Sistem Simpan dan Temu Kembali Informasi Pada Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Televisi Republik Indonesia (TVRI) Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Sistem Simpan informasi

2.1.1 Pengertian Sistem Simpan Informasi
Sistem simpan informasi adalah sarana dalam menyimpan informasi atau
melestarikan informasi yang dilakukan dengan berbagai jenis media penyimpanan
yang bertujuan menemukan kembali informasi yang relevan.
Purwono (2010: 140) menyatakan bahwa:
Pada hakikatnya kepustakawanan merupakan kegiatan yang berkaitan
dengan pelestarian dan penyebaran informasi, dengan suatu pemahaman
pelestarian dan pemencaran dalam arti luas. Di dalam proses komunikasi
pesan atau informasi terdapat dua hal utama yaitu isi informasi dan wadah
informasi (content dan container-nya ). Untuk memencarkan informasi
kadang-kadang diperlukan upaya menyimpan sementara informasi atau
titik ekstremnya adalah melestarikan informasi. Interaksi antara fungsi
pelestarian dan pemencaran informasi menyebabkan perlunya suatu alat
untuk menyimpan informasi dalam menemukan kembali informasi secara

cepat dan tepat yaitu Sistem Simpan dan Temu Kembali Informasi atau
SSTKI (Information Storage and Retrieval System atau IRRS). Bentuk
SSTKI sangat beragam sesuai dengan teknologi yang digunakan, apakah
menggunakan teknologi kartu sehingga tersedia katalog kartu atau
menggunakan komputer yang menghasilkan pangkalan data berbasis
komputer. Adapun sarana SSTKI ini dapat berwujud indeks, katalog atau
berupa daftar bibliografi sebagaimana diuraikan pada kegiatan belajar
sebelumnya.
Dari definisi di atas dapat dinyatakan bahwa sistem simpan informasi
berfungsi sebagai pelestarian dan pemencaran informasi dengan menggunkan alat
untuk penyimpanan informasi dan temu kembali informasi secara cepat dan tepat.
Bentuk sistem simpan informasi sangat beragam sesuai dengan teknologi yang
digunakan.

4
Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Tujuan Penyimpanan
Tujuan penyimpanan untuk memudahkan pemakai menemukan kembali
informasi dan informasi yang terkandung dapat bertahan dan dimanfaatkan dalam

jangka waktu yang lama perlu penyimpanan dan pelestarian sesuai dengan metode
dan

sistem

yang

berlaku

secara

umum.

Dokumentasi

dan

informasi

Yang dimaksud dengan penyimpanan koleksi adalah kegiatan menyimpan koleksi

yang telah diolah/diproses sedemikian rupa ke rak-rak berdasarkan susunan
menurut kelompok macamnya dan bidang maupun berdasarkan urutan nomor
penempatan (call number). Menurut Anang Arybowo (2013: 1) Tujuan kegiatan
penyimpanan adalah :
1. Memudahkan pemakai dalam menemukan kembali informasi.
2. Memudahkan dalam penataan dan menempatkan koleksi bahan
pustaka.
3. Menciptakan keindahan dan nilai estetika susunan koleksi bahan
pustaka.
4. Melestarikan fisik bahan pustaka.
5. Melestarikan informasi yang terkandung dalam koleksi bahan
pustaka.
Sedangkan menurut Junaedi, J.M yang dikutip oleh Yusran (2006: 4)
Tujuan penyimpanan adalah:
1. Menyelamatkan nilai informasi yang terkandung dalam setiap
bahan pustaka atau dokumen.
2. Menyelamatkan bentuk fisik bahan pustaka atau dokumen.
3. Mengatasi kendala kekurangan ruang.
4. Mempercepat proses temu batik atau penelusuran dan perolehan
informasi.

5. Menjaga keindahan dan kerapian bahan pustaka.
6. Mencegah koleksi perpustakaan dari kerusakan akibat penggunaan
yang keliru.

5
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa tujuan penyimpanan
adalah memudahkan pengguna dalam menemukan kembali, dan menjaga nilai
informasi agar tidak rusak disebabkan berbagai faktor.

2.1.3

Bentuk Penyimpanan
Pada dasarnya dikenal dua bentuk penyimpanan yaitu dokumen dalam

bentuk aslinya dan dokumen yang disimpan tidak dalam bentuk aslinya melainkan
diperkecil atau microcard atau microfilm atau mikrofis. Semua dokumen
direproduksi dalam bentuk lebih kecil. Reproduksi dalam bentuk lebih kecil
daripada dokumen aslinya akan menghemat ruang, dan berat dokumen jauh lebih

ringan daripada aslinya. Kerugian bentuk mikro adalah diperlukan alat bantu
untuk membaca, pengaturan suhu ruangan yang cocok, perlengkapan yang tepat
karena semua reproduksi bentuk mikro rawan terhadap kerusakan.

2.1.3.1 Penyimpanan Media Audiovisual
Sistem penyimpanan terdiri dari dua format, yaitu format analog seperti
Sony Betamax, VHS, Beta SP, Hi8, serta Betacam Digital dan format digital atau
Digital Video (DV) seperti VCD, DVD, mini DV dan Server Video dengan
Format MPEG (Motion Pictures Expert Group).
Perbedaan antara video analog dan digital adalah pada video analog
gambar dan audio yang direkam dalam pita seluloid yang mirip pita film.
Sedangkan pada video digital, gambar dan audio akan masuk ke dalam pita
magnetik yang menggunakan sinyal digital.

6
Universitas Sumatera Utara

Rekaman yang menggunakan data analog biasanya lebih baik
dibandingkan dengan rekaman digital. Selain tampilannya lebih bagus, dengan
rekaman analog video yang dihasilkan akan memiliki resolusi tinggi. Namun

kelemahan rekaman analog adalah dilakukan dengan cara menggesek maka lama
kelamaan media rekam akan mengalami keausan sehingga mengalami penurunan
kualitas.

2.1.3.2 Penyimpanan Data
Media penyimpanan data adalah bahan fisik yang di dalamnya
tersimpan data, perintah dan informasi yang dipindahkan dari dalam komputer.
Media penyimpanan data disebut dengan istilah strorage medium atau media
penyimpanan sekunder (secondary storage). Media penyimpanan juga bisa
sebagai alat masukan dan alat keluaran, sebagai alat masukan adalah pada saat
data dan informasi yang ada dalam media penyimpanan dibutuhkan maka akan
dibuka di komputer, proses tersebut menjadi input. Sedangkan menjadi alat
keluaran adalah pada saat data dan informasi yang ada dalam komputer
dipindahkan atau disimpan dalam media penyimpanan. Media penyimpanan
terbagi menjadi 3 kategori, yaitu:

1. Magnetik (Magnetic Disk)
Penyimpanan Magnetik merupakan media penyimpanan yang
termasuk ke dalam penyimpanan sekunder (secondary storage)
yang paling banyak dipakai pada sistem komputer modern.

Contohnya: Disket, Hardisk, Flashdisk, Memory Card, Zip Drive.

7
Universitas Sumatera Utara

Kelebihan dan Kekurangan :


Kelebihan : Kapasitas penyimpanan pada media ini lebih
besar dari media penyimpanan lainnya bahkan sudah
mencapai Petabyte dan Kecepatan akses datanya tinggi.



Kekurangan : Harganya lebih mahal jika dibandingkan
dengan media penyimpanan lainnya.

2. Media Penyimpanan Optical (Optical Disk)
Penyimpanan optical adalah media yang menyimpan data komputer
yang dapat ditulis dan dibaca dengan menggunakan laser bertenaga

rendah.
Contohnya: CD, CD-ROM, WORM, CD-RW, DVD
Kelebihan dan Kekurangan:


Kelebihan : Beratnya lebih ringan dari beberapa media
penyimanan Magnetic Disk.



Kekurangan : Kapasitas memorinya lebih kecil dari
Magnetic Disk dan Jika tergores maka resikonya data tidak
akan terbaca.

