Makalah Monitoring Mataloko

Pengujian Uap/Monitoring Sumur Panas Bumi MT-2, MT-3, dan MT-4
Mataloko Kabupaten Ngada,
Nusa Tenggara Timur Tahun 2005
Oleh:
Bangbang Sulaeman, Syuhada Arsadipura, dan Dahlan
Sub Direktorat Panas Bumi
SARI
Monitoring sumur panas bumi Mataloko tahun 2005 (tahap 1 s.d. 5) merupakan kelanjutan dari
monitoring tahap sebelumnya dengan penambahan obyek monitoring yaitu sumur MT-3 dan MT-4.
Sumur panas bumi Mataloko berada pada koordinat 121°03'32" BT - 121°09'09" BT dan 08°49'55"
LS - 08°55'33”LS. Tujuan monitoring sumur MT-2, MT-3, dan MT-4 yaitu untuk mengetahui kondisi
sumur berdasarkan karakteristik sifat fisik dan kimia fluida panas bumi dari sumur. Monitoring sumur
panas bumi Mataloko meliputi pengamatan sifat fisis sumur berupa tekanan dan temperatur fluida di
kepala sumur, analisis sifat fisis dan kimia fluida sumur, perawatan instalasi sumur serta pemantauan
lingkungan di sekitar sumur.
Selama tahun 2005, semburan uap di ketiga sumur menunjukkan kontinuitas yang baik. TKS sumur
MT-2 berkisar antara 4.3 – 5.3 barg dengan temperatur 113.4 – 125.9oC, MT-3 antara 4.5 – 4.6 barg
dengan temperatur 96 – 112oC , dan MT-4 pada 17 – 18 barg (sebelum bleeding line dibuka) dan 7.5 –
9.7 barg (setelah bleeding line dibuka) dengan temperatur 119.8 – 143.4 oC . Secara umum, sampel
SCS memperlihatkan konsentrasi kimia yang rendah, dengan daya hantar listrik ≤ 40 mhos/cm pada
ketiga sumur dan pH 3.9 – 5.6 pada sumur MT-2, pH 3.9 – 5.33 pada sumur MT-3, dan pH 3.8 – 5.34

pada sumur MT-4. Konsentrasi H2O pada uap sumur MT-2 > 99 %mol sedangkan gas CO2 dan H2S
serta keseluruhan gas lain kurang dari 1 %mol. Pada sumur MT-3, konsentrasi H2O dalam uap antara
88 – 97.99 %mol, namun dari monitoring tahap 1 s.d. tahap 3 konsentrasi CO2 cenderung meningkat.
Pada sumur MT-4, konsentrasi H2O dalam uap setelah bleeding line dibuka antara 94.7 – 96.7 %mol,
dan konsentrasi CO2 cenderung menurun.
Penyebaran manifestasi sekitar sumur MT-2 selama monitoring tahun 2005, menunjukkan penyebaran
manifestasi yang relatif sama dibandingkan dengan periode sebelumnya. Konsentrasi gas dari
manifestasi dan sumur, masih di bawah ambang batas pada ketinggian 1 meter dari permukaan
manifestasi.
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil penyelidikan, Indonesia
merupakan salah satu negara terkaya akan
cadangan energi panas bumi. Daerah prospek
panas bumi ini umumnya berada pada daerah
vulkanik yang sudah tidak aktif, salah satunya
terdapat di daerah Mataloko, Kabupaten
Ngada, Nusa Tenggara Timur. Di daerah
Mataloko, sampai saat ini telah dibor lima
buah sumur yaitu sumur landaian suhu MTL01 (telah ditutup), sumur eksplorasi MT-1
(telah ditutup), MT-2, sumur deliniasi MT-3

yang mencapai kedalaman 613 m dan sumur
deliniasi MT-4 yang mencapai kedalaman
756,47 m. Sumur MT-2 terletak pada posisi
(UTM) X = 286920.49 mT dan Y =
9022732.12 mU, sumur MT-3 pada X =
286878.869 mT, dan Y=90228854.446 mU,
dan sumur MT-4 pada X = 286 612.122 mT,
Y = 902 3021.146 mU.
Dalam rangka pengembangan energi panas
bumi di daerah Mataloko, perlu dilakukan

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

pengujian
uap/monitoring
sumur-sumur
eksplorasi sebagai salah satu bahan
pertimbangan teknis dalam penentuan
program pengembangan selanjutnya.
2.


PERIODE WAKTU DAN METODE
MONITORING

Monitoring sumur panas bumi Mataloko tahun
2005 dilakukan sebanyak 5 tahap, tahap 1
(Juni 2005), tahap 2 (Juli 2005), tahap 3
(September 2005), tahap 4 (Oktober 2005),
dan tahap 5 (November 2005).
Metoda monitoring sumur panas bumi yang
dilakukan di lapangan dan di laboratorium
meliputi
beberapa
parameter
yaitu
pengamatan dan pengukuran sifat fisis sumur,
analisis sifat fisis dan kimia fluida sumur,
perawatan instalasi sumur serta pemantauan
lingkungan di sekitar sumur.


35 - 1

Pengamatan dan pengukuran sifat fisis sumur
meliputi pengamatan TKS, pengukuran
temperatur pada bleeding line, dan
pengamatan perubahan sifat fisik sumur dalam
perioda tertentu. Analisis terhadap sifat fisis
dan kimia fluida dilakukan dengan
menganalisa
komposisi
kimia
dari
Noncondensable Gas (NCGS) dalam uap, dan
komposisi kimia dari uap/kondensat (SCS).
Pengambilan sampel NCGS dan SCS pada
setiap tahapan monitoring dilakukan melalui
pemisahan fasa uap dan fasa air dengan
menggunakan mini separator.
Pemantauan terhadap kondisi lingkungan
dilakukan terutama pada daerah di sekitar

manifestasi melalui pengukuran temperatur
dan pendeteksian terhadap kandungan gas-gas
yang muncul.
2.
3.1

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisis Sumur

Tekanan kepala sumur (TKS) pada sumur
MT-2 dalam kondisi bleeding selama
monitoring tahun 2005 menunjukkan nilai 4.3
– 5.3 barg, dengan temperatur terukur pada
bleeding line 114.0 – 125.4oC. Pada
monitoring tahap sebelumnya (tahun 2003 dan
2004), TKS sumur MT-2 berkisar pada 4.9 –
5.2 barg. Kondisi ini menunjukkan bahwa
sumur MT-2 cukup stabil. TKS pada sumur
MT-3 menunjukkan nilai yang stabil yaitu 4.5
barg dengan temperatur115 –117oC, dan pada

sumur MT-4 TKS menunjukan nilai 18 barg
pada saat bleeding line tertutup (monitoring
tahap 1) dan berangsur turun setelah bleeding
line dibuka dan stabil pada 7,5 barg
(monitoring tahap 4 dan 5). Temperatur uap
pada bleeding line sumur MT-4 berkisar
antara 119 – 124oC.
3.2 Sifat Fisis Fluida
Pada monitoring sumur MT-2, MT-3 dan MT4 tahap kelima ini, hanya diperoleh contoh air
kondensat (SCS) dan tidak di dapatkan SPW
(separated water), kecuali pada monitoring
tahap 1 dimana diperoleh SPW. Hal ini
menunjukkan bahwa steam yang keluar dari
sumur MT-2, MT-3 dan MT-4 relatif sedikit
sekali mengandung air. Daya hantar listrik
(DHL) SCS sumur MT-2 berkisar 23 – 32
μmhos/cm, dengan pH berkisar antara 4.1
sampai 5.16. Pada sumur MT-3, DHL SCS
berkisar 23 – 26 μmhos/cm, dengan pH
berkisar antara 4.7 sampai 5.3, dan pada

sumur MT-4, DHL SCS berkisar 18 – 36

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

μmhos/cm, dengan pH berkisar antara 3.8
sampai 5.6.
3.3 Sifat Kimia Fluida
Hasil
analisis
gas
di
laboratorium
menunjukkan komposisi gas sumur MT-2,
MT-3 dan MT-4 yang pada umumnya
dominan seperti gas-gas CO2, H2S, dan NH3,
konsentrasinya relatif rendah, kecuali gas CO2
pada sumur MT-3 yang kecenderungannya
meningkat. Sedangkan konsentrasi H2O (uap
air) lebih besar dari 95 % mol, kecuali untuk
sumur MT-3 pada monitoring tahap 3 yang

hanya 85,78 %, hal ini mengindikasikan
bahwa kualitas steam/uap yang dihasilkan
termasuk kelompok yang cukup baik.
Komposisi kimia terlarut dalam fasa uap
(SCS) dari sumur MT-2 secara umum nilainya
rendah, terutama pada kation. Konsentrasi
SiO2 yang rendah, merupakan indikasi dapat
dihindarinya terjadi problem pengerakan dan
scalling silika pada pipa, sehingga kondisi
sumur uji MT-2 stabil dan baik. Konsentrasi
ion-ion pada (SCS) sumur MT-3 pada
umumnya menunjukan konsentrasi yang kecil,
namun pada monitoring yang ke-3 terjadi
kenaikan yang cukup signifikan pada
konsentrasi HCO3. Kenaikan ini disebabkan
karena adanya konsentrasi CO2 yang lebih
tinggi pada steam sehingga reaksinya dengan
air akan membentuk bikarbonat. Namun
demikian, pada monitoring tahap selanjutnya,
konsentrasi ion-ion tersebut relatif menurun.

Komposisi kimia terlarut dalam fasa uap
(SCS) sumur MT-4 pada umumnya
menunjukan konsentrasi yang kecil, namun
untuk NH4- dan SO42- konsentrasinya relatif
lebih besar dibandingkan dengan sumur MT-2
dan MT-3. Kondisi ini dapat juga dilihat dari
komposisi gas dalam NCGS, dimana
kandungan gas H2S dalam sumur MT-4 relatif
lebih besar dibandingkan dengan sumur yang
lain. Hal ini menunjukkan bahwa fluida sumur
MT-4 bersifat sedikit asam.
3.4 Manifestasi Panas Bumi
Kelompok pertama, yang terletak berdekatan
dengan sumur MT-1 dan MT-2, mengarah ke
bagian barat dan sebagian manifestasi telah
dilakukan pengurugan sehingga manifestasi
tersebut telah tertutup. Kelompok kedua,
terletak di bagian barat daya dari posisi MT-1,
terletak di bagian barat daya daerah
monitoring, yaitu kelompok manifestasi yang

telah ada sejak sebelum dilakukannya
pemboran panas bumi di daerah tersebut,

35 - 2

sedangkan kelompok ke tiga berada di sekitar
lokasi MTL-1.
Pemunculan manifestasi yang terdeteksi pada
monitoring tahun 2005 ini merupakan
manifestasi yang telah ada pada tahap
sebelumnya dan tidak ditemukan adanya
manifestasi baru sebagai tambahan setelah
monitoring tahap kelima tahun 2005, namun
telah terjadi penurunan
temperatur pada
beberapa tempat dan beberapa manifestasi
cenderung mengering. Untuk manifestasi di
sekitar MT-1, terjadi penambahan luas
manifestasi dan peningkatan temperatur, hal
ini terkait dengan dditutupnya manifestasi di

sebelah selatan sumur MT-2 dengan
penyemenan.
Pengukuran
konsentrasi
gas
dengan
menggunakan tube detector gas CO2, H2S, CO
dan NH3 terhadap delapan manifestasi
didapatkan hasil sebagaimana terlihat pada
Tabel 1. Pada beberapa tempat, konsentrasi
CO2 ada yang melebihi ambang batas (CO2 >
0.5 %), namun untuk gas-gas yang lain masih
berada di bawah ambang batas. Secara umum,
hasil pengukuran menunjukkan bahwa
konsentrasi gas H2S, CO dan CO2 masih
berada di bawah nilai ambang batas.
4. KESIMPULAN
Hasil monitoring sumur MT-2, MT-3 dan MT4 tahun 2005, menunjukan tekanan kepala
sumur (TKS) sumur MT-2 pada kondisi
bleeding yaitu 4.3 - 5.3 barg, temperatur
terukur 114.0-125.4 oC, stabil terhadap
monitoring sebelumnya. Sedangkan pada
sumur MT-3, temperatur terukur pada 115117oC. Untuk sumur MT-4 setelah bleeding
line dibuka, tekanan pada kepala sumur (TKS)
berkisar 7.5 barg dengan temperatur pada
bleeding line berkisar 119 - 124 oC.
Berdasarkan kandungan gas terutama pada
contoh non condensable gas (NCGS),
kandungan gas dominan seperti CO2 dan H2S
pada sumur MT-2 konsentrasinya relatif
rendah, dengan konsentrasi gas secara
keseluruhan kurang dari 2 % sedangkan
konsentrasi H2O lebih dari 98%, sebagai
indikasi kualitas uap yang baik. Pada sumur
MT-3, kandungan gas CO2 mengalami
kecenderungan naik pada monitoring tahap 3
dan 4. Konsentrasi CO2 pada sumur MT-4
relatif menurun tahap demi tahap monitoring
setelah dibukanaya bleeding line.
Konsentrasi senyawa kimia terlarut dalam uap
terkondensasi (SCS) dari sumur MT-2, MT-3
dan MT-4 menunjukan kualitas steam yang
baik
diindikasikan
dengan
rendahnya

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

konsentrasi SiO2 dan Ca, yang merupakan
penyebab terjadinya kerak dan atau scaling
pada pipa, kecuali pada sumur MT-3 pada
monitoring tahap 3.
Pengamatan terhadap sebaran manifestasi
menunjukkan
tidak
ada
penambahan
manifestasi baru di sekitar sumur MT-2, baik
berupa pemunculan tanah panas, bualan
lumpur, fumarola, sublimasi belerang ataupun
hembusan
gas,
sebalikknya
terjadi
pengurangan temperatur pada beberapa
manifestasi.
Disekitar sumur MT-3 dan MT-4 tidak
dijumpai adanya manifestasi panas bumi
setelah pasca pemboran sumur MT-3 dan MT4, tetapi perlu diperhatikan kemungkinan
hembusan gas-gas yang relatif lebih tinggi
konsentrasinya terutama H2S di sekitar sumur
MT-4.
DAFTAR PUSTAKA
Fournier, R.O., (1981), Application of Water
Geochemistry
Geothermal
Exploration
and
Reservoir
Engineering, “Geothermal System :
Principles and Case Histories”. John
Willey & Sons, New York.
Giggenbach, W.F., dan Goguel(1988),
Methods for the collection and
Analysis of Geothermal and volcanic
water and gas sampels, Report No.
CD 2387 Chemistry Division
Department of Scientific and
Industrial Research, Petone, N.Z.
Report No. CD 2387.
Koga, A.,(1978),Hydrothermal Geochemistry,
A text for the 9th International Group
Training Course on Geothermal
Energy heald at Kyushu University.
Lawless, J., (1995), Guidebook An
Introduction to Geothermal system,
short course, Unocal Ltd., Jakarta.
Mahon K., Ellis, A.J., (1977), Chemistry and
Geothermal system, Academic Press,
Inc. Orlando.
Nanlohy, F., (1999), Laporan Pengeboran dan
Pengujian Sumur Landaian Suhu,
Daerah Panas bumi Mataloko,
Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara
Timur,
Dit.
Vulkanologi,
Unpublished.
Subdit Panas Bumi, (2004), Laporan Tahunan
Monitoring Sumur MT-2 Tahun 2004
Daerah Panas bumi Mataloko,
Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara
Timur, Dit. Inventarisasi Sumber
Daya Mineral.
35 - 3

Gambar 1 Peta lokasi monitoring sumur panas bumi MT-2,,MT=3 dan MT-4 Mataloko

10
9
8

Monit ke-1
Monit ke-4

Monit ke-2
Monit ke-5

Monit ke-3

7

ml/l

6
5
4
3
2
1

lC

42
H
C
O
3
C O
32
-

SO

senyawa

F-

Li
+
As
3+
N
H
4+

K+

a+
N

B
Al
3+
Fe
3+
ca
2+
M
g2
+

Si
O
2

0

Gambar 2. Grafik Beberapa Senyawa Kimia Terlarut Dalam Uap sumur MT-2 pada Monitoring tahun 2005

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

35 - 4

30

Monit ke-1
Monit ke-4

25

Monit ke-2
Monit ke-5

Monit ke-3

ml/l

20
15
10
5

senyawa

C
lSO
42
H
C
O
3C
O
32
-

F-

As
3+
N
H
4+

Li
+

K+

N
a+

B

Al
3+
Fe
3+
ca
2+
M
g2
+

Si
O
2

0

Gambar 3. Grafik Beberapa Senyawa Kimia Terlarut Dalam Uap sumur MT-3 pada Monitoring tahun 2005

8

Monit ke-1
Monit ke-4

7

Monit ke-2
Monit ke-5

Monit ke-3

6

ml/l

5
4
3
2
1

senyawa

C
lSO
42
H
C
O
3C
O
32
-

F-

Li
+
As
3+
N
H
4+

K+

N
a+

ca
2+
M
g2
+

B

Al
3+
Fe
3+

Si
O
2

0

Gambar 4. Grafik Beberapa Senyawa Kimia Terlarut Dalam Uap sumur MT-4 pada Monitoring tahun 2005

7
6

Monit ke-1

Monit ke-2

Monit ke-3

Monit ke-4

% mol

5
4
3
2
1
0
H2

O2 + Ar

N2

CH4

CO2

SO2

H2S

HCL

NH3

Senyawa

Gambar 5 Grafik konsentrasi gas terlarut dalam steam pada sumur MT-2 monitoring tahap 1s.d. 4 tahun 2005
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

35 - 5

12
Monit ke-1

Monit ke-2

Monit ke-3

10

% mol

8
6
4
2
0
H2

O2 + Ar

N2

CH4

CO2

SO2

H2S

HCL

NH3

Senyawa

Gambar 6 Grafik konsentrasi gas terlarut dalam steam pada sumur MT-3 monitoring tahun 2005

12
10

Monit ke-1

Monit ke-2

Monit ke-3

Monit ke-4

% mol

8
6
4
2
0
H2

O2 + Ar

N2

CH4

CO2

SO2

H2S

HCL

NH3

Senyawa

Gambar 7 Grafik konsentrasi gas terlarut dalam steam pada sumur MT-4 monitoring tahap 1s.d. 4 tahun 2005

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

35 - 6

Gambar. 7 Peta Sebaran Manifestasi di sekitar sumur panas bumi MT-2 Mataloko
Tabel 1.

Hasil kegiatan pengukuran gas pada manifestasi panas bumi sekitar sumur MT – 2 Mataloko, tahun
2005

No
1
2
3
4
5
6
7
8

Lokasi
L-1
L-2
L-3
L-4
L-5
L-6
L-7
L-8

H2S (ppm)
20
25
10
15
10
20
30
15

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

CO (ppm)
5
10
5
5
10
5
10
5

CO2 (%)
0.2
0.4
0.2
0.2
0.6
0.5
0.8
0.4

35 - 7