Project Working Paper Series No. 01 Konflik-Konflik Kekuasaan dan Otoritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi Tata-Kelola Pemerintahan Desa: Investigasi Teoretik dan Empirik
Project W orking Paper Series No. 01
K onf l ik- K onf l ik Kekuasaan dan O toritas Kelembagaan
Lo k al dalam Reformasi Tata- K elola Pemerintahan
D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
Pe n u l i s :
A rya Hadi D harmawan
Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan-IPB
Bekerjasama dengan
Kemitraan bagi Pembangunan Tata Pemerintahan di Indonesia
Konflik-Konflik Kekuasaan dan Otoritas Kelembagaan
Lokal dalam Reformasi Tata-Kelola Pemerintahan D esa:
Investigasi Teoretik dan Empirik
Pe n u l i s:
A rya Hadi D harmawan
Lay o u t d an D esig n Sa m p u l :
D y a h I t a M . d an H u sain A ssa' d i
Diterbitkan pertama kali, M ei 2006
Oleh
Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB
Bekerjasama dengan
Kemitraan bagi Pembangunan Tata Pemerintahan di Indonesia-UN D P
Kampus IPB Baranangsiang
Ged ung Utama, Bagian Selatan, Lt. Dasar
Jl. Raya Pajajaran Bogor 16151
Telp . 62-251-328105/ 345724
Fax. 62-251-344113
Email. pspipbfoindo.net.id
Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
I S B N : 979- 8637- 32- 1
K A T A PEN G A N T A R
Kebijakan O to n o m i Daerah ( O TD A ) adalah keputusan p o litik yang menjadi tonggak
p enting sejarah sistem tata-pengaturan dan pemerintahanzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPO
(governance and government
system) d i
Indo nesia.
Und ang-Und ang
no .
32/ 2004 yang
melegitimasi
O TD A ,
merupakan p ro d uk hukum yang pantas d isambut baik o leh semua p ihak, karena
memberikan platform yang jelas pada penegakan kedaulatan lo kal, keberdayaan d an
kemand irian lo kal, kesejahteraan sosial, partisipasi masyarakat d an demo krasi dalam
pengelolaan ad ministrasi dan pembangunan.
Sebagai inno v asi d i bid ang p o litik-p emerintahan yang bertujuan mengoreksi dan
mend eko nstruksi sistem pemerintahan sentralistik yang cenderung negara-sentris, maka
O T D A memerlukan w aktu yang mencukup i untuk menyesuaikan d iriny a dengan
realitas tatanan-sosial sistem kemasyarakatan d i Indo nesia. Pada tataran lo kalitaspun,
o to no m i desa (sebagai penjabaran O TD A ) menghadapi sejumlah kendala struktural
kelembagaan,
so sio -kultural,
dan
p o litik-lo kal
u ntu k
bisa
mew ujud kan
tata-
p emerintahan desa yang m and iri d an kuat. A lih-alih sebuah pengaturan desa yang
efektif d an baik (good governance), sind ro ma ketergantungan p o litik dan eko no mi,
ketidakberdayaan
dan
hegemo ni
pemerintah
keleluasaan p emerintah lo kalitas (desa).
pusat
tetap
saja
membelenggu
A kibatny a, desa beserta pemerintah desa
sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mengemban operasionalisasi pemerintahan
pada hierarkhi terendah dalam tata-pengaturan ad ministrasi d an pelayanan p ublik,
menghadapi ancaman kegagalan kelembagaan.
Studi-aksi " partnership-based rural governance reform" (pembaharuan tata-pemerintahan
desa berbasiskan
kemitraan) mencoba untuk menjaw ab berbagai
persoalan yang
d ihad ap i d alam proses o to no misasi desa menggunakan pendekatan jejaring parapihak (kemitraan). Studi-aksi in i berusaha menjawab pertanyaan tentang bagaimana
fo rmat pembaharuan (revitalisasi d an reko nstruksi) sistem pemerintahan desa agar
secara institusio nal d an organisasional, pemerintah desa berjalan efektif, transparan,
akuntabel,
controlable,
dan
mamp u
mew ujud kan
cita-cita
kemand irian
dan
kew ibaw aan lo kal.
Studi-aksi yang dilaksanakan oleh Pusat Stud i Pembangunan Pertanian d an PedesaanLPPM IPB d an Kemitraan bagi Pembangunan Tata Pemerintahan d i Ind o nesia-UN DP
ini, d ilakukan dalam beberapa tahapan. Tahap I adalah investigasi em p irik (riset)
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif (survai) d an pendekatan kualitatif atau
no n-survai
(indepth
interview, focus group
diseussion, observasi
m eng him p un info rm asi d an data faktual d ari lapangan.
lapangan)
dalam
Lima p ro v insi d itetapkan
sebagai daerah co nto h yaitu: Nanggroe A ceh Darussalam, Sumatera Barat, Jawa Barat,
Bali d an Papua.
D i masing-masing
p ro v insi yang m em iliki
p emerintahan khas i tu , d itetapkan sebuah
persoalan
ketata-
kabupaten co nto h d imana d i setiap
kabupaten d itetap kan dua desa lokasi studi-aksi secara p urp o sif.
Pada tahap I , d ip ero leh hasil berupa gambaran atau peta po tensi serta permasalahan
tata-pemerintahan daerah d an lokalitas (desa) secara cepat namun elear. Kegiatan riset
iii
K onf l ik - K onf l ik K ekuasaan dan O toritas
Kelembagaan
Lokal dalam
Reformasi
Tata-
K elola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
yang
d ijalankan pada
tahap
I melip uti
sejumlah
bid ang
ilm u
yang
relevan,
diantaranya kelembagaan p emerintahan, p o litik desentralisasi, jender d an ko m unikasi
ad ministratif,
eko no m i
lo kal,
pengembangan
w ilayah,
eko no m i
rumahtangga
pedesaan, proses-proses kebijakan, serta kelembagaan d an pengelolaan sumberdaya
alam/ agraria.
Kegiatan
pada
tahap
I menghasilkan
sejumlah
hasil p enelitian
sementara yang d id o kumentasikan padazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
W orking Paper Series i n i . Tahap II studi-aksi
berupa investigasi persoalan-persoalan pemerintahan d i tingkat lo kalitas (desa) d an
penggalian alternatif solusi yang layak d ijalankan secara o perasio nal. Sebuah rencana
operasional tentang reko nstruksi dan revitalisasi tata-pemerintahan lo kalitas (desa)
disusun secara p artisip atif sesuai ketersediaan anggaran d an w aktu, pada tahap i n i .
Tahap III adalah tahap penguatan kelembagaan d an kapasitas sumberdaya manusia
(SDM )
d alam
tata-pemerintahan
lo kalitas
(desa).
Tahap
IV
berupa
kegiatan
pend ampingan d an perbaikan proses-proses pembelajaran serta kegiatan p raktikal d i
tingkat lo kal sebagai tind ak-lanjut kegiatan penguatan kelembagaan d an kapasitas
SD M . Tahap V adalah pengamatan jalannya p end amp ingan d an d o kumentasi proses
pembelajaran
sebagai upaya untuk meng ump ulkan pengalaman
lapangan (lessons
learned). Tahap V I adalah proses pertanggungjaw aban p u b lik atas apa yang telah
d ijalankan d i lapangan, berupa lo kakarya d an seminar d i ting kat kabupaten d imana
studi-aksi d ilaksanakan. Tahap V II adalah proses akumulasi keilmuan d i bid ang tatapemerintahan lo kalitas (desa), yang d ipand ang d ari berbagai bid ang -ilmu, d alam
bentuk p enulisan sebuah b u ku .
Diharap kan, buku tersebut berguna menjad i salah
satu sumber rujukan untuk proses penataan pemerintahan desa-desa d i Ind o nesia d i
kemud ian hari.
Singkatnya w aktu yang tersedia bagi kegiatan studi-aksi (enam bulan efektif selama
tahun 2006), jelas menjad i pembatas
yang sig nifikan bagi para p eneliti untuk
mengembangkan gagasan secara lebih leluasa.
N am u n, rentang-w aktu yang singkat
bukan berarti mengurangi nilai kualitas tulisan yang d isajikan d alam makalah i n i .
A khir kata semoga working paper i n i memberikan masukan d an info rm asi yang
bermanfaat
mengenai
pelaksanaan
um um ny a bagi semua p ihak.
Salam kemitraan,
D r. A rya H ad i Dharmaw an
Ketua Ti m Stud i-A ksi
o to no m i desa khususnya
atau
O TD A
pada
D A FT A R ISI
Halaman
Kata Pengantar
ui
v
D af tar Isi
h
PEN D A H U LU A N
1.1. Latar Belakang M asalah d an Ko nsep tualisasi Gagasan
1
1.1.1. M e m p e rtany akan Kebijakan O t o n o m i D aerah sebagai
Platform O t o n o m i Lo kalitas (Desa)
1
1.1.2. O t o n o m i Lo kalitas (Desa) d an Jebakan Keterg antu ng an
2
1.1.3. O t o n o m i Lo kalitas (Desa) d an Jebakan K o n f l i k V ertikal
4
1.1.4 Ko nsep tualisasi O t o n o m i Lo kalitas (Desa)
2.
8
1.2. T u ju an d an M an f aat Stud i-A ksi
13
1.3. Ru ang Li n g k u p Stu d i d an M e to d o l o g i
14
K E R A N G K A K O N SEP T U A L
2.1. Desa sebagai Entitas So sial: Pand ang an d ari Beberapa Persp ektif...
16
2.2. Desa sebagai Social Container. D i l e m a d an K o n f l i k Eksistensial
18
2.3
19
Desa sebagai A rena Pertarung an O to ritas Kelem bag aan
2.4. Desa sebagai Ko nsep Pem erintahan Lo kalitas: Ko nstelasi Beragam
Keku atan Peng aruh
3.
24
R E FO R M A S I T A T A - P E M E R I N T A H A N D ESA
3.1. Pem erintah Desa d alam Verspckt'i f Actor-Onented
Theory
27
3.2. M e w u ju d k an Good Rural Governance System
30
3.3. Isy u-Isy u K r i ti k al Pem baharuan Tata-Pem erintahan Desa
32
3.3.1. M asalah Stru ktu ral- Institu sio nal d an Po l i ti k o - Ku l tu ral
3.3.2. Isy u-Isy u K ri ti k al Tata-Pem erintahan Gampong
32
d i N ang g ro e
A c eh D arussalam ( N A D )
35
3.3.3. Isy u-Isy u K ri ti k al Tata-Pem erintahan Nagari d i Ranah
M in an g kab au
38
3.3.4. Isy u-Isy u K ri ti k al Tata-Pem erintahan Desa d i Jaw a Barat
4.
41
3.3.5. Isy u-Isy u Kri ti k al Tata-Pemerintahan "Desa D i n as" d i Bali....
42
3.3.6. Isy u-Isy u K ri ti k al Tata-Pem erintahan Kampung
45
d i Papua
P EN U T U P
Reko nf ig u rasi Keterlib atan Para Pihak u n tu k Good Rural
Governance
System
47
D af tar Ru ju kan
49
1
PEN D A H U LU A N
1.1.
Latar Belakang M asalah d an Ko nsep tualisasi Gagasan
1.1.1. M e m p e rtan y ak an Keb ijakan O t o n o m i D aerah sebagaizyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUT
Platform
O t o n o m i Lo kalitas (Desa)
Kebijakan " O t o n o m i Daerah" ( O TD A ) sebagaimana gagasannya tertuang pada
U n d an g U n d an g ( U U ) no . 22/ 1999 d an revisinya pada U U no . 32/ 2004
tentang "Pemerintahan Daerah" menjad i salah satu land asan p erubahan sistem
tata-p engaturan atau tata-pemerintahan (governance system) yang p enting d alam
sejarah
p em bang unan
p o litik d an pengelo laan
ad m inistrasi p em erintahan
secara nasio nal. U U tersebut merup akan kep utusan yang pantas d isam but baik
o leh semua
secara
p ihak, nam u n sekaligus juga p erlu d iam ati p erkembangannya
seksama, d ievaluasi d an selalu
d ikritisi
secara terus-menerus
agar
imlementasiny a tid ak m eny im p ang d ari " r u h " atau id eo lo g i (kesetaraan para
p ihak p em ang ku kekuasaan, kem and irian, kesejahteraan sosial, d emo kratisme,
p artisip asi, keberdayaan masyarakat, tata-kelola p em erintahan yang baik) yang
d ip erjuang kanny a.
D alam ko nsep nya, O T D A (sesuai U U no . 22/ 1999 d an p eny emp urnaanny a
pada
UU
no .
32/ 2004)
secara
eksplisit
ataup un
im p lisit
menged ep ankan cita-cita penegakan p rinsip -p rinsip demokratisme
hend ak
(kesetaraan,
kesejajaran, etika-egalitarianisme), keunggulan lokal, k o m i tm e n pada rule of the
game y ang telah d isep akati, apresiasi terhadap keberagaman, p rinsip bottom-up,
desentralisme administratif
berkem am p uan
yang elegan dan
mengatasi
persoalan
berwibawa
d i ting kat lo kal serta
r i i l . d i lap angan,
penghargaan
pada
prakarsa serta hak-hak p o litik masyarakat lo kal, kem and irian d an ked aulatan
sistem
so sial-eko no mi
lo kal
serta
pembebasan
d ari
segala
b entu k
keterg antung an so sial-p o litik pada semua p ihak. Salah satu aspek p enting d ari
good-governance principle,
y aitu
control
of
yang
power
d iw u ju d kan
o p erasio nal d alam p rinsip transparansi ketata-pemerintahan d an
secara
akuntabilitas
(pengelolaan keuangan) publik juga menjad i salah satu ciri-utama U U tersebut.
D alam ko nteks efektiv itas capaian atau kinerja U U terhad ap pencapaian citacita d esentralisme, perso alan yang segera m u nc u l ad alah: apakah keseluruhan
isi U U d apat segera m am p u mew ujud kan cita-cita tersebut pada aras lo kal
(desa)? A p akah sesungguhnya LJU no . 32/ 2004 m em b erikan lo kalitas (desa)
benar-banar
kekuasaan
d an
kew enangan
yang
o to n o m
d alam
mengatur
rumahtangganya? D alam setting geo -so sio -kultural ko m u nitas desa y ang sangat
beraneka, d ap atkah U U no . 32/ 2004 bekerja secara ef ektif m ew ujud kan citacita lu h u r tersebut bagi masyarakat lo kal? Jika jaw abannya "tid ak atau b elu m
terjad i", maka hal-hal apakah yang p erlu d ip erbaiki?
K onf lik-K onf lik Kekuasaan dan Otoritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataKelola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
Stud i i n i secara u m u m akan mengarahkan p erhatianny a pada upaya menjaw ab
pertanyaan
di
atas.
U n tu k
d apat
menjaw ab
d engan
semp urna
semua
pertanyaan tersebut, maka investigasi teo retik d an e m p irik ( m elip u ti: kajian
d e d u ktif teo retik, kajian i n d u k ti f em p irikzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
via pemetaan p o la tata-pengaturan
desa. p emahaman
perso alan lo kal, d an aeercisc atas beberapa alternatif i ita
p em erintahan desa yang p aling layak secara io kaij sepantasnya d ilaku kan
Gagasan
d iarahkan
pada
memberd ayakan
d an
d alam
p o litik
atmo sfer
hubung an
fo kus
p erhatian
"tata-p emerintahan
m e m an d irikan " entitas
O TD A ,
dengan
antar-hierarkhi kekuasaan
desa
tetap
memelihara
d an w ew enang
d alam
yang
lo kal
so sial-kemasyarakatan
harmo nisasi
p em erintahan
daerah. D alam hal i n i p erlu d itegaskan bahw a U U no . 32/ 2004 d iasum sikan
sebagai given-factor yang keberadaannya
tid ak bisa d ielakkan atau d ih in d ari.
Segala upaya p erbaikan terhad ap kapasitas keberdayaan d an ked aultan lo kalitas
(desa) harus d id asarkan pada platform U U no . 32/ 2004 d an p erangkat h u k u m
d ibaw ahny a.
1.1.2. O t o n o m i Lo kalitas (Desa) d an Jebakan Keterg antu ng an
D alam
sejarah
tata-p emerintahan
di
Ind o nesia,
o to n o m i
yang
asli.
sesungguhnya berada d an telah berlangsung sejak lama d i aras lo kalitas, d an
bukan d i aras Kabup aten atau Ko ta sebagaimana yang d iketahu i o rang saat i n i .
Mengapa?
karena
p eng aturan
atau
pengo rganisasian
kehid u p an
sosial
kemasyarakatan telah berlangsung d i aras lo kalitas sejak "jau h h ari " sebelum
perangkat-perangkat
d ib entu k
o leh
o rganisasi
pusat
"sup ra
l o k al "
( A no ny m o u s, 2006).
D alam
p emerintahan
kekuasaan
p em erintah
di
ting kat
kerangka p eng aturan kehid u p an sosial-kemasyarakatan yang o to n o m tersebut,
ko m u nitas lo kal m em b entu k kesatuan masyarakat hukum adat d engan berbagai
nama asli y ang beragam-ragam
Nagari
d ikenal
M inang kab au ,
sebagai
Pakraman
d i A ceh. Kesatuan
sesuai setting bud aya d aerah
tata-p emerintahan
asli
bagi
d i Bali, Ondoafi (andtwapi)
masing-masing.
lo kalitas
di
ranah
d i Papua, d an Gampong
masyarakat adat yang m em b entuk kesatuan
masyarakat
h u k u m tersebut d ib ang u n berd asarkan asal-usul lelu hu r secara tu ru n- tem u ru n
d i atas suatu w ilay ah adat yang m e m i l i k i ked aulatan atas tanah d an kekayaan
alam d i d alam d an d i atasnya. Kesatuan masyarakat h u k u m
meng embang kan
perangkat kelembagaan
u ntu k
adat tersebut
mengatur d an
m em enu hi
kebutuhan-kebutuhan kehid u p an masyarakatnya- N am u n , sebagaimana telah
d ikem u kakan o leh banyak stud i terd ahulu, kelembagaan
masyarakat
hukum
adat
meng alami
p em ing g iran
adat d an kesatuan
(marjinalisasi)
d an
p enghancuran-kelembagaan y ang sangat sistematis sejak d iu nd ang kanny a U U
no . 5/ 1979 tentang p em erintahan daerah (sebelum d iko reksi o leh U U no .
22/ 1999), y ang menyeragamkan ko nsep tata-p emerintahan lo kalitas d i seluruh
Ind o nesia d engan ko nsep
desa ala Jawa (lihat Syafa'at, 2002).
Pengenalan
ko nsep desa sebagai satu-satunya sistem p em erintahan lo kalitas telah men-
K onf lik- K onf lik Kekuasaan dan Otoritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataKelola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
displacezyxwvutsrponmlkjihgfedcbaYWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(melemp arkan) keberadaan kelembagaan adat y ang sesunguhnya
kekuasaan d an o to ritasny a masih sah secara trad isio nal.
Berangkat
d ari
semangat
u ntu k
mereko nstruksi
p u ing -p u ing
kehancuran
kesatuan masyarakat h u k u m lo kalitas (adat), maka U U no . 22/ 1999 d an U U
no . 32/ 2004 berupaya mengembalikan kedaulatan
pasal-pasal
melepaskan
d iriny a d ari ko nsep
p em erintahan
lo kalitas
lokal itu m elalui
hukum
p em erintahan desa. M eski, tata pengaturan daerah
lo kal,
tam p ak m eno njo l
d iterim any a
UU
pemerintah-desa
nam u n semangat
u ntu k
tid ak d apat
sebagai pusat
kekuasaan
kembali kepada p engaturan
pada U U no . 32/ 2004.
Sebenarnya d engan
no . 32/ 2004 sebagai given-and-agreed rcgulating
institution
seperti i tu , maka kebijakan O T D A sudah berada pada jalur yang benar u ntu k
mengapresiasi
"ked aulatan
lo kalitas" sebagai
w ilayah
o to no m i-asli d alam
menata, mengelo la, d an menentukan tatanan p eng ad ministrasian segala urusan
yang m eny ang kut interaksi w arga negara d an kesatuan sosialnya d an w arga
negara
d engan
negaranya.
sebagai satu-satunya
ko nflik
antar
Bagamanakah
yang
masih
Persoalannya,
d engan
o to ritas
kelembagaan
konsep pemerintahan-desa
yang d itaw arkan, maka
system of government
segera
tamp ak
di
upaya m em and irikan d an mensejahterakan
m eng akui eksistensi
sistem
pengaturan
p o tensi
d epan
mata.
masyarakat lo kal
adat
d alam b ing kai
p em erintahan desa ala Jawa? A rtiny a, sejauhmana ked aulatan lo kal (termasuk
ked aulatan adat) bisa d iterjemahkan d alam bahasa ked aulatan desa, sebagai
satu-satunya sistem tata-p emerintahan ting kat lo kalitas yang sah m enu ru t U U
n o . 32/ 2004? Bagaimana cara mentransfo rmasikan kep enting an-kep enting an
(termasuk kep enting an adat) d alam pengaturan lo kalitas kepada kelembagaan
tung g al yang d i p i m p i n o leh Kepala Desa dengan perangkatnya itu?
Berp ijak pada cita-cita keberd aulatan d an o to n o m i lo kalitas i tu , U U no .
32/ 2004,
p engakuan
(meski
masih
"ked aulatan
meng and ung
desa"
beberapa
secara eksplisit
pertanyaan)
pada
pasal
menegaskan
200-216
serta
p enajamannya pada Peraturan Pemerintah (PP) no . 72/ 2005. D alam U U d an
PP tersebut, juga d itegaskan platform bagi penyelenggaraan sistem ad ministrasi
p em bang unan yang m em u ng kinkan setiap stakeholder mengaktualisasikan citacita p encap aian derajat kead ilan d an kesejahteraan
so sial-eko no mi yang lebih
baik (better and sustainable sodo-cconomtc Standard oj living)
secara m and iri d an
bersama-sama, mengatur rumahtangga desa secara m and iri, m enjalin jejaring
kerjasama
desa,
menggali
m em p erjuang kan
kelestarian
berkelanjutan
{sustainable
sumber
keuangan
sumberdaya
natural
alam
resources and
desa
d an
m and iri,
ling ku ng an
environment)
serta
yang
secara asp iratif
(lihat pasal 209-211 U U no . 32/ 2004).
Deng an d em ikian, ko nsep o to no misasi lo kal (desa) sebagaimana gagasannya
tertuang pada U U no . 32/ 2004 sebenarnya telah m em berikan landasan yang
memad ai bagi semua p ihak (d i desa) u ntu k menjalankan sistem p embang unan
K onf l ik - K onf l ik K ekuasaan dan O toritas Kelembagaan Lokal dalam Ref ormasi TataK elola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
y ang zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
demokratis-partisipatif,
inklusif-kolektivistik,
serta tu m b u h n y a semangat
collegiate-participatory
k o n f l i k d iam etral antar p ih ak) .
tetap
menjunjung
p em u tu san
harm o nis
development,
tinggi
p elu ang
terjad iny a
Pada saat y ang bersamaan U U n o . 32/ 2004
asas perbedaan
kebijakan.
(m enekan
M e m an g ,
d an
pandangan
sejumlah
p lu ralism e
p erso alan
"tetap
d alam
d i b i arkan
m eng g antu ng ", d alam hal i n i , terutam a berkenaan d eng an fu ng si p em er/
desa sebagai " tu m p ah an segala u ru san" yang seharusnya m enjad i urusan
kew enang an p e m e rintah supra-desa (kabup aten).
.
Sementara i t u , p em erintal
desa " d i b i a r k a n " tetap d alam ketid akberd ay aan secara f inansial d eng an segala
m ac am tu ntu tan- kew ajib an y ang harus d iselesaikannya.
Jika
o to n o m i
lo kalitas
( u n tu k sementara)
d isep akati
m e n g am b i l
b e n tu k
sebagaimana f o rm atn y a terc erm in d alam pasal-pasal 200-216 U U n o . 32/ 2004
( o to n o m i desa), maka m u n c u l p ertany aan b eriku tny a, m a m p u k a h U U
32/ 2004
d an
PP
no .
72/ 2005
tentang
desa
ked au latan- d an- kem anid irian
Pem erintahan
sep enuhny a
Desa
no .
m e n jam i n
( k e m an d i ri an
d alam
p eng am b ilan kep u tu san, p end anaan, p eng elo laan lo kalitas)? D ap atkah semua
p rasyarat p e m b ang u nan d i ranah ad m inistrasi p u b l i k desa tersebut d ijalankan
d eng an
b aik sesuai cita-cita o t o n o m i lo kalitas (desa)? Benarkah
p em erintahan
desa
y ang
p o sisi-so sio lo g isny a
"berad a
d alam
o rg anisasi
p erang kap
b iro krasi p e m e rintahan p usat d an kab u p aten" m a m p u m em b eb askan
d an m e w u ju d k an segala cita-cita keberd ayaan
secara ko n stru ktif ?
"jebakan-jebakan
rigid
d an ked au latan
d irin y a
lo kalitas/ d esa
A d akah p o tensi k o n f l i k y ang m u n c u l akib at
bekerjany a
b io krasi" via aturan-aturan y ang sangat m e ng ikat serta secara
d i te n tu k an o leh p e m e rintah "atas desa"? Strateg i
d isu su n u n t u k m em b erd ay akan
d an m eneg u hkan
ap akah y ang
harus
o t o n o m i lo kalitas (desa)
sesuai cita-cita d an selaras d eng an U U 32/ 2004?
1.1.3. O to n o m i Lok al itas (D esa) dan Jeb ak an K o n f l i k V e rti k al
Sebagai
kep u tu san
sesungguhnya
i n n o v a ti f
di
b id ang
b e rtu ju an u tam a m eng o reksi
p o l i ti k - p e m e ri n tah an ,
d an
m e n d e ko n stru ksi
O TDA
id eo lo g i
'"sentralism e-o to ritarianism e" sebagaimana m ekanism eny a telah berjalan
pad a
sistem p em erintahan O rd e Baru ( O RBA ) sejak 1966-1998. Perso alanny a, " r u h
sentralism e" y ang telah b eg itu lama m end arah-d ag ing d alam sistem b iro krasi
d an tata-p em erintahan
o leh
m asih
sebuah
nasio nal, su lit u n tu k d ihap u skan secara
u nd ang - u nd ang
bany ak
hal-hal
y ang
w aktu
m e w u ju d kan
tu n tu tan tatanan-so sial
Ind o nesia
( k e m an d i ri an
d aerah,
d ip erd eb atkan.
m e m e rlu kan
governance).
y ang
p em erintahan
c u ku p
lo kal,
p anjang
sistem
y ang
O leh
u n tu k
serta-merta
d id alam n y a p u n
karena
i tu ,
sam p ai
p ad a
kemasy arakatan
y ang
d em o kratism e,
p artisip asi
O TDA
cita-cita
b aru
p ublik,
di
good-
D al am p erjalananny a, im p lem entasi ko nsep O T D A b ahkan tid ak
sed ikit m eng had ap i halang an, kend ala serta p erso alan-p erso alan
stru ktu ral d an
k u l tu ral p ad a tin g katan im p lem entasi, y ang besarannya berag am
m e n u ru t
K onf lik- K onf lik Kekuasaan dan O toritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataKelola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
kaw asan,zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
setting eko sistem, setting latar-belakang sosio-budaya d an setting sistem
sosial-kemasyarakatan
p eng aruh
setempat. A rtiny a setting geo -so sio -kultural memberikan
sangat berarti bagi
efektivitas imp lementasi
UU
Pemerintahan
Daerah i tu send iri.
D alam pada i tu , penataan sistem tata-p emerintahan baru yang bero rientasikan
d esentralisme d i ting kat kabupaten,, ko ta, juga menghad ap i
struktural
(termasuk
kelembagaan),
ku ltu ral,
persoalan-persoalan
p siko lo g ikal,
d an
tata-
ad m inistratif meny ang kut "hu b u ng an antara p em erintah kabupaten/ ko ta d an
p em erintah desa-desa" d i baw ahnya.
W ew enang yang m elim p ah d i ting kat
p em erintah kabup aten, sebagai akibat d iberlakukanny a O T D A , justru telah
menyebabkan
akumulasi
m u nc u lny a gejala baru
kekuasaan
yang
berupa
di
berlebihan
" resentralisasi"
ting kat
d an
kekuatan
o to ritas-kabup aten/ ko ta.
A kib atny a, kem and irian desa (sebagai w ilay ah-ad ministrasi d i baw ah hierarkhi
kabup aten) kem bali meng alami ' Rekapitalisasi kekuasaan" , d im ana desa "gagal"
m end ap atkan
d u ku ng an modal-politikal
d an modal-kultural
yang d ip erlukan
bagi tu m b u hny a sistem p engaturan desa yang m and iri d an berw ibaw a. Desa
m enjad i
semakin
terg antung
pada
ritm e d an
arahan
kebijakan
p o litik
p em erintahan pada hierarkhi kekuasaan d i atasnya.
Deng an ko nd isi yang d em ikian, d ikhaw atirkan, desa-desa d i Ind o nesia - yang
semula
d iharap kan
menguat status keberdayaannya -
kenyataannya,
justru
m eng alam i realitas sebaliknya y aitu reduksi-kekuatan yang sangat sig nifikan vis
a vis p em erintah kabup aten d an pusat.
(desa) kem b ali "tersed o t"
O to ritas ad m inistrasi kaw asan-lokal
ko nsentrasinya
ke ting kat kabup aten/ ko ta,
d an
menyisakan p ening katan derajat ketergantungan desa terhad ap kabup aten/ ko ta
yang c u ku p substansial
Desa
kem b ali
(desa kehilangan ked aulatan d an kem and irianny a).
meng alami
dependency-syndrome,
sebagaimana terjad i pada era O RBA .
yang
Ketergantungan
situasinya
m i ri p
so sial-eko no mi
d an
p o l i ti k desa terhad ap o to ritas central-government d i masa O RBA k i n i beralih
keterg antung an struktural terhad ap p emang ku o to ritas kabup aten/ ko ta. Sejauh
i n i , desa tetap menghad ap i persoalan inferio ritas serta ketid akm and irian d an
"ketid akb erd aulatan"
atas
w ilay ahny a
send iri
d ikarenakan
ketid akm am p uanny a u ntu k "berko m p etisi serta bersaing " melaw an kekuatan
yang d i m i l i k i o leh o to ritas kabup aten.
Deng an
kata
lain,
p embaharuan
sistem
tata-p emerintahan
kabup aten/ ko ta sebagaimana melekat pada ko nsep OTDA,
dampak perubahan
berarti terhadap sistem tatapemerintahan
di
ting kat
tidak memberikan
di tingkat desa. Jika
hal i n i d iang ap perso alan yang mengganggu cita-cita o to n o m i lo kalitas (desa),
maka p ertanyaannya, m o d el refo rmasi tata-p emerintahan (desa) seperti apakah
yang seharusnya d ilakukan? Jika p embenahan d i ting kat kabup aten p u n harus
d ilaku kan, maka bagaimana strategi yang harus d item p uh?
K o nf l ik - K o nf l ik K ekuasaan dan O toritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataK el ol a Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
Selain
p erso alan
m eny eb ab kan
di
atas,
p elemahan
ketim p ang an
sosial
ke m an d irian
d alam
seterusnya
akan
stru ktu r tata- p em erintahan
y ang
akhirny a bisa m ered u ksi keseluruhan cap aian
d an p o l i ti k y ang d ic ita- c itakan bersama.
desa
p em b ang u nan
so sial- eko no m i
Sejum lah p erso alan d an tantang an
y ang m u n c u l , ad alah:
1.
Desa b erp o tensi m eng alam izyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
guncangan stabilitas sosial-politik d an kekacauan
organisasi
sebagai akibat berlang sung ny a
tata-pemerintahan
kekuasaan
d an
w ew enang
secara
v ertikal,
antara
ko nflik-ko nflik
p em eg ang
o to ritas
p e m e rintahan desa versus p emegang o to ritas p em erintahan kab u p aten ( d i
"atas d esa").
2.
Secara h o riso n tal, tata-p em erintahan
desa f o rm al m e ng had ap i
l o k a l " b erup a
" p e m e rintahan
sistem
tata-p eng aturan
histo ris telah berurat-berakar d i ting kat lo kal. Konflik
di tingkat
ad at"
"law an-
y ang
otoritas
secara
kelembagaan
lokal su ng g u h su lit d i h i n d ark an , o leh karena setiap sistem tata-
m e m i l i k i dasar rasio nalitas d alam c ara-b erp ikir
p e m e rin tah an
( " lo g ika" )
tersend iri, y ang semuanya sama-sama masuk akal. D al am U U n o . 32/ 2004
p e m e rintahan desa m e m an g m enjad i satu-satunya o rg anisasi
di
" super-power"
lo kalitas
(desa)
y ang
d ib e rikan
p eng atu ran
kew enang an
u n tu k
m e ng ad m inistrasikan segala m acam urusan ( lihat U U n o . 32/ 2004 pasal
206).
N am u n,
sebelum
p em erintahan
desa h ad i r
d an
d i ak u i ,
secara
kesejarahan kelem bag aan ad at telah eksis terleb ih d ah u l u . H i n g g a k i n i p u n
relev ansi
d an
eksistensinya
d alam
p eng atu ran
k e h i d u p an
so sial-
kemasy arakatan l o k al tetap d i ak u i o leh masyarakat l o kal .
3.
Kapasitas
infrastruktur
desa y ang
kelembagaan
ada
(p ad a
keny ataanny a)
terlalu le m ah (atau h am p i r tid ak berarti) d an rap u h keku atan f inansialny a
d alam
m e n o p an g
proses-proses
tata-p em erintahan
m e n u ru t
o t o n o m i d an k e m an d i ri an lo kalitas (desa) - sehingga
lo kalitas (desa) akan
p e m e rin tah an
m eng alam i
tu n tu ta n •
k e m u n g k i n an n y a,
k e l u m p u h a n b ila ti d ak
d irev italisasi.
4.
Sistem
so sial-eko no m i
d an kesejahteraan masyarakat
desa tetap
mengalami
stagnasi, insecure, tak m a m p u berkem bang , tid ak m a n d i r i , b erg antu ng d ari
sum ber keku atan e k o n o m i d ari lu ar, serta tid ak sustainable
tid ak lang su ng
desa d alam
Secara
d ari
ke tid akm am p u an p em ang ku
m eng g erakkan
ring kas,
p em erintahan
hal
ini
d ikatakan
dan
koordinasi
d an
sebagai
sebagai akibat
o to ritas- p em erintahan
m eng g ali
krisis
p o tensi
le kai.
ketatap em erintahan
lo kalitas (d esa).
5. Jurang-komunikasi
kab u p aten
d an desa tetap lah
antara o to ritas ad m inistrasi p e m e rin tah an
lebar,
sekalip u n U U
no .
32/ 2004
telah
m e m b e ri kan k o r i d o r k o m u n i k asi y ang k o n stru k ti f . H a l i n i m eny eb ab kan
tid ak semua asp irasi desa tersam bung kan
m asu kan
p e n ti n g d alam
o to ritas p e m e rintahan kabup aten.
flKBHBBB *'"
ke "atas d esa" d an
proses p eru m u san
kebijakan
o leh
m e njad i
p e m ang ku
K onf lik- K onf lik Kekuasaan dan Otoritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataKelola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
6.
Organisasi p emerintahan desa bersama lembaga kemasyarakatan d i desa,
kenyataannya, juga sangat
lemah kem am p uanny a d alam menjalankan
p engelo laan p emerintahan secara internal, pelayanan p u b lik,
kapasitas
u n tu k berinisiatif, serta kapasitas keuangan d an penganggaran.
Prasyarat
m i n i m al tata-p emerintahan i n i jelas akan m eny u litkan pencapaian derajat zyxwvutsrqponmlk
yang
lebih
baik
sepertiynmjida
a d a n ya
j a m i n a n akses
keterlibatan/ p artisip asi p u b lik d alam pengelo laan d an ko n tro l terhad ap
p em erintahan y ang lebih baik.
governance
good-rural
Sementara i tu kenyataan d i lapangan m enu nju kkan, bahw a cita-cita ko m unitas
lo kal
(desa)
u ntu k
d apat
merealisasikan
derajat
kesejahteraan,
kead ilan,
keberd ayaan d an kem and irian yang lebih ting g i "secara segera", menjad i fakto r
p end o ro ng
terus d iresp o nsnya U U no . 32/ 2004 secara antusias. Respons
tersebut terutama sangat terasakan d i kaw asan pedesaan Jaw a, d im ana struktur
tata-p emerintahannya
memang
p em erintahan tersebut.
telah
terhad ap
well-adapted
UU
tata-
H al sebaliknya terjad i d i "desa-desa ad at" atau desa
d im ana sistem tata-pengaturan so sial-kemasyarakatannya menggunakan basis
leg itimasi selain U U Pemerintahan Daerah.
Sekalip un U U no . 32/ 2004 mengapresiasi keberadaan tata-aturan adat (pasal
203 d an pasal 216), n am u n o to ritas adat d engan sistem tatapemerintahan
asli,
sulit beradaptasi/ menyelaraskan d engan keberadaan sistem tata-p emerintahan
f o rm al d alam ko nsep desa. A lhasil, d alam merespo ns p eluang d esentralisasi1
atau o to n o m i lo kalitas (desa) y ang d itaw arkan o leh negara melalui platform
UU
n o . 32/ 2004, o to ritas adat seringkah berbenturan secara kelembagaan
d engan o to ritas f o rm al (p emerintah desa) y ang legitimate m enu ru t h u k u m
p o sitif kenegaraan.
Sesuai d engan p rinsip -p rinsip desentralisme m enu ru t U U n o . 32/ 2004, maka
"p erubahan nasib" sebuah ko m unitas lo kal (desa) hanya bisa d irealisasikan
bila ko m u nitas lo kal
tanggung jawab
tersbut m eng am bil prakarsa
penuh,
kewenangan
dan
y ang subtansial pada p raktek p em erintahan d ari kelembagaan
p em erintahan pada hierarkhi kew enangan jurisd iksio nal d i atasnya. Prinsip i n i
Rondinelli
an d
N el l i s (1986)
s eb ag ai m an a
d i k u ti p
ol eh
Cohen
an d
Peterso n
(1999)
m e n g e m u k ak an
b ah w a
zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWUTSRPMEC
d es en tral i s as i ad ai ah ''ihe t ransfer qf respo nsibilicv fo r planning, m ana.eanent , and ibe raism s and aUo iat io n o f resourccs fro m
t he cent ral gpvcrnm ent and it s agencit s t o field unit s of go vernm cn! agenaes, subo rdinat e unit s o r levels of go vernm ent , sem i
aut o no m o us pt t biic aut ho rit ies o r co rpcrado ns, area-w ide regio nal o r funct icnal aut horit ies. o r no n-go nem m er.t al privale o r
vo lunt ary o rgan dado ns".
A d a tiga b e n tu k
d e s e n t ra l i s a s i - a d m i n i s t ra t i f
y an g d i k e n ai d a n p e n ti n g u n t u k
d i k e tah u i
y ai tu : ( 1 ) d e k o n s e n t ra s i , y an g m e n u n j u k p ad a transf er k e w e n an g an d ari j e n j an g h i e rark h i ad m i n s tras i tertentu k e
b aw ah , n a m u n m a s i h tetap d al am
p ad a
satu jurisdicdo nal aut bo rit y p ad a p e m e ri n tah p u s at; (2.) d e l e g as i , y an g m e n u n j u k
t ransfer o f go vernm ent decisio n-m aking and adm inist radve aut bo rit y u n t u k s e b u ah tugas tertentu k ep ad a
o rg an i s as i
s u atu
tertentu y an g s i f atn y a b isa t idak-secara-langsung at aupun independen d ari k o n tro l p e m e ri n tah ; (3) d e v o l u s i ,
y an g m e n u n j u k p ad a transf er k e w e n an g an d ari p e m e ri n tah
y an g m e n g e m b an
(cent ral go vernm ent ) k ep ad a lo cal-level gpvernm ent al unit s
status seb agai ho lding inst it udo n y an g d i s ah k an o l e h p e ratu ran
h u k u m (l eg i s l ati o n ) (l i h at C o h e n
an d Peters o n ,
1999). M e n u ru t W o r k (2001), d e v o l u s i d ap at d i k ate g o ri k an j ug a seb agai d e s e n tral i s as i " p o l i t i k " j i k a
p e n g e rti an n y a
m e n c a k u p " ad an y a transf er tang g ung j aw ab
atau k e k u as aan p e n g atu ran / re g u l as i
secara p e n u h
d al am
decisio n-m aking, p e n g g u n aan resources, d an p e n ci p taan p e n d ap atan , d ari o to ri tas tung g al - neg ara k ep ad a o to ritas p u b l i k
( m as y arak at s i p i l , negara d a n sw asta) y an g o t o n o m d i ti ng k at l o k al d a n b ek erj a secara independent legal endt y".
K onf l ik - K onf l ik K ekuasaan dan O toritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataK elola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
terc erm in p ad a pasal 212 d an 213 b ahkan pasal 214 (tentang kerjasama desa)
U U no . 32/ 2004 y ang m e m b e rikan keleluasaan p enu h bagi p e m e ri n tah desa
u n tu k m e n g h i m p u n sum ber-sum ber p end anaan bagi kesejahteraan
masyarakat
desa. Kew enang an tersebut d i l i m p ah k an "ke b aw ah" d an d im an f aatkan sebagai
" m o d a l " bag i p eny eleng g araan tata-p em erintahan desa.
Perso alannya
k e m u d i an : (1) apakah setiap desa m am p u u n tu k
o to no m isasi desa d eng an p end ekatan y ang seragam
m enjalankan
sesuai U U n o . 32/ 2004
(p ad ahal jelas d i m a k l u m i bahw a setiap desa m eng had ap i kend ala-kend ala y ang
khas, d i m an a d erajat p erso alanny a p u n berbed a antara satu d an l ai n desa)? (2)
M e l i h at
asp eknya
y ang
desa,
p em erintahan
d esentralisasi-d esa
b eg itu ko m p leks d ih ad ap i o leh sistem
m aka
muncul
p ertany aan:
bisa d i te ri m a d an o p erasio nal
tata-kelo la
sejauhmana
keb ijakan
sesuai d eng an
kerag am an
JikazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHGF
devolusi-kekuasaan
ad alah
stru ktu r so sial masy arakat desa d i Ind o nesia?
cita-cita d esentralisasi y ang d i p i l i h u n tu k m em b erd ay akan desa, m aka m u n c u l
p ertany aan:
b ag aim anakah
p entahap an
p enataan
tata-p em erintahan
desa
seyo gianya d i l ak u k an agar cita-cita "ked aulatan d esa" (keberd ay aan desa) d an
kesejahteraan desa terw ujud ?
1.1.4
K o nsep tual isasi O to n o m i Lokal itas (D esa)
" D e v o lu si
kekuasaan"
lo kalitas (desa).
jelas
sulit d iresp o ns
secara serta-merta
o leh
setiap
H a l i n i d isebabkan o leh bany ak f akto r, d iantarany a ti d ak
semua lo kalitas (desa) m e m i l i k i d erajat p erkem bang an kem aju an sep erti y ang
terjad i d i keb any akan desa d i Pulau Jaw a. A d a kerag am an y ang sangat tin g g i
y ang m eny eb ab kan o to no m isasi desa harus m eng am b il strategi berbed a-bed a.
Sistem p e m e rin tah an lo kalitas (desa) d i berbagai kaw asan Ind o nesia sep erti
N ang g ro e A c e h
D arussalam ,
ranah
M in an g kab au , Bali, d an Pap ua,
m eng enal tata-p eng aturan so sial-kemasyarakatan asli y ang berbasis p ad a
ikatan
tradisi
keturunan
sedarah
d an
(genealogis),
ikatan
religiositas.
telah
ikatan-
Tata-
p eng atu ran ad at tersebut telah ada b ahkan sebelum N eg ara Kesatuan Re p u b l i k
Ind o nesia
d i l ah i rk an
kekuasaan
d an
( lihat
Syafa'at,
kew enang an
2002).
p em erintahan
D eng an
di
kata
sekto r
p em erintah desa akan b erb entu ran d eng an kelembagaan
l ai n ,
p ublik
d ev o lu si
terhad ap
p em erintahan
adat
y ang telah eksis terleb ih d ah u l u d an legitimate secara trad iso nal. Siapa y ang
harus m e n d ap atkan devolving
power d ari "atas-desa"? Pem erintah desa f o rm al
( m e n u ru t U U n o . 32/ 2004) ataukah o to ritas adat?
D ev o lu si m e n g an d u n g d u a m akna sekaligus, y aitu : transfer
pemerintahan
sesuatu
hal
d an pengambil-alihan
( u ru san
p ublik)
tanggung
kekuasaan regulasi atau pengaturan
di
ting kat
lo kal.
D al am
jawab
atas segala
tata-p eng aturan
p e m e rintahan y ang m a n d i r i (berbasiskan d ev o lusi), b erarti tata- p em erintahan
desa
harus
p e m e rintahan
" re l ati f
p ad a
bebas"
d ari
h i e rark h i o to ritas
c am p u r
di
tang an
"atas-desa"
keku atan-keku atan
(sup ra
desa)
y aitu :
K onf lik- K onf lik Kekuasaan dan Otoritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataKelola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
Pemerintah Kabup aten/ Ko ta atau Pemerintah Pusat. N a m u n d em ikian, stud i
d ari
berbagai
sebaliknya.
m eng am b il
kasus d an daerah-daerah,
m eng ko nfirm asikan realitas
yang
Desa menghad ap i ting katzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHG
kesulitan yang sangat buruk u n tu k bisa
alih
lim p ahan
kekuasaan
yang
d ib erikan
o leh
o to ritas
jurisd iksio nal "atas-desa" tersebut. Beberapa hambatan struktural yang segera
tam p ak ad alah, ketidaklengkapan dan ketidakberfungsian kelembagaan,
kapasitas
kelembagaan, d an kapasitas kepemimpinan serta sumberdaya manusia (perangkat
desa), sumber keuangan desa yang terbatas, d an ling ku ng an lain yang tid ak
m end u ku ng .
Deng an
d em ikian, d o ro ng an keing inan desa u n tu k
m am p u
menjalankan sistem tata-kelo la p emerintahan desa yang o to n o m d an m and iri
serta
baik
{rural
good and
self-reliant governance
system),
tid ak
m ung kin
d iw u ju d kan segera (d alam hitung an hari atau bulan), b ahkan bisa bertahuntahu n lamanya.
Secara ko nsep tual-teo retikal, u ntu k bisa mencapai derajat kem and irian yang
sesuai d engan p rinsip desentralisasi d an o to n o m i lo kal, maka harus d ilaku kan
p entahap an
pengembangan
mengad aptasi ko nsep
uState
kelembagaan
building
p em erintahan
desa.
Deng an
d ari Fukuy ama (2004), akan d id ap atkan
d ua dasar p enting terbentuknya sebuah tata-p emerintahan (lo kal) y ang efektif,
y aitu: (1) derajat efektivitas p emerintahan yang ting g i, d an (2) sp ektru m d ari
fung si yang d ijalankan o leh p emerintahan - the the
funetion
yang
d iru m u skan
tid ak terlalu melebar.
empat
bentuk
tam p ak pada Gambar 1.
tata-kelola
D ari
ko nsepsi
p em erintahan
scope of
governmental
Fukuy am a,
(desa)
tersebut
sebagaimana
K o nf l i k - K o nf l i k K ekuasaan dan O toritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataK elola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
D erajat Ef ektivitas Pemerintahan
- sangat
tinggi
IV
T i p e ideal - >
p e m e ri n tah an
Pem eri n tah desa y an g
desa
y an g k uat d an sangat
ef ektif d e n g an f ungsi
sangar ef ek ti f / k uat
(
d eng an
\
r
p eran / f u n g s i
sangat luas
terb atas/ ringk as
K o n d i s i " i d eal "
u n tu k I n d o n e s i a
S cop t of
Scopc of
govt rnm ent al
funct ion
- sangat
governm ent al
4-
funct ion
ringkas
- sangat
luas
Pe m e ri n tah
desa
Pem eri n tah desa y an g
y an g l e m ah , tidak
tidak ef ek ti f d en g an
ef ek ti f d eng an
f u n g s i / p e ran
f u n g s i / p eran
y an g
y an g
sangat l uas - > k o n d i s i
sed i k i t
riil d i I n d o n e s i a
III
II
D eraj at Ef ektivitas Pem erintahan
- sangat rendah
Gam bar 1. Em p at Tip e Sistem Tata Pengaturan Pem erintahan Desa
( d im o d if ikasi d ari Fukuy am a, 2004)
Pada G am b ar 1, terp etakan em p at tip e sistem tata-p eng aturan p e m e rin tah an
desa d eng an k o m b i n as i d erajat efektiv itas p em erintahanny a d an luasny a f u ng si
p e m e rintahan y ang d ijalan kan . Setiap
ko m b in asi d i w ak i l i o leh satu ru ang .
D i m u l a i p ad a ru ang I , ad alah w ilay ah d im an a d i te m u k an p em eritahan desa
d eng an
re ntang
f u ng si/ p eran ad m inistratif - kew enang an y ang
sangat
luas,
n a m u n d alam w aktu y ang bersamaan kekuatan o rg anisasi p e m e rin tah an desa
p u n sangat e f e k ti f d an ku at u n tu k m eno p ang p eny eleng g araan semua u ru san
kondisi ideal tata-pemerintahan
lokalitas
tersebut. Ru an g i n i b ila tercap ai, ad alahzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(desa) ala Ind o nesia (sesuai y ang d iam anatkan o leh U U n o . 32/ 2004 d an PP
no . 72/ 2005). Sebag aimana d ike tah u i hasil stu d i d i Sumatera Barat, m isalny a,
m e n g k o n f i rm asi
d ite m u kan n y a leb ih
d ari
100
urusan p u b l i k
d itang ani o leh o rg anisasi p e m e rin tah desa p ad a saat i n i .
sangat
besar
u n tu k
u k u ran
sebuah
sumberd ay a
kebany akan d alam kead aan sangat terbatas.
cita-cita
k e m an d i ri an
kelembag aan
bureaucracy
masy arakat
lo kal,
p e m e rin tah an
sem p o y o ng an
harus
tersebut
desa y ang
M e ski b aik u n tu k m e w u ju d k an
nam u n
secara
o rg anisasio nal
p e m e rin tah an desa sep erti i n i berpotensi mengarah
y ang berg erak
y ang
Ju m l ah
"tanp a f o ku s" , karena
ke
chaotic-
b any akny a
f u ng si y ang harus d itang ani/ d iselesaikan.
Pada ru ang I I . terd ap at kaw asan d i m an a d i te m u k an kelembag aan
kap asitas/ efektiv itas p em erintahanny a y ang sangat
rend ah (sehing g a
d eng an
sangat
K onf lik- K onf lik Kekuasaan dan Otoritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataKelola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
lemah) n am u n pada w aktu yang bersamaan, p em erintahan desa juga harus
menjalankan fung si yang sangat luas. Tip e i n i ad alah tip ikal p em erintahan
desa y ang d item u kan ham p ir d i seluruh Ind o nesia saat i n i . Pada ruang i n i
p em erintahan desa benar-benar berada pada statuszyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPON
failedgovernment. Tip e tatakelo la p em erintahan yang d em ikian, d inilai sangat b u ru k karena m e m i l i ki
ketahanan
o rganisasio nalnya
sangat
kecil
sehingga
rentan
mengalami
"d estabilisasi" d an "g uncang an" atau orgamzational chaos. D alam po sisi seperti
i n i " b an tu an " d ari kelembagaan "atas-desa" m u tlak d ip erlu kan.
Dengan kata
lain, feno mena ketergantungan p emerintah desa pada sumberd aya luar tamp ak
sangat m eno njo l d i ruang I I i n i .
Ruang I I I m ew akili kaw asan d imana p em erintahan desa y ang sangat lemah
(tid ak
efektif) m eskip un fungsi-fungsi yang harus d ijalankan
tid aklah bany ak.
sebenarnya
Tip e tata-kelo la p emerintahan pada ru ang I I I adalah tip e
terb u ru k d ari keempat tip e yang ada. Pemerintahan desa benar-benar gagal
berp eran, sekalip un tid ak banyak hal yang harus d itang ani. Sementara i tu ,
Ruang IV m ew akili kaw asan d imana d item u kan "tip e id eal" sebuah
tata-
p em erintahan desa m enu ru t konsep Fukuy ama. Pada w ilay ah i n i , kekuatan
efektiv itas-p emerintahan desa berada pada derajat y ang sangat kuat. A rtiny a
p em erintahan desa m am p u mengend alikan semua kekuasaan d an kew enangan
yang d i m i l i k i n y a u n tu k meno p ang d an m ew ujud kan cita-cita masyarakat desa
(kesejahteraan, kem and irian, kead ilan, d an martabat). Karena fung siny a y ang
sangat ring kas, p em erintahan desa m am p u m elakukan fo kus, d an m enjalin
sinergi serta kerjasama kem itraan dengan p ihak luar p em erintahan desa u n tu k
m ew ujud kan cita-cita kesejahteraan tersebut.
Jika d ip etakan d engan menggunakan kerangka p em ikiran Fukuy am a (2004)
tersebut, maka semua desa d i Ind o nesia akan "terbag i habis" (teralo kasikan) ke
d alam setiap ruang .
Persoalannya, jika ruang IV ad alah "tip e id eal" y ang
hend ak d icap ai, maka bagaimanakah cara m entransfo rm asikan sistem tatap em erintahan desa-desa yang berada d i ruang I , I I , d an I I I ke ruang IV .
A p akah ru ang I ad alah tip e id eal "sementara" y ang seharusnya d icap ai terlebih
d ahu lu (sesuai U U no . 32/ 2004). D i ruang i n i , d ilaku kan tahap an p aling
p enting y aitu p emberd ay aan 2
infrastruktur kelembagaan
pada sistem
tata-
kelo la p em erintah desa seraya terus mengefisienkan fung si d an p eranannya.
T e rd ap at b an y ak b atas an
zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWUTSRPMEC
(em po w erm ent ), d al am hal i n i d u a b atas an y an g b i s a d i k u ti p ad al ah :
tentang p e m b e rd ay aan
"em powerm ent gpes well beyond t he narrow realm oj polit ical power, and differs front t he classical definit ion oj power by Max
Weber. Em powerm ent is used t o describe t he gaining of st rengt b in t he various ways necessary t o be able t o m ove out of
povert y, rat ber t han lit erally "t aking over power from som ebody else" at t he purely polit ical level This t neans, it includes
knowledge, educat ion, organiz at ion, rigbt s, and 'voice' as well asfinancial and m at erial resources" (S chnei d er, 1999).
S em en tara i tu b atas an l ai n ad al ah: em powerm ent m ay, socio-polit ically, be viewed as a condit ion wherepowerless people m ake
a sit uat ion so t bat t hey can ez ercist t beir voice in t he affairs of governance ( O s m a n i , 2 0 0 0 ) .
K onf l ik - K onf l ik K ekuasaan dan O toritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataK elola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
Pem erintahan desa sepantasnya berko nsentrasi pad a f u ng si eksekusi d i ting kat
kep ala desa, y aitu : p elay anan p u b l i k d an p elaksanaan regulasi d i m an azyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQP
scope-nyz
pun
harus
ring kas.
Sementara
Bad an
berko nsentrasi pad a f u ng si legislasi,
d ip e rlu kan
bersama-sama d eng an
Permusy aw aratan
Desa
p em erintahan desa.
( BPD )
making d i saat
sup erv isi, d an joint-decision
Fung si
lain
sep erti
d i l ak u k an secara terp isah d alam tata-p em erintahan
income-gencrating function
desa n a m u n tetap d alam kend ali kelembagaan ekseku tif d an leg islatif d-.^a. I «
no . 32/ 2004 d an PP no . 72/ 2005 juga m e m u n g k i n k an d ikem b ang kanny a
jejaring
kerjasama
so sial-eko no m i
m elalu i p o la
kem itraan atau
partnersbip
d eng an p i h ak lain ( p u b l i k ) sesuai k o ri d o r h u k u m y ang b erlaku .
A g ar good rural governance system bisa tercap ai, m aka d i p e rl u k an sejum lah up aya
m e m b an g u n
d i l aku kan
desa {rural
keberd ay aan
u n tu k
m encap ai
H al - h al y ang
empowerment).
h al i tu ad alah
p enataan
f u ng si
d ap at
kelembagaan,
p erku atan kap asitas o rg anisasio nal m e lalu i p eng em b ang an kapasitas o rganisasi
d an sum berd ay a m anusia ( SD M ) , serta m eng em b ang kan
sistem
m anajem en
p em erintahan desa y ang efektif. Pertany aanny a, p enataan sp esifik apa sajakah
y ang semestinya d ilaku kan?
M e ski d e m i k i an , agend a p ekerjaan u n tu k m eref o rm asi tata-p em erintahan d
ke arah o t o n o m i lo kal (desa) y ang kuat, b u kan l ah hal y ang m u d a h u n tu k sertam erta d i w u ju d k an tanp a p e rh itu n g an d an analisis y ang m atang .
D i p e rl u k ;>
serangkaian riset-aksi y ang m em ad ai u n tu k bisa m e n g in d e n tif ikasi kekhasankekhasan
y ang d i m i l i k i
o leh
setiap
desa, sehingga
strateg i p enataan
tata-
p em erintahan desa m e njad i khas sifatny a. Setting g eo -so sio -eko lo g i-lo kal, sosa
bud ay a, struktur-kem asy arakatan, sp asial-kew ilay ahan, so sio - p o litik, d an f ak to i f akto r lain akan sangat m e m p e n g aru h i tam p i l an sistem tata-p em erintahan desa
d i suatu kaw asan, y ang selanjutny a m eng hend aki p end ekatan y ang berbed abeda antara satu d an l ai n desa.
D i h arap kan , d i te m u k an sebuah
inno v asi rancang an sistem
tata-pemerintahan
desa y ang bisa d ih asilkan m e l al u i rang kaian stud i-aksi y ang d i l ak u k an o leh
Pusat Stu d i Pem b ang u nan Pertanian d an Pedesaan - In sti tu t Pertanian Bo g o r
(PSP3IPB) y ang bekerjasama d eng an Partnersbip for
Nation
Development
" Partnership-Based
2006
Prograrnme
Rural
i n i , d ih arap kan
terp ap ar
di
atas
(UNDP)
Governance Reform'
y ang
d ap at
p ad a
menjaw ab
akhirny a
Governance
Ind o nesia.
Reform -
Riset-aksi
Uni
b e rju d u l
y ang d ilaksanakan sep anjang tah u n
p erso alan-p erso alan
d ap at
m enjad i
sebagaimana
jaw aban
d alam
m em b erd ay akan/ m em p erb aiki kapasitas p em erintahan lo kal (d esa).
