T1 692011051 Full text

Perancangan e-Book Infografis Interaktif Standar Operasional Prosedur
untuk Pendakian
Artikel Ilmiah

Peneliti :
Decky Dewantara Wardana (692011051)
Michael Bezaleel Wenas S.Kom., M.Cs
Amelia Rukmasari S.Sn., M.Sn

Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
September 2016

i

ii

iii


iv

v

vi

1.

Pendahuluan
Kegiatan mendaki gunung merupakan kegiatan yang memiliki banyak peminat.

Meskipun kegiatan ini termasuk jenis kegiatan yang beresiko tinggi, tetapi dari dulu hingga
saat ini mendaki gunung masih digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Gunung Merapi
adalah salah satunya yang digemari. Menurut Samsuri, anggota tim SAR Barameru desa
Lencoh, Boyolali menyatakan bahwa jumlah pendaki ke puncak Merapi pada hari minggu
mencapai kurang lebih 300 orang sedangkan pada minggu sebelumnya mencapai sekitar 200
orang.
Mengingat tingginya resiko yang dapat terjadi pada saat melakukan pendakian, berbagai
ilmu pengetahuan pendukung dan peralatan standar pendakian juga menjadi salah satu unsur
penting yang harus diperhatikan bagi setiap pendaki gunung. Menurut data survei yang

didapat dari Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM), jumlah pendaki dari periode
bulan Oktober 2014 sampai September 2015 adalah sebanyak 22.918 orang atau rata-rata
sebanyak 1910 pendaki/bulan. Selama periode tersebut, tercatat 7 kali kecelakaan seperti
tergelincir, tersesat, kelam, sesak nafas, kedinginan dan jatuh di kawah gunung Merapi.
Menurut Gimar salah seorang dari tim SAR di basecamp gunung Merapi, dalam seminggu
bisa terjadi sekitar dua sampai tiga orang yang mengalami kecelakaan. Hal ini disebabkan
sebagian besar pendaki gunung yang dievakuasi adalah pendaki-pendaki yang tidak
menggunakan dan memahami mengenai Standard Operating Procedure (SOP) dalam
pendakian. Untuk itu, informasi mengenai hal-hal yang termuat dalam SOP pendakian harus
dapat dipahami dengan baik oleh pendaki saat mempersiapkan diri untuk melakukan
pendakian.
Ware menyatakan bahwa orang lebih berpeluang mengkonsumsi informasi secara visual,
nilai penggunaan visual dalam komunikasi manusia sungguh signifikan. Dari sebuah studi di
Universitas Saskatchewan yang dilakukan oleh Bateman dan kawan-kawan dari Departemen
Ilmu Komputer menyatakan bahwa pendekatan yang lebih ilustratif terhadap perancangan
sesungguhnya memberikan manfaat yang signifikan pada pengingatan informasi [1].
Salah satu pengembangan bentuk informasi visual dalam desain grafis adalah infografis.
Infografis terdiri dari 2 kata yaitu informasi dan grafis. Jadi, infografis merupakan informasi
yang disampaikan dengan gambar atau ilustrasi, yang dibuat menarik dan sederhana.
Infografis dapat membangun kesempatan dalam penyampaian masalah dan kemungkinan

yang terjadi dalam organisasi, sehingga dapat menjadi sumber yang tepat dan kreatif agar
penyampaian informasi atau masalah menjadi lebih tepat [2].

1

e-Book masuk ke Indonesia seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi global. Transformasi dari buku tradisional menuju bentuk digital yang
ditampilkan melalui media internet memudahkan pembelajar dalam mencari informasi yang
tersedia. Kehadiran e-Book pun mulai digemari karena konten dan tampilan yang dimiliki
buku digital tergolong interaktif sehingga oleh banyak kalangan baik dari yang tua hingga
remaja lebih tertarik menggunakan buku digital. Di sisi lain, harga yang relatif lebih murah,
praktis, dan menyenangkan untuk dibaca juga menjadi pertimbangan dalam memilih buku
digital sebagai bahan bacaan [3].
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas di atas, maka akan dirancang
infografis mengenai SOP untuk pendaki pemula melalui media e-book. E-book tersebut
dibungkus dalam sebuah aplikasi yang dapat dijalankan pada smartphone dengan sistem
operasi android. Hasil e-book ini diperuntukan bagi calon pendaki agar lebih berhati-hati dan
lebih matang dalam persiapan sehingga dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan selama
melakukan pendakian.
2.


Kajian Pustaka
Pada tahun 2014, sebuah penelitian berjudul Aplikasi Panduan Mendaki Gunung

Berbasis Android membahas mengenai perancangan aplikasi panduan bagi para pendaki
gunung. Aplikasi dalam penelitian ini berisikan informasi mengenai persiapan pendakian,
peta jalur pendakian sampai alat perkiraan cuaca. Dengan adanya aplikasi android ini, para
pendaki diharapkan bisa mendapatkan gambaran mengenai persiapan apa saja yang harus
dilakukan sebelum melakukan pendakian. Aplikasi itu sendiri dilengkapi dengan 6 peta
gunung serta menu waktu perjalanan, obyek wisata lain, dan jalur pendakian serta dilengkapi
dengan fitur prakiraan cuaca [4].
Penelitian selanjutnya berhubungan dengan infografis berjudul Perancangan Aplikasi
Infografis dalam Kampanye Sosial Untuk Mendukung Aktifitas Corporate Social
Responsibility De Tanjung. Dalam perancangan ini dibahas mengenai strategi kampanye
sosial yang dilakukan dengan menggunakan infografis yang memiliki potensi unik dalam
penyampaian masalah, isu fakta dan mengandung juga unsur edukatif. Selain itu, media
edukasi ini juga berguna untuk sebagai strategi visual untuk mempromosikan sebuah
perusahaan [5].
Penelitian yang lain dalam hubungan infografis berjudul Perancangan Buku Kumpulan
Infografis Resep Aneka Hidangan Pembuka dan Penutup Ala Barat Untuk Anak-Anak.

Perancangan buku ini diharapkan menarik minat anak-anak untuk belajar, khususnya dalam

2

bidang memasak. Dengan adanya ilustrasi gambar seperti informasi grafis yang jelas dan
menarik, dapat dengan mudah dipahami oleh anak-anak [6].
Selanjutnya penelitian lain dalam hubungan infografis yaitu Perancangan Media
Informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga Berbasis Video Infografis Menggunakan
Teknik Motion Graphic. Perancangan video ini diperuntukan bagi masyarakat pengunjung
agar nantinya informasi tentang Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga bisa dimengerti dan
sekaligus memperkenalkan Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga. Perancangan ini juga
dapat membantu mengurangi pengeluaran biaya dalam pembuatan brosur dan majalah
Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga [7].
Infografis merupakan suatu reprenstasi visual informasi seperti data atau teks secara
grafis. Infografis menitikberatkan pada tampilan data atau fakta yang dipadu dengan visual
yang estetik, sehingga memenuhi unsur seperti warna, bentuk, komposisi, irama dan
kesatuan. Penggunaan warna, komposisi maupun elemen visual diperhitungkan keunikan
maupun kekhasan dari sebuah media tersebut [8]. Keunggulan infografis yaitu dari segi
visual yang mampu mengubah persepsi audien tentang deskripsi menjadi lebih singkat dan
jelas melalui elemen grafis. Karakteristik konten dari infografis ini sendiri sangat mendukung

dengan adanya sifat edukatif, informatif, ringkas, visual dan relevan. Infografis diyakini
sebagai cara yang baik untuk mewakili data informasi agar tepat mengenai audien/
komunikan, sehingga seorang komunikator dapat mudah memberikan informasi-informasi
yang dibutuhkan ke dalam bahasa yang sederhana yang mudah dipahami oleh komunikan
berupa rangkaian visual dan verbal yang bersinergi. Infografis melukiskan berita dengan
bahasa analogi, simbol dan metafora berupa ilustrasi [5].
Secara sederhana e-book dapat diartikan sebagai buku elektronik atau buku digital. Buku
elektronik adalah versi digital dari buku yang umumnya terdiri dari kumpulan kertas yang
berisi teks atau gambar. e-book sendiri menjadikan teks dan gambar tersebut dalam informasi
digital baik dalam format teks maupun file pdf, jpeg, lit dan html. Jika dilihat lebih dalam, ebook adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan
informasi multimedia dalam bentuk yang lebih ringkas. E-book mampu mengintegrasikan
tayangan suara, grafik, gambar, animasi, dan movie sehingga informasi yang disajikan lebih
kaya dibandingkan dengan buku konvensional [3].
Multimedia interaktif adalah multimedia dimana pengguna dapat mendapatkan
keleluasaan dalam mengontrol multimedia tersebut. enam kriteria multimedia interaktif yaitu:
kemudahan navigasi, kandungan kognisi, persentasi informasi, intregasi media, artistik dan
estetika dan fungsi secara keseluruhan. Interaktivitas adalah rancangan di balik suatu progam
3

multimedia. Interaktivitas mengijinkan seseorang untuk mengakses berbagai bentuk media

atau jalur didalam suatu progam multimedia sehingga progam tersebut dapat lebih berarti dan
lebih memberikan kepuasaan bagi pengguna [9].
Standard Operating Procedure (SOP) adalah dokumen tertulis yang memuat prosedur
kerja secara rinci, tahap demi tahap dan sistematis. SOP memuat serangkaian instruksi secara
tertulis tentang kegiatan rutin atau berulang-ulang yang dilakukan oleh sebuah organisasi
[10].
Menurut hasil wawancara dengan Wawan Alamsyah salah seorang mapala digunung
Merapi menyatakan Standard Operating Procedure (SOP) dalam pendakian meliputi 3 hal
yaitu knowledge atau pengetahuan, Equipments atau peralatan, dan Attitude atau sikap. Ketiga
hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
A. Knowledge atau pengetahuan
Seorang pendaki gunung mengetahui dan menguasai ilmu dasar mendaki gunung,
meliputi:


Packing
Teknik packing ransel (carrier) saat mendaki gunung maupun kegiatan outdoor
lainnya sangat diperlukan sehingga barang - barang yang di bawa dapat di angkut
dengan ringkas, efisien, rapi. Packing merupakan cara atau teknik menyusun
perlengkapan dalam ransel. Dalam packing, harus diperhatikan dalam membagi

berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak, tujuannya adalah
agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan memudahkan dalam menjaga
keseimbangan

dalam

menghadapi

jalur

berbahaya

yang

membutuhkan

keseimbangan [11].


Survival

Survival secara umum diartikan sebagai kemampuan bertahan hidup dalam keadaan
kritis.

Kemampuan

mempertahankan

diri

tergantung

pada

sikap

mental,

pengetahuan, dan keterampilan.



Navigasi, peta, dan kompas
Pengetahuan tentang navigasi, peta, dan kompas diperlukan agar pendaki dapat
sampai ketempat tujuan dengan selamat dan efisien. Pengetahuan tentang navigasi,
peta, dan kompas sendiri juga membantu agar pendaki tidak tersesat.

4



Mountain Sickness
Mountain sickness atau penyakit gunung merupakan suatu penyakit yang banyak
menyerang para pendaki gunung. Penyakit ini terjadi terutama pada pendakian lebih
dari 2400 meter.Tidak jarang, pendaki gunung meninggal karena mountain sickness.
mountain sickness terjadi karena ketidak mampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
kondisi alam di pegunungan yang berbeda dibandingkan dataran rendah. Di daerah
pegunungan, tekanan udara dan kadar oksigen lebih rendah dibanding dengan
dataran rendah, hal ini menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Beberapa penyebab
mountain sickness antaralain adalah ketinggian yang dicapai, mendaki terlalu cepat,
kelelahan, dan kekurangan cairan [12].


B. Equipment atau peralatan
Pada dasarnya peralatan standart mendaki gunung seperti tas carrier, matras, logistik,
kompor, tenda, sepatu gunung , jaket gunung, jas hujan bila masuk musim penghujan,
plastik / kantong sampah dan P3K [13].
C. Attitude atau sikap
Perilaku pendaki gunung juga harus diperhatikan serta menjadi catatan yang harus
diterapkan. Secara umum dalam melakukan kegiatan pendakian, pendaki harus
menghargai alam dengan tidak merusak dan lain sebagainya, tidak egois dan sopan
dalam melakukan kegiatan pendakian.

3.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif karena

dalam pengambilan data dan dalam pengambilan kesimpulan yang diperlukan, dilakukan
dengan wawancara kepada narasumber. Pendekatan kualitatif bersifat fleksibel dan berubahubah sesuai kondisi lapangan berupa pengambilan data dengan wawancara. Strategi
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi penelitian Linear strategy,
yaitu menetapkan urutan logis pada tahapan perancangan yang sederhana dan relatif sudah
dipahami komponennya [14].