3. Media Penyimpanan Awan (Cloud Storage)
Penyimpanan Awan merupakan media yang masih tergolong baru,
media ini bersifat online dan tidak menggunakan kapasitas data
memori pada perangkat karena mereka menggunakan penyimpanan
yang terdapat pada Internet.


8
Universitas Sumatera Utara

Kelebihan dan Kekurangan :


Kelebihan :Tidak memerlukan perangkan untuk menyimpan
data.



Kekurangan : Sering terjadi kesalahan pada Server dengan
resiko data akan hilang dan juga dikenakan akses koneksi
data

2.4

Sistem Temu Kembali Informasi

2.4.1 Pengertian Sistem Temu kembali Informasi

Sistem temu kembali informasi merupakan sistem yang berfungsi untuk
menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakai. Salah satu hal
yang harus diingat adalah bahwa informasi yang diproses terkandung dalam
sebuah dokumen yang bersifat tekstual. Pada konteks ini, Temu kembali informasi
berkaitan dengan representasi, penyimpanan, dan akses terhadap dokumen
representasi.
Menurut Houghton (1997: 19) menjelaskan bahwa prinsip dalam temu
kembali informasi adalah:
Penelusuran yang merupakan interaksi antara user dan sistem dan
pertanyaan kebutuhan pengguna diekspresikan sebagai suatu istilah yang
tertentu. Selanjutnya dinyatakan bahwa komponen fundamental dari sistem
temu kembali informasi adalah penyimpanan (storage), dan proses temu
kembali (retrieval).
Zainab (2002: 41) menyatakan bahwa “Temu kembali kembali sebagai
suatu proses pencarian dokumen dengan menggunakan istilah-istilah pencarian

9
Universitas Sumatera Utara

untuk mendefinisikan dokumen sesuai dengan subjek yang diinginkan”. Menurut

Sulistiyo-Basuki (1992: 132), “Sistem temu balik informasi adalah sejumlah
kegiatan yang bertujuan menyediakan dan memasok informasi bagi pengguna
sebagai jawaban permintaan pengguna”.
Selain pendapat diatas Salton (1983: 1) mendefinisikan bahwa:
Secara sederhana temu kembali informasi merupakan suatu sistem yang
menyimpan informasi dan menemukan informasi tersebut. Secara konsep
bahwa ada beberapa dokumen atau kumpulan record informasi yang
diorganisasikan ke dalam sebuah media penyimpanan untuk tujuan
mempermudah ditemukannya kembali.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa temu kembali informasi
adalah proses pencarian informasi yang menggunakan istilah pencarian untuk
mendefinisikan dokumen atau kumpulan record yang diorganisasikan ke dalam
sebuah media penyimpanan untuk tujuan temu kembali jika dibutuhkan oleh
pengguna.

2.4.2 Tujuan Sistem Temu Balik Informasi
Sistem Temu Kembali Informasi bertujuan untuk menemukan dokumen
atau informasi yang diperlukan oleh masyarakat pengguna.
Menurut Salton yang dikutip oleh Purwono (1983: 2) menyatakan bahwa
Sistem Temu kembali Informasi bertujuan untuk menjembatani kebutuhan
informasi pengguna dengan sumber informasi yang tersedia dalam situasi seperti
yang dikemukakan sebagai berikut:

10
Universitas Sumatera Utara

1.
2.

3.

Penulis mempresentasikan sekumpulan ide dalam sebuah dokumen
menggunakan sekumpulan konsep.
Terdapat beberapa pengguna yang memerlukan ide yang dikemukakan
oleh penulis tersebut, tapi mereka tidak dapat mengidentifikasikan dan
menemukannya dengan baik.
Sistem temu kembali informasi bertujuan untuk mempertemukan ide
yang dikemukakan oleh penulis dalam dokumen dengan kebutuhan
informasi pengguna yang dinyatakan dalam bentuk keyword query/
istilah penelusuran.

Selanjutnya menurut Salton yang dikutip oleh Purwono (1983: 2)
berkaitan dengan sumber informasi di satu sisi dan kebutuhan informasi pengguna
di sisi yang lain, sistem temu kembali informasi berperan untuk:
1.

Menganalisis isi sumber informasi dan pertanyaan pengguna .

2.

Mempertemukan pertanyaan pengguna dengan sumber informasi
untuk mendapatkan dokumen yang relevan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa tujuan sistem temu
kembali informasi adalah menemukan kembali dokumen/informasi relevan
dengan kebutuhan pengguna dalam bentuk keyword query/istilah penelusuran
sehingga memberikan kepuasan kepada pengguna.

2.4.3 Fungsi Sistem Temu Kembali Informasi
Sistem temu kembali informasi berfungsi menemukan informasi
berdasarkan

pertanyaan

(query)

pengguna

dengan

cara

tertentu

yang

memungkinkan menemukan informasi yang relevan. Menurut Salton (1983: 3)
fungsi utama sistem temu kembali informasi adalah sebagai berikut:
1.
2.

Mengidentifikasi sumber informasi yang relevan dengan minat
masyarakat pengguna yang ditargetkan.
Menganalisis isi sumber informasi (dokumen)

11
Universitas Sumatera Utara

3.
4.

5.
6.
7.

Mempresentasikan isi sumber informasi dengan cara tertentu yang
memungkinkan untuk dipertemukan dengan pertanyaan pengguna.
Mempresentasikan pertanyaan (query) pengguna dengan cara tertentu
yang memungkinkan untuk dipertemukan sumber informasi yang
terdapat dalam basis data.
Mempertemukan pernyataan pencarian dengan data yang tersimpan
dalam basis data.
Menemu-kembalikan informasi yang relevan.
Menyempurnakan untuk kerja sistem berdasarkan umpan balik yang
diberikan oleh pengguna.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi sistem temu
kembali informasi adalah menukan pencarian informasi dengan data yang
tersimpan dalam basis data dan menyempurnakan kerja sistem berdasarkan umpan
balik yang dilakukan oleh pengguna.

2.4.4 Komponen Sistem Temu Kembali Informasi
Menurut Lancaster yang dikutip oleh Purwono (2010: 3) Sistem Temu
Kembali Informasi terdiri dari 6 (enam) subsistem, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Subsistem dokumen
Subsistem pengindeksan
Subsistem kosakata
Subsistem pencarian
Subsistem antarmuka pengguna-sistem
Subsistem penyesuaian

Pencarian informasi diawali dengan adanya kebutuhan informasi
pengguna. Dalam hal ini Sistem Temu kembali Informasi berfungsi untuk
menganalisis pertanyaan (query) pengguna yang merupakan representasi dari
kebutuhan informasi untuk mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang tepat.
Selanjutnya pertanyaan-pertanyaan pencarian tersebut dipertemukan dengan

12
Universitas Sumatera Utara

informasi yang telah terorganisasi dengan suatu fungsi penyesuaian (matching
fuction) tertentu sehingga ditemukan dokumen atau sekumpulan dokumen.

Tague-Sutcliffe (1996: 19) melihat Temu kembali Informasi sebagai suatu
proses yang terdiri dari 6 (enam) komponen utama, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kumpulan dokumen
Pengindeksan
Kebutuhan informasi pemakai
Strategi pencarian
Kumpulan dokumen yang ditemukan
Penilaian relevansi

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa komponen Sistem
temu kembali Informasi terletak pada penilaian relevansi yaitu suatu tahap dalam
Temu kembali untuk menentukan dokumen yang relevan dengan kebutuhan
informasi pemakai

2.4.5 Jenis-Jenis Sistem Temu Kembali Informasi
Sistem Temu kembali berdasarkan jenis medianya:
1.

Temu kembali audio berbasis konten (content based audio retrieval)
versi heuristic dari multidimensional scaling (MDS) yang bernama
FastMap, digunakan untuk pengambilan audio dan browsing.
FastMap, seperti MDS, memetakan objek kedalam ruang Euclidean,
dimana kesamaan selalu terjaga. Sebagai tambahan FastMap ini lebih
efisien disbanding MDS karena memungkin query untuk temu
kembali

berbasis

konten

(Cano,2002:1).