Stud i-aksi p ad a keg iatan i n i d ih arap kan m eng hasilkan ru m u san k o n s tr u k ti f
tata-kelembagaan d an gagasan ke arah reformasi tata-kelola pemerintahan
tata-kelembagaan yang
konstelasi fungsional-strukturalnya
e f e ktif d an m a n d i r
K onf l ik- K onf l ik Kekuasaan dan O toritas Kelembagaan
Lo k al dalam Reformasi Tata- K elola Pemerintahan
D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
Pe n u l i s :
A rya Hadi D harmawan
Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan-IPB
Bekerjasama dengan
Kemitraan bagi Pembangunan Tata Pemerintahan di Indonesia
Konflik-Konflik Kekuasaan dan Otoritas Kelembagaan
Lokal dalam Reformasi Tata-Kelola Pemerintahan D esa:
Investigasi Teoretik dan Empirik
Pe n u l i s:
A rya Hadi D harmawan
Lay o u t d an D esig n Sa m p u l :
D y a h I t a M . d an H u sain A ssa' d i
Diterbitkan pertama kali, M ei 2006
Oleh
Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB
Bekerjasama dengan
Kemitraan bagi Pembangunan Tata Pemerintahan di Indonesia-UN D P
Kampus IPB Baranangsiang
Ged ung Utama, Bagian Selatan, Lt. Dasar
Jl. Raya Pajajaran Bogor 16151
Telp . 62-251-328105/ 345724
Fax. 62-251-344113
Email. pspipbfoindo.net.id
Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
I S B N : 979- 8637- 32- 1
K A T A PEN G A N T A R
Kebijakan O to n o m i Daerah ( O TD A ) adalah keputusan p o litik yang menjadi tonggak
p enting sejarah sistem tata-pengaturan dan pemerintahanzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPO
(governance and government
system) d i
Indo nesia.
Und ang-Und ang
no .
32/ 2004 yang
melegitimasi
O TD A ,
merupakan p ro d uk hukum yang pantas d isambut baik o leh semua p ihak, karena
memberikan platform yang jelas pada penegakan kedaulatan lo kal, keberdayaan d an
kemand irian lo kal, kesejahteraan sosial, partisipasi masyarakat d an demo krasi dalam
pengelolaan ad ministrasi dan pembangunan.
Sebagai inno v asi d i bid ang p o litik-p emerintahan yang bertujuan mengoreksi dan
mend eko nstruksi sistem pemerintahan sentralistik yang cenderung negara-sentris, maka
O T D A memerlukan w aktu yang mencukup i untuk menyesuaikan d iriny a dengan
realitas tatanan-sosial sistem kemasyarakatan d i Indo nesia. Pada tataran lo kalitaspun,
o to no m i desa (sebagai penjabaran O TD A ) menghadapi sejumlah kendala struktural
kelembagaan,
so sio -kultural,
dan
p o litik-lo kal
u ntu k
bisa
mew ujud kan
tata-
p emerintahan desa yang m and iri d an kuat. A lih-alih sebuah pengaturan desa yang
efektif d an baik (good governance), sind ro ma ketergantungan p o litik dan eko no mi,
ketidakberdayaan
dan
hegemo ni
pemerintah
keleluasaan p emerintah lo kalitas (desa).
pusat
tetap
saja
membelenggu
A kibatny a, desa beserta pemerintah desa
sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mengemban operasionalisasi pemerintahan
pada hierarkhi terendah dalam tata-pengaturan ad ministrasi d an pelayanan p ublik,
menghadapi ancaman kegagalan kelembagaan.
Studi-aksi " partnership-based rural governance reform" (pembaharuan tata-pemerintahan
desa berbasiskan
kemitraan) mencoba untuk menjaw ab berbagai
persoalan yang
d ihad ap i d alam proses o to no misasi desa menggunakan pendekatan jejaring parapihak (kemitraan). Studi-aksi in i berusaha menjawab pertanyaan tentang bagaimana
fo rmat pembaharuan (revitalisasi d an reko nstruksi) sistem pemerintahan desa agar
secara institusio nal d an organisasional, pemerintah desa berjalan efektif, transparan,
akuntabel,
controlable,
dan
mamp u
mew ujud kan
cita-cita
kemand irian
dan
kew ibaw aan lo kal.
Studi-aksi yang dilaksanakan oleh Pusat Stud i Pembangunan Pertanian d an PedesaanLPPM IPB d an Kemitraan bagi Pembangunan Tata Pemerintahan d i Ind o nesia-UN DP
ini, d ilakukan dalam beberapa tahapan. Tahap I adalah investigasi em p irik (riset)
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif (survai) d an pendekatan kualitatif atau
no n-survai
(indepth
interview, focus group
diseussion, observasi
m eng him p un info rm asi d an data faktual d ari lapangan.
lapangan)
dalam
Lima p ro v insi d itetapkan
sebagai daerah co nto h yaitu: Nanggroe A ceh Darussalam, Sumatera Barat, Jawa Barat,
Bali d an Papua.
D i masing-masing
p ro v insi yang m em iliki
p emerintahan khas i tu , d itetapkan sebuah
persoalan
ketata-
kabupaten co nto h d imana d i setiap
kabupaten d itetap kan dua desa lokasi studi-aksi secara p urp o sif.
Pada tahap I , d ip ero leh hasil berupa gambaran atau peta po tensi serta permasalahan
tata-pemerintahan daerah d an lokalitas (desa) secara cepat namun elear. Kegiatan riset
iii
K onf l ik - K onf l ik K ekuasaan dan O toritas
Kelembagaan
Lokal dalam
Reformasi
Tata-
K elola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
yang
d ijalankan pada
tahap
I melip uti
sejumlah
bid ang
ilm u
yang
relevan,
diantaranya kelembagaan p emerintahan, p o litik desentralisasi, jender d an ko m unikasi
ad ministratif,
eko no m i
lo kal,
pengembangan
w ilayah,
eko no m i
rumahtangga
pedesaan, proses-proses kebijakan, serta kelembagaan d an pengelolaan sumberdaya
alam/ agraria.
Kegiatan
pada
tahap
I menghasilkan
sejumlah
hasil p enelitian
sementara yang d id o kumentasikan padazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
W orking Paper Series i n i . Tahap II studi-aksi
berupa investigasi persoalan-persoalan pemerintahan d i tingkat lo kalitas (desa) d an
penggalian alternatif solusi yang layak d ijalankan secara o perasio nal. Sebuah rencana
operasional tentang reko nstruksi dan revitalisasi tata-pemerintahan lo kalitas (desa)
disusun secara p artisip atif sesuai ketersediaan anggaran d an w aktu, pada tahap i n i .
Tahap III adalah tahap penguatan kelembagaan d an kapasitas sumberdaya manusia
(SDM )
d alam
tata-pemerintahan
lo kalitas
(desa).
Tahap
IV
berupa
kegiatan
pend ampingan d an perbaikan proses-proses pembelajaran serta kegiatan p raktikal d i
tingkat lo kal sebagai tind ak-lanjut kegiatan penguatan kelembagaan d an kapasitas
SD M . Tahap V adalah pengamatan jalannya p end amp ingan d an d o kumentasi proses
pembelajaran
sebagai upaya untuk meng ump ulkan pengalaman
lapangan (lessons
learned). Tahap V I adalah proses pertanggungjaw aban p u b lik atas apa yang telah
d ijalankan d i lapangan, berupa lo kakarya d an seminar d i ting kat kabupaten d imana
studi-aksi d ilaksanakan. Tahap V II adalah proses akumulasi keilmuan d i bid ang tatapemerintahan lo kalitas (desa), yang d ipand ang d ari berbagai bid ang -ilmu, d alam
bentuk p enulisan sebuah b u ku .
Diharap kan, buku tersebut berguna menjad i salah
satu sumber rujukan untuk proses penataan pemerintahan desa-desa d i Ind o nesia d i
kemud ian hari.
Singkatnya w aktu yang tersedia bagi kegiatan studi-aksi (enam bulan efektif selama
tahun 2006), jelas menjad i pembatas
yang sig nifikan bagi para p eneliti untuk
mengembangkan gagasan secara lebih leluasa.
N am u n, rentang-w aktu yang singkat
bukan berarti mengurangi nilai kualitas tulisan yang d isajikan d alam makalah i n i .
A khir kata semoga working paper i n i memberikan masukan d an info rm asi yang
bermanfaat
mengenai
pelaksanaan
um um ny a bagi semua p ihak.
Salam kemitraan,
D r. A rya H ad i Dharmaw an
Ketua Ti m Stud i-A ksi
o to no m i desa khususnya
atau
O TD A
pada
D A FT A R ISI
Halaman
Kata Pengantar
ui
v
D af tar Isi
h
PEN D A H U LU A N
1.1. Latar Belakang M asalah d an Ko nsep tualisasi Gagasan
1
1.1.1. M e m p e rtany akan Kebijakan O t o n o m i D aerah sebagai
Platform O t o n o m i Lo kalitas (Desa)
1
1.1.2. O t o n o m i Lo kalitas (Desa) d an Jebakan Keterg antu ng an
2
1.1.3. O t o n o m i Lo kalitas (Desa) d an Jebakan K o n f l i k V ertikal
4
1.1.4 Ko nsep tualisasi O t o n o m i Lo kalitas (Desa)
2.
8
1.2. T u ju an d an M an f aat Stud i-A ksi
13
1.3. Ru ang Li n g k u p Stu d i d an M e to d o l o g i
14
K E R A N G K A K O N SEP T U A L
2.1. Desa sebagai Entitas So sial: Pand ang an d ari Beberapa Persp ektif...
16
2.2. Desa sebagai Social Container. D i l e m a d an K o n f l i k Eksistensial
18
2.3
19
Desa sebagai A rena Pertarung an O to ritas Kelem bag aan
2.4. Desa sebagai Ko nsep Pem erintahan Lo kalitas: Ko nstelasi Beragam
Keku atan Peng aruh
3.
24
R E FO R M A S I T A T A - P E M E R I N T A H A N D ESA
3.1. Pem erintah Desa d alam Verspckt'i f Actor-Onented
Theory
27
3.2. M e w u ju d k an Good Rural Governance System
30
3.3. Isy u-Isy u K r i ti k al Pem baharuan Tata-Pem erintahan Desa
32
3.3.1. M asalah Stru ktu ral- Institu sio nal d an Po l i ti k o - Ku l tu ral
3.3.2. Isy u-Isy u K ri ti k al Tata-Pem erintahan Gampong
32
d i N ang g ro e
A c eh D arussalam ( N A D )
35
3.3.3. Isy u-Isy u K ri ti k al Tata-Pem erintahan Nagari d i Ranah
M in an g kab au
38
3.3.4. Isy u-Isy u K ri ti k al Tata-Pem erintahan Desa d i Jaw a Barat
4.
41
3.3.5. Isy u-Isy u Kri ti k al Tata-Pemerintahan "Desa D i n as" d i Bali....
42
3.3.6. Isy u-Isy u K ri ti k al Tata-Pem erintahan Kampung
45
d i Papua
P EN U T U P
Reko nf ig u rasi Keterlib atan Para Pihak u n tu k Good Rural
Governance
System
47
D af tar Ru ju kan
49
1
PEN D A H U LU A N
1.1.
Latar Belakang M asalah d an Ko nsep tualisasi Gagasan
1.1.1. M e m p e rtan y ak an Keb ijakan O t o n o m i D aerah sebagaizyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUT
Platform
O t o n o m i Lo kalitas (Desa)
Kebijakan " O t o n o m i Daerah" ( O TD A ) sebagaimana gagasannya tertuang pada
U n d an g U n d an g ( U U ) no . 22/ 1999 d an revisinya pada U U no . 32/ 2004
tentang "Pemerintahan Daerah" menjad i salah satu land asan p erubahan sistem
tata-p engaturan atau tata-pemerintahan (governance system) yang p enting d alam
sejarah
p em bang unan
p o litik d an pengelo laan
ad m inistrasi p em erintahan
secara nasio nal. U U tersebut merup akan kep utusan yang pantas d isam but baik
o leh semua
secara
p ihak, nam u n sekaligus juga p erlu d iam ati p erkembangannya
seksama, d ievaluasi d an selalu
d ikritisi
secara terus-menerus
agar
imlementasiny a tid ak m eny im p ang d ari " r u h " atau id eo lo g i (kesetaraan para
p ihak p em ang ku kekuasaan, kem and irian, kesejahteraan sosial, d emo kratisme,
p artisip asi, keberdayaan masyarakat, tata-kelola p em erintahan yang baik) yang
d ip erjuang kanny a.
D alam ko nsep nya, O T D A (sesuai U U no . 22/ 1999 d an p eny emp urnaanny a
pada
UU
no .
32/ 2004)
secara
eksplisit
ataup un
im p lisit
menged ep ankan cita-cita penegakan p rinsip -p rinsip demokratisme
hend ak
(kesetaraan,
kesejajaran, etika-egalitarianisme), keunggulan lokal, k o m i tm e n pada rule of the
game y ang telah d isep akati, apresiasi terhadap keberagaman, p rinsip bottom-up,
desentralisme administratif
berkem am p uan
yang elegan dan
mengatasi
persoalan
berwibawa
d i ting kat lo kal serta
r i i l . d i lap angan,
penghargaan
pada
prakarsa serta hak-hak p o litik masyarakat lo kal, kem and irian d an ked aulatan
sistem
so sial-eko no mi
lo kal
serta
pembebasan
d ari
segala
b entu k
keterg antung an so sial-p o litik pada semua p ihak. Salah satu aspek p enting d ari
good-governance principle,
y aitu
control
of
yang
power
d iw u ju d kan
o p erasio nal d alam p rinsip transparansi ketata-pemerintahan d an
secara
akuntabilitas
(pengelolaan keuangan) publik juga menjad i salah satu ciri-utama U U tersebut.
D alam ko nteks efektiv itas capaian atau kinerja U U terhad ap pencapaian citacita d esentralisme, perso alan yang segera m u nc u l ad alah: apakah keseluruhan
isi U U d apat segera m am p u mew ujud kan cita-cita tersebut pada aras lo kal
(desa)? A p akah sesungguhnya LJU no . 32/ 2004 m em b erikan lo kalitas (desa)
benar-banar
kekuasaan
d an
kew enangan
yang
o to n o m
d alam
mengatur
rumahtangganya? D alam setting geo -so sio -kultural ko m u nitas desa y ang sangat
beraneka, d ap atkah U U no . 32/ 2004 bekerja secara ef ektif m ew ujud kan citacita lu h u r tersebut bagi masyarakat lo kal? Jika jaw abannya "tid ak atau b elu m
terjad i", maka hal-hal apakah yang p erlu d ip erbaiki?
K onf lik-K onf lik Kekuasaan dan Otoritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataKelola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
Stud i i n i secara u m u m akan mengarahkan p erhatianny a pada upaya menjaw ab
pertanyaan
di
atas.
U n tu k
d apat
menjaw ab
d engan
semp urna
semua
pertanyaan tersebut, maka investigasi teo retik d an e m p irik ( m elip u ti: kajian
d e d u ktif teo retik, kajian i n d u k ti f em p irikzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
via pemetaan p o la tata-pengaturan
desa. p emahaman
perso alan lo kal, d an aeercisc atas beberapa alternatif i ita
p em erintahan desa yang p aling layak secara io kaij sepantasnya d ilaku kan
Gagasan
d iarahkan
pada
memberd ayakan
d an
d alam
p o litik
atmo sfer
hubung an
fo kus
p erhatian
"tata-p emerintahan
m e m an d irikan " entitas
O TD A ,
dengan
antar-hierarkhi kekuasaan
desa
tetap
memelihara
d an w ew enang
d alam
yang
lo kal
so sial-kemasyarakatan
harmo nisasi
p em erintahan
daerah. D alam hal i n i p erlu d itegaskan bahw a U U no . 32/ 2004 d iasum sikan
sebagai given-factor yang keberadaannya
tid ak bisa d ielakkan atau d ih in d ari.
Segala upaya p erbaikan terhad ap kapasitas keberdayaan d an ked aultan lo kalitas
(desa) harus d id asarkan pada platform U U no . 32/ 2004 d an p erangkat h u k u m
d ibaw ahny a.
1.1.2. O t o n o m i Lo kalitas (Desa) d an Jebakan Keterg antu ng an
D alam
sejarah
tata-p emerintahan
di
Ind o nesia,
o to n o m i
yang
asli.
sesungguhnya berada d an telah berlangsung sejak lama d i aras lo kalitas, d an
bukan d i aras Kabup aten atau Ko ta sebagaimana yang d iketahu i o rang saat i n i .
Mengapa?
karena
p eng aturan
atau
pengo rganisasian
kehid u p an
sosial
kemasyarakatan telah berlangsung d i aras lo kalitas sejak "jau h h ari " sebelum
perangkat-perangkat
d ib entu k
o leh
o rganisasi
pusat
"sup ra
l o k al "
( A no ny m o u s, 2006).
D alam
p emerintahan
kekuasaan
p em erintah
di
ting kat
kerangka p eng aturan kehid u p an sosial-kemasyarakatan yang o to n o m tersebut,
ko m u nitas lo kal m em b entu k kesatuan masyarakat hukum adat d engan berbagai
nama asli y ang beragam-ragam
Nagari
d ikenal
M inang kab au ,
sebagai
Pakraman
d i A ceh. Kesatuan
sesuai setting bud aya d aerah
tata-p emerintahan
asli
bagi
d i Bali, Ondoafi (andtwapi)
masing-masing.
lo kalitas
di
ranah
d i Papua, d an Gampong
masyarakat adat yang m em b entuk kesatuan
masyarakat
h u k u m tersebut d ib ang u n berd asarkan asal-usul lelu hu r secara tu ru n- tem u ru n
d i atas suatu w ilay ah adat yang m e m i l i k i ked aulatan atas tanah d an kekayaan
alam d i d alam d an d i atasnya. Kesatuan masyarakat h u k u m
meng embang kan
perangkat kelembagaan
u ntu k
adat tersebut
mengatur d an
m em enu hi
kebutuhan-kebutuhan kehid u p an masyarakatnya- N am u n , sebagaimana telah
d ikem u kakan o leh banyak stud i terd ahulu, kelembagaan
masyarakat
hukum
adat
meng alami
p em ing g iran
adat d an kesatuan
(marjinalisasi)
d an
p enghancuran-kelembagaan y ang sangat sistematis sejak d iu nd ang kanny a U U
no . 5/ 1979 tentang p em erintahan daerah (sebelum d iko reksi o leh U U no .
22/ 1999), y ang menyeragamkan ko nsep tata-p emerintahan lo kalitas d i seluruh
Ind o nesia d engan ko nsep
desa ala Jawa (lihat Syafa'at, 2002).
Pengenalan
ko nsep desa sebagai satu-satunya sistem p em erintahan lo kalitas telah men-
K onf lik- K onf lik Kekuasaan dan Otoritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataKelola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
displacezyxwvutsrponmlkjihgfedcbaYWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(melemp arkan) keberadaan kelembagaan adat y ang sesunguhnya
kekuasaan d an o to ritasny a masih sah secara trad isio nal.
Berangkat
d ari
semangat
u ntu k
mereko nstruksi
p u ing -p u ing
kehancuran
kesatuan masyarakat h u k u m lo kalitas (adat), maka U U no . 22/ 1999 d an U U
no . 32/ 2004 berupaya mengembalikan kedaulatan
pasal-pasal
melepaskan
d iriny a d ari ko nsep
p em erintahan
lo kalitas
lokal itu m elalui
hukum
p em erintahan desa. M eski, tata pengaturan daerah
lo kal,
tam p ak m eno njo l
d iterim any a
UU
pemerintah-desa
nam u n semangat
u ntu k
tid ak d apat
sebagai pusat
kekuasaan
kembali kepada p engaturan
pada U U no . 32/ 2004.
Sebenarnya d engan
no . 32/ 2004 sebagai given-and-agreed rcgulating
institution
seperti i tu , maka kebijakan O T D A sudah berada pada jalur yang benar u ntu k
mengapresiasi
"ked aulatan
lo kalitas" sebagai
w ilayah
o to no m i-asli d alam
menata, mengelo la, d an menentukan tatanan p eng ad ministrasian segala urusan
yang m eny ang kut interaksi w arga negara d an kesatuan sosialnya d an w arga
negara
d engan
negaranya.
sebagai satu-satunya
ko nflik
antar
Bagamanakah
yang
masih
Persoalannya,
d engan
o to ritas
kelembagaan
konsep pemerintahan-desa
yang d itaw arkan, maka
system of government
segera
tamp ak
di
upaya m em and irikan d an mensejahterakan
m eng akui eksistensi
sistem
pengaturan
p o tensi
d epan
mata.
masyarakat lo kal
adat
d alam b ing kai
p em erintahan desa ala Jawa? A rtiny a, sejauhmana ked aulatan lo kal (termasuk
ked aulatan adat) bisa d iterjemahkan d alam bahasa ked aulatan desa, sebagai
satu-satunya sistem tata-p emerintahan ting kat lo kalitas yang sah m enu ru t U U
n o . 32/ 2004? Bagaimana cara mentransfo rmasikan kep enting an-kep enting an
(termasuk kep enting an adat) d alam pengaturan lo kalitas kepada kelembagaan
tung g al yang d i p i m p i n o leh Kepala Desa dengan perangkatnya itu?
Berp ijak pada cita-cita keberd aulatan d an o to n o m i lo kalitas i tu , U U no .
32/ 2004,
p engakuan
(meski
masih
"ked aulatan
meng and ung
desa"
beberapa
secara eksplisit
pertanyaan)
pada
pasal
menegaskan
200-216
serta
p enajamannya pada Peraturan Pemerintah (PP) no . 72/ 2005. D alam U U d an
PP tersebut, juga d itegaskan platform bagi penyelenggaraan sistem ad ministrasi
p em bang unan yang m em u ng kinkan setiap stakeholder mengaktualisasikan citacita p encap aian derajat kead ilan d an kesejahteraan
so sial-eko no mi yang lebih
baik (better and sustainable sodo-cconomtc Standard oj living)
secara m and iri d an
bersama-sama, mengatur rumahtangga desa secara m and iri, m enjalin jejaring
kerjasama
desa,
menggali
m em p erjuang kan
kelestarian
berkelanjutan
{sustainable
sumber
keuangan
sumberdaya
natural
alam
resources and
desa
d an
m and iri,
ling ku ng an
environment)
serta
yang
secara asp iratif
(lihat pasal 209-211 U U no . 32/ 2004).
Deng an d em ikian, ko nsep o to no misasi lo kal (desa) sebagaimana gagasannya
tertuang pada U U no . 32/ 2004 sebenarnya telah m em berikan landasan yang
memad ai bagi semua p ihak (d i desa) u ntu k menjalankan sistem p embang unan
K onf l ik - K onf l ik K ekuasaan dan O toritas Kelembagaan Lokal dalam Ref ormasi TataK elola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
y ang zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
demokratis-partisipatif,
inklusif-kolektivistik,
serta tu m b u h n y a semangat
collegiate-participatory
k o n f l i k d iam etral antar p ih ak) .
tetap
menjunjung
p em u tu san
harm o nis
development,
tinggi
p elu ang
terjad iny a
Pada saat y ang bersamaan U U n o . 32/ 2004
asas perbedaan
kebijakan.
(m enekan
M e m an g ,
d an
pandangan
sejumlah
p lu ralism e
p erso alan
"tetap
d alam
d i b i arkan
m eng g antu ng ", d alam hal i n i , terutam a berkenaan d eng an fu ng si p em er/
desa sebagai " tu m p ah an segala u ru san" yang seharusnya m enjad i urusan
kew enang an p e m e rintah supra-desa (kabup aten).
.
Sementara i t u , p em erintal
desa " d i b i a r k a n " tetap d alam ketid akberd ay aan secara f inansial d eng an segala
m ac am tu ntu tan- kew ajib an y ang harus d iselesaikannya.
Jika
o to n o m i
lo kalitas
( u n tu k sementara)
d isep akati
m e n g am b i l
b e n tu k
sebagaimana f o rm atn y a terc erm in d alam pasal-pasal 200-216 U U n o . 32/ 2004
( o to n o m i desa), maka m u n c u l p ertany aan b eriku tny a, m a m p u k a h U U
32/ 2004
d an
PP
no .
72/ 2005
tentang
desa
ked au latan- d an- kem anid irian
Pem erintahan
sep enuhny a
Desa
no .
m e n jam i n
( k e m an d i ri an
d alam
p eng am b ilan kep u tu san, p end anaan, p eng elo laan lo kalitas)? D ap atkah semua
p rasyarat p e m b ang u nan d i ranah ad m inistrasi p u b l i k desa tersebut d ijalankan
d eng an
b aik sesuai cita-cita o t o n o m i lo kalitas (desa)? Benarkah
p em erintahan
desa
y ang
p o sisi-so sio lo g isny a
"berad a
d alam
o rg anisasi
p erang kap
b iro krasi p e m e rintahan p usat d an kab u p aten" m a m p u m em b eb askan
d an m e w u ju d k an segala cita-cita keberd ayaan
secara ko n stru ktif ?
"jebakan-jebakan
rigid
d an ked au latan
d irin y a
lo kalitas/ d esa
A d akah p o tensi k o n f l i k y ang m u n c u l akib at
bekerjany a
b io krasi" via aturan-aturan y ang sangat m e ng ikat serta secara
d i te n tu k an o leh p e m e rintah "atas desa"? Strateg i
d isu su n u n t u k m em b erd ay akan
d an m eneg u hkan
ap akah y ang
harus
o t o n o m i lo kalitas (desa)
sesuai cita-cita d an selaras d eng an U U 32/ 2004?
1.1.3. O to n o m i Lok al itas (D esa) dan Jeb ak an K o n f l i k V e rti k al
Sebagai
kep u tu san
sesungguhnya
i n n o v a ti f
di
b id ang
b e rtu ju an u tam a m eng o reksi
p o l i ti k - p e m e ri n tah an ,
d an
m e n d e ko n stru ksi
O TDA
id eo lo g i
'"sentralism e-o to ritarianism e" sebagaimana m ekanism eny a telah berjalan
pad a
sistem p em erintahan O rd e Baru ( O RBA ) sejak 1966-1998. Perso alanny a, " r u h
sentralism e" y ang telah b eg itu lama m end arah-d ag ing d alam sistem b iro krasi
d an tata-p em erintahan
o leh
m asih
sebuah
nasio nal, su lit u n tu k d ihap u skan secara
u nd ang - u nd ang
bany ak
hal-hal
y ang
w aktu
m e w u ju d kan
tu n tu tan tatanan-so sial
Ind o nesia
( k e m an d i ri an
d aerah,
d ip erd eb atkan.
m e m e rlu kan
governance).
y ang
p em erintahan
c u ku p
lo kal,
p anjang
sistem
y ang
O leh
u n tu k
serta-merta
d id alam n y a p u n
karena
i tu ,
sam p ai
p ad a
kemasy arakatan
y ang
d em o kratism e,
p artisip asi
O TDA
cita-cita
b aru
p ublik,
di
good-
D al am p erjalananny a, im p lem entasi ko nsep O T D A b ahkan tid ak
sed ikit m eng had ap i halang an, kend ala serta p erso alan-p erso alan
stru ktu ral d an
k u l tu ral p ad a tin g katan im p lem entasi, y ang besarannya berag am
m e n u ru t
K onf lik- K onf lik Kekuasaan dan O toritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataKelola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
kaw asan,zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
setting eko sistem, setting latar-belakang sosio-budaya d an setting sistem
sosial-kemasyarakatan
p eng aruh
setempat. A rtiny a setting geo -so sio -kultural memberikan
sangat berarti bagi
efektivitas imp lementasi
UU
Pemerintahan
Daerah i tu send iri.
D alam pada i tu , penataan sistem tata-p emerintahan baru yang bero rientasikan
d esentralisme d i ting kat kabupaten,, ko ta, juga menghad ap i
struktural
(termasuk
kelembagaan),
ku ltu ral,
persoalan-persoalan
p siko lo g ikal,
d an
tata-
ad m inistratif meny ang kut "hu b u ng an antara p em erintah kabupaten/ ko ta d an
p em erintah desa-desa" d i baw ahnya.
W ew enang yang m elim p ah d i ting kat
p em erintah kabup aten, sebagai akibat d iberlakukanny a O T D A , justru telah
menyebabkan
akumulasi
m u nc u lny a gejala baru
kekuasaan
yang
berupa
di
berlebihan
" resentralisasi"
ting kat
d an
kekuatan
o to ritas-kabup aten/ ko ta.
A kib atny a, kem and irian desa (sebagai w ilay ah-ad ministrasi d i baw ah hierarkhi
kabup aten) kem bali meng alami ' Rekapitalisasi kekuasaan" , d im ana desa "gagal"
m end ap atkan
d u ku ng an modal-politikal
d an modal-kultural
yang d ip erlukan
bagi tu m b u hny a sistem p engaturan desa yang m and iri d an berw ibaw a. Desa
m enjad i
semakin
terg antung
pada
ritm e d an
arahan
kebijakan
p o litik
p em erintahan pada hierarkhi kekuasaan d i atasnya.
Deng an ko nd isi yang d em ikian, d ikhaw atirkan, desa-desa d i Ind o nesia - yang
semula
d iharap kan
menguat status keberdayaannya -
kenyataannya,
justru
m eng alam i realitas sebaliknya y aitu reduksi-kekuatan yang sangat sig nifikan vis
a vis p em erintah kabup aten d an pusat.