5

Berikut merupakan tahapan perancangan Linear Strategy seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Tahap Perancangan Linear Strategy

Tahap pertama yaitu peneliti melakukan identifikasi masalah di Balai Taman Nasional
Gunung Merapi (BTNGM) mengenai masalah kurangnya media pengetahuan mengenai
Standar Operasional Prosedur untuk para pendaki pemula. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan dengan Vedo Anjasmara selaku polisi hutan yang bertugas di Balai Taman
Nasional Gunung Merapi, didapat sebuah permasalahan yaitu minimnya media informasi
tentang gunung Merapi khususnya tentang kegiatan pendakian. Media informasi yang
dimiliki oleh basecamp pendakian gunung Merapi yang dimiliki satu-satunya untuk saat ini
ialah poster infografis. Peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa pendaki yang
ditemui di basecamp pendakian mengenai pengetahuan para pendaki mengenai Standard
Operating Procedure (SOP) dan hasilnya yaitu masih kurang paham tentang apa saja standar
yang harus mereka ketahui sebelum melakukan pendakian.
Tahap kedua yaitu melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan
meninjau pustaka, observasi, dan wawancara langsung. Meninjau pustaka dilakukan dengan
membaca artikel berita di media masa secara online maupun cetak dan menemukan beberapa
kasus kecelakaan yang terjadi di gunung Merapi seperti yang dialami oleh Eri Yunanto yang
melanggar peraturan dengan melakukan aksi selfie diujung puncak garuda sehingga terpeleset
dan jatuh ke dalam kawah gunung Merapi [15]. Tinjauan pustaka melalui buku juga
dilakukan untuk menemukan referensi mengenai SOP yang sebenarnya. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan dilapangan, ditemukan sampah-sampah non-organic berserakan di
beberapa tempat sepanjang jalur pendakian terutama dibagian pos pendakian dan juga aksi
coret-coret yang dilaukan para pendaki di bebatuan gunung Merapi. Hasil dari pengumpulan
data melalui wawancara yaitu sama dengan yang berada di bagian identifikasi masalah,
sebagian dari para pendaki masih belum memahami standar operasional prosedur untuk
mendaki gunung dan kurangnya media pemberitahuan mengenai SOP tersebut.
Tahap ketiga yaitu proses perancangan e-Book Infografis Inetraktif mengenai Standar
Operasional Prosedur seperti pada Gambar 2.

6

Gambar 2. Proses perancangan e-Book infografis interaktif mengenai SOP pendakian

Dalam perancangan e-Book Infografis Interaktif mengenai SOP pendakian, sesuai
dengan pembahasan dalam penelitian ini yaitu tentang informasi mengenai SOP untuk
melakukan pendakian, maka konsep yang akan diangkat adalah perancangan e-Book
infografis interaktif mengenai Standar Operasional Prosedur untuk pendakian. Isi dari SOP
diambil dari beberapa buku sebagai narasumber yaitu buku karya Harley Bayu Sastha yang
berjudul Mountain Climbing for Everybody dan juga buku yang berjudul Scout Book Materi
Lengkap Pramuka karya Alim Sutoto dan Toni Hemanto.
Target konsumen untuk e-Book ini, berdasarkan hasil dari observasi di basecamp
pendakian gunung Merapi ialah rata-rata usia para pendaki yaitu 16-25 tahun yang pada
umumnya ialah pelajar. Gaya desain yang digunakan dalam pembuatan e-Book infografis ini
ialah menggunakan gaya flat design. Flat design merupakan desain dengan pendekatan
minimalis yang menekankan kegunaan, dengan desain yang bersih tanpa ada bevel,
bayangan, tekstur, warna-warna cerah dan ilustrasi dua dimensi. Gambar sederhana
menyampaikan pesan lebih cepat daripada ilustrasi sangat detail. Gambar seperti ikon dapat
menunjukkan tindakan yang universal atau tujuan agar semua orang dapat dengan mudah
memahaminya khususnya anak muda dan dewasa [16].
Gaya layout yang akan digunakan dalam e-Book ini ialah layout yang simple dan
minimalis sesuai dengan konten yang akan dimasukan. Untuk mempermudah pembaca, tiap
halaman e-Book akan dibuat slide kesamping untuk mengganti halaman seperti saat membaca
buku kemudian akan diberikan panel untuk menu halaman di tiap halaman e-Book untuk
mempermudah pembaca jika ingin melangkahi halaman – halaman yang ada. Dikarenakan eBook ini dibuat dengan gaya infografis interaktif, maka gambar akan lebih mendominasi
dibandingkan tulisan. Tiap gambar benda di dalam e-Book ini bisa disentuh dan akan
memunculkan penjelasan mengenai gambar tersebut.
7