Metode

untuk

mengkaraterisasi ritme dan tempo dari musik menurut (Foote, 2002:1)
foote mempersembahkan cara untuk mengukur kesamaan ritme secara

13
Universitas Sumatera Utara

kuantitatif diantara dua karya music atau lebih. Ini memungkinkan
untuk mengambil sebuah karya yang memiliki kesamaan ritme dari
koleksi musik yang besar. Aplikasi yang berhubungan dengan topik
ini berupa disc jokey yang terotomatisasi. Selain analisis yang
mendalam dan metode pengambilan, foote juga mempersembahkan
eksperimen skala kecil yang mendemonstrasikan pengambilan dan
sistem ranking audio berdasarkan kesamaan ritme.
2.

Temu kembali video berbasis konten (Content Based Video Retrieval)
Pertumbuhan dari ketersediaan material video online di internet
umumnya dikombinasikan dengan tag yang ditulis oleh pengguna atau
deskripsi konten, dimana merupakan mekanisme mengakses sebuah
video. Bagaimanapun tag yang ditulis oleh pengguna memiliki
keterbatasan untuk pengambilan dan kita seringkali ingin mengakses
video dari konten video itu sendiri tanpa menggunakan tag yang
ditulis untuk video tersebut. Teknik temu kembali video berbasis
konten belum dapat digunakan pada skala internet. Tetapi teknik ini
terbukti kuat dan efektif untuk koleksi data yang kecil. Dan dalam
artikel dengan judul “three example systems from TRECVid”
membahas tiga dari duapuluh sistem yang telah diteliti untuk
memungkinkan implementasi dari temu kembali video berbasis
konten untuk digunakan diruang internet (Alan, 2007:2)

3.

Temu kembali citra berbasis konten (Content Based Image Retrieval)

14
Universitas Sumatera Utara

Di dunia sekarang ini, penciptaan, pengambilan, pendistribusian
gambar digital telah menjadi relatif mudah dengan kemajuan gambar
digital dan teknologi komunikasi. Gambar digital sekarang telah
menjadi salah satu format media yang paling sering digunakan. Hal
ini telah mengakibatkan studi penelitian ke database berbasis teks.
Contohnya meningkatkan mesin pencarian citra berbasis internet yang
tersedia secara komersial dan beberapa aplikasi berorientasi database.
Contohnya

adalah

mesin

pencari

(www.google.com),

yahoo

(www.yahoo.com),

(www.altavista.com) . Sistem

internet

seperti
dan

google
altavista

ini memberikan pengguna fasilitas

pencarian citra dan pengambilan fitur fungsional. Pada aplikasi ini, isi
citra dianalisis melalui pendekatan tekstur berbasis teks. Hanya kata
kunci yang digunakan untuk sistem kueri. Efisiensi pengambilan citra
dengan pendekatan semacam itu sangat bergantung pada kemampuan
pengguna untuk memasukkan kata kunci yang tepat. Ini sangat tidak
user friendly, karena pengguna dari latar belakang yang berbeda dapat

menginterpretasikan citra dengan berbeda. Selain itu, pengguna juga
diperbolehkan menggunakan kueri untuk citra sampel. Hal ini
menimbulkan pengenalan teknik sistem pencarian citra berbasis
konten (CBIR). Sebuah sistem CBIR adalah salah satu sistem yang
mengambil citra berdasarkan fitur seperti warna, tekstur, bentuk, atau
bahkan arti semantik citra adalah sistem yang kompleks yang terdiri
dari beberapa komponen yang masih aktif.

15
Universitas Sumatera Utara

4.