(desa) kem b ali "tersed o t"
O to ritas ad m inistrasi kaw asan-lokal
ko nsentrasinya
ke ting kat kabup aten/ ko ta,
d an
menyisakan p ening katan derajat ketergantungan desa terhad ap kabup aten/ ko ta
yang c u ku p substansial
Desa
kem b ali
(desa kehilangan ked aulatan d an kem and irianny a).
meng alami
dependency-syndrome,
sebagaimana terjad i pada era O RBA .
yang
Ketergantungan
situasinya
m i ri p
so sial-eko no mi
d an
p o l i ti k desa terhad ap o to ritas central-government d i masa O RBA k i n i beralih
keterg antung an struktural terhad ap p emang ku o to ritas kabup aten/ ko ta. Sejauh
i n i , desa tetap menghad ap i persoalan inferio ritas serta ketid akm and irian d an
"ketid akb erd aulatan"
atas
w ilay ahny a
send iri
d ikarenakan
ketid akm am p uanny a u ntu k "berko m p etisi serta bersaing " melaw an kekuatan
yang d i m i l i k i o leh o to ritas kabup aten.
Deng an
kata
lain,
p embaharuan
sistem
tata-p emerintahan
kabup aten/ ko ta sebagaimana melekat pada ko nsep OTDA,
dampak perubahan
berarti terhadap sistem tatapemerintahan
di
ting kat
tidak memberikan
di tingkat desa. Jika
hal i n i d iang ap perso alan yang mengganggu cita-cita o to n o m i lo kalitas (desa),
maka p ertanyaannya, m o d el refo rmasi tata-p emerintahan (desa) seperti apakah
yang seharusnya d ilakukan? Jika p embenahan d i ting kat kabup aten p u n harus
d ilaku kan, maka bagaimana strategi yang harus d item p uh?
K o nf l ik - K o nf l ik K ekuasaan dan O toritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataK el ol a Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
Selain
p erso alan
m eny eb ab kan
di
atas,
p elemahan
ketim p ang an
sosial
ke m an d irian
d alam
seterusnya
akan
stru ktu r tata- p em erintahan
y ang
akhirny a bisa m ered u ksi keseluruhan cap aian
d an p o l i ti k y ang d ic ita- c itakan bersama.
desa
p em b ang u nan
so sial- eko no m i
Sejum lah p erso alan d an tantang an
y ang m u n c u l , ad alah:
1.
Desa b erp o tensi m eng alam izyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
guncangan stabilitas sosial-politik d an kekacauan
organisasi
sebagai akibat berlang sung ny a
tata-pemerintahan
kekuasaan
d an
w ew enang
secara
v ertikal,
antara
ko nflik-ko nflik
p em eg ang
o to ritas
p e m e rintahan desa versus p emegang o to ritas p em erintahan kab u p aten ( d i
"atas d esa").
2.
Secara h o riso n tal, tata-p em erintahan
desa f o rm al m e ng had ap i
l o k a l " b erup a
" p e m e rintahan
sistem
tata-p eng aturan
histo ris telah berurat-berakar d i ting kat lo kal. Konflik
di tingkat
ad at"
"law an-
y ang
otoritas
secara
kelembagaan
lokal su ng g u h su lit d i h i n d ark an , o leh karena setiap sistem tata-
m e m i l i k i dasar rasio nalitas d alam c ara-b erp ikir
p e m e rin tah an
( " lo g ika" )
tersend iri, y ang semuanya sama-sama masuk akal. D al am U U n o . 32/ 2004
p e m e rintahan desa m e m an g m enjad i satu-satunya o rg anisasi
di
" super-power"
lo kalitas
(desa)
y ang
d ib e rikan
p eng atu ran
kew enang an
u n tu k
m e ng ad m inistrasikan segala m acam urusan ( lihat U U n o . 32/ 2004 pasal
206).
N am u n,
sebelum
p em erintahan
desa h ad i r
d an
d i ak u i ,
secara
kesejarahan kelem bag aan ad at telah eksis terleb ih d ah u l u . H i n g g a k i n i p u n
relev ansi
d an
eksistensinya
d alam
p eng atu ran
k e h i d u p an
so sial-
kemasy arakatan l o k al tetap d i ak u i o leh masyarakat l o kal .
3.
Kapasitas
infrastruktur
desa y ang
kelembagaan
ada
(p ad a
keny ataanny a)
terlalu le m ah (atau h am p i r tid ak berarti) d an rap u h keku atan f inansialny a
d alam
m e n o p an g
proses-proses
tata-p em erintahan
m e n u ru t
o t o n o m i d an k e m an d i ri an lo kalitas (desa) - sehingga
lo kalitas (desa) akan
p e m e rin tah an
m eng alam i
tu n tu ta n •
k e m u n g k i n an n y a,
k e l u m p u h a n b ila ti d ak
d irev italisasi.
4.
Sistem
so sial-eko no m i
d an kesejahteraan masyarakat
desa tetap
mengalami
stagnasi, insecure, tak m a m p u berkem bang , tid ak m a n d i r i , b erg antu ng d ari
sum ber keku atan e k o n o m i d ari lu ar, serta tid ak sustainable
tid ak lang su ng
desa d alam
Secara
d ari
ke tid akm am p u an p em ang ku
m eng g erakkan
ring kas,
p em erintahan
hal
ini
d ikatakan
dan
koordinasi
d an
sebagai
sebagai akibat
o to ritas- p em erintahan
m eng g ali
krisis
p o tensi
le kai.
ketatap em erintahan
lo kalitas (d esa).
5. Jurang-komunikasi
kab u p aten
d an desa tetap lah
antara o to ritas ad m inistrasi p e m e rin tah an
lebar,
sekalip u n U U
no .
32/ 2004
telah
m e m b e ri kan k o r i d o r k o m u n i k asi y ang k o n stru k ti f . H a l i n i m eny eb ab kan
tid ak semua asp irasi desa tersam bung kan
m asu kan
p e n ti n g d alam
o to ritas p e m e rintahan kabup aten.
flKBHBBB *'"
ke "atas d esa" d an
proses p eru m u san
kebijakan
o leh
m e njad i
p e m ang ku
K onf lik- K onf lik Kekuasaan dan Otoritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataKelola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
6.
Organisasi p emerintahan desa bersama lembaga kemasyarakatan d i desa,
kenyataannya, juga sangat
lemah kem am p uanny a d alam menjalankan
p engelo laan p emerintahan secara internal, pelayanan p u b lik,
kapasitas
u n tu k berinisiatif, serta kapasitas keuangan d an penganggaran.
Prasyarat
m i n i m al tata-p emerintahan i n i jelas akan m eny u litkan pencapaian derajat zyxwvutsrqponmlk
yang
lebih
baik
sepertiynmjida
a d a n ya
j a m i n a n akses
keterlibatan/ p artisip asi p u b lik d alam pengelo laan d an ko n tro l terhad ap
p em erintahan y ang lebih baik.
governance
good-rural
Sementara i tu kenyataan d i lapangan m enu nju kkan, bahw a cita-cita ko m unitas
lo kal
(desa)
u ntu k
d apat
merealisasikan
derajat
kesejahteraan,
kead ilan,
keberd ayaan d an kem and irian yang lebih ting g i "secara segera", menjad i fakto r
p end o ro ng
terus d iresp o nsnya U U no . 32/ 2004 secara antusias. Respons
tersebut terutama sangat terasakan d i kaw asan pedesaan Jaw a, d im ana struktur
tata-p emerintahannya
memang
p em erintahan tersebut.
telah
terhad ap
well-adapted
UU
tata-
H al sebaliknya terjad i d i "desa-desa ad at" atau desa
d im ana sistem tata-pengaturan so sial-kemasyarakatannya menggunakan basis
leg itimasi selain U U Pemerintahan Daerah.
Sekalip un U U no . 32/ 2004 mengapresiasi keberadaan tata-aturan adat (pasal
203 d an pasal 216), n am u n o to ritas adat d engan sistem tatapemerintahan
asli,
sulit beradaptasi/ menyelaraskan d engan keberadaan sistem tata-p emerintahan
f o rm al d alam ko nsep desa. A lhasil, d alam merespo ns p eluang d esentralisasi1
atau o to n o m i lo kalitas (desa) y ang d itaw arkan o leh negara melalui platform
UU
n o . 32/ 2004, o to ritas adat seringkah berbenturan secara kelembagaan
d engan o to ritas f o rm al (p emerintah desa) y ang legitimate m enu ru t h u k u m
p o sitif kenegaraan.
Sesuai d engan p rinsip -p rinsip desentralisme m enu ru t U U n o . 32/ 2004, maka
"p erubahan nasib" sebuah ko m unitas lo kal (desa) hanya bisa d irealisasikan
bila ko m u nitas lo kal
tanggung jawab
tersbut m eng am bil prakarsa
penuh,
kewenangan
dan
y ang subtansial pada p raktek p em erintahan d ari kelembagaan
p em erintahan pada hierarkhi kew enangan jurisd iksio nal d i atasnya. Prinsip i n i
Rondinelli
an d
N el l i s (1986)
s eb ag ai m an a
d i k u ti p
ol eh
Cohen
an d
Peterso n
(1999)
m e n g e m u k ak an
b ah w a
zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWUTSRPMEC
d es en tral i s as i ad ai ah ''ihe t ransfer qf respo nsibilicv fo r planning, m ana.eanent , and ibe raism s and aUo iat io n o f resourccs fro m
t he cent ral gpvcrnm ent and it s agencit s t o field unit s of go vernm cn! agenaes, subo rdinat e unit s o r levels of go vernm ent , sem i
aut o no m o us pt t biic aut ho rit ies o r co rpcrado ns, area-w ide regio nal o r funct icnal aut horit ies. o r no n-go nem m er.t al privale o r
vo lunt ary o rgan dado ns".
A d a tiga b e n tu k
d e s e n t ra l i s a s i - a d m i n i s t ra t i f
y an g d i k e n ai d a n p e n ti n g u n t u k
d i k e tah u i
y ai tu : ( 1 ) d e k o n s e n t ra s i , y an g m e n u n j u k p ad a transf er k e w e n an g an d ari j e n j an g h i e rark h i ad m i n s tras i tertentu k e
b aw ah , n a m u n m a s i h tetap d al am
p ad a
satu jurisdicdo nal aut bo rit y p ad a p e m e ri n tah p u s at; (2.) d e l e g as i , y an g m e n u n j u k
t ransfer o f go vernm ent decisio n-m aking and adm inist radve aut bo rit y u n t u k s e b u ah tugas tertentu k ep ad a
o rg an i s as i
s u atu
tertentu y an g s i f atn y a b isa t idak-secara-langsung at aupun independen d ari k o n tro l p e m e ri n tah ; (3) d e v o l u s i ,
y an g m e n u n j u k p ad a transf er k e w e n an g an d ari p e m e ri n tah
y an g m e n g e m b an
(cent ral go vernm ent ) k ep ad a lo cal-level gpvernm ent al unit s
status seb agai ho lding inst it udo n y an g d i s ah k an o l e h p e ratu ran
h u k u m (l eg i s l ati o n ) (l i h at C o h e n
an d Peters o n ,
1999). M e n u ru t W o r k (2001), d e v o l u s i d ap at d i k ate g o ri k an j ug a seb agai d e s e n tral i s as i " p o l i t i k " j i k a
p e n g e rti an n y a
m e n c a k u p " ad an y a transf er tang g ung j aw ab
atau k e k u as aan p e n g atu ran / re g u l as i
secara p e n u h
d al am
decisio n-m aking, p e n g g u n aan resources, d an p e n ci p taan p e n d ap atan , d ari o to ri tas tung g al - neg ara k ep ad a o to ritas p u b l i k
( m as y arak at s i p i l , negara d a n sw asta) y an g o t o n o m d i ti ng k at l o k al d a n b ek erj a secara independent legal endt y".
K onf l ik - K onf l ik K ekuasaan dan O toritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataK elola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
terc erm in p ad a pasal 212 d an 213 b ahkan pasal 214 (tentang kerjasama desa)
U U no . 32/ 2004 y ang m e m b e rikan keleluasaan p enu h bagi p e m e ri n tah desa
u n tu k m e n g h i m p u n sum ber-sum ber p end anaan bagi kesejahteraan
masyarakat
desa. Kew enang an tersebut d i l i m p ah k an "ke b aw ah" d an d im an f aatkan sebagai
" m o d a l " bag i p eny eleng g araan tata-p em erintahan desa.
Perso alannya
k e m u d i an : (1) apakah setiap desa m am p u u n tu k
o to no m isasi desa d eng an p end ekatan y ang seragam
m enjalankan
sesuai U U n o . 32/ 2004
(p ad ahal jelas d i m a k l u m i bahw a setiap desa m eng had ap i kend ala-kend ala y ang
khas, d i m an a d erajat p erso alanny a p u n berbed a antara satu d an l ai n desa)? (2)
M e l i h at
asp eknya
y ang
desa,
p em erintahan
d esentralisasi-d esa
b eg itu ko m p leks d ih ad ap i o leh sistem
m aka
muncul
p ertany aan:
bisa d i te ri m a d an o p erasio nal
tata-kelo la
sejauhmana
keb ijakan
sesuai d eng an
kerag am an
JikazyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHGF
devolusi-kekuasaan
ad alah
stru ktu r so sial masy arakat desa d i Ind o nesia?
cita-cita d esentralisasi y ang d i p i l i h u n tu k m em b erd ay akan desa, m aka m u n c u l
p ertany aan:
b ag aim anakah
p entahap an
p enataan
tata-p em erintahan
desa
seyo gianya d i l ak u k an agar cita-cita "ked aulatan d esa" (keberd ay aan desa) d an
kesejahteraan desa terw ujud ?
1.1.4
K o nsep tual isasi O to n o m i Lokal itas (D esa)
" D e v o lu si
kekuasaan"
lo kalitas (desa).
jelas
sulit d iresp o ns
secara serta-merta
o leh
setiap
H a l i n i d isebabkan o leh bany ak f akto r, d iantarany a ti d ak
semua lo kalitas (desa) m e m i l i k i d erajat p erkem bang an kem aju an sep erti y ang
terjad i d i keb any akan desa d i Pulau Jaw a. A d a kerag am an y ang sangat tin g g i
y ang m eny eb ab kan o to no m isasi desa harus m eng am b il strategi berbed a-bed a.
Sistem p e m e rin tah an lo kalitas (desa) d i berbagai kaw asan Ind o nesia sep erti
N ang g ro e A c e h
D arussalam ,
ranah
M in an g kab au , Bali, d an Pap ua,
m eng enal tata-p eng aturan so sial-kemasyarakatan asli y ang berbasis p ad a
ikatan
tradisi
keturunan
sedarah
d an
(genealogis),
ikatan
religiositas.
telah
ikatan-
Tata-
p eng atu ran ad at tersebut telah ada b ahkan sebelum N eg ara Kesatuan Re p u b l i k
Ind o nesia
d i l ah i rk an
kekuasaan
d an
( lihat
Syafa'at,
kew enang an
2002).
p em erintahan
D eng an
di
kata
sekto r
p em erintah desa akan b erb entu ran d eng an kelembagaan
l ai n ,
p ublik
d ev o lu si
terhad ap
p em erintahan
adat
y ang telah eksis terleb ih d ah u l u d an legitimate secara trad iso nal. Siapa y ang
harus m e n d ap atkan devolving
power d ari "atas-desa"? Pem erintah desa f o rm al
( m e n u ru t U U n o . 32/ 2004) ataukah o to ritas adat?
D ev o lu si m e n g an d u n g d u a m akna sekaligus, y aitu : transfer
pemerintahan
sesuatu
hal
d an pengambil-alihan
( u ru san
p ublik)
tanggung
kekuasaan regulasi atau pengaturan
di
ting kat
lo kal.
D al am
jawab
atas segala
tata-p eng aturan
p e m e rintahan y ang m a n d i r i (berbasiskan d ev o lusi), b erarti tata- p em erintahan
desa
harus
p e m e rintahan
" re l ati f
p ad a
bebas"
d ari
h i e rark h i o to ritas
c am p u r
di
tang an
"atas-desa"
keku atan-keku atan
(sup ra
desa)
y aitu :
K onf lik- K onf lik Kekuasaan dan Otoritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataKelola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
Pemerintah Kabup aten/ Ko ta atau Pemerintah Pusat. N a m u n d em ikian, stud i
d ari
berbagai
sebaliknya.
m eng am b il
kasus d an daerah-daerah,
m eng ko nfirm asikan realitas
yang
Desa menghad ap i ting katzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHG
kesulitan yang sangat buruk u n tu k bisa
alih
lim p ahan
kekuasaan
yang
d ib erikan
o leh
o to ritas
jurisd iksio nal "atas-desa" tersebut. Beberapa hambatan struktural yang segera
tam p ak ad alah, ketidaklengkapan dan ketidakberfungsian kelembagaan,
kapasitas
kelembagaan, d an kapasitas kepemimpinan serta sumberdaya manusia (perangkat
desa), sumber keuangan desa yang terbatas, d an ling ku ng an lain yang tid ak
m end u ku ng .
Deng an
d em ikian, d o ro ng an keing inan desa u n tu k
m am p u
menjalankan sistem tata-kelo la p emerintahan desa yang o to n o m d an m and iri
serta
baik
{rural
good and
self-reliant governance
system),
tid ak
m ung kin
d iw u ju d kan segera (d alam hitung an hari atau bulan), b ahkan bisa bertahuntahu n lamanya.
Secara ko nsep tual-teo retikal, u ntu k bisa mencapai derajat kem and irian yang
sesuai d engan p rinsip desentralisasi d an o to n o m i lo kal, maka harus d ilaku kan
p entahap an
pengembangan
mengad aptasi ko nsep
uState
kelembagaan
building
p em erintahan
desa.
Deng an
d ari Fukuy ama (2004), akan d id ap atkan
d ua dasar p enting terbentuknya sebuah tata-p emerintahan (lo kal) y ang efektif,
y aitu: (1) derajat efektivitas p emerintahan yang ting g i, d an (2) sp ektru m d ari
fung si yang d ijalankan o leh p emerintahan - the the
funetion
yang
d iru m u skan
tid ak terlalu melebar.
empat
bentuk
tam p ak pada Gambar 1.
tata-kelola
D ari
ko nsepsi
p em erintahan
scope of
governmental
Fukuy am a,
(desa)
tersebut
sebagaimana
K o nf l i k - K o nf l i k K ekuasaan dan O toritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataK elola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
D erajat Ef ektivitas Pemerintahan
- sangat
tinggi
IV
T i p e ideal - >
p e m e ri n tah an
Pem eri n tah desa y an g
desa
y an g k uat d an sangat
ef ektif d e n g an f ungsi
sangar ef ek ti f / k uat
(
d eng an
\
r
p eran / f u n g s i
sangat luas
terb atas/ ringk as
K o n d i s i " i d eal "
u n tu k I n d o n e s i a
S cop t of
Scopc of
govt rnm ent al
funct ion
- sangat
governm ent al
4-
funct ion
ringkas
- sangat
luas
Pe m e ri n tah
desa
Pem eri n tah desa y an g
y an g l e m ah , tidak
tidak ef ek ti f d en g an
ef ek ti f d eng an
f u n g s i / p e ran
f u n g s i / p eran
y an g
y an g
sangat l uas - > k o n d i s i
sed i k i t
riil d i I n d o n e s i a
III
II
D eraj at Ef ektivitas Pem erintahan
- sangat rendah
Gam bar 1. Em p at Tip e Sistem Tata Pengaturan Pem erintahan Desa
( d im o d if ikasi d ari Fukuy am a, 2004)
Pada G am b ar 1, terp etakan em p at tip e sistem tata-p eng aturan p e m e rin tah an
desa d eng an k o m b i n as i d erajat efektiv itas p em erintahanny a d an luasny a f u ng si
p e m e rintahan y ang d ijalan kan . Setiap
ko m b in asi d i w ak i l i o leh satu ru ang .
D i m u l a i p ad a ru ang I , ad alah w ilay ah d im an a d i te m u k an p em eritahan desa
d eng an
re ntang
f u ng si/ p eran ad m inistratif - kew enang an y ang
sangat
luas,
n a m u n d alam w aktu y ang bersamaan kekuatan o rg anisasi p e m e rin tah an desa
p u n sangat e f e k ti f d an ku at u n tu k m eno p ang p eny eleng g araan semua u ru san
kondisi ideal tata-pemerintahan
lokalitas
tersebut. Ru an g i n i b ila tercap ai, ad alahzyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(desa) ala Ind o nesia (sesuai y ang d iam anatkan o leh U U n o . 32/ 2004 d an PP
no . 72/ 2005). Sebag aimana d ike tah u i hasil stu d i d i Sumatera Barat, m isalny a,
m e n g k o n f i rm asi
d ite m u kan n y a leb ih
d ari
100
urusan p u b l i k
d itang ani o leh o rg anisasi p e m e rin tah desa p ad a saat i n i .
sangat
besar
u n tu k
u k u ran
sebuah
sumberd ay a
kebany akan d alam kead aan sangat terbatas.
cita-cita
k e m an d i ri an
kelembag aan
bureaucracy
masy arakat
lo kal,
p e m e rin tah an
sem p o y o ng an
harus
tersebut
desa y ang
M e ski b aik u n tu k m e w u ju d k an
nam u n
secara
o rg anisasio nal
p e m e rin tah an desa sep erti i n i berpotensi mengarah
y ang berg erak
y ang
Ju m l ah
"tanp a f o ku s" , karena
ke
chaotic-
b any akny a
f u ng si y ang harus d itang ani/ d iselesaikan.
Pada ru ang I I . terd ap at kaw asan d i m an a d i te m u k an kelembag aan
kap asitas/ efektiv itas p em erintahanny a y ang sangat
rend ah (sehing g a
d eng an
sangat
K onf lik- K onf lik Kekuasaan dan Otoritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataKelola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
lemah) n am u n pada w aktu yang bersamaan, p em erintahan desa juga harus
menjalankan fung si yang sangat luas. Tip e i n i ad alah tip ikal p em erintahan
desa y ang d item u kan ham p ir d i seluruh Ind o nesia saat i n i . Pada ruang i n i
p em erintahan desa benar-benar berada pada statuszyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQPON
failedgovernment. Tip e tatakelo la p em erintahan yang d em ikian, d inilai sangat b u ru k karena m e m i l i ki
ketahanan
o rganisasio nalnya
sangat
kecil
sehingga
rentan
mengalami
"d estabilisasi" d an "g uncang an" atau orgamzational chaos. D alam po sisi seperti
i n i " b an tu an " d ari kelembagaan "atas-desa" m u tlak d ip erlu kan.
Dengan kata
lain, feno mena ketergantungan p emerintah desa pada sumberd aya luar tamp ak
sangat m eno njo l d i ruang I I i n i .
Ruang I I I m ew akili kaw asan d imana p em erintahan desa y ang sangat lemah
(tid ak
efektif) m eskip un fungsi-fungsi yang harus d ijalankan
tid aklah bany ak.
sebenarnya
Tip e tata-kelo la p emerintahan pada ru ang I I I adalah tip e
terb u ru k d ari keempat tip e yang ada. Pemerintahan desa benar-benar gagal
berp eran, sekalip un tid ak banyak hal yang harus d itang ani. Sementara i tu ,
Ruang IV m ew akili kaw asan d imana d item u kan "tip e id eal" sebuah
tata-
p em erintahan desa m enu ru t konsep Fukuy ama. Pada w ilay ah i n i , kekuatan
efektiv itas-p emerintahan desa berada pada derajat y ang sangat kuat. A rtiny a
p em erintahan desa m am p u mengend alikan semua kekuasaan d an kew enangan
yang d i m i l i k i n y a u n tu k meno p ang d an m ew ujud kan cita-cita masyarakat desa
(kesejahteraan, kem and irian, kead ilan, d an martabat). Karena fung siny a y ang
sangat ring kas, p em erintahan desa m am p u m elakukan fo kus, d an m enjalin
sinergi serta kerjasama kem itraan dengan p ihak luar p em erintahan desa u n tu k
m ew ujud kan cita-cita kesejahteraan tersebut.
Jika d ip etakan d engan menggunakan kerangka p em ikiran Fukuy am a (2004)
tersebut, maka semua desa d i Ind o nesia akan "terbag i habis" (teralo kasikan) ke
d alam setiap ruang .
Persoalannya, jika ruang IV ad alah "tip e id eal" y ang
hend ak d icap ai, maka bagaimanakah cara m entransfo rm asikan sistem tatap em erintahan desa-desa yang berada d i ruang I , I I , d an I I I ke ruang IV .
A p akah ru ang I ad alah tip e id eal "sementara" y ang seharusnya d icap ai terlebih
d ahu lu (sesuai U U no . 32/ 2004). D i ruang i n i , d ilaku kan tahap an p aling
p enting y aitu p emberd ay aan 2
infrastruktur kelembagaan
pada sistem
tata-
kelo la p em erintah desa seraya terus mengefisienkan fung si d an p eranannya.
T e rd ap at b an y ak b atas an
zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWUTSRPMEC
(em po w erm ent ), d al am hal i n i d u a b atas an y an g b i s a d i k u ti p ad al ah :
tentang p e m b e rd ay aan
"em powerm ent gpes well beyond t he narrow realm oj polit ical power, and differs front t he classical definit ion oj power by Max
Weber. Em powerm ent is used t o describe t he gaining of st rengt b in t he various ways necessary t o be able t o m ove out of
povert y, rat ber t han lit erally "t aking over power from som ebody else" at t he purely polit ical level This t neans, it includes
knowledge, educat ion, organiz at ion, rigbt s, and 'voice' as well asfinancial and m at erial resources" (S chnei d er, 1999).
S em en tara i tu b atas an l ai n ad al ah: em powerm ent m ay, socio-polit ically, be viewed as a condit ion wherepowerless people m ake
a sit uat ion so t bat t hey can ez ercist t beir voice in t he affairs of governance ( O s m a n i , 2 0 0 0 ) .
K onf l ik - K onf l ik K ekuasaan dan O toritas Kelembagaan Lokal dalam Reformasi TataK elola Pemerintahan D esa: Investigasi Teoretik dan Empirik
Pem erintahan desa sepantasnya berko nsentrasi pad a f u ng si eksekusi d i ting kat
kep ala desa, y aitu : p elay anan p u b l i k d an p elaksanaan regulasi d i m an azyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaWVUTSRQP
scope-nyz
pun
harus
ring kas.
Sementara
Bad an
berko nsentrasi pad a f u ng si legislasi,
d ip e rlu kan
bersama-sama d eng an
Permusy aw aratan
Desa
p em erintahan desa.
( BPD )
making d i saat
sup erv isi, d an joint-decision
Fung si
lain
sep erti
d i l ak u k an secara terp isah d alam tata-p em erintahan
income-gencrating function
desa n a m u n tetap d alam kend ali kelembagaan ekseku tif d an leg islatif d-.^a. I «
no . 32/ 2004 d an PP no . 72/ 2005 juga m e m u n g k i n k an d ikem b ang kanny a
jejaring
kerjasama
so sial-eko no m i
m elalu i p o la
kem itraan atau
partnersbip
d eng an p i h ak lain ( p u b l i k ) sesuai k o ri d o r h u k u m y ang b erlaku .
A g ar good rural governance system bisa tercap ai, m aka d i p e rl u k an sejum lah up aya
m e m b an g u n
d i l aku kan
desa {rural
keberd ay aan
u n tu k
m encap ai
H al - h al y ang
empowerment).
h al i tu ad alah
p enataan
f u ng si
d ap at
kelembagaan,
p erku atan kap asitas o rg anisasio nal m e lalu i p eng em b ang an kapasitas o rganisasi
d an sum berd ay a m anusia ( SD M ) , serta m eng em b ang kan
sistem
m anajem en
p em erintahan desa y ang efektif. Pertany aanny a, p enataan sp esifik apa sajakah
y ang semestinya d ilaku kan?
M e ski d e m i k i an , agend a p ekerjaan u n tu k m eref o rm asi tata-p em erintahan d
ke arah o t o n o m i lo kal (desa) y ang kuat, b u kan l ah hal y ang m u d a h u n tu k sertam erta d i w u ju d k an tanp a p e rh itu n g an d an analisis y ang m atang .
D i p e rl u k ;>
serangkaian riset-aksi y ang m em ad ai u n tu k bisa m e n g in d e n tif ikasi kekhasankekhasan
y ang d i m i l i k i
o leh
setiap
desa, sehingga
strateg i p enataan
tata-
p em erintahan desa m e njad i khas sifatny a. Setting g eo -so sio -eko lo g i-lo kal, sosa
bud ay a, struktur-kem asy arakatan, sp asial-kew ilay ahan, so sio - p o litik, d an f ak to i f akto r lain akan sangat m e m p e n g aru h i tam p i l an sistem tata-p em erintahan desa
d i suatu kaw asan, y ang selanjutny a m eng hend aki p end ekatan y ang berbed abeda antara satu d an l ai n desa.
D i h arap kan , d i te m u k an sebuah
inno v asi rancang an sistem
tata-pemerintahan
desa y ang bisa d ih asilkan m e l al u i rang kaian stud i-aksi y ang d i l ak u k an o leh
Pusat Stu d i Pem b ang u nan Pertanian d an Pedesaan - In sti tu t Pertanian Bo g o r
(PSP3IPB) y ang bekerjasama d eng an Partnersbip for
Nation
Development
" Partnership-Based
2006
Prograrnme
Rural
i n i , d ih arap kan
terp ap ar
di
atas
(UNDP)
Governance Reform'
y ang
d ap at
p ad a
menjaw ab
akhirny a
Governance
Ind o nesia.
Reform -
Riset-aksi
Uni
b e rju d u l
y ang d ilaksanakan sep anjang tah u n
p erso alan-p erso alan
d ap at
m enjad i
sebagaimana
jaw aban
d alam
m em b erd ay akan/ m em p erb aiki kapasitas p em erintahan lo kal (d esa).
Stud i-aksi p ad a keg iatan i n i d ih arap kan m eng hasilkan ru m u san k o n s tr u k ti f
tata-kelembagaan d an gagasan ke arah reformasi tata-kelola pemerintahan
tata-kelembagaan yang
konstelasi fungsional-strukturalnya
e f e ktif d an m a n d i r