkan dari
Nagara'
inlalo 'telur'
tambuk 'bodoh'
intalo 'telur'
tambuk 'bodoh'
intalo tambuk
intalo nang tambuk
'telur busuk '
'telur yang bodoh'
karas 'keras'
karas 'keras'
hati 'hati'
hati 'hati'
karas nang hati
karas hati
*
'sulit dinasihati'
'yang keras bagian hati bukan
yang lain'
kambang 'kembang'
guyang 'goyang'
kambang 'kembang'
guyang 'goyang'
kambang guyang
kambang nang guyang
'hiasan di kepala'
'kembang yang goyang'
3) Sebagai komponen tak terpisahkan, dalam konstruksi unsur kata juga
tak terbaJikkan. PembaJikan komponen konstruksi itu akan menye
babkan perubahan makna, atau justru konstruksi itu menjadi tidak
gramatikal.
19
Misalnya:
laki tuha 'suami pertama'
> tuha laki 'usia suami
suami tua
lamah bulu 'penakut'
lebih tua daripada istri'
> bulu!amah 'rambut yang
lemah rambut
cina loleng 'cina totok'
lembutltidak keras'
> loleng cina *
cina BT
man is dagingan 'alergi'
> dagingan manis *
manis daging
batu lima 'nama objek wisata'
batu lima
>
lima batu
'lima buah batu'
4) Dalam bahasa Banjar dijumpai sejumlah kata majemuk yang dibentuk
dari katakata tertentu sebagai unsur utama. Beberapa contoh bentuk
an kat a itu adalah sebagai berikut.
a. Kata majemuk yang dibentuk dari kat a hantu 'hantu'.
Misalnya:
hantu babinian
hantu perempuan
hantu bajalan
hantu berjalan
hantu laldan
hantu lakilaki
hantu rumah
hantu rumah
hantu makan
hantu makan
hantu guring
hantu tidur
hantu buku
hantu buku
hantu duwit
hantu uang
20
'sebutan untuk lelaki yang
suka berganti ganti perempuan'
'sebutan untuk orang yang suka
keluyuran'
'sebutan untuk wanita yang
suka bergantiganti lakilaki'
'sebutan untuk orang yang
jarang keluar rumah'
'sebutan untuk orang yang
rakus'
'sebutan untuk orang yang suka
tidur'
'sebutan untuk orang yang kutu
buku'
'sebutan untuk orang yang
rakus uang'
b. Kata majemuk yang dibentuk dari kata wadai 'kue'.
Misalnya:
wadai satu
kue satu
wadai itat sapi
kue lidah sapi
'jenis kue yang terbuat dari
nasi yang dikeringkan, digerus,
dan dicampur gu\a'
'jenis kue yang terbuat dari
tepung terigu dan gula y,mg
. d ibentuk seperti lidah sapi'
wadai patah
kue patah
'jenis kue yang terbuat dari
terigu yang biasanya dimakan
dengan belondo'
wadai pacah di itat
kue pecah di lidah
'jenis kue yang rasanya sangat
lezat'
wadai hamparan tatak
kue hamparan potong
'jenis kue yang terbuat dari
pisang, terigu, dan kelapa. yang
dibentuk secara ber/apis'
wadai susunduklawang
kue kancing pintu
'jenis kue yang terbuat dari
tepung beras dan gula yang
dipepes secara memanjang'
c. Kata majemuk yang dibentuk dari kata raja.
Misalnya:
raja babangun
raja bangkit
raja sahari
raja sehari
'nama kembang (cocor bebek)'
'pengantin'
21
raja iwak
raja ikan
'ikan paling besar/lezat'
raja kesah
raja cerita
'pintar bercerita'
raja pandir
raja berbicara
'pintar berbicara'
raja babinian
raja perempuan
'sebutan untuk orang lakilaki
yang suka main perempuan'
5) Dalam bahasa Banjar ditemukan konstruksi kata majemuk yang
komponennya juga berupa kata majemuk . Kata Majemuk itu mung
kin sebagai komponen pertama atau kedua. Ternyata, dari kedua
kecenderungan itu, komponen kedualah yang paling produktif.
Berikut ini merupakan beberapa contoh konstruksi kata majemuk
yang komponen keduanya berupa kat a majemuk .
22
kambang karak nasi
kembang kerak nasi
'nama bunga
maling kapala hirang
maling kepala hitam
'pencuri manusia'
bisul maangkut nanah
bisul mengangkut nanah
'saat bisul sangat sakit'
sampida mutur bebek
sepeda motor bebek
'jenis sepeda motor'
hasrat urang anum
has rat orang muda
'napsu birahi'
Oi bawah ini beberapa contoh konstruksi kata majemuk yang komponen pertama berupa kata majemuk .
rumah sakit ulin Banjarmasin
lapangan tarabang Samsuddinoor
(rumah sakit Ulin Banjarmasin)
'nama lapangan terbang di
Kal imantan Selatan'
6) Oi samping kata majemuk, ditemukan juga kata ulang sebagai salah
satu komponen konstruksi kata majemuk .
Misalnya:
ganal-ganal gadang
besarbesar pisang
nyaman-nyaman ngalih
gampanggampang susah
tatamba bibis
obat maag
sisingut kucing
kumis kucing
jujuluk langit
penjolok langit
wadai susunduk lawang
kue palang pintu
tatampar puki
(alat untuk menampar
kemaluan wanita)
cacing galang-galang
cacing gelanggelang
'sebutan untuk orang
yang berbadan besar tetapi tidak
cer das '
'sesuatu seperti mudah
dikerjakan tetapi sekaligus juga sukar'
'makanan sekedar untuk
mengganjal perut lapar'
'tanaman yang dapat
digunakan mengobati penyakit kencing
batu'
'sebutan untuk orang
berbadan sangat tinggi'
'nama kue sejenis
nagasari'
'nama ikan'
'cacing besar'
7) Oalam bahasa Banjar ditemukan konstruksi kata majemuk yang
komponennya berprefiks dan bersufiks.
a . Komponen kata majemuk yang berprefiks
Misalnya:
23
landasan
ulin
landasan ulin
'landasan'
'nama kayu/kayu besi'
'nama daerah di Kotif Banjarbaru'
tasampuk
pander
tasampuk pander
'ketemu'
'pembicaraan'
'bersesuaian pendapat/kehendak'
tamakan
kesah
tamakan kes
PEMAJEMUKAN KAT A
BAHASA BANJAR
l\1~
Jumadi
Fudiat Suryadikara
Rustam Effendi
Ilml
00000163
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta
1999
ISBN 979 459 987 5
Penyunting Naskah
Dra. Marida G. Siregar
Pewajah Kulit
Agnes Santi
Hak Cipta Dilindungi UndangUndang.
Sebagian atau seluruh isi buku ini diJarang diperbanyak
daJam bentuk apa pun tanpa izin dari penerbit,
kecuali daJam hal pengutipan untuk keperluan
penulisan artikeJ atau karangan iJmiah.
Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah Pusat
Drs. S.R .H. Sitanggang, M .A. (Pemimpin)
Drs. Djamari (Sekretaris), Sarti man (Bendaharawan)
Drs . Sukasdi, Drs. Teguh Dewabrata, Ibrahim Abubakar
Tukiyar, Hartatik, Samijati, dan Warku (Staf)
I
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
499.293 35
JUM
s
JUMADI
Sistem Pemajemukan Kata Bahasa BanjarlJumadi, Fudiat
Suryadikara, dan Rustam Effendi.lakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1999.
ISBN 979 459 987 5
1. Bahasa BanjarKara Majemuk
2. Bahasa BanjarMorfologi
3. BahasaBahasa Kalimantan
,
No
~qC(
f:?
\ r~lI
K SilK
. ~?
J()7
'---- s
.?;
_0 "-~/;.
__
. l a ~ ~ 0l0trrJ
Indll\.;·
rl
gI.
I
ttl.
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PEMDINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA
Pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra di Indonesia yang
mencakupi masalah bahasa nasional , bahasa daerah, dan bahasa asing
perlu diupayakan secara sungguhsungguh, terencana, dan berkesinambungan . Pembinaan bahasa nasional dimaksudkan untuk meningkatkan
mutu pemakaian bahasa Indonesia di semua aras kehidupan. Pengembangannya ditujukan pada pemenuha!1. fungsi bahasa Indonesia, baik sebagai
sarana komunikas i nasional maupun sebagai wahana pengungkap berbagai
aspek kehidupan, seiring dengan tuntutan zaman.
Langkah yang perIu ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, antara
lain, melalui serangkaian kegiatan peneiitian berbagai aspek bahasa dan
sastra Indonesia dan daerah . Pembinaannya dilakukan melaiui kegiatan
pemasyarakatan bahasa Indonesia yang baik dan benar, peningkatan
apresiasi sastra, serta penyebariuasan berbagai buku acuan , pedoman, dan
hasii peneiitian kebahasaan dan kesastraan iainnya.
SeJak tahun 1974 kegiatan peneiitian bahasa dan sastra, sebagaimana
d isebutkan di atas . berada di bawah koordinasi Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang
secara operasional dikelola oleh: masingmasing satu proyek dan bag ian
proyek yang berkedudukan di OKI Jakarta dan dua puiuh bagian proyek
daerah. Kedua puluh bag ian proyek daerah itu berkedudukan di ibu kota
propinsi, yaitu (1) Daerah Istimewa Aceh, (2) Sumatera Utara , (3)
Sumatera Barat, (4) Riau, (5) Lampung, (6) Sumatera Selatan, (7) Jawa
Barat, (8) Oaerah Istimewa Yogyakarta, (9) Jawa Tengah, (10) Jawa
Timur, (11) Kalimantan Seiatan, (12) Kalimantan Barat, (13) Kalimantan
111
Tengah. (14) Sulawesi Utara, (15) Sulawesi Selatan, (16» Sulawesi
Tengah, (17) Maluku. (18) Bali , (19) Nusa Tenggara Timur , dan (20)
Irian Jaya.
Buku yang diberi tajuk Sislem Pemajemukan Kala Bahasa Banjar
ini adalah salah satu hasil kegiatan Bagian Proyek Pembinaan Bahasadan
Sastra Indonesia dan Daerah Kalimantan Selatan rahun 199511996 . Untuk
itu. pada kesempatan ini kami ingin menyatakan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada Drs. Rustam Effendi. Pemimpin Bagian Proyek, dan
staL
Ucapan terima kasih yang sarna juga kami tujukan kepada tim
penelili. yaitu (I) Sdr. Jumadi, (2) Sdr. Fudiat Suryadikara , dan (3)
Sdr. Rustam Effendi.
Akhirnya. kami berharap agar dalam upaya memperkukuh jatidiri
bangsa pad a umumnya serta meningkatkan wawasan budaya masyarakat
di bidang kebahasaan dan/atau kesastraan pad a khususnya, tulisan ini
dapar dijadikan sebagai salah satu sumbangan pemikiran.
Jakarta. Februari 1999
IV
Dr. Hasan Alwi
PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah. Berkat rahmat dan
kekuatan dariNya jualah kami dapat menyelesaikan penelitian Sistem
Pemajemukan Kata Bahasa Banjar ini .
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan selukbeluk sistem
pemajemukan kata bahasa Banjar. Data yang dideskripsikan dalam
penelitian ini berasal dari para informan dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, data yang disajikan merupakan gambaran sistem pemajemukan kata yang digunakan oleh penutur bahasa
Banjar dari kedua dialek, yakni bahasa Banjar dialek Hulu Sungai dan
bahasa Banjar dialek Kuala.
Kegiatan penelitian ini dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri atas
Jumadi, sebagai ketua, Fudiat Suryadikara dan Rustam Effendi, yang
masing-masing sebagai anggota .
Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantu an dan kerja sarna
dari berbagai pihak. Untuk iw, secara berturut-turut, kami menyampaikan terima kasih kepada KepaJa Pusat Pembi naan dan Pengembangan
Bahasa. Pemimpin Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Daerah di Jakarta dan Kalimantan Selatan, Dekan FKIP Unlam. Kakanwil Depdikbud Kalimantan Selatan, para informan sebagai pemberi data,
dan senma pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu pada
kesempatan ini, yang mempunyai andil yang sangat besar. demi terlaksananya penelitian ini. Semoga budi baik BapakJlbu/Saudara tercatat sebagai ibadah . Amin.
Akhirnya, semoga penelitian ini bermanfaat, terutama untuk pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa Banjar.
Banjarmasin, 10 Oktober 1996
Tim Peneliti
v
DAFTAR lSI
Halaman
KA T A PENGANTAR . .. . ... . . . . . . . ... .. .. ... . .. III
PRAKATA . . . . . . . . . . . ... ... . .. . . . . . . . ... . .. " v
DAFTAR lSI .... . . . . . . . . . . . . . . . .... .. . . . . . . . vi
DAFTAR SINGKA T AN DAN SIMBOL . . . . . . . .. . .. ... .viii
BABIPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah .. . .. . . . . . . . . . .. . . . . . .
1. 1 . 1 Latar Belakang . . . . . . . . .. . .. . . . ... . .... . ... 1
1.1 .2 Masalah . . ... .... . . . .. .... ... . . ... . . . . . . .. 3
1.2 Tujuan Penelitian dan Basil yang Diharapkan . . .. . ... . .. 3
1.3 Kerangka Teori
. . . . . . ... . . . ... .... . . . . . . . . . 4
1.4 Data dan Sumber Data .... ... . . . . . . . . . .. .. . . . . . . 9
1.5 Metode dan Teknik Penelitian . . . . .... .. .. . ... . .. . . 9
1.5. 1 Metode Penelitian . . . . . . . . . . . . . . .. . .. .... . ... 9
1.5.2 Teknik Penelitian . . .... . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . 10
BAB II ClRI KATA MAJEMUK BAHASA BANJAR . . . . . . . 12
2.1 Ciri Fonologis Kata Majemuk Bahasa Banjar . . . .. . . ... . 12
2. 2 Ciri Morfologis Kata Majemuk Bahasa Banjar .. . .... . . . 15
2.3 Ciri Sintaksis Kata Majemuk Bahasa Banjar . . . .. . . . . .. 28
BAB III TIPE KATA MAJEMUK BAHASA BANJAR . . . ... . 40
3.1 Tipe Kata Majemuk Menurut Kelas Kata . . . . . . . . . .... 40
3.1.1 Kata Majemuk Kelas Nomina .. . . . .. . . . .. . . . .... 40
3.1.2 Kata Majemuk Kelas Verba .. . . ... ... . . .. . . . . .. 49
3.1.3 Kata Majemuk Kelas Numeralia ... . .. . .. . .. . ... .. 52
vi
3.1.4 Kala Majemuk Kelas Adjektiva . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
3.2 Tipe Kala Majemuk Menurut Konstruksi . . . . . . . . . . .. . 56
3.2 . 1 Tipe Kata Majemuk Konslruksi Endosentris . . . . . . . . . . 57
3 .2.2 Tipe Kata Majemuk Konstruksi Eksosentris .. . . . . . ... 66
3 .3 Tipe Kata Majemuk Menurut Valensi Sintaksis . . . . . . . . . 70
BAB IV MAKNA KATA MAJEMUK BAHASA BANJAR
77
4.1 Makna Struktural Kata Majemuk Bahasa Banjar .. . .. . . . . 77
4.1.1 Makna Struktural Kata Majemuk Kelas Nomina . . . . . . . . 77
4.1.2 Makna Struktural Kata Majemuk Kelas Verba . .. ... .. . 83
4.1.3 Makna Struktural Kata Majemuk Kelas Numeralia . . . . . . . 86
4.1 .4 Makna Struktural Kata Majemuk Kelas Adjektiva ... . ... 87
4 .2 Makna Idiomatik Kata Majemuk Bahasa Banjar . . . . . . . .. 88
4.2.1 Makna Idiomatik Kata Majemuk Tingkat Tinggi . . .. .. . 89
4.2.2 Makna Idiomatik Kata Majemuk Tingkat Sedang .. . . .. . 92
4 .2.3 Makna Idiomatik Kata Majemuk Tingkat Rendall .. .. . . . 95
4 .3 Makna Kelompok Pemakaian Kata Majemuk Bahasa Banjar . . 97
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .... . . . . . . . . . . . . . .
5.1 Simpulan . . . . . .. .. ~ . .. . . . . . . . . . ... ... . . "
5.1. 1 Ciri Kata Majemuk Bahasa Banjar . . . . . . . . . . . . . . .
5.1.2 Tipe Kata Majemuk Bahasa Banjar .. . . . . . . ... .. ..
5 . 1.3 Malena Kata Majemuk Bahasa Banjar . . . . . . . . . . . . .
5.2 Saran . ... . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . . . . ... ....
108
108
108
109
110
111
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . .... . . .. . . . .. . ... .... 112
LAMPlRAN ... . ... . . . . . . . . .. . .. . . . ... . . . . . . 114
Vll
DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL
V
N
Adj.
Num .
Adjektiva (kata sifat)
Numeralia (kata bilangan)
Adv.
Pron.
Adverbia (kata keterangan)
KT
Kata Tugas
Bentuk Terikat
Simbol yang berarti "menjadi"
Simbol yang berarti "tidak gramatikal" . Kata dan
kalimat yang di depannya diberi simbol ini berarti
tidak gramatikal.
BT
>
*
V111
Verba (kata kerja)
Nomina (kata benda)
Pronomina (kata ganti)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
1.1.1 Latar Belakang
Dalam suatu bahasa, kata dapat dibentuk dengan beberapa cara.
Salah satu cara yang dilakukan oleh para linguis adalah dengan proses
pemajemukan, dianggap sebagai gejala umum. Dalam bahasa Inggris dan
dalam banyak bahasa, katakata baru dapat dibentuk dari keberadaan
katakata itu, melalui suatu proses yang biasa disebut pemajemukan yaitu
katakata yang terpisah dapat digabungkan untuk membentuk kata
majemuk (Akmajian dklc., 1986:71).
Kenyataan menunjukkan bahwa pembentukan kata melalui proses
pemajemukan cenderung produktif. Proses ini lebih banyak dilakukan
oleh pemakai bahasa apabila dibandingkan dengan proses penciptaan kata
tunggal yang baru. Jika dipandang dari sudut kepraktisan, bahwa kreativitas bahasawan lebih menunjukkan peranannya . Hal ini dilakukan
bahasawan karena kehidupan masyarakat makin kompleks . Mereka
memerlukan ungkapan-ungkapan baru untuk menggambarkan berbagai
konsep yang terus-menerus bermunculan. Di samping itu, proses menciptakan kata baru jauh lebih rumit apabila dibandingkan dengan proses
pemajemukan. Penciptaan kata tunggal yang baru menuntut kreativitas
yang tinggi, dan jika bahasawan sanggup menciptakan kata tersebut, ia
masih harus menembus benteng konvensi yang tinggi supaya kata ciptaan itu dapat dipahami dan diterima oleh masyarakat (Kridalaksana,
1988: 19).
Oleh sebab itu, proses pembentukan kata-kata baru melalui proses
pemajemukanjuga terus bedangsung dalam bahasa Banjar. Bahasa Banjar
1
memiliki kekayaan kat a majemuk. Frekuensi pemakaiannya cukup tinggi;
ditinjau dari segi jenis, struktur, maupun maknanya menunjukkan keragaman.
Sekarang yang menjadi persoalan adalah sejauh mana ketersediaan
informasi mengenai sistem pemajemukan kata itu dalam bahasa Banjar .
Berdasarkan tinjauan pustaka informasi mengenai masalah itu belum
banyak tersedia . Kata majemuk bahasa Banjar yang terdiri atas beberapa
jenis, struktur, dan maknanya belum pernah dibahas secara menyeluruh
dan mendalam.
Masalah kata majemuk bahasa Banjar memang pernah diteliti oleh
beberapa peneliti sebelumnya, yaitu Struktur Bahasa Banjar Kuala
(Hapip dkk., 1978), Bahasa Banjar Hulu (Durasid dan Kawi, 1978), dan
Morfosintaksis Bahasa Kuala (Kawi dkk., 1986). Walaupun ketiga
penelitian tersebut telah menyinggung masalah kata majemuk, pembahasannya dikaitkan pada aspek proses morfologis. Akibatnya, dari
beberapa penelitian itu hanya dapat diperoleh informasi tipe-tipe kat a
majemuk yang ditinjau dari unsur pembentuknya saja . Pembahasan lebih
jauh mengenai segala ciri , baik itu ciri fonologis, morfologis, sintaksis,
maupun semantis belum diungkapkan.
Berdasarkan kenyataan itu, penelitian yang berjudul Sistem Pemajemukan Kala Bahasa Banjar ini perlu dilakukan untuk mengungkapkan
semua identitasnya. Kedudukan penelitian ini merupakan kelanjutan dari
beberapa penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini diharapkan tidak
hanya bermanfaat untuk memperkaya khasanah penelitian terhadap bahasa
Banjar, tetapi lebih jauh dari itu diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk bahan pengembangan ilmu bahasa Indonesia dan pembinaan
bahasa Banjar.
Masalah kat a majemuk dalam bahasa Indonesia, memang telah
banyak diteliti dan dibicarakan hingga saat inL Namun, para linguis
belum ada kesepakatan mengenai sistem pemajemukan kata bahasa
Indonesia (Kridalaksana, 1988:34--47). Jadi, berdasarkan itu konteks
hasil penelitian ini memiliki fungsi yang cukup penting, bagi bahasawan
sebab bahasa Banjar memiliki tingkat kekerabatan yang dekat dengan
bahasa Indonesia. Oleh karena itu, perilaku kebahasaan. termasuk sistem
2
pemajernukan kata, dari kedua bahasa itu tentu banyak memiliki kemiripan. Dengan demikian, hasH penelitian ini dapat digunakan sebagai
perbandingan untuk rnelihat sistem pemajemukan kata bahasa Indonesia .
1.1.2 Masalah
Masalah pokok yang dibahas dalam penelitian ini berpusat pada
pendeskripsian dan penganalisisan sistem pemajemukan kata bahasa
Banjar secara menyeluruh. Sistem pemajemukan yang dirnaksudkan di
sini adalah semua perangkat penggabungan dan penyusunan kata yang
biasa dilakukan melalui proses pemajemukan. Adapun ruang lingkup
masing-masing aspek permasalahan itu adalah sebagai berikut.
1) eiri kata majemuk, mencakup ciri fonologis, morfologis, dan sintaksis.
2) Tipe kat a majemuk, mencakup tipe kata majemuk berdasarkan kelas
kata, konstruksi, dan valensi secara sintaksis .
3) Makna kata majemuk, mencakup makna struktural, makna idiomatik,
dan makna menurut kelompok pemakaiannya .
1.2 Tujuan Penelitian dan HasH yang Diharapkan
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis data
pemajemukan kata dalam bahasa Banjar. Data itu mencakup ciri, tipe,
dan makna kata majemuk secara menyeluruh.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebuah laporan
penelitian yang berisi informasi faktual tentang sistem pemajemukan kata
bahasa Banjar. Laporan peneJitian ini diharapkan tidak hanya digunakan
sebagai dokumentasi untuk memperkaya khasanah peneiitian bahasa
Banjar tetapi lebih jauh dari itu, misalnya dapat pula digunakan sebagai
bahan pengembangan ilmu bahasa dan untuk bahan pembinaan dan
pengembangan bahasa Banjar, seperti bahan pelajaran siswa sekolah
dasar di Kalimantan Selatan sebagai pelajaran loka!. Untuk itu hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pendidikan
bahasa Banjar di sekolah.
3
1.3 Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini lebih condong
mengarah kepada teori Iinguistik struktural yang disesuaikan dengan data
yang terkumpul. Dengan digunakannya teori linguistik struktural, berarti
bahasa Banjar dipandang sebagai suatu hal yang memiliki sistem hubungan (lebih tepat lagi disebut sistem yang saling berhubungan), yang unsur
pembentukannya terdiri atas bunyi, kata, atau bentukan yang mempunyai
validitas yang terpisah dari hubungan-hubungan ekuivalensi dan kontras
di antara unsur-unsur itu (lihat Lyons , 1977:50) .
Kata majemuk pada dasarnya merupakan kata turunan yang dibentuk melalui suatu proses pemajemukan. Proses ini dalam gejala bahasa
termasuk pada ruang Iingkup proses morfologis yang umum ada pada
setiap bahasa. Bahasa Indonesia, misalnya, memiliki beberapa proses
morfologis, yakni proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, proses
pemajemukan, dan proses perubahan zero (Rarnlan, 1983:45) . Menurut
hasil penelitian Djantera Kawi dkk . (1986), bahasa Banjar juga memiliki
beberapa proses morfologis itu.
Kata majemuk, sebagai suatu bentuk kata yang terjadi akibat proses
pemajemukan, memiliki karakteristik tersendiri. Selain itu kata majemuk
ini memiliki makna dan identitas leksikal yang berbeda dengan komponen
yang menjadi unsurnya . Oleh karena itu, aspek makna dan identitas
leksikal sering dijadikan tolok ukur dalam menentukan ciri-ciri kata
majemuk. Abdul Chaer (1994:185) mengatakan bahwa kata majemuk
adal ah suatu kata hasil proses penggabungan morfem dasar dengan
morfem dasar , baik bebas maupun terikat, sehingga terbentuk sebuah
konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda. Pendapat ini
jelas menggunakan tolok ukur keberbedaan makna dan identitas leksikal
antara konstruksi kata majemuk dengan komponen unsurnya.
J.S. Badudu (1978: 170--181) menentukan ciri kata majemuk secara
lebih rinei . Menurut beliau, kata majemuk dalam bahasa Indonesia
memiliki ciri (1) komponen-komponen terdiri atas beberapa unsur langsung, baik yang bebas maupun yang terikat, (2) di antara kedua komponennya tidak dapat disisipkan unsur lain, baik morfem bebas maupun
morfem terikat, (3) gabungan komponen itu membentuk satu pusat,
4
artinya tiap komponennya tidak dapat diperluas dengan atribut apa pun;
atribut jika ada, berfungsi untuk membentuk kedua komponen menjadi
kata majemuk itu sekaligus; karena keduanya merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan.
Pendapat di atas sejalan dengan bunyi simpulan Simposium Tata
Bahasa 1979 (lihat Kridalaksana, 1978:4647; Parera, 1990: 117118).
Bunyi simpulan itu memberikan prinsipprinsip yang dapat dipegang
untuk menentukan suatu kata yang merupakan kat a majemuk atau bukan
kata majemuk. Prinsipprinsip itu adalah sebagai berikut.
1) Dalam mengidentifikasikan kat a majemuk, perlu dipertanyakan
apakah suatu konstruksi majemuk ada atau tidak ada, konstruksi itu
memperlihatkan derajad keeratan yang tinggi, yaitu suatu kesatuan
yang tak terpisahkan .
2) Sebagai kesatuan yang tak terpisahkan, konstruksi majemuk itu akan
berperilaku sebagai kata, artinya masingmasing konstituen dari
konstituen berkonstruksi hilang otonominya . Dengan hilangnya
otonomi itu, berarti bahwa masingmasing konstituen tidak dapat
dimodifikasikan secara terpisah, atau di antara konstituen tidak dapat
disisipi morfem lain, tanpa perubahan makna aslinya .
3) Keeratan konstruksi majemuk itu juga ditentukan oleh ciri dari
minimal satu atau lebih konstituen yang memperlihatkan asosiasi
(afinitas) yang konstan dengan konstituen lainnya dalam konstruksi
itu. Asosiasi (atau afinitas) yang konstan itu terwujud melalui pola
kombinasi morfem dasar yang merupakan konstituen konstruksi
majemuk, sebagai berikut.
(a) Sekurangkurangnya satu morfem dasar memperlihatkan ciri
tidak produktif;
(b) Sekurangkurangnya satu morfem dasar merupakan bentuk unik;
(c) Sekurangkurangnya satu morfem dasar merupakan morfem
terikat, namun tidak tergolong sebagai bentuk afiks.
4) Sebagai pangkal tolak penelitian lebih lanjut terhadap ciriciri konstruksi majemuk, terutama menu rut derajat kepukaJannya, yaitu daftar
semua konstruksi menurut kontinurn kepukalan yang dapat dibuat
sendiri.
5
5) Oleh karena batasbatas dalam suatu kontinum tidak jelas, terdapatlah konstruksikonstruksi peralihan (intermediary form) antara yang
jelas bersifat majemuk dan yang tidak jelas bersifat frasa.
Walaupun prinsipprinsip itu secara umum dapat digunakan untuk
menentukan kata majemuk, termasuk kata majemuk bahasa Banjar,
penerapannya tetap disesuaikan dengan data yang ada di lapangan dan
karakteristik bahasa sasaran . Sikap ini diarnbil didasari oleh suatu
kenyataan bahwa tidak semua bahasa memiliki karakteristik kata majemuk yang sarna. Struktur kata majemuk bahasa Indonesia, misalnya,
ternyata tidak sejelas struktur kata majemuk bahasa Sanskerta. Struktur
kata majemuk bahasa Inggris, misalnya memasukkan tekanan (stres)
sebagai ciri (Samsuri, 1982:199; Akmajian dkk. , 1985:72), dan ternyata
ciri ini tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia atau pun bahasa Banjar. Oleh
karena itu, pendeskripsian dan penganalisisan kata majemuk dalam
penelitian ini mengikuti saran Bloomfield (1933), yakni harus disesuaikan
dengan bahasa sasaran, yakni bahasa Banjar.
Dalam menentukan jenis kata majemuk, ternyata para linguis tidak
sela1u menggunakan tolok ukur yang sarna. Marchand (1969), misalnya,
menggunakan bentuk kata sebagai tolok ukur penjenisan; Hatcher (1960)
dan Warren (1978) menggunakan makna sebagai tolok ukur; dan para
!inguis yang lain, yakni Adams (1973) atau Jespersen (1942) menggabungkan beberapa tolok ukur itu sebagai alat untuk penjenisan kata
majemuk (Bauer, 1983:201202). Dengan demikian, beberapa tolok ukur
tersebut dapat puia digunakan sebagai alat menentukan jenis kata majemuk bahasa Banjar.
Gorys Keraf (1980:124125) membagijenis kata majemuk berdasarkan ada atau tidak unsur inti pembentuk kata itu. Berdasarkan itu, kat a
majemuk dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kata majemuk
eksosentris dan kata majemuk endosentris . Kata majemuk yang bersifat
eksosentris adalah kata majemuk yang tidak mengandung unsur inti dari
gabungan itu. Artinya, keduaduanya merupakan unsur inti . Sebaliknya,
kata majemuk endosentris adalah kata majemuk yang memiliki inti dari
salah satu unsur gabungan itu.
Unsurunsur kata majemuk itu, di samping memiliki fungsi tertentu
6
dalam pertalian struktur, secara intrinsik unsurunsur itu dapat dimasukkan dalam kelas kata tertentu. Oleh karena itu, ada berbagai kelas kata
yang membangun struktur kata majemuk. Ada kemungkinan kata
majemuk dibangun oleh kelas kata yang sarna, namun dapat pula suatu
kata majemuk dibangun oleh kelas kat a berbeda. Selain itu, berapa
banyak kelas kat a yang membangun suatu struktur kat a majemuk,
bergantung pula kepada seberapa banyak unsur kata majemuk yang
terbentuk .
Di samping dapat dimasukkan ke dalam keJas kata tertentu, unsur
pembentuk kata majemuk dapat pula ditentukan bentuknya. Sehubungan
dengan ini, 1.S. Badudu (1977 :77--78) membagi bentuk unsur kata
majemuk seperti yang berikut.
Kata tunggal + kata tunggal : harimau kumbang, bahaya maut.
Kata tunggal + morfem terikat: daya juang , marga satwa.
Morfem terikat + kat a tunggal: jumpa pers, temu karya.
Kata berimbuhan + kata tunggal: penyerbukan silang, petualangan
tunggal.
5) Kata tunggal + kata berimbuhan: lupa daratan, satelit buatan.
6) Kata tunggal + kat a majemuk: ilmu pengetahuan alamo
7) Kata majemuk + kata tunggal : gempa bumi vulkanik, batas penanggal an internasional.
8) Kata berimbuhan + kata berimbuhan : makanan pelindung, buatan
endapan .
9) Kata berimbuhan + kata majemuk: loncatan bunga api listrik.
10) Kata majemuk + kat a berimbuhan: gerak semu harian, garis balik
selatan.
11) Kata majemuk + kata majemuk: kereta api mesin disel.
1)
2)
3)
4)
Sebagai suatu struktur kata, kata majemuk dibangun oleh unsurunsur yang mempunyai pertalian makna tertentu. Ditinjau dari masalah
ini ada berbagai kemungkinan pertalian makna kata majemuk, antara lain
(1) unsur pertama menunjukkan asal unsur kedua, (2) unsur kedua
menunjukkan bahan pembuat unsur pertama, (3) unsur kedua menunjukkan kegunaan unsur pertama, (4) unsur kedua menunjukkan tempat unsur
pertama, (5) unsur pertama menunjukkan alat untuk mengerjakan per-
7
buatan yang disebut unsur kedua, (6) unsur kedua menunjukkan keserupaan unsur pertama, (7) unsur kedua menunjukkan kualifikasi unsur
pertama, (8) unsur kedua menunjukkan perbuatan yang berhubungan
dengan unsur pertarna, (9) unsur pertarna menunjukkan objek perbuatan
unsur kedua, (10) unsur kedua menunjukkan objek perbuatan unsur
pertama, (11) unsur kedua menunjukkan cara mengerjakan perbuatan
yang disebut unsur pe rtama , (12) unsur kedua menunjukkan waktu
mengerjakan perbuatan yang disebut anggota pertama, (13) anggota
kedua melengkapi unsur pertama, (14) kedua unsur menunjukkan hubungan yang tidak sewajarnya, (15) unsur kedua menunjukkan mempunyai kegemaran atau keahlian unsur pertama, (16) unsur kedua menunjukkan jumlah unsur pertarna (bandingkan Saleh dkk ., 1987 : 11-12;
Kridalaksana, 1992: 111--151).
Dalam penelitian ini, untuk menentukan makna struktural terlebih
dahulu 'ditentukan makna leksikalnya . Penentuan makna leksikal sedapat
mungkin dicari padanannya dalarn Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Kedua (1993) . lika padanan makna leksikal itu tidak ada, makna itu
diberi penje\asan secara singkat.
Makna struktural kat a majemuk cenderung menunjukkan derajat
kepukalan yang beragam. Dalarn kenyataan ada kata majemuk yang
menunjukkan makna yang wajar (biasa) dan ada pula yang bermakna
idiomatik. Kata majemuk yang bermakna idiomatik pun masih dapat
diklasifikasikan tingkat keidiomatikannya. Sehubungan dengan ini Saleh
dkk. (1987 :12) membagi tingkat keidiomatikan kata majemuk menjadi
tiga macam, yakni makna idiomatik tingkat tinggi, tingkat sedang, dan
tingkat biasa. Tingkat keidiomatikan tersebut dapat dilihat ada tidaknya
hubungan struktur makna kata majemuk dengan makna unsur-unsurnya .
Penelitian makna struktur kata majemuk juga dapat dilakukan
dengan melihat makna kelompok pemakaian . Kenyataan menunjukkan
bahwa ada sejumlah kata majemuk yang berhubungan dengan jenis
penarnaan tertentu ataujuga menu rut kata yang menjadi unsurnya . Dalam
bahasa Banjar kata raja, hantu, dan butuh sangat produktif membentuk
kata majemuk. Dalarn bahasa Indonesia, kata tukang dan anak juga
produktif membentuk kata majemuk (lihat Kridalaksana, 1988: 1992).
8
1.4 Data dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa sistem pemajemukan kata bahasa Banjar.
Data tersebut dideskripsi dari korpus data, yakni frasa, klausa, dan
kalimatkalimat bahasa Banjar. Korpus data itu didapat dari sumber data,
yaitu para informan penutur bahasa Banjar.
Seperti diketahui bahwa bahasa Banjar mempunyai dua dialek,
yaitu bahasa Banjar Hulu dan bahasa Banjar Kuala. Penutur bahasa
Banjar Hulu tersebar di daerah Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu
Sungai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai
Selatan, Kabupaten Tapin. Dan penutur bahasa Banjar Kuala tersebar di
daerah Kabupaten Banjar, Kotip Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut,
Kabupaten Kota Baru, Kodya Banjarmasin, dan sebagian di daerah
Kabupaten Barito Kuala . Untuk kepentingan pengambian korpus data,
tidak mungkin penutur bahasa dari sekian banyak daerah itu diambil
semua sebagai informan. Oleh karena itu, penentuan informan dalam
penelitian ini dilakukan dengan teknik tertentu.