Temu kembali Teks Berbasis Konten (Content Based Text Retrieval)
Kategorisasi otomatis (klasifikasi) dari teks ke dalam kategori yang
ditentukan sebelumnya. Kembali ke tahun 60-an, telah terjadi
booming di sepuluh tahun terakhir, karena meningkatnya ketersediaan
dokumen dalam bentuk digital dan kebutuhan untuk mengatur .
pendekatan yang dominan untuk masalah ini adalah berdasarkan
aplikasi Pembelajaran Mesin (machine learning) suatu proses yang
secara otomatis membangun classifer dengan belajar suatu dokumen
yang diklasifikasikan sebelumnya. Keuntungan dari pendekatan ini
daripada pendekatan rekayasa pengetahuan (terdiri dalam definisi
manual sebuah classifier oleh pakar domain) adalah efektivitas yang
sangat baik. Penghematan yang cukup besar dalam hal tenaga ahli dan
portabilitas untuk domain yang berbeda ( Sebastiani, 2001: 20)

2.5

Rekaman Video sebagai Sistem Temu Kembali Informasi

2.5.1 Pengertian Rekaman video
Video menjadi temuan terbesar manusia pada abad ke 20. Perkembangan
ini

tidak

terlepas

dari

kemajuan

teknologi

yang

kemudian

mampu

menggambungkan unsur gambar bergerak dengan unsur suara, lalu disebut sebagi
video, yakni gabungan yang harmonis atau sinkron antara visual (gambar
bergerak) dengan audio (suara). Dalam buku Aglo-American cataloguing Rules 2
(AACR2) mendefinisikan rekaman video sebagai suatu rekaman yang berisi
gambar visual dan dapat dilihat dengan bantuan televisi.

16
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan menurut Harrison (1980: 47) rekaman video adalah:
Sebuah metode perekam gambar bergerak diatas pita magnetic dengan
menggunakan prinsip yang sama dengan perekam suara, tetapi
mengkonversikan suara dan gambar ke dalam implus listrik yang
kemudian diletakkan di atas media perekam.
Kamera video berfungsi sebagai alat yang mewakili mata manusia untuk
menangkap pantulan cahaya sebuah objek dan gelombang suara yang kemudian
diproses secara mekanik atau elektronik dan disimpan dengan media seperti pita
seluloid, pita magnetis bahkan digital video disc. Video sebagai media
komunikasi yang memadukan unsure suara/bunyi dan gambar dengan segala
teknik penyiapan yang didasarkan pada derajat kegunaannya (useware) sangat
ditentukan oleh penyiapan penggarapan perangkat lunak (software) yaitu
materi/pesan dan perangkat keras (hardware) berupa peralatan produksi
(Djauhari, 2003)
Menurut Djauhari (2003: 3) menyatakan bahwa :
Pada perkembangan teknologi komunikasi saat ini yang sangat menunjang
penggarapan kemasan informasi melalui media audio visual maka
beberapa keunggulan sifat video yang dimiliki, yakni fixative,
manipulative dan distributif semakin menghadapkan kita sebagai
perencana pesan untuk senantiasi kreatif dalam pembuatan kemasan pesan.
Keunggulan video yang mampu menampilkan gambar bergerak dan suara
merupakan satu daya tarik tersendiri, karena mampu menyerap pesan atau
informasi dengan menggunakan lebih dari satu indera.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa rekaman video adalah
suatu rekaman yang berisi gambar visual dan dapat dilihat dengan bantuan
televisi. Keduanya memiliki kesamaan pengertian dengan memberikan penekanan
pada gambar yang dapat dilihat langsung (visual).

17
Universitas Sumatera Utara

2.5.2 Ragam format Rekaman video
Bahan dasar dari kaset video, yaitu plastik tipis yang dilapisi serbuk
elektromagnetik. Menurut fothergill, kaset video berbahan dasar polyester dilapisi
atau dilindungi dengan besi oksida atau kromium agar menghasilkan suara yang
jernih.
Menurut Lora (1994: 18) kaset video terdiri dari beberapa lapisan, yaitu:
1. Lapisan dasar, terbuat dari mylar dan polyester
2. Lapisan magnetik sensitif, terbuat dari serbuk oksida dan pengikatnya,
kemudian lem yang menempelkan lapisan magnetik ke lapisan dasar
Sedangkan Fothergill (1990: 18) menyatakan bahwa format kaset video,
antara lain:
1.

2.

Open reel tape
Tape rekorder merupakan bentuk magnetik dari tipe audio rekorder
dimana medium perekamnya merupakan pita yang dililitkan pada
sebuah silinder dibandingkan kaset.
Cassettes dan cartridges
a. U-Matic
U-Matic merupakan konsep pengembangan
yang kemudian
menjadi standar industri penyiaran di dunia selama hampir 15
tahun dengan resolusi dibawah standar (hanya 250 line), sejak
tahun 1971 menguasai seluruh sistem penyiaran dunia. Akhirnya di
tahun 1985, dengan subsidi dari jepang Televisi Republik
Indonesia (TVRI) akhirnya merubah total sistem penyiarannya dari
sistem U-Matic (yang masih bersolusi gambar rendah 350 x 300
pixel) menjadi sistem Sony Betacam.
Dengan berkembangnya teknologi, sistem perekam dengan
menggunakan sistem U-Matic dihentikan dan teknologinya tidak
diteruskan. Kualitas rekam yang sama dengan Betamax dan VHS
kalah saing dengan penerusnya, Betacam. U-Matic yang hanya
kualitasnya sama dengan VHS dianggap tidak memenuhi syarat
Broadcast.
b. VHS

18
Universitas Sumatera Utara

Video Home System (VHS), itulah format video dengan lebar
penampang pita 16mm penantang betamax yang dikeluarkan oleh
pendatang video baru dari jepang, Japan Victor Company (JVC) di
tahun 1976. Sebelumnya, JVC lebih intensif dalam produksi
proyektor film 16mm dengan harga yang murah dan kualitas
sedikit lebih baik, praktis dan stabil dari Betamax. Betamax
kecepatannya tidak standar. Jadi, antara kaset video memiliki
kecepatan putar yang sedikit berbeda, sehingga setiap mengganti
kaset video harus di-set kembali kecepatannya, jika tidak akan
tampak garis-garis seperti semut pada gambar.
c. Beta
Kata Betamax berasal dari dua kata, Beta adalah kata untuk jalur
sinyal yang direkam pada kaset, karena pita kaset tersebut berputar
melalui sebuah transportasi sehingga berbentuk seperti abjad
Yunani “Beta”_ (β). Kata max berasal dari “maximum” yang
berarti luar biasa. Format perekam video/audio yang
dikembangkan oleh Sony yang dirilis pada 10 mei 1975. Betamax
adalah kaset video selebar ½ inci (12.7 mm) format ini berasal dari
kaset video sebelumnya, yaitu U-Matic dengan lebar ¾ inci (19.05
mm)
d. Video 2000
Video 2000 atau dikenal juga sebagi VCC adalah pengguna dari
sistem VCR dan video tape standar yang dikembangkan oleh
Philips dan grundig untuk bersaing dengan VHS keluaran JVC dan
teknologi video betamax keluaran sony.

Selain pendapat diatas, menurut Vincent Bayu Tapa Brata (2006: 20)
terdapat beberpa format video kaset lainnya, yaitu:
a. Video8
Format ini diliris oleh Sony Corporation pada pertengahan dekade
80-an. Ukuran kasetnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan
format VHS yang saat ini sedang populer. Kaset video8 bisa masuk
ke kamera video amatir (Handycam) sehingga dalam waktu singkat
kehadirannya disambut baik oleh pasar. Angka 8 pada format ini
menunjukkan ukuran pita kasetnya, yaitu 8mm.
b. Hi8
Format kaset video yang paling populer di Indonesia, yaitu
dikalangan videographer amatir dan broadcast (televisi) karena
memiliki resolusi gambar yang lebih tinggi, yaitu 400 line per inch.
c. VHS-C
Format video ini adalah format VHS yang menggunakan kaset
berukuran kecil sehingga dapat digunakan untuk merekam pada

19
Universitas Sumatera Utara

kamera video yang ukurannya kecil.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa format rekaman
video adalah suatu rekaman yang menggunakan berbagai jenis format meliputi
gambar visual dan dapat dilihat dengan alat bantu untuk menggunakan format
rekaman kaset .

20
Universitas Sumatera Utara