Isi dalam e-Book ini pada awalnya hanya menjelaskan pengetahuan dasar yang paling
penting sesuai SOP untuk pendakian yaitu persiapan diri, perlengkapan, cara packing atau
penataan barang, survival, navigasi, pertolongan pertama dan yang terakhir adalah cara
bersikap atau attitude. e-Book ini juga akan dilengkapi dengan sound effect ketika pembaca
menekan pada benda. Pada beberapa halaman, akan diberikan animasi untuk menjelaskan
konten gambar jika perlu.
Sketsa adalah gambar atau lukisan kasar permulaan dalam pembuatan karya. Dalam
perancangan e-Book interaktif, sketsa dibuat untuk mempermudah tahap penggambaran
konten serta layout editorial. Sketsa dibuat dengan menggunakan pensil diatas media kertas
bendel ukuran A4. Contoh sketsa yang digunakan adalah seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Contoh sketsa layout & konten e-Book infografis interaktif Standar Operasional Prosedur
pendakian

Setelah proses sketsa selesai, dilanjutkan dengan penggambaran secara digital tiap
konten yang diperlukan serta memberikan pewarnaan seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Contoh gambar konten e-Book infografis interaktif Standar Operasional Prosedur
pendakian

8

Proses selanjutnya adalah layouting dan pemberian gambar latar terhadap semua konten
gambar. Di samping itu, ditambahkan pula teks untuk menjelaskan setiap konten yang ada.
Contoh editorial layouting seperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Contoh editorial layout e-Book infografis interaktif Standar Operasional Prosedur
pendakian

Untuk pemilihan warna, diberikan warna gelap latar agar konten lebih terlihat jelas dan
pembaca akan lebih terfokus pada konten. Pemilihan warna pada konten disesuaikan dengan
warna benda yang sebenarnya.
Pemilihan font yang digunakan dalam e-Book ini menggunakan font yang sederhana dan
dapat dengan mudah dibaca yaitu Letter Gothic Std sebagai font utama yang menjelaskan
semua jenis konten didalam e-Book. Pada cover buku digunakan font decorattive yaitu Andes
untuk memberikan kesan menarik dan tidak kaku. Untuk tombol masuk dan keluar pada
halaman cover digunakan font yang tebal yaitu Impac agar bisa terlihat lebih jelas dan
memberikan kesan tombol untuk masuk atau keluar. Font yang digunakan dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 6. Font Andes, Impac dan Letter Gothic Std

Pada proses perancangan aplikasi, semua aset gambar yang telah dipersiapkan kemudian
diselaraskan dalam setiap frame. Setiap potongan aset e-Book disatukan dan disambungkan
dengan menu utama. Tiap konten di dalam e-Book diberikan sound effect ketika disentuh dan
9

diberikan beberapa animasi gerak pada konten. Perancangan e-Book interaktif SOP
pendakian sendiri berjumlah 42 halaman. Proses pembuatan aplikasi ini dapat dilihat pada
Gambar 7.

Gambar 7. Proses pembuatan aplikasi e-Book infografis interaktif SOP pendakian

Setelah pembuatan animasi dan sound effect maka langkah yang dilakukan yaitu
mengubah format pada setingan render menajdi file apk agar bisa diinstal di smartphone
seperti pada Gambar 8.

Gambar 8. Tahap perubahan format untuk menjadi file apk

Setelah tahap pembuatan aplikasi selesai, e-Book interaktif SOP untuk pendakian dapat
dilakukan instalasi pada smartphone dengan sistem operasi Android.

4.

Hasil dan Pembahasan
Hasil akhir dari perancangan e-Book infografis interaktif Standar Operasional Prosedur

untuk pendakian adalah berupa aplikasi yang nantinya dibaca melalui Smartphone Android.
E-Book ini berjumlah 42 halaman yang berisikan materi dan terbagi dalam enam halaman
utama tersebut. Hasil cover dan keterangan dari e-Book

infografis interaktif Standar

Operasional Prosedur untuk pendakian dapat dilihat pada Gambar 9.