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan telmik
sampling terarah yang digabungkan dengan teknik sampling tak terbatas
(lihat Good dan Scates dalam Saleh dkk., 1984:7). Melalui teknik ini,
informan penelitian ini diambil dari empat kecamatan. Dari empat
kecamatan itu ada dua kecamatan dari HuJu Sungai Tengah untuk
mewakili penutur bahasa Banjar Hulu; dan dua kecamatan dari Kodya
Banjarmasin untuk mewakili penutur bahasa Banjar Kuala. Kecamatan
yang dipilih dari kabupaten masingmasing adaJah satu kecamatan dari
pinggir kota dan yang satu lagi dari tengah kota. Dengan begitu diharapkan informan yang dipilih dapat mewakili penutur bahasa dari kedua
dialek.
1.5 Metode dan Teknik Penelitian
1.5.1 Metode Penelitian
Ada dua melode yang digunakan dalam penelitian ini, yakni metode
deskriptif dan metode pustaka. Dengan metode ini, data sislem pemajemukan kata bahasa Banjar yang ada dalam korpus data dideskripsi dan
9
dianalisis berdasarkan kerangka teori yang didapat dari sumber' pustaka.
Pendeskripsian dan penganalisisan sistem pemajemukan kat a itu dilakukan melalui langkahIangkah tertentu . Secara garis besar langkahlangkah
tersebut seperti berikut ini.
I) Transkripsi korpus data dari hasil perekaman. baik perekaman
percakapan bebas maupun jawabanjawaban informan terhadap
instrumen yang telah disusun.
2) Pengecekan transkripsi korpus data guna melihat ada tidaknya hal
yang menyimpang atau meragukan.
3) Deskripsi. identifikasi. dan analisis kat a majemuk yang ada dalam
korpus data .
4) Klasifikasi sistem pemajemukan berdasarkan ciri, tipe. dan maknanya.
5) Pembuatan kaidah umum atas dasar hasil kerja klasifikasi mengenai
ciri, tipe, dan makna kata majemuk.
6) Pemeriksaan dan pendiskusian kaidah umum yang telah dibuat.
7) Pembuatan forrnulasi terakhir kaidah umum sistem pemajemukan
data dalam bahasa Banj ar.
1.5.2 Teknik Penelitian
Oleh karena metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dan pustaka, teknik penelitian yang digunakan juga
disesuaikan dengan teknik itu. Eugene A. Nida (1976: 1) menganjurkan
bahwa anal isis deskriptif harus didasarkan kepada apa yang dikatakan
oleh penutur bahasa. Dengan demikian. penelitian bahasa sedapat
mungkin harus memanfaatkan data lisan. sedangkan data tertulis tetap
digunakan tetapi sebagai data pendukung.
Dalam pengambilan korpus data penelitian ini juga memperhatikan
pendapat Laboy (1972: 99) dalam Kridalaksana (1988: 2325) . Labov
berpendapat bahwa dalam penelitian bahasa dewasa ini para peneliti dapat
memperoleh data dari (1) teks, (2) elisitasi. (3) intuisi, (4) eksperimen,
dan (5) obseryasi. Selanjutnya Laboy mengatakan bahwa intuisi dapat
10
dipakai guna (1) penilaian atas kegramatikalan, (2) penilaian at as ketaksaan, dan (3) penilaian atas parafrasa yang betul.
Berdasarkan sejumlah pendapat di atas, teknik penelitian yang
digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini adalah seperti yang
berikut.
1) Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh jawaban atas
sejumlah pertanyaan tim peneliti tentang hal-hal yang telah dicantumkan dalam instrumen penelitian .
2) Perekaman
Perekaman ini digunakan untuk mendapatkan data lisan , baik itu data
terstruktur yang telah ditentukan pokok persoalannya maupun data
bebas (tak terstruktur) .
3) Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tertulis
sebagai data pendukung.
4) Teknik intuisi
Tim peneliti dalam penelitian ini sebagian besar mempunyai kemampuan berbahasa Banjar yang baik. Untuk itll, teknik intuisi ini
digunakan untuk mengecek data seperti yang disarankan Labov di
atas.
11
BAB II
elRI KATA MAJEMUK BAHASA BANJAR
Dalam bab ini diuraikan ciri kata majemuk bah as a Banjar menurut
bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis. Uraian dari ketiga ciri itu
tidak dapat dilepaskan dari tinjauan terhadap sistem bahasa Banjar secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pembahasan masingmasing ciri itu sedapat
mungkin dikaitkan dengan struktur bahasa Banjar, yang dalam hal ini
akan didasarkan kepada hasil penelitian yang telah ada.
2.1 Ciri Fonologi Kata Majemuk Bahasa Banjar
Seperti telah disinggung dalam Bab I bahwa bahasa Banjar mempunyai dua dialek, yaitu bahasa Banjar Kuala (BBK) dan bahasa Banjar
Hulu (BBH). Perbedaan yang meneolok dari kedua dialek itu ditemukan
pad a sejumlah kosakata dan pada jumlah bunyi vokal. Kata unda 'saya'
dan nyawa 'kamu' banyak digunakan oleh penutur BBK dan penutur
BBH akan mengatakan aku dan ikam; kata wayah ini 'saat ini' dan
bagaimana "bagaimana' dalam BBK akan dikatakan damini dan badimapa dalam BBH; dan masih banyak kata-kata yang lain yang berbeda.
Di samping itu, jumJah vokal dari kedua dialek itu berbeda. BBK
memiliki enam vokal, yaitu la/, Iii, lui, 101, lei, dan 1&1; sedangkan BBH
hanya memiliki tiga vokal, yaitu la/, Iii, dan lui. lumlah konsonan dan
diftong dari kedua dialek tersebut sarna, yaitu tujuh belas konsonan dan
tiga diftong. Ketujuh belas konsonan itu adalah Ib/, lei, Id/, Ig/, Ih/, Ij/,
Ik/, Ill, 1m!, Inf, Inf, Inf, Ip/, Ir/, lsi, It/, dan Iw/; dan diftong yang ada
meliputi lai/, lau/, dan luil (lihat Durasid dan Kawi, 1978:7; Hapip
dkk., 1978:280--49; Hapip, 1993:ix).
Perbedaanjumlah vokal tersebut akan berpengaruh terhadap variasi
dialektis pada struktur bunyi kata majemuk bahasa Banjar, terutama pada
12
sejumJah struktur kata majemuk dalam BBK yang dilafalkan secara
berbeda dengan BBH akibat penyesuaian vokal BBH itu sendiri. Kemungkinan penyesuaian pelafalan itu dapat diformulasikan seperti yang
berikut.
