Perda No. 11 Tahun 2002 RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN
TANJUNG JABUNG BARAT
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
NOMOR 11 TAHUN 2002
TENTANG
RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,
Menimbang:
a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001
tentang Retribusi Daerah, maka Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
merupakan jenis Retribusi Daerah Kabupaten;
b. bahwa berdasarkan hal sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas perlu menetapkan
Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah dengan suatu Peraturan Daerah.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II
Sarolangun Bangko dan Daerah Tingkat II Tanjung Jabung dengan mengubah
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom
Kabupaten di Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 50);
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3848);
4. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);
5. Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3903);
6. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2000 tentang Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1983 tentang Pedoman Kerjasama
Antar Perusahaan Daerah Dengan Pihak Ketiga);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984 tentang Tata Cara Pembinaan
dan Pengawasan Perusahaan Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 1 Tahun 2001 tentang
Rencana Strategis Kabupaten Tanjung Jabung Barat;
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI
USAHA DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Kabupaten adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat;
b. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat;
c. Bupati adalah Bupati Tanjung Jabung Barat;
d. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang retribusi daerah yang
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
e. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan
Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan
bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan, atau
Organisasi yang sejenis, Lembaga Dana Pensiun, Bentuk Usaha Tetap serta Bentuk
Badan Usaha lainnya;
f. Retribusi Jasa Usaha adalah Retribusi atas Jasa yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sektor swasta;
g. Retribusi Penjualan Produksi Daerah yang selanjutnya dapat disebut Retribusi adalah
pembayaran atas penjualan hasil Produksi Usaha Daerah;
h. Wajib Retribusi adalah orang Pribadi atau Badan yang menurut Peraturan Perundangundangan Retribusi yang diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi;
i. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat
SPdORD, adalah surat yang digunakan oleh wajib Retribusi untuk melaporkan data
Objek Retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran
Retribusi yang terhutang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;
j. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah
Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang;
k. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan
mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan
pemenuhan kewajiban Retribusi berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
Retribusi Daerah;
l. Penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut
Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tindak pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dipungut Retribusi sebagai
pembayaran atas penjualan Hasil Produksi Usaha Daerah.
Pasal 3
(1) Objek Retribusi adalah Penjualan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah yang
meliputi :
a. Benih Tanam;
b. Benih/Bibit Ternak;
c. Benih Ikan;
d. Hasil Produksi Usaha Daerah.
(2) Tidak termasuk Objek Retribusi adalah Penjualan Hasil Produksi Daerah dari pihak
swasta.
Pasal 4
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Usaha yang membeli hasil produksi
usaha daerah.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan volume hasil produksi yang dijual.
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif didasarkan atas tujuan
untuk mendapatkan keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas
diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada
harga pasar
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
Besarnya Tarif Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9
Retribusi yang terhutang dipungut di wilayah daerah tempat penjualan dilakukan.
BAB VIII
SAAT RETRIBUSI TERHUTANG
Pasal 10
Saat Retribusi terhutang adalah pada saat diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB IX
SURAT PENDAFTARAN
Pasal 11
(1) wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD.
(2) Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau
Kuasanya.
(3) Bentuk, isi dan Tata Cara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana
dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.
BAB X
PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 12
(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) ditetapkan
Retribusi terhutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumentasi lain yang
dipersamakan.
(2) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.
BAB XI
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 13
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau Dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB XII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 14
Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran Retribusi diatur dengan
Keputusan Bupati.
BAB XIII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 15
(1) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenisnya sebagai awal
tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari
sejak jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain
yang sejenis Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terhutang.
(3) Surat Teguran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat
yang ditunjuk oleh Bupati.
BAB XIV
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 16
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi.
(2) Pemberian pengurangan atau keringanan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dengan kemampuan Wajib Retribusi.
(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi ditetapkan oleh Bupati.
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 17
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan
keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda
paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi yang terhutang.
(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.
BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 18
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
dibidang Retribusi Daerah.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana Retribusi Daerah tersebut;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
d. Memeriksa buku-buku catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
e. Melakukan penggeledahan atau bahan bukti pembukuan, pencatatan dan
dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana dibidang Retribusi Daerah;
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang
atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi daerah;
i. Memanggil seorang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini ketentuan yang telah ada sebagai pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 20
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 21
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Ditetapkan di Kuala Tungkal
Pada tanggal 2 Desember 2002
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT
ttd
USMAN ERMULAN
Diundangkan di Kuala Tungkal
Pada tanggal 2 Desember 2002
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN
TANJUNG JABUNG BARAT
ttd
M. YAMIN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT :
NOMOR
: 26
TANGGAL
: 2 Desember 2002
SERI
:C
NOMOR
: 14
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
NOMOR 11 TAHUN 2002
TENTANG
RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH
I. PENJELASAN UMUM
Peraturan Daerah ini disebut Peraturan Daerah tentang Retribusi Penjualan Produksi
Usaha Daerah dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Penyusunan Peraturan Daerah
ini adalah sebagai tindak lanjut pelaksanaan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
1997 tentang Retribusi Daerah dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119
Tahun 1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan
Daerah Tingkat II, dimana Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah termasuk
dalam jenis Retribusi Jasa Usaha sebagaimana dimaksud pasal 18 ayat (2) huruf b
Undang-undang Nomor 18 Tahun tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pasal 3
ayat (2) huruf m Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi
Daerah dan pasal 7 huruf b angka 6 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119
Tahun 1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan
Daerah Tingkat II.
Penetapan Peraturan Daerah ini agar dapat menjamin terlaksananya usaha Pemerintah
dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga dengan kemampuan
keuangan yang semakin meningkat akan memberi manfaat besar bagi Pembiayaan
Pemerintah dan Pembangunan daerah. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dalam menunjang Otonomi Daerah yang memiliki peran penting didalam
Pembiayaan Pembangunan Daerah adalah melalui pungutan atas Retribusi Penjualan
Produksi Usaha Daerah, sehingga diharapkan akan meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pungutan Retribusi Daerah serta akan meningkatkan mutu dan jenis
pelayanan kepada masyarakat.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
TANJUNG JABUNG BARAT
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
NOMOR 11 TAHUN 2002
TENTANG
RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,
Menimbang:
a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001
tentang Retribusi Daerah, maka Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
merupakan jenis Retribusi Daerah Kabupaten;
b. bahwa berdasarkan hal sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas perlu menetapkan
Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah dengan suatu Peraturan Daerah.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II
Sarolangun Bangko dan Daerah Tingkat II Tanjung Jabung dengan mengubah
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom
Kabupaten di Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 50);
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3848);
4. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);
5. Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3903);
6. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2000 tentang Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1983 tentang Pedoman Kerjasama
Antar Perusahaan Daerah Dengan Pihak Ketiga);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984 tentang Tata Cara Pembinaan
dan Pengawasan Perusahaan Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 1 Tahun 2001 tentang
Rencana Strategis Kabupaten Tanjung Jabung Barat;
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI
USAHA DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Kabupaten adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat;
b. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat;
c. Bupati adalah Bupati Tanjung Jabung Barat;
d. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang retribusi daerah yang
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
e. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan
Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan
bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan, atau
Organisasi yang sejenis, Lembaga Dana Pensiun, Bentuk Usaha Tetap serta Bentuk
Badan Usaha lainnya;
f. Retribusi Jasa Usaha adalah Retribusi atas Jasa yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sektor swasta;
g. Retribusi Penjualan Produksi Daerah yang selanjutnya dapat disebut Retribusi adalah
pembayaran atas penjualan hasil Produksi Usaha Daerah;
h. Wajib Retribusi adalah orang Pribadi atau Badan yang menurut Peraturan Perundangundangan Retribusi yang diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi;
i. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat
SPdORD, adalah surat yang digunakan oleh wajib Retribusi untuk melaporkan data
Objek Retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran
Retribusi yang terhutang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;
j. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah
Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang;
k. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan
mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan
pemenuhan kewajiban Retribusi berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
Retribusi Daerah;
l. Penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut
Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tindak pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dipungut Retribusi sebagai
pembayaran atas penjualan Hasil Produksi Usaha Daerah.