10

Gambar 9. Halaman Cover dan keterangan pada e-Book infografis interaktif Standar Operasional
Prosedur pendakian

Setelah halaman cover dan keterangan dilalui, maka halaman menu yang pertama adalah
halaman persiapan diri. Halaman menu yang ditampilkan berurutan sesuai dengan
kebutuhanya. Isi dari menu pertama dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Halaman persiapan diri pada e-Book infografis interaktif Standar Operasional Prosedur
pendakian

Halaman yang berikutnya adalah halaman perlengkapan. Setelah para calon pendaki
memahami persiapan apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan pendakian, mereka juga
harus tahu peralatan apa saja yang penting untuk dibawa. Isi dari menu perlengkapan dapat
dilihat pada Gambar 11.

11

Gambar 11. Halaman perlengkapan pada e-Book infografis interaktif Standar Operasional Prosedur
pendakian

Menu yang berikutnya adalah menu penataan barang. Pada halaman ini para calon
pendaki diajarkan untuk mengetahui pasti cara menata barang yang benar karena sangat
mempengaruhi keseimbangan tubuh saat melakukan pendakian. Halaman penataan barang
dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Halaman penataan barang pada e-Book infografis interaktif Standar Operasional
Prosedur pendakian

Setelah menu perlengkapan, maka dilanjutkan ke menu selanjutnya yaitu pengetahuan
mengenai penanganan medis untuk para korban. Pada menu pengobatan, para pendaki
diberikan pengetahuan mengenai penanganan awal mengenai kejadian yang sering terjadi
saat melakukan pendakian untuk menolong orang yang mengalami kecelakaan saat
melakukan pendakian. Halaman pengobatan dapat dilihat pada Gambar 13.

12

Gambar 13. Halaman pengobatan pada e-Book infografis interaktif Standar Operasional Prosedur
pendakian

Halaman menu yang terakhir adalah survival. Pada halaman ini para calon pendaki
diberikan pengetahuan dasar untuk bertahan hidup dan mencari arah jalan ketika tersesat di
hutan saat melakukan pendakian. Halaman survival dapat dilihat pada gambar 14.

Gambar 14. Halaman survival pada e-Book infografis interaktif Standar Operasional Prosedur
pendakian

Tahap pengujian dilakukan dengan cara kualitatif. Pengujian secara kualitatif dilakukan
melalui wawancara kepada pendaki yang tergolong expert dan pendaki pemula dalam hal ini
yang dimaksud dalam pendaki pemula adalah pendaki kekinian.

13

Untuk pendaki yang tergolong expert dilakukan wawancara kepada Alan Victor salah
seorang guide pendaki dari Yogyakarta. Dari hasil wawancara mendapatkan hasil bahwa ada
konten yang kurang untuk bagian perlengkapan yaitu kurangnya konten untuk
mempersiapkan air minum. Namun selain itu, e-Book Standar Operasional Prosedur untuk
pendakian ini sudah memberikan desain yang menarik, mudah digunakan, memberikan
informasi dengan baik, mudah dipahami dan mudah digunakan.
Wawancara kedua dilakukan kepada pendaki pemula yang dalam hal yang dimaksudkan
adalah pendaki kekinian. Berdasarkan kategori karakteristik pendaki kekinian yang diberikan
oleh Eddie Alunat sebagai salah satu pendaki expert dari Salatiga maka dilakukan wawancara
kepada beberapa orang pendaki. Karakteristik yang dimaksudkan adalah mendaki dengan
motivasi yang kurang jelas, melakukan pendakian tanpa ada persiapan atau dadakan, selalu
mementingkan harus sampai di puncak, dan persiapan diri yang dilakukan sebelum
melakukan pendakian kurang matang. Setelah menemukan karakteristik tersebut maka
dilakukan wawancara dengan kedua orang pendaki pemula yang tergolong dalam pendaki
kekinian itu dengan memberikan e-Book Standar Operasional Prosedur untuk pendakian. Dari
hasil wawancara mendapatkan hasil bahwa e-Book Standar Operasional Prosedur untuk
pendakian ini sangat menarik dan bermanfaat serta dapat membantu untuk bisa memahami
lebih cepat karena disajikan dengan gambar serta animasi sehingga mudah dipahami.

5.

Kesimpulan
E-book infografis interaktif dapat menjadi media yang dapat membantu para pendaki

untuk mempelajari dan memahami isi dari Standard Operating Procedure (SOP) untuk
pendakian dengan baik. Gaya desain yang menarik serta animasi yang sederhana pada e-book
infografis ini dapat membantu para pembaca untuk memahami materi secara lebih mudah. Ebook infografis interaktif SOP untuk pendakian ini mendapatkan respon yang positif dari para
pendaki untuk dapat dikembangkan lebih jauh lagi.
Saran yang diperoleh pada penelitian dan hasil perancangan untuk pengembangan eBook berikutnya yaitu dengan menambahkan konten-konten lainya yang dianggap penting
untuk melakukan pendakian sehingga para pendaki pemula bisa mendapatkan lebih banyak
pengetahuan dan persiapan mereka akan lebih matang. Diharapkan pula pengembangan ebook ini berikutnya agar dapat dijalankan pada semua jenis smartphone.

14

Daftar Pustaka
[1]

Jason Lankow, Josh Ritchie, Ross Crooks; Founders of Column Five, 2014.
INFOGRAFIS : Kedasyatan Cara Bercerita Visual

[2]

Zuk, Ryan. (2011). Invasion of the Infographics; Visual Makeovers Inspire Digital
Insight and Innovation. Public Relation Society of America. Tactics

[3]

Hariyanto, Didik & Subhan Kh, Achmad. 2012. Pengembangan Interaktif E-Book dari
Sisi Pedagogik, Teknologi Perangkat Lunak Serta Media yang Digunakan. Yogyakarta:
Universitas Negri Yogyakarta

[4]

Anshori, Fachrudin Al. 2014. Aplikasi Panduan Mendaki Gunung Berbasis Android.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah

[5]

Pahlevi, Andreas S. 2013. Mendukung Aktifitas Corporate Social Responsibility De
Tanjung, Yogyakarta: Institut Seni Indonesia

[6]

Mulyate, Karenia M. 2013. Perancangan Buku Kumpulan Infografis Resep Aneka
Hidangan Pembuka Dan Penutup Ala Barat Untuk Anak-Anak. Surabaya: Universitas
Kristen Petra.

[7]

Kojongian, Steward Erwin. 2014. Perancangan Media Informasi Perpustakaan dan
Arsip Daerah Salatiga Berbasis Video Infografis Menggunakan Teknik Motion
Graphic. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana

[8]

Wicandra, Obed B. 2006. Peran Infografis Dalam Media Massa Cetak. Surabaya:
Universitas Kristen Petra.

[9]

Nining.

2012.

Pengertian

Multimedia

Interaktif.

http://nining.dosen.narotama.ac.id/2012/02/06/pengertian-multimedia-interaktif/.
Diakses tanggal 28 september 2015.
[10] Angih Wanabakti P. , 2011. Pengaruh Pelatihan, Penerapan SOP, Reward System,
Lingkungan Kerja Dan Peralatan Terhadap Produktivitas Teknisi. UNIVERSITAS
HASANUDDIN MAKASSAR.
[11] Alamendah.

2010.

Teknik

packing

ransel

yang

benar.

https://alamendah.org/2010/10/22/teknik-packing-ransel-carrier/.
Diakses tanggal 22 Oktober 2010.
[12] Sastha, Harley Bayu. Pendaki dan Pengurus Federasi Mountaineering Indonesia (FMI).
Mountain Climbing for Everybody.
[13] Dr. Candella. Mendy. 2012. Acute Mountain Sickness Penyakit Yang Sering Mengenai
Pendaki Gunung. http://home.spotdokter.com/588/acute-mountain-sickness-penyakityang-sering-mengenai-pendaki-gunung/. Diakes tanggal 26 Mei 2015.
15

[14] Sarwono, Jonathan dan Hary Lubis. 2007. Metode Riset Untuk Desain Komunikasi
Visual. Yogyakarta: Andi.
[15] Kurniati. Pythag. 2015. Erri korban pertama kasus terpeleset di gunung Merapi.
http://jateng.metrotvnews.com/read/2015/05/19/127689/erri-korban- pertama-kasusterpeleset-di- gunung-merapi. Diakses tanggal 19 Mei 2015
[16] May. Tom. 2016. The beginner's guide to flat design.
http://www.creativebloq.com/graphic-design/what-flat-design-3132112
Diakses pada 10 maret 2016

16