BBK
101 :
Isoto Banjarl
Ikompor gasl
!intalo tambukl
leI: Itasampuk panderl
Irambai Palemban I
Itamakan kesahl
I fJI : Iputri s& latl
Ik&aras kaju I
IkfJrtak hanyarl
BBH
luI : Isutu Banjarl
Ikumpur gasl
lintalu tambukl
/il : Itasampuk pandirl
Irambai Palimbanl
Itamakan kisahl
lal : Iputri salatl
lkaras kaju I
Ikartak hanyarl
Daiam bahasa Banjar, baik itu BBK maupun BBH tidak ditemukan
fonem suprasegmental. Walaupun ada dialek lokal (subdiaJek) yang
cenderung memanjangkan pelafaJan fonem konsonan pada posisi tengah,
misalnya Isipal > Isippal 'siapa' atau Ik£.manal > Ik£.mannal 'ke
mana', namun hal itu hanya untuk kepentingan tekanan kata pacta suku
akJlir, bukan untuk membedakan makna (Durasid dan Kawi, 1978:11).
Dalam hal yang sarna, tekanan juga tidak fonemis. Kata guring 'tidur',
misalnya, mungkin saja diucapkan dengan pola tekanan I guriUI atau
I guriU/ . Perbedaan tekanan pada kata itu tidak menyebabkan perbedaan
makna , tetapi hanya berkaitan dengan masalah kelaziman. Kelaziman ini
menunjukkan bahwa struktur kat a majemuk bahasa Banjar memiliki
kecenderungan berpola tekanan tertentu.
Dalam penelitian sebelumnya juga telah ditemukan struktur bunyi
kata bahasa Banjar. Dalam lumadi dkk. (1955:39--41) kata dasar bahasa
Banjar dapat diklasifikasikan menjadi lima macam, yaitu kata dasar yang
bersuku satu, bersuku dua, bersuku tiga, bersuku empat, dan bersuku
lima. Kelima jenis itu yang paling produktif adalah kata dasar yang
13
bersuku dua dan tiga. Masingmasing jenis kata dasar itu memiliki
sejumlah pola suku kata. Dan akhirnya, pola suku kat a itu tentu ada yang
tergambar pada kata yang menjadi komponen kata majemuk.
Berdasarkan karakteristik bunyi segmental dan suprasegmental tadi,
serta dikaitkan dengan data yang ada, ciri fonologis kata majemuk bahasa
Banjar dapat dideskripsikan seperti berikut.
l) Secara umum, tekanan primer kata majemuk cenderung jatuh pada
akhir dari komponen terakhir pembentuk kata itu .
Misalnya:
bini 'istri '
anum'muda'
Ibini anuml ' istri kedua, ketiga, dst.'
butuh 'alat kelamin lakiIaki'
bujang 'belum kawin'
Ibutuh bujanl 'nama kembang rumput'
saban tal 'satu bantal'
sapaguringan 'satu temp at tidur'
Isabantal sapagurinanl 'seperjuangan'
2) Dalam mengucapkan kata majemuk, kadangkadang ada fonem yang
hilang dari salah satu komponen kat a itu .
Misalnya:
pak 'bapak'
tuha 'tua'
Ipatuhal 'saudara lakiIaki tua ayahlibu/mertua
mak'ibu'
tuha 'tua'
Ipatuhal 'saudara lakilaki tua ayah/ibu/mertua'
3) Data menunjukkan ada perubahan pola suku kata.
pak 'bapak'
KVK
acil 'saudara muda ayah/ibu/mertua/orang seusia'
VKVK
14
/pakacil/ > /pakacil/ 'saudara JakiJaki muda
KVKVKVK
KVKVKVK ayahlibu/mertua/orang seusia'
mak'ibu'
KVK
acil 'saudara muda ayah/ibu/merrua/orang seusia'
VKVK
/makacil! > /makacil/ 'saudara perempuan muda ayah/
KVKVKVK
KVKVKVK ibu/merrua/orang seusia'
2.2 Ciri Morfologis Kata Majemuk Bahasa Banjar
Sebagai suatu kata, kata majemuk memiJiki periJaku morfoJogis
tertentu. Perilaku morfologis itu dapat dilihat pada konstruksi kata
majemuk maupun komponen pembentuk kata majemuk itu sendiri.
Pembicaraan periJaku morfologis dari kedua hal itu tidak terlepas dengan
masalah afiks .
Penelitian sebeJumnya telah ditemukan afiks bahasa Banjar.
Durasid dan Kawi (1978:1224) dan Hapip (1978:65) menyebutkan
bahwa bahasa Banjar memiJiki afiks sebagai berikut.
a) Prefiks, terdiri atas maN-, di-, ba-, ta-, sa-, paN-, dan ka- .
b) Infiks, terdiri atas -ar-, -ur-, -al-, dan -ul-.
c) Sufiks, terdiri atas -an, -i, -akan-, dan -nya.
d) Konfiks, terdiri atas ka-an, ba-an, dan paN-an.
Semua afiks itu secara potensial dapat melekat pada kata yang
menjadi komponen kata majemuk . Dengan demikian, ada sejumlah
komponen kat a majemuk yang berafiks .
Berdasarkan deskripsi dan analisis data. secara morfologis kata
majemuk bahasa Banjar menunjukkan ciriciri seperti yang berikut.
1) Ditinjau dari komponennya, kata majemuk bahasa Banjar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Ada sejumlah kata majemuk yang dimiliki dua komponen lang
sung, namun akibat memiliki derajad kepukalan yang tinggi
maka kedua komponen itu teras a satu, seperti kata matahari
dalam bahasa Indonesia.
15
Misalnya:
mak
acil
makacil
'ibu'
'saudara muda ayah/ibu/mertua'
'saudara perempuan muda ayahlibu/mertua.
pa
acit
pakacil
'bapak'
'saudara muda ayablibu/mertua'
'saudara lakiIaki muda ayah/ibu/mertua'
mak
tuha
matuha
'ibu'
'tua'
'saudara perempuan tua ayahlibu/mertua'
pak
tuha
paktuha
'bapak'
'tua'
'saudara lakiIaki tua ayah libu/mertua'
b. Ada kata majemuk yang terdiri atas dua komponen dan realisasi
nya komponen itu tetap terpisah . Kata majemuk dengan konstruksi ini paling produktif dalam bahasa Banjar.
Misalnya:
anak
kampang
anak kampang
apam barabai
'nama !rue'
'ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah '
'jenis !rue (apem)'
banyu
didih
banyu didih
'air'
'(men) didih'
'air beras yang direbus/ditanak
apam
Barabai
16
'anak'
'BT'
'anak haram'
butuh
rakungan
butuh rakungan
'kemaluan lakilaki'
'kerongkongan'
'pita suara'
ba/imbing
tunjuk
balimbing tunjuk
'belimbing'
'(jarijari) tunjuk'
'jenis belimbing'
c. Kata majemuk yang terdiri atas riga komponen.
Misalnya:
maling
'pencuri'
kapala
'kepala'
hirang
'hitam'
mating kapala hirang
'pencuri manusia'
wadai
hamparan
torak
wadai hamparan tatak
'kue'
'hamparan'
'potong'
'nama !rue'
iwak
biji
nangka
iwak biji nangka
'ikan'
'biji'
'nangka'
'jenis ikan'
inlalo
mala
intalo mala sapi
'telur'
'mata'
'jenis telur dadar'
bisui
maangkql
tanah
bisul maangkat tanah
'bisul'
'mengangkat'
'tanah'
'saat bisul sangat sakit'
...,
I
d. Kata majemuk yang terdiri atas empat komponen.
Misalnya:
wadai
pacah
di
itat
wadai pacah di ilat
'kue'
'pecah'
'kata tugas (KT)'
'lidah'
'kue yang rasanya sangat lezat'
rumah
saldt
ulin
Banjarmasin
rumah sakit ulin Banjarmasin
halus
sasak
di
lawang
halus sasak di lawang
waja
sampai
ka
puting
waja sampai ka puling
'rumah'
'sakit'
'jenis kayu'
'nama kota'
'nama rumah sakit di'
'kecil'
'sesak'
'KT'
'pintu'
'orang gemuk dan besar'
'besi baja'
'sampai'
'KT'
'ujung'
'tidak menyerah kepada
hambatanJrintangan'
2) Komponen pembentuk kata majemuk merupakan komponen yang tak
terpisahkan, sehingga di antara komponen itu tak dapat disisipi kata
lain. Penyisipan kata lain di antara komponen itu menyebabkan kat a
majemuk menjadi frasa.
Misalnya:
18
Kata Majemuk
Frasa
urang 'orang'
halus 'keciJ'
urang 'orang'
halus 'kecil'
urang halus
urang nang halus
'makhluk gaib'
'orang berbadan kecil'
gumbili 'ubi'
Nagara 'nama kota'
gumbili 'ubi'
gumbili Nagara
Nagara 'nama kota'
gumbili dan Nagara
'jenis ubi'
'gumbili yang didatangkan dari
Nagara'
inlalo 'telur'
tambuk 'bodoh'
intalo 'telur'
tambuk 'bodoh'
intalo tambuk
intalo nang tambuk
'telur busuk '
'telur yang bodoh'
karas 'keras'
karas 'keras'
hati 'hati'
hati 'hati'
karas nang hati
karas hati
*
'sulit dinasihati'
'yang keras bagian hati bukan
yang lain'
kambang 'kembang'
guyang 'goyang'
kambang 'kembang'
guyang 'goyang'
kambang guyang
kambang nang guyang
'hiasan di kepala'
'kembang yang goyang'
3) Sebagai komponen tak terpisahkan, dalam konstruksi unsur kata juga
tak terbaJikkan. PembaJikan komponen konstruksi itu akan menye
babkan perubahan makna, atau justru konstruksi itu menjadi tidak
gramatikal.
19
Misalnya:
laki tuha 'suami pertama'
> tuha laki 'usia suami
suami tua
lamah bulu 'penakut'
lebih tua daripada istri'
> bulu!amah 'rambut yang
lemah rambut
cina loleng 'cina totok'
lembutltidak keras'
> loleng cina *
cina BT
man is dagingan 'alergi'
> dagingan manis *
manis daging
batu lima 'nama objek wisata'
batu lima
>
lima batu
'lima buah batu'
4) Dalam bahasa Banjar dijumpai sejumlah kata majemuk yang dibentuk
dari katakata tertentu sebagai unsur utama. Beberapa contoh bentuk
an kat a itu adalah sebagai berikut.
a. Kata majemuk yang dibentuk dari kat a hantu 'hantu'.
Misalnya:
hantu babinian
hantu perempuan
hantu bajalan
hantu berjalan
hantu laldan
hantu lakilaki
hantu rumah
hantu rumah
hantu makan
hantu makan
hantu guring
hantu tidur
hantu buku
hantu buku
hantu duwit
hantu uang
20
'sebutan untuk lelaki yang
suka berganti ganti perempuan'
'sebutan untuk orang yang suka
keluyuran'
'sebutan untuk wanita yang
suka bergantiganti lakilaki'
'sebutan untuk orang yang
jarang keluar rumah'
'sebutan untuk orang yang
rakus'
'sebutan untuk orang yang suka
tidur'
'sebutan untuk orang yang kutu
buku'
'sebutan untuk orang yang
rakus uang'
b. Kata majemuk yang dibentuk dari kata wadai 'kue'.
Misalnya:
wadai satu
kue satu
wadai itat sapi
kue lidah sapi
'jenis kue yang terbuat dari
nasi yang dikeringkan, digerus,
dan dicampur gu\a'
'jenis kue yang terbuat dari
tepung terigu dan gula y,mg
. d ibentuk seperti lidah sapi'
wadai patah
kue patah
'jenis kue yang terbuat dari
terigu yang biasanya dimakan
dengan belondo'
wadai pacah di itat
kue pecah di lidah
'jenis kue yang rasanya sangat
lezat'
wadai hamparan tatak
kue hamparan potong
'jenis kue yang terbuat dari
pisang, terigu, dan kelapa. yang
dibentuk secara ber/apis'
wadai susunduklawang
kue kancing pintu
'jenis kue yang terbuat dari
tepung beras dan gula yang
dipepes secara memanjang'
c. Kata majemuk yang dibentuk dari kata raja.
Misalnya:
raja babangun
raja bangkit
raja sahari
raja sehari
'nama kembang (cocor bebek)'
'pengantin'
21
raja iwak
raja ikan
'ikan paling besar/lezat'
raja kesah
raja cerita
'pintar bercerita'
raja pandir
raja berbicara
'pintar berbicara'
raja babinian
raja perempuan
'sebutan untuk orang lakilaki
yang suka main perempuan'
5) Dalam bahasa Banjar ditemukan konstruksi kata majemuk yang
komponennya juga berupa kata majemuk . Kata Majemuk itu mung
kin sebagai komponen pertama atau kedua. Ternyata, dari kedua
kecenderungan itu, komponen kedualah yang paling produktif.
Berikut ini merupakan beberapa contoh konstruksi kata majemuk
yang komponen keduanya berupa kat a majemuk .
22
kambang karak nasi
kembang kerak nasi
'nama bunga
maling kapala hirang
maling kepala hitam
'pencuri manusia'
bisul maangkut nanah
bisul mengangkut nanah
'saat bisul sangat sakit'
sampida mutur bebek
sepeda motor bebek
'jenis sepeda motor'
hasrat urang anum
has rat orang muda
'napsu birahi'
Oi bawah ini beberapa contoh konstruksi kata majemuk yang komponen pertama berupa kata majemuk .
rumah sakit ulin Banjarmasin
lapangan tarabang Samsuddinoor
(rumah sakit Ulin Banjarmasin)
'nama lapangan terbang di
Kal imantan Selatan'
6) Oi samping kata majemuk, ditemukan juga kata ulang sebagai salah
satu komponen konstruksi kata majemuk .
Misalnya:
ganal-ganal gadang
besarbesar pisang
nyaman-nyaman ngalih
gampanggampang susah
tatamba bibis
obat maag
sisingut kucing
kumis kucing
jujuluk langit
penjolok langit
wadai susunduk lawang
kue palang pintu
tatampar puki
(alat untuk menampar
kemaluan wanita)
cacing galang-galang
cacing gelanggelang
'sebutan untuk orang
yang berbadan besar tetapi tidak
cer das '
'sesuatu seperti mudah
dikerjakan tetapi sekaligus juga sukar'
'makanan sekedar untuk
mengganjal perut lapar'
'tanaman yang dapat
digunakan mengobati penyakit kencing
batu'
'sebutan untuk orang
berbadan sangat tinggi'
'nama kue sejenis
nagasari'
'nama ikan'
'cacing besar'
7) Oalam bahasa Banjar ditemukan konstruksi kata majemuk yang
komponennya berprefiks dan bersufiks.
a . Komponen kata majemuk yang berprefiks
Misalnya:
23
landasan
ulin
landasan ulin
'landasan'
'nama kayu/kayu besi'
'nama daerah di Kotif Banjarbaru'
tasampuk
pander
tasampuk pander
'ketemu'
'pembicaraan'
'bersesuaian pendapat/kehendak'
tamakan
kesah
tamakan kes