Pasal 3
(1) Objek Retribusi adalah Penjualan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah yang
meliputi :
a. Benih Tanam;
b. Benih/Bibit Ternak;
c. Benih Ikan;
d. Hasil Produksi Usaha Daerah.
(2) Tidak termasuk Objek Retribusi adalah Penjualan Hasil Produksi Daerah dari pihak
swasta.
Pasal 4
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Usaha yang membeli hasil produksi
usaha daerah.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan volume hasil produksi yang dijual.
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif didasarkan atas tujuan
untuk mendapatkan keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas
diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada
harga pasar
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
Besarnya Tarif Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9
Retribusi yang terhutang dipungut di wilayah daerah tempat penjualan dilakukan.
BAB VIII
SAAT RETRIBUSI TERHUTANG
Pasal 10
Saat Retribusi terhutang adalah pada saat diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB IX
SURAT PENDAFTARAN
Pasal 11
(1) wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD.
(2) Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau
Kuasanya.
(3) Bentuk, isi dan Tata Cara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana
dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.
BAB X
PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 12
(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) ditetapkan
Retribusi terhutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumentasi lain yang
dipersamakan.
(2) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.
BAB XI
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 13
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau Dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB XII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 14
Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran Retribusi diatur dengan
Keputusan Bupati.
BAB XIII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 15
(1) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenisnya sebagai awal
tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari
sejak jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain
yang sejenis Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terhutang.
(3) Surat Teguran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat
yang ditunjuk oleh Bupati.
BAB XIV
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 16
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi.
(2) Pemberian pengurangan atau keringanan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dengan kemampuan Wajib Retribusi.
(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi ditetapkan oleh Bupati.
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 17
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan
keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda
paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi yang terhutang.
(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.
BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 18
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
dibidang Retribusi Daerah.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana Retribusi Daerah tersebut;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
d. Memeriksa buku-buku catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
e. Melakukan penggeledahan atau bahan bukti pembukuan, pencatatan dan
dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana dibidang Retribusi Daerah;
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang
atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi daerah;
i. Memanggil seorang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini ketentuan yang telah ada sebagai pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 20
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 21
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Ditetapkan di Kuala Tungkal
Pada tanggal 2 Desember 2002
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT
ttd
USMAN ERMULAN
Diundangkan di Kuala Tungkal
Pada tanggal 2 Desember 2002
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN
TANJUNG JABUNG BARAT
ttd
M. YAMIN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT :
NOMOR
: 26
TANGGAL
: 2 Desember 2002
SERI
:C
NOMOR
: 14
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
NOMOR 11 TAHUN 2002
TENTANG
RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH
I. PENJELASAN UMUM
Peraturan Daerah ini disebut Peraturan Daerah tentang Retribusi Penjualan Produksi
Usaha Daerah dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Penyusunan Peraturan Daerah
ini adalah sebagai tindak lanjut pelaksanaan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
1997 tentang Retribusi Daerah dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119
Tahun 1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan
Daerah Tingkat II, dimana Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah termasuk
dalam jenis Retribusi Jasa Usaha sebagaimana dimaksud pasal 18 ayat (2) huruf b
Undang-undang Nomor 18 Tahun tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pasal 3
ayat (2) huruf m Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi
Daerah dan pasal 7 huruf b angka 6 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119
Tahun 1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan
Daerah Tingkat II.
Penetapan Peraturan Daerah ini agar dapat menjamin terlaksananya usaha Pemerintah
dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga dengan kemampuan
keuangan yang semakin meningkat akan memberi manfaat besar bagi Pembiayaan
Pemerintah dan Pembangunan daerah. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dalam menunjang Otonomi Daerah yang memiliki peran penting didalam
Pembiayaan Pembangunan Daerah adalah melalui pungutan atas Retribusi Penjualan
Produksi Usaha Daerah, sehingga diharapkan akan meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pungutan Retribusi Daerah serta akan meningkatkan mutu dan jenis
pelayanan kepada masyarakat